makalah akhir paracetamol

84
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablet dapat berbeda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, daya hancur, dan dalam aspek lainnya tergantung pada cara pemakaian tablet dan metode pembuatannya. Kebanyakan tablet digunakan pada pemberian obat secara oral atau melalui mulut (Ansel, 1989). Sediaan tablet merupakan sediaan yang paling banyak diproduksi dan juga banyak mengalami perkembangan dalam formulasinya. Beberapa keuntungan sediaan tablet adalah sediaan lebih kompak, dosisnya tepat, mudah pengemasannya dan penggunaannya lebih praktis dibanding sediaan yang lain (Lachman dkk., 1994). Parasetamol merupakan metabolit fenasetin dengan efek antipiretik ditimbulkan oleh gugus aminobenzen. Asetaminofen di Indonesia lebih dikenal dengan nama parasetamol, dan tersedia sebagai obat bebas. Efek analgetik parasetamol

Upload: nabilaafifah

Post on 28-Dec-2015

200 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Akhir Paracetamol

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang

biasanya dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang

sesuai. Tablet dapat berbeda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan,

ketebalan, daya hancur, dan dalam aspek lainnya tergantung pada cara

pemakaian tablet dan metode pembuatannya. Kebanyakan tablet

digunakan pada pemberian obat secara oral atau melalui mulut (Ansel,

1989).

Sediaan tablet merupakan sediaan yang paling banyak diproduksi

dan juga banyak mengalami perkembangan dalam formulasinya.

Beberapa keuntungan sediaan tablet adalah sediaan lebih kompak,

dosisnya tepat, mudah pengemasannya dan penggunaannya lebih praktis

dibanding sediaan yang lain (Lachman dkk., 1994).

Parasetamol merupakan metabolit fenasetin dengan efek antipiretik

ditimbulkan oleh gugus aminobenzen. Asetaminofen di Indonesia lebih

dikenal dengan nama parasetamol, dan tersedia sebagai obat bebas. Efek

analgetik parasetamol dapat menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan

sampai sedang. Parasetamol menghilangkan nyeri, baik secara sentral

maupun secara perifer. Secara sentral parasetamol bekerja pada

hipotalamus sedangkan secara perifer, menghambat pembentukan

prostaglandin di tempat inflamasi, mencegah sensitisasi reseptor rasa

sakit terhadap rangsang mekanik atau kimiawi. Efek antipiretik dapat

menurunkan suhu demam. Efek samping terjadi reaksi hipersensitivitas

dan pada penggunaan kronis dapat terjadi kerusakan hati (Wilmana,

1995). Selain mengandung bahan aktif, tablet biasanya mengandung

bahan tambahan yang mempunyai fungsi tertentu. Bahan tambahan yang

Page 2: Makalah Akhir Paracetamol

umum digunakan adalah bahan pengisi, bahan pengikat, bahan

pengembang, bahan pelicin atau zat lain yang cocok. Bahan tambahan

yang digunakan pada pembuatan tablet harus inert, tidak toksik dan

mampu melepaskan obat dalam keadaan relatif konstan pada jangka

waktu tertentu (Soekemi, dkk, 1987). Bahan pelicin adalah bahan untuk

meningkatkan daya alir granul pada corong pengisi, mencegah

melekatnya massa pada punch dan die, mengurangi gesekan antara butir-

butir granul dan mempermudah pengeluaran tablet dari die (Voigt, 1995).

Bahan pelicin ditambahkan pada pembuatan tablet yang berfungsi untuk

mengurangi gesekan yang terjadi antara dinding ruang kempa dengan tepi

tablet selama pentabletan (lubrikan), memperbaiki sifat alir granul

(glidant), atau mencegah bahan yang dikempa agar tidak melekat pada

dinding ruang kempa dan permukaan punch (anti adherent). Konsentrasi

amilum sebagai glidant 1-10% dan sebagai anti adherent 3-10% (Siregar,

2010; Rowe, dkk., 2006). Granulasi basah merupakan salah satu cara

pembuatan tablet metode cetak tidak langsung, yang lebih banyak

digunakan dibandingkan dengan cara lain. Granul yang dihasilkan lebih

spheris sehingga tablet yang dihasilkan biasanya lebih kompak (Soekemi,

dkk., 1987).

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka secara umum

permasalahan yang hendak penulis angkat dalam pembahasan makalah ini

sebagai berikut:

1.2.1. Bagaimana resep standar dalam pembuatan tablet Paracetamol 500

mg dengan metode granulasi basah?

1.2.2. Bagaimana prosedur kerja dalam pembuatan tablet Paracetamol

500 mg dengan metode granulasi basah?

Page 3: Makalah Akhir Paracetamol

1.3. Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini, diantaranya:

1.3.1. Mengetahui resep standar dalam pembuatan tablet Paracetamol 500

mg dengan metode granulasi basah.

1.3.2. Mengetahui prosedur kerja dalam pembuatan tablet Paracetamol 500

mg.

1.4 Manfaat

Adapun manfaat dari makalah ini, diantaranya:

1.4.1. Bagi penulis

1.4.1.1. Menjawab rasa ingin tahu akan resep standar dari tablet

Paracetamol 500 mg dengan metode granulasi basah.

1.4.1.2. Mengetahui prosedur kerja dalam pembuatan tablet

Paracetamol 500 mg dengan metode granulasi basah.

1.4.2. Bagi pembaca

1.4.2.1. Menambah wawasan dan memberi informasi kepada

pembaca tentang resep standar dari tablet Paracetamol 500

mg dengan metode granulasi basah.

1.4.2.2. Agar pembaca mengetahui prosedur kerja dalam pembuatan

tablet Paracetamol 500 mg dengan metode granulasi basah.

Page 4: Makalah Akhir Paracetamol

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Tablet dan Kaplet

Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam

bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung,

mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat

tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang,

zat pengikat, zat pelicin, zat pembasah atau zat lain yang cocok (Farmakope

Indonesia Edisi III).

Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa

bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan dapat digolongkan sebagai tablet

cetak dan tablet kempa (Farmakope Indonesia Edisi IV).

Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat dengan cara kempa cetak

dalam bentuk umumnya tabung pipih yang kedua permukaannya rata atau

cembung, mengandung obat dengan atau tanpa zat pengisi (Formularium Nasional

edisi II). Selain tablet dikenal sediaan compressi kaplet, kaplet merupakan tablet

berbentuk kapsul yang berisi bahan obat yang biasanya dibuat dengan

penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai.

Tablet dapat berbeda-beda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan,

ketebalan, daya hancurnya dan dalam aspek lain yang tergantung pada cara

pemakaian dan metode pembuatannya. Kebanyakan tablet digunakan secara oral

dan kebanyakan dari tablet ini dibuat dengan penambahan zat warna, zat pemberi

rasa dan lapisan-lapisan dalam berbagai jenis (Ansel, 1989)

Page 5: Makalah Akhir Paracetamol

2.2. Jenis-Jenis Tablet

2.2.1. Berdasarkan prinsip pembuatan, tablet terdiri atas :

2.2.1.1. Tablet Kempa

Tablet kempa merupakan tablet yang dibuat dengan cara

pengempaan dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau

granul menggunakan pons atau cetakan baja.

2.2.1.2. Tablet Cetak

Tablet cetak merupakan tablet yang dibuat dengan cara

menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah pada lubang

cetakan. Kepadatan tablet tergantung pada pembentukan kristal

yang terbentuk selama pengeringan, tidak tergantung pada

kekuatan yang diberikan.

2.2.2. Berdasarkan tujuan penggunaan, tablet terdiri atas :

2.2.2.1. Tablet Kempa Tujuan Saluran Pencernaan

2.2.2.1.1. Tablet Konvensional Biasa

Tablet yang dibuat atau dikempa dengan

siklus kompresi tunggal yang biasanya terdiri dari

zat aktif sendiri atau kombinasi dengan bahan

eksipien seperti :

- pengisi (memberi bentuk) : laktosa

- pengikat (memberi adhesivitas atau

kelekatan saat bertemu saluran cerna) : amylum,

gelatin, tragakan

- desintegrator (mempermudah hancurnya

tablet)

Page 6: Makalah Akhir Paracetamol

2.2.2.1.2. Tablet Kempa Multi atau Kempa Ganda

Tablet kempa multi adalah tablet

konvensional yang dikompresi lebih dari satu

siklus kompresi tunggal sehingga tablet akhir

tersebut terdiri atas dua atau lebih lapisan.

Disebut juga sebagai tablet berlapis.

Keuntungannya dapt memisahkan zat aktif yang

inkompatibel (tidak tersatukan).

2.2.2.1.3. Tablet Lepas Lambat

Tablet yang pelepasan zat aktifnya

dimodifikasi sehingga tablet tersebut melepaskan

dosis awal yang cukup untuk efek terapi yang

kemudian disusul dengan dosis pemeliharaan

sehingga jumlah zat aktif atau konsentrasi zat

aktif dalam darah cukup untuk beberapa waktu

tertentu (misal tablet lepas lambat 6 jam, 12 jam,

dsb).

2.2.2.1.4. Tablet Lepas Tunda (Tablet Salut Enterik)

Tablet lepas tunda adalah tablet yang

dikempa yang disalut dengan suatu zat yang

tahan terhadap cairan lambung, reaksi asam,

tetapi terlarut dalam usus halus yang pelepasan

zat aktifnya terkendali pada waktu-waktu

tertentu.

2.2.2.1.5. Tablet Salut Gula

Tablet salut gula adalah tablet kempa

yang disalut dengan beberapa lapis lapisan gula

baik berwarna maupun tidak. Tujuannya untuk

melindungi zat aktif terhadap lingkungan udara

Page 7: Makalah Akhir Paracetamol

(O2, kelembaban), menutup rasa dan bau tidak

enak, menaikkan penampilan tablet.

2.2.2.1.6. Tablet Salut Film

Tablet salut film merupakan tablet kempa

yang disalut dengan salut tipis, berwarna atau

tidak dari bahan polimer yang larut dalam air

yang hancur cepat di dalam saluran cerna.

Penyalutan tidak perlu berkali-kali.

2.2.2.1.7. Tablet Effervesen

Tablet effervesen adalah tablet kempa

yang jika berkontak dengan air menjadi berbuih

karena mengeluarkan CO2. Tablet ini harus

dilarutkan dalam air baru kemudian diminum.

2.2.2.1.8. Tabel Kunyah

Tablet kunyah merupakan tablet kempa

yang mengandung zat aktif dan eksipien yang

harus dikunyah sebelum ditelan.

2.2.2.2. Tablet Kempa Digunakan dalam Rongga Mulut

2.2.2.2.1. Tablet Bukal

Tabet bukal adalah tablet kempa biasa

berbentuk oval yang ditempatkan diantara gusi

dan pipi. Biasanya keras dan berisis hormon.

Bekerja sistemik, tererosi atau terdisolusi di

tempat tersebut dalam waktu yang lama (secara

perlahan).

Page 8: Makalah Akhir Paracetamol

2.2.2.2.2. Tablet Sublingual

Tablet sublingual adalah tablet kempa

berbentuk pipih yang diletakkan di bawah lidah,

berisi nitrogliserin. Biasanya untuk obat

penyempitan pembuluh darah ke jantung (angina

pectoris) sehingga harus cepat terlarut agar dapat

segera memberi efek terapi. Diabsorbsi oleh

selaput lendir di bawah lidah.

2.2.2.2.3. Tablet Hisap atau Lozenges

Tablet hisap adalah tablet yang

mengandung zat aktif dan zat-zat penawar rasa

dan bau, dimaksudkan untuk disolusi lambat

dalam mulut untuk tujuan lokal pada selaput

lendir mulut.

2.2.2.2.4. Dental Cones (Kerucut Gigi)

Dental cones merupakan suatu bentuk

tablet yang cukup kecil, dirancang untuk

ditempatkan di dalam akar gigi yang kosong

setelah pencabutan gigi. Tujuannya biasanya

untuk mencegah berkembangbiaknya bakteri di

tempat yang kosong tadi dengan menggunakan

suatu senyawa anti bakteri yang dilepaskan secara

perlahan-lahan, atau untuk mengurangi

pendarahan dengan melepaskan suatu astringen

atau koagulan.

Page 9: Makalah Akhir Paracetamol

2.2.2.3. Tablet Kempa Digunakan melalui Liang Tubuh

2.2.2.3.1. Tablet Rektal

Tablet rektal merupakan tablet kempa

yang mengandung zat aktif yang digunakan

secara rektal (dubur) yang tujuannya untuk kerja

lokal atau sistemik.

2.2.2.3.2.Tablet Vaginal

Tablet vaginal merupakan tablet kempa

yang berbentuk telur (ovula) untuk dimasukkan

dalam vagina yang di dalamnya terjadi disolusi

dan melepaskan zat aktifnya. Biasanya

mengandung antiseptik, astringen. Digunakan

untuk infeksi lokal dalam vagina dan mungkin

juga untuk pemberian steroid dalam pengobatan

sistemik.

2.2.2.3.3.Tablet Kempa untuk Implantasi

Tablet implantasi atau pelet dibuat

berdasarkan teknik aseptik, mesin tablet harus

steril. Dimaksudkan untuk implantasi subkutan

(untuk KB, mencegah kehamilan).

2.2.2.4. Tablet Cetak untuk Penggunaan Lain

2.2.2.4.1. Tablet Triturat untuk Dispensing

Tablet triturat adalah tablet yang

dihaluskan dulu atau disiapkan untuk

penggunaan tertentu. Tablet kempa atau cetak

berbentuk kecil umumnya silindris digunakan

untuk memberikan jumlah zat aktif terukur yang

tepat untuk peracikan obat (FI IV). Digunakan

Page 10: Makalah Akhir Paracetamol

sebagai tablet sublingual atau dilepaskan di atas

lidah dan ditelan dengan air minum.

2.2.2.4.2. Tablet Hipodermik

Tablet hipodermik merupakan tablet

cetak atau kempa yang dibuat dari bahan mudah

larut atau melarut sempurna dalam air.

Umumnya digunakan untuk membuat sediaan

injeksi steril dalam ampul dengan

menambahkan pelarut steril (FI IV)

2.2.2.4.3. Tablet Dispending

Tablet yang digunakan oleh apoteker

dalam meracik bentuk sediaan padat atau cair.

Dimaksudkan untuk ditambahkan ke dalam air

dengan volume tertentu, oleh ahli farmasi atau

konsumen, untuk mendapatkan suatu larutan

obat dengan konsentrasi tertentu.

2.3. Kriteria Tablet

Suatu tablet harus memenuhi kriteria sebagai berikut :

· harus mengandung zat aktif dan non aktif yang memenuhi persyaratan

· harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil

· keadaan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik atau mekanik

· keseragaman bobot dan penampilan harus memenuhi persyaratan

· harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan

· bebas dari kerusakan fisik

· stabilitas kimiawi dan fisik cukup lama selama penyimpanan

· zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu

· tablet memenuhi persyaratan Farmakope yang berlaku

Page 11: Makalah Akhir Paracetamol

2.4. Bentuk dan Ukuran Tablet

Tablet terdapat dalam berbagai ragam bentuk, ukuran, bobot, kekerasan,

ketebalan, sifat disolusi dan disintegrasi dan dalam aspek lain, tergantung pada

penggunaan yang dimaksudkan dan metode pembuatannya. Tablet biasanya

berbentuk bundar dengan permukaan datar, atau konveks. Bentuk khusus, seperti

kaplet, segitiga, lonjong, empat segi, dan segi enam (heksagonal) telah

dikembangkan oleh beberapa pabrik untuk membedakan produknya terhadap

produk pabrik lainnya.

Dibawah ini beberapa jenis ukuran tablet :

1. Menurut R. Voigt

- garis tengah pada umumnya 15-17 mm

- bobot tablet pada umunya 0,1 g-1g

2. Menurut Lachman

- tablet oral biasanya berukuran 3/16-1/2 inci

- berat tablet berkisar antara 120-700 mg ≥ 800 mg

- diameternya 1/4-7/6 inci

3. Menurut Dom Martin

- 1/8-1 1/5 inci

4. Menurut FI III

- kecuali dinyatakan lain, diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak

kurang dari 1 1/3 kali tebal tablet

Page 12: Makalah Akhir Paracetamol

2.5. Prinsip

2.5.1. Metode Granulasi Basah

Granulasi basah adalah proses membesarkan ukuran partikel kecil yang

dikumpulkan bersama-sama menjadi agregat (gumpalan) yang lebih besar, secara

fisik lebih kuat, dan partikel orrisinil masih teridentifikasi dan membuat agregat

mengalir bebas. Granulasi basah adalah prroses menambahkan cairan pada suatu

serbuk dalam suatu wadah yangdelengkapi dengan pengadukan yang akan

menghasilkan aglomerasi atau granul.

Metode ini merupakan metode paling tua dan paling konvensionaldalam

pembuatan tablet.Walaupun metode ini sngat padat karya dan paling mahal, masih

tetap digunakan karena keserbagunaannya. Kemungkinan pembasahan serbuk

dengan beranekan ragam cairan, yang juga dapat bertindak sebagai suatu

pembawa bahan tertentu, sehingga meningkatkan karakteristik granulasi yang

baik dan mempunyai banyak keuntungan.

Granulasi dengan pengempaan kering banyak keterbatasannya metode

granulasi kering ini tidak dapat digunakan untuk semua forrmulasi tablet. Karena,

hal tersebut tergantung pada sifat kohesif serbuk yang ditambahkan sebagai

pembawa zat aktif, dan dengan sifat kohesif ini dapat meningkatkan ukuran tablet.

Dalam granulasi basah sifat kohesif pengikat cair yang disiapkan, biasanya cukup

untuk menghasilkan ikatan dengan tambahan yang minimal. Adhesi adalah ikatan

antar bahan atau antar zat yang tidak sama, sedangkan kohesi adalah ikatan antar

zat yang sama.

Berikut ini mekanisme yang terlibat dalam prroses ikatan:

1. Pembentukan jembatan kristalin oleh pengikat selama pengeringan

2. Struktur dibentuk dengan pengerasan pengikat dalam pengering

3. Penghancuran dan pengikatan partikel-partikel selama pengempaan

Page 13: Makalah Akhir Paracetamol

Satu masalah yang significant adalah derajat pembasahan atau pembuatan

massa granulasi dari serbuk. Pembasahan berperan sangat penting dalam

karakteristik pengempaan granul, dan juga dalam kecepatan pelepasan zat aktif

dari tablet jadi. Beberapa upaya menstardisasi prroses pembasahan telah

dilakukan terutama dalam hal pencegahan “ lewat basah”. Beberapa factor yang

memepengaruhi pembasahan meliputi kelarutan serbuk, ukuran dan bentuk

relative partikel- partikel serbuk, derajat kehalusan, viskositas pengikat cahaya,

dan jenis pengadukan.

Walaupun metode granulasi basah merupakan metode padat karya dan

menghabiskan waktu yang banyak memerlukan sejumlah tahapan, metode ini

masih terus diterapkan secara luas untuk sejumlah alasan. Salah satu alasannya

ialah penggunaannya yang luas di masa lampau dan metode masih terus berlaku

untuk produk yang sudah mantap karena untuk satu alasan dan lainnya, metode ini

tidak dapat diganti dengan kempa langsung. Walaupun sejumlah produk tablet

member kemungkinan menggunakan metode kempa langsung, metode tersebut

memerlukan perubahan dalam bahan dengan eksipien yang lain. Perubahan sifat

dasar ini merupakan suatu modifikasi besar yang memerlukan pengkajian ulang

yang teliti untuk mengevaluasi perlunya melakukan studi tambahan atau

pengkajian stabilitas, keamanan, daya terapi, dan ketersediaan hayati prroduk dan

juga dampak pertimbanagan praktis berkaitan dengan peraturan.

2.5.2. Jenis Granulasi

Metode yang terpenting dari granulasi farmasetik, dapat digolongkan ke dalam tiga

kategori utama, yakni proses basah, proses kering dan proses lain.

Proses Umum Metodologi Khusus

Proses Basah Pembasahan massa ( wet massing)

Granulasi lapis mengalir (fluid bed granulation)

Semprrot kering (Spray drying) pengeringan dengan \

penyemprotan

Granulasi panic (pan granulation)

Ekstrusi dan peletisasi (Roller Compaction)

Page 14: Makalah Akhir Paracetamol

Proses Kering Kempa gulungan (Roller Compaction)

Pembongkahan (Slugging)

Proses Lain Pelembapan (Humidification)

Pembutiran (Priling)

Peletisasi lebur (Melt Pelletization)

Berikut ini beberapa uraian tentang keuntungan utama metode granulasi

basah, antara lain:

1. Kohesivitas dan ketermampatan serbuk ditingkatkan selama dan setelah

pengempaan karena pengikat yanf ditambahkan menyalut tiap partikel

menyebabkan melekatnya satu sama lain sehingga parikel-partikel dapat

dibentuk menjadi aglomerat yang disebut granul dengan metode ini, sifat-

sifat komponen formulasi di modifikasi untuk mengatasi kekurangan atau

kesulitan pengempaannya,Selama proses pengempaan, granul yang

dihancurkan menunujukkan permukaan serbuk segar, yang juga dapat

memperbaiki ketermampatannya. Oleh karenan itu, tekanan yang lebih

rendah diperlukan untuk mengempa tablet, sehingga mengakibatkan

peningkatan massa guna peralatan dan mengurangi keausan mesin.

2. Zat aktif dosis tinggi yang mempunyai aliran dan /atau ketermampatan

yang buruk , harus digranulasi dengan metode basah untuk memeperalat

aliran dan kohesi yang cocok untuk pengempaan. Dalam hal ini,

perbandingan pengikat yang diperlukan untuk memeberi ketermampatan

dan aliran lebih kecil daripada pengikat kering yang diperlukan untuk

membuat tablet dengan kempa langsung.

3. Distribusi dan keseragaman kandungan yang baik untuk zat aktif dosis

kecil dan zat tambahan pewarna yang larut akan diperoleh jika zat-zat

tersebut dilarutkan terlebih dahulu dalam larutan pengikat. Hal ini

menunjukkan suatu keuntungan nyata daripada metode kempa langsung

jika keseragaman kandungan zat aktif dan keseragaman disperse pewarna

merupakan suatu masalah.

Page 15: Makalah Akhir Paracetamol

4. Keragaman serbuk yang luas dapat diproses bersama-sama dalam batch

tunggal dan karakteristik tip fisik diubah untuk mempermudah

pengempaan.

5. Serbuk ruah dan berdebu dapat ditangani tanpa terjadinya masalah debu

dan kontaminasi dari udara.

6. Granulasi basah mencegah pemisahan komponen campuran serbuk yang

homogen selama pemrosesan, pemindahan dan penanganan. Sebenarnya

komposisi tiap granul pasti tetap dan seperti komposisi dalam campuran

serbuk pada waktu pembasahan.

7. Laju disolusi zat aktif yang tidak larut dapat ditingkatkan oleh granulasi

basah dengan pilihan pelarut dan pengikat yang tepat.

8. Bentuk sediaan lepas terkendali dapat dibuat dengan pemilihan pengikat

dan pelarut yang sesuai.

2.5.3. Alur / Tahap Pembuatan Tablet Metode Granulasi Basah

Berbagai tahap (unit prroses) dalam pembuatan tablet metode granulasi

basah adalah sebagai berikut :

1. Zat aktif dan eksipien masing-masing dihaluskan terlebih dahulu dalam

mesin penggiling, misalnya menggunakan mesin “ tornado mill “.

2. Pencampuran zat aktif, zat pengisi, zat pengikat kerig/sebagian zat

disintegran dalam mesin pencampur , misalnya “planetary mixer “ atau “

twin-shell blender”.

3. Penyiapan cairan penggranulasi basah, larutan mucilage, atau suspense

atau larurtan gel, dll.

4. Penyiapan air, alcohol atau hidrroalkohol untuk mengaktifkan pengikat

kering.

5. Pembuatan massa granulasi basah dengan cairan penggranulasi dalam

mesin seperti “ sigma blender mixer”

Page 16: Makalah Akhir Paracetamol

6. Massa lembab dibentuk menjadi granul dengan mengekstruksi melalui

mesin “ oscilatting granulator” dengan lempeng penyaring 6-12 mesh atau

melalui mesin “ fitz mill” dilengkapi dengan lempeng penyarring besi

yang dipervorasi.

7. Granul lembab dikeringkan di atas penampan dalam oven pada suhu 50-60

C atau dalam pengering lapis mengalir ing diekstruksi dalam mesin (fluid

bed dryer).

8. Granul yang telah kering diekstruksi dalam mesin “ oscilatting granulator”

dengan lempeng penyaring 18-20 mesh atau dengan mesin”fitz mill”

dengan lempeng penyaring 18-20 mesh.

9. Granul ditapis melalui penyaring 18-20 mesh , kemudian dipindahkan ke

mesin “ twin shell blender” atau mesin pencampur kubik dan dicampur

dengan disintegran, glidan dan lubrikan. (Lubrrikan dan glikan di ayak

terlebih dahulu dengan pengayak 200 mesh).

10. Massa kempa (butir viii) dikempa menjadi tablet.

2.6. Evaluasi tablet berdasarkan quality control

2.6.1. Kemampuan alir dan sudut istirahat

2.6.1.1. Sifat Alir

a) Granul ditimbang sebanyak 10 gram

b) Dimasukkan kedalam corong, bagian bawahnya ditutup

dan permukaan granul diratakan

c) Buka tutup corong lalu catat waktu yang diperlukan untuk

mengalir hingga habis.

d) Lalu hitung kecepatan alir granul dengan rumus

Page 17: Makalah Akhir Paracetamol

VKeterangan : V = kecepatan alir

M = massa granul

T = waktu alir

Setelah diperoleh sifat alir granul (V –nya) lalu dibandingkan dengan

parameter untuk sifat alir sebagai berikut:

2.6.1.1.1. Metode corong

Uji waktu alir dengan menggunakan metode corong adalah waktu yang

diperlukan untuk mengalir dari sejumlah granul melalui lubang corong, yang

diukur adalah sejumlah zat yang mengalir dalam suatu waktu tertentu. Untuk 100

g granul waktu alirnya tidak boleh lebih dari 10 detik.

2.6.1.1.2. Metode sudut istirahat

Dilakukan dengan cara memasukkan sejumlah granul ke dalam corong (lubang

bawah corong ditutup), setelah seluruh granul berada didalam corong, buka lubang

dibagian bawah corong, tampung granul diatas kertas grafik lalu dihitung sudut yang

dibentuk gundukan granul dengan kertas.

SIFAT ALIR KETERANGAN

> 10 Sangat baik

4-10 Baik

1,6 – 4 Sukar

< 1,6 Sangat sukar

Page 18: Makalah Akhir Paracetamol

ρu Ρb

Tan α

RENTANG SIFAT ALIR

25-30 derajat sangat mudah mengalir

30-40 derajat mudah mengalir

40-45 Mengalir

>45 kurang mengalir

2.6.2. Sudut Istirahat

Sudut diam adalah sudut yang dibentuk oleh tumpukan serbuk terhadap

bidang datar setelah serbuk tersebut mengalir secara bebas melalui suatu celah

sempit. Alat yang biasa digunakan adalah corong. Semakin kecil sudut diam maka

semakin mudah serbuk tersebut mengalir. Sudut diam dapat diukur dengan

mengamati tinggi kerucut yang terbentuk (h cm) di atas alas dengan diameter

tertentu (d cm). Besar sudut diam dapat dihitung sebagai berikut :

Keterangan: α = sudut diam

h = tinggi kerucut tumpukan serbuk

r = jari-jari kerucut

2.6.3. Kompresibilitas

a) Gelas ukr100 ml kosong itimbng (W)

b) Diisi engan granul hingga volume 100 ml (V0) lalu itimbang (W2)

c) Dihentakkan sebanyak ±500 kali tsu tidak terjadi lagi pengurangan

volume.

d) Baca volume yang dihasilkan dalam gels ukur (V1)

e) Lalu hitung kompresibilitasnya dengan persamaan

Page 19: Makalah Akhir Paracetamol

C (100% ) atau x Dan

Keterangan :

C : Kompresibilitas

ρu: Kerapatan bulk ebelum diketuk

ρb: Kerapatan bulk setelah diketuk

w1: Berat gelas ukur kosong

w2: Berat gelas ukur setelah diisi granul

V0: Volume granul sebelum dihentakkan

V1: Volume granul setelah dihentkakan

Jika % K :

%K SIFAT ALIR

5 – 10% sangat baik

11 – 20 % cukup baik

21 – 25% Cukup

>26% Buruk

2.6.4. Kadar Air

Kandungan air (kelembaban) diukur dengan pemanasan (gravimetric)

menggunakan alat seperti Moisture Balance. Menggunakan perhitungan :

% KB = Kandungan Bobot

% KL = Kandungan Lembab

% KB = W1/W×100%

% KL = Wa/W1×100%

Wa = W – W1

Page 20: Makalah Akhir Paracetamol

Keterangan : W = Bobot mula-mula

W1 = Bobot setelah pengeringan

2.6.5. Waktu hancur

Uji waktu hancur tablet dilakukan untuk tablet tidak bersalut, tablet

bersalut bukan enterik, tablet salut enterik, tablet bukal, dan tablet sublingual. Uji

Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan sejumlah tablet untuk hancur

menjadi granul/partikel penyusunnya. Alat yang digunakan adalah disintegration

tester. (Sulaiman, 2007)

2.6.6. Kekerasan

Uji kekerasan tablet dapat didefinisikan sebagai uji kekuatan tablet yang

mencerminkan kekuatan tablet secara keseluruhan, yang diukur dengan memberi

tekanan terhadap diameter tablet. Tablet harus mempunyai kekuatan dan

kekerasan tertentu serta dapat bertahan dari berbagai goncangan mekanik pada

saat pembuatan, pengepakan dan transportasi. Alat yang biasa digunakan adalah

hardness tester (Banker and Anderson, 1984). Kekerasan adalah parameter yang

menggambarkan ketahanan tablet dalam melawan tekanan mekanik seperti

goncangan, kikisan dan terjadi keretakan talet selama pembungkusan,

pengangkutan dan pemakaian. Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran dari tekanan

pengempaan (Parrott, 1971). Alat yang dapat digunakan untuk mengukur

kekerasan tablet diantaranya Monsanto tester, Pfizer tester, dan Strong cobb

hardness tester. Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran dari tekanan pengempaan.

Semakin besar tekanan yang diberikan saat penabletan akan meningkatkan

kekerasan tablet. Pada umumnya tablet yang keras memiliki waktu hancur yang

lama (lebih sukar hancur) dan disolusi yang rendah, namun tidak selamanya

demikian.

2.6.7. Freabilitas (kerapuhan)

Page 21: Makalah Akhir Paracetamol

Kerapuhan merupakan parameter yang digunakan untuk mengukur

ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan yang dialaminya sewaktu

pengemasan dan pengiriman. Kerapuhan diukur dengan friabilator. Prinsipnya

adalah menetapkan bobot yang hilang dari sejumlah tablet selama diputar dalam

friabilator selama waktu tertentu. Pada proses pengukuran kerapuhan, alat diputar

dengan kecepatan 25 putaran per menit dan waktu yang digunakan adalah 4

menit. Jadi ada 100 putaran (Andayana, 2009). Kerapuhan dapat dievaluasi

dengan menggunakan friabilator (contoh nya Rosche friabilator) (Sulaiman,

2007).

2.7. Formula Umum Sediaan Tablet

2.7.1. Zat Aktif

Secara luas obat atau bahan aktif yang diberikan secara oral dalam bentuk

tablet dikelompokkan menjadi :

2.7.1.1. Zat Aktif Tidak Larut Air (Insoluble Drugs)

Zat ini cenderung digunakan untuk memberikan efek lokal pada saluran

pencernaan (seperti antasida dan adsorben). Oleh karena zat tidak larut air

umumnya dipengaruhi oleh fenomena permukaan, maka jika bekerja

menggunakan zat ini, sangatlah penting memperhatikan kemampuan redispersi

bahan obat dari sediaan menghasilkan ukuran partikel yang halus dan luas

permukaan yang tinggi. Dengan demikian efek formulasi, granulasi, dan

pencetakan terhadap sifat permukaan dari bahan dan kemampuan memperbaiki

sifat bahan dalam saluran cerna dengan sifat permukaan optimum merupakan

faktor kritis.

2.7.1.2. Zat Aktif Larut Air (Suluble Drugs)

Zat ini cenderung digunakan untuk memberikan efek sistemik dengan

terdisolusi dan terabsorpsi pada usus. Dalam hal obat diharapkan dengan

memberikan efek sistemik, rancangan bentuk sediaan harus cepat terdisintegrasi

dan terlarut. Kemampuan ini dapat menjadi faktor kritis atau tidak, bergantung

Page 22: Makalah Akhir Paracetamol

pada kemampuan terlarutnya di daerah saluran cerna tempat bahan tersebut

diabsorpsi.

2.7.2. Eksipien (Bahan Pembantu)

Eksipien adalah zat yang bersifat inert secara farmakologi yang digunakan

sebagai zat pembantu dalam formulasi tablet untuk memperbaiki sifat zat aktif,

membentuk tablet dan mempermudah teknologi pembuatan tablet. Eksipien harus

memiliki kriteria sebagai berikut :

• tidak toksik (memenuhi persyaratan peraturan di setiap negara)

• tersedia secara komersial dengan mutu yang dapat diterima oleh semua negara

tempat produk tersebut dikembangkan

• harga relatif murah

• tidak kontraindikasi dalam suatu golongan populasi, inert secara fisiologis, stabil

secara fisika dan kimia baik tersendiri maupun dalam kombinasi dengan zat aktif

• bebas dari kandungan bakteri patogen

• kompatibel dengan zat warna dan bahan lainnya

• dan tidak membawa pengaruh yang buruk terhadap ketersediaan hayati dari zat

aktif dalam sediaan.

2.7.2.1. Bahan Pengisi

Pengisi adalah zat yang ditambahkan untuk menyesuaikan bobot dan

ukuran tablet jika dosis zat aktif tidak cukup untuk membuat massa tablet,

memperbaiki daya kohesi sehingga tablet dapat dikempa dengan baik, serta

mengatasi masalah kelembaban yang mempengaruhi kestabilan zat aktif. Jumlah

bahan pengisi yang dibutuhkan bervariasi, berkisar 5-80 % dari bobot tablet

(tergantung jumlah zat aktif dan bobot tablet yang diinginkan). Bila bahan aktif

berdosis kecil, sifat tablet (campuran massa yang akan ditablet) secara

keseluruhan ditentukan oleh sifat bahan pengisi.

Page 23: Makalah Akhir Paracetamol

Massa yang dibutuhkan dalam tablet adalah 0,1-0,8 g, sehingga

memungkinkan untuk dicetak. Pada obat yang berdosis cukup tinggi bahan

pengisi tidak diperlukan. Bhan pengisi juga ditambahkan untuk memperbaiki daya

kohesi sehingga dapat dikempa langsung atau untuk memicu aliran. Yang umum

digunakan adalah pati dan laktosa (Voight, 1995 : 202)

Tabel Macam-macam bahan pengisi tablet

Tidak larut Larut

Kalsium sulfat Laktosa

Kalsium fosfat Sukrosa

Kalsium karbonat Dektrosa

Amilum Mannitol

Modifikasi amilum Sorbitol

Mikrokritalin selulosa

Bahan pengisi yang dapat digunakan untuk kempa langsung disebut filler-binders.

Filler-binders adalah bahan pengisi yang sekaligus memiliki kemampuan

meningkatkan daya alir dan kompaktibilitas massa tablet. Filler-binders

digunakan dalam kempa langsung.

2.7.2.2. Pengikat dan Perekat (Binders and Adhesives)

Pengikat atau perekat berfungsi memberi daya adhesi pada massa serbuk

pada granulasi dan kempa langsung serta untuk menambah daya kohesi yang telah

ada pada bahan pengisi. Bahan pengikat dapat ditambahkan dalam bentuk kering

dan bentuk larutan (lebih efektif). Beberapa senyawa yang dapat digunakan

sebagai pengikat atau perekat antara lain : polimer alam, contohnya amilum, gom

(akasia, tragakan), sorbitol, glukosa, gelatin dan natrium alginat; polimer sintetik,

contohnya derivat selulosa seperti metil selulosa, karboksil metil selulosa (CMC),

etil selulosa (Ethocel) poli metakrilat, polivinil pirolidon (PVP). Salah satu bahan

pengikat yang sering digunakan adalah jenis pati dengan konsentrasi 5%-20%.

(Voight, 1995 : 174). Pada granulasi basah, bahan pengikat biasanya ditambahkan

dalam bentuk larutan (dibuat solution, muchilago atau suspensi), namun dapat

Page 24: Makalah Akhir Paracetamol

juga ditambahkan dalam bentuk kering, setelah dicampur dengan massa yang

akan digranul baru ditambahkan pelarut.

2.7.2.3.Penghancur (Disintegran)

Fungsinya untuk memudahkan pecahnya atau hancurnya tablet ketika

kontak dengan cairan pencernaan. Bahan ini dapat menarik air ke dalam tablet,

mengembang, dan menyebabkan tablet pecah menjadi bagian-bagian. Bahan ini

sangat menentukan kelarutan obat selanjutnya sehingga dapat tercapai

bioavailabilitas yang diharapkan. (Lachman, 1994 : 702). Bahan penghancur

meliputi tepung jagung dan kentang, turunan amilum seperti amilum glikoat,

senyawa selulosa, dan bahan-bahan lain yang memperbesar atau mengembang

dengan adanya lembab dan mempunyai efek memecahkan atau menghancurkan

tablet setelah masuk ke dalam saluran pencernaan. Amilum digunakan dengan

konsentrasi 5% umumnya cocok untuk membantu penghancuran. (Ansel, 1989 :

263)

2.7.2.4. Bahan Pelincir (Lubrikan)

2.7.2.4.1. Lubrikan Murni

Lubrikam murni adalah zat yang digunakan untuk mengurangi gesekan

antara granul dengan dinding cetakan selama pengempaan dan pengeluaran tablet.

Lubrikan dapat bekerja dengan dua mekanisme, yaitu fluid lubrication dan

boundary lubrication. Fluid lubrication bekerja dengan memisahkan kedua

permukaan granul dan dinding. Sedangkan boundary lubrication bekerja karena

adanya penempelan dari bagian molekular yang mempunyai rantai karbon

panjang. Berdasarkan kelarutannya dalam air, lubrikan dapat diklasifikasikan

sebagai berikut :

2.7.2.4.2. Lubrikan larut air

Lubrikan ini umumnya hanya digunakan jika tablet harus sangat larut air

(misalnya tablet effervesen) dan tergantung dari karakter disolusi yang diinginkan.

Beberapa contoh senyawa yang dapat digolongkan sebagai lubrikan larut air

antara lain: natrium benzoat, natrium asetat, natrium klorida, natrium oleat,

Page 25: Makalah Akhir Paracetamol

natrium lauril sulfat, magnesium lauril sulfat, asam borat, Karbowax 4000,

Karbowax 6000, polietilenglikol.

2.7.2.4.3. Lubrikan tidak larut air

Lubrikan ini lebih efektif daripada yang larut air dan digunakan pada

konsentrasi yang lebih rrendah. Beberapa contoh senyawa yang dapat

digolongkan sebagai lubrikan tidak larut air antara lain : magnesium stearat,

kalsium stearat, natrium stearat, asam stearat, talk.

Pertimbangan pemilihan lubrikan tergantung pada cara pemakaian, tipe tablet,

sifat disintegrasi dan disolusi yang diinginkan, sifat fisika-kimia serbuk atau

granul dan biaya.

Sebagai bahan pelincir yang sangat menonjol adalah talk karena dapat sekaligus

memenuhi ketiga fungsi yaitu sebagai pelincir, anti lengket dan pelicin. Pada

umumnya talk ditambahkan sebanyak 2% ke dalam granulat siap pakai. (Voight,

1995 : 205).

2.7.2.5. Anti Lengket (Antiadheren)

Antiadheren adalah zat yang digunakan untuk mencegah menempelnya

massa tablet pada punch dan untuk mengurangi penempelan pada dinding

cetakan. Bahan ini sangat diperlukan untuk zat-zat yang mudah menempel, seperti

vitamin E. Talk, magnesium stearat dan amilum jagung merupakan material yang

memiliki sifat antiadheren yang sangat baik.

Tabel Antiadheren yang biasa digunakan

Jenis Antiadheren Konsentrasi (%b/b)

Talk 1-5

Magnesium stearat < 1

Amilum jagung 3-10

Colloidal silica 0,1-0,5

DL-Leucine 3-10

Natrium lauril sulfat < 1

Page 26: Makalah Akhir Paracetamol

2.7.2.6. Perbaikan Aliran atau Glidan

Glidan ditambahkan dalam formulais untuk menaikkan atau meningkatkan

fluiditas massa yang akan dikempa, sehingga massa tersebut dapat mengisi die dalam

jumlah yang seragam. Amilum adalah glidan yang paling populer karena disamping

dapat berfungsi sebagai glidan juga sebagai disintegran dengan konsentrasi sampai 10%.

Talk lebih baik sebagai glidan dibandingkan amilum, tetapi dapat menurunkan

disintegrasi dan disolusi tablet.

Glidants Konsentrasi (%)

Logam stearat <1

Asam stearat 1-5

Talk 1-5

Amilum 1-10

Natrium benzoate 2-5

Natrium klorida 5-20

Natrium dan magnesium

lauril sulfat1-3

PEG 4000 dan 6000 2-5

2.7.2.7. Pembasah (Surfaktan)

Beberapa zat berkhasiat memiliki sifat hidrofob, yaitu sifat yang susah

untuk dibasahi. Zat berkhasiat yang demikian akan menimbulkan masalah dalam

waktu hancurnya, oleh karena itu diperlukan suatu zat pembasah. Zat pembasah

membantu mempercepat penetrasi cairan ke dalam tablet sehingga dapat terjadi

kontak antara bahan cairan dengan zat penghancur yang lebih cepat.

2.7.2.8. Penyerapan Cairan (Adsorben)

Adsorben adalah zat yang digunakan untuk menyerap sejumlah besar

cairan seperti minyak, ekstrak cair, dan lelehan eutektik yang dapat terinkoporasi

dalam tablet tanpa perubahan zat tersebut menjadi basah. Beberapa contoh zat

Page 27: Makalah Akhir Paracetamol

yang dapat digolongkan menjadi adsorben antara lain : siloid, aerosol, tanah liat,

kaolin, magnesium silikat, magnesium karbonat, magnesium oksida, amilum.

2.7.2.9. Zat Tambahan (Adjuvant)

Adjuvan adalah zat tambahan dalam formula sediaan obat yang

ditambahkan dalam jumlah kecil untuk maksud pemberian warna, penawar bau,

dan rasa. Contohnya :

2.7.2.9.1. Colors dan Pigments

Bahan pewarna tidak mempunyai aktifitas terapeutik, dan tidak dapat

meningkatkan bioavailabilitas atau stabilitas produk, tetapi pewarna ditambahkan

ke dalam sediaan tablet berfungsi untuk menutupi warna obat yang kurang baik,

identifikasi produk, dan untuk membuat suatu produk lebih menarik. akan tetapi

penggunaan pewarna yang tidak tepat akan mempengaruhi mutu produk. Pewarna

yang digunakan haruslah pewarna yang diperbolehkan oleh Undang-undang untuk

digunakan sebagai pewarna untuk sediaan obat. bahan pewarna ada yang larut

dalam air dan ada yang tidak larut dalam air. Pewarna ditambahkan dalam bentuk

larutan atau suspensi dalam granulasi basah, tergantung apakah pewarna tersebut

larut atau tidak. Penggunaan pewarna yang larut kemungkinan dapat terjadi

migrasi zat warna selama proses pengeringan yang dapat mengakibatkan tidak

meratanya warna. Penggunaan pewarna ynag tidak larut dapat mengurangi resiko

interaksi yang kemungkinan terjadi dengan zat aktif dan bahan tambahan lain.

Terhadap tablet yang telah diberi pewarna, sangat penting untuk dilakukan

pengukuran keseragaman warna pengkilapan, serta perubahan warna karena

pengaruh cahaya pada permukaan tablet.

Page 28: Makalah Akhir Paracetamol

Tabel Jenis pewarna (sintetik yang biasa digunakan)

Pewarna Nama umum

Red 3 Erytrosine

Red 40 Allura red AC

Yellow 5 Tartrazine

Yellow 6 Sunset Yellow

Blue 1 Brilliant Blue

2.7.2.9.2. Sweetners dan Flavor

Penambahan pemanis dan pemberi rasa biasanya hanya untuk tablet-tablet

kunyah, hisap, buccal, sublingual, effervesen dan tablet lain yang dimaksudkan

untuk hancur atau larut di mulut.

Tabel beberapa pemanis yang biasa digunakan

Pemanis Alami Pemanis Sintetis atau Buatan

Mannitol Sakarin

Lactosa Siklamat

Sukrosa Aspartame

Dektrosa

Alasan pembuatan preparat ini untuk mendapatkan efek emolien atau

pelembut jaringan dari preparat tersebut dan keadaan permukaan kulit. Karena

emulsi yang dipakai pada kulit sebagai obat luar bisa dibuat sebagai emulsi m/a

( minyak dalam air ) atau emulsi a/m ( air dalam minyak ), tergantung pada

berbagai faktor seperti sifat zat terapeutik yang akan dimasukan ke dalam emulsi.

Zat obat yang akan mengiritasi kulit umumnya kurang mengiritasi jika ada dalam

fase luar yang mengalami kontak langsung dengan kulit. Tentu saja dapat

bercampurnya dan kelarutan dalam air dan dalam minyak dari zat obat yang

digunakan dalam preparat yang di emulsikan menentukan banyaknya pelarut yang

harus ada dan sifatnya yang meramalkan fase emulsi yang dihasilkan . Pada kulit

yang tidak luka, suatu emulsi air dalam minyak biasanya dapat dipakai lebih rata

Page 29: Makalah Akhir Paracetamol

karena kulit diselaputi oleh suatu lapisan tipis dari sabun dan permukaan ini lebih

mudah dibasahi oleh minyak daripada oleh air. Suatu emulsi air dalam minyak

juga lebih lembut ke kulit, karena ia mencegah mengeringnya kulit dan tidak

mudah hilang bila kena air. Sebaliknya jika diinginkan preparat yang mudah

dihilangkan dari kulit dengan air, harus dipilih suatu emulsi minyak dalam air,

harus dipilih suatu emulsi minyak dalam air. Seperti untuk absorpsi, absorpsi

melalui kulit ( absorpsi perkutan ) bisa ditambah dengan mengurangi ukuran

partikel dari fase dalam.

2.8. Metode-Metode Pembuatan Tablet

2.8.1. Metode Granulasi Basah

Granulasi basah adalah proses menambahkan cairan pada suatu serbuk

atau campuran serbuk dalam suatu wadah yang dilengkapi dengan

pengadukan yang akan menghasilkan aglomerasi atau granul.

Syarat bahan obat yang dibuat dengan granulasi basah adalah :

1. Tahan pemanasan

2. Stabil dengan adanya air

3. Sifat alir kurang baik

4. Kompresibilitas kurang baik

2.8.2. Metode Granulasi Kering

Metode granulasi kering dilakukan apabila zat aktif tidak mungkin

digranulasi basah karena tidak stabil atau peka terhadap panas dan/atau

lembap atau juga tidak mungkin dikempa langsung menjadi tablet karena

zat aktif tidak dapat mengalir bebas, dan/atau dosis efektif zat aktif terlalu

besar untuk kempa langsung. Sebagai contoh, asetosal dan vitamin pada

umumnya dibuat menjadi tablet dengan granulasi kering. Tujuan metode

granulasi kering adalah untuk memperoleh granul yang dapat mengalir

bebas untuk pembuatan tablet.

Page 30: Makalah Akhir Paracetamol

Syarat bahan obat yang dibuat dengan granulasi kering adalah :

1. Bahan obat tidak tahan pemanasan

2. Bahan obat rusak oleh air atau uap air

3. Sifat alir bahan kurang baik

4. Kompresibilitas kurang baik

2.8.3. Metode Kempa Langsung

Kempa langsung merupakan proses ketika tablet dikempa langsung

dari campuran serbuk zat aktif dan eksipien yang sesuai (termasuk pengisi,

disintegran, dan lubrikan), yang akan mengalir dengan seragam ke dalam

lubang kempa dan membentuk suatu padatan yang kokoh. Tidak ada

prosedur praperlakuan granulasi basah atau kering yang diperlukan pada

campuran serbuk.

Syarat bahan obat yang dibuat dengan kempa langsung :

1. Mempunyai sifat alir yang baik

2. Kompresibilitas baik

3. Tidak tahan pemanasan

4. Rusak oleh adanya air

2.9. Kelebihan dan Kekurangan Sediaan Tablet

2.9.1. Kelebihan sediaan tablet, yaitu:

1. Merupakan bentuk sediaan oral yang paling ringan dan paling kompak,

memudahkan pengemasan, penyimpanan, dan pengangkutan.

2. Mengandun dosis zat aktif yang tepat/teliti dan menawarkan kemampuan

terbaik dari semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta

variabilitas kandungan yang paling rendah.

Page 31: Makalah Akhir Paracetamol

3. Dapat mengandung zat aktif dalam jumlah besar dengan volume yang

kecil.

4. Tablet merupakan sediaan yang kering (tidak mengandung air) sehingga

zat aktif lebih stabil.

5. Tablet sangat cocok untuk zat aktif yang sulit larut dalam air.

6. Zat aktif yang rasanya tidak enak akan berkurang rasanya dalam tablet.

7. Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan murah,

tidak memerlukan langkah pekerjan tambahan bila menggunakan

permukaan pencetak yang bermonogram atau berhiasan timbul.

8. Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal

ditenggorokan, terutama bila bersalut yang memungkinkan pecah atau

hancurnya tablet tidak segera terjadi.

9. Pelepasan zat aktif dapat diatur (tablet lepas tunda, lepas lambat, lepas

terkendali).

10.Tablet dapat disalut untuk melindungi zat aktif, menutupi rasa dan bau

yang tidak enak, dan untuk terapi lokal (salut enterik).

11.Dapat diproduksi besar-besaran, sederhana, cepat, sehingga biaya

produksinya rendah.

12.Pemakaian oleh penderita lebih murah.

13.Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang meiliki sifat pencampuran

kimia, mekanik, dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik.

2.9.2. Kekurangan sediaan tablet, yaitu:

1. Ada orang tertentu yang tidak dapat menelan tablet (dalam keadaan tidak

sadar/pingsan)

2. Formulasi tablet cukup rumit, antara lain :

Page 32: Makalah Akhir Paracetamol

Beberapa zat aktif sulit dikempa menjadi kompak padat, karena sifat

amorfnya, flokulasi, atau rendahnya berat jenis.

Zat aktif yang sulit terbasahi (hidrofob), lambat melarut, dosisnya

cukup besar atau tinggi, absorbsi optimumnya tinggi melalui saluran

cerna, atau kombinasi dari sifat tersebut, akan sulit untuk diformulasi

(harus diformulasi sedemikian rupa).

Zat aktif yang rasanya pahit, tidak enak, atau bau yang tidak

disenangi, atau zat aktif yang peka terhadap oksigen, atmosfer, dan

kelembaban udara, memerlukan enkapsulasi sebelum dikempa. Dalam

hal ini sediaan kapsul menjadi lebih baik daripada tablet.

2.10. Pre Formulasi

2.10.1. Paracetamol

Sinonim: Paracetamol; Acetaminofeno; Acetaminophen; N-Acetyl-p

aminophenol; Asetaminofen; Paracétamol; Paracetamolis;

Paracetamolum; Parasetamol; Parasetamoli. 4′-Hydroxyacetanilide; N-

(4-Hydroxy-phenyl) acetamide.

Pemerian: Putih atau hampir putih, bubuk kristal. Sedikit larut dalam

air; mudah larut dalam alkohol; sangat sedikit larut dalam diklorometana.

Lindungi dari cahaya. USP 31 (Acetaminophen). Sebuah putih tidak

berbau bubuk kristal. Larut 1 dalam 20 air mendidih, 1 dari 10 alkohol,

dan 1 di 15 1N sodium hidroksida. Simpan dalam wadah kedap udara.

Lindungi dari cahaya. Lindungi dari kelembaban dan panas.

Efek samping : parasetamol yang langka dan usuallymild, meskipun

reaksi hematologis includingthrombocytopenia, leukopenia,

pansitopenia, neutro-penia, dan agranulositosis telah dilaporkan.

Skinrashes dan reaksi hipersensitivitas lainnya terjadi occa-sionally.

Hipotensi telah melaporkan penggunaan jarang withparenteral. Overdosis

dengan parasetamol dapat menyebabkan liverdamage parah dan

pengobatan necrosis.Prompt kadang-kadang ginjal akut tubular dengan

Page 33: Makalah Akhir Paracetamol

asetilsistein atau metionin isessential dan dibahas di bawah Overdosis, di

bawah ini.

Efek pada ginjal . Untuk referensi untuk bukti bahwa abuseor

penggunaan berlebihan berkepanjangan analgesik , termasuk parasetamol

, dapat menghasilkan nefropati , lihat di bawah NSAID , p.98 . Lihat juga

di bawah Overdosis , di bawah ini.

Efek pada saluran pernapasan. Hasil dari study1 kasus - con - trol

telah menyarankan bahwa sering ( harian atau mingguan ) penggunaan

parasetamol mungkin berhubungan dengan asma . Namun, Inggris CSM

telah berkomentar bahwa hasil penelitian ini tidak mengubah apa pun

saran mengenai penggunaan parasetamol dan bahwa hal itu tetap menjadi

pembunuh rasa sakit yang aman dan efektif bagi banyak pasien termasuk

penderita asma . Selanjutnya, studi lebih lanjut dan tinjauan telah

menemukan peningkatan prevalensi asma 2,3 dan COPD2 dengan sering

( harian atau mingguan ) penggunaan parasetamol . Sebuah hubungan

antara penggunaan parasetamol pada kehamilan dan asma pada anak-

anak juga telah disarankan (lihat Kehamilan di bawah Kewaspadaan , di

bawah ) . Namun, review lain 4 menyatakan bahwa telah ada sedikit

laporan yang sebenarnya parasetamol menyebabkan asma ; Selanjutnya ,

bronkospasme bukan merupakan fitur diakui parasetamol overdosis .

Thereview menyimpulkan bahwa hubungan yang kuat antara

penggunaan parasetamol dan asma tidak mungkin .

Hipersensitivitas : Reaksi ditandai dengan urtikaria, dyspnoea, dan

hipotensi terjadi setelah penggunaan parasetamol inadults 1-4 dan anak-

anak. 5,6 Angioedema juga telah dilaporkan. 7 erupsi obat tetap,

dikonfirmasi oleh rechallenge, telah dijelaskan, 8-11 dan nekrolisis

epidermal toksik telah terjadi.

Kewaspadaan : Parasetamol harus diberikan dengan hati-hati pada

pasien dengan gangguan ginjal atau fungsi hati. Hal ini juga harus

diberikan dengan hati-hati pada pasien dengan ketergantungan alkohol.

Page 34: Makalah Akhir Paracetamol

Interaksi : Risiko toksisitas parasetamol dapat ditingkatkan pada

pasien yang menerima obat berpotensi hepatotoksik lain atau obat yang

menginduksi enzim mikrosomal hati. Penyerapan parasetamol dapat

dipercepat oleh obat-obatan seperti metoclopramide. Ekskresi mungkin

akan terpengaruh dan konsentrasi plasma diubah bila diberikan dengan

probenesid. Kolestiramin mengurangi penyerapan parasetamol jika

diberikan dalam waktu 1 jam dari parasetamol.

Farmakokinetik : Parasetamol mudah diserap dari saluran pencernaan

dengan konsentrasi plasma puncak terjadi sekitar 10 sampai 60 menit

setelah dosis oral. Parasetamol didistribusikan ke jaringan tubuh yang

paling. Melintasi plasenta dan hadir dalam ASI. Protein plasma mengikat

diabaikan pada konsentrasi yang biasa terapi tetapi meningkatkan dengan

konsentrasi meningkat. Penghapusan paruh parasetamol bervariasi dari

sekitar 1 sampai 3 jam. Parasetamol dimetabolisme terutama dalam hati

dan diekskresikan dalam urin terutama sebagai glukuronida dan konjugat

sulfat. Kurang dari 5% diekskresikan sebagai parasetamol tidak berubah.

Sebuah metabolit hidroksilasi minor (N-asetil-p-benzoquinoneimine),

biasanya diproduksi invery jumlah kecil oleh isoenzim sitokrom P450

(terutama CYP2E1 dan CYP3A4) di hati dan ginjal. Hal ini biasanya

didetoksifikasi melalui konjugasi dengan glutation tetapi mungkin

menumpuk setelah parasetamol over-dosis dan menyebabkan kerusakan

jaringan.

Penggunaan dan Administrasi : Parasetamol , turunan para-

aminofenol , hasanalgesic dan sifat antipiretik dan aktivitas anti -

inflamasi yang lemah . Parasetamol diberikan secara oral atau supositoria

rektal asa untuk ringan sampai nyeri sedang dan forfever ( hal.10 ) . Hal

ini juga dapat diberikan melalui infus intravena untuk pengobatan jangka

pendek nyeri sedang , terutama setelah operasi , dan demam .

Parasetamol sering analgesik antipiretik atau pilihan , terutama pada

orang tua dan pada pasien yang salisilat atau NSAID lain kontra -

indikasi . Pasien tersebut termasuk penderita asma , mereka yang

Page 35: Makalah Akhir Paracetamol

memiliki riwayat ulkus peptikum , andchildren . Dosis oral yang biasa

adalah 0,5 sampai 1g setiap 4 sampai 6 jam upto maksimum 4g sehari-

hari. Parasetamol juga dapat diberikan sebagai supositoria dalam dosis

rektal 0,5-1 gevery 4 sampai 6 jam , hingga 4 kali sehari . Parasetamol

juga diberikan oleh infusionover intravena 15 menit ; dosis dapat

dihitung dengan berat badan sebagai berikut : • pasien dengan berat lebih

dari 50kg , dosis tunggal 1 gevery 4 atau jam lebih , sampai maksimum

4g sehari-hari • dari 33 sampai 50kg , dosis tunggal 15mg/kg setiap 4or

jam lebih , untuk maksimum 60mg/kg atau 3g harian ( mana yang

kurang).

2.10.2. Lactosa

Sinonim : laktosa ; Lactosum ; Laktoosi ; Laktos ; laktosa ; Laktóz ;

Laktoza ;Laktoze ˙ ; Lattosio ; Susu Gula ; Saccharum lactis ; Saccharum

lactis .CAS - 63-42-3 ( laktosa anhidrat ) ; 5989-81-1 ( laktosa

monohydrate ) ; 10039-26-6 ( laktosa monohidrat , siklik ) ;64044-51-5

( laktosa monohidrat , bentuk terbuka ) .( anhidrat laktosa ).

Pemerian : Serbuk atau massa hablur,keras,putih atau putih krem,

tidak berbau, rasa agak manis, keras, stabil di udara, tetapi mudah

meyerap bau.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Laktosa adalah disakarida yang diperoleh dari whey susu. Beberapa

bentuknya berbeda dan tergantung pada kristalisasi dan pengeringan

yang bekerja pada proses itu. Bentuknya dapat bervariasi dalam isi

kristal dan amorf laktosa ,jumlah dari α - laktosa ( O - β - D

galactopyranosyl ( 1 → 4 ) -α - D - glukopiranosa ) dan β - laktosa ( O -

β - D – galactopyranosyl( 1 → 4 ) - β - D - glukopiranosa ) , dan dalam

keadaan hidrasi mereka. Bentuk laktosa ada yang baik yaitu anhidrat

( C12H22O11 = 342,3 ) atau monohydrate ( C12H22O11 , H2O =

360,3 ) lactose komersial terutama α - monohydrate .

Page 36: Makalah Akhir Paracetamol

USNF 26 (anhidrat laktosa) adalah β-laktosa atau campuran α- dan β-

laktosa. Merupakan bubuk putih atau hampir putih. bebas larut dalam air;

praktis tidak larut dalam alkohol. Simpan dalam wadah kedap udara.

USNF 26 (Lactose monohydrate) adalah disakarida alami, diperoleh dari

susu, yang terdiri dari satu glukosa dan dan satu bagian galaktosa. Dapat

dimodifikasi untuk karakteristik fisik, dan mungkin berisi proporsi yang

bervariasi dari bentuk amorf laktosa. Bentuk pemeriannya putih, bebas-

mengalir bubuk. Bebas, namun perlahan-lahan larut dalam air; praktis

tidak larut dalam alkohol. Simpan dalam wadah kedap udara.

Efek samping : Intoleransi laktosa terjadi karena kekurangan dari

enzim laktase di usus. Laktosa yang ditelan oleh pasien dengan defisiensi

laktase menyebabkan sindrom klinis yaitu sakit perut, diare, distensi, dan

perut kembung. Gejala lain juga dapat terjadi pada orang-orang yang

telah menelan laktosa dengan berlebihan . Kontra -iindikasi pada pasien

dengan galaktosemia, sindrom malabsorpsi galaktosa-glukosa, atau

defisiensi laktase.

Intoleransi laktosa: Kebanyakan orang-orang dari utara keturunan

Eropa,di Afrika dan Asia lebih dari 90 % dari populasi adalah kekurngan

laktase. Padahal lactase adalah enzim yng mencerna laktosa. Upaya telah

dilakukan untuk mengobati intoleransi laktosa adalah sebuah alternatif

terapi penggantian enzim dengan β - galaktosidase dari mikro -

organisme (lihat Tilactase ,p.2402 ) , tetapi peran terapi tersebut belum

ditentukan sepenuhnya . Temuan dari satu studi 4 menyarankan bahwa ,

pada orang dewasa intoleransi laktosa terhadap penggunaan alat bantu

pencernaan laktosa tidak perlu jika asupan laktosa terbatas . Ada

kekhawatiran bahwa laktosa mungkin terkontaminasi dengan protein dari

susu , dan telah direkomendasikan bahwa anak-anak dengan alergi susu

sapi menghindari makanan yang mengandung laktosa . Namun, sebuah

study 5 menemukan bahwa anak-anak alergi terhadap susu sapi masih

bisa mentolerir laktosa .

Page 37: Makalah Akhir Paracetamol

Farmakokinetik : Laktosa dihidrolisis oleh laktase di usus kecil

menjadi glukosa dan galaktosa, yang kemudian diserap.

Penggunaan : Laktosa, karbohidrat komponen susu, kurang manis

daripada sukrosa. Laktosa banyak digunakan sebagai eksipien dalam

manufaktur farmasi. Dalam produksi kapsul atau tablet dapat digunakan

sebagai pengencer, bulking agent, atau filler, dan dalam bubuk sebagai

agen bulking. Laktosa juga digunakan sebagai pembawa untuk obat

dalam inhaler bubuk kering.

2.10.3. Amylum maize

Nama Lain : Pati

Rumus Molekul : ( C6H10O6)n

Pemerian : Bentuk serbuk sangat halus, warna putih, tidak berbau,

tidak berasa

Kadar : 5 - 20% sebagai penghancur

pH : 5,5 - 6,5

Kelarutan : - Praktis tidak larut dalam air dingin

- Praktis tidak larut dalam etanol ( 95 % ) P.

Penggunaan : Pengisi-Pengikat

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, ditempat sejuk dan

kering.

2.10.4. Gelatin

Sinonim : Byco; Cryogel; E441; gelatina; gelatine; Instagel; Kolatin;

Solugel; Vitagel

Page 38: Makalah Akhir Paracetamol

Pemerian : Gelatin terjadi sebagai cahaya kuning untuk samar berwarna kuning, vitreous, rapuh solid. Hal ini praktis tidak berbau dan berasa, dan tersedia sebagai lembaran tembus, serpih, dan butiran, atau sebagai bubuk kasar.

Formula empiris dan Berat Molekul :Gelatin merupakan istilah umum untuk campuran fraksi protein murni yang dihasilkan baik oleh hidrolisis parsial asam (gelatin tipe A) atau dengan hidrolisis basa parsial (tipe B gelatin) kolagen hewan yang diperoleh dari sapi dan tulang babi, kulit sapi (menyembunyikan), kulit babi , dan kulit ikan. Gelatin mungkin juga campuran dari kedua jenis. Fungsi Coating agent; pembentuk film agen; pembentuk gel; pensuspensi; tablet pengikat; viskositas meningkat agent.

Stabilitas dan Kondisi Penyimpanan : Gelatin kering stabil di udara . Solusi gelatin berair juga stabil untuk waktu yang lama jika disimpan dalam kondisi dingin tetapi mereka mengalami degradasi bakteri . ( 4 ) Pada suhu di atas 50 ° C , larutan gelatin berair dapat mengalami depolimerisasi lambat dan penurunan kekuatan gel dapat terjadi pada ulang . Depolymeriza ¬ tion menjadi lebih cepat pada suhu di atas 65 ° C , dan kekuatan gel dapat dikurangi setengahnya ketika solusi dipanaskan pada suhu 80 ° C selama 1 jam . Tingkat dan luasnya depolimerisasi tergantung pada berat molekul gelatin , dengan material yang lebih rendah berat molekul membusuk lebih cepat ( 11 ). Gelatin dapat disterilkan dengan panas kering. Bahan massal harus disimpan dalam wadah kedap udara di tempat yang sejuk , berventilasi dan kering .

Tidak kompatibel : Gelatin merupakan bahan amfoter dan akan bereaksi dengan kedua asam dan basa . Ini juga merupakan protein dan sifat kimia sehingga pameran karakteristik bahan tersebut ; misalnya , gelatin dapat dihidrolisis oleh kebanyakan sistem proteolitik untuk menghasilkan komponen asam amino . Gelatin juga akan bereaksi dengan aldehida dan gula aldehid , anionik dan kationik polimer , elektrolit , ion logam , plastik, bahan pengawet , oksidasi kuat , dan surfaktan . Hal ini dipicu oleh alkohol , kloroform , eter , garam merkuri , dan asam tannic . Gel dapat dicairkan oleh bakteri kecuali diawetkan . Beberapa interaksi ini dimanfaatkan untuk menguntungkan mengubah sifat fisik gelatin : misalnya ,

Page 39: Makalah Akhir Paracetamol

gelatin dicampur dengan plasticizer , seperti gliserin , untuk memproduksi kapsul gelatin lembut dan supositoria ; gelatin diperlakukan dengan formaldehida untuk memproduksi gastroresistance ; lihat Bagian 7 . dengan cara itu dalam proses asam , kecuali bahwa pH disimpan di nilai antara 5,0-6,5 ( netral

2.10.5. Magnesium Stearat

Nama dan sinonim : Magnesium stearat, Magnesii stearas, Dibasic

magnesium stearat; magnesium Distearate; magnesii

stearas;magnesium oktadekanoat; asam oktadekanoat,

magnesium garam; asam stearat, garam magnesium; Synpro

90

Pemerian : serbuk halus, licin, mudah melekat pada kulit(FI ED

IV), putih, tidak berasa, bau lemah yang khas (Depkes RI,

1979)

Ukuran partikel : 20 µm (perbesaran 600x)

Struktur : [CH3(CH2)16COO]2Mg (Rowe, 2006)

Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, dalam etanol (95%)

P, dan dalam eter P (FI ed iv)

Stabilitas : stabil (Rowe, 2006)

Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik (Depkes RI, 1979)

Fungsi : Pelincir tablet dan kapsul

Dalam sediaan farmasi, Magnesium stearat secara

luas digunakan dalam kosmetik,makanan,dan formulasi

farmasi. Hal ini terutama digunakan sebagai pelumas dalam

kapsul dan pembuatan tablet pada konsentrasi antara 0,25%

dan 5,0% b / b.

Page 40: Makalah Akhir Paracetamol

Sifat Khas : Bentuk kristal kemurnian tinggi magnesium

stearat telah diisolasi sebagai trihidrat, dihidrat, dan

sebuah anhidrat.

Density (bulk) 0.159 g/cm3

Density 0,286 g/cm3

Kepadatan 1,092 g/cm3

Titik nyala 2508C

Segi buruk mengalir, bubuk kohesif.

kisaran lebur 117-1508C (sampel komersial);

Daya alir : dalam bentuk bubuk daya alir buruk, kohesif

(Rowe, 2006)

Farmakologi: Magnesium stearat adalah salah satu bahan yang telah

dipilih untuk harmonisasi oleh Kelompok Diskusi

Pharmacopeial. Magnesium stearat adalah hidrofobik dan

dapat menghambat pembubaran obat dari bentuk sediaan

padat ; Oleh karena itu digunakan dalam formulasi tersebut .

Kapsul pembubaran juga sensitif terhadap jumlah magnesium

stearat dalam perumusan dan waktu pencampuran ;

Peningkatan koefisien variasi pencampuran dan penurunan

laju disolusi telah diamati berikut campuran magnesium

stearat dengan granulasi tablet . tablet laju disolusi dan

kekuatannya menurun saat campuran meningkat ; dan

magnesium stearat juga dapat meningkatkan kerapuhan

tablet . Magnesium stearat juga mempengaruhi aliran sifat

campuran . Adanya berbagai bentuk kristal magnesium

stearat telah ditetapkan . A trihidrat , dihydrate a , dan

anhidrat telah diisolasi , dan bentuk amorf memiliki telah

diamati . Sementara bentuk terhidrasi stabil dalam kehadiran

Page 41: Makalah Akhir Paracetamol

kelembaban ,bentuk anhidrat adsorbsi kelembaban di

kelembaban relatif hingga 50 % , dan pada kelembaban tinggi

rehydrates untuk membentuk trihidrat tersebut .Anhidrat

dapat dibentuk oleh pengeringan baik dari hidrat pada

105oC .

Kelebihan dari magnesium stearat:

magnesium stearat memiliki sifat pelincir yang terbaik.

Magnesium stearat dapat menambah waktu hancur dari tablet

karena bentuk lapisan permukaannya yang tidak mudah

dipenetrasi dengan cairan lambung.

Kekurangan dari magnesium stearat:

Mg Stearat bersifat baik sebagai lubrikan dan antiadheren tapi

kurang baik sebagai glidant

Page 42: Makalah Akhir Paracetamol

BAB 3

METODELOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan pada 28 April 2014 – 5 Mei 2014 di Laboratorium

II Teknologi Sediaan Solida Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes

Palembang.

3.2. Metode Penelitian

Metode Penelitian yang dilakukan adalah eksperimen.

3.3. Prosedur Kerja

3.1. Formulasi

Page 43: Makalah Akhir Paracetamol

Resep Standar

R/ Paracetamol 500 mg

Lactosa 64,9 mg

Meize starch 50,6 mg

Gelatin 2%

Mg. Stearat 1,30 mg

Talkum 13,0 mg

Theoretical weight = 649 mg/ tablet

3.3 Alat dan Bahan

3.3.1. Alat

- Timbangan analitik           

- Gelas Ukur 10 ml             

- Gelas ukur  50 ml             

- Kertas perkamen              

- Mortir dan stamfer          

-   Spatula                             

- Sudip                                

- Corong                             

- Penggaris    

- Jangka sorong                      

- Pencetak tablet                 

- Friabilator             

Page 44: Makalah Akhir Paracetamol

- Disintegration tester         

- Pengayak

- Beaker glass

- Hardness tester

- Moisture balance

3.3.2. Bahan

- Paracetamol = 50,820 gr

- Lactosa = 6,6 gr

- Meize starch = 5,148 gr

- Gelatin = 1,320 gr

- Mg. Stearat = 148,24 mg

- Talkum = 2,22 gr

3.4. Perhitungan Bahan Teoritis

Quantity per batch = 120 tablet

Theoretical weight = 649 mg/tablet

Paracetamol = 77% x 649 mg x 120 = 59,9676 gr

Lactosa = 10% x 649 mg x 120 = 7,788 gr

Meize starch = 7,8% x 649 mg x 120= 6,07464 gr

Gelatin = 2% x 649 mg x 120 = 1,5576 gr

Mucilago gelatin 5 % = 100/5 x 1,5576 gr = 31,152 gr

Aquadest = 31,152 gr - 1,5576 gr = 29,5944 gr

Mg. Stearat = 0,2% x 649 mg x 120 = 155,76 mg

Talkum = 3% x 649 mg x 120 = 2,3364 gr

3.5. Perhitungan Bahan Setelah Granulasi

Masa granul teoritis = 75,3878 gr = 75387,8 mg

Masa granul nyata = 71,75 gr = 71750 mg

Paracetamol = 77% x 649 mg x 120 = 59,9676 gr

Lactosa = 10% x 649 mg x 120 = 7,788 gr

Meize starch = 7,8% x 649 mg x 120= 6,07464 gr

Gelatin = 2% x 649 mg x 120 = 1,5576 gr

Mucilago gelatin 5 % = 100/5 x 1,5576 gr = 31,152 gr

Aquadest = 31,152 gr - 1,5576 gr = 29,5944 gr

Page 45: Makalah Akhir Paracetamol

Mg. Stearat = 71750 mg/75387,8 mg x 155,76 mg

= 148,24 mg

Talkum = 71,75 gr/75,3878 gr x 2,3364 gr

= 2,22 gr

3.6. Pembuatan

1. Menimbang dan mencampur bahan-bahan

- Timbang semua bahan yang diperlukan

- Campurkan paracetamol, laktosa dan mize starch dengan mixer atau

menggunakan lumpang.

- Serbuk gelatin di taburkan dalam air dingin, lalu biarkan

mengembang.panaskan diatas penangas air sampai larut. kekurangan

berat ditambah dengan air panas. Dan digunakan selagi panas kurang

lebih pada suhu 400C

2. Pembuatan granul

- Tambahkan sedikit demi sedikit massa/ larutan gelatin kedalam massa 1.

Aduk atau gerus sampai homogen. Setelah massa kenyal dan dapat

dikepal, massa siap untuk digranul.

3. Penyaringan atau pengayakan massa

- Tekan massa granul melalui ayakan 6 atau 8

- Hasil ayakan ditampung pada loyang dari kayu atau stainless steel yang

dilapisi kertas atau kain agar dapat dicuci lagi. Loyang dimasukan

kedalam lemari pengering dengan suhu 500 C

- Setelah dilakukan proses pengeringan dilanjutkan dengan pengayakan

(pengayakan halus). Digunakan ayakan dengan pengayak berukuran

mesh 20 atau yang lebih halus dari ayakan pertama.

4. Pencampuran

Page 46: Makalah Akhir Paracetamol

- Setelah granul diperoleh kemudian timbang lalu tambahkan magnesium

stearat sebagai lubrikan dan talcum.

- Campur bahan, kemudian aduk ad homogen.

5. Pencetakan

- Setelah homogen , kemudian tablet dicetak (dikompres) dengan

menggunakan mesin pencetak tablet

Page 47: Makalah Akhir Paracetamol

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1. Evaluasi Granul

a. Kecepatan Alir

Alat : Corong

Syarat : waktu alir granul tidak lebih dari 10 detik

Ø Granul ditimbang sebanyak 10 gram.

Ø Dimasukkan kedalam corong, bagian bawah corong ditutup dengan jari

tangan dan permukaan granul diratakan.

Ø Buka bagian bawah corong lalu catat waktu yang diperlukan granul

untuk mengalir hingga habis

Ø Lalu hitung kecepatan alir granul

Ø Setelah diperoleh sifat alir granul (V–nya) lalu dibandingkan dengan

parameter untuk sifat alir sebagai berikut:

SIFAT ALIR KETERANGAN

> 10 Sangat baik

4-10 Baik

1,6 – 4 Sukar

< 1,6 Sangat sukar

Page 48: Makalah Akhir Paracetamol

b. Uji Sudut Diam

Alat : Corong, kertas millimeter, penggaris, pensil dan penghapus

Syarat : Sudut diam tidak lebih dari 30 derajat

Ø Granul ditimbang sebanyak 10 gram.

Ø Dimasukkan kedalam corong, bagian bawah corong ditutup dengan jari

tangan dan permukaan granul diratakan. Lalu biarkan granul menggalir

dengan membentuk sebuah kerucut diatas kertas mlimeter.

Ø Ukur tinggi kerucut dan diameternya dan hitung sudut diamnya.

c. Kompresibilitas

Alat : Gelas ukur

Syarat : tidak lebih dari 20%

Ø Gelas ukur100 ml kosong ditimbng (W)

Ø Diisi engan granul hingga volume 100 ml (V0) lalu itimbang (W2)

Ø Dihentakkan sebanyak ±500 kali tsu tidak terjadi lagi pengurangan

volume.

Ø Baca volume yang dihasilkan dalam gels ukur (V1)

Ø Lalu hitung kompresibilitasnya dengan persamaan

Page 49: Makalah Akhir Paracetamol

C (100% )

Kompresibilitas (%) Sifat Aliran

5 – 12 Sangat baik

12 – 18 Baik

18 – 23 Cukup

23 – 33 Kurang

33 – 38 Sangat kurang

> 38 Sangat buruk

= = = 0,4529

= = = 0,5266

%

4.1.2. Evaluasi Tablet

a. Keseragaman ukuran

Alat     : Jangka sorong

Syarat  : diameter tablet tidak boleh melebihi 3x tebal tablet dan tidak

kurang dari 11/3 x tebal tablet.

Ø  Menggunakan 20 tablet

Ø  Letakkan sebuah tablet diantara penjepit yang terdapat pada jangka

sorong, lalu tablet dinyatakan telah ketat setelah timbul bunyi.

Ø  Ukur diameter dan tebal tablet.

No. Diameter Tablet (mm)Tebal Tablet

(mm)

1 1,22 0,69

Page 50: Makalah Akhir Paracetamol

2 1,21 0.69

3 1,22 0,55

4 1.22 0,68

5 1,22 0,55

6 1,21 0,57

7 1,22 0,68

8 1,22 0,54

9 1,22 0,51

10 1,22 0,58

11 1,23 0,58

12 1,22 0,54

13 1,22 0,61

14 1,22 0,68

15 1,22 0,68

16 1,22 0,69

17 1,22 0,52

18 1,22 0,60

19 1,22 0,68

20 1,22 0,69

X 1.2195 0.6155

Tabel 1. Diameter tablet dan tebal tablet

b. Kekerasan tablet

Alat     : Hardnes tester

Syarat : 4 – 8 mg/cm2

Ø  Menggunakan 20 tablet

Ø  Letakkan 1 tablet diantara penjepit, lalu jepit tablet dengan cara

menjepit alat tersebut sampai tablet pecah/retak.

Ø  Pada saat tablet tersebut mulai pecah/retak yang ditunjukkan oleh

skala, maka kekerasan tablet tersebut mulai dihitung.

Page 51: Makalah Akhir Paracetamol

Tabel 2. Kekerasan tablet.

c. Keseragaman bobot

Ø  20 tablet yang telah dibersihkan dari debu ditimbang satu persatu =

11.7219 gr

Hitung bobot rata-rata = 11.7219 gr / 20 =  0.651216667 gr

No. Kekerasan Tablet (kg/cm2)

1 10

2 3,5

3 4

4 16,5

5 8

6 3,8

7 11

8 4,6

9 4,5

10 5,5

11 9

12 4

13 2,9

14 3,5

15 2,9

16 1,6

17 3,6

18 4,8

19 2,8

20 2,1

X 5.515789474

Page 52: Makalah Akhir Paracetamol

Syarat        : Tidak boleh lebih dari dua tablet yang masing-masing beratnya

menyimpang dari berat rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan

pada kolom A dan tidak boleh satu tabletpun yang beratnya menyimpang dari

berat rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan pada kolom B pada Tabel

berikut (Departemen Kesehatan RI, 1979).

Bobot Rata-rata Penyimpangan bobot rata-rata dlm persen

A B

25 mg atau kurang 15 30

26 mg – 150 mg 10 20

151 – 300 mg 7,5 15

>300 mg 5 10

Ø  Timbang

berat masing-

masing

tablet

No. Bobot Tablet (gr) Penyimpangan (%)

1 0,6404 1,658

2 0,6591 1,213

3 0,6321 2,933

4 0,6734 3,409

5 0,6350 2,487

6 0,6001 7,847

7 0,6245 4,100

8 0,6733 3,393

9 0, 6708 3,009

10 0,6550 0,583

11 0,6582 1,075

12 0,6250 4,023

13 0,6714 3,101

14 0,6513 0,015

15 0,6547 0,537

16 0,6725 3,270

17 0,6669 2,410

18 0,6800 4,422

19 0,6305 3,178

20 0,6735 3,424

Jmlh 11.7219

Rata2 0.651216667

Page 53: Makalah Akhir Paracetamol

Tabel 3. Bobot tablet

d. Kerapuhan tablet

Alat      :  Rhoche friabilitor

Tujuan : menentukan kemampuan dan daya tahan tablet terhadap gesekan

dan goncangan selama prossesing, packing, transportasi sampai pada

konsumen.

Syarat  :  menurut lochman = o,8% dan menurut Roche = 1%

Ø  20 tablet bebas debu ditimbang bersama (W1g), kemudian dimasukkan

dalam Roche.

Ø  Jalankan alat, biarkan berputar selama 4 menit (500x putaran)

Ø  Bersihkan kembali 20 tablet tersebut dari debu dan timbang (W2g)

Ø  Hitung besarnya kerapuhan tablet

% Kerapuhan =

=

= 8,24%

e. Waktu hancur tablet

Factor yang mmempengaruhi waktu hancur tablet :

·         Factor formulasi

·         Sifat fisik bahan obat

·         Bahan pembantu

·         Tekanan yang diberikan pada saat pencetakan

Page 54: Makalah Akhir Paracetamol

Syarat : kecuali dinyatakan lain dalam FI, untuk tablet tidak bersalut

waktu hancurnya tidak lebih dari dari 15 menit dan untuk tablet bersalut

gula = 60 menit.

Ø Isi bejana dengan campuran yang cocok seperti cairan lambung spt :

Hcl atau cairan usus buatan sesuai dengan tablet yang akan diukur

waktu hancurnya.

Ø  Larutan yang digunakan diukur / diatur suhunya sampai 37o C.

Ø  Jumlah cairan ini diatur sedemikian rupa sehingga pada saat keranjang

turun permukaannya tidak tenggelam dalam cairan dan pada saat

keranjang ini naik permukaan disebelahnya tidak melebihi permukaan

cairan.

Ø  Masukkan tablet yang akan ditentukan waktu hancurnya satu persatu

pada 6 tabung yang ada, setelah itu kedalam masing-masing tabung

dimasukkan cakram yang terbuat dari tali plastic.

Ø  Jalankan alat dan catat waktu saat mulai alat dijalankan sampai semua

tablet telah melewati saringan yang terdapat pada setiap tabung.

Ø  Kecepatan turun naiknya alat diatur sebanyak 30x/ menit.

Waktu hancur tablet = 10 menit

4.2. Pembahasan

Pada pembuatan tablet paracetamol hasil yang kami dapatkan bahwa :

Kecepatan alir granul paracetamol yang diperoleh adalah

. Hal ini menyatakan bahwa granul yang dibuat sukar

mengalir. Hal tersebut dikarenakan ukuran granul yang tidak

seragam pada saat pembuatan granul.

Sudut diam granul paracetamol yang diperoleh adalah 30,110 yang

menunjukkan bahwa sudut diam granul tidak memenuhi syarat

(<300). Hal tersebut dikarenakan sudut istirahat dipengaruhi oleh

ukuran partikel, semakin kecil ukuran partikel maka kohesivitas partikel

makin tinggi yang akan mengurangi kecepatan alirnya sehingga sudut

istirahat yang terbentuk semakin besar. Sedangkan pada granul ysng

Page 55: Makalah Akhir Paracetamol

kami peroleh, ukuran partikel tidak seragam. Hal itulah yang

menyebabkan sudut diam yang diperoleh tidak memenuhi syarat.

Kompresibilitas granul paracetamol yang kami peroleh sebesar 13,9 %.

Hal ini menyatakan bahwa granul paracetamol memiliki kompresibilitas

yang baik.

Keseragaman ukuran tablet paracetamol memiliki diameter rata-

rata sebesar 1.2195 mm dan rata- rata tebal tablet sebesar 0,6155

mm. Syarat yang diperbolehkan untuk evaluasi ini diameter rata-

rata tablet tidak boleh melebihi 3x tebal rata- rata tablet dan tidak

kurang dari 1 x tebal tablet. Evaluasi yang kami peroleh

bahwa diameter rata-rata tablet sebesar 1,981x tebal rata-rata

tablet.

Kekerasan rata- rata tablet paracetamol yang kami peroleh sebesar

5.515789474 mg/cm2. Syarat dari evaluasi kekerasan tablet sebesar 4

– 8 mg/cm2. Hal ini membuktikan bahwa tablet paracetamol

memenuhi syarat kekerasan tablet.

Keseragaman bobotnya memenuhi persyaratan bahwa tidak boleh

lebih dari dua tablet yang masing-masing beratnya menyimpang dari

berat rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan pada kolom A

dan tidak boleh satu tabletpun yang beratnya menyimpang dari berat

rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan pada kolom B pada Tabel

berikut (Departemen Kesehatan RI, 1979).

Kerapuhan tablet parasetamol yang dperoleh tidak memenuhi

syarat yaitu menurut lochman = 0,8% dan menurut Roche = 1%

Sedangkan hasil yang didapatkan 8,24% .

Dikarenakan pengikat gelatin yang kami gunakan terlalu sedikit

sehingga kekurangan tersebut kami tambahkan dengan air hingga

massa kalis. Diduga karena hal tersebut, kerapuhan tablet

parasetamol tidak memenuhi syarat dari evaluasi kerapuhan tablet.

Waktu hancur tablet parasetamol yang diperoleh selama 10 menit.

Page 56: Makalah Akhir Paracetamol

Hal ini membuktikan bahwa tablet tersebut memenuhi syarat, yaitu

waktu hancur untuk tablet parasetamol tidak boleh lebih dari 15

menit.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Pembuatan tablet pada praktikum pembuatan paracetamol tablet

dengan cara granulasi basah, setelah dilakukan evaluasi baik terhadap

granul maupun tablet itu sendiri diperoleh kesimpulan bahwa tablet yang

dibuat belum memenuhi persyaratan untuk sebuah tablet yang baik, yaitu

pada uji evaluasi granul tablet didapatkan kecepatan alir granul yang buruk

yaitu 3,846 g/s. Selain itu juga diperoleh sudut diam yang tidak memenuhi

syarat. Pada uji evaluasi granul, diperoleh sudut diam 30,11o ,sedangkan

untuk syarat sudut diam yang baik adalah < 30. Selain itu pada uji evaluasi

tablet diperoleh hasil kerapuhan tablet yang sangat jauh dari syarat

kerapuhan sebuah tablet yaitu kurang dari 1%. Sedangkan pada tablet

paracetamol yang kami buat ini, hasil kerapuhannya yaitu 8,26 %.

Sehingga tablet paracetamol ini belum cukup baik untuk memenuhi

persyaratan sebuah tablet yang baik.

2. Saran

Page 57: Makalah Akhir Paracetamol

Untuk praktikan selanjutnya disarankan agar dapat membuat

formula sediaan tablet dengan bahan dan konsentrasi yang baik, tepat dan

ketelitian penimbangan sebelum pencetakan tablet, juga diperlukan

ketelitian dalam melakukan evaluasi baik evaluasi granul maupun evaluasi

tablet karena hal ini sangat diperlukan untuk mengetahui apakah tablet

yang telah kita buat memenuhi syarat atau tidak.

DAFTAR PUSTAKA

Hadisoewignyo, Dr. Lannie, M.Si., Apt., Prof. Dr. Achmad Fudholi ,DEA ,Apt.2013. “Sediaan Solida”. Yogyakarta : Pustaka Pelajar., diunduh pada tanggal 23 April 2014.

Rowe , Raymond C. , Paul J. Sheskey , Marian E. Queinn. “Handbook of Pharmaceutical Excipients”. Ed. 6. Pharmaceutical Press (PhP)., diunduh pada tanggal 22 April 2014.

Siregar, Prof. Dr. Charles J. P. M.Sc. Apt. Teknologi Sediaan Tablet. “ Dasar- Dasar Praktis”. Buku Kedokteran EGC., diunduh pada tanggal 23 April 2014.

Sweetman, Sean C. 2009. Martindale. “ The Complete Drug Reference” . Ed. 36. London : Pharmaceutical Press (PhP)., diunduh pada tanggal 22 April 2014.

http://www.onlinepharmacytech.info/docs/vol1issue2/JPST09-01-02-05.pdf, diunduh pada tanggal 26 April 2014.

http://eko-farmasi.blogspot.com/, diunduh tanggal 10 Juni 2014

http://wahyutensai.blogspot.com/2008/11/v-behaviorurldefaultvmlo.html, diunduh

tanggal 10 Juni 2014

Page 58: Makalah Akhir Paracetamol