topikal dan alergi

24
OBAT ALERGI DAN IMUNITAS Obat alergi diperlukan untuk mengendalikan gejala alergi dengan menghilangkan alergen (penyebab alergi). Namun, untuk mengendalikan alergi dalam jangka panjang disarankan melakukan imunoterapi dengan vaksin antiserum dan imunologikal. Obat alergi dapat terbagi dalam 2 golongan yaitu : 1. Obat alergi golongan antihistamin (AH1) Obat alergi golongan antihistamin ini bekerja menghambat reseptor H1 (AH1) yang menyebabkan timbulnya reaksi alergi akibat dilepaskannya histamin. Histamin inilah yang kemudian menimbulkan reaksi imunitas seperti ruam kemerahan, gatal-gatal, pilek, bersin, dll. 2. Obat alergi golongan kortikosteroid (kortison) Kortikosteroid merupakan hormon yang disekresi oleh kelenjar anak ginjal (adrenal cortex) atau obat-obat yang disintesis dan kerjanya analog dengan hormon ini. Efek yang ditimbulkan oleh obat ini luas sekali dan dapat dikatakan mempengaruhi hampir semua sistem dalam tubuh mulai dari keseimbangan cairan dan elektrolit hingga daya tahan tubuh. Oleh karena itu dalam terapi obat golongan steorid mempunyai indikasi yang sangat

Upload: azizzahu

Post on 24-Jul-2015

137 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Topikal Dan Alergi

OBAT ALERGI DAN IMUNITAS

Obat alergi diperlukan untuk mengendalikan gejala alergi dengan menghilangkan

alergen (penyebab alergi). Namun, untuk mengendalikan alergi dalam jangka panjang

disarankan melakukan imunoterapi dengan vaksin antiserum dan imunologikal.

Obat alergi dapat terbagi dalam 2 golongan yaitu :

1. Obat alergi golongan antihistamin (AH1)

Obat alergi golongan antihistamin ini bekerja menghambat reseptor H1 (AH1)

yang menyebabkan timbulnya reaksi alergi akibat dilepaskannya histamin.

Histamin inilah yang kemudian menimbulkan reaksi imunitas seperti ruam

kemerahan, gatal-gatal, pilek, bersin, dll.

2. Obat alergi golongan kortikosteroid (kortison)

Kortikosteroid merupakan hormon yang disekresi oleh kelenjar anak ginjal

(adrenal cortex) atau obat-obat yang disintesis dan kerjanya analog dengan

hormon ini. Efek yang ditimbulkan oleh obat ini luas sekali dan dapat dikatakan

mempengaruhi hampir semua sistem dalam tubuh mulai dari keseimbangan cairan

dan elektrolit hingga daya tahan tubuh. Oleh karena itu dalam terapi obat

golongan steorid mempunyai indikasi yang sangat luas. Salah satunya sebagai

anti alergi pada serangan akut dan parah Penggunaan kortikosteorid diusahakan

tidak dalam jangka waktu panjang dan dengan dosis serendah mungkin yang

sudah memberikan efek terapi sesuai indikasinya. Dipilih dulu sediaan yang

nonsistemik (topikal atau inhalasi) karena tidak/sedikit sekali diserap ke dalam

tubuh. Jika obat ini sudah digunakan dalam jangka waktu lama, maka untuk

menghentikannya tidak boleh mendadak, tetapi harus diturunkan perlahan-lahan.

ALERGI

Alergi adalah suatu reaksi sistem kekebalan tubuh (imunitas) terhadap suatu bahan/zat

asing (alergen). Bentuk reaksi itu macam-macam, bisa berbentuk ruam kemerahan,

Page 2: Topikal Dan Alergi

penyumbatan (kongesti), pilek, bersin, radang mata, asma, shock atau bahkan kematian

(jarang terjadi).

 

Gambar Penyebab alergi

Alergi dapat berasal dari makanan atau obat. Sebagian besar penyebab alergi

makanan adalah zat-zat protein tertentu dalam susu sapi, putih telur, gandum, kedelai,

udang, dll. Sedangkan dari obat, penisilin dan turunannya yang paling banyak

menimbulkan reaksi alergi. Jenis obat dengan kecenderungan besar menimbulkan reaksi

alergi adalah jenis sulfa, barbiturat, antikonvulsi, insulin dan anestesi lokal.

Menghindari penyebab alergi adalah jalan terbaik dalam mencegah timbulnya

alergi. Bila anda telah mengetahui makanan apa yang menyebabkan alergi, maka anda

dapat memilih yang lain. Demikian juga dengan obat, bila anda mengetahui bahwa anda

alergi terhadap obat tertentu maka beritahukan kepada dokter. Dokter anda pun akan

memilihkan obat lain yang juga berkhasiat.

ANTIBIOTIKA   TOPIKAL

Antibiotika topikal memegang peranan penting pada penanganan kasus di bidang

kulit. Antibiotika topikal adalah obat yang paling sering diresepkan oleh spesialis kulit

untuk menangani akne vulgaris ringan sampai sedang serta merupakan terapi adjunctive

dengan obat oral. Untuk infeksi superfisial dengan area yang terbatas, seperti impetigo,

penggunaan bahan topikal dapat mengurangi kebutuhan akan obat oral, problem

kepatuhan, efek samping pada saluran pencernaan, dan potensi terjadinya interaksi obat.

Selanjutnya, antibiotika topikal seringkali diresepkan sebagai bahan profilaksis setelah

tindakan bedah minor atau tindakan kosmetik (dermabrasi, laser resurfacing) untuk

Page 3: Topikal Dan Alergi

mengurangi resiko infeksi setelah operasi dan mempercepat penyembuhan luka. Akhir-

akhir ini kegunaan antibiotika topikal untuk profilaksis setelah tindakan minor

dipertanyakan dan akan didiskusikan lebih lanjut di bawah ini.

BAHAN YANG DIGUNAKAN PADA PENGOBATAN TOPIKAL UNTUK AKNE

Efikasi antibiotika topikal pada pengobatan akne vulgaris dan rosasea berhubungan

langsung dengan efek antibiotika, dan diduga beberapa antibiotika topikal memiliki efek anti-

inflamasi dengan menekan neutrophil chemotactic factor atau melalui mekanisme lain.

Banyak hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih antibiotika topikal untuk akne

vulgaris karena meningkatnya resistensi terhadap antibiotika yang sering digunakan. Ini

menyebabkan para ahli mencari kemungkinan terapi kombinasi untuk akne vulgaris yang

dapat mengurangi terjadinya resistensi.

Eritromisin

Eritromisin termasuk antibiotika golongan makrolid dan efektif baik untuk kuman

gram positif maupun gram negatif. Antibiotika ini dihasilkan oleh Streptomyces

erythreus dan digunakan untuk pengobatan akne. Eritromisin berikatan dengan ribosom

50S bakteri dan menghalangi translokasi molekul peptidil-tRNA dari akseptor ke pihak

donor, bersamaan dengan pembentukan rantai polipepetida dan menghambat sintesis

protein. Eritromisin juga memiliki efek anti-inflamasi yang membuatnya memiliki

kegunaan khusus dalam pengobatan akne.

Eritromisin tersedia dalam sediaan solusio, gel, pledgets dan salep 1,5 %- 2%

sebagai bahan tunggal. Juga tersedia dalam sediaan kombinasi dengan benzoil peroksida,

yang dapat menghambat resistensi antibiotika terhadap eritromisin. Kombinasi zinc

asetat 1,2% dengan eritromisin 4% lebih efektif daripada dengan Clindamisin.

Clindamisin

Clindamisin adalah antibiotika linkosamid semisintetik yang diturunkan dari

linkomisin. Mekanisme kerja antibiotika ini serupa dengan eritromisin, dengan mengikat

ribosom 50S dan menekan sintesis protein bakteri. Clindamisin digunakan secara topikal

dalam sediaan gel, solusio, dan suspensi (lotio) 1% serta terutama untuk pengobatan

akne. Juga tersedia dalam kombinasi dengan benzoil peroksida yang dapat menghambat

resistensi antibiotika terhadap clindamisin. Efek samping berupa kolitis pseudomembran

jarang dilaporkan pada pemakaian clindamisin secara topikal.

Metronidazol

Page 4: Topikal Dan Alergi

Metronidazol, suatu topikal nitroimidazol, saat ini tersedia dalam bentuk gel,

lotio, dan krim 0,75%, serta sebagai krim 1% untuk pengobatan topikal pada rosasea.

Pada konsentrasi ringan, obat dipakai 2 kali sehari, sedangkan pada konsentrasi yang

lebih tinggi obat dipakai sekali sehari. Metronidazol oral memiliki aktifitasbroad-

spectrum untuk berbagai organisme protozoa dan organisme anaerob. Mekanisme kerja

metronidazol topikal di kulit belum diketahui; diduga efek antirosasea berhubungan

dengan kemampuan obat sebagai antibiotika, antioksidan dan anti-inflamasi.

Asam Azelaic

Asam Azelaic adalah suatu asam dikarboksilik yang ditemukan pada makanan

(sereal whole-grain dan hasil hewan). Secara normal terdapat pada plasma manusia (20-

80 ng/mL), dan pemakaian topikal tidak mempengaruhi angka ini secara bermakna.

Mekanisme kerja obat ini adalah menormalisasi proses keratinisasi (menurunkan

ketebalan stratum korneum, menurunkan jumlah dan ukuran granul keratohialin, dan

menurunkan jumlah filagrin. Dilaporkan bahwa secara in vitro, terdapat aktifitas

terhadap Propionibacterium acnes danStaphylococcus epidermidis, yang mungkin

berhubungan dengan inhibisi sintesis protein bakteri (tempat yang pasti sampai saat ini

belum diketahui). Pada organisme aerobik terdapat inhibisi enzim oksidoreduktif. Pada

bakteri anaerobik terdapat inhibisi pada enzim oksidoreduksi (seperti tyrosinase,

mitochondrial enzymes of the respiratory chain, 5-alpha reductase, dan DNA

polymerase). Pada bakteri anaerob, terdapat gangguan proses glikolisis. Asam Azelaic

digunakan terutama untuk pengobatan akne vulgaris, dan ada yang menyarankan

digunakan untuk hiperpigmentasi (misalnya melasma), meskipun FDA tidak menyetujui

indikasi ini. Asam Azelaic tersedia dalam sediaan krim 20%.

BAHAN YANG DIGUNAKAN UNTUK TERAPI TOPIKAL PADA INFEKSI

BAKTERI SUPERFISIAL

Mupirosin

Mupirosin, yang dahulu dikenal sebagai asam pseudomonik A adalah antibiotika

yang diturunkan dari Pseudomonas fluorescens. Obat ini secara reversibel mengikat

sintetase isoleusil-tRNA dan menghambat sintesis protein bakteri. Aktifitas mupirosin

terbatas terhadap bakteri gram positif, khususnyastaphylococcus dan streptococcus.

Aktifitas obat ini meningkatkan suasana asam. Mupirosin sensitif terhadap perubahan

suhu, sehingga tidak boleh terpapar dengan suhu tinggi. Salep mupirosin 2% dioleskan 3

kali sehari dan terutama di-indiskasi-kan untuk pengobatan impetigo dengan lesi

Page 5: Topikal Dan Alergi

terbatas, yang disebabkan oleh S. aureus dan Streptococcus pyogenes. Tetapi, pada

penderitaimmunocompromised terapi yang diberikan harus secara sistemik untuk

mencegah komplikasi yang lebih serius. Pada tahun 1987 dilaporkan resistensi bakteri

terhadap mupirosin yang pertama kali. Setelah itu terdapat beberapa laporan resistensi

mupirosin karena pemakaian antibiotika topikal untukmethicillin-resistant S.

aureus (MRSA). Penelitian terakhir di Tennessee Veterans’ Affairs Hospital

menunjukkan bahwa penggunaan jangka panjang salep mupirosin untuk mengontrol

MRSA, khususnya pada penderita ulkus dekubitus, meningkatkan resistensi yang

bermakna. Lebih lanjut, peneliti Jepang menemukan bahwa mupirosin konsentrasi

rendah dicapai setelah aplikasi intranasal dan dipostulasikan bahwa mungkin ini

menjelaskan resistensi terhadap mupirosin pada strain S. aureus. Suatu studi percobaan

menggunakan salep antibiotika kombinasi yang mengandung basitrasin, polimiksin B,

dan gramisidin berhasil menghambat kolonisasi pada 80% (9 dari 11) penderita yang

setelah di-follow-up selama 2 bulan tetap menunjukkan dekolonisasi. Semua kasus (6

dari 6) terhadap mupirosin-sensitive MRSA dieradikasi, sedangkan 3 dari 5 kasus

terhadap mupirosin-sensitive MRSA dieliminasi. Formulasi baru yang menggunakan

asam kalsium (kalsium membantu dalam stabilisasi bahan kimia) tersedia untuk

penggunaan intranasal dalam bentuk salep 2% dan krim 2%.

BAHAN YANG DIGUNAKAN UNTUK MENCEGAH INFEKSI SETELAH

TINDAKAN BEDAH ATAU LUKA ATAU UNTUK PENGOBATAN DERMATITIS

KRONIK

Antibiotika topikal banyak dipakai untuk mengurangi infeksi setelah tindakan bedah

minor, pada dermatitis kronik seperti dermatitis stasis dan dermatitis atopi, atau setelah abrasi

ringan pada kulit. Studi terakhir difokuskan pada insidens infeksi setelah biopsi kulit atau

tindakan bedah yang diberi antibiotika topikal. Pada beberapa kasus, antibiotika topikal

tampaknyamenurunkan angka penyembuhan luka. Studi lain menunjukkan bahwa

penggunaan pembawa (vehicle) memberi hasil yang sama seperti pemberian antibiotika pada

penyembuhan luka tanpa resiko dermatitis kontak iritan atau alergi terhadap bahan

antibiotika. Hasil studi yang besar yang membandingkan basitrasin dan petrolatum pada lebih

dari 1200 tindakan bedah minor dan biopsi menunjukkan bahwa bahan aktif basitrasin tidak

menurunkan angka infeksi secara bermakna, tetapi malah berhubungan dengan dermatitis

kontak alergi.

Basitrasin

Page 6: Topikal Dan Alergi

Basitrasin adalah antibiotika polipeptida topikal yang berasal dari isolasi

strainTracy-I Bacillus subtilis, yang dikultur dari penderita dengan fraktur compound

yang terkontaminasi tanah. Basi ini diturunkan dari Bacillus, dan trasin berasal dari

penderita yang mengalami fraktur compound (Tracy). Basitrasin adalah antibiotika

polipeptida siklik dengan komponen multipel (A,B dan C). Basitrasin A adalah

komponen utama dari produk komersial dan yang sering digunakan sebagai garam zinc.

Basitrasin mengganggu sintesis dinding sel bakteri dengan mengikat atau

menghambat .defosforilasi suatu ikatan membran lipid pirofosfat, pada kokus gram

positif seperti stafilokokus dan streptokokus. Kebanyakan organisme gram negatif dan

jamur resisten terhadap obat ini. Sediaan tersedia dalam bentuk salep basitrasin dan

sebagai basitrasin zinc, mengandung 400 sampai 500 unit per gram.

Basitrasin topikal efektif untuk pengobatan infeksi bakteri superfisial pada kulit

seperti impetigo, furunkolosis, dan pioderma. Obat ini juga sering dikombinasikan

dengan polimiksin B dan neomisin sebagai salep antibiotika tripel yang dipakai beberapa

kali sehari untuk pengobatan dermatitis atopi, numularis, atau stasis yang disertai dengan

infeksi sekunder. Sayangnya, aplikasi basitrasin topikal memiliki resiko untuk timbulnya

sensitisasi kontak alergi dan meski jarang dapat menimbulkan syok anafilaktik.

Polimiksin B

Polimiksin B adalah antibiotika topikal yang diturunkan dari B.polymyxa, yang

asalnya diisolasi dari contoh tanah di Jepang. Polimiksin B adalah campuran dari

polimiksin B1 dan B2, keduanya merupakan polipeptida siklik. Fungsinya adalah sebagai

detergen kationik yang berinteraksi secara kuat dengan fosfolipid membran sel bakteri,

sehingga menghambat intergritas sel membran.

Polimiksin B aktif melawan organisme gram negatif secara luas termasuk

P.aeruginosa, Enterobacter, dan Escherichia coli. Polimiksin B tersedia dalam bentuk

salep (5000-10000 unit per gram) dalam kombinasi dengan basitrasin atau neomisin.

Cara pemakaiannya dioleskan sekali sampai tiga kali sehari.

AMINOGLIKOSIDA TOPIKAL, TERMASUK NEOMISIN, GENTAMISIN, DAN

PAROMOMISIN

Aminoglikosida adalah kelompok antibiotika yang penting yang digunakan baik

secara topikal atau pun sistemik untuk pengobatan infeksi yang disebabkan bakteri gram

negatif. Aminoglikosida memberi efek membunuh bakteri melalui pengikatan subunit

ribosomal 30S dan mengganggu sintesis protein.

Page 7: Topikal Dan Alergi

Neomisin sulfat, aminoglikosida yang sering digunakan secara topical adalah hasil

fermentasi Strep. faridae. Neomisin yang tersedia di pasaran adalah campuran neomisin B

dan C , sedangkan framisetin yang digunakan di Eropa dan Canada adalah neomisin B

murni. Neomisin sulfat memiliki efek mematikan bakteri gram negatif dan sering digunakan

sebagai profilaksis infeksi yang disebabkan oleh abrasi superfisial, terluka, atau luka bakar.

Tersedia dalam bentuk salep (3,5 mg/g) dan dikemas dalam bentuk kombinasi dengan

antibiotika lain seperti basitrasin, polimiksin dan gramisidin. Bahan lain yang sering

dikombinasikan dengan neomisin adalah lidokain, pramoksin, atau hidrokortison.

Neomisin tidak direkomendasikan oleh banyak ahli kulit karena dapat menyebabkan

dermatitis kontak alergi. Dermatitis kontak karena pemakaian neomisin memiliki angka

prevalensi yang tinggi, dan pada 6 –8 % penderita yang dilakukan patch test memberi hasil

positif. Neomisin sulfat (20%) dalam petrolatum digunakan untuk menilai alergi kontak.

Gentamisin sulfat diturunkan dari hasil fermentasi Micromonospora purpurea.

Tersedia dalam bentuk topikal krim atau salep 0,1%. Antibiotika ini banyak digunakan oleh

ahli bedah kulit ketika melakukan operasi telinga , terutama pada penderita diabet atau

keadaan immunocompromised lain, sebagai profilaksis terhadap otitis eksterna maligna

akibat P. aeruginosa.

Paromomisin berhubungan erat dengan neomisin dan memiliki efek antiparasit.

Sediaan topikal terdiri dari paramomisin sulfat dan metilbenzetonium klorida yang digunakan

di Israel untuk mengobati leismaniasis kutaneus.

ANTIBIOTIKA LAIN

Gramisidin

Gramisidin adalah antibiotika topikal yang merupakan derivat B. brevis. Gramisidin

adalah peptida linier yang membentuk stationary ion channels pada bakteri yang sesuai.

Aktifitas antibiotika gramisidin terbatas pada bakteri gram positif.

Kloramfenikol

Kloramfenikol di Amerika Serikat penggunaannya terbatas untuk pengobatan infeksi

kulit yang ringan. Kloramfenikol pertama kali diisolasi dari Strep. venezuela, tetapi saat

ini disintesis karena struktur kimianya sederhana. Mekanisme kerjanya hampir mirip

dengan eritromisin dan klindamisin, yaitu menghambat ribosom 50S memblokade

translokasi peptidil tRNA dari akseptor ke penerima.

Kloramfenikol tersedia dalam krim 1 %. Obat ini jarang digunakan karena dapat

menyebabkan anemia aplastik yang fatal atau supresi sum-sum tulang.

Page 8: Topikal Dan Alergi

Sulfonamida

Struktur sulfonamida mirip dengan para-aminobenzoic acid (PABA) dan bersaing

dengan zat tersebut selama sintesis asam folat. Sulfonamida jarang digunakan secara

topikal, kecuali krim silver sulfadiazine (Silvaden) dan krim mafenid asetat. Silver

sulfadiazine melepas silver secara perlahan-lahan. Silver memberi efek pada membran

dan dinding sel bakteri. Mekanisme kerja mefenid tidak sama dengan sulfonamid karena

tidak ada reaksi antagonis terhadap PABA. Mafenid asetat yang digunakan untuk lesi

yang luas pada kulit dapat menyebabkan asidosis metabolik dan dapat menyebabkan rasa

nyeri. Golongan ini adalah antibiotika broad-spectrum dan digunakan untuk luka bakar.

Superinfeksi olehCandida dapat terjadi karena pemakaian krim mafenid.

Clioquinol / Iodochlorhydroxiquin

Clioquinol adalah antibakteri dan antijamur yang di-indikasi-kan untuk pengobatan

kelainan kulit yang disertai peradangan dan tinea pedis serta infeksi bakteri minor.

Clioquinol adalah sintetik hydroxyquinoline yang mekanisme kerjanya belum diketahui.

Kerugian clioquinol adalah mengotori pakaian, kulit, rambut dan kuku serta potensial

menyebabkan iritasi. Clioquinol mempengaruhi penilaian fungsi tiroid (efek ini dapat

berlangsung hingga 3 bulan setelah pemakaian ). Tetapi clioquinol tidak mempengaruhi

hasil tes untuk pemeriksaan T3 dan T4.

Nitrofurazone

Nitrofurazone (Furacin) adalah derivat nitrofuran yang digunakan untuk pengobatan luka

bakar. Mekanisme kerjanya adalah inhibisi enzim bakteri pada degradasi glukosa dan

piruvat secara aerob maupun anaerob. Nitrofurazone tersedia dalam krim , solusio atau

kompres soluble 0,2%, dan aktifitas spektrum obat ini meliputistaphylococcus,

streptococcus, E. coli, Clostridium perfringens, Aerobacter enterogenes, dan Proteus sp.

Asam Fusidat

Asam fusidat adalah sediaan topikal yang tidak tersedia di Amerika Serikat, tetapi

terdapat di Kanada dan Eropa sebagai antibakteri dalam bentuk krim, salep,impregnated

gauze. Asam fusidat adalah antibiotika steroidal dengan mekanisme kerja mempengaruhi

fungsi faktor elongasi (EF-G) dengan menstabilkan EF-G-GDP-ribosome complex,

mencegah translokasi ribosom dan daur ulang bentuk EF-G.

Page 9: Topikal Dan Alergi

ALERGI MAKANAN DAN GANGGUAN KULIT

ILUSTRASI KASUS

Ananda, usia 6 bulan dengan mengalami gangguan kulit yang tak kunjung sembuh.

Sudah berbagai dokter dikunjungi tetapi tetap saja gangguan kulit itu hilang timbul.

Gangguan kulit yang disebabkan alergi makanan tersebut sampai sekarang sulit dipastikan

penyebabnya karena tes alergi belum memastikan penyebabnya. Sehingga banyak kontroversi

yang timbul untuk menncari penyebabnya. Sebagian orang tua bahkan sebagaian dokter

menganggap debu, serangga, tungau atau bahkan air yang tidak bersih sebagai penyebabnya.

Terdapat kasus dokter menganjurkan untuk mandi dengan air mineral kemasan (aqua), tetapi

alhasil tidak membaik juga, kemudian diadviskan untuk memasak air mineral kemasan

tersebut ternyata tetap juga tidak membaik.

Alergi makanan adalah suatu kumpulan gejala yang mengenai banyak organ dan

sistem tubuh yang ditimbulkan oleh alergi terhadap makanan.

 Hubungan antara dermatitis atopi dan alergi makanan cukup kompleks. Diduga

sebagian anak dengan dermatitis atopik memiliki alergi makanan termediasi IgE

dengan angioedema dan urtikaria. Tidak diragukan lagi bahwa alergi makanan yang

dimediasi IgE dapat menjadi pencetus eksaserbasi dermatitis atopi.

 Diagnosis alergi makanan dibuat berdasarkan diagnosis klinis, yaitu anamnesa

(mengetahui riwayat penyakit penderita) dan pemeriksaan yang cermat tentang riwayat

keluarga, riwayat pemberian makanan, tanda dan gejala alergi makanan sejak bayi dan

dengan eliminasi dan provokasi.

 Untuk memastikan makanan penyebab alergi harus menggunakan Provokasi

makanan secara buta (Double Blind Placebo Control Food Chalenge = DBPCFC).

DBPCFC adalah gold standard atau baku emas untuk mencari penyebab secara pasti

alergi makanan.

 Children Allergy Clinic melakukan modifikasi dengan cara yang lebih sederhana,

murah dan cukup efektif. Modifikasi DBPCFC tersebut dengan melakukan “Eliminasi

Provokasi Makanan Terbuka Sederhana”

Page 10: Topikal Dan Alergi

 Demikian juga untuk intoleran dan celiac, terdapat pemeriksaan penunjang seperti

pemeriksaan darah dan sebagainya. Tetapi pemeriksaan tersebut tidak memastikan

penyebab makanan. Diagnosisnya juga harus melakukan eliminasi provokasi.

PENANGANAN

Penanganan terbaik pada penderita alergi makanan dengan gangguan kulit adalah

adalah dengan menghindari makanan penyebabnya.

Pemberian obat-obatan anti alergi dalam jangka panjang adalah bukti kegagalan

dalam mengidentifikasi makanan penyebab alergi.

PENCEGAHAN DAN DETEKSI DINI

Deteksi gejala alergi harus dilakukan sejak dini, sehingga pengaruh terhadap gangguan kulit

serta gangguan yang menyertai seperti gangguan saluran cerna, hidung atau gangguan

perilaku dapat dicegah atau diminimalkan.

MANIFESTASI KLINIS GANGGUAN HIPERSENSITIVITAS MAKANAN

Tanda dan gejala alergi pada kulit sangat bervariasi. Gangguan ini biasanya sudah dapat

di deteksi sejak lahir. 

Bayi yang baru lahir

Apabila sejak dalam kandungan sudah terpapar oleh faktor hipersensitivitas makanan

tampak terdapat bintil dan bercak merah tua dan kusam pada kulit dahi dan wajah,

kadang disertai timbulnya beberapa bintil kecil warna putih (seperti lemak) di hidung. 

Beberapa saat setelah lahir

Timbul bintil kemerahan di beberapa bagian tubuh terutama wajah, dada dan di daerah

popok. Gangguan ini sering diakibatkan oleh pemberian morphin (obat anestesi) yang

diberikan saat persalinan. Bila ibu punya bakat alergi, pada saat yang sama biasanya juga

mengalami gangguan gatal kadang tanpa disertai tanda kemerahan di kulit. 

Pada bayi :

o Dermatitis atopi di pipi, daerah popok (dermatitis diapers) dan telinga,

Page 11: Topikal Dan Alergi

o Dermatitis seboroikum atau timbul kerak di kulit kepala.

o Bintik kemerahan di sekitar mulut.

o Furunkel (bisul) di kepala dan badan.

Pada anak yang lebih besar :

o Urticaria (gatal), meskipun pada urtikaria kronis penyebab utamanya bukan

hanya makanan karena banyak faktor yang berpengaruh seperti infeksi dan faktor

lainnya.

o Miliaria (biang keringat)

o Bengkak di bibir,

o Gambaran putih seperti panu (pitiriasis alba)

o Vaskulitis atau pembuluh darah yang pecah dengan gambaran lebam biru

kehitaman seperti bekas terbentur, bercak ke hitam seperti bekas digigit nyamuk.

o Kulit kering dan bersisik. 

Perbedaan lokasi alergi kulit sesuai dengan usia tertentu.

o Pada bayi sering lokasi alergi sekitar wajah dan daerah popok

o Usia anak lokasi tersebut biasanya berpindah pada darerah lengan dan tungkai.

o Anak yang lebih besar atau usia dewasa lokasi alergi kulit biasanya pada

pelipatan dalam antara lengan atas dan bawah atau pelipatan dalam antara tungkai

atas dan bawah

INTERPRETASI BERBEDA DALAM MENYIKAPI GEJALA KULIT YANG ADA

Sebagian besar penderita bahkan sebagian klinisi atau dokter sering berbeda dalam

menyikapi keadaan klinis gangguan kulit yang timbul :

Page 12: Topikal Dan Alergi

Gangguan kulit merah dan gatal sering dianggap karena air kotor padahal banyak

orang yang memakai air yang sama tidak terjadi masalah pada kulitnya

Bentol-bentol hitam di kaki dan ditangan sering dianggap karena gigitan nyamuk,

padahal banyak orang yang satu ruangan kulitnya mulus tidak terganggu.

Bila cermat menganalisa gangguan tersebut sering bersamaan dengan : 

- Gangguan saluran cerna seperti sulit buang air besar, BAB cair, nyeri perut, mual,

perut tidak nyaman (bahasa awam : keluhan masuk angin),

- Gangguaan hidung buntu atau bersin

- Sakit kepala

- Bersamaan dengan makanan tertentu yang dikonsumsi seperti : keju, ikan laut, ikan

teri, ikan kembung, coklat, kacang dan sebagainya. 

GANGGUAN YANG MENYERTAI

Gangguan saluran cerna :

Sulit buang air besar tidak buang air besar tiap hari, sering sulit dan ngeden, berak

keras, hitam, bulat dan bau tajam. Mudah diare sehari lebih 3 kali, nyeri perut, mudah

muntah, sariawan, mulut berbau dan sebagainya. 

Gangguan saluran cerna ini ternyata berpotensi menimbulkan peningkatan gangguan

perilaku seperti gangguan tidur, gangguan konsentrasi, gangguan emosi,

meningkatkan agresifitas dan memperberat gejala Autis dan ADHD.

Gangguan hidung : hidung buntu, bersin, pilek, mimisan (epitaksis), bila tidur mulut

terbuka atau ngorok (snooring) 

Gejala alergi lainnya seperti asma dan lainnya

Gangguan neuroanatomis: sakit kepala, migrain dan vertigo. 

Pada intoleransi makanan sering disertai : gangguan peningkatan berat badan dan

gangguan saluran cerna lain seperti sulit BAB, nyeri perut dan diare. 

Page 13: Topikal Dan Alergi

DIAGNOSIS

Diagnosis alergi makanan dibuat berdasarkan diagnosis klinis, yaitu anamnesa

(mengetahui riwayat penyakit penderita) dan pemeriksaan yang cermat tentang

riwayat keluarga, riwayat pemberian makanan, tanda dan gejala alergi makanan sejak

bayi dan dengan eliminasi dan provokasi.

Untuk memastikan makanan penyebab alergi harus menggunakan Provokasi makanan

secara buta (Double Blind Placebo Control Food Chalenge = DBPCFC). DBPCFC

adalah gold standard atau baku emas untuk mencari penyebab secara pasti alergi

makanan. Cara DBPCFC tersebut sangat rumit dan membutuhkan waktu, tidak praktis

dan biaya yang tidak sedikit.

Beberapa pusat layanan alergi anak melakukan modifikasi terhadap cara itu. Children

Allergy Center Rumah Sakit Bunda Jakarta melakukan modifikasi dengan cara yang

lebih sederhana, murah dan cukup efektif. Modifikasi DBPCFC tersebut dengan

melakukan “Eliminasi Provokasi Makanan Terbuka Sederhana”.

FAKTOR YANG MEMPERBERAT

Terdapat beberapa paparan yang memperberat kejadian gangguan kulit tersebut,

meskipun saat kulit lagi dalam keadaan sehat bila terjadi paparan tersebut tidak akan timbul

gejala.

Bahan iritan : bahan wool yang kontak langsung dengan kulit merupakan iritan utama,

bahan nilon yang mengkilat dan beberapa akrilik mungkin dapat mengiritasi kulit,

tetapi campuran katun dan poliester biasanya tidak.

Sabun dan busa yang berlebihan akan membuat kulit kering dan banyak produk yang

berparfum atau mengandung obat yang dipakai dikulit dapat menyebabkan iritasi.

Beberapa preparat ekstrak tanaman yang digunakan oleh pengobat alternatif bisa

menjadi iritan atau alergen dan karenanya riwayat penggunaan zat ini harus dicari

pada saat anamnesis.

INFEKSI, ALERGI DAN GANGGUAN KULIT

Page 14: Topikal Dan Alergi

Dalam keadaan infeksi panas, batuk, diare dan pilek ternayata dapat memicu

timbulnya gangguan kulit : seperti kulit kering dan merah dan terkelupas pada daerah

punggung dan dada.

Keadaan ini sering dianggap karena pemakaian minyak oles atau minyak telon.

Padahal dalam keadaan sehat pemakaian minyak telon tidak mengakibatkan keluhan.

Atau, pada daerah perut meskipun diberi minyak telon yang banyak tetapi tidak

mengakibatkan keluhan

Infeksi virus tertentu juga mengakibatkan rash kulit yang menyeluruh atau sering

diistilahkan viral exantema. Gejala ini timbul sering terjadi saat demam sudah turun.

Keadaan ini sering disalahartikan sebagai penyakit campak.

BIASANYA PENDERITA YANG TIMBUL RASH ATAU KEMERAHAN SAAT

TERJADI DEMAM ATAU INFEKSI VIRUS ADALAH ANAK YANG MEMANG

MEMPUNYAI BAKAT HIPERSENSITIF MAKANAN SEBELUMNYA.

DIARE : dalam keadaan diare infeksi sering terjadi karena pH feses dalam keadaan

asam dan bahan iritan lainnya dalam feses dapat mengakibatkan lecet dan kemerahan

di daerah pantat dan sekitar kelamin.

PENANGANAN

o Edukasi yang baik dan lengkap merupakan bagian penting dalam keberhasilan

tatalaksana alergi makanan. Penanganan yang penting adalah menghindari

alergen. Tindakan penghindaran makanan penyebab alergi adalah upaya yang

tidak bisa dihindarkan.

o Penggunaan obat baik obat topikal atau minum biasanya juga diberikan pada

penderita dengan keadaan tertentu. Ada banyak jenis obat topikal (obat oles)

yang dapat digunakan untuk dermatitis atopi.

o Obat kortikosteroid topikal atau imunosupresan topikal sering digunakan

untuk kasus seperti ini. Kekuatan kortikosteroid yang dipilih bergantung pada

keparahan gejala dan lokasi lesi. Penggunaan kortikosteroid topikal jangka

Page 15: Topikal Dan Alergi

panjang beresiko menimbulkan efek samping berupa atrofi kulit,

hipopigmentasi dan sebagainya.

o Dalam keadaan yang mengganggu dermatitis atopi dapat diberikan

imunosupresan topikal. Dua jenis imunosupresan topikal yang dapat

digunakan yaitu takrolimus dan pimekrolimus. Takrolimus cukup efektif tetapi

efek sampingnya adalah rasa kulit seperti terbakar. Penelitian awal pada

pimekrolimus (derivat askomisin) pada anak cukup baik.

o Meskipun sangat jarang gangguan kulit tersebut berisiko terjadi infeksi oleh

Staphylococcus aureus. Untuk mengobati infeksi lokal bisa digunakan salep

asam fusidat. Untuk mencegah infeksi biasanya anak dimandikan dalam air

yang mengandung triclosan atau benzilkonium klorida.

o Selain obat-obatan topikal, pada kasus yang berat dapat pula dipertimbangkan

obat-obatan oral atau sejenis steroid. Namun pemberian steroid oral jangka

panjang harus dipertimbangkan betul karena efek samping yang tidak ringan.

Selain steroid terdapat beberapa obat imunosupresan oral yaitu siklosporin dan

azathioprine. Obat oral lain yang dapat digunakan adalah antihistamin.

Pemberian obat sejenis ketotifen tidak terlaliu bermanfaat.

o Pemberian obat-obatan sebaiknya diberikan dalam jangka pendek atau sekitar

3 -5 hari dan pada kasus yang tidak ringan.

o Pemberian obat jangka panjang adalah merupakan bukti kegagalan

penanganan hipersensitivitas makanan dalam mengidentifikasi penyebabnya.