makalah antijamur topikal

27
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penyakit kulit cukup banyak diderita penduduk Negara tropis. Salah satunya Indonesia akan tetapi angka kejadian yang tepat belum diketahui. Iklim yang panas dan lembab mempermudah tempat penyakit jamur berkembang dengan baik (Utama, 2004). Penyakit jamur kulit atau dermatomikosis adalah penyakit pada kulit, kuku, rambut, dan mukosa yang disebabkan infeksi jamur (Mawarli, 2000). Jamur yang bisa menyebabkan penyakit pada manusia adalah dermatofit (dermatophytae, bahasa yunani berarti tumbuhan kulit) dan jamur serupa ragi candida alicans, yang menyebabkan terjadi infeksi jamur superfisial pada kulit, rambut, kuku dan selaput lendir (Zakaria, 2005). Menurut Soebono dalam Utama, 2004 Data epidemiologic menunjukkan bahwa penyakit kulit karena jamur superficial (Dermatomikosis superfisialis) merupakan penyakit kulit banyak dijumpai pada semua lapisan masyarakat, baik di pedesaan maupun perkotaan, tidak hanya di Negara berkembang tetapi juga karena sering bersifat kronik dan kumat-kumatan serta tidak sedikit yang

Upload: ika-merdekawati

Post on 07-Aug-2015

1.342 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: makalah antijamur topikal

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Penyakit kulit cukup banyak diderita penduduk Negara tropis. Salah satunya

Indonesia akan tetapi angka kejadian yang tepat belum diketahui. Iklim yang panas dan

lembab mempermudah tempat penyakit jamur berkembang dengan baik (Utama, 2004).

Penyakit jamur kulit atau dermatomikosis adalah penyakit pada kulit, kuku, rambut, dan

mukosa yang disebabkan infeksi jamur (Mawarli, 2000). Jamur yang bisa menyebabkan

penyakit pada manusia adalah dermatofit (dermatophytae, bahasa yunani berarti

tumbuhan kulit) dan jamur serupa ragi candida alicans, yang menyebabkan terjadi

infeksi jamur superfisial pada kulit, rambut, kuku dan selaput lendir (Zakaria, 2005).

Menurut Soebono dalam Utama, 2004 Data epidemiologic menunjukkan bahwa

penyakit kulit karena jamur superficial (Dermatomikosis superfisialis) merupakan

penyakit kulit banyak dijumpai pada semua lapisan masyarakat, baik di pedesaan

maupun perkotaan, tidak hanya di Negara berkembang tetapi juga karena sering

bersifat kronik dan kumat-kumatan serta tidak sedikit yang resisten dengan obat anti

jamur, maka penyakit ini dapat menyebabkan gangguan kenyamanan dan menurunkan

kualitas hidup bagi penderitannya.

Daerah pedalaman angka ini mungkin lebih meningkat dengan variasi penyakit

yang berbeda. Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya dermatomikosis

superfisialis adalah iklim yang panas, higiene sebagian masyarakat yang masih kurang,

adanya sumber penularan disekitarnya, penggunaan obat-obat antibiotik, steroid dan

sitostatika yang meningkat,

Page 2: makalah antijamur topikal

BAB II

PEMBAHASAN

1. Nistatin

Indikasi:

Berguna hanya untuk kandidiasis dan diberikan pada kulit, vagina dan oral.

Infeksi kuku dan lesi kulit hyperkeratinized atau berkulit tidak merespon. (1)

Nistatin terutama digunakan untuk infeksi Candida albicans pada kulit, dan

membran mukosa termasuk candidiasis esophagus dan intestinal (2)

Nama & Struktur Kimia:

C47H75NO17

Sifat Fisikokimia :

Tiap mg nistatin mengandung tidak kurang dari 4400 unit aktivitas. Obat ini

bersifat higroskopis, serbuk berwarna kuning hingga coklat bercahaya, dengan

bau seperti sereal, sangat sedikit larut dalam air (efektif dalam bentuk suspensi),

sedikit larut dalam alkohol, metanol, n-propil alkohol, dan n-butil alkohol; tidak

larut dalam kloroform, eter dan benzen. (2)

Keterangan

Nistatin adalah antibiotik antifungi yang dihasilkan oleh Streptomyces noursei.

(2)

Golongan/Kelas Terapi:

Anti Infeksi

Page 3: makalah antijamur topikal

Nama Dagang:

Candistin, Enystin, Fungatin, KAndistatin, Mycostatin, Nymiko,

dan Nistatin. (2)

Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian:

Peroral, pada intestinal cadidiasis 500.000 unit setiap 6 jam ,

pada infeksi berat  diberikan dosis ganda; anak-anak 100.000

unit 4 kali sehari. Profilaksis ,1.000.000 unit satu kali sehari ,

neonatus 100.000 unit sekali sehari. Catatan :   tidak diizinkan

untuk pengobatan candidiasis pada neonates. (2)

Farmakologi:

Absorbsi : topikal : tidak ada yang dapat menembus membran

mukosa atau masuk dalam kulit; oral : absorbsi jelek

Waktu untuk mencapai kadar puncak, serum: gejala infeksi

candidiasis berkurang dalam 24 – 72 jam

Ekskresi : Feses (dalam bentuk obat tidak berubah) (2)

Stabilitas Penyimpanan:

Sediaan nistatin  dapat menjadi rusak  oleh panas, cahaya,

kelembaban atau udara. Nistatin suspensi oral dan tablet harus

disimpan dalam wadah yang tertutup rapat, tidak tembus cahaya.

Serbuk nistatin harus disimpan dalam wadah tertutup rapat,

Page 4: makalah antijamur topikal

kedap cahaya dan disimpan pada suhu 2 - 8°C. (2)

Kontraindikasi:

Hipersensitivitas terhadap nistatin atau komponen lain dalam

sediaan

Efek Samping:

Mual, muntah, diare pada dosis tinggi ; sensitisasi dan iritasi

oral ; rash (termasuk urtikaria) dan jarang terjadi sindrom

Stevens-Johnson. (2)

Mekanisme Aksi

Berikatan dengan sterol pada sel membran jamur, perubahan

permeabilitas dinding sel diikuti dengan kebocoran isi sel

2. Mikonazol

Kelas Terapi :

Antifungi

Sifat Fisiko Kimia :

Mikonazol serbuk putih atau hampir berwarna putih. Dapat

menunjukkan terjadinya polimorfisme. Titik leleh78° hingga 88°.

Tidak larut dalam air, larut 1 bagian dalam 9,5 bagian dalam

alkohol, larut 1 bagian dengan 2 bagian kloroform, 1 bagian

dalam 15 eter, 1 bagian dalam 4 bagian isopropil alkohol, 1

dalam 5.3 metil alkohol dan 1bagian dalam 9 bagian propilen

glikol, mudah larut dalam aseton dan dimetilformamid.

Penyimpanan : pada temperatur 25° dan terlindung dari cahaya.

Page 5: makalah antijamur topikal

(3)

Indikasi:

infeksi jamur pada saluran pencernaan dan mulut dermatophyta,

candidiasis kutan dan candidiasis vulvovaginal. (4)

Farmakologi:

Absorpsi : sejumlah kecil mikonazol dapat terabsorbsi secara

sistemik ketika obat digunakan melalui vaginal.lkatan dengan

protein:90% Waktu paruh eliminasi:24 jam Waktu untuk

mencapai kadar puncak dalam serum: 4 jam setelah pemberian

dosis 1 g perhari. Ekskresi:urin 10-20% dalam bentuk metabolit,

dalam waktu 6 hari. sekitar 50% dieksresi di feses dalam bentuk

tak berubah. (4)

Kontraindikasi:

Penderita gangguan hati. Penggunaan antikoagulan seperti

warfarin. Pasien yang hipersensitivitas terhadap obat atau salah

satu kandungan dalam sediaan. (4)

Efek Samping :

Pada penggunaan oral : mual, muntah, dan diare. Dapat terjadi

reaksi alergi, dan juga hepatitis. Pada penggunaan topikal : iritasi

lokal dan reaksi sensitivitas.

Dosis Pemberian :

Untuk pencegahan dan pengobatan Oral : (Dewasa) 5-10 mL

setelah makan 4 kali sehari ; tempatkan didekat luka pada mulut

Page 6: makalah antijamur topikal

sebelum ditelan. (Anak) usia dibawah 2 tahun diberikan 2.5 mL 2

kali sehari ; 2-6 tahun 5 mL 2 hari sekali ; diatas 6 tahun 5 mL 4

kali sehari ; pengobatan dilanjutkan selama 48 jam setelah luka

sembuh. Untuk luka terlokalisasi : usapkan pada area yang

terinfeksi dengan menggunakan jari yang bersih 4 kali sehari

selama 5-7 hari ; pengobatan dilanjutkan hingga 48 jam setelah

luka sembuh.;Untuk pengobatan tinea versicolor, tinea pedis,

tinea cruris atau tinea corporis krim mikonazol dioleskan 1 kali

sehari. Sementara untuk candidiasis cutan dioleskan dua kali

sehari. Pengobatan dilakukan selama 2 minggu untuk candidiasis

kutan, tinea cruris dan tinea corporis. untuk tinea pedis

pengobatan selama 1 bulan untuk mengurangi kemungkinan

timbul kembali. Untuk candidiasis vulvovaginal, 200 mg

supositoria melalui vagina digunakan sekali sehari pada malam

hari sebelum tidur selama 3 hari atau 100 mg supositoria melalui

vagina sekali sehari sebelum tidur selama 7 hari. untuk

mengobati rasa gatal dan iritasi dapat dioleskan krim mikonazol

nitrat 2% pada daerah yang terinfeksi dua kali sehari di waktu

pagi dan malam selama 7 hari atau sesuai dengan yang

dibutuhkan.

Stabilitas Penyimpanan :

Sediaan mikonazol harus disimpan dalam wadah yang tertutup

rapat pada suhu 15-30°C.

Page 7: makalah antijamur topikal

Interaksi Obat :

Mikonazol dapat menghambat metabolisme obat yang

dimetabolisme oleh sitokrom P450 isoenzim CYP3A4 dan

CYP2C9. Mikonazol dapat meningkatkan efek dari antikoagulan

yang digunakan oral seperti sulfonilurea hipoglisemik, atau

fenitoin. Dapat terjadi efek yang tidak diinginkan jika digunakan

bersama carbamazepin. Terdapat resiko terjadinya aritmia

jantung jika mikonazol digunakan bersama dengan astemizole,

cisapride, atau terfenadine. Mikonazol dapat menurunkan kadar

tobramisin dalam darah. Penggunaan amfoterisin bersamaan

dengan mikonazole dapat lebih berkhasiat dibanding amfoterisin

tunggal. Mikonazol dapat meningkatkan kadar pentobarbital dan

juga siklosporin dalam darah.

Perhatian :

Pengaruh terhadap Anak-anak :Penggunaan sediaan topikal

mikonazol nitrat pada pasien dibawah 2 tahun harus berada

dibawah pengawasan dokter. Penggunaan sediaan topikal pada

anak-anak usia 2-11 tahun berada dalam pengawasan orang

dewasa. Untuk pengobatan mandiri, anak-anak dibawah 12

tahun sebaiknya tidak menggunakan supositoria vagina atau

krim.

Pengaruh terhadap Ibu Menyusui :Belum diketahui apakah

mikonazol nitrat terdistribusi pada ASI, namun mikonazol harus

Page 8: makalah antijamur topikal

digunakan dengan hati-hati pada pasien ibu menyusui.

Peringatan :Pada pengobatan mandiri, jika terjadi iritasi atau

penyakit kulit pada pasien tidak ada perubahan setelah

penggunaan selama 2 minggu untuk tinea cruris atau 4 minggu

untuk tinea pedis atau corporis,maka pengobatan harus

dihentikan dan pasien harus berkonsultasi dengan dokter.

Sementara untuk candidiasis vulvovaginal jika tidak ada

perubahan dalam waktu 3 hari atau 7 hari ( pada pengobatan

mandiri), atau jika gejalanya timbul kembali dalam jangka waktu

2 bulan setelah pengobatan, pasien sebaiknya berkonsultasi

dengan dokter. Basis minyak sayur terhidrogenasi yang

terkandung dalam supositoria vagina mikonazol nitrat dapat

berinteraksi dengan produk lateks tertentu seperti alat

kontrasepsi pada vagina, pada situasi ini sebaiknya penggunaan

supositoria digantikan oleh krim vagina mikonazol.; Pada

pengobatan mandiri, penggunaan mikonazol sebaiknya

dihentikan jika pasien mengalami gejala nyeri abdomen, demam,

atau kondisi yang lebih parah dari vulvovagina candidiasis terjadi

dan kemudian konsultasikan dengan dokter. Begitu pula jika

pada penggunaan pertama supositoria vagina atau krim vagina

terjadi ketidaknyamanan atau pruritus pada vagina. Hindari

kontaksediaan mikonazol dengan mata.

Bentuk Sediaan :

Page 9: makalah antijamur topikal

Krim 5 gram, Gel oral 10 dan 20 gram, aerosol topikal 1% dan 2

%, serbuk aerosol 2%, losion 2%, serbuk 2%, supositoria 100 mg

dan 200 mg.

Sediaan yang beredar di pasaran :

Benoson M, Brentan, Daktarin, Daktazol, Fungares, Micoskin,

Micrem, Moladem, mycorine, sporend, Zolagel. (4)

3. Klotrimazol

Farmakokinetika:

Penyerapan clotrimazole kurang dari 0,5% setelah aplikasi pada

kulit utuh, dari vagina, itu adalah 3% sampai 10%. Konsentrasi

fungisida tetap dalam vagina selama 3 hari setelah pemberian

obat kepada pasien. Jumlah kecil diserap dimetabolisme di hati

dan diekskresikan dalam empedu. Pada orang dewasa, dosis

oral 200 mg per hari akan menimbulkan awalnya untuk

konsentrasi plasma 0,2 sampai 0,35 mg / ml, diikuti dengan

penurunan progresif. (5)

Efek Samping:

Dalam sebagian kecil dari penerima, clotrimazole pada kulit

dapat menyebabkan menyengat, eritema, edema, bengkak,

deskuamasi, pruritus, dan urtikaria. Ketika diterapkan untuk

vagina, sekitar 1,6% dari penerima mengeluhkan sensasi

terbakar ringan, dan jarang dari kram perut bagian bawah, sedikit

peningkatan frekuensi kencing, atau ruam kulit. Sesekali,

Page 10: makalah antijamur topikal

pasangan seksual dapat mengalami iritasi penis atau uretra.

Terapi Penggunaan.

Klotrimazol tersedia sebagai krim 1%, lotion, dan larutan

(Lotrimin, MYCELEX, dll), 1% atau 2% krim vagina atau tablet

vagina dari 100,, 200 atau 500 mg (Gyne-Lotrimin, MYCELEX-G,

lain) , dan 10-mg troches (MYCELEX, dll). Pada kulit, aplikasi

yang dibuat dua kali sehari. Untuk vagina, rejimen standar adalah

salah satu 100-mg tablet sekali sehari pada waktu tidur selama 7

hari, satu tablet 200 mg sehari selama 3 hari, satu 500-mg tablet

dimasukkan hanya sekali, atau 5 g krim sekali sehari untuk 3 hari

(2% krim) atau 7 hari (1% krim). Untuk wanita hamil, satu tablet

200 mg dapat digunakan sekali sehari selama 3 hari. Troches

harus dibubarkan perlahan di mulut lima kali sehari selama 14

hari.(6)

Indikasi:

Klotrimazol telah dilaporkan untuk menyembuhkan infeksi

dermatofit pada 60% sampai 100% dari kasus. Tingkat

penyembuhan dalam kandidiasis kulit adalah 80% sampai 100%.

Dalam kandidiasis vulvovaginal, angka kesembuhan biasanya di

atas 80% ketika rejimen 7-hari digunakan. Sebuah rejimen 3-hari

200 mg sekali sehari tampaknya sama efektif, seperti halnya

dosis tunggal pengobatan (500 mg). Kambuh yang umum setelah

semua rejimen. Angka kesembuhan dengan troches oral untuk

Page 11: makalah antijamur topikal

kandidiasis oral dan faring mungkin setinggi 100% pada host

imunokompeten.(6)

Kontraindikasi:

Dapat merusak bahan lateks, sehingga tidak dianjurkan

penggunaan kondom pada saat menggunakan obat ini

4. Ekonazol

Indikasi:

Infeksi kulit karena jamur, infeksi kuku, candidiasis. (7)

Kontraindikasi:

Hipersensitivitas, porphyria, kehamilan (7)

Perhatian:

Jaukan dari cairan mukosa dan mata. Dapat merusak lateks

pada alat kontrasepsi.

Dosis:

Dewasa: Infeksi Kulit topikal jamur Sebagai cream 1% / lotion /

powd / soln: Terapkan hingga 3 kali / hari selama 2-4 minggu.

Nail infeksi jamur Sebagai cream 1% / lotion: Terapkan sekali

sehari w / occlusive dressing. kandidiasis Sebagai alat pencegah

kehamilan: 150 mg / hari menjelang tidur selama 3 malam

berturut-turut. Sebagai krim 10%: Terapkan 5 g / hari pada

malam hari selama 2 minggu. (7)

Efek Samping:

Gatal, sensasi terbakar pada alat kelamin, eritema. (7)

Page 12: makalah antijamur topikal

Mekanisme Kerja:

Ekonazol memodifikasi permeabilitas membran sel dinding jamur,

dapat mengganggu RNA dan sintesis protein, dan metabolisme

lipid. (7)

Absorbsi:

Tidak signifikan (topikal atau vagina). (7)

5. Isokonazol

Indikasi:

Vagina micosis, infeksi kulit karena jamur (7)

Perhatian:

Kehamilan, laktasi. Semoga merusak karet lateks atau

kontrasepsi dan tindakan kontrasepsi tambahan diperlukan. (7)

Efek Samping:

Lokal reaksi termasuk pembakaran dan gatal-gatal. Pertumbuhan

berlebih dari organisme. (7)

Penyimpanan:

Simpan pada suhu <30o C

Mekanisme kerja:

Isoconazole adalah antijamur imidazol dengan spektrum luas dari

aktivitas. Hal ini juga aktif terhadap beberapa bakteri gram positif.

(7)

6. Tiokonazol

Indikasi:

Page 13: makalah antijamur topikal

Infeksi kulit yang disebabkan jamur yang peka terhadap

Tiokonazol. (8)

Kontra indikasi:

Hipersensitif terhadap obat antijamur Imidazol. (8)

Perhatian:

Bukan untuk digunakan pada mata.(8)

Efek samping:

Iritasi lokal. (8)

Dosis:

Gosokkan pada daerah kulit yang terinfeksi dan sekitarnya sekali

atau 2 kali sehari.

Lama pengobatan :

-    Pityriasis versicolor (panu) : 7 hari.

-    Kasus-kasus berat Tinea pedis (kutu air) terutama tipe

hiperkeratotik : sampai

dengan 6 minggu.

-     Infeksi dermatofita pada tempat lain, kandidiasis, dan

eritrasma : 2-4 minggu.

7. Bifonazol

Indikasi:

Mikosis kulit yang disebabkan oleh dermatofita, ragi dan jamur

lain seperti Malassezia furfur dan infeksi karena Corynebacterium

minutissimum: tinea pedis, tinea manuum, tinea corporis, tinea

Page 14: makalah antijamur topikal

inguinalis, pityriasis versicolor, candida albicans dan eritrasma.

(9)

Kontra Indikasi:

Hipersensitif terhadap bifonazol. (9)

Mekanisme Kerja:

Bifonazol adalah derivat imidazol dengan daya kerja spektrum

antimikotik yang luas termasuk untuk dermatofita, ragi dan jamur

lain seperti Malassezia furfur. Juga efektif untuk Corynebacterium

minutissimum. Bifonazol menghambat biosentesa ergosterol

pada dua tahap yang berbeda yang menyebabkan bifonazol

berbeda dengan derivat azol lain ataupun antifungal lainnya yang

bekerja hanya pada satu tahap. Penghambatan sintesa

ergosterol menyebabkan gangguan struktur dan fungsi membran

sitoplasma. (9)

Efek Samping:

Paling sering terjadi reaksi alergi, nyeri, dermatitis kontak, eksim,

pruritus, rash, kulit kering. Efek tersebut bersifat reversibel

setelah terapi dihentikan. (9)

Penggunaan Pada Anak:

Belum ada studi klinis yang menunjang. Dari survei data klinis

yang dilaporkan, tidak menunjukan efek yang tidak diinginkan

pada anak-anak. Walaupun demikian pada bayi, bifonazol hanya

boleh digunakan di bawah pengawasan dokter. (9)

Page 15: makalah antijamur topikal

Peringatan dan Perhatian:

Hindari kontak dengan mata. Jika terjadi intoleransi lokal

penghentian obat harus dilakukan, gunakan terapi lain yang

adekuat. Efikasi dan tolerabilitas Bifonazolpada aplikasi mukosa

belum pernah dibuktikan. Infeksi fungal pada membran mukosa

sebaiknya tidak diobati dengan Bifonazol. (9)

8. Itrakonazol

Itraconazole merupakan golongan obat antijamur (antifungal).

Itraconazole digunakan untuk mengobati infeksi jamur yang

parah, seperti oropharyngeal candidiasis, Oesophageal

candidiasis (candida esophagitis), Blastomycosis (penyakit

Gilchrist), dan lain-lain. Obat ini bekerja dengan membunuh

jamur dan mencegah pertumbuhannya. Obat ini hanya tersedia

dengan resep dokter.

Indikasi:

Obat ini untuk pengobatan penyakit yang disebabkan oleh infeksi

jamur, antara lain:

1. Oesophageal candidiasis

2. Oral candidiasis

3. Oropharyngeal candidiasis

4. Vulvovaginal candidiasis

5. Pityriasis versicolor

Page 16: makalah antijamur topikal

6. Tinea corporis

7. Infeksi jamur pada kaki

8. Infeksi sistemik oleh karena jamur

9. Histoplasmosis

10. Blastomycosis (penyakit Gilchrist)

11. Aspergilosis (infeksi jamur di paru-paru)

Kontraindikasi:

Pasien hipersensitif terhadap obat antijamur, Wanita hamil, Ibu

menyusui dan Penyakit hati.

Dosis:

Dosis obat ini berbeda pada setiap pasien. Ikutilah petunjuk

dokter atau petunjuk pada label. Jumlah obat yang dikonsumsi

tergantung pada kekuatan obat. Jumlah dosis, waktu yang

diberikan antara dosis, dan lamanya waktu mengonsumsi obat ini

tergantung pada kasus yang dialami pasien.

Efek samping:

Kejang, Penurunan jumlah urin, Mulut kering, Demam,

Peningkatan kebutuhan minum, Detak jantung tidak teratur,

Kehilangan nafsu makan, Perubahan mood, Nyeri atau kram

otot, Mual atau muntah, Mati rasa atau kesemutan di tangan,

kaki, atau bibir, Sesak napas, Kelelahan atau kelemahan.

Page 17: makalah antijamur topikal

Sumber: MayoClinic, Drugs.com

BAB III

PENUTUP

III.1 Kesimpulan

Beberapa obat-obat anti jamur yang digunakan secara topikal

untuk meringankan penyakit kulit akibat jamur, antara lain nistatin,

imidazol (nikonazol, klotrimazol, ekonazol, isokonazol, tiokonazol,

bifonazol), dan Tisazol (itrakonazol)

III.2 Saran

Sebaiknya sebelum menggunakan obat anti jamur, perlu dulu

dilakukan pencegahan sedini mungkin seperti menjaga kesehatan dan

kebersihan tubuh, sehingga tidak terserang jamur.

Page 18: makalah antijamur topikal

DAFTAR PUSTAKA

1. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3399/3/08E00891.pdf.txt. diakses pada

tanggal 12 Nopember 2012

2. http://dinkes.tasikmalayakota.go.id/index.php/informasi-obat/330-nistatin.html. diakses

pada tanggal 12 Nopember 2012

3. Usp 29

4. http://www.informasiobat.com/?p=konten&plh=generikReq&sub=243. diakses pada

tanggal 12 Nopember 2012

5. BertramG.Katzung,MD,PhD . Basic and Clinical Pharmacology 10th edition. Professor

Emeritus Department of Cellular & Molecular Pharmacology.University of California,

San Francisco

6. Laurence L.Brunton,PhD . 2006. GOODMAN & GILMAN'S THE PHARMACOLOGICAL

BASIS OF THERAPEUTICS – 11th Ed. Professor of Pharmacology and Medicine

University of California San Diego School of Medicine La Jolla, California

7. http://www.mims.com/Indonesia/drug/info/ diakses pada tanggal 12 Nopember 2012

8. http://www.apotekvictory.com/index.php?

page=shop.product_details&category_id=13&flypage=flypage.tpl&product_id=37&optio

Page 19: makalah antijamur topikal

n=com_virtuemart&Itemid=64&vmcchk=1&Itemid=64 diakses pada tanggal 12

Nopember 2012

9. www.majalah-farmacia.com diakses pada tanggal 12 Nopember 2012

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI II

“OBAT-OBAT ANTIJAMUR TOPIKAL”

DISUSUN OLEH :

Nama : Ika Merdekawati

NIM : N111 10 300

Kelas : B

Page 20: makalah antijamur topikal

MAKASSAR

2012