ltm gastro 2

Upload: shela-putri-sundawa

Post on 09-Jul-2015

191 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

LTM Gastro Intestinal II Keracunan Shela Putri Sundawa, 0806324500========================================================== Baygon merupakan suatu pestisida jenis insektisida yang dibuat dengan tujuan untuk membunuh serangga1. Menurut US Environmental Protection Agency, pestisida berarti semacam substansi atau campuran substansi yang bertujuan untuk mencegah, menghancurkan, menolak, dan menjauhkan hama. Kelas-kelas dari pestisida: Insektisida Herbisida Rodentisida Fungisida Fumigan Insektisida Merupakan jenis pestisida yang bertujuan untuk membunuh serangga. Zat-zat yang digunakan sebagai pestisida adalah1: Organoklorin Organofosfat Carbamate Pyenthroids sintesis

Baygon merupakan insektisida jenis Carbamate akan dibahas lebih dalam.

carbamate,

berikut

Carbamate2,3 Zat-zat yang termasuk sebagai carbamate adalah Carbaryl, Propoxur (Baygon) dan Aldicarb2. Rumus kimia untuk propoksur adalah C11H15NO3, dan berat molekularnya adalah 209,24 g/mol. Propoxur muncul sebagai bubuk berwarna putih hingga crystallun dan relatif insolubel pada air3. Beberapa obat juga ada yang merupakan Carbamate, seperti obat physostigmine dan neostigmine yang digunakan untuk mengobati glaukoma dan Myasthenia Gravis. Mekanisme kerja dari carbamate hampir sama dengan mekanisme kerja Organofosfat yaitu dengan berikatan dengan sisi aktif dari acetylcholinesterase (AChE) dan menginhibisi kemampuan enzim. Tujuan utuma dari AChE adalah untuk menghidrolisir acetylcholine (ACh) menjadi kolin dan asam asetat. Oleh karena itu, inhibisi dari AChE menyebabkan meningkatnya keberadaan Ach di sinaps dan taut neuromuskular, yang menyebabkan munculnya gejala dan tanda muskarinik-nikotinik2. Gejala dan tandanya yaitu: Pertama, akumulasi dari ACh pada sinaps muskarinik postganglion menyebabkan aktivitas parasimpatis dari otot polos di paru-paru, traktus GI, jantung, mata, kandung kemih, dan kelenjar sekretori serta peningkatan aktivitas pada reseptor simpatis postganglion pada kelenjar keringat. Gejala dan tanda ini dapat dirangkum dengan menyingkatnya menjadi SLUDGE/BBB. SLUDGE/BBB S = Salivation L = Lacrimation U = Urination D = Defecation G = GI symptoms E = Emesis B = Bronchorrhea B = Bronchospasm B = Bradycardia GI symptom meliputi mual dan muntah. Kedua, jumlah ACh yang sangat besar pada motor end plate nikotinik menyebabkan depolarisasi persisten otot rangka, menyebabkan fasikulasi, kelemahan yang progresif, dan hipotonus.

Tiga, ketika Organofosfat menyeberangi blood-brain barrier akan menyebabkan terjadinya kejang, depresi respirasi, dan depresi CNS untuk alasan yang tidak begitu dimengerti. OPCs dan carbamete juga berikatan dengan kolinesterase eritrosit (RBC cholinesterase) pada sel darah merah dan kolinesterase plasma di serum. Pengikatan ini hanya menimbulkan sedikit gejala klinis namun mekanisme ini penting untuk mengkonfirmasi studi diagnosis. Perbedaan utama pada mekanisme antara OPC dan carbamete yaitu carbamete secara spontan menghidrolisis dari sisi AChE dalam 24 jam, sedangkan OPC melakukan proses aging. Aging mencul ketika AChE terfosforilasi non enzimatis kehilangan sisi alkyl, sehingga menjadi inaktif irreversibel. Namun, carbamate berikatan secara reversibel pada sisi aktif dan tidak melalui aging. Gejala fisik Salah satu gejala yang paling biasa pada keracunan OP adalah miosis. Pasien juga terkadang mengalami takikardia untuk 2 alasan: Pertama, hipoksia mengacu pada bronchorrhea dan bronchospasma bisa membawa pada aliran keluar simpatis, yang mengesampingkan stimulasi vagus parasimpatis dari jantung yang menyebabkan takikardia. Kedua, reseptor ACh nikotinik terdapat di kedua ganglia simpatis dan parasimpatis. Efek ganglion ini berkontribusi pada takikardia. Gejala pada orang dewasa dan anak-anak berbeda. pada anakanak gejala muskarinik yang paling umum adalah diare. Pada dewasa, tanda utama adalah miosis dan fasikulasi. Fasikulasi pada anak lebih jarang. Depresi CNS, hiporonus, dan diare lebih karang terjadi pada dewasa. Pasien sering datang dengan bukti sindrom racun kolinergik, atau toksidrom. Penting untuk mengingat toksidorm dalam 3 efek klinis pada ujung saraf: efek nikotinik di taut neuromuskular dan ganglia otonom, efek CNS, dan efek muskarinik. Tanda dan gejala nikotinik mencakup kelemahan, fasikulasi, dan paralisis, sedangkan efek CNS akan membawa pada kejang dan depresi CNS. Tanda muskarinik selain SLUDGE/BBB yang telah disebut di atas, terdapat pula DUMBELS, yaitu: DUMBELS D = Diarrhea and diaphoresis

U = Urination M = Miosis B = Bronchorrhea, bronchospasm, and bradycardia E = Emesis L = Lacrimation S = Salivation

TOKSIKOLOGI FORENSIKPemeriksaan racun dan keracunan yang berhubungan dengan perkara pidana dan perdata. Tujuan toksikologi forensik adalah melakukan analisis kualitif maupun kuantitatif dari racun yang berasal dari bukti fisik, menerjemahkan temuan analisisnya ke dalam ungkapan apakah ada atau tidaknya racun yang terlibat dalam tindak kriminal yang dituduhkan, sebagai bukti dalam tindka kriminal4,5. Kemudian hasil analisis dan interpretasi ini akan dimuat dalam suatu laporan yang sesuai hukum dan perundangundangan. Laporan ini dapat disebut dengan Surat Keterangan Ahli. Racun dapat didefinisikan sebagai suatu zat yang dengan dosis tertentu yang kontak atau masuk ke tubuh dan mengganngu fungsi fisiologis tubuh. Ilmu yg mempelajari tentang racun meliputi5 : - Sifat Fisik - Kimia - Cara masuk - Mekanisme kerja - Metabolisme - Gejala Klinis & perubahan PA - Terapi - Isolasi, Identifikasi & deteksi racun baik dari bahan biologi /non biologi

Cara racun masuk ke tubuh5: 1. Melalui mulut (oral / ingesti) 2. Saluran Pernapasan (Inhalasi) 3. Suntikan (Injeksi) 4. Kulit sehat / sakit 5. Rectal / Vaginal Mekanisme kerja 1. Hambatan pada sistem enzim Contoh : - Arsen, Mercuri SH group enzim - SianidaCytochrom oxidase 2. Gangguan transport oksigen extracelluler Contoh : - CO (Carbon monoksida) 3. Inaktivasi Acetyl Choline Esterase Contoh : - Insektisida Organo Phosphat -Carbamate Faktor yang mempengaruhi kerja racun: A. Cara pemberian : Racun gas --> perinhalasi

B. Keadaan tubuh : Umur Keadaan umum Habituation Hipersensitifitas C. Racunnya sendiri : - Dosis - Konsentrasi (racun efek lokal) - Bentuk racun - Synergisme : Addisi, Potensiasi, Antagonisme Daya kerja racun 1. Lokal / Setempat. a. Iritasi ringan - berat b. Luka Etsa Contoh : racun korosif, H2SO4 pekat 2. Umum/sistemik Diabsorbsi --> Pered. Darah --> target organ Contoh : - alkohol Narkotika 3. Kombinasi lokal & sistemik Contoh : - Asam Oksalat - Mercury khlorida Cara Kejadian Keracunan 1. Sengaja a. Bunuh diri Indonesia : racun serangga (insektisida) Luar Negeri : CO, obat-obatan, kombinasi b. Pembunuhan Dgn racun yang tidak memiliki BAU, RASA, WARNA. 2. Tidak sengaja a. Umumnya karena kecelakaan. b. Kurang mengerti akan bahayanya. c. Terjadi mulai dari lingkungan : Rumah tangga

optimum sampai di laboratorium. Pengawetan sampel untuk darah yang mengandung alkohol misalnya, seperti membuat sampel yang ridak benar dapat menyebabkan perubahan batas level alkohol. Pengawet yang biasa diapakai sodium atau potassium fluoride yang essensial. Cara memperoleh sampel autopsi4,5: Darah Dilakukan pada penderita hemothoraks dan hemoperikardium, untuk melakukan pemeriksaan CO. Darah dapat diambil dari v.femoralis, v.jugularis, dan v.subklavia sebanyak 30 ml. Urin Pada pasien yang hidup diambil dengan kateter atau spruit suprapubis, sedang pada pasien yang diotopsi diambil dengan spuit. Jumlah ayng diambil sama dengan darah yaitu 30 ml. Cairan empedu Dipakai untuk analisa morfin dan CPZ (chlorpromazine) CSS (Cairan Serebro-Spinal) Dipakai untuk memeriksa mikrobiologi dan virologi. Namun pada autopsi sulit untuk dilakukan. Lokasi pengambilan bisa di lumbal atau sisterna Cairan vitreus Pengambilan ini berguna pada mayat yang telah mengalami dekomposisi . dapat digunakan untuk penentu saat kematian. Pengambilan dari kantus eksterna di sklera. Isi perut Pengambilan minimal sebanyak 250 ml. Seluruh organ , mukosa, dan isi lambung perlu diperiksa. Jika ditemukan obat di dalamnya maka perlu diperiksa laboratorium. Isi usus dalam kecurigaan keracunan logam berat sangat dianjurkan untuk dilakukan pemeriksaan. Muntahan Jarang dilakukan pengempulan untuk diperiksa. Hanya pada kasus keracunan atau sumbatan jalan napas

Kriteria Diagnostik4 1. Anamnesa 2. Pemeriksaan fisik tanda/gejala dari keracunan zat yang diduga 3. Analisa kimia: pada makanan/zat yang masuk ke tubuh racun/metabolit dalam tubuh secara sistemik Antara rentang waktu pengambilan racun dengan waktu pemeriksaan tidak boleh terlalu lama. Karena hal ini dapat merusak sampel racun. Apabila korban telah meninggal dan diletakkan di kamar jenazah maka keberadaan pendingin di ruang tersebut membantu memperlambat proses putrefikasi dan autolisis dari sampel. Pada sampel yang diambil sebaiknya merupakan bentuk yang asli, dan juga dijaga kondisinya dalam suhu

Jaringan tubuh Organ tersering yang digunakan untuk pemeriksaan adalah hati karena memiliki konsentrasi bahan dan metabolit tinggi dibanding organ lain atau cairan seperti darah atau urin. Untuk pengambilan dari tiap organ dikumpulkan 50-100 gram. Perhatikan pula jika di tubuh terdapt needle track. Kemungkinan zat yang akan ditemukan adalah insulin, morfin, heroin, kokain, dll. Dll Pelaksanaan Analisa4,5 1. Tahap Isolasi (ekstraksi) Untuk keberhasilan analisa perlu dipilih metode yang paling tepat 2. Tahap Identifikasi / deteksi Hasil ekstraksi --> Purifikasi --> Konsentrasi -->Identifikasi/deteksi Kualitatif dan kuantitatif Terdiri dari5: Colour test Bioassay (uji biologis) dengan menggunakan binatang percobaan Imunoassay uji terhadap antibodi yang terbentuk karen apengaruh racun Instrumental Analysis (Analisis dengan menggunakan perangkat analisis kimia, seperti GC-MS, HPLC, FT-IR & UV-VIS SPECTROPHOTOMETER, AAS, ICP, IC, dll) Tes mikrobiologi Interpretasi hasil Memberikan arti (interpretasi) terhadap hasil analisa dalam hal 5: Hubungan konsentrasi racun hasil analisa dengan efek fisiologis Mis : Untuk racun bekerja sistemik, harus dibuktikan adanya Absorpsi, Distribusi & Metabolisme dan pengaruhnya pada metabolisme Dosis zat > Normal konsentrasi

> Dosis terapi > Dosis toksis > Dosis letalis Misalnya: 1. Kadar Arsen lambung 200 mg LD Arsenikum 200 mg Interpretasi : Apakah korban meninggal karena Arsen intoxication? 2. Kadar Alkohol darah 0,3% LD Alkohol (blood Alkohol) 0,5% Interpretasi : Apakah korban nmeninggal karena alkohol atau bukan? Terkadang banyak hal-hal yg seringkali menyebabkan salah dalam menarik kesimpulan Contoh : - Sianida dlm konsentrasi kecil sering ditemukan, hal ini bukan berarti dia mati karena sianida. Bisa saja sianida yang terdpat dalam tubuhnya karena efek samping merokok - Pb, merkuri dlm konsentrasi kecil juga bisa saja berasal dari polusi udarameningg Daftar Pustaka 1. Gilbert SG. An Introduction to The Helath Effects of Pesticides. Available from: www.asmalldoseof.org/toxicology/chp_6_sl_pesticide.pdf steven G. gilbert 2. Nishijima DK, Wiener SW. Toxicity, Organic Phosphorus Compounds and Carbamates. Medscape article available from: http://emedicine.medscape.com/article/816221overview 3. US Environmental Protection Agency. Propoxur (Baygon). Available from: http://www.epa.gov/ttn/atw/hlthef/propoxur.html 4. Dewi R, Triani S, Rachman A, Nuh MK. Patofisologi Keracunan. Departemen Forensik Universitas Hasanudin. 2007. 5. Sudjana, Putu. Toksikologi. Bagian Ilmu Kodokteran Forensik Universitas Airlangga. 2008.