makalah akhir klnkas

Upload: sandi-saputra-al-fath

Post on 13-Jul-2015

274 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

MAKALAH AKHIR KEBIJAKAN LUAR NEGERI DAN KEAMANAN AMERIKA SERIKAT

Pemindahan Pangkalan Militer AS ke Australia : Soft Balancing ke Hard Balancing terhadap China?

Oleh : Sandi Tawakal Anugrah Saputra 0906524305/ Ilmu Hubungan Internasional

DEPARTEMEN HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS INDONESIA 2012

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang AS telah begitu lama menikmati hegemoninya di dunia setelah kejatuhan Uni Soviet pasca Perang Dingin akhir decade 80an dan awal 90an. Sejak saat itu tatanan dunia berubah, menyisakan AS sebagai kekuatan terbesar di dunia di puncak hegemoni. Cengkraman AS menjadi begitu besar memegang hamper seluruh tatanan institusi global dalam berbagai bidang kehidupan. Sementara itu, kemampuan militer AS menjadi begitu superior dibandingkan dengan kekuatan militer negara great powers lain. AS menjadi sebuah hegemoni dalam tatanan system internasional di penghujung abad ke 20. Awal abad ke 21, China membelalakan mata dunia. Dengan pertumbuhan ekonominya yang menggila, hingga mencapai 9 % dalam 30 tahun terakhir ini, membuat China menjadi salah satu penantang bagi hegemoni kekuatan AS di bidang ekonomi. Dengan kekuatan ekonominya yang sedemikian besar itu, membuat China memiliki ambisi pula sebagai penantang AS dalam bidang militer. Hal ini ditunjukan dengan reformasi besarbesaran yang dilakukan oleh China terhadap angkatan besenjatanya terutama dalam hal perbaruan alutsista dan penambahan jumlah pasukan. Perkembangan ini menyebabkan pihak Pentagon mengeluarkan peingatan penting bahwa China akan menjadi kekuatan tempur terkuat di dunia, terutama di Asia, pada tahun 20201 Melihat concern dan perkembangan terjadi akhir-akhir ini, di mana China sudah menunjukan minat untuk menjadi penantang bagi hegemoni AS di Asia Timur, AS perlu mengeluarkan kebijakan khusus dalam rangka mengusahakan terjadi keseimbangan kekuatan di Asia Timur. Salah satu tindakan AS adalah dengan menempatkan kekuatan militernya di Darwin, Australia untuk mengurung kedudukan geopolitik China di Asia Timur dari selatan. Sementara itu, di tengah proses pemulihan ekonomi pasca krisis global tahun 200, pemerintahan Obama berusaha untuk melakukan perampingan budget dan tindakan penghematan besar-besaran terutama dalam pengeluaran militer. Hal ini ditunjukan dengan penarikan pasukan dari kancah Afghanistan dan Irak, yang semsetinya baru dimulai pada______, China s Military : Details of Pentagon Report, diunduh dari http://www.telegraph.co.uk/news/worldnews/asia/china/8722266lelerwl/Chinas-military-Details -ofPentagon-report.htm, pada Desember, 9, 2011, pukul 00.00 WIB1

1

2014, namun dipercepat seiring dengan desakan pemulihan ekonomi dari ranah politik domestic AS. Tindakan Obama menempatkan pasukan ini dirasa kontradiktif jika dibandingkan dengan tren yang seharusnya sedang berlaku. Penambahan pangkalan militer justru akan menambah pengeluaran biaya militer, yang justru seharusnya dihindari oleh pemerintah Obama. Dari sini, terlihat bahwa tindakan Obama ini dilandasi oleh prioritas yang lebih penting jika dibandingkan oleh alas an awal seperti untuk memelihara ikatan

kerjasama dengan Australia dan untuk meningkatkan pembangunan ekonomi dengan negaranegara di region Asia Timur dan Tenggara2 yang dikemukakan Obama mengenai deployment ini, membendung kebangkitan militer China. I.2 Rumusan Masalah Dari paparan yang dikemukakan sebelumnya, penulis akan berusaha untuk menjawab pertanyaan: mengapa kebijakan penempatan pangkalan militer di Australia ini dilakukan di tengah tren kebijakan penurunan military spending dan program pemulihan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintahan Obama? Sebagai hipotesis awal, penulis berargumen bahwa kebangkitan militer China di Asia Timur telahmencapai posisi kritisnya sehingga memerlukan tindakan balancing yang lebih serius, dari sekedar soft balancing (kerjasama militer di Asia Timur seperti East Asia Summit dan ASEAN Regional Forum) menjadi hard balancing seiring dengan bergesernya focus kebijakan luar negeri dan keamanan AS dari Tmur Tengah ke Asia Timur. I.3 Kerangka Teori Balance of Power Theory Balance of power merupakan salah satu konsep tertua dan paling mendasar dalam studi hubungan internasional. David Hume menganggap balance of power sebagai hukum ilmiah, sedangkan Glenn Snyder menyebut teori ini sebagai konsep teoritis yang menjadi

2

Angel Damayanti, US Military Base In Darwin A Threat?, diakses dari

http://www.thejakartapost.com/news/2011/11/24/us-military-base-darwin-a-threat.html, tanggal 6 Januari 2012, pukul 17.30 WIB.

2

pusat dalam hubungan internasional. Hans Morgenthau menyebut balance of power sebagai sebuah seni daripada ilmu, yang dipraktikkan oleh para pemimpin politik3. Sementara itu,T. V. Paul membagi konsep balance of power menjadi tiga : Hard Balancing, Soft Balancing dan Asymmetrical Balancing. Hard Balancing adalah strategi yng serig diperlihatkan oleh negara-negara yang terlibat dalam persaingan intens antarnegara. Negara kemudian mengadopsi strategi untuk membangun dan memperbarui kemampuan militer mereka serta menciptakan dan memelihara aliansi formal dan counteralliances untuk mencocokankemampuan lawan utama mereka. Konsepsi realism tradisional dan neorealism terhadap balance of power terutama lebih mengacu pada hard balancing. Soft Balancing terjadi terutama ketika negara berusaha untuk melakukan balancing tetapi dilakukan secara diam-diam, dalam jangkawaktu pendek, serta dalam aliansi formal. Hal ini teradiketika negara-negara melakukan ententes atau limited security understandings dengan satu sama lain unuk balancing terhadap negara yang berpotensi menjadi ancaman atau rising power. Soft balancing sering didasarkan pada arms buildup terbatas, latihan bersama ad hoc, atau kolaborasi di lembaga-lembaga regional atau internasional. Kebijakan-kebijakan soft balancing dapat dikonversi menjadi hard balancing, ketika persaingan keamanan menjadi ketat dan negara kuat menjadi begitu mengancam. Asymmetrical balancing mengacu pada upaya negara untuk membendung atau menyeimbangkan ancaman tidak langsung (indirect threats) yang ditimbulkan oleh actor sub nasional seperti kelompok teroris yang tidak memiliki kemampuan untuk menantang negaranegara kunci dengan menggunakan kemampuan militer konvensional. Asymmerical balancing juga dapat dilihat sebaliknya. Yaitu upaya actor subnasional (misalnya teroris) dan negara sponsor mereka untuk melemahkan dan menantang negara-negara tertentu dengan menggunakan cara asimetris, seperti aksi terorisme.4

Jack S. Levy. Chapter 1 What Do Great Powers Balance and Then? , dalam T. V. Paul et al (eds), Balance of Power. California : Stanford University Press,2004), hal 29 4 T. V Paul, Introduction The Enduring Axioms of Balance of Power Theory and The Contemporary Relevance , dalam T. V. Paul et al (eds), Balance of Power. California : Stanford University Press,2004), halaman 3

3

3

BAB II PEMBAHASAN II.1 Reassurance AS di Asia Timur : Soft Balancing Penempatan pasukan secara besar-besaran oleh AS di negaa-negaa lain memang sudah terjadi sejak Perang Dingin berlangsung. Berawal dari upaya untuk membendung pengaruh Uni Soviet, terutama pada negara-negara buffer yang menjadi perbatasan di Eropa dan Asia Timur, kea rah menjadikan AS sebagai polisi dunia, yang menyediakan pelayanannya sebagai pengaman dunia. Mandelbaum menerangkan tindakan AS ini diperlukan untuk menjaga keseimbangan di regional Erop dan Asia Timur. Khususnya Asia Timur, tindakan AS sesungguhnya memang benar-benar diinginkan, menurut Mandelbaum, oleh negara-negara tersebut, untuk memberikan jaminan keamanan dan kepercayaan diri5. Sementaraitu, bagi AS sendiri, pangkalan militer AS di Jepang dan Korea dianggap menjadi komponen penting dalam menjaga deterensi dan respon cepat AS di Asia6, terutama dalam membendung kekuatan Korea Utara dan China, yang dianggap sebagai rival AS di Asia. Di Korea AS menempatkan the 8th and 51st Fighter Wings, dan the 8th Army, termasuk the 2nd Infantry Division. Sementara di Jepang, AS menempatkan the U.S. 5th Air Force, termasuk 18th Wing, 35th Fighter Wing dan 374th Airlift Wing; Navy 7th Fleet, termasuk USS Kitty Hawk Carrier Battle Group dan USS Be l l eau Wood Amphibious Ready Group; III Marine Expeditionary Force (MEF); 9th Theater Area Army Command (TAACOM); dan 1st USA Special Forces Battalion7. Dari komposisi kekuatan militer yang ada, tampak bahwa pasukan yang ditempatkan di Jepang dan Korea mayoritas terdiri dari kekuatan laut dan udara. Hal ini menunjukan bahwa AS berusaha menciptakan kekuatan defensive dalam rangka mempertahankan keseimbangan di Asia Timur. Keragaman, flexibilitas, dan kelengkapan pasukan menyediakan kontribusi praktis dan kredibel dalam stabilitas keamanan regional. KeberadaanMandelbaum, America s Act as World Governments, International Security, _____, East Asian Strategy Report 1998: The United States Security Strategy for Asia Pacific Region, diakses dari http://www.dod.gov/pubs/easr98/easr98.pdf, pada 6 Januari 2011, pukul 17.09 WIB. Hal 10 7 Ibid. hal 116 5

4

kekuatan militer di Asia ini menjadi strategi fundamental bagi AS untu mempertahankan kepentingannyadi Asia Timur.

Sebagai sebuah langkah soft balancing di Asia Timur, AS terutama pada tahun 2008 berusaha untuk menggalang kerjasama militer melalui berbagai latihan bersama ad hoc. Di antara kerjasama itu adalah Arctic Sarex dengan Russia dan Kanada, Balikatan dengan Filipina, Cobra Gold dengan Thailand, Commando Sling dengan Singapore, Cope North dengan Jepang, Cope Tiger dengan Australia, Singapore, dan Thailand, dan lain-lain. Latihan ini ditujukan sebagai demonstrasi komitmen AS terhadap keamanan di wilayah, menigkatkan interoperabilitas dan kesiapan, dan menunjukan kemampuan AS dalam membentuk dan memimpin koalisi yang efektif.8 Dari sini, tampaknya AS berusaha untuk menunjukan kekuatan merekayang begitu besar melalui latihan bersama ini, sehingga negara-negara Asia Timur menjadi gentar untuk melakukan perlawanan, dari sinilah timbul deterrence bagi negara Asia terhadap kekuatan militer AS. Sementara itu, sebagai sebuah soft balancing terhadap China, AS berusaha untuk menggalang kerjasama dan dialog keamanan dengan China dalam rangka confidence building measures. Kerjasama ini terutama bertujuan untuk meningkatkan rasa kepercayaan di antara kedua negara dan penanggulangan ancaman nuklir dan WMD Korea Utara yang tidak dapat ditebak tujuannya. Salah satu contoh kerjasama yang dilakukan antara AS dan China adalah pertemuan Jing Jemin dan Bill Clinton pada 1997 dan 1998 yang bertujuan untuk membentuk comprehensive engagement dengan China9. II.2 Kebangkitan Militer China Dengan bertumpu pada kekuatan ekonomi yang begitu besar dan sangat berpengaruh dalam dasawarsa 2000 ini, China berusaha untuk mengembangkan militernya. Dengan komodifikas teknologi Ukraina dan Rusia, China mencoba untuk menjadi mandiri dalam hal penyediaan alutsista dan kelengkapan persenjataan. Salah satu contoh yang aling kentara adalah dengan melakukan reformasi kekuatan angkatan lautnya (PLAN- PeopleLiberation

8 9

Ibid, hal 15 Ibid Hal 30

5

Army Navy) sejak tahun 1990n untuk mengubah dan merampingkan Angkatan Laut untuk kemudian diisi oleh orang-orang yang lebih memiliki keterampilan di bidangnya.10 Secara rinci, strategi pengembangan kekuatan militer China terlihat pada tiga aspek. Pertama, China secara jelas mengembangkan kekuatannya dalam bentuk pembelian dan pembuan kapal induk, yang memberikan China kemampuan untuk menjelajah samudra (blue water navy). Kedua, China juga mengembangkan carrier air wing yang dimilikinya, baik itu hasil pembelian dari Rusia, adopsi dari teknologi yang dimiliki oleh Ukraina, atau memodifikasi sendiri teknologi tesebut menjadi teknologi asli China. Ketiga, China mempersiapkan pasukannya dalam melaksanakan operasi amfibi dengan menyiapkan landing platform dock Amphibious Assault Ship. Dengan adanya dock tersebut, operasi pendaratan pasukan pun mampu dilakukan dengan baik sejak diadakannya latihan tersebut pada tahun 2006. Ketiga hal inimenunjukan bahwa China menginginkan tidak hanya kekuatan defensive untuk melindungi dirinya, tetapi juga kemampuan militer ofensif, yang bertendensi pada pengembangan hard power yang dimilikinya ke negara lain. 11 Sementara itu, angkatan udara China (PLAU), juga mengalami perkembangan yang sangat signifikan, terutama pada tahun 2011 yang baru saja berlalu. Chin berhasil melakukan ujicoba pesawat stealth yang selama ini notabene menjadi keunggulan dari AS. Sementara itu, kekuatan AD China telah melampaui jumlah 1,25 juta pasukan. Jumlah pasukan sedemikian besar itu kemudian diperlengkapi lagi dengan generasi tank tempur, pengembangan kekuaan amphibi, dan perbaharuan dari multiple rocket launcher systems12. Perkembangan ini sekali lagi menunjukan keseriusan China dalam mengambangkan kekuatan militernya, tidak hanya defensive tetapi juga ofensif, yang berpotensi akan merubah keseimbangan kekuatan di Asia Timur, dengan China sebagai hegemonnya. Dengan demikian langkah soft balancing dirasa tidak cukup unuk menghalau perkembangan kekuatan ini. II.3 Pangkalan Militer AS di Australia : Hard Balancing?

Office of The Secretary of Defense, Annual Report to Congress : Military and Security Developments Involving The People s Republic of China 2011, diakses dari http://www.defense.gov/pubs/pdfs/2011_cmpr_final.pdf, pada 8 Desember 2011, pukul 10. 00, hal 3 11 Richard D. Fischer, China s Military Modernization, Building for General and Global Reach, (Westport: Greenwood Publishing Group, 2008), hal 183-199 12 Annual Report to Congress 2011.

10

6

Pada tanggal 16 November 2011, atau berteptan menjelang 3 hari hari sebelum dilaksanakannya East Asian Summit ke 6 di Bali, Presiden Obama mengumumkan rencana penempatan pasukan dan pembangunan pangkalan militernya di Darwin, Australia. Dengan penempatan secara bertahap dimulai dari pengiriman 2500 pasukan mariner pada pertengahan 2012 ini. Secara resmi Obama mengungkapkan bahwa penempatan pasukan ini bertujuan untuk memelihara ikatan kerjasama dengan Australia dan untuk meningkatkan pembangunan ekonomi dengan negara-negara di region Asia Timur dan Tenggara. Sementara itu, New York Times menyebutkan bahwa deployment kekuatan militer ini sebagai permohonan dari sekutu demokratis AS seperti India dan Jepang.13

Penempatan ini menimbulkan berbagai reaksi dari berbagai kalangan, terutama China sebagai kekuatan utama di region Asia Timur. Kedudukan geopolitik China menjadi terkurung dengan pangkalan militer yang sudah ada di Jepang, Korea dan Guam di sebelah Timur, ditambah dengan Australia di sebelah selatan. Walaupun dalam pidato China di EAS tidak secara eksplisit menjawab pengumuman Obama tersebut, namun China nampaknya cukup terganggu dengan keberadaan deployment pasukan tersebut, dengan menyebutkan bahwa memang AS yang memiliki kepentingan Asia Timur._______, A U.S. Marine Base for Australia Irritates China, diakses dari http://www.nytimes.com/2011/11/17/world/asia/obama-and-gillard-expand-us-australia-militaryties.html?_r=1&pagewanted=all, tanggal 7 Januri 2012,pukul 06.16 WIB13

7

Para analis menyebutkan ini akan menjadi awal dari model baru Perang Dingin, di mana China menjadi rival terbaru AS 14, sementara itu Angela Damayanti mengungkapkan setidaknya ada tiga alas an bahwa penempatan pangkalan militer ini akan menjadikan keseimbangan politik di Asia Timur berubah. Pertama, dinamika persenjataan akan

mendorong region kea rah securitydilemma, dalam situasi ini,negara-negara Asia Timur akan menganggap AS dan China sebagai ancaman, terutama oleh Jepang, Vietnam, Filipina dan Indonesia. Kedua, ketiadaan stabilitas keamanan di wilayah akan mendorong terjadinya operasi ekspedisi. Ketiga, implemensi AS terhadap kebijakan kebebasan navigasi baik dalam hal militer maupun ekonomi bisa mengganggu Indonesia sebagai negara pantai terdekat dengan pangkalan militer tersebut. Dari hal ini, AS seharusnya berhati-hati dan transparan dalam menerapkan strategi militer di Australia, sehingga tidak ada negara di Asia Timur yang terancam15 Namun demikian, penulis melihat bahwa tindakan AS menempatkan pasukannya dipangkalan militer Australia ini lebih bertujuan sebagai hard balancing terhadap perkembangan militer China yang demikian pesat dan lebih mengarah kepada kekuatan ofensif daripada defensive. AS sekali lagi, berusaha untuk melakukan tindakan counterbalance dengan mengurung kedudukan geopolitik China. Keberadaan pangkalan militer ini menjadi sangat perlu jika melihat perkembangan geopolitik China yang berusaha mendapatkan pengakuan territorial terhadap wilayah kepulauan Spratly di Laut China Selatan yang mendapatkan tentangan dari Malaysia, Filipina, Vietnam, dan Thailand yang merasa memiliki hak atas kepulauan tersebu. Di sini AS, secara jangka pendek, tampaknya melihat bahwa agresifitas China ini perlu ditekan melalui tindakan hard balancing, karena keadaan akan semakin gawat dan mengancam bagi kepentingan AS di Asia Timur. Sementara itu, secara jangka panjang, adanya pangkalan militer di Australia ini akan menjadi jaminan bagi AS untuk mengupayakan adanya keseimbangan kekuatan antara AS dan China di region Asia Timur. Pangkalan militer AS di Australia secara tak langsung akan memberikan kedudukan yang strategis bagi AS untuk tetap menjaga terbukanya alur laut kepulauan Indonesia yang menjadi jalur strategis bagi AS. Sementara itu, menyikapi_______, US Military Base in Australia to Counter China, diakses dari http://zeenews.india.com/news/world/us-military-base-in-australia-to-counter-china_741440.html, 15 Angel Damayanti, US Military Base In Darwin A Threat?, diakses dari http://www.thejakartapost.com/news/2011/11/24/us-military-base-darwin-a-threat.html, tanggal 6 Januari 2012, pukul 17.30 WIB14

8

perubahan politik ini, Indonesia, perlu sesegera mungkin untuk melakukan tindakan, baik melalui perubahan pola diplomasi maupun reformasi kekuatan militer.

BAB III KESIMPULAN

Dari penjelasan tersebut di atas, didapat kesimpulan bahwa langka AS menempatkn pasukan militernya di Australia merupakan salah satu reaksi AS terhadap pola pengembangan kekuatan China yang mengarah darikekuatan defensive menjadi kekuatan ofensif. Hal ini merubah pola kebijakan AS, yang awalnya bersifat soft balancing, dengan berbagai

kejasama militer ad hoc dan latihan bersama, kea rah hard balancing. Tindakan hard balancing ini dipicu oleh kebangkitan militer China di Asia Timur yang telah mencapai posisi kritisnya sehingga memerlukan tindakan balancing yang lebih serius. Sementara itu, reaksi dari berbagai kalangan mengenai penempatan pasukan ini, menunjukan ketidaksiapan negara-negara Asia Timur dalam melihat pekembangan kekuatan militer China. Walaupun terdapat berbagai kerjasama-kerjasama militer dimulai dengan pengaturan keamanan yang dipelopori ASEAN, namun tampaknya tidakcukup efektif dalam memupuk rasa kepercayaan diantara sesame anggota. Hal ini dapat menimbulkan instabilitas yang akan membahayakan keseimbangan kekuatan dan keamanan di Asia Timur. Seentara itu, tren pemotongan budget dan pemulihan ekonomi yang terjadi di politik domestic AS, tampaknya tidak berpengaruh dengan penempatan pasukan ini sesuaidengan pernyataan Obama bahwa budget militer terhadap kepentingannya di Asia Timur tidak akan dipotong. Hal ini menunjukan bahwa, focus kebijakan keamanan AS telah berubah dari Timur Tengah ke Asia Timur.

9

DAFTAR ISI

Sumber buku Fischer, Richard D., Chinas Military Modernization, Building for General and Global Reach, (Westport: Greenwood Publishing Group, 2008) Mandelbaum, Americas Act as World Governments, International Security Paul T. V. et al (eds), Balance of Power. California : Stanford University Press,2004)

Sumber elektronik ______, Chinas Military : Details of Pentagon Report, diunduh dari

http://www.telegraph.co.uk/news/worldnews/asia/china/8722266lelerwl/Chinas-militaryDetails -of-Pentagon-report.htm, pada Desember, 9, 2011, pukul 00.00 WIB _____, East Asian Strategy Report 1998: The United States Security Strategy for Asia Pacific Region, diakses dari http://www.dod.gov/pubs/easr98/easr98.pdf, pada 6 Januari 2011, pukul 17.09 WIB Damayanti, Angel, US Military Base In Darwin A Threat?, diakses dari

http://www.thejakartapost.com/news/2011/11/24/us-military-base-darwin-a-threat.html, tanggal 6 Januari 2012, pukul 17.30 WIB Office of The Secretary of Defense, Annual Report to Congress : Military and Security Developments Involving The Peoples Republic of China 2011, diakses dari

http://www.defense.gov/pubs/pdfs/2011_cmpr_final.pdf, pada 8 Desember 2011, pukul 10. 00

10

11