laporan project akhir irdas h1

43
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Irigasi merupakan komponen penting bagi kegiatan pertanian di Indonesia yang sebagian besar berada di wilayah perdesaan. Indonesia adalah negara yang sebagian besar penduduknya hidup dari pertanian dengan makanan pokoknya beras, sagu, dan ubi hasil produksi pertanian. Menurut Purwanto (2003) Kebijakan pemerintah dalam pembangunan sangat diperlukan untuk mendukung sektor tersebut antara lain tentang pengelolaan sistem irigasi di tingkat usaha tani telah ditetapkan dalam 2 (dua) landasan hukum yaitu UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air dan Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2006 tentang Irigasi. Kedua landasan hukum tersebut, ditekankan bahwa “pengelolaan sistem irigasi tersier menjadi hak dan tanggung jawab perkumpulan petani pemakai air“. Artinya, segala tanggung jawab pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi di tingkat tersier menjadi tanggung jawab lembaga perkumpulan petani pemakai air (pada beberapa daerah dikenal dengan Mitra Cai, Subak, HIPPA, Dharma Tirta) termasuk perkumpulan petani pemakai air tanah/P3AT.

Upload: azaofficial

Post on 23-Jan-2016

19 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kk

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Project Akhir Irdas h1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Irigasi merupakan komponen penting bagi kegiatan pertanian di Indonesia

yang sebagian besar berada di wilayah perdesaan. Indonesia adalah negara yang

sebagian besar penduduknya hidup dari pertanian dengan makanan pokoknya

beras, sagu, dan ubi hasil produksi pertanian.

Menurut Purwanto (2003) Kebijakan pemerintah dalam pembangunan

sangat diperlukan untuk mendukung sektor tersebut antara lain tentang

pengelolaan sistem irigasi di tingkat usaha tani telah ditetapkan dalam 2 (dua)

landasan hukum yaitu UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air dan

Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2006 tentang Irigasi.

Kedua landasan hukum tersebut, ditekankan bahwa “pengelolaan sistem

irigasi tersier menjadi hak dan tanggung jawab perkumpulan petani pemakai air“.

Artinya, segala tanggung jawab pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi di

tingkat tersier menjadi tanggung jawab lembaga perkumpulan petani pemakai air

(pada beberapa daerah dikenal dengan Mitra Cai, Subak, HIPPA, Dharma Tirta)

termasuk perkumpulan petani pemakai air tanah/P3AT.

Menurut Mawardi dan Memed (2004) Irigasi menjadi pendukung

keberhasilan pembangunan pertanian dan merupakan kebijakan Pemerintah yang

sangat strategis dalam pertumbuhan perekonomian nasional guna

mempertahankan produksi swasembada beras.

Irigasi juga merupakan suatu carauntuk mengambil air dari sumbernya guna

keperluan pertanian, dengan mengalirkan dan membagikan air secara teratur

dalam usaha pemanfaatan air untuk mengairi tanaman.

1.2 Tujuan

Mengetahui jumlah air yang dibutuhkan oleh tanaman

Mengetahui sistem irigasi yang tepat guna (efisien) dan sesuai untuk

digunakan

Mengetahui fungsi dari sistem irigasi yang digunakan

Page 2: Laporan Project Akhir Irdas h1

BAB II

KONDISI LAHAN

2.1 Kondisi Aktual lahan

Lahan tempat kami melakukan praktikum berada di Kebun Praktikum

Brawijaya, Desa Ngijo, Kec Karang Ploso, Kab. Malang. Lahan tersebut berada di

7.45 LS dan 112.35 BT. Luas area kebun percobaan secara keseluruhan adalah 1

ha. Secara umum kondisi lahan percobaan ngijo berada di dataran tinggi. Lahan

tersebut ditanamai berbagai macam komoditas tanaman seperti padi, jagung, ubi

jalar dan lainnya. Selain itu biasanya kebun tersebut juga di gunakan oleh para

mahasiswa dalam kegiatan praktikum. Lokasi kebun percobaan berada cukup

dekat dengan pemukiman warga sekitar desa.

Secara umum kondisi bentang lahan di kebun percobaan ngijo berlereng dan

ada juga yang berupa dataran, sehingga sedikit banyak dapat di temukan lahan

berteras di areal kebun percobaan ngijo. Selain kondisi bentang alam, pengairan

yang di terapkan di kebun percobaan ngijo menggunakan sistem irigasi yang

bersumber dari air sungai yang mengalir di sekitar lahan. Sumber air berasal dari

dataran yang berada di atasnya dan turun ke bawah mengikuti aliran sungai,

sehingga pengairan yang di terapkan dengan irigasi yang dialirkan secara manual

melalui aliran sungai tersebut.

Karena pertanian disana mayoritas adalah lahan kering, maka jenis tanaman

yang di budidayakan di areal kebun percobaan ngijo mayoritas pula berupa

tanaman yang di budidayakan di lahan kering. Misalnya jagung, ubi jalar, ketela

pohon dan lainnya. Jenis tanaman yang di pilih pada pengamatan kali ini

merupakan komoditas jagung yang memang di kebun percobaan tersebut sangat

banyak di budidayakan disana. (Prasetya, 2007)

Page 3: Laporan Project Akhir Irdas h1

2.2 Kondisi Iklim

2.2.1 Data Iklim Stasiun Karangploso (Evaporasi potensial)

Evapotranspirasi merupakan proses total dari evaporasi dan transpirasi,

dimana evaporasi terjadi melalui tanah dan tanaman. Sedangkan menurut Jensen

(1990) evapotranspirasi potensial (ETP) adalah besarnya evapotranspirasi pada

suatu lahan pertanaman jika air mencukupi dan pertumbuhan tanaman tidak

kurang air dan seluruh vegetasi diatasnya menutupi seluruh permukaan tanah.

Misalnya suatu unit luasan yang ditumbuhi tanaman rumput setinggi 8 – 15 cm,

dengan pertumbuhan seragam dan optimal serta dalam kondisi kecukupan air.

Dari data tabel ETo stasiun Karangploso, terlihat bahwa rata-rata ETo yang

terjadi selama satu tahun yaitu 4,33 mm/hari. Nilai ETo terbesar terjadi pada

bulan Oktober, yaitu sebesar 5,35 mm/hari, dan nilai ETo terendah terdapat pada

bulan Maret dengan nilai 3.72 mm/hari.

Page 4: Laporan Project Akhir Irdas h1

2.2.2 Data Curah Hujan

Data diatas merupakan data yang menunjukkan jumlah curah hujan per

tahunnya. Dalam satu tahun curah hujan terendah pada bulan September yaitu

sebesar 6,6 mm dan curah hujan tertinggi pada bulan Maret yaitu sebesar 303,8

mm sehingga total curah hujan dalam setahun sebesar 1599,0 mm. Sedangkan

pada curah hujan efektif nilai terendah pada bulan September yaitu sebesar 6,5

mm dan nilai tertinggi pada bulan Maretyaitu sebesar 155,4 mm sehingga dalam

setahun hujan efektif totalnya sebesar 998,9 mm. Data curah hujan efektif ini

merupakan data pendukung yang digunakan untuk mengetahui kebutuhan air

tanaman.

Page 5: Laporan Project Akhir Irdas h1

2.3 Kondisi Tanah

Infiltrasi merupakan Peroses masuk nya air atau meresapnya

air kedalaman tanah melalui pori-pori tanah. (Barnamakusumah, 1978) Gerak air

menembus tanah pada status air di atas kapasitas lapang terutama dikendalikan

oleh potensial gravitasi, dan potensial matrik pada status air di bawah kapasitas

lapang. Laju maksimal gerakan air masuk kedalam tanah dinamakan kapasitas

infiltrasi. Kapasitas infiltrasi terjadi ketika intensitas hujan melebihi kemampuan

tanah dalam menyerap kelembaban tanah. Sebaliknya apabila intensitas hujan

lebih kecil dari pada kapasitas infiltrasi, maka laju infiltrasi sama dengan laju

curah hujan.

Laju infiltrasi umumnya dinyatakan dalam satuan yang sama dengan

satuan intensitas curah hujan, yaitu millimeter per jam (mm/jam). Air infiltrasi

Page 6: Laporan Project Akhir Irdas h1

yang tidak kembali lagi ke atmosfer melalui proses evapotranspirasi akan menjadi

air tanah untuk seterusnya mengalir ke sungai disekitar. Salah satu proses yang

berkaitan dengan distribusi air hujan yang jatuh ke permukaan bumi adalah

infiltrasi.

Dari pengamatan infiltrasi yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa

tinggi air berkurang di ring master pada waktu 3 menit rata – rata adalah 3 cm

dengan nilai kapasitas infitrasi rata – rata 5 cm hr -1 . Sedangkan pada waktu 5

menit rata – rata tinggi air yang berkurang di ring master adalah 6,5 cm dengan

kapasitas infiltrasi rata – rata 2,1 cm hr-1 sama dengan 0,58 mm/jam.

Menurut Barnamakusumah (1978), jumlah dan ukuran pori yang

menentukan adalah jumlah pori – pori yang berukuran besar. Makin banyak pori –

pori besar maka kapasitas infiltrasi makin besar pula, dan besarnya ukuran pori

tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini .

Atas dasar ukuran pori tersebut di atas ternyata liat kaya akan pori halus.

Sebaliknya fraksi pasir banyak mengandung pori besar dan sedikit pori halus.

Dengan demikian kapasitas infiltrasi pada tanah – tanah pasir jauh lebih besar dari

pada tanah liat, dan pengaruh perbedaan dari pada tekstur tanah terhadap proses

infiltrasi terlihat pada tabel.

Page 7: Laporan Project Akhir Irdas h1

Tekstur di ngijo berdasarkan pengamatan tekstur adalah lempung berliat.

Dari tabel literatur diatas nilai kapasitas infiltrasi 0,58 mm/jam adalah lempung

berliat sehingga sama dengan pengamatan tekstur dilapang. Menurut

Suridiakusumah (2010) Tanah – tanah yang bertekstur kasar membentuk struktur

tanah yang ringan, sebaliknya tanah – tanah yang berbentuk  atau tersusun dari

tekstur yang halus menyebabkan terbentuknya tanah – tanah yang bertekstur berat.

Adanya perbedaan struktur tanah yang terjadi, secara tidak langsung

mempengaruhi ukuran dan jumlah pori – pori tanah yang terbentuk. Sehingga

tektur lempung merupakan tekstur yang berat.

Menurut Depdikbud (1998) Tanah – tanah dengan struktur yang berat

mempunyai jumlah pori halus yang banyak, dan miskin akan pori – pori besar,

mempunyai kapasitas infiltrasi kecil. Sebaliknya tanah – tanah yang berstruktur

ringan mengandung banyak pori besar dan sedikit pori halus, kapasitas

infiltrasinya lebih besar dibandingkan dengan tanah yang berstruktur berat.

Karena di ngijo adalah lempung berliat dan bertekstur berat maka infiltrasinya

pun akan rendah yaitu 0,58 mm/jam.

Berkaitan dengan infiltrasi, penggunaan lahan dengan tutupan vegetatif

akan menyediakan perlindungan  dari pemadatan oleh energi air hujan. Namun

besarnya infiltrasi tergantung pada fase pertumbuhan. Tanah dengan tanaman

jagung dewasa memiliki infiltrasi yang lebih besar dibandingkan dengan jagung

yang baru ditanam. Menurut Rawls et al (1993), peningkatan infiltrasi ini

disebabkan oleh  peningkatan buka akar dan perlindungan daun-daunan dewasa

Page 8: Laporan Project Akhir Irdas h1

yang melindungi  tanah dari pemadatan oleh air hujan. Penggunaan lahan tegalan

dengan komoditas jagung dengan fase vegetatif membuat infiltrasi lebih besar.

pF0 214,24

pF1 210,61

pF2 210,3

pF4,2 208,01

Kemampuan tanah untuk mengikat air berhububungan erat dengan

tegangan air (moisture tension) dalam tanah tersebut. Besarnya tegangan air

menunjukkan besarnya tenaga yang diperlukan untuk menahan air tersebut di

dalam tanah. Daya ikat air dinyatakan dengan pF yaitu logaritma dari centimeter

air. Misalnya, suatu gumpal tanah dapat menahan pipa air setinggi 100 cm, maka

daya ikatnya (pF) = log 100 = 2. Harga pF berkisar antara 0 – 7, dimana 0 adalah

titik jenuh air dan 7 adalah titik kering mutlak.

Berdasarkan data pF , lahan di kepuharjo infitrasinya sangat tinggi hal ini

dikarenakan nilai pF 0 tinggi yaitu 214,24 sehingga pori makronya besar sehingga

menyebabkan kemampuan tanah menahan air menjadi rendah hal ini terlihat pada

pori mesonya adalah 210,3 untuk pF 2 serta pori mikronya 208,01 untuk pF 4,2.

Sehingga dengan infiltrasi yang tinggi air yang ada di tanah akan cepat lolos ke

bawah sehingga perlu dilakukan pengelolaan irigasi.

Menurut Sutanto (2005) Kemampuan tanah dalam mengikat air

dipengaruhi oleh beberapa faktor yang salahsatunya adalah tekstur tanah. Tekstur

tanah yang berbeda, mempunyai kemampuanuntuk menahan air yang berbeda

pula.Tanah bertekstur kasar mempunyai daya menahan air yang lebih kecil

daripada tanah bertekstur halus. Hal ini dikarenakan tanah bertekstur kasar

mempunyai luas permukaan yang kecil dan mengandung sedikit ruang pori. Oleh

karena itu, tanaman yang ditanam pada tanah pasir, umumnya lebih mudah

mengalami kekeringan. Dari segi permeabilitas, kemampuan tanah pasir dalam

melalukan atau meloloskan air cukup besar tetapi karena hanya mengandung

banyak pori makro, maka kemampuan menahan atau mengikat airnya kecil. Hal

ini terjadi berkebalikan pada tanah bertekstur liat. Tanah bertekstur liat

Page 9: Laporan Project Akhir Irdas h1

mengandung pori mikro yang lebih banyak dan memiliki luaspermukaan yang

besar sehingga daya ikatnya terhadap air besar walaupun dari segi permeabilitas,

tanah bertekstur liat mempunyai kemampuan melalukan air yangtergolong kecil

karena mengandung banyak pori mikro. Tanah bertekstur halus, contohnya: tanah

bertekstur liat, memiliki ruang pori halus yang lebih banyak, sehingga

berkemampuan menahan air lebih banyak. Sedangkan tanah bertekstur kasar,

contohnya: tanah bertekstur pasir, memiliki ruang pori halus lebih sedikit,

sehingga kemampuan manahan air lebih sedikit pula. Di Kepuharjo tekstur

tanahnya adalah lempung berliat sehingga kemampuan menahan dan menyimpan

air besar. (Barnamakusumah,1978)

Page 10: Laporan Project Akhir Irdas h1

BAB III

PEMILIHAN JENIS TANAMAN DAN DESAIN SISTEM IRIGASI

3.1 Jenis dan Dasar Pertimbangan Tanaman yang akan Diusahakan

Pada lahan pertanian di Ngijo dapat diketahui bahwa tekstur tanah di lahan

tersebut adalah lempung berliat dengan komoditas jagung. Jagung tidak

memerlukan persyaratan tanah yang khusus, hampir berbagai macam tanah dapat

diusahakan untuk pertanaman jagung. Di samping itu drainase dan aerasi yang

baik serta pengelolaan yang bagus akan membantu keberhasilan usaha pertanaman

jagung (AAK,1993). Menurut Harniati (2000), hal yang harus diperhatikan

tentang tanah sebagai syarat yang baik untuk pertanaman jagung adalah pH tanah

optimal yaitu pH 5,5 - 6,5. Jagung dapat tumbuh baik pada daerah dataran rendah

maupun dataran tinggi dengan ketinggian antara 800-1800 meter di atas

permukaan laut. Drainase yang baik diperlukan oleh tanaman yang membutuhkan

aerasi yang baik seperti jagung. Aerasi tanah yang baik menyebabkan di dalam

tanah cukup tersedia oksigen. Dengan demikian, akar tanaman mampu menyerap

unsur hara dan dapat berkembang dengan baik.

Pada lahan yang tidak beririgasi, pertumbuhan tanaman ini memerlukan

curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase

pembungaan dan pengisian biji tanaman jagung perlu mendapatkan cukup air.

Sebaiknya jagung ditanam diawal musim hujan, dan menjelang musim kemarau

(Syahriri, 2010). Tanah yang dikehendaki tanaman jagung adalah tanah bertekstur

liat yang banyak mengandung pasir. Lebih disukai bila tanah itu banyak

mengandung humus, gembur, dan berdrainase baik.

3.2 Pemilihan Sistem Irigasi

Pola pengoperasian irigasi curah (sprinkler) merupakan suatu pola

pengoperasian irigasi air tanah yang efektif dan efisien digunakan sebagai irigasi

konjungtive, yaitu air tanah yang dioperasikan secara terpadu.Waktu operasional

irigasi sprinkler air sprinkler.

Pada metode irigasi curah, air irigasi diberikan dengan cara

menyemprotkan air di Penyemprotan dilakukan dengan mengalirkan air

bertekanan melalui lubang kecil( orifice/nozzle) . Tekanan biasanya didapatkan

Page 11: Laporan Project Akhir Irdas h1

dengan pemompaan.Untuk mendapatkan penyebaran air yang seragam diperlukan

pemilihan ukuran nozzle ,tekanan operasional, spasing atau jarak antar yang

sesuai dan laju infiltrasi tanah (PSDA,2012)

Sistem irigasi sprinkler cocok untuk semua jenis tanah apabila tingkat

kegunaannya sesuai dengan kapasitas inflitrasi tanahnya. Termasuk juga pada

lahan marginal yang memiliki kapasitas infitrasi atau kapasitas menyimpan air

yang rendah, selain itu menurut Puslitbang Sumber Daya Air, (2012) keuntungan

dan juga kerugian dari sistem irigasi sprinkler sebagai berikut

a. Dapat mengontrol pemberian air pada tanaman sehingga dapat

mengurangi tingkat pertumbuhan tanaman yang vegetative dan

memperbesar peluang tanaman untuk tumbuh secara generative

dimana akan meningkatkan produktivitas hasil panen.

b. Desain dapat dirancang secara fleksibel sesuai dengan jenis tanaman,

tenaga kerja yang tersedia dan penghematan energy

c. Dapat dilakukan fertigation atau pemberian nutrisi tanaman melalui

system irigasi Dapat digunakan untuk mengontrol iklim bagi

pertumbuhan tanaman

d. Dapat menjaga tanah tetap lembut agar cocok bagi pertumbuhan

seedling (persemaian)

e. Mempercepat perkecambahan dan penentuan panen

Kerugian Sistem Sprinkler

a. Memerlukan biaya investasi yang tinggi

b. Keseragaman distribusi air dapat terus menurun seiring dengan waktu

c. Angin sangat berpengaruh atas keseragaman distribusi air

d. Dapat mengakibatkan kanopi tanaman lembab dan mendatangkan

penyakit tanaman

e. Dapat merusak tanaman muda pada saat air disiramkan

Waktu operasional = (kebutuhan air tanaman / laju curah sprinkler)

Waktu penyiraman tanaman jagung dengan irigasi curah sesuai dengan

periode pertumbuhannya.

Page 12: Laporan Project Akhir Irdas h1

Irigasi curah dapat digunakan untuk mengairi berbagai jenis tanaman

asalkan tidak terlalu tinggi, karena tinggi sprinkler maksimum hanya sekitar 1,5 m

dari permukaan tanah dengan radius penyiraman 10 m.Penerapan irigasi sprinkler

di lahan kering memerlukan investasi awal yang mahal. Oleh karena itu, untuk

mengurangi beban petani, pemerintah hendaknya dapat berperan dalam

pendampingan dan penguatan kelembagaan di tingkat petani.Penguatan

kelembagaan penting artinya karena dengan kelembagaan yang kuat, pengelolaan

irigasi mikro dapat lebih baik.Pemilihan metode ini didasarkan juga pada

komoditas yang digunakan, polatanam, luasan lahan, dan sumber mata air

(Wiyono, 2008)

Metode irigasi yang dipilih yaitu irigasi sprinkler dengan menggunakan

solid set system,karena melihat kondisi di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian

Universitas Brawijaya di Ngijo, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang

memiliki curah hujan yang cukup tinggi. Daerah penanaman komoditas jagung

cenderung kering dikarenakan jauh dengan sumber air ,sehingga dengan

pemilihan metode irigasi ini diharapkan dapat lebih efisien.

Menurut Kalsim,dkk (2006) untuk irigasi sprinkler dengan menggunakan

solid set system pada tanaman semusim, pipa dan sprinkler dipasang setelah tanam

dan tetap di tempat selama musim pertumbuhan dan irigasi. Sesudah panen

perlengkapan dibongkar dan disimpan di gudang peralatan untuk digunakan pada

musim berikutnya

Jika mengairi tanaman tahunan seperti buah-buahan, maka jaringan pipa

dan sprinkler sering kali tetap di tempat dari musim kemusim.Dalam kasus

Page 13: Laporan Project Akhir Irdas h1

inisistem tesebut disebut sebagai sistem permanen.Umumnya pada sistem

permanen jaringan perpipaan ditanam di bawah tanah untuk menghindari

kerusakan dari kendaraan pertanian yang lewat, atau dipasang permanen di atas

tanaman.Umumnya pada sistem solid atau permanen hanya sebagian dari sistem

bekerja secara simultan.Hal initergantung pada ukuran pipa dan jumlah air

tersedia. Debit aliran disalurkan dari satu blok ke blok lainnya melalui hidran atau

katup. Pada kondisi khusus misalnya untuk pencegahan kabut beku (frost)

diperlukan operasi simultan di seluruh lahan. Sistem solid atau permanen ini

memerlukan tenaga kerja jauh lebih sedikit dari pada sistem bergerak dan juga

memerlukan tenaga trampil lebih sedikit. Akan tetapi investasi awalnya lebih

besar karena jumlah pipa, sprinkler, dan perlengkapannya akan lebih banyak.

Page 14: Laporan Project Akhir Irdas h1

3.3 Desain plot irigasi ( sket )

Page 15: Laporan Project Akhir Irdas h1

BAB. IV

KEBUTUHAN AIR DAN JADWAL IRIGASI

4.1. Kebutuhan Air Tanaman (Etc atau CWR)

a. Data Iklim

Dari data iklim dapat dijelaskan bahwa nilai rata-rata temperatur minimum

dari bulan januari sampai dengan bulan desember sebesar 19.8° C. nilai rata-rata

temperatur maksimum sebesar 28° C. nilai rata-rata kelembapan dari bulan januari

sampai bulan desember sebesar 78 % . nilai rata-rata kecepatan angin dalam

setahun sebesar 196 km/hari. nilai rata-rata intensitas matahari dalam setahun

sebesar 7.9 jam. nilai rata-rata radiasi matahari dalam setahun sebesar 20.7

MJ/m/hari. Terakhir nilai rata-rata evapotranspirasi dalam setahun sebesar 4.34

mm/hari.

Page 16: Laporan Project Akhir Irdas h1

b. Data Curah Hujan

Dari data curah hujan dapat dijelaskan bahwa nilai total hujan dalam

satuan mm dari bulan januari sampai bulan desember sebesar 1326.2 mm. Nilai

total hujan efektif dalam satuan mm dari bulan januari sampai bulan desember

sebesar 846.6 mm. dari data yang didapatkan diketahui bahwa total hujan efektif

lebih kecil dari pada curah hjan yang ada. Sehingga tidak perlu melakukan irigasi

secara intensif.

c. Data Jenis Tanaman

Dari data jenis tanaman, data yang digunakan yaitu data tanaman jagung

yang ditanam pada tanggal 25 mei 2015 yang mempunyai tahap inisiasi selama 20

Page 17: Laporan Project Akhir Irdas h1

hari, tahap perkembangan selama 35 hari, tahap pertengahan selama 40 hari, dan

tahap akhir selama 30 hari. Apabila di total dari tahap inisiasi sampai tahap akhir

tanaman jagung mempunyai umur 125 hari. Dari total umur jagung yang selama

125 hari maka jagung siap dipanen pada tanggal 26 September 2015.

d. Data Jenis Tanah

Jenis tanah yang ada pada lahan ngijo merupakan jenis tanah dominan

lempung yang mempunyai total kemampuan memegang air sebesar 290 mm/m.

Nilai maksimum infiltrasi air hujan sebesar 40 mm/hari. Kedalaman akar pada

jenis tanah ini sedalam 1,5 cm. nilai kemampuan initial tanah sebesar 290 mm/m.

Page 18: Laporan Project Akhir Irdas h1

e. Data Kebutuhan Air Tanaman

Data kebutuhan air tanaman jagung yang ditanam pada tanggal 25 mei

2015 menunjukan bahwa nilai total evapotranspirasi dari tahap inisiasi tanaman

sampai tahap akhir tanaman sebesar 488.4 mm/dec. Nilai total hujan efektif dalam

satuan mm/dec sebesar 51.2 mm/dec. Nilai total kebutuhan irigasi dari tahap

inisiasi sampai tahap akhir tanaman sebesar 439.8 mm/dec. Menurut Subandi

( 1988 ) Kebutuhan air yang terbanyak pada tanaman jagung adalah stadia

pembungaan dan stadia pengisian biji. Tanaman jagung pacta masa pertumbuhan

membutuhkan 45-60 cm air.

e. Grafik Kebutuhan Air Tanaman

Page 19: Laporan Project Akhir Irdas h1

Grafik kebutuhan air tanaman menunjukan bahwa grafik berwarna hijau

menunjukan kebutuhan air tanaman dengan satuan mm/dec, sedangkan grafik

berwarna biru menunjukan kebutuhan irigasi dengan satuan mm/dec. Dilihat dari

grafiknya kebutuhan air terbanyak pada fase pertengahan pertumbuhan

dibandingkan dengan fase inisiasi, perkembangan, dan fase akhir.

4. 2 Kebutuhan Air Irigasi (IWR)

1. Irrigate at critical depletion (100%)-Refill soil to 100% Field capacity

Dari tabel tersebut bisa dilihat yield red. 0,0 % dengan field eff. 70%

menggunakan irigasi sprinkle (curah) dan eff. Rain sebesar 89,4 % terdapat 2 kali

perlakuan atau penjadwalan irigasi diantaranya :

Pada 25 juli dimana 62 HST stage mid didapatkan net irr(jumlah air yang

dibutuhkan pertanaman) sebesar 160,3 mm, lalu gr irr(jumlah air yang

dibutuhkan tanaman berserta air yang terpakai untuk run off dll) adalah sebesar

229,1 mm. untuk flow (sisa air yg masih ada dilahan) didapatkan 0,43 l/s/ha.

Pada 25 agustus dimana 93 HST stage mid didapatkan net irr(jumlah air

yang dibutuhkan pertanaman) sebesar 161,6 mm, lalu gr irr(jumlah air yang

dibutuhkan tanaman berserta air yang terpakai untuk run off dll) adalah sebesar

230,9 mm. untuk flow (sisa air yg masih ada dilahan) didapatkan 0,86 l/s/ha.

Page 20: Laporan Project Akhir Irdas h1
Page 21: Laporan Project Akhir Irdas h1

2. Irrigate at critical depletion (100%)- Refill soil to 50% Field capacity

Dari tabel tersebut bisa dilihat yield red. 0,0 % dengan field eff. 70%

menggunakan irigasi sprinkle (curah) dan eff. Rain sebesar 89,4 % terdapat 3 kali

perlakuan atau penjadwalan irigasi diantaranya :

Pada 25 juli dimana 62 HST stage mid didapatkan net irr(jumlah air yang

dibutuhkan pertanaman) sebesar 80,6 mm, lalu gr irr(jumlah air yang dibutuhkan

tanaman berserta air yang terpakai untuk run off dll) adalah sebesar 115,1 mm.

untuk flow (sisa air yg masih ada dilahan) didapatkan 0,21 l/s/ha.

Pada 10 agustus dimana 78 HST stage mid didapatkan net irr(jumlah air

yang dibutuhkan pertanaman) sebesar 82,7 mm, lalu gr irr(jumlah air yang

dibutuhkan tanaman berserta air yang terpakai untuk run off dll) adalah sebesar

118,2 mm. untuk flow (sisa air yg masih ada dilahan) didapatkan 0,85 l/s/ha.

Pada 26 agustus dimana 94 HST stage mid didapatkan net irr(jumlah air

yang dibutuhkan pertanaman) sebesar 84,6 mm, lalu gr irr(jumlah air yang

dibutuhkan tanaman berserta air yang terpakai untuk run off dll) adalah sebesar

120,8 mm. untuk flow (sisa air yg masih ada dilahan) didapatkan 0,87 l/s/ha.

Page 22: Laporan Project Akhir Irdas h1

3. Irrigate at given ET crop reduction perstage- Refill soil to 100% Field

capacity

Dari tabel tersebut bisa dilihat yield red. 0,0 % dengan field eff. 70%

menggunakan irigasi sprinkle (curah) dan eff. Rain sebesar 89,4 % terdapat 1 kali

perlakuan atau penjadwalan irigasi diantaranya :

Pada 13 agustus dimana 81 HST stage mid didapatkan net irr(jumlah air

yang dibutuhkan pertanaman) sebesar 227,8 mm, lalu gr irr(jumlah air yang

dibutuhkan tanaman berserta air yang terpakai untuk run off dll) adalah sebesar

325,4 mm. untuk flow (sisa air yg masih ada dilahan) didapatkan 0,46 l/s/ha.

Page 23: Laporan Project Akhir Irdas h1

4. Irrigate at critical depletion (100%)- Fixed application depth (50mm)

Dari tabel tersebut bisa dilihat yield red. 0,0 % dengan field eff. 70%

menggunakan irigasi sprinkle (curah) dan eff. Rain sebesar 89,4 % terdapat 5 kali

perlakuan atau penjadwalan irigasi diantaranya :

Pada 25 juli dimana 62 HST stage mid didapatkan net irr(jumlah air yang

dibutuhkan pertanaman) sebesar 50,0 mm, lalu gr irr(jumlah air yang dibutuhkan

tanaman berserta air yang terpakai untuk run off dll) adalah sebesar 71,4 mm.

untuk flow (sisa air yg masih ada dilahan) didapatkan 0,92 l/s/ha.

Pada 4 agustus dimana 72 HST stage mid didapatkan net irr(jumlah air

yang dibutuhkan pertanaman) sebesar 50,0 mm, lalu gr irr(jumlah air yang

dibutuhkan tanaman berserta air yang terpakai untuk run off dll) adalah sebesar

71,4 mm. untuk flow (sisa air yg masih ada dilahan) didapatkan 0,92 l/s/ha.

Pada 14 agustus dimana 82 HST stage mid didapatkan net irr(jumlah air

yang dibutuhkan pertanaman) sebesar 50,0 mm, lalu gr irr(jumlah air yang

dibutuhkan tanaman berserta air yang terpakai untuk run off dll) adalah sebesar

71,4 mm. untuk flow (sisa air yg masih ada dilahan) didapatkan 0,92 l/s/ha.

Pada 23 agustus dimana 91 HST stage mid didapatkan net irr(jumlah air

yang dibutuhkan pertanaman) sebesar 50,0 mm, lalu gr irr(jumlah air yang

dibutuhkan tanaman berserta air yang terpakai untuk run off dll) adalah sebesar

71,4 mm. untuk flow (sisa air yg masih ada dilahan) didapatkan 0,92 l/s/ha.

Pada 8 september dimana 107 HST stage mid didapatkan net irr(jumlah air

yang dibutuhkan pertanaman) sebesar 50,0 mm, lalu gr irr(jumlah air yang

Page 24: Laporan Project Akhir Irdas h1

dibutuhkan tanaman berserta air yang terpakai untuk run off dll) adalah sebesar

71,4 mm. untuk flow (sisa air yg masih ada dilahan) didapatkan 0,92 l/s/ha.

Grafik kebutuhan irigasi tanaman menunjukkan bahwa garis coklat nilai

dari RAM, garis hijau merupakan garis TAM, dan grafik warna merah merupakan

nilai kekurangan air. Apabila grafik semakin mendekati garis coklat harus

dilakukan pemberian irigasi. Apabila melebihi garis coklat tanaman akan

mengalami titik layu dan apabila tidak di cegah maka tanaman akan mati.

Page 25: Laporan Project Akhir Irdas h1

5. Rainfed (No Irrigation)

Dari tabel tersebut bisa dilihat yield red. 42,6 % dengan field eff. 70%

tanpa menggunakan irigasi sprinkle (curah) dan eff. Rain sebesar 89,4 % di sini

hanya mengandalkan air hujan saja

Page 26: Laporan Project Akhir Irdas h1

4.3 Jadwal Irigasi dan Debit Pemberian Air sesuai dengan Metode

Irigasinya.

Jadwal

/dec

KC Kebutuhan

Irigasi

EDR

(mm/jam)

Waktu

irigasi

(jam)

May (3) 0,3 2,2 1,76 x10-3 1,25

Juni (1) 0,3 5,8 1,76 x10-3 3,3

Juni (2) 0,37 14,9 1,76 x10-3 8,5

Juni (3) 0,61 25,2 1,76 x10-3 14,3

Juli (1) 0,87 35,3 1,76 x10-3 20,1

Juli (2) 1,11 47,2 1,76 x10-3 26,8

Juli (3) 1,18 56,7 1,76 x10-3 32,2

Agustus (1) 1,18 51,7 1,76 x10-3 29,4

Agustus (2) 1,18 52,2 1,76 x10-3 29,7

Agustus (3) 1,15 59,2 1,76 x10-3 33,6

September

(1)

0.92 45,4 1,76 x10-3 25,8

September

(2)

0,64 33,6 1,76 x10-3 19,1

September

(3)

0,42 10,4 1,76 x10-3 6

Dapat dijelaskan bahwa pemberian irigasi pada tanaman jagung yang

pertama dilakukan pada bulan mei yang diaplikasikan sampai tiga periode dengan

waktu irigasi selama 1,25 jam dengan kebutuhan irigasi sebesar 2,2 mm/periode.

kebutuhan irigasi yang dibutuhkan paling tinggi yaitu pada bulan agustus sebesar

59,2 mm/periode yang dilakukan sebanyak 3 periode selama 33,6 jam.

Page 27: Laporan Project Akhir Irdas h1

V. Kesimpulan

Dari hasil analisis hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa dalam

menentukan suatu irigasi kita harus mengetahui kondisi aktual, kondisi iklim,

kondisi tanah, pemilihan jenis tanaman dan sistem irigasi yang sesuai dengan

kondisi dilahan. Selain itu pemilihan sistem irigasi juga tergantung dari keadaan

topografi, biaya, dan teknologi yang tersedia. Pada lahan Jagung yang kita

gunakan di Desa Kepuharjo, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang di

dapatkan nilai kebutuhan air tanaman pada setiap dekadenya berbeda, tergantung

pada fase pertumbuhan, nilai Kc, dan ETo.

Kebutuhan air irigasi dimulai pada awal bulan Mei. Karena bulan

tersebut merupakan awal musim kemarau. Kadar air tanah mulai menurun, dan

kebutuhan air tanaman tidak terpenuhi. Hujan efektif juga lebih kecil daripada

nilai ETc, sehingga tanaman membutuhkan irigasi. Dengan efisiensi yang di

gunakan adalah 70 % karena irigasi yang digunakan merupakan irigasi

Springkler. Pemilihan irigasi Springkler di lakukan dengan pertimbangan bahwa,

tanaman jagung juga tergolong tanaman C4, tanaman yang membutuhkan air

tidak terlalu banyak , terutama saat memasuki musim penghujan dan sistem irigasi

permukaan ini sesuai untuk semua kondisi lahan.

Page 28: Laporan Project Akhir Irdas h1

Daftar Pustaka

Aksi Agraris Kanisius (AAK). (1993). Teknik Bercocok TanamJagung. Kanisius

Yogyakarta.

Barnamakusumah, R. 1978. Erosi, Penyebab, Dan Pengedaliannya. Bandung:

Yayasan Penerbit Fak. Pertanian UNPAD.

Direktorat Pendidikan Tinggi, DEPDIKBUD.1998.Tanah dan

Lingkungan.Jakarta: DIKTI

Harniati, Revi Marsusi, Djamaluddin Sahari, dan Purnawati. (2000). Teknologi

Budidaya Tanaman Jagung Di Lahan Kering. Lokasi

PengkajianTeknologi Pertanian Pontianak. Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian Pontianak.

Kalsim, dkk. 2006.Teknik Irigasi dan Drainase. Departemen Teknik Pertanian

Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Mawardi, Erman dan Moch. Memed. 2006. Desain Hidraulik Bendung Tetap

Untuk Irigasi Teknis. Bandung: Alfabeta.

Purwanto. 2003. Pengaruh Alih Fungsi Lahan kawasan Baturraden Terhadap

Debit AirSungai Banjaran. Jurnal Ilmiah Unsoed, Lembaga Penelitian,

Unsoed. Purwokerto.

Puslitbang Sumber Daya Air. 2012. Metode Perencanaan Sistem Irigasi

Sprinkler. http://psda.jabarprov.go.id/. Diakses pada tanggal 31 Mei

2015

Rawls, W.J., Y.A. Pachepsky, J.C. Ritchie, T.M. Sobecki dan H. Bloodworthc.

2003.Effect of soil organic carbon on soil water retention. Geoderma

116 (2003) 61– 76.

Subandi, I. Manwan, and A. Blumenischein, 1988. National Coordinated

Research Program : Corn. Central Research Institute for Food Crops.

Bogor.p.83

Page 29: Laporan Project Akhir Irdas h1

Suripin. 2004. Peleestarian Sumberdaya Tanah dan Air. Yogyakarta: Penerbit

ANDI.

Sutanto, Rahman.2005.Ilmu Tanah, Konsep dan Kenyataan.Yogyakarta:2005

Syahriri.2010. Budidaya Jagung (http://syahriri.blogspot.com/200711/09

/budidaya-jagung.html. diakses 25 Mei 2015)

Wiyono, J. 2008. Kemarau Datang, Irigasi Mikro pada Lahan Kering Jadi

Pilihan. Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian

Page 30: Laporan Project Akhir Irdas h1

LAPORAN PROJECT AKHIR

”IRIGASI DAN DRAINASE”

Disusun Oleh:

KELOMPOK H-1

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2015

Page 31: Laporan Project Akhir Irdas h1

ANGGOTA KELOMPOK

Disusun Oleh:

KELOMPOK H-1

Asisten: Fahma Sariahta Berutu

ANGGOTA

1. ANNISA NURFAZRINA 125040218113022

2. SRI ENDAH AGUSTINA 135040200111036

3. MOH HAMDANI RUSDI 135040200111051

4. MUALIF ADI SAPUTRA 135040200111054

5. MIFTACHUL FITRIYAH 135040200111059

6. SYAWALIA PUTRI M 135040200111064

7. PUPUT WAHYUNINGSIH 135040200111066

8. RENDRI PUSPITA DEWI 135040200111068

9. FARDIANSYAH NASUTION 135040200111069

10. NITA KARMELINA 135040200111079

11. WULAN KARTIKA W 135040200111089

12. ALMIRA WIDIANTARI P 135040200111092

13. HISKIA TARIGAN 135040200111109

14. JEFFRY PURBA 135040200111112

15. DEDI SUTRISNO 135040200111130

16. RA PUTRI HUSADANING 135040200111136

17. REZA MUHAMMADI 135040200111157

18. TRIA YULIANTI 135040200111161

19. ALIF NUR RIZKI 135040200111173

20. AULIA AZIZAH 135040200111195

21. HARDIANTO 135040200111197

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2015