makalah askeb endometriosis kel 3

25
ASKEB IV ‘ENDOMETRIOSIS’ Oleh : KELOMPOK 3 PROGRAM DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURABAYA

Upload: yepi-tri-addianto

Post on 17-Jan-2016

89 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

makalah,askeb,endometiosis

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Askeb Endometriosis Kel 3

ASKEB IV

‘ENDOMETRIOSIS’

Oleh :

KELOMPOK 3

PROGRAM DIPLOMA III KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURABAYA

2012

Page 2: Makalah Askeb Endometriosis Kel 3

NAMA KELOMPOK:

MARIAM MAGDALENA D

ANGGER PANGAS TUTI

IFATUL FATHANAH

EVA SILVIANA

VIVIT DWI YUNI PURWANTI

HUDAIBIYAH ALFATH

USNAWATI

SITI MUFADHILAH

HOMSIYAH

Page 3: Makalah Askeb Endometriosis Kel 3

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME, karena atas limpahan rahmat, dan

hidayahnya sehingga makalah yang berjudul “ E N D O M E T R I T I S ” ini dapat di

selesaikan tepat Waktu dan sebagaimana mestinya. Dan tidak lupa kami ucapkan terima

kasih kepada Dosen pembimbing yang telah memberikan tugas kepada kami.

Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan, sehingga

kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak yang telah

meluangkan waktu untuk membaca makalah ini dan harapan kami dapat bermanfaat

bagi para pembaca.

SURABAYA, 29 NOVEMBER 2012

PENYUSUN

Page 4: Makalah Askeb Endometriosis Kel 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Endometriosis merupakan penyakit yang hanya diderita kaum perempuan. Prevalensi

endometriosis cenderung meningkat setiap tahun, walaupun data pastinya belum dapat

diketahui. Menurut Jacoeb (2007), angka kejadian di Indonesia  belum dapat diperkirakan

karena belum ada studi epidemiologik, tapi dari data temuan di rumah sakit, angkanya ber-

kisar 13,6-69,5% pada kelompok infertilitas. Bila persentase tersebut dikaitkan dengan

jumlah penduduk sekarang, maka di negeri ini akan ditemukan sekitar 13 juta penderita

endometriosis pada wanita usia produktif. Kaum perempuan tampaknya perlu mewaspadai

penyakit yang seringkali ditandai dengan nyeri hebat pada saat haid ini (Widhi, 2007).

Penyebab endometriosis dapat disebabkan oleh kelainan genetik, gangguan sistem

kekebalan yang memungkinkan sel endometrium melekat dan berkembang, serta pengaruh-

pengaruh dari lingkungan. Sumber lain menyebutkan bahwa pestisida dalam makanan dapat

menyebabkan ketidakseimbangan hormon. Faktor-faktor lingkungan seperti pemakaian

wadah plastik, microwave, dan alat memasak dengan jenis tertentu dapat menjadi penyebab

endometriosis (Wood, 2008b).

Penyakit endometriosis umumnya muncul pada usia reproduktif. Angka kejadian

endometriosis mencapai 5-10% pada wanita umumnya dan lebih dari 50% terjadi pada wanita

perimenopause. Gejala endometriosis sangat tergantung pada letak sel endometrium ini

berpindah. Yang paling menonjol adalah adanya nyeri pada panggul, sehingga hampir 71-

87% kasus didiagnosa akibat keluhan nyeri kronis hebat pada saat haid, dan hanya 38% yang

muncul akibat keluhan infertil (mandul). Tetapi ada juga yang melaporkan pernah terjadi

pada masa menopause dan bahkan ada yang melaporkan terjadi pada 40% pasien histerektomi

(pengangkatan rahim). Selain itu juga 10% endometriosis ini dapat muncul pada mereka yang

mempunyai riwayat endometriosis dalam keluarganya (Widhi, 2007).

Page 5: Makalah Askeb Endometriosis Kel 3

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Endometritis

Endometriosis adalah pertumbuhan jaringan yang mirip endometrium, di luar kavum uteri

(Manuaba, 2001: 526).

Endometriosis adalah terdapatnya jaringan endometrium (kelenjar dan stroma). (Mansjoer,

2001: 381).

Endometriosis adalah satu keadaan dimana jaringan endometrium yang masih berfungsi

terdapat di luar kavum uteri. Jaringan ini yang terdiri atas kelenjar-kelenjar dan stroma,

terdapat di miometrium ataupun di luar uterus. (Wiknjosastro, 1999: 314).

Endometriosis adalah suatu keadaan dimana jaringan yang hanya ada di dalam rahim, dapat

ditemukan dibagian lain dalam tubuh. (Irwan, 2008: 02).

Endometriosis adalah suatu penyakit dimana bercak bercak jaringan endometrium tumbuh di

luar rahim. Padahal dalam keadaan normal endometrium hanya ditemukan di dalam lapisan

rahim. (Henri, 2009: 1)

Endometritis adalah keradangan pada dinding uterus yang umumnya disebabkan oleh

partus. Dengan kata lain endometritis didefinisikan sebagai inflamasi dari endometrium. 

Derajat efeknya terhadap fertilitas bervariasi dalam hal keparahan radang, waktu yang

diperlukan untuk penyembuhan lesi endometrium, dan tingkat perubahan permanen yang

Page 6: Makalah Askeb Endometriosis Kel 3

merusak fungsi dari glandula endometrium dan/atau merubah lingkungan uterus dan/atau

oviduk. Organisme nonspesifik primer yang dikaitkan dengan patologi endometrial adalah

Corynebacterium pyogenes dan gram negatif anaerob.

Endometritis adalah infeksi pada endometrium (lapisan dalam dari rahim). Infeksi ini

dapat terjadi sebagai kelanjutan infeksi pada serviks atau infeksi tersendiri dan terdapat benda

asing dalam rahim.

B. Klasifikasi endometriosis

Menurut topografinya endometriosis dapat digolongkan, yaitu sebagai berikut:

1. Endometriosis Interna, yaitu endometriosis di dalam miometrium, lazim disebut

Adenomiosis.

2. Endometriosis Eksterna, yaitu endometriosis di luar uterus, lazim disebut ”true

endometriosis”

Page 7: Makalah Askeb Endometriosis Kel 3

Menurut letaknya endometriosis dapat digolongkan menjadi 3 golongan, yaitu :

1. Endometriosis genetalia interna, yaitu endometriosis yang letaknya di dalam uterus.

2. Endometriosis eksterna, yaitu endometriosis yang letaknya di dinding belakang

uterus, di bagian luar tuba dan di ovarium.

3. Endometriosis genetalia eksterna, yaitu endometriosis yang letaknya di pelvio

peritonium dan di kavum douglas, rekto sigmoid, kandung kencing.

C.     Etiologi Endometritis

Kuman-kuman memasuki endometrium, biasanya pada luka bekas insersio plasenta,

dan dalam waktu singkat mengikutsertakan seluruh endometrium.  Pada infeksi dengan

kuman yang tidak seberapa pathogen, radang terbatas pada endometrium.  Jaringan desidua

bersama-sama dengan bekuan darah menjadi nekrotis dan mengeluarkan getah berbau dan

terdiri atas keeping-keping nekrotis serta cairan.  Pada batas antara daerah yang meradang

dan daerah yang sehat terdapat lapisan yang terdiri atas leukosit-leukosit.  Pada infeksi yang

lebih berat, batas endometrium dapat dilampaui dan terjadilah penjalaran.

Terjadinya infeksi endometrium pada saat:

a.       Persalinan, dimana bekas implantasi plasenta masih terbuka, terutama pada persalinan

terlantar dan persalinan dengan tindakan.

b.       Pada saat terjadi keguguran.

c.       Saat pemasangan alat rahim (IUD) yang kurang legeartis.

Diduga uterus dan isinya steril selama kehamilan normal dan lebih dulu melahirkan.

Kemudian waktu kelahiran atau setelah itu lumen uterus terkontaminasi mikroorganisme dari

Page 8: Makalah Askeb Endometriosis Kel 3

lingkungan, mikroorganisme, kulit dan feses melalui relaksasi peritoneum, vulva dan dilatasi

cervik.

Ada berbagai macam faktor predisposisi dari endometritis. Ada sinergisme antara A.

pyogenes, F. necrophorum, dan Prevotella melaninogenicus, menyebabkan lebih beratnya

kasus endometritis. Gangguan mekanisme pertahanan uterus seperti involusi uterus atau

fungsi neutrofil akan menunda fungsi eliminasi kontaminasi bakteri. Distosia, kelahiran

kembar atau kematian janin dan inseminasi buatan meningkatkan kesempatan untuk

kontaminasi pada traktus genital. Retensi membrane fetus adalah faktor predisposisi

endometritis dan berhubungan dengan peningkatan endometritis berat.

D.    Gambaran Klinik Endometritis

Gambaran klinik tergantung jenis dan virulensi kuman, daya tahan penderita, dan

derajat trauma pada jalan lahir.  Kadang-kadang lochia tertahan oleh darah, sisa-sisa palsenta

dan selaput ketuban.  Keadaan ini dinamakan lokiometra dan dapat menyebabkan kenaikan

suhu yang segera hilang setelah rintangan diatasi.  Uterus pada endometriosis agak

membesar, serta nyeri pada perabaan, dan lembek.  Pada endometritis yang tidak meluas,

penderita pada hari-hari pertama merasa kurang sehat dan perut nyeri.  Mulai hari ke-3 suhu

meningkat, nadi menjadi cepat, akan tetapi dalam beberapa hari suhu dan nadi menurun dan

dalam kurang lebih satu minggu keadaan sudah normal kembali.  Lokia pada endometritis,

biasanya bertambah dan kadang-kadang berbau. Hal yang terakhir ini tidak boleh

menimbulkan anggapan bahwa infeksinya berat.  Malahan infeksi berat kadang-kadang

disertai oleh lokia yang sedikit dan tidak berbau.

Endometritis dapat terjadi penyebaran:

a. Miometritis (infeksi otot rahim)

b. Parametritis (infeksi sekitar rahim)

c. Salpingitis (infeksi saluran telur)

d. Ooforitis (infeksi indung telur)

e. Dapat terjadi sepsis (infeksi menyebar)

f. Pembentukan pernanahan sehingga terjadi abses pada tuba atau indung telur.

E.    Jenis-jenis Endometritis

1. Endometritis Akut

Page 9: Makalah Askeb Endometriosis Kel 3

Terutama terjadi pada postpartum atau postabortum.  Pada endometritis postpartum,

regenerasi endometrium selesai pada hari ke-9, sehingga endometritis postpartum pada

umumnya terjadi sebelum hari ke-9.  Endometritis postabortum terutama terjadi pada abortus

provocatus.  Endometritis juga dapat terjadi pada masa senil.

Pada endometritis akuta endometrium mengalami edema dan hiperemi, dan pada

pemeriksaan mikroskopik terdapat hiperemi, edema, dan infiltrasi leukosit berinti polimoni

yang banyak, serta perdarahan-perdarahan interstisial. Sebab yang paling penting ialah

infeksi gonorea dan infeksi pada abortus dan partus.

Infeksi gonorea mulai sebagai servisitis akuta, dan radang menjalar ke atas dan

menyebabkan endometritis akuta. Infeksi gonorea akan dibahas secara khusus, dan oleb

sebab itu tidak dibicarakan lebib lanjut di sini.  Infeksi post abortum dan post partum sering

terdapat oleh karena luka-luka pada serviks uteri, luka pada dinding uterus bekas tempat

plasenta, yang merupakan porte d’entree bagi kuman-kuman patogen. Selain in, alat-alat yang

digunakan pada abortus dan partus dan tidak sucihama dapat membawa kuman-kuman ke

dalam uterus.

Pada abortus septic dan sepsis puerperalis infeksi lebih cepat meluas ke miometrium

dan melalui pembuluh-pembuluh darah dan limfe dapat menjalar ke parametrium, tuba dan

ovarium serta ke peritoneum di sekitarnya.  Gejala-gejala endometritis akuta dalam hal ini

diselubungi oleh gejala-gejala penyakit dalam keseluruhannya.  Penderita panas tinggi,

kelihatan sakit keras, keluar leukorea yang bernanah, dan uterus serta daerah di sekitarnya

nyeri pada perabaan.

Sebab lain endometritis akuta ialah tindakan yang dilakukan dalam uterus di luar partus

atau abortus, seperti kerokan, memasukkan radium ke dalam uterus, memasukkan IUD (intra-

uterine device) ke dalam uterus, dan sebagainya.  Tergantung dari virulensi kuman yang

dimasukkan dalam uterus, apakah endometritis akuta tetap terbatas pada endometrium, atau

menjalar ke jaringan di sekitarnya.  Endometritis akuta yang disebabkan oleh kuman-kuman

yang tidak seberapa pathogen umumnya dapat diatasi atas kekuatan jaringan sendiri, dibantu

dengan pelepasan lapisan fungsional dari endometrium pada waktu haid.  Dalam pengobatan

endometritis akuta yang paling penting ialah berusaha mencegah agar infeksi tidak menjalar.

Gejala-gejala:

a.       Demam

b.      Lochia berbau, pada endometritis postabortum kadang-kadang keluar fluor yang purulent.

c.       Lochia lama berdarah, malahan terjadi metrorrhagi.

d.      Jika radang tidak menjalar ke parametrium atau perimetrium tidak ada nyeri.

Page 10: Makalah Askeb Endometriosis Kel 3

e.       Nyeri pada palpasi abdomen (uterus) dan sekitarnya.

2. Endometritis Kronik

Kasusnya jarang ditemui oleh karena infeksi yang tidak dalam masuknya pada

miometrium, tidak dapat mempertahankan diri, karena pelepasan lapisan fungsional dari

endometrium pada waktu haid.  Pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan banyak sel-sel

plasma dan limfosit.  Penemuan limfosit saja tidak besar artinya karena sel itu juga

ditemukan dalam keadaan normal dalam endometrium.

Gejala-gejala klinis endometritis kronika ialah, leukorea dan menoragia. Pengobatannya

tergantung dari penyebabnya.

Endometritis knonika ditemukan:

a.       pada tuberkulosis;

b.      jika tertinggal sisa-sisa abortus atau partus;

c.       jika terdapat korpus alienum di kavum uteri;

d.      pada polip uterus dengan infeksi;

e.       pada tumor ganas uterus;

f.       pada salpingo-ooforitis dan sellulitis pelvik.

g.      Fluor albus yang keluar dari ostium

h.      Kelainan haid seperti metrorrhagi dan menorrhagi

Endometritis kronika yang lain umumnya akibat infeksi yang terus-menerus karena

adanya benda asing atau polip/tumor dengan infeksi di dalam kavum uteri.  Dahulu diagnosis

endometritis kronika lebih sering dibuat daripada sekarang.  Sejak penelitian fundamental

dari Hitshcmann dan Adler tentang histology endometrium selama siklus haid, diketahui

bahwa banyak perubahan yang ditemukan dalam endometrium dan yang dahulu dianggap

patologik adalah gambaran normal dari endometrium dalam berbagai fase siklus haid.

Endometritis tuberkulosa terdapat pada hampir setengah kasus-kasus tuberculosis

genital.  Pada pemeriksaan mikrskopik ditemukan tuberkel di tengah-tengah endometrium

yang beradang menahun.

Endometritis tuberkulosa umumnya timbul sekunder pada penderita dengan salpingitis

tuberkulosa.  Pada penderita dengan tuberculosis pelvic yang asimptomatik, endometritis

tuberkulosa ditemukan bila pada seorang wanita dengan infertilitas dilakukan biopsy

Page 11: Makalah Askeb Endometriosis Kel 3

endometrial dan ditemukan tuberkel dalam sediaan.  Terapi yang kausal terhadap tuberculosis

biasanya dapat menyebabkan timbulnya haid lagi.

Pada abortus inkompletus dengan sisa-sisa tertinggal dalam uterus terdapat desidua dan

villi korialis di tengah-tengah radang menahun endometrium.

Pada partus dengan sisa plasenta masih tertinggal dalam uterus, terdapat peradangan

dan organisasi dari jaringan plasenta tersebut disertai gumpalan darah, dan terbentuklah apa

yang dinamakan polip plasenta.

F.     Diagnosa Endometritis

Secara klinis karakteristik endometritis dengan adanya pengeluaran mucopurulen

pada vagina, dihubungkan dengan ditundanya involusi uterus. Diagnosa endometritis tidak

didasarkan pada pemeriksaan histologis dari biopsy endometrial. Tetapi pada kondisi

lapangan pemeriksaan vagina dan palpasi traktus genital per rectum adalah teknik yang

sangat bermanfaat untuk diagnosa endometritis. Pemeriksaan visual atau manual pada vagina

untuk abnormalitas pengeluaran uterus adalah penting untuk diagnosa endometritis, meski isi

vagina tidak selalu mencerminkan isi dari uterus. Flek dari pus pada vagina dapat berasal dari

uterus, cervik atau vagina dan mukus tipis berawan sering dianggap normal. Sejumlah sistem

penilaian telah digunakan untuk menilai tingkat involusi uterus dan cervik, pengeluaran dari

vagina alami. Sistem utama yang digunakan adalah kombinasi dari diameter uterus dan

cervik, penilaian isi dari vagina. 

Sangat penting untuk dilakukan diagnosa dan memberi perlakuan pada kasus

endometritis di awal periode post partum. Setiap ibu harus mengalami pemeriksaan

postpartum dengan segera pada saat laktasi sebagai bagian dari program kesehatan yang

rutin. Kejadian endometritis dapat didiagnosa dengan adanya purulen dari vagina yang

diketahui lewat palpasi rektal. Diagnosa lebih lanjut seperti pemeriksaan vaginal dan biopsi

mungkin diperlukan. Yang harus diperhatikan pada saat palpasi dan pemeriksaan vaginal

meliputi ukuran uterus, ketebalan dinding uterus dan keberadaan cairan beserta warna, bau

dan konsistensinya. Sejarah tentang trauma kelahiran, distosia, retensi plasenta atau vagina

purulenta saat periode postpartum dapat membantu diagnosa endometritis. Pengamatan oleh

inseminator untuk memastikan adanya pus, mengindikasikan keradangan pada uterus. 

Sejumlah kecil pus yang terdapat pada pipet inseminasi dan berwarna keputihan bukanlah

suatu gejala yang mangarah pada endometritis. Keradangan pada cervix (cervisitis) dan

vagina (vaginitis) juga mempunyai abnormalitas seperti itu. Bila terdapat sedikit cairan pada

saat palpasi uterus, penting untuk melakukan pemeriksaan selanjutnya yaitu dengan

Page 12: Makalah Askeb Endometriosis Kel 3

menggunakan spekulum.  Untuk beberapa kasus endometritis klinis atau subklinis, diagnosa

diperkuat dengan biopsy uterin. Pemeriksaan mikroskopis dari jaringan biopsy akan tampak

adanya peradangan akut atau kronik pada dinding uterus. Pemeriksaan biopsi uterin dapat

untuk memastikan terjadinya endometritis dan adanya organisme di dalam uterus. Tampak

daerah keradangan menunjukkan terutama neutrofil granulocyte dan dikelilingi jaringan

nekrosis dengan koloni coccus.

Cara sederhana juga adalah dengan melakukan pemeriksaan manual pada vagina dan

mengambil mukus untuk di inspeksi. Keuntungan teknik ini adalah murah, cepat,

menyediakan informasi sensory tambahan seperti deteksi laserasi vagina dan deteksi bau dari

mukus pada vagina. Satu prosedur adalah pembersihan vulva menggunakan paper towel

kering dan bersih, sarung tangan berlubrican melalui vulva ke dalam vagina. Pinggir, atas dan

bawah dinding vagina dan os cervik eksterna dipalpasi dan isi mukus vagina diambil untuk

diperiksa. Tangan biasanya tetap di vagina untuk sekurangnya 30 detik. Pemeriksaan vagina

manual telah sah dan tidak menyebabkan kontaminasi bakteri uterus, menimbulkan phase

respon protein akut atau menunda involusi uterus. Tetapi operator sadar bahwa vaginitis dan

cervicitis mungkin memberikan hasil yang salah. Vaginoscopy dapat dilakukan dengan

menggunakan autoclavable plastik, metal atau disposable foil- lined cardboard vaginoscope,

yang diperoleh adalah inspeksi dari isi vagina. Tetapi mungkin ada beberapa resistensi

menggunakan vaginoscop karena dirasa tidak mudah, potensial untuk transmisi penyakit dan

harganya. Alat baru untuk pemeriksaan mukus vagina terdiri dari batang stainless steel

dengan hemisphere karet yang digunakan untuk mengeluarkan isi vagina.

G.     Penanganan Endometritis

1. Endometritis Akut

Terapi:

a.       Pemberian uterotonika

b.      Istirahat, posisi/letak Fowler

c.       Pemberian antibiotika

d.      Endometritis senilis, perlu dikuret untuk mengesampingkan diagnosa corpus carcinoma. 

Dapat diberi estrogen.

2. Endometritis Kronik

Page 13: Makalah Askeb Endometriosis Kel 3

Terapi:

       Perlu dilakukan kuretase untuk diferensial diagnosa dengan carcinoma corpus uteri, polyp atau

myoma submucosa.  Kadang-kadang dengan kuretase ditemukan emndometritis tuberkulosa. 

Kuretase juga bersifat terapeutik

Page 14: Makalah Askeb Endometriosis Kel 3

ASUHAN KEBIDANAN

Nama : Ny N Nama : Tn P

Umur : 20 Tahun Umur : 25 Tahun

Alamat : Jl. Bimoli No 22 Alamat : jl. Bimoli No 22

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta

Data Subyektif :

Ny N datang ke bidan H pada tanggal 04-05-2012 jam 08.00 wib, pasien mengeluh nyeri

saat berhubungan seksual. pasien mengatakan 1 bulan terjadi 2x menstruasi dan lama

menstruasi lebih dari 7 hari.menarch 10 tahun. belum memiliki momongan lama pernikahan

6 bulan, pasien mengatakan ibunya menderita endometriosis.

Data Obyektif :

Keadaan umum : baik

Status emosional : stabil

Kesadaran : Compos mentis

TTV :

TD : 90/70 mmHg

N : 80 x/m

RR : 20 x/m

S : 36.6 °C

Pemeriksaan fisik :

  Kepala : Simetris, bersih, tidak ada luka, tidak benjolan

  Rambut : Bersih, tidak ada ketombe, tidak mudah rontok

  Muka : tidak pucat

  Mata : Simetris, konjungtiva pucat, sklera putih

  Hidung : Bersih, tidak ada sekret, tidak ada polip

  Mulut/bibir : kering, tidak ada stomatitis, lidah bersih

  Telinga : Simetris, tidak ada serumen

  Leher: Tidak pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe

  Aksila : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe

Page 15: Makalah Askeb Endometriosis Kel 3

  Dada : Pernafasan teratur, tidak ada bunyi mengi, tidak adaretraksi dinding dada.

  Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi, tidak ada pembesaran hepar, ada nyeritekan pada bagian

adnexa dan terdapat masa keras terfiksasi.

  Genetalia : Tidak oedam, tidak ada varises, terdapat spotting

  Anus : Tidak ada hemoroid

  Ekstremitas atas : teraba dingin, agak pucat, tidak oedem, turgor kulit kurang, Ekstremitas

bawah : teraba dingin, agak pucat, tidak varises, tidakoedem, turgor kurang

Analisa :

o   Diagnosa

Ny “N” 20 Tahun = > Nyeri berhubungan dengan Endometriosis

o   Masalah

Gangguan rasa nyaman

o   Diagnosa Potensial :

Terjadi infertilitas

Infeksi Abdomen

o   Kolaborasi/ Rujukan :

Untuk pemberian terapi obat dan penanganan selanjutnya dirujuk ke dr Sp.Og

Penatalaksanaan :

1.         Memberitahu hasil pemeriksaan

TD : 90/70 mmHg

N : 80 x/m

RR : 20 x/m

S: 36.6 °C

E/ ibu mengerti tentang apa yang dijelaskan oleh bidan.

2.              Memberitahu ibu bahwa nyeri yang dirasakan ibu pada perut bagian bawah karena

terdapat benjolan yang terpengaruh oleh hormone dalam tubuh ibu.

E/ ibu mengerti dan memahami penjelasan bidan

3.              Memberikan ibu rasa nyaman dengan menganjurkan ibu untuk bedreast dan memberikan kompres

hangat pada perut bagian bawah untuk mengurangi rasa nyeri

4.              Menganjurkan ibu memperbanyak minum 2 liter perhari atau lebih

E/ ibu mengerti

Page 16: Makalah Askeb Endometriosis Kel 3

5.              Memberikan terapi

Asam Mefenamat 500 gram 3x1

E/ ibu mengerti

6.              Menganjurkan ibu untuk melakukan USG untuk menegakkan diagnosa pasti

E/ ibu mengerti

Evaluasi

S : ibu mengatakan nyeri saat berhubungan seksual. pasien mengatakan 1 bulan terjadi 2x

menstruasi dan lama menstruasi lebih dari 7 hari. menarch 10 tahun. belum memiliki

momongan lama pernikahan 6 bulan, pasien mengatakan ibunya menderita endometriosis.

O : Ibu mengerti apa yang dijelaskan bidan, dan bersedia melakukan apa yang disarankan.

A : Ny “N” 20 Tahun = > Nyeri berhubungan dengan Endometriosis

P : 1. Memberitahu hasil pemeriksaan

2. Menganjurkan ibu memperbanyak minum 2 liter perhari atau lebih

3. Memberikan terapi Asam Mefenamat 500 gram 3x1

4. Menganjurkan ibu untuk melakukan USG untuk menegakkan diagnosa pasti

Page 17: Makalah Askeb Endometriosis Kel 3

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Endometriosis paling sering terjadi pada usia reproduksi. Insidensi yang pasti belum

diketahui, namun prevalensinya pada kelompok tertentu cukup tinggi. Misalnya, pada

wanita yang dilakukan laparaskopi diagnostik, ditemukan endometriosis sebanyak 0-53%;

pada kelompok wanita dengan infertilitas yang belum diketahui penyebabnya ditemukan

endometriosis sebanyak 70-80%; sedangkan pada wanita dengan infertilitas sekunder

ditemukan endometriosis sebanyak 25%.

Peran serta tenaga kesehatan termasuk bidan sangat besar dalam membantu wanita

mendeteksi adanya gangguan pada sistem reproduksi. Pendeteksian secara dini akan dapat

memperkecil jumlah komplikasi yang mungkin timbul, selain itu penanganan gangguan

reproduksi harus dilakukan secara komprehensif guna pencegahan terhadap keganasan.

(Depkes RI, 2002: 22-23)

Page 18: Makalah Askeb Endometriosis Kel 3

DAFTAR PUSTAKA

www.terapimenstruasi.com/tag/klasifikasi-endometriosis

Sarwono Prawirohardjo, 1999. Ilmu kandungan, Bina Pustaka : Jakarta

Irene M. Bobak, dkk.2004, Keperawatan Maternitas. EGC: Jakarta

http://id.wikipedia.org/wiki/Endometriosis

  http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/19/endometriosis

Manuaba, 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk

Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC

______. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Genikologi dan KB. Jakarta:

EGC