makalah kel 9
DESCRIPTION
iiiiiiTRANSCRIPT
BAB I
Pendahuluan
I.1 Latar Belakang
Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia tidak dapat dipisahkan dari upaya
peningkatan kualitas pendidikan yang sekarang ini sedang menjadi sorotan dan harapan banyak
orang di Indonesia. Wujud dari proses pendidikan yang paling riil terjadi di lapangan dan
bersentuhan langsung dengan sasaran adalah berupa kegiatan belajar mengajar pada tingkat
satuan pendidikan. Kualitas kegiatan belajar mengajar atau sering disebut dengan proses
pembelajaran tentu saja akan berpengaruh terhadap mutu pendidikan yang output-nya berupa
sumber daya manusia.
Pembelajaran merupakan suatu proses komunikasi. Komunikasi adalah proses
pengiriman informasi dari satu pihak kepada pihak lain untuk tujuan tertentu. Komunikasi
dikatakan efektif apabila komunikasi yang terjadi menimbulkan arus informasi dua arah, yaitu
dengan munculnya feedback dari pihak penerima pesan.
Kualitas pembelajaran dipengaruhi oleh efektif tidaknya komunikasi yang terjadi di
dalamnya. Komunikasi efektif dalam pembelajaran merupakan proses transformasi pesan berupa
ilmu pengetahuan dan teknologi dari pendidik kepada peserta didik, dimana peserta didik mampu
memahami maksud pesan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan, sehingga menambah
wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi serta menimbulkan perubahan tingkah laku menjadi
lebih baik. Pengajar adalah pihak yang paling bertanggungjawab terhadap berlangsungnya
komunikasi yang efektif dalam pembelajaran, sehingga dosen sebagai pengajar dituntut memiliki
kemampuan berkomunikasi yang baik agar menghasilkan proses pembelajaran yang efektif.
1
I.2 Rumusan Masalah
I.2.1 Apakah yang dimaksud dengan komunikasi?
I.2.2 Apa sajakah konsep-konsep dasar komunikasi?
I.2.3 Bagaimanakah komunikasi yang baik dalam pembelajaran?
I.2.4 Bagaimanakah membuat komunikasi menjadi efektif?
I.2.5 Apa sajakah hambatan dalam komunikasi?
I.3 Tujuan
I.3.1 Mengetahui pengertian komunikasi
I.3.2 Mengetahui konsep-konsep dasar dalam komunikasi
I.3.3 Mengetahui komunikasi yang baik dalam pembelajaran
I.3.4 Mengetahui cara membuat komunikasi yang efektif
I.3.5 Mengetahui hambatan dalam komunikasi
2
BAB II
Pembahasan
II.1 Pengertian Komunikasi
Banyak pendapat dari berbagai pakar mengenai definisi komunikasi, namun jika diperhatikan
dengan seksama dari berbagai pendapat tersebut mempunyai maksud yang hampir sama.
Menurut Hardjana, sebagaimana dikutip oleh Endang Lestari G (2003) secara etimologis
komunikasi berasal dari bahasa Latin yaitu cum, sebuah kata depan yang artinya dengan, atau
bersama dengan, dan kata umus, sebuah kata bilangan yang berarti satu. Dua kata tersebut
membentuk kata benda communio, yang dalam bahasa Inggris disebut communion, yang
mempunyai makna kebersamaan, persatuan, persekutuan, gabungan, pergaulan, atau hubungan.
Karena untuk ber-communio diperlukan adanya usaha dan kerja, maka kata communion dibuat
kata kerja communicare yang berarti membagi sesuatu dengan seseorang, tukar menukar,
membicarakan sesuatu dengan orang, memberitahukan sesuatu kepada seseorang, bercakap-
cakap, bertukar pikiran, berhubungan, atau berteman. Dengan demikian, komunikasi mempunyai
makna pemberitahuan, pembicaraan, percakapan, pertukaran pikiran atau hubungan.
Evertt M. Rogers mendefinisikan komunikasi sebagai proses yang di dalamnya terdapat suatu
gagasan yang dikirimkan dari sumber kepada penerima dengan tujuan untuk merubah
perilakunya. Pendapat senada dikemukakan oleh Theodore Herbert, yang mengatakan bahwa
komunikasi merupakan proses yang di dalamnya menunjukkan arti pengetahuan dipindahkan
dari seseorang kepada orang lain, biasanya dengan maksud mencapai beberapa tujuan khusus.
Selain definisi yang telah disebutkan di atas, pemikir komunikasi yang cukup terkenal yaitu
Wilbur Schramm memiliki pengertian yang sedikit lebih detil. Menurutnya, komunikasi
merupakan tindakan melaksanakan kontak antara pengirim dan penerima, dengan bantuan pesan;
pengirim dan penerima memiliki beberapa pengalaman bersama yang memberi arti pada pesan
dan simbol yang dikirim oleh pengirim, dan diterima serta ditafsirkan oleh penerima.(Suranto :
2005)
3
Tidak seluruh definisi dikemukakan di sini, akan tetapi berdasarkan definisi yang ada di atas
dapat diambil pemahaman bahwa :
a. Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses penyampaian informasi. Dilihat dari
sudut pandang ini, kesuksesan komunikasi tergantung kepada desain pesan atau informasi dan
cara penyampaiannya. Menurut konsep ini pengirim dan penerima pesan tidak menjadi
komponen yang menentukan.
b. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan dari seseorang kepada orang lain. Pengirim
pesan atau komunikator memiliki peran yang paling menentukan dalam keberhasilan
komumikasi, sedangkan komunikan atau penerima pesan hanya sebagai objek yang pasif.
c. Komunikasi diartikan sebagai proses penciptaan arti terhadap gagasan atau ide yang
disampaikan. Pemahaman ini menempatkan tiga komponen yaitu pengirim, pesan, dan penerima
pesan pada posisi yang seimbang. Proses ini menuntut adanya proses encoding oleh pengirim
dan decoding oleh penerima, sehingga informasi dapat bermakna.
II.2 Konsep Dasar Komunikasi
Dalam kegiatan proses pembelajaran, komunikasi guru dengan peserta didik dalam
rangka menyampaikan informasi akan efektif jika guru menguasai konsep-konsep dasar
komunikasi. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam komunikasi yaitu :
1. Komunikasi dipandang sebagai proses menyampaikan informasi
Disini pengertian komunikasi dititik beratkan pada materi / pesannya. Pengirim dan
penerima pesan bukanlah komponen yang menentukan keberhasilan komunikasi.
2. Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain.
Disini faktor pengirim pesan menjadi komponen utama, sedangkan penerima pesan
dianggap sebagai objek yang pasif.
3. Komunikasi sebagai proses penciptaan arti atau makna.
Dengan konsep ini, pesan dapat diciptakan melalui orang, radio, televisi, buku dan
sebagainya. Makna dari pesan tersebut dapat diciptakan oleh masing-masing individu.
4
Komunikasi adalah suatu proses, bukan sesuatu yang bersifat statis. Komunikasi
memerlukan tempat, dinamis, menghasilkan perubahan dalam usaha mencapai hasil, melibatkan
interaksi bersama, serta melibatkan suatu kelompok.
Proses komunikasi pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk membentuk area of
experience anatara komunikan dan komunikator. Jadi dalam proses komuniksai harus terbentuk
suatu pengalaman yang sama (sesuai). Komunikator berusaha memformulasikan pesannya,
dalam hal ini disebut encode, yang berarti komunikator berusaha menggambarkan pesannya
dengan suatu lambang atau kode tertentu kemudian komunikan menginterpretasikan
(menafsirkan) lambing atau kode tersebut ke dalam pengertiannya sendiri, berarti komunikan
mengkode pesan yang diterimanya, yang dalam istilah komunikasi disebut decode. Proses
komunikasi dapat digambarkan sebagai berikut :
Komunikasi akan berhasil bila pesan yang disampaikan oleh komunikator sesuai dengan
pengalaman (area of experience) dan pengertian yang pernah diperoleh komunikan. Komunikasi
dikatakan efektif bila pesan yang dikirimkan oleh komunikator (source / sumber pesan) identik
dengan respon yang diberikan oleh komunikan (receiver / penerima pesan). Komunikasi efektif
ditentukan oleh kejelasan unsur-unsur komunikasi yaitu : komunikator, pesan, channel /
saluran /media, komunikan, dan effect atau akibat dari komunikasi itu. Konteks komunikasi :
komunikasi intrapersonal, interpersonal, kelompok kecil (mis: keluarga), organisasi dan publik,
massa. Komunikasi dalam konteks tersebut akan efektif bila mengikuti hukum komunikasi.
Hukum efektif disingkat REACH, yaitu :
5
Komunikator Pesan Komunikan
MenafsirkanMemformulasikan
Respect; sikap hormat dan menghargai lawan bicara, karenapada prinsipnya
manusia ingin dihargai dan dianggap penting.
Empathy; kemampuan untuk menempatkan diri pada situasi / kondisi yang
dihadapi oleh orang lain. Hal ini perlu karena: (1) rasa empati akan membuat
seseorang mampu menyampaikan pesan dengan cara dan sikap yang akan
memudahkan penerima pesan menerimanya, (2) perlakuan baik terhadap orang
lain, seperti juga Anda ingin diperlakukan demikian.
Audible; dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik. Caranya: (1) buat pesan
mudah dimengerti, (2) fokuskan pada informasi yang penting, (3) gunakan
ilustrasi untuk memperjelas isi pesan, (4) beri perhatian pada fasilitas yang ada di
lingkungan sekitar, (5) antisipasi pada kemungkinan masalah yang akan timbul,
(6) selalu menyiapkan pesan cadangan.
Clarity; kejelasan dari pesan yang disampaikan, agar tidak menimbulkan
multiinterpretasi / penafsiran yang berlainan. Kejelasan ini juga tergantung pada
kualitas bahasa dan suara. Agar pesan jelas, caranya: (1) tunjukkan tujuan yang
jelas, (2) luangkan waktu untukmebgorganisasi ide, (3) penuhi tuntutan format
bahasa yang dipakai, (4) buat pesan yang jelas, tepat dan meyakinkan, (5) pesan
yang disampaikan harus fleksibel.
Humble; sikap rendah hati. Kerendahan hati juga dapat berarti tidak sombong dan
menganggap diri penting ketika berbicara, karena dengan kerendahan hati akan
dapat menangkap perhatian dan respon yang positif dari penerima pesan.
Menurut Endang Lestari G dalam bukunya yang berjudul “Komunikasi yang Efektif” ada dua
model proses komunikasi, yaitu :
a. Model linier
Model ini mempunyai ciri sebuah proses yang hanya terdiri dari dua garis lurus, dimana
proses komunikasi berawal dari komunikator dan berakhir pada komunikan. Berkaitan dengan
model ini ada yang dinamakan Formula Laswell. Formula ini merupakan cara untuk
menggambarkan sebuah tindakan komunikasi dengan menjawab pertanyaan: who, says what, in
wich channel, to whom, dan with what effect.
6
b. Model sirkuler
Model ini ditandai dengan adanya unsur feedback. Pada model sirkuler ini proses
komunikasi berlangsung dua arah. Melalui model ini dapat diketahui efektif tidaknya suatu
komunikasi, karena komunikasi dikatakan efektif apabila terjadi umpan balik dari pihak
penerima pesan.
II.3 Komunikasi dalam Pembelajaran
Pembelajaran merupakan sebuah proses komunikasi. Pembelajaran terwujud
dalam bentuk interaksi timbal balik secara dinamis antara guru dengan siswa dan atau siswa
dengan kondisi belajarnya. Guru pada saat tertentu berposisi sebagai perangsang atau stimulasi
yang memancing siswa untuk bereaksi sebagai wujud aktivitasnya yang disebut belajar. Pada
saat yang lain guru bereaksi atas aksi-aksi yang diperbuat siswa. Interaksi diantara kedua belah
pihak berjalan secara dinamis bertolak dari kondisi awal melalui titik-titik sepanjang garis
kontinum hingga akhir kegiatan pembelajaran.
Guru sebagai komunikator harus memiliki pesan yang jelas yang akan disampaikan
kepada murid atau komunikan. Setelah itu guru juga harus menentukan saluran untuk
berkomunikasi baik secara langsung (tatap muka) atau tidak langsung (media). Setelah itu guru
harus menyesuaikan topic/tema yang sesuai dengan umur si komunikan, juga harus menentukan
tujuan komunikasi/maksud dari pesan agar terjadi dampak/effect pada diri komunikan sesuai
dengan yang diinginkan.
Interaksi dinamis guru-siswa dalam pembelajaran dapat terwujud dalam berbagai bentuk
hubungan. Interaksi guru-siswa dapat mengambil bentuk hubungan langsung, yakni interaksi
secara tatap muka. Dalam bentuknya yang lain hubungan guru-siswa bersifat tidak langsung,
yakni melalui perantaraan media pembelajaran seperti paket belajar, modul pembelajaran,
penyelesaian tugas-tugas terstruktur, dan sejenisnya. Di samping itu interaksi guru-siswa
terealisasi pula melalui hubungan yang bersifat campuran. Meskipun guru telah memanfaatkan
media pembelajaran, tetapi guru tetap hadir dalam pembelajaran.
7
Pola arus interaksi guru-siswa di kelas memiliki berbagai kemungkinan arus komunikasi.
Sedikitnya menurut Heinich ada empat pola arus komunikasi:
(1) komunikasi guru-siswa searah
(2) komunikasi dua arah — arus bolak-balik–
(3) komunikasi dua arah antara guru-siswa dan siswa-siswa
(4) komunikasi optimal total arah. Arus komunikasi dalam pembelajaran ada pula yang
membedakan kedalam dua jenis, yakni one way traffic comunication dan two way traffic
comunication.
II.4 Membangun Komunikasi Efektif
Agar komunikasi efektif, hal-hal berikut perlu mendapat perhatian:
- Kontak mata
- Ekspresi wajah
- Postur tubuh
- Selera berbusana
- Suara
- Sentuhan
- Bahasa verbal dan non verbal
- Konsep waktu dan tempat
- Memperbaiki persepsi
- Konsep diri dan lain-lain.
Komunikasi dikatakan efektif apabila terdapat aliran informasi dua arah antara
komunikator dan komunikan dan informasi tersebut sama-sama direspon sesuai dengan harapan
kedua pelaku komunikasi tersebut. Setidaknya terdapat lima aspek yang perlu dipahami dalam
membangun komunikasi yang efektif, yaitu :
8
a. Kejelasan
Hal ini dimaksudkan bahwa dalam komunikasi harus menggunakan bahasa dan mengemas
informasi secara jelas, sehingga mudah diterima dan dipahami oleh komunikan.
b. Ketepatan
Ketepatan atau akurasi ini menyangkut penggunaan bahasa yang benar dan kebenaran informasi
yang disampaikan.
c. Konteks
Konteks atau sering disebut dengan situasi, maksudnya adalah bahwa bahasa dan informasi yang
disampaikan harus sesuai dengan keadaan dan lingkungan dimana komunikasi itu terjadi.
d. Alur
Bahasa dan informasi yang akan disajikan harus disusun dengan alur atau sistematika yang jelas,
sehingga pihak yang menerima informasi cepat tanggap
e. Budaya
Aspek ini tidak saja menyangkut bahasa dan informasi, tetapi juga berkaitan dengan tatakrama
dan etika. Artinya dalam berkomunikasi harus menyesuaikan dengan budaya orang yang diajak
berkomunikasi, baik dalam penggunaan bahasa verbal maupun nonverbal, agar tidak
menimbulkan kesalahan persepsi. (Endang Lestari G : 2003)
Menurut Santoso Sastropoetro (Riyono Pratikno : 1987) berkomunkasi efektif berarti
bahwa komunikator dan komunikan sama-sama memiliki pengertian yang sama tentang suatu
pesan, atau sering disebut dengan “the communication is in tune”. Agar komunikasi dapat
berjalan secara efektif, harus dipenuhi beberapa syarat :
a. menciptakan suasana komunikasi yang menguntungkan
b. menggunakan bahasa yang mudah ditangkap dan dimengerti
9
c. pesan yang disampaikan dapat menggugah perhatian atau minat bagi pihak komunikan
d. pesan dapat menggugah kepentingan komunikan yang dapat menguntungkan
e. pesan dapat menumbuhkan suatu penghargaan bagi pihak komunikan.
Beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran terkait dengan
komunikasi adalah:
1. Pengirim pesan / komunikator merupakan sumber dari suatu pesan. Dalam
pembelajaran, guru berfungsi sebagai pengolah / penghasil pesan sekaligus sebagai
pengirim pesan / komunikator. Agar guru dapat menyampaikan pesan dengan efektif,
ada dua syarat yang harus dipenuhi yaitu : (1) kepercayan; guru harus dapat
menunjukkan keahliannya di depan peserta didik, karena kepercayaan ini akan
menimbulkan motivasi yang besar dan akan meningkatkan kemampuan serta sikap
peserta didik, dan (2) ketrampilan; kemampuan untuk menyampaikan pesan dengan
berbagai strategi pembelajaran yang menarik, akan menimbulkan kegairahan dalam
belajar.
2. Pesan dapat berbentuk ide / gagasan, konsep, fakta, prinsip, prosedur. Agar pesan
yang disampaikan oleh guru dapat mudah dipahami,maka seharusnya : (1) memiliki
daya tarik, (2) sesuai dengan kebutuhan peserta didik, (3) dalam lingkup area of
experience yang sama dengan peserta didik, (4) peserta didik ikut berperan aktif
dalam proses pembelajaran.
3. Konteks diartikan sebagai situasi atau lingkungan yang apabila kondusif akan
memungkinkan keberhasilan pembelajaran.
4. Sistem penyampaian berkaitan dengan penggunaan metode dan media pembelajaran.
Sebaiknya tidak hanya menggunakan satu metode saja melainkan dikombinasi
dengan metode lain agar dapat saling melengkapi kekurangan masing-masing metode.
Berbagai jenis media yang ada saat ini juga dapat dimanfaatkan untuk menciptakan
penyampaian yang dianggap tepat bagi peserta didik.
5. Komunikan adalah peserta didik sebagai penerima pesan. Pada saat ini paradigma
pembelajaran yang berlaku adalah student centered yaitu peserta didik sebagai subyek
10
yang aktif membangun informasi atau makna sendiri. Maka dari itu kesadaran akan
perlunya belajar yang self regulated sangat mempengaruhi pembelajaran.
6. Komunikasi antar pribadi dalam proses pembelajaran menuntut guru mempunyai
ketrampilan berikut:
- Kemampuan mengungkap perasaan peserta didik dengan memperhatikan dan
mendengarkan secara aktif segala sesuatu yang disampaikan peserta didik.
- Kemampuan menjelaskan perasaan peserta didik yang salah satunya dapat
dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan inventori agar dapat
memahaminya.
- Kemampuan mendorong peserta didik agar dapat memilih perilaku alternative
memalui perkiraan konsekuensi atas tindakan yang diambil peserta didik.
7. Komunikasi pendidik dengan peserta didik dilakukan dalam iklim yang kondusif dan
ekspektasi yang jelas. Ekspektasi ini meliputi: (1) tujuan yang disampaikan secara
jelas pada awal pembelajaran, (2) rasa aman yang perlu dimiliki peserta didik dalam
proses komunikasi, (3) keteraturan dalam proses pembelajaran dengan adanya aturan
tertentu yang ditaati bersama, (4) berlaku adil pada semua peserta didik, (5) penuh
perhatian antar kedua belah pihak, dan (6) respek satu sama lain.
Terkait dengan proses pembelajaran, komunikasi dikatakan efektif jika pesan yang dalam
hal ini adalah materi pelajaran dapat diterima dan dipahami, serta menimbulkan umpan balik
yang positif oleh mahasiswa. Komunikasi efektif dalam pembelajaran harus didukung dengan
keterampilan komunikasi antar pribadi yang harus dimiliki oleh seorang guru. Komunikasi antar
pribadi merupakan komunikasi yang berlangsung secara informal antara dua orang individu.
Komunikasi ini berlangsung dari hati ke hati, karena diantara kedua belah pihak terdapat
hubungan saling mempercayai. Komunikasi antar pribadi akan berlangsung efektif apabila pihak
yang berkomunikasi menguasai keterampilan komunikasi antar pribadi.
Dalam kegiatan belajar mengajar, komunikasi antar pribadi merupakan suatu keharusan,
agar terjadi hubungan yang harmonis antara pengajar dengan peserta belajar. Keefektifan
komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar ini sangat tergantung dari kedua belah pihak. Akan
tetapi karena pengajar yang memegang kendali kelas, maka tanggung jawab terjadinya
komunikasi dalam kelas yang sehat dan efektif terletak pada tangan pengajar. Keberhasilan
11
pengajar dalam mengemban tanggung jawab tersebut dipengaruhi oleh keterampilannya dalam
melakukan komunikasi ini.
Sokolove dan Sadker seperti dikutip IGAK Wardani dalam bukunya membagi keterampilan
antar pribadi dalam pembelajaran menjadi tiga kelompok, yaitu :
a. Kemampuan untuk Mengungkapkan Perasaan Mahasiswa.
Kemampuan ini berkaitan dengan penciptaan iklim yang positif dalam proses belajar mengajar,
yang memungkinkan peserta didik mau mengungkapkan perasaan atau masalah yang
dihadapinya tanpa merasa dipaksa atau dipojokkan. Iklim semacam ini dapat ditumbuhkan oleh
dosen dengan dua cara, yaitu menunjukkan sikap memperhatikan dan mendengarkan dengan
aktif. Untuk menumbuhkan iklim semacam ini, pendidik harus bersikap: 1) memberi dorongan
positif; 2) bertanya yang tidak memojokkan; dan 3) fleksibel.
b. Kemampuan Menjelaskan Perasaan yang Diungkapkan Mahasiswa.
Apabila mahasiswa telah bebas mengungkapkan problem yang dihadapinya, selanjutnya tugas
dosen adalah membantu mengklarifikasi ungkapan perasaan mereka tersebut. Untuk kepentingan
ini, dosen perlu menguasai dua jenis keterampilan, yaitu merefleksikan dan mengajukan
pertanyaan inventori. Pertanyaan inventori adalah pertanyaan yang menyebabkan orang melacak
pikiran, perasaan, dan perbuatannya sendiri, serta menilai kefektifan dari perbuatan tersebut.
Pertanyaan inventori dapat digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu pertanyaan yang menuntut
mahasiswa untuk mengungkapkan perasaan dan pikirannya, pertanyaan yang menggiring
mahasiswa untuk mengidentifikasi pola-pola perasaan, pikiran, dan perbuatannya, dan
pertanyaan yang menggiring mahasiswa untuk mengidentifikasi konsekuensi/akibat dari
perasaan, pikiran, dan perbuatannya.
Agar dapat merefleksikan ungkapan perasaan peserta didik secara efektif, pengajar perlu
mengingat hal-hal berikut :
1) Hindari prasangka terhadap pembicara atau topik yang dibicarakan.
2) Perhatikan dengan cermat semua pesan verbal maupun nonoverbal dari pembicara.
12
3) Lihat, dengarkan, dan rekam dalam hati, kata-kata/perilaku khas yang diperlihatkan
pembicara.
4) Bedakan/simpulkan kata-kata/pesan yang bersifat emosional.
5) Beri tanggapan dengan cara memparaphrase kata-kata yang diucapkan, menggambarkan
perilaku khusus yang diperlihatkan, dan tanggapan mengenai kedua hal tersebut.
6) Jaga nada suara, jangan sampai berteriak, menghakimi, atau seperti memusuhi.
7) Meminta klarifikasi terhadap pertanyaan atau pernyataan yang disampaikan.
c. Mendorong Mahasiswa untuk Memilih Perilaku Alternatif.
Untuk keperluan ini, dosen harus memiliki kemampuan :
1) Mencari/mengembangkan berbagai perilaku alternatif yang sesuai.
2) Melatih perilaku alternatif serta merasakan apa yang dihayati mahasiswa dengan perilaku
tersebut.
3) Menerima balikan dari orang lain tentang keefektifan setiap perilaku alternatif.
4) Meramalkan konsekuensi jangka pendek dan jangka panjang dari setiap perilaku alternatif.
5) Memilih perilaku alternatif yang paling sesuai dengan kebutuhan pribadi mahasiswa.
Wiranto Arismunandar dalam pidato Apresiasi Guru Besar ITB (2003) mengatakan
bahwa, tantangan bagi dosen adalah bagaimana dapat menjelaskan materi kuliah dengan baik,
memberikan yang esensial dengan cara yang menarik, percaya diri, dan membangkitkan motivasi
para mahasiswanya. Komunikasi dan interaksi di dalam kelas dan di luar kelas sangat
menentukan efektivitas dan mutu pendidikan. Dosen yang menjelaskan, mahasiswa yang
bertanya; berbicara dan mendengarkan yang terjadi silih berganti, semuanya itu merupakan
bagian dari pendidikan yang penting serta berlaku dalam kehidupan yang sejahtera. Bertanya pun
harus jelas serta menggunakan bahasa yang baik dan benar, supaya diperoleh jawaban yang baik
13
dan benar pula. Mereka yang pandai mendengarkan sangatlah beruntung karena dapat belajar
dan mendapatkan informasi lebih banyak. Mahasiswa hendaknya didorong untuk bertanya
tentang sesuatu yang belum jelas atau masih memerlukan penjelasan lebih lanjut. Dengan
demikian dosen dipacu untuk senantiasa mengikuti perkembangan dan mahasiswa memahami
semua materi yang dibahas. Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa mutu pendidikan sangat
tergantung dari partisipasi dan kontribusi dari semua yang terlibat. Hal tersebut sangat menarik
karena baik dosen maupun mahasiswa senang dan merasa perlu datang kuliah. Secara tidak
langsung dosen akan meningkatkan kemampuan berkomunikasi serta dapat membaca pikiran
atau gagasan mahasiswa (the unborn ideas) serta membantu mahasiswa mengungkapkan pikiran
dan gagasannya tersebut.
Komunikasi yang efektif dalam proses pembelajaran sangat berdampak terhadap
keberhasilan pencapaian tujuan. Komunikasi dikatakan efektif apabila terdapat aliran informasi
dua arah antara komunikator dan komunikan dan informasi tersebut sama-sama direspon sesuai
dengan harapan kedua pelaku komunikasi tersebut. Jika dalam pembelajaran terjadi komunikasi
yang efektif antara pengajar dengan mahasiswa, maka dapat dipastikan bahwa pembelajaran
tersebut berhasil. Sehubungan dengan hal tersebut, maka para pengajar, pendidik, atau instruktur
pada lembaga-lembaga pendidikan atau pelatihan harus memiliki kemampuan komunikasi yang
baik. Kemampuan komunikasi yang dimaksud dapat berupa kemampuan memahami dan
mendesain informasi, memilih dan menggunakan saluran atau media, serta kemampuan
komunikasi antar pribadi dalam proses pembelajaran.
II.5 Hambatan Komunikasi
Ada beberapa hambatan yang perlu diperhatikan dalam komunikasi, yaitu:
- Hambatan sosiologis, seperti: perbedaan status sosial, agama, tingkat pendidikan,
ekonomi, usia dan lain-lain.
- Hambatan antropologis, seperti: ras, suku, budaya, bahasa, norma, gaya hidup,
kebiasaan dan sebagainya.
14
- Hambatan psikologis, seperti: kondisi sedih, bahagia, bingung, kecewa, perasaan
iri, menaruh prasangka dan sebagainya.
- Hambatan semantis (pada komunikator), seperti: salah ucap atau salah tulis,
penginterpretasian, encoding pesan oleh komunikator, miskonsepsi dan
misunderstanding.
- Hambatan mekanis, terletak pada saluran / media komunikasi, seperti: gangguan
jaringan telepon, tulisan yang tidak terbaca, ketidakcocokan media, panjang rantai
/ saluran komunikasi dan lain-lain.
- Hambatan ekologis, hambatan karena kondisi lingkungan,seperti: bising lalulintas
kendaraan, keramaian, gemuruh suara mesin, suara hujan dan lain-lain.
Menurut Husaini Usman (2008:396) terdapat 18 hambatan komunikasi yang meliputi :
1. Komunikator menggunakan bahasa yang sukar dipahami. Pastikanlah guru menggunakan
bahasa pengantar yang bisa dipahami oleh peserta didik. Hindari menggunakan istilah yang tidak
diketahui peserta didik. Jika ingin menggunakan istilah, jelaskanlah padanannya dengan bahasa
yang mudah dipahami. Kadangkala guru akan mudah menjelaskan materi jika dibantu dengan
bahasa ibu peserta didik. Untuk mengecek apakah kendala ini tidak ada pada Anda, bisa
digunakan pengajuan pertanyaan “Apakah penjelasan saya mudah dipahami?” �
2. Perbedaan persepsi akibat latar belakang yang berbeda. Setiap guru dan peserta didik memiliki
latar belakang yang berbeda. Itu adalah wajar dan real. Yang perlu dilakukan adalah kesepakatan
antara guru dengan peserta didik bahwa inilah tujuan pembelajaran yang ingin kita raih. Oleh
karena itu, sampaikanlah tujuan pembelajaran tersebut kepada peserta didik.
3. Terjemahan yang salah. Ada kalanya dalam pembelajaran terdapat istilah asing yang belum
diketahui oleh guru. Guru jangan merasa malu jika memang belum tahu. Ambillah kamus bahasa
Indonesia atau kamus istilah umum atau istilah dalam bidang studi tertentu sebagai sahabat
dalam menerjemahkan kata atau istilah yang tidak diketahui.
4. Kegaduhan (Noises). Dapat saja ini menjadi faktor penentu materi ajar tidak dipahami. Guru
terus menyampaikan materi sementara kegaduhan pun dibiarkan. Buatlah aturan yang disepakati
agar kegaduhan tidak berlangsung tanpa kendali. Tidak apa-apa ada kegaduhan. Namun, jangan
15
dibiarkan terlalu lama. Gaduh untuk jangka waktu 1 menit. Setelah itu, fokus lagi dalam
pembelajaran.
5. Gangguan fisik (gagap, tuli, buta). Allah SWT menakdirkan bahwa ada hamba-hamba-Nya
yang tidak sempurna fisik. Ada yang gagap, tunawicara, tunanetra, dan sebagainya. Terimalah
mereka apa adanya. Mereka pasti memiliki potensi unggul lain yang perlu digali. Guru harus siap
menerima kenyataan tersebut seraya mencari cara agar tidak terjadi hambatan komunikasi
misalnya dengan cara belajar menggunakan bahasa yang mereka dapat pahami.
6. Semantik yaitu pesan bermakna ganda. Dalam penyampaina informasi ada kemungkinan
pesan yang dikirim bermakna ganda, lebih dari 1 arti. Inilah salah satu penyebab
miscommunication. Contohnya “Untuk memahami materi pelajaran tadi, kerjakanlah 10 soal
pada buku yang kamu pegang”. Informasi perintah ini tidak jelas. Buku yang mana yang
dimaksud? Halaman berapa? Hindari penggunaan kalimat bermakna ganda.
7. Belum berbudaya baca, tulis, dan budaya diam. Penyampaian materi pembelajaran guru agar
maksimal perlu ditunjang dengan pelaksanaan budaya yang baik di dalam kelas. Tumbuhkan
kebiasaan bahwa ketika guru menjelaskan, peserta didik memperhatikan. Ketika guru meminta
mereka menjawab, mereka memberikan respons jawaban. Ketika seorang peserta didik sedang
menjawab, peserta didik lain diminta menyimak. Jangan sampai sebaliknya, ketika guru sedang
menjelaskan, para peserta didik justru saling berbicara dan ketika mereka disuruh bertanya, tidak
satu pun bertanya. Bahkan guru dapat menumbuhkan budaya saling koreksi jawaban antarpeserta
didik dapat dilakukan di bawah bimbingan guru.
8. Kecurigaan. Agama kita melarang suudzhon atau berburuk sangka pada sesama.
Kembangkanlah sikap berbaik sangka apakali semua peserta didik kita adalah muslim dan
muslimat. Guru hendaklah berpikir baik atau positif bahwa materi ini bisa dipahami peserta
didik. Guru curiga pada anak akan membawa suasana pembelajaran tidak kondusif.
9. Teknik bertanya yang buruk. Ternyata guru yang tidak memiliki kemampuan bertanya, tidak
akan sanggup menggali pemahaman peserta didik, tidak sanggup mengetahui apa yang dirasakan
anak-anak. Oleh karena itu, kembangkan selalu teknik bertanya kepada peserta didik. Tipe
pertanyaan “Sudah mengerti anak-anak?” adalah teknik bertanya yang buruk karena tidak
16
mengukur sejauhmana pemahaman peserta didik. Ingatlah ahwa setiap peserta didik memiliki
modalitas belajar yang berbeda-beda.
10. Teknik menjawab yang buruk. Bisa jadi kesulitan anak-anak memahami materi yang
disampaikan karena sang guru tidak mampu menjawab dengan baik. Pertanyaan bukannya
dijawab, melainkan dibiarkan. Pertanyaan justru dijawab tidak tepat. Salah satu teknik menjawab
yang buruk adalah guru tidak memberikan kesempatan peserta didik menyelesaikan pertanyaan
lalu langsung di jawab oleh guru.
11. Tidak jujur. Karakter dasar guru mestilah ditampilkan selama pembelajaran berlangsung dan
juga di luar pembelajaran. Guru harus jujur, tidak berbohong. Jujurlah jika memang tidak tahu..
Ilmu itu sangat banyak. Sarana memperoleh ilmu pun sangat beragam. Guru adalah salah satu
wasilah saja. Oleh karena itu, janganlah menjadi guru kebetulan. Kebetulan guru, maka saya
mengajar.
12. Tertutup. Jika ada guru yang memiliki sikap tertutup atau introvert dalam proses
pembelajaran, sebaiknya jangan menjadi guru. Cari profesi lain sebab mana mungkin guru
bersikap tertutup selama proses pembelajaran. Padahal dalam proses itu diperlukan kerjasama,
keterbukaan, kehangatan, dan keterlibatan.
13. Destruktif. Jelas sikap ini akan menjadi penghambat aliran komunikasi. Cegahlah sedini
mungkin oleh guru. Jika sikap destruktif itu muncul dari siswa, lakukan segera penanganannya
secara bijak atau sesuai prosedur yang berlaku di sekolah.
14. Kurang dewasa. Guru memang perlu menyadari sikapnya dalam proses pembelajaran.
Bedakan ketika guru mengajar di tingkat TK, SD, SMP, atau SMA. Contoh keliru adalah ketika
Guru mengajar di tingkat SMA kelas 12, guru menggunakan bahasa seperti ini “Baik, anak-
anakku! Sudah selesai tugasnya?” Tentu panggilan “anak-anakku” tidaklah tepat karena
menganggap peserta didik SMA kelas 12 adalah anak-anak.
15. Kurang respek. Kurang menghormati. Belajarlah dengan kondisi realitas yang ada. Bahwa
peserta didik adalah manusia yang perlu diakui potensinya, perlu diapresiasi kemampuannya
sekecil apa pun, perlu diselamatkan dari upaya penghakiman di hadapan rekan-rekannya. Dapat
17
saja terjadi, peserta didik tidak mampu memahami pembelajaran bukan karena tidak mampu,
tetapi ada hambatan psikologi bahwa guru telah melukai perasaannya.
16. Kurang menguasai materi. Ini faktor yang sangat jelas. Begitu guru tidak menguasai materi,
itulah hambatan komunikasi guru. Kompetensi profesional salah satu maknanya adalah guru
menguasai materi secara mendalam bahkan ditambahkan lagi, meluas.
17. Kurang persiapan. Salah satu kewajiban guru adalah membuat perencanaan pembelajaran.
Bagaimana mungkin pembelajaran dapat optimal jika guru tidak menyiapkan perencanaan
dengan baik. Oleh karena itu, pastikan bahwa guru telah merencanakan pembelajaran.
18. Kebiasaan menjadi pembicara dan pendengar yang buruk. Semua ada ilmunya. Menjadi guru
profesional, ada ilmunya. Menjadi guru yang sukses dunia akhirat, ada ilmunya. Menjadi
pembicara dan pendengar yang baik pun, ada ilmunya. Oleh sebab itu, jadilah guru yang selalu
belajar. Termasuk belajar menjadi pembicara yang baik dan pendengar yang baik.
Teknologi Telekomunikasi dan Informasi (TTI)
Pada era teknologi informasi sekarang ini kemungkinan untuk melakukan komunikasi
jarak jauh lebih terbuka. Dengan terbatasnya jangkauan pendidikan tatap muka konvensional
secara formal, dapat diramalkan arah kecenderungan pendidikan di masa mendatang adalah
sebagai berikut (Yusufhadi,2004): (a) pendidikan terbuka dengan modus belajar jarak jauh akan
menjamah pendidikan yang berada di luar jangkauan tatap muka konvensional yang bersifat
klasikal, (b) lembaga-lembaga pendidikan dan latihan yang mempunyai satu kemungkinan untuk
memnafaatkan sumber-sumber secara bersama akan berkolaborasi dalam suatu jaringan
pendidikan jarak jauh, pendidikan profesi dan politeknik secara bertahap akan memanfaatkan
ajringan e-mail dan e-library untuk akses data dan informasi yang bersangkutan, (c) daerah-
daerah pelosok jauh dan terpencil secara bertahap melalui kantong-kantong eksperimentasi akan
diperkenalkan dengan penggunaan teknologi yang tepat guna dalam semangat kebersamaan
antara pemerintah, orang tua dan masyarakatsehingga pendidikan tidak hanya dapat diakses
18
tetapi juga terjangkau, (d) penggunaan CD-ROM multimedia dalam pendidikan secara bertahap
dan dapat menggantikan TV dan video karena sifatnya yang luwes,interaktif dan tahan rusak.
Adanya pelatihan-pelatihan dan rasa keingintahuan guru untuk menguasai komputer membantu
siswa mengintegrasikan TIK dalam proses pembelajaran. Sehingga proses pembelajaran yang
ada tidak lagi monoton, seperti penggunaan Power Point dalam pelajaran sejarah; adanya CD
pembelajaran dalam pembelajaran Matematika, Biologi, Bahasa Inggris, dsb; adanya
penggunaan audio dalam proses pembelajaran Listening pada pelajaran Bahasa Inggris dengan
disediakannya Lab Bahasa pada beberapa sekolah; penggunaan Website (baik yang berbayar
maupun tidak, misalnya Blog, dsb) pada beberapa sekolah yang mengerti manfaat website
tersebut bagi siswa dan sekolah; juga dengan adanya pendidikan jarak jauh tentunya dengan
didirikannya Universitas Terbuka dan SMP Terbuka. E-Learning saat ini menjadi satu kebutuhan
penting dalam proses pembelajaran agar mampu meratakan pendidikan di Indonesia. Tinggal
bagaimana pemerintah mengalokasikan dana pendidikan secara tepat dan merata agar
terpenuhinya pemerataan pendidikan dan mengurangi kesenjangan pendidikan yang ada di kota
besar dan daerah terpencil.
19
BAB III
Penutup
III.1 Kesimpulan
III.1.1 Komunikasi adalah proses penyampaian informasi atau gagasan maupun ide dari
komunikan kepada komunikator melalui suatu relasi tertentu.
III.1.2 Konsep dasar komunikasi yaitu :
Komunikasi dipandang sebagai proses menyampaikan informasi
o Disini pengertian komunikasi dititik beratkan pada materi / pesannya. Pengirim
dan penerima pesan bukanlah komponen yang menentukan keberhasilan
komunikasi.
Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain.
o Disini faktor pengirim pesan menjadi komponen utama, sedangkan penerima
pesan dianggap sebagai objek yang pasif.
Komunikasi sebagai proses penciptaan arti atau makna.
o Dengan konsep ini, pesan dapat diciptakan melalui orang, radio, televisi, buku
dan sebagainya. Makna dari pesan tersebut dapat diciptakan oleh masing-masing
individu.
III.1.3 Komunikasi yang baik dalam pembelajaran adalah komunikasi antara guru sebagai
komunikator dan siswa sebagai komunikan yang terwujud dalam interaksi dua arah yang
kemudian menghasilkan output pembelajaran yang memuaskan atau sesuai dengan
tujuan yang hendak dicapai.
III.1.4 Komunikasi dalam pembelajaran dikatakan efektif apabila peserta didik faham atas apa
yang disampaikan pendidik dan dapat memberikan respon positif atas info yang
diterima. Selain itu dalam komunkasi yang efektif diperlukan kemampuan membangun
komunikasi pribadi dari seorang guru terhadap muridnya dan memperhatikan beberapa
faktor, seperti kejelasan, ketepatan, konteks, alur dan budaya.
20
III.1.5 Dalam berkomunikasi seringkali dijumpai beberapa hambatan yang antara lain meliputi
hambatan sosiologis, antropologis, psikologis, semantis, mekanis dan ekologis.
III.1.6 Penguasaan teknologi oleh pendidik menjadi penting karena teknologi menjadi bagian
perkembangan komunikasi dalam pembelajaran guna mempermudah guru dalam
penyampaian informasi dan mempermudah siswa menerima informasi terkait.
III.2 Saran
Kepada para calon pendidik, kita tidak hanya mampu menguasai materi yang akan
disampaikan melainkan juga mampu menyampaikan konten pembelajaran. Untuk itu,
komunikasi baik verbal maupun non verbal harus menjadi kompetensi dasar yang dimiliki
seorang pendidik agar mampu mentransfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik dengan
baik guna mencapai tujuan pendidikan yang ingin dicapai.
21