makalah patofisiologi akhir

22
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam sistem muskuloskletal, tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh dan tempat untuk melekatnya otot-otot yang menggerakkan kerangka tubuh. Ruang ditengah tulang-tulang tertentu berisi jaringan hematopoietik yang membentuk berbagai sel darah. Tulang juga merupakan tempat primer untuk meyimpan dan mengatur kalsium dan fosfat. 1 Komponen-komponen nonselular utama dari jaringan tulang adalah mineral-mineral dan matriks organik (kolagen dan proteoglikan). Kalsium dan fosfat membentuk suatu garam kristal (hidroksiapatit), yang tertimbun pada matriks kolagen dan proteoglikan. Mineral-mineral ini menempatkan kekuatan tulang. Matriks organik tulang disebut juga sebagai suatu osteoid. Sekitar 70% dari osteoid adalah kolagen tipe I yang kaku dan memberikan daya rentang tinggi pada tulang. Mataeri organik lain yang juga menyusun tulang berupa proteoglikan seperti asam hyaluronat. 1 Hampir semua tulang berongga di bagian tengahnya. Struktur demikian memaksimalkan kekuatan struktural tulang dengan bahan yang relatif kecil atau ringan. Kekuatan tambahan diperoleh dari susunan kolagen dan mineral dalam 1

Upload: ikhwan-medhy-paputungan-korompot

Post on 25-Dec-2015

42 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

paul

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam sistem muskuloskletal, tulang membentuk rangka penunjang dan

pelindung bagi tubuh dan tempat untuk melekatnya otot-otot yang menggerakkan

kerangka tubuh. Ruang ditengah tulang-tulang tertentu berisi jaringan hematopoietik

yang membentuk berbagai sel darah. Tulang juga merupakan tempat primer untuk

meyimpan dan mengatur kalsium dan fosfat.1

Komponen-komponen nonselular utama dari jaringan tulang adalah mineral-

mineral dan matriks organik (kolagen dan proteoglikan). Kalsium dan fosfat membentuk

suatu garam kristal (hidroksiapatit), yang tertimbun pada matriks kolagen dan

proteoglikan. Mineral-mineral ini menempatkan kekuatan tulang. Matriks organik tulang

disebut juga sebagai suatu osteoid. Sekitar 70% dari osteoid adalah kolagen tipe I yang

kaku dan memberikan daya rentang tinggi pada tulang. Mataeri organik lain yang juga

menyusun tulang berupa proteoglikan seperti asam hyaluronat.1

Hampir semua tulang berongga di bagian tengahnya. Struktur demikian

memaksimalkan kekuatan struktural tulang dengan bahan yang relatif kecil atau ringan.

Kekuatan tambahan diperoleh dari susunan kolagen dan mineral dalam jaringan tulang.

Jaringan tulang dapat berbentuk anyaman atau lamelar1.

Menurut sebuah referensi, fraktur adalah patah tulang 3. Referensi lain

mengatakan bahwa fraktur adalah patahnya suatu bagian atau kerusakan pada tulang.

Fraktur merupakan efek dari gangguan pada sistem muskuloskletal 4. Sistem

muskuloskletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan bertanggung jawab terhadap

pergerakan. Komponen utama sistem muskuloskletal adalah jaringan ikat. Sistem ini

terdiri dari tulang, sendi, otot rangka, tendon, ligament, bursa, dan jaringan-jaringan

khusus yang menghubungkan struktur-struktur ini 2.

Gejala klasik fraktur adalah adanya riwayat trauma, rasa nyeri, dan bengkak pada

tulang yang patah, deformitas, nyeri tekan, krepitasi, gangguan muskuloletal akibat nyeri,

putusnya kontuinitas tulang dan gangguan vascular. Kekuatan dan sudut dari tenaga

tersebut, keadaan tulang dan jaringan lemak di sekitar tulang akan menentukan apakah

1

fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. Fraktur lengkap terjadi apabila

seluruh tulang patah, sedangkaan pada fraktur tidak lengkap tidak melibatkan seluruh

tulang 2.

1.2 Rumusan Masalah

a. Bagaimana proses patofisiologi fraktur tulang?

b. Macam-macam klasifikasi fraktur tulang ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

a. Untuk mengetahui proses patofisiologi terjadinya fraktur tulang

b. Untuk mengetahui klasifikasi fraktur tulang

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui proses terjadinya fraktur

b. Untuk mengetahui macam-macam fraktur tulang

2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi fraktur

Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.

Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang dan jaringan lunak di sekitar

tulang akan menetukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap.

Fraktur lengkap apabila seluruh tulang patah, sedangkan pada fraktur tidak lengkap tidak

melibatkan seluruh ketebalan tulang.1

Menurut definisi lain, fraktur adalah patahnya suatu bagian atau kerusakan pada tulang 5.

2.2 Klasifikasi fraktur tulang

Ada beberapa istilah yang dipakai untuk menjelaskan macam-macam fraktur

tulang, ialah :

a. Sudut patah

a) Fraktur transversal

Fraktur ini adalah fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap

sumbu panjang tulang. Pada fraktur semacaam ini, segmen-segmen tulang

yang patah direposisi atau direduksi kembali ke tempatnya semula, maka

segmen-segmen itu akan stabil, dan biasanya mudah dikontrol dengan

bidai gips 1.

b) Fraktur oblik

Fraktur inii adalah fraktur yang garis patahnya membentuk sudut

terhadap tulang. Fraktur ini tidak stabil dan sulit di perbaiki 1.

c) Fraktur spiral

Fraktur ini timbul akibat torsi pada ekstremitas. Yang menarik

adalah bahwa jenis fraktur rendah energy ini hanya menimbulkan sedikit

kerusakan jaringan lunak, dan fraktur semacam ini cenderung cepat

sembuh dengan imobilisasi luar 1.

b. Fraktur multiple pada satu tulang

3

a) Fraktur segmental

Fraktur ini adalah dua fraktur yang berdekatan pada satu tulang

yang menyebabkan terpisahnya segmen yang menyebabkan terpisahnya

segmen sentral dari suplai darahnya. Fraktur semacam ini sulit ditangani.

Biasanya satu ujung yang tidak memiliki pembuluh darah menjadi sulit

untuk penyembuhan, dan keadaan ini mungkin memerlukan pengobatan

secara bedah 1.

b) Fraktur kominuta

Fraktur ini adalah serpihan-serpihan atau terputusnya keutuhan

jaringan dengan lebih dari dua fragmen tulang 1.

c. Farktur implikasi

a) Fraktur kompresi

Fraktur ini terjadi ketika dua tulang menumbuk (akibat tubrukan)

tulang ke tiga yang berada diantaranya, seperti satu vertebrata dengan dua

vertebrata lainnya. Pada orang muda, fraktur kompresi dapat disertai

retroperitoneal yang cukup berat. Seperti pada fraktur pelvis, pasien dapat

secara cepat mengalami syok hipovelemik dan meninggal jika tidak

dilakukan pemeriksaan denyut nadi, tekanan darah dan pernafasan secara

akurat dan berulang dalam 24-48 jam pertama setelah cedera 1.

d. Fraktur patologik

Fraktur ini terjadi pada daerah-daerah tulang yang menjadi lemah oleh karena

tumor atau proses patologik lainnya. Tulang sering menunjukkan penurunan

densitas. Penyebab yang paling sering dari fraktur-fraktur semacam ini adalah

tumor primer atau metastasis 1.

e. Frakur beban

Fraktur beban atau kelelahan terjadi pada orang-orang yang menambah

tingkat aktivitas mereka, seperti baru diterima untuk berlatih dalam angkatan

bersenjata atau orang-orang yng baru memulai latihan lari. Farktur semacam

ini akan sembuh dengan baik jika tulang diimobilisasi selama beberapa

minggu. Tetapi, jika tidak terdiagnosis, tulang-tulang itu dapat bergeser dri

tempat asalnya dan tidak menyembuh dengan seharusnya 1.

4

f. Fraktur Greenstick

Fraktur ini adalah fraktur tidak sempurna dan sering terjadi pada anak-anak.

Korteks tulangnya sebagian masih utuh, demikian juga periosteum 1.

g. Fraktur avulse

Fraktur ini memisahkan suatu fragmen tulang pada tempat insersi tendon

ataupun ligamen. Bila diduga mengalami ketidakstabilan sendi atau hal-hal

lainnya yang menyebabkan kecacatan, maka perlu dilakukan pembedahan

untuk membuang atau meletakkan kembali fragmen tulang tersebut pada

banyak kasus 1.

h. Fraktur sendi

Catatan khusus harus dibuat untuk fraktur yang melibatkan sendi, terutama

apabila geometri sendi terganggu secara bermakna. Jika tidak ditangani secara

tepat, cedera semacam ini menyebabkan osteoarthritis pasca trauma yang

progresif pada sendi yang cedera tersebut 1.

Menurut garis frakturnya, patah tulang dibagi menjadi fraktur komplit dan

inkomplit (termasuk fisura dan greenstick fracture), transversa, oblik, spiral, kompresi,

simpel, komunitif, segmental, kupu-kupu, dan implikasi (termasuk impresi dan

inklavasi).2

5

Gambar ; Tipe garis menurut frakturnya 3.

6

Menurut lokasi patahan dibagi menjadi epifisis, metafisis dan diafisis.5

7

2.3 Patofisiologi fraktur tulang

Gambar; Pathofisiologi Fraktur Tulang. 4

2.4 Diagnosis dan gejela klinis

Gejala klasik fraktur adalah adanya riwayat trauma, rasa nyeri dan bengkak di

bagian tulang yang patah, deformitas (angulasi, rotasi, diekspansi), nyeri tekan, krepitasi,

gangguan muskuloskletal akibat nyeri, putusnya kontinuitas tulang, dan gangguan

neurovaskular. Apabila gejala klasik itu ada, secara klinis diagnosis fraktur dapat

ditegakkan walaupun jenis konfigurasi frakturnya belum dapat ditentukan.2

Pemeriksaan radiologi dilakukan untuk menentukan jenis dan kedudukan fragmen

fraktur. Foto roentgen harus memenuhi beberapa syarat, yaitu letak patah tulang harus

diletakkan di pertengahan foto dan sinar harus menembus tempat ini secara tegak lurus.

8

Bila sinar menembus cahaya miring, gambar menjadi samar, kurang jelas dan berbeda

dari kenyataan. Harus selalu dibuat dua lembar foto dengan arah yang saling tegak lurus.

Persendian proksimal maupun distal harus tercakup dalam foto. Bila ada kesangsian atas

adanya patah tulang, sebaiknya dibuat foto yang sama dari ekstremitas kontralateral yang

sehat untuk perbandingan. Bila tidak diperoleh kepastian tentang adanya kelainan seperti

fisura, sebaiknya foto diulang setelah satu minggu; retak akan menjadi nyata karena

hyperemia setempat di sekitar tulang yang retak itu akan tampak sebagai “dekalsifikasi”.

Osteoporosis pascatrauma merupakan tanda Rroentgenologik normal pascatrauma yang

disebabkan oleh hyperemia local pasca penyembuhan.2

Pemeriksaan khusus seperti CT-scan atau MRI kadang diperlukan, misalnya pada

kasus fraktur vertebra yang disertai gejala neurologis.2

2.5 Penatalaksana

Prinsip menangani fraktur adalah mengembalikan posisi patahan tulang ke posisi

semula (reposisi) dan mempertahankan posisi itu selama masa penyembuhan patah tulang

(imobilisasi).2

Reposisi yang dilakukan tidak harus mencapai keadaan sempurna seperti semula

karena tulang mempunyai kemampuan remodeling (swapugar).2

Cara pertama penanganan adalah proteksi saja tanpa reposisi dan imobilisasi.

Pada fraktur dengan dislokasi fragmen patahan yang minimal atau tidak akan

menyebabkan cacat dikemudian hari, cukup lakukan dengan proteksi saja,

misalnyadengan menggunakan mitella (penyangga) atau sling. Contoh kasus yang

ditangani dengan cara ini adalah fraktur iga, fraktur clavicula, dan fraktur vertebrata

dengan kompresi minimal.2

Cara kedua ialah imobilisasi luar tanpa reposisi, tetapi tetap diperlukan

imobilisasi agar tidak terjadi dislokasi fragmen. Contoh cara ini adalah patah tulang

tungkai bawah tanpa dislokasi yang penting.2

Cara ketiga berupa reposisi dengan cara manipulasi yang diikuti dengan

imobilisasi. Ini dilakukan pada patah tulang dengan dislokasi fragmen yang berarti seperti

pada patah tulang radius distal.2

9

Cara keempat berupa reposisi yang diikuti dengan traksi terus menerus selama

masa tertentu, misalnya beberapa minggu, lalu diikuti dengan imobilisasi. Hal ini

dilakukan pada patah tulang yang bila direposisi akan terdislokasi kembali didalam gips,

biasanya pada fraktur yang dikelilingioleh otot yang kuat seperti pada patah tulang

femur.2

Cara kelima berupa reposisi yang diikuti dengan imobilisasi dengan fiksasi luar.

Fiksasi fragmenn fraktur menggunakan pin baja yang ditusukkan pada fragmen tulang,

kemudian pin baja tadi disatukan secara kokoh dengan batangan logam diluar kulit. Alat

ini dinamakan fiksator eksterna.2

Cara keenam berupa reposisi secara non-operatif diikuti dengan pemasangan

fiksator tulang secara operatif, misalnya reposisi tulangpatah tulang femur. Fragmen

direposisi secara non-operatif dengan meja traksi; setelah tereposisi, dilakukan

pemasangan prosthesis pada kolumna femur secara operatif.2

Cara ketujuh berupa secara operatif diikuti dengan fiksasi interna. Cara ini juga

disebut sebagai reduksi terbuka fiksasi interna (open reduction internal fixation, ORIF).

Fiksasi interna yang dipakai biasanya berupa pelat dan sekrup. Keuntungan tercapainya

reposisi yang sempurna dan fiksasi yang kokoh sehingga pascaoperasi tidak perlu lagi

dipasang gips dan mobilisasi segera bias dilakukan. Kerugiannya adalah adanya resiko

infeksi tulang. ORIF biasanya dilakukan pada fraktur femur, tibia, humerus, antebrakhia.2

Cara yang terakhir berupa eksisi fragmen patahan tulang dan menggantinya

dengan prosthesis, yang dilakukan pada patah tulang kulomna femur. Kaput femur

dibuang secara operatif lalu diganti dengan prosthesis. Penggunaan prosthesis dipilih jika

kolum femur tidak dapat disambungan kembali, biasanya pada orang lanjut usia.2

Khusus untuk fraktur terbuka, perlu diperhatikan bahaya terjadinya infeksi, baik

infeksi umum (bakteremia) maupun infeksi local pada tulang yang bersangkutan

(osteomeilitis). Pencegahan infeksi harus dilakukan sejak awal pasien masuk rumah sakit,

yaitu debrideman yang adekuat dan pemberian antibiotic profilaksi serta imunisasi

tetanus. Untuk fraktur terbuka, secara umum lebih baik dilakukan fiksasi eksterna

bandingkan fiksasi interna. Penutupan defek akibat kehilangan jaringan lunak dapat

ditunda (deleyed primery closure ) sampai keadaan luka vital aman dan bebas infeksi.

10

Yang paling sederhana, menutup dengan graft kulit setelah mengikis periosteum agar

skin graft bias tetap hidup, hingga menutupi luka dengan flap.2

2.6 Komplikasi

Komplikasi patah tulang dibagi menjadi komplikasi segara, komplikasi dini, dan

komplikasi lambat. Komplikasi segera terjadi pada saat terjadinya patah tulang atau

segera setelahnya; komplikasi dini terjadi dalam beberapa hari setelah kejadian; dan

komplikasi lambat terjadilama setelah patah tulang. Ketiganya dibagi masing-masing

menjadi komplikasi local dan umum.2

Komplikasi segera dan setempat merupakan kerusakan yang langsung disebabkan

oleh trauma, selain patah tulang atau dislokasi. Trauma kulit dapat berupa kontusio,

abrasi, laserasi, atau luka tembus. Kulit yang terkontusi walaupun masih kelihatan utuh,

mudah sekali mengalami infeksi dn gangguan perdarahan. Hal ini merupakan malapetaka

kerana dapat menjadi patah tulang terbuka disertai osteomeilitis. Perawatan kontusio kulit

tidak boleh menimbulkan tekanan atau tegangan. Balutan haru longgar dan pemasangan

gips harus diberikan bantalan yang tepat.2

Sindrom kompartemen harus segera ditangani dengan pembebasan pembuluh

darah dengan reposisi luksasi atau fraktur atau dekompresi komprtemen dengan

fasiotomi. Rusaknya pembuluh darah akibat trauma juga harus diatasi, bila perlu operasi.2

Komplikasi lama meliputi kegagalan pertautan (non-union), salah taut (malunion),

terlambat bertaut (delayed union), ankilosis, kontraktur, mioitis osifikans, dan berbagai

penyakit akibat tirah berbaring lama karena gangguan mobilisasi. Perlu diingat dapat juga

terjadi gangguan pertumbuhan pada frakturyang mencederai lempeng epifisi. Patah

tulang rekuren dapat terjadiakibat pembebanan terlalu dini. Pada fiksasi interna,

pembebananyang berlebihan harus dihindari selama beberapa minggu.2

Dapat terjadi penulangan otot (miositis osifikans) yang sebenarnya merupakan

klasifikasi hematomyang disertai fibrosis – walaupun jarang ditemukan. Bila kelainan ini

tersebar luas diotot, yangjarng didapatkan, mungkin timbul keluhan dan gangguan.2

Penyulit yang berat sekali adalah ialah distrofi refleks simpatik yang biasanya

ditemukan pada ekstremitas atas, tetapi juga didapat pada tungkai. proses yang disebut

11

juga ssindrom bahu-tangan atau distrofi simpatik paling sering ditemukan setelah patah

tulang radius distal, tetapi juga didapatkan setelah cedera lengan bawah atau pergelangan

tangan dengan atau tanpa patah tulang. Sindrom ini juga ditemukan disekitar tungkai

bawah, pergelangan kaki, dan kaki setelah cedera tungkai bawah. Tanda khasnya ialah

nyeri hebat kontinu, nyeri tekan difus, bengkak, hyperemia, indurasi tangan, dan

kekakuan mulai dari jari yang akhirnya dapat berkembang menjadi hipotrofi otot dan

kontraktur dengan kekakuan tak berpulih (irreversible). Nyeri, bengkak, dan kekakuan

yang berlebihan dan menetap merupakan trias dasar distrofi refleks ini. Selain itu,

terdapat kemerahan atau kebiruan tangan, disertai panas dan kelainan sudomotorik

(kelainan perangsangan keluarnya keringat) serta otot atrofi. Penyebab ditrofi ini tidak

diketahui. Gejala dan tandanya disebabkan oleh hiperaktivitas sistem saraf simpatik.

Pengelolah kelainan ini sukar. Penderita tidak perlu memaksakan diri untuk

menggerakkan persendian yang nyeri. Jika dengan tindakan simptomatik keluhan tidak

dapat dikurangi, dapat dilakukan simpatektomi. Bimbingan fisioterapi dapat

menghasilkan perbaikan, asal gerak tidak dipaksakan.2

2.7 Prognosis

Prognosis pada fraktur tulang tergantung dari macam-macam fraktur tersebut sehingga

pada penyembuhannya kadang membutuhkan waktu yang sangat lama, adapun yang

penyembuhannya cepat dan kadang juga harus menjalani amputasi dibagian yang

memang sudah tidak dapat di pertahankan.

12

BAB III

PEMBAHASAN

Fraktur adalah patah tulang yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik

sehingga kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak disekitar

tulang akan menentukan apakah patah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap.

Adapun riwayat trauma rasa nyeri dan bengkak dibagian tulang yang patah, deformitas, nyeri

tekan, krepitasi, gangguan fungsi muskuloletal akibat nyeri, putusnya kontuinitas tulang, dan

gangguan neurovascular.5

Secara klinis, fraktur dibagi menurut ada-tidaknya hubungan patahan tulang dengan

dunia luar, yaitu fraktur tertutupp dan terbuka memungkinkan masuknya kuman dari luar ke

dalam luka. Menurut garis fraktur nya patah tulang menjadi komplit dan inkomplit. 2

Ada beberapa istilah yang di pakai dalam menjelaskan bagaimana menjelaskan fraktur

tulang, yaitu :

1. Sudut patah

i. Fraktur spiral

j. Fraktur oblik

k. Fraktur spiral

2. Fraktur multiple pada satu tulang

l. fraktur segmental

m. fraktur kominuta

3. Fraktur implikasi

n. fraktur kompresi

4. Fraktur patologik

5. Fraktur beban

6. Fraktur greentick

7. Fraktur avulse

8. Fraktur sendi

13

Khususnya untuk fraktur terbuka, perlu diperhatikan bahaya terjadinya infeksi,

baik infeksi umum (bakterimia) maupun infeksi local pada tulang bersangkutan.

Pencegeahan infeksi pada pasien harus segera dilakukan, yaitu debridement yang adekuat

dan pemberian antibiotic profilaksi serta imunisasi tetanus. Penutupan defekakibat

kehilangan jaringan lunak dapat ditunda sampai keadaan luka vital aman dan bebas

infeksi. Yang paling sederhana adalah menjahit sederhana, menutup dengan graft kulit

setelah mengikis periosteum agar skin graft bisa hidup.2

Secara klinis fraktur dibagi menurut ada tidaknya hubungan patahan tulang

dengan dunia luar, yaitu fraktur tertutup dan fraktur terbuka. Fraktur terbuka

memungkinkan masuknya kuman dari luar ke dalam luka. Patah tulang terbuka dibagi

menjadi tiga derajat yaitu ditentukan oleh besar ringannya luka dan fraktur yang terjadi.2

Derajat Luka Fraktur

I Laserasi <1 cm

Kerusakan jaringan tidak berarti

Sederhana, dislokasi fragmen

minimal

II Laserasi >1 cm

Tidak ada kerusakan jaringan yang hebat atau

avulsi

Ada kontaminasi

Dislokasi fragmen jelas

III Luka lebar dan rusak hebat atau hilangnya

jaringan disekitarnya

Kontaminasi hebat

Komunitif, segmental, fragmen

tulang ada yang hilang

Tabel 1. Derajat fraktur terbuka 3

Pemeriksaan radiologi dilakukan untuk menentukan jenis dan kedudukan fragmen

fraktur. Foto roentgen harus memenuhi beberapa syarat, yaitu letak patah tulang harus diletakkan

di pertengahan foto dan sinar harus menembus tempat ini secara tegak lurus. Bila sinar

menembus cahaya miring, gambar menjadi samar, kurang jelas dan berbeda dari kenyataan.

Pemeriksaan khusus seperti CT-scan atau MRI kadang diperlukan, misalnya pada kasus fraktur

vertebra yang disertai gejala neurologis.2

14

Adapun cara-cara penanganan macam-macam fraktur yang di bagi dalam beberapa cara

dan sesuai dengan garis patahan, sudut patahannya, dan cirri-ciri patahan tulang tersebut. pada

penanganannya pun membutuhkan perhatian penuh agar tidak terjadi infeksi pada jaringan-

jaringan tersebut sehingga memberikan efek yang kurang bagus dan bisa terjadi proses bedah

amputasi, maka penanganan yang benar dan tepat memberikan hasil yang baik.1

15

BAB IV

PENUTUP

a. Kesimpulan

Fraktur adalah patah tulang, yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga

fisik.kekuatan dan sudut kekerasan, kondisi dasar tulang, dan jaringaan lunak

disekitarnya menentukan fraktur yang terjadi merupakan fraktur lengkap terjadi

sepanjang tulang atau tidak lengkap yang tidak meluas ke seluruh ketebelan tulang.

Fraktur juga dibagi dalam beberapa istilah yang menggambarkan bagaimana kondisi

fraktur tersebut.1

Fraktur tertutup atau simple merupakan fraktur dengan kulit yang tidak

mengalami perforasi, sehingga lokasi fraktur tidak terpajan lingkungan luar sedangkan

fraktur terbuka atau gabungan adalah fraktur dengan kulit yang tertembus pada

ektremitas. Pada kondisi fraktur yang terjadi kita dapat mengetahui bagaimana garis

terjadinya fraktur, dari yang tertutup sampai yang fraktur terbuka.2

Kita dapat mengetahui bagaiman terjadinya fraktur dari pemeriksaan radiologi

dan Pemeriksaan khusus seperti CT-scan atau MRI sehingga kita dapat menentukan

bagaimana cara pengobatan fraktur tersebut.2

16