project akhir makalah ppd.doc

40
MAKALAH Rancangan Kegiatan Pembelajaran yang Menjawab Permasalahan dan Menyempurnakan Kegiatan Pembelajaran yang Ditemukan Dilapangan Berdasarkan Hasil Wawancara Disusun Oleh : Ari Purwoko Wiji Utomo 702012069 Candra Listyanto 702012064 FAKULTAS TEKNIK INFORMATIKA

Upload: ari-purwoko-wiji-utomo

Post on 01-Dec-2015

482 views

Category:

Documents


100 download

DESCRIPTION

ppd

TRANSCRIPT

Page 1: project akhir makalah ppd.doc

MAKALAH

Rancangan Kegiatan Pembelajaran yang Menjawab Permasalahan dan Menyempurnakan Kegiatan

Pembelajaran yang Ditemukan Dilapangan Berdasarkan Hasil Wawancara

Disusun Oleh :

Ari Purwoko Wiji Utomo 702012069

Candra Listyanto 702012064

FAKULTAS TEKNIK INFORMATIKA

UNIVERSITAS KRISTEN SALATIGA

2013

Page 2: project akhir makalah ppd.doc

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyusun makalah ini. Makalah ini disusun

guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Peserta Didik. Dalam makalah ini penyusun

memilih judul “Rancangan Kegiatan Pembelajaran yang Menjawab Permasalahan dan

Menyempurnakan Kegiatan Pembelajaran yang ditemukan di lapangan Berdasarkan Hasil

Wawancara”. Penyusun berharap dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan bagi

pembaca dan memberikan gambaran kepada pembaca tentang wacana baru dalam sisitem

pendidikan yang ada di Indonesia.

Penyusun menyadari bahwa tanpa bantuan dukungan dari banyak pihak, penyusun tidak

dapat menyelesaikan makalah ini. Untuk teman-teman semua, terimakasih atas dukungan dan saran

kalian. Serta ucapan terimakasih pula untuk orang tua kami yang selalu mendukung, baik dalam

dukungan moril maupun materiil.

Penyusun menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna karena

kekurang kecermatan maupun keterbatasan dalam menyajikan. Untuk itu penyusun dengan kerelaan

akan menerima segala saran maupun kritik dari pembaca demi penyempurnaan makalah ini.

Terimakasih. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Salatiga, 6 April 2013

Penyusun

2

Page 3: project akhir makalah ppd.doc

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL Halaman

KATA PENGANTAR........................................................................................….. 2

DAFTAR ISI.......................................................................................................….. 3

BAB I : PENDAHULUAN

I. Latar Belakang Masalah ...........................................................….. 4

II. Perumusan Masalah ..................................................................….. 5

III. Tujuan Makalah ........................................................................….. 5

BAB II : LANDASAN TEORI…………………………………………………..... 6

BAB II : PEMBAHASAN

I. Teori-teori perkembangan peserta didik oleh

Vygotsky, Piaget, dan Erikson, multiple

intellegnce, dan gaya belajar………………………………. 8

II. Studi kasus hubungan perkembangan anak dengan

metode pembelajaran……………………………………....... 21

III. Hasil Wawancara dengan seorang guru mata pelajaran…........ 23

IV. Analisis Teori perkembangan peserta didik, Multiple

intelligence, gaya belajar, studi kasus, wawancara…….......... 23

BAB III : PENUTUP

1. Kesimpulan ............................................................................…. 25

DAFTAR PUSTAKA ………………………………… …..

27

3

Page 4: project akhir makalah ppd.doc

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan kognitif dan bahasa anak-anak tidak berkembang dalam suatu situasi

sosial yang hampa. Lev Vygotsky (1896-1934), seorang psikolog berkebangsaan Rusia,

mengenal poin penting tentang pikiran anak ini lebih dari setengah abad yang lalu. Teori

Vygotsky mendapat perhatian yang makin besar ketika memasuki akhir abad ke-20.

Sezaman dengan Piaget, Vygotsky menulis di Uni Soviet selama 1920-an dan 1930-

an. Namun, karyanya baru dipublikasikan di dunia Barat pada tahun 1960-an. Sejak saat

itulah, tulisan-tulisannya menjadi sangat berpengaruh. Vygotsky adalah pengagum Piaget.

Walaupun setuju dengan Piaget bahwa perkembangan kognitif terjadi secara bertahap dan

dicirikan dengan gaya berpikir yang berbeda-beda, tetapi Vygotsky tidak setuju dengan

pandangan Piaget bahwa anak menjelajahi dunianya sendirian dan membentuk gambaran

realitas batinnya sendiri.

Erik Erikson adalah salah satu diantara para ahli yang melakukan ikhtiar itu. Dari

perspektif psikologi, ia menguraikan manusia dari sudut perkembangannya sejak dari masa

0 tahun hingga usia lanjut. Erikson beraliran psikoanalisa dan pengembang teori Freud.

Kelebihan yang dapat kita temukan dari Erikson adalah bahwa ia mengurai seluruh siklus

hidup manusia, termasuk disini adalah bahwa Erikson memasukkan faktor-faktor sosial

yang mempengaruhi perkembangan tahapan manusia, tidak hanya sekedar faktor libidinal

sexual.

Pendekatan konstruktivisme pada pendidikan berusaha merubah pendidikan dari

dominasi guru menjadi pemusatan pada siswa. Peranan guru adalah membantu siswa

mengembangkan pengertian baru. Siswa diajarkan bagaimana mengasimilasi pengalamn,

pengetahuan, dan pengertiannya dan apakah mereka siap untuk tahu dari pembentukan

pengertian baru ini. Pada bagian ini, kita melihat permulaan aliran konstruktivisme, peranan

pengalaman siswa dalam belajar dan bagaiman dapat mengasimilasi pengertiannya.

Perkembangan Peserta Didik merupakan salah satu tujuan agar seorang calon

pengajar dapat memahami setiap karakteristik dari peserta didik. Pertumbuhan ialah

4

Page 5: project akhir makalah ppd.doc

perubahan secara fisiologis dari hasil proses kematangan fungsi-fungsi jasmani sebagai

akibat dari adanya pengaruh lingkungan (Baharuddin, 2009 : 66). Pertumbuhan dapat

diartikan sebagai proses berubahnya keadaan jasmaniah (fisik) yang turun-temurun dalam

bentuk proses aktif yang berkesinambungan (terstruktur), perkembangan berkenaan dengan

peningkatan kualitas, yaitu peningkatan dan penyempurnaan fungsi (Nana Syaodih 2003 :

111). Demikian dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan berkenaan dengan fisik dan

perkembangan berkenaan dengan peningkatan kualitas individu peserta didik.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari pembuatan makalah ini adalah:

1.2.1 Apa saja teori-teori perkembangan peserta didik oleh Vygotsky, Piaget, dan Erikson?

1.2.2 Bagaimana Studi kasus hubungan perkembangan anak dengan metode

pembelajaran?

1.2.3 Bagaiman hasil wawancara dengan seorang guru mata pelajaran?

1.3 Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah :

1.3.1 Untuk mengetahui teori-teori perkembangan peserta didik oleh Vygotsky, Piaget,

dan Erikson..

1.3.2 Untuk mengetahui studi kasus hubungan perkembangan anak dengan metode

pembelajaran.

1.3.3 Untuk mengetahui hasil wawancara dengan seorang guru mata pelajaran.

5

Page 6: project akhir makalah ppd.doc

BAB II

LANDASAN TEORI

Piaget, dalam Bringuier, 1980, hlm. 110.

Teori Jean Piaget tentang perkembangan kognitif memberikan batasan kembali tentang kecerdasan,

pengetahuan dan hubungan anak didik dengan lingkungannya. Kecerdasan merupakan proses yang

berkesinambungan yang membentuk struktur yang diperlukan dalam interaksi terus menerus

dengan lingkungan. Struktur yang dibentuk oleh kecerdasan, pengetahuan sangat subjektif waktu

masih bayi dan masa kanak – kanak awal dan menjadi objektif dalam masa dewasa awal.

Perkembangan cara berfikir yang berlainan dari masa bayi sampai usia dewasa meliputi tindakan

dari bayi, pra operasi, operasi kongkrit dan opersai formal. Proses dibentuknya setiap struktur yang

lebih kompleks ini adalah asimilasi dan akomodasi, yang diatur oleh ekuilibrasi.

Piaget juga memberikan proses pembentukan pengetahuan dari pandangan yang lain, ia

menguraikan pengalaman fisik atau pengetahuan eksogen, yang merupakan abstraksi dari ciri – ciri

dari obyek, pengalaman logis matematis atau pengetahuan endogen disusun melalui reorganisasi

proses pemikiran anak didik . Sruktur tindakan, operasi kongkrit dan operasai formal dibangun

dengan jalan logis – matematis.

Lev Vygotsky (1896-1934) berpendapat bahwa perkembangan kognitif dan bahasa anak-

anak tidak berkembang dalam suatu situasi sosial yang hampa.Vygotsky adalah pengagum Piaget.

Walaupun setuju dengan Piaget bahwa perkembangan kognitif terjadi secara bertahap dan dicirikan

dengan gaya berpikir yang berbeda-beda, tetapi Vygotsky tidak setuju dengan pandangan Piaget

bahwa anak menjelajahi dunianya sendiri dan membentuk gambaran realitas batinnya sendiri. Teori

Vygotsky menawarkan suatu potret perkembangan manusia sebagai sesuatu yang tidak terpisahkan

dari kegiatan-kegiatan sosial dan budaya.Vygotsky menekankan bagaimana proses-proses

perkembangan mental seperti ingatan, perhatian, dan penalaran melibatkan pembelajaran

menggunakan temuan-temuan masyarakat seperti bahasa, sistem matematika, dan alat-alat ingatan.

Penekanan Vygotsky pada peran kebudayaan dan masyarakat di dalam perkembangan

kognitif berbeda dengan gambaran Piaget tentang anak sebagai ilmuwan kecil yang kesepian.Piaget

memandang anak-anak sebagai pembelajaran lewat penemuan individual, sedangkan Vygotsky 6

Page 7: project akhir makalah ppd.doc

lebih banyak menekankan peranan orang dewasa dan anak-anak lain dalam memudahkan

perkembangan si anak. Menurut Vygotsky, anak-anak lahir dengan fungsi mental yang relatif dasar

seperti kemampuan untuk memahami dunia luar dan memusatkan perhatian. Namun, anak-anak tak

banyak memiliki fungsi mental yang lebih tinggi seperti ingatan, berfikir dan menyelesaikan

masalah.

Teori perkembangan kepribadian yang dikemukakan Erik Erikson merupakan salah satu teori

yang memiliki pengaruh kuat dalam psikologi.Bersama dengan Sigmund Freud, Erikson mendapat

posisi penting dalam psikologi. Hal ini dikarenakan ia menjelaskan tahap perkembangan manusia

mulai dari lahir hingga lanjut usia; satu hal yang tidak dilakukan oleh Freud. Selain itu karena

Freud lebih banyak berbicara dalam wilayah ketidaksadaran manusia, teori Erikson yang membawa

aspek kehidupan sosial dan fungsi budaya dianggap lebih realistis.

Melalui teorinya Erikson memberikan sesuatu yang baru dalam mempelajari mengenai perilaku

manusia dan merupakan suatu pemikiran yang sangat maju guna memahami persoalan atau masalah

psikologi yang dihadapi oleh manusia pada jaman modern. Oleh sebab itu, teori Erikson banyak

digunakan untuk menjelaskan kasus atau hasil penelitian yang terkait dengan tahap perkembangan,

baik anak, dewasa, maupun lansia.

7

Page 8: project akhir makalah ppd.doc

BAB III

PEMBAHASAN

3.1.Teori – Teori Perkembangan Peserta Didik

3.1.1 Pandangan Pieget Tentang Perkembangan kognisi

Menurut Piaget, perkembangan kognitif mempunyai empat aspek, yaitu:

1) Kematangan , sebagai hasil perkembangan susunan syaraf.

Kematangan sistem syaraf menjadi penting karena memungkinkan anak memperoleh

manfaat secara maksimum dari pengalaman fisik. Kematangan membuka kemungkinan

untuk perkembangan sedangkan kalau kurang hal itu akan membatasi secara luas prestasi

secara kognitif. Perkembangan berlangsung dengan kecepatan yang berlainan tergantung

pada sifat kontak dengan lingkungan dan kegiatan belajar sendiri.

2) Pengalaman , yaitu hubungan timbal balik antara orgnisme dengan dunianya.

Interaksi antara individu dan dunia luar merupakan sumber pengetahuan baru, tetapi

kontak dengan dunia fisik itu tidak cukup untuk mengembangkan pengetahuan kecuali

jika intelegensi individu dapat memanfaatkan pengalaman tersebut.

3) Interaksi so s ial, yaitu pengaruh-pengaruh yang diperoleh dalam hubungannya dengan

lingkungan so s ial.

Lingkungan sosial termasuk peran bahasa dan pendidikan, pengalaman fisik dapat

memacu atau menghambat perkembangan struktur kognitif

4) Eku i librasi , yaitu adanya kemampuan atau s i stem mengatur dalam diri organisme agar

dia selalu mempau mempertahankan keseimbangan dan penyesuaian diri terhadap

lingkungannya.

Proses pengaturan diri dan pengoreksi diri (ekuilibrasi), mengatur interaksi spesifik

dari individu dengan lingkungan maupun pengalaman fisik, pengalaman sosial dan

perkembangan jasmani yang menyebabkan perkembangan kognitif berjalan secara

terpadu dan tersusun baik.

8

Page 9: project akhir makalah ppd.doc

Dalam pandangan Piaget, anak-anak secara aktif membangun dunia kognitif mereka

dengan menggunakan skema untuk menjelaskan hal-hal yang mereka alami.Skema adalah

struktur kognitif yang digunakan oleh manusia untuk mengadaptasi diri terhadap

lingkungan dan menata lingkungan ini secara intelektual.

Piaget (1952) mengatakan bahwa ada dua proses yang bertanggung jawab atas

seseorang menggunakan dan mengadaptasi skema mereka:

1.      Asimilasi adalah proses menambahkan informasi baru ke dalam skema yang sudah

ada. Proses ini bersifat subjektif, karena seseorang akan cenderung memodifikasi

pengalaman atau informasi yang diperolehnya agar bisa masuk ke dalam skema yang

sudah ada sebelumnya.

2.      Akomodasi adalah bentuk penyesuaian lain yang melibatkan pengubahan atau

penggantian skema akibat adanya informasi baru yang tidak sesuai dengan skema

yang sudah ada. Dalam proses ini dapat pula terjadi pemunculan skema yang baru

sama sekali.

Piaget membagi perkembangan kognitif anak ke dalam 4 periode utama yang

berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia:

1.         Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)

Bagi anak yang berada pada tahap ini, pengalaman diperoleh melalui fisik (gerakan

anggota tubuh) dan sensori (koordinasi alat indra). Pada mulanya pengalaman itu

bersatu dengan dirinya, ini berarti bahwa suatu objek itu ada bila ada pada

penglihatannya. Perkembangan selanjutnya ia mulai berusaha untuk mencari objek

yang asalnya terlihat kemudian menghiang dari pandangannya, asal perpindahanya

terlihat. Akhir dari tahap ini ia mulai mencari objek yang hilang bila benda tersebut

tidak terlihat perpindahannya. Objek mulai terpisah dari dirinya dan bersamaan dengan

itu konsep objek dalam struktur kognitifnya pun mulai dikatakan matang.Ia mulai

mampu untuk melambungkan objek fisik ke dalam symbol-simbol, misalnya mulai

bisa berbicara meniru suara kendaraan, suara binatang, dll.

2.         Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)

Tahap ini adalah tahap persiapan untuk pengorganisasian operasi konkrit. Pada tahap

ini pemikiran anak lebih banyak berdasarkan pada pengalaman konkrit daripada

pemikiran logis, sehingga jika ia melihat objek-ojek yang kelihatannya berbeda, maka

9

Page 10: project akhir makalah ppd.doc

ia mengatakanya berbeda pula. Pada tahap ini anak masih berada pada tahap pra

operasional belum memahami konsep kekekalan (conservation), yaitu kekekalan

panjang, kekekalan materi, luas, dll.Selain dari itu, cirri-ciri anak pada tahap ini belum

memahami dan belum dapat memikirkan dua aspek atau lebih secara bersamaan.

3.         Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)

Pada umumnya anak-anak pada tahap ini telah memahami operasi logis dengan

bantuan benda benda konkrit. Kemampuan ini terwujud dalam memahami konsep

kekekalan, kemampuan untuk mengklasifikasikan dan serasi, mampu memandang

suatu objek dari sudut pandang yang berbeda secara objektif.Anak pada tahap ini

sudah cukup matang untuk menggunakan pemikiran logika, tetapi hanya objek fisik

yang ada saat ini (karena itu disebut tahap operasional konkrit).Namun, tanpa objek

fisik di hadapan mereka, anak-anak pada tahap ini masih mengalami kesulitan besar

dalam menyelesaikan tugas-tugas logika.

4.         Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)

Anak pada tahap ini sudah mampu melakukan penalaran dengan menggunakan hal-

hal yang abstrak dan menggunakan logika.Penggunaan benda-benda konkret tidak

diperlukan lagi.Anak mampu bernalar tanpa harus berhadapan dengan dengan objek

atau peristiwa berlangsung.Penalaran terjadi dalam struktur kognitifnya telah mampu

hanya dengan menggunakan simbol-simbol, ide-ide, astraksi dan generalisasi.Ia telah

memiliki kemampuan-kemampuan untuk melakukan operasi-operasi yang menyatakan

hubungan di antara hubungan-hubungan, memahami konsep promosi.

10

Page 11: project akhir makalah ppd.doc

3.1.2 Pandangan Vigotsky Tentang Perkembangan kognisi

Seperti halnya Piaget, Vygotsky menekankan bahwa anak-anak secara aktif menyusun

pengetahuan mereka. Akan tetapi menurut Vygotsky, fungsi-fungsi mental memiliki koneksi-

koneksi sosial.Vygotsky berpendapat bahwa anak-anak mengembangkan konsep-konsep

lebih sistematis, logis, dan rasional sebagai akibat dari percakapan dengan seorang penolong

yang ahli.

1.      Konsep Zona Perkembangan Proksimal (ZPD)

Zona Perkembangan Proksimal adalah istilah Vygotsky untuk rangkaian tugas

yang terlalu sulit dikuasai anak seorang diri tetapi dapat diipelajari dengan bantuan dan

bimbingan orang dewasa atau anak-anak yang terlatih.Menurut teori Vygotsky, Zona

Perkembangan Proksimal merupakan celah antara actual development dan potensial

development, dimana antara apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan

orang dewasa dan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang

dewasa atau kerjasama dengan teman sebaya.Batas bawah dari ZPD adalah tingkat

keahlian yang dimiliki anak yang bekerja secara mandiri.Batas atas adalah tingkat

tanggung jawab tambahan yang dapat diterima oleh anak dengan bantuan seorang

instruktur. Maksud dari ZPD adalah menitikberatkan ZPD pada interaksi sosial akan

dapat memudahkan perkembangan anak.

2.      Konsep Scaffolding

Scaffolding ialah perubahan tingkat dukungan.Scaffolding adalah istilah terkait

perkembangan kognitif yang digunakan Vygotsky untuk mendeskripsikan perubahan

dukungan selama sesi pembelajaran, dimana orang yang lebih terampil mengubah

bimbingan sesuai tingkat kemampuan anak.Dialog adalah alat yang penting dalam

ZPD.Vygotsky memandang anak-anak kaya konsep tetapi tidak sistematis, acak, dan

spontan. Dalam dialog, konsep-konsep tersebut dapat dipertemukan dengan bimbingan

yang sistematis, logis dan rasional.

3.      Bahasa dan Pemikiran

Menurut Vygotsky, anak menggunakan pembicaraan bukan saja untuk komunikasi

sosial, tetapi juga untuk membantu mereka menyelesaikan tugas. Lebih jauh Vygotsky

yakin bahwa anak pada usia dini menggunakan bahasa unuk merencanakan,

membimbing, dan memonitor perilaku mereka. Vygotsky mengatakan bahwa bahasa dan

11

Page 12: project akhir makalah ppd.doc

pikiran pada awalnya berkembang terpisah dan kemudian menyatu. Anak harus

menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan orang lain sebelum mereka dapat

memfokuskan ke dalam pikiran-pikiran mereka sendiri. Anak juga harus berkomunikasi

secara eksternal dan menggunakan bahasa untuk jangka waktu yang lama sebelum

mereka membuat transisi dari kemampuan bicara ekternal menjadi internal.

12

Page 13: project akhir makalah ppd.doc

3.1.3 Pandangan Erikson Tentang Perkembangan Pribadi dan Sosial

Teori perkembangan kepribadian yang dikemukakan Erik Erikson merupakan salah

satu teori yang memiliki pengaruh kuat dalam psikologi.Bersama dengan Sigmund Freud,

Erikson mendapat posisi penting dalam psikologi. Hal ini dikarenakan ia menjelaskan tahap

perkembangan manusia mulai dari lahir hingga lanjut usia; satu hal yang tidak dilakukan

oleh Freud. Selain itu karena Freud lebih banyak berbicara dalam wilayah ketidaksadaran

manusia, teori Erikson yang membawa aspek kehidupan sosial dan fungsi budaya dianggap

lebih realistis.

Teori Erikson dikatakan sebagai salah satu teori yang sangat selektif karena didasarkan

pada tiga alasan, antara lain :

         pertama, teorinya sangat representatif dikarenakan memiliki hubungan dengan ego

yang merupakan salah satu aspek yang mendekati kepribadian manusia.

         Kedua, menekankan pada pentingnya perubahan yang terjadi pada setiap tahap

perkembangan dalam lingkaran kehidupan.

         Ketiga, menggambarkan secara eksplisit mengenai usahanya dalam mengabungkan

pengertian klinik dengan sosial dan latar belakang yang dapat memberikan kekuatan atau

kemajuan dalam perkembangan kepribadian didalam sebuah lingkungan.

Melalui teorinya Erikson memberikan sesuatu yang baru dalam mempelajari mengenai

perilaku manusia dan merupakan suatu pemikiran yang sangat maju guna memahami

persoalan atau masalah psikologi yang dihadapi oleh manusia pada jaman modern. Oleh

sebab itu, teori Erikson banyak digunakan untuk menjelaskan kasus atau hasil penelitian

yang terkait dengan tahap perkembangan, baik anak, dewasa, maupun lansia.

Teori Erikson berkaitan dengan kehidupan pribadinya. Erikson berpendapat bahwa

pandangan sesuai dengan ajaran dasar psikoanalisis yang diletakkan oleh Freud. Jadi dapat

dikatakan bahwa Erikson adalah seorang post-freudian atau neofreudian. Akan tetapi, teori

Erikson lebih tertuju pada masyarakat dan kebudayaan. Hal ini terjadi karena dia adalah

seorang ilmuwan yang punya ketertarikan terhadap antropologis yang sangat besar, bahkan

dia sering meminggirkan masalah insting dan alam bawah sadar. Oleh sebab itu, maka di

satu pihak ia menerima konsep struktur mental Freud, dan di lain pihak menambahkan

dimensi sosial-psikologis pada konsep dinamika dan perkembangan kepribadian yang

diajukan oleh Freud. Bagi Erikson, dinamika kepribadian selalu diwujudkan sebagai hasil

interaksi antara kebutuhan dasar biologis dan pengungkapannya sebagai tindakan-tindakan 13

Page 14: project akhir makalah ppd.doc

sosial. Tampak dengan jelas bahwa yang dimaksudkan dengan psikososial apabila istilah ini

dipakai dalam kaitannya dengan perkembangan. Secara khusus hal ini berarti bahwa tahap-

tahap kehidupan seseorang dari lahir sampai dibentuk oleh pengaruh-pengaruh sosial yang

berinteraksi dengan suatu organisme yang menjadi matang secara fisik dan psikologis.

Sedangkan konsep perkembangan yang diajukan dalam teori psikoseksual yang menyangkut

tiga tahap yaitu oral, anal, dan genital, diperluasnya menjadi delapan tahap sedemikian rupa

sehingga dimasukkannya cara-cara dalam mana hubungan sosial individu terbentuk dan

sekaligus dibentuk oleh perjuangan-perjuangan insting pada setiap tahapnya.

Delapan tahap/fase perkembangan kepribadian menurut Erikson memiliki ciri utama

setiap tahapnya adalah di satu pihak bersifat biologis dan di lain pihak bersifat sosial, yang

berjalan melalui krisis diantara dua polaritas. Adapun tingkatan dalam delapan tahap

perkembangan yang dilalui oleh setiap manusia menurut Erikson adalah sebagai berikut :

Kedelapan tahapan perkembangan kepribadian dapat digambarkan dalam tabel berikut

ini :

Developmental Stage Basic Components

Infancy (0-1 thn)

Early childhood (1-3 thn)

Preschool age (4-5 thn)

School age (6-11 thn)

Adolescence (12-10 thn)

Young adulthood ( 21-40

thn)

Adulthood (41-65 thn)

Senescence (+65 thn)

Trust vs Mistrust

Autonomy vs Shame, Doubt

Initiative vs Guilt

Industry vs Inferiority

Identity vs Identity Confusion

Intimacy vs Isolation

Generativity vs Stagnation

Ego Integrity vs Despair

14

Page 15: project akhir makalah ppd.doc

1. Infancy (0-1 thn)Trust vs Mistrust (Kepercayaan vs Kecurigaan)

Terjadi pada usia 0 s/d 18 bulan. Tingkat pertama teori perkembangan psikososial

Erikson terjadi antara kelahiran sampai usia satu tahun dan merupakan tingkatan paling

dasar dalam hidup. Oleh karena bayi sangat bergantung, perkembangan kepercayaan

didasarkan pada ketergantungan dan kualitas dari pengasuh kepada anak. Perilaku bayi

didasari oleh dorongan mempercayai atau tidak mempercayai orang-orang di sekitarnya. Dia

sepenuhnya mempercayai orang tuanya, tetapi orang yang dianggap asing dia tidak akan

mempercayainya. Oleh karena itu kadang-kadang bayi menangis bila di pangku oleh orang

yang tidak dikenalnya. Ia bukan saja tidak percaya kepada orang-orang yang asing tetapi

juga kepada benda asing, tempat asing, suara asing, perlakuan asing dan sebagainya. Jika

anak berhasil membangun kepercayaan, dia akan merasa selamat dan aman dalam dunia.

Pengasuh yang tidak konsisten, tidak tersedia secara emosional, atau menolak, dapat

mendorong perasaan tidak percaya diri pada anak yang di asuh.

Pada dasarnya setiap manusia pada tahap ini tidak dapat menghindari rasa kepuasan

namun juga rasa ketidakpuasan yang dapat menumbuhkan kepercayaan dan

ketidakpercayaan. Di mana setiap individu perlu mengetahui dan membedakan kapan harus

percaya dan kapan harus tidak percaya dalam menghadapi berbagai tantangan maupun

rintangan yang menghadang pada perputaran roda kehidupan manusia tiap saat.

2. Early childhood (1-3 thn)Otonomi vs Perasaan Malu dan Ragu-ragu

Terjadi pada usia 18 bulan s/d 3 tahun. Tugas yang harus diselesaikan pada masa ini

adalah kemandirian (otonomi) sekaligus dapat memperkecil perasaan malu dan ragu-ragu.

Apabila dalam menjalin suatu relasi antara anak dan orangtuanya terdapat suatu

sikap/tindakan yang baik, maka dapat menghasilkan suatu kemandirian. Tingkat ke dua dari

teori perkembangan psikososial Erikson ini terjadi selama masa awal kanak-kanak dan

berfokus pada perkembangan besar dari pengendalian diri. Seperti Freud, Erikson percaya

bahwa latihan penggunaan toilet adalah bagian yang penting sekali dalam proses ini. Tetapi,

alasan Erikson cukup berbeda dari Freud. Erikson percaya bahwa belajar untuk mengontrol

fungsi tubuh seseorang akan membawa kepada perasaan mengendalikan dan kemandirian.

Kejadian-kejadian penting lain meliputi pemerolehan pengendalian lebih yakni atas

pemilihan makanan, mainan yang disukai, dan juga pemilihan pakaian. Anak yang berhasil

melewati tingkat ini akan merasa aman dan percaya diri, sementara yang tidak berhasil akan

15

Page 16: project akhir makalah ppd.doc

merasa tidak cukup dan ragu-ragu terhadap diri sendiri.Pada usia ini menurut Erikson bayi

mulai belajar untuk mengontrol tubuhnya.

3.Preschool age (4-5 thn)Inisiatif vs Kesalahan

Terjadi pada usia 3 s/d 5 tahun. Selama masa usia prasekolah mulai menunjukkan

kekuatan dan kontrolnya akan dunia melalui permainan langsung dan interaksi sosial lainnya.

Tahap ketiga ini juga dikatakan sebagai tahap kelamin-lokomotor (genital-locomotor stage)

atau yang biasa disebut tahap bermain. Tahap ini pada suatu periode tertentu saat anak

menginjak usia 3 sampai 5 atau 6 tahun, dan tugas yang harus diemban seorang anak pada

masa ini ialah untuk belajar punya gagasan (inisiatif) tanpa banyak terlalu melakukan

kesalahan. Masa-masa bermain merupakan masa di mana seorang anak ingin belajar dan

mampu belajar terhadap tantangan dunia luar, serta mempelajari kemampuan-kemampuan

baru juga merasa memiliki tujuan.

Mereka lebih tertantang karena menghadapi dunia sosial yang lebih luas, maka dituntut

perilaku aktif dan bertujuan.Anak yang berhasil dalam tahap ini merasa mampu dan

kompeten dalam memimpin orang lain. Adanya peningkatan rasa tanggung jawab dan

prakarsa.Erikson yakin bahwa kebanyakan rasa bersalah dapat digantikan dengan cepat oleh

rasa berhasil.

4. School age (6-11 thn)Kerajinan vs Inferioritas

Terjadi pada usia 6 s/d pubertas. Salah satu tugas yang diperlukan dalam tahap ini ialah

adalah dengan mengembangkan kemampuan bekerja keras dan menghindari perasaan rasa

rendah diri.Saat anak-anak berada tingkatan ini area sosialnya bertambah luas dari

lingkungan keluarga merambah sampai ke sekolah, sehingga semua aspek memiliki peran,

misalnya orang tua harus selalu mendorong, guru harus memberi perhatian, teman harus

menerima kehadirannya, dan lain sebagainya.

Anak pada usia ini dituntut untuk dapat merasakan bagaimana rasanya berhasil, apakah

itu di sekolah atau ditempat bermain. Melalui tuntutan tersebut anak dapat mengembangkan

suatu sikap rajin.Berbeda kalau anak tidak dapat meraih sukses karena mereka merasa tidak

mampu (inferioritas), sehingga anak juga dapat mengembangkan sikap rendah diri.

Ketika beralih ke masa pertengahan dan akhir kanak-kanak, mereka mengarahkan energi

mereka menuju penguasaan pengetahuan dan keterampilan intelektual. Permasalahan yang

dapat timbul pada tahun sekolah dasar adalah berkembangnya rasa rendah diri, perasaan

16

Page 17: project akhir makalah ppd.doc

tidak berkompeten dan tidak produktif.Erikson yakin bahwa guru memiliki tanggung jawab

khusus bagi perkembangan ketekunan anak-anak.

5. Adolescence (12-10 thn)Identitas vs Kekacauan Identitas

Terjadi pada masa remaja, yakni usia 10 s/d 20 tahun. Yang man ditandai adanya

kecenderungan identity – Identity Confusion.Sebagai persiapan ke arah kedewasaan

didukung pula oleh kemampuan dan kecakapan-kecakapan yang dimilikinya.Dia berusaha

untuk membentuk dan memperlihatkan identitas diri, ciri-ciri yang khas dari

dirinya.Dorongan membentuk dan memperlihatkan identitas diri pada remaja sering sekali

sangat ekstrim dan berlebihan, sehingga tidak jarang dipandang oleh lingkungannya sebagai

penyimpangan atau kenakalan.Dorongan pembentukan identitas diri yang kuat di satu pihak,

sering diimbangi oleh rasa setia kawan dan toleransi yang besar terhadap kelompok

sebayanya.Di antara kelompok sebaya mereka mengadakan pembagian peran, dan seringkali

mereka sangat patuh terhadap peran yang diberikan kepada masing-masing anggota.

Menurut Erikson masa ini merupakan masa yang mempunyai peranan penting, karena

melalui tahap ini orang harus mencapai tingkat identitas ego, dalam pengertiannya identitas

pribadi berarti mengetahui siapa dirinya dan bagaimana cara seseorang terjun ke tengah

masyarakat.

6. Young adulthood ( 21-40 thn)Keintiman vs Isolasi

Terjadi selama masa dewasa awal (20an s/d 30an tahun). Erikson percaya tahap ini

penting, yaitu tahap seseorang membangun hubungan yang dekat dan siap berkomitmen

dengan orang lain. Mereka yang berhasil di tahap ini, akan mengembangkan hubungan yang

komit dan aman. Erikson percaya bahwa identitas personal yang kuat penting untuk

mengembangkan hubungan yang intim. Mereka sudah mulai selektif untuk membentuk

hubungan yang intim dengan orang-orang tertentu

7. Adulthood (41-65 thn)Generativitas vs Stagnasi

Terjadi selama masa pertengahan dewasa (40an s/d 50an tahun). Selama masa ini, mereka

melanjutkan membangun hidupnya berfokus terhadap karir dan keluarga. Mereka yang

berhasil dalam tahap ini, maka akan merasa bahwa mereka berkontribusi terhadap dunia

dengan partisipasinya di dalam rumah serta komunitas. Mereka yang gagal melalui tahap

ini, akan merasa tidak produktif dan tidak terlibat di dunia ini.

17

Page 18: project akhir makalah ppd.doc

Pada masa ini, salah satu tugas untuk dicapai ialah dengan mengabdikan diri guna

keseimbangan antara sifat melahirkan sesuatu (generativitas) dengan tidak berbuat apa-apa

(stagnasi). Generativitas adalah perluasan cinta ke masa depan. Sifat ini adalah kepedulian

terhadap generasi yang akan datang. Melalui generativitas akan dapat dicerminkan sikap

memperdulikan orang lain. Pemahaman ini sangat jauh berbeda dengan arti kata stagnasi

yaitu pemujaan terhadap diri sendiri dan sikap yang dapat digambarkan dalam stagnasi ini

adalah tidak perduli terhadap siapapun.

8. Senescence (+65 thn)Integritas vs Keputusasaan

Terjadi selama masa akhir dewasa (60an tahun). Selama fase ini cenderung

melakukan cerminan diri terhadap masa lalu. Mereka yang tidak berhasil pada fase ini, akan

merasa bahwa hidupnya percuma dan mengalami banyak penyesalan. Individu akan merasa

kepahitan hidup dan putus asa. Mereka yang berhasil melewati tahap ini, berarti ia dapat

mencerminkan keberhasilan dan kegagalan yang pernah dialami. Individu ini akan mencapai

kebijaksaan, meskipun saat menghadapi kematian.

Dalam teori Erikson, orang yang sampai pada tahap ini berarti sudah cukup berhasil

melewati tahap-tahap sebelumnya dan yang menjadi tugas pada usia senja ini adalah

integritas dan berupaya menghilangkan putus asa dan kekecewaan. Tahap ini merupakan

tahap yang sulit dilewati menurut pemandangan sebagian orang dikarenakan mereka sudah

merasa terasing dari lingkungan kehidupannya, karena orang pada usia senja dianggap tidak

dapat berbuat apa-apa lagi atau tidak berguna. Kesulitan tersebut dapat diatasi jika di dalam

diri orang yang berada pada tahap paling tinggi dalam teori Erikson terdapat integritas yang

memiliki arti tersendiri yakni menerima hidup dan oleh karena itu juga berarti menerima

akhir dari hidup itu sendiri. Namun, sikap ini akan bertolak belakang jika didalam diri

mereka tidak terdapat integritas yang mana sikap terhadap datangnya kecemasan akan

terlihat.Oleh karena itu, keseimbangan antara integritas dan kecemasan itulah yang ingin

dicapai dalam masa usia senja guna memperoleh suatu sikap kebijaksanaan.

3.1.4 Teori Multiple Intelligence

18

Page 19: project akhir makalah ppd.doc

Dr. Howard Gardner, seorang Professor ilmu Kependidikan dari Harvard

University di tahun 1983. Ia menyatakan bahwa teori tradisional tentang kecerdasan yang

hanya berdasarkan pada IQ sangat terbatas.

Dr. Gardner  mengajukan ada 8 nilai kecerdasan berbeda yang harus diperhitungkan

untuk melihat Potensi Anak-Anak dan Manusia Dewasa secara luas, yakni :

1. Linguistic intelligence ("word smart")

2. Logical-mathematical intelligence ("number/reasoning smart")

3. Spatial intelligence ("picture smart")

4. Bodily-Kinesthetic intelligence ("body smart")

5. Musical intelligence ("music smart")

6. Interpersonal intelligence ("people smart")

7. Intrapersonal intelligence ("self smart")

8. Naturalist intelligence ("nature smart")

Dr. Gardner  menyatakan bahwa budaya dan sistem pendidikan kita, termasuk

sekolah pada umumnya masih memfokuskan perhatiannya pada Kecerdasan Bahasa

dan Logika-Matematika.

Dr. Gardner berpendapat bahwa kita harus lebih memberi perhatian yang seimbang

pada individu yang memiliki bakat di sisi nilai intelegensia yang lain, seperti : seniman,

arsitek, penari, desainer, naturalis, terapis, pengusaha dan siapa saja yang memperkaya

khasanah dunia kehidupan kita.

Sayangnya banyak anak-anak yang memiliki bakat-bakat tersebut kurang

mendapatkan perhatian dan dukungan di sekolah. Mereka sering mendapat julukan "tidak

mampu belajar", "gangguan kurang perhatian", "kurang mampu menerima pelajaran",

ketika kemampuan belajar dan berfikir mereka yang unik tidak dapat diterima oleh ruang

kelas yang "berhawa" linguistic or logical-mathematical.

19

Page 20: project akhir makalah ppd.doc

Teori Multiple Intelligence juga berpengaruh pada orang dewasa, yang sering terhambat

karirnya karena tidak dapat mengembangkan bakat intelegensinya secara optimal.

Bagaimana Melatih dan Mengembangkan 8 Nilai Kecerdasan ?

Salah satu yang utama dalam The Theory of Multiple Intelligences adalah : bagaimana

menyediakan 8 Jejakjalur Potensi yang berbeda untuk belajar.

Intinya, apapun yang kita sebagai pendidik akan ajarkan kepada siswa, lihatlah

bagaimana Anda dapat menghubungkannya dengan :

kata-kata ; words (linguistic intelligence)

angka-angka / logika ; numbers or logic (logical-mathematical intelligence)

gambar ; pictures (spatial intelligence)

music (musical intelligence)

cermin / pengendalian diri ; self-reflection (intrapersonal intelligence)

pengalaman merasakan ; a physical experience (bodily-kinesthetic intelligence)

pengalaman sosial ; a social experience (interpersonal intelligence), and/or

pengalaman berhadapan dengan alam ; an experience in the natural world.

(naturalist intelligence)

Singkatnya, Anda tidak perlu mengajarkan sesuatu kepada seseorang dengan sekaligus 8

nilai tersebut. Cukup perhatikan dengan cermat kemungkinannya. Setiap siswa pasti akan

lebih suka / cocok dengan salah satu dari 8 nilai tersebut.

Aktivasi otak tengah (mesenchepalon) yang dilakukan saat ini pada dasarnya adalah

sebagai titik awal untuk mengaktifkan dan menyeimbangkan seluruh bagian otak,

sehingga otak dapat bekerja optimal. Hasilnya, terutama pada anak-anak dapat segera

memunculkan ke8 kemampuan tersebut. 

20

Page 21: project akhir makalah ppd.doc

3.1.5 Teori Gaya Belajar.

DePorter dan Hernacki (Ary Nilandari, 2004:110) menyatakan sebagai berikut :”

Gaya belajar merupakan kombinasi dari bagaimana anda menyerap, dan kemudian

mengatur serta mengolah informasi”.

Nasution (1995:94) mengemukakan : “ Gaya belajar adalah cara yang

dilakukan seseorang dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat berfikir

dan memecahkan soal. Selanjutnya juga dikatakan bahwa gaya belajar ini berhubungan

dengan proses – proses kemampuan yang dimiliki seseorang.”

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan gaya belajar merupakan gaya

konsisten yang ditunjukkan individu untuk meyerap informasi, mengatur, mengolah

informasi tersebut dengan mudah dalam proses penerimaan, berfikir, mengingat, dan

pemecahan masalah dalam menghadapi proses belajar mengajar agar tercapai hasil

maksimal sesuai dengan kemampuan, kepripadian dan sikapnya.

3.2. Studi kasus hubungan perkembangan anak dengan metode pembelajaran.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menekankan keterlibatan aktif antara guru

dan siswa dalam proses belajar mengajar. Selain itu, pada kurikulum sebelumnya atau KBK

menekankan bahwa belajar matematika tidak sekedar learning to know, melainkan harus

ditingkatkan meliputi learning to do, lerning to be, hingga learning to live together (Suyitno,

2004: 60). Oleh karena itu, pengajaran matematika perlu diperbarui, di mana siswa diberikan

porsi lebih banyak dibandingkan dengan guru, bahkan siswa harus dominan dalam kegiatan

belajar mengajar. Sasaran dari pembelajaran matematika adalah siswa diharapkan mampu

berpikir logis, kritis dan sistematis.

Mengembangkan potensi to live together salah satunya melalui model pembelajaran

kooperatif. Aktivitas pembelajaran kooperatif menekankan pada kesadaran siswa perlu belajar

untuk mengaplikasikan pengetahuan, konsep, keterampilan kepada siswa yang membutuhkan

atau anggota lain dalam kelompoknya, sehingga belajar kooperatif dapat saling

menguntungkan antara siswa yang berprestasi rendah dan siswa yang berprestasi tinggi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Slavin (Ibrahim, 2000:16) tentang pengaruh

pembelajaran kooperatif terhadap hasil belajar pada semua tingkat kelas dan semua bidang

21

Page 22: project akhir makalah ppd.doc

studi menunjukkan bahwa kelas kooperatif menunjukkan hasil belajar akademik yang

signifikan lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol.

Salah satu pembelajaran kooperatif yaitu model Talking Stick (tongkat berbicara) ini

metode yang pada mulanya digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk mengajak semua

orang berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu forum (pertemuan antarsuku),

sebagaimana dikemukakan Carol Locust berikut ini Tongkat berbicara telah digunakan selama

berabad-abad oleh suku–suku Indian sebagai alat menyimak secara adil dan tidak memihak.

Tongkat berbicara sering digunakan kalangan dewan untuk memutuskan siapa yang

mempunyai hak berbicara. Pada saat pimpinan rapat mulai berdiskusi dan membahas masalah,

ia harus memegang tongkat berbicara. Tongkat akan pindah ke orang lain apabila ia ingin

berbicara atau menanggapinya. Dengan cara ini tongkat berbicara akan berpindah dari satu

orang ke orang lain jika orang tersebut ingin mengemukakan pendapatnya. Apabila semua

mendapatkan giliran berbicara, tongkat itu lalu dikembalikan lagi ke ketua/pimpinan rapat.

Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa talking stick dipakai sebagai tanda seseorang

mempunyai hak suara (berbicara) yang diberikan secara bergiliran/bergantian.

Model pembelajaran Talking Stik adalah suatu model pembelajaran kelompok dengan

bantuan tongkat, kelompok yang memegang tongkat terlebih dahulu wajib menjawab

pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya, selanjutnya kegiatan tersebut

diulang terus-menerus sampai semua kelompok mendapat giliran untuk menjawab pertanyaan

dari guru.

Dalam penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stik ini, guru membagi kelas

menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5 atau 6 orang yang heterogen (Bidan Diah,

2012:04). Pembelajaran Talking Stick sangat cocok diterapkan bagi siswa SD, SMP, dan

SMA/SMK. Selain untuk melatih berbicara, pembelajaran ini akan menciptakan suasana yang

menyenangkan dan membuat siswa aktif.

Fakta di lapangan terbukti bahwa dengan menggunakan model pembelajaran Talking

Stick mampu membuat siswa SD Negeri 02 Rembes aktif saat proses pembelajaran

berlangsung.

22

Page 23: project akhir makalah ppd.doc

3.3 Hasil Wawancara Dengan Guru Mata Pelajaran

Dari hasil wawancara dengan guru Kelas VI SD Negeri 02 Rembes, siswa dan

observasi sebelum pembelajaran matematika, guru masih menggunakan metode ceramah.

Dalam penggunaan metode ceramah guru kurang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran.

Masih ada siswa yang ramai sendiri saat guru menjelaskan materi, siswa belum biasa berbaur

dengan satu sama yang lain, dan tingkat pemahaman siswa masih rendah. Dalam penyajian

bahan ajar kepada siswa terdapat berbagai kesulitan khususnya yang berkaitan dengan

pemahaman pada materi perkalian dan pembagian. Pemahaman siswa yang rendah terlihat

ketika siswa disuruh mengerjakan soal, mereka masih bingung padahal guru sudah memberikan

contoh dengan penyelesaian yang runtut dan begitu jelas. Dampak yang terjadi adalah masih

ada siswa yang tidak lulus dalam ulangan harian pada materi operasi perkalian dan pembagian.

Dari 18 siswa hanya 15 siswa yang lulus dalam ulangan harian.

3.4 Hasil Analisa antara Teori Perkembangan Peserta Didik, Multiple Inteligence, Gaya Belajar,

Studi Kasus/Penelitian sebelumnya, dan Hasil Wawancara dengan Guru.

Teori Perkembangan peserta didik yang dikemukakan oleh tiga ahli yaitu Vigosty, Pieget,

Ericson mengajak Siswa yang lebih aktif untuk mengemukakan pendapat disaat proses

pembelajaran, jadi Guru hanya sebagai fasilitator untuk siswa.

Multiple intelligence menurut Dr. Gardner mengemukakan bahwa multiple intelligence

menyeimbangkan dan megengaktifkan seluruh otak. Oleh karena itu sebagai guru kita harus

mengguanakan metode pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif dalam proses

pembelajaran.

Sebagai seorang guru, kita harus dapat memahami masing-masing gaya belajar siswa kita,

agar gaya mengajar kita betul-betul serasi. Tidak jarang kegagalan siswa di sekolah bukan

karena kebodohannya, bisa jadi karena ketidak serasian gaya belajar antara guru dan siswanya.

Jika guru menyadari bahwa setiap siswa memiliki cara yang berbeda dalam menyerap dan

mempelajari informasi. Tentu guru akan mengajar dengan berbagai cara yang berbeda atau

mengajar dengan cara-cara yang lain dari metode mengajar yang standar. Dengan gaya

mengajar yang berbeda-beda tentu sangat membantu bagi siswa dalam memahami informasi

atau materi pelajaran yang disampaikan.Sesungguhnya gaya belajar seseorang adalah kombinasi

dari bagaimana ia menyerap dan kemudian mengatur serta mengolah informasi.

Studi kasus yang terjadi yaitu siswa cenderung tidak aktif dalam proses pembelajaran karena

pembelajaran hanya berpusat pada guru saja dan siswa bosen dalam proses pembelajaran, maka

23

Page 24: project akhir makalah ppd.doc

dari itu sebagai seorang guru harus menggunakan metode pembelajaran ang menyenangkan

tetapi juga melibatkan siswa salah satuya dengan model pembelajaran yang dibuat permainan

jadi siswa tidak bosen dan siswapun bisa aktif dalam proses pembelajaran.

Hasil wawancara oleh guru, beliau meyatakan bahwa guru belum menggunakan metode

pembelajaran yang sangat bervariasi, guru masih menggunakan metode CERAMAH.

24

Page 25: project akhir makalah ppd.doc

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Teori perkembangan kognitif Jean Piaget (1896-1980) membahas munculnya dan

diperolehnya skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya dalam

tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam

merepresentasikan informasi secara mental. Teori ini digolongkan ke dalam

konstruktivisme, yang berarti tidak seperti teori nativisme (yang menggambarkan

perkembangan kognitif sebagai pemunculan pengetahuan dan kemampuan bawaan), Piaget

berpendapat bahwa kita membangun kemampuan kognitif kita melalui tindakan yang

termotivasi dengan sendirinya terhadap lingkungan.Piaget berpikir sebagaimana tubuh fisik

kita memiliki struktur yang memampukan kita beradaptasi dengan dunia.

Lev Vygotsky (1896-1934) berpendapat bahwa perkembangan kognitif dan bahasa

anak-anak tidak berkembang dalam suatu situasi sosial yang hampa.Vygotsky adalah

pengagum Piaget. Walaupun setuju dengan Piaget bahwa perkembangan kognitif terjadi

secara bertahap dan dicirikan dengan gaya berpikir yang berbeda-beda, tetapi Vygotsky

tidak setuju dengan pandangan Piaget bahwa anak menjelajahi dunianya sendiri dan

membentuk gambaran realitas batinnya sendiri. Teori Vygotsky menawarkan suatu potret

perkembangan manusia sebagai sesuatu yang tidak terpisahkan dari kegiatan-kegiatan

sosial dan budaya.Vygotsky menekankan bagaimana proses-proses perkembangan mental

seperti ingatan, perhatian, dan penalaran melibatkan pembelajaran menggunakan temuan-

temuan masyarakat seperti bahasa, sistem matematika, dan alat-alat ingatan.

Menurut Erik Erikson perkembangan di bagi dalam delapan tahap/fase

perkembangan kepribadian yang memiliki ciri utama di setiap tahapnya adalah di satu

pihak bersifat biologis dan di lain pihak bersifat sosial, yang berjalan melalui krisis diantara

dua polaritas. Adapun tingkatan dalam delapan tahap perkembangan yang dilalui oleh

setiap manusia menurut Erikson adalah sebagai berikut :

Infancy (0-1 thn) Trust vs Mistrust (Kepercayaan vs Kecurigaan), Early childhood (1-3 thn)

Otonomi vs Perasaan Malu dan Ragu-ragu, Preschool age (4-5 thn) Inisiatif vs Kesalahan,

School age (6-11 thn) Kerajinan vs Inferioritas, Adolescence (12-10 thn) Identitas vs

Kekacauan Identitas, Young adulthood ( 21-40 thn) Keintiman vs Isolasi, Adulthood (41-

65 thn) Generativitas vs Stagnasi, Senescence (+65 thn) Integritas vs Keputusasaan.

25

Page 26: project akhir makalah ppd.doc

Bahwa penelitian yang dilakukan di SD Negeri 02 Rembes, guru tersebut belum

menggunakan metode pembelajaran kooperatif learning, guru tersebut masih menggunakan

metode konvensional, proses pembelajaran hanya berpusat pada guru saja tanpa mengetahui

dampak ang terjadi apabila menggunakan metode tersebut.

26

Page 27: project akhir makalah ppd.doc

Daftar Pustaka

Sumber :http://www.thomasarmstrong.com/multiple_intelligences.php

Rita E.I.,dkk. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta : UNY Press.

Sugihartono,dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : UNY Press.

http://www.wikipedia.org/vygotsky.html diakses tanggal 18 Oktober 2010

http://deviarimariani.files.wordpress.com/2008/11/erik-eriksoi.doc

http://www.haveford.edu/psych/ddavis/p1099/erikson.stages.htm/

27