lporan kjeldahl 2

23
LABORATORIUM PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2013/2014 PRAKTIKUM KIMIA PANGAN MODUL : PENENTUAN KADAR PROTEIN DAN SENYAWA BERNITROGEN PEMBIMBING : Dewi Widiabudiningsih, MT Tanggal Praktikum : 18 Oktober 2013 Tanggal Penyerahan laporan : 25 Oktober 2013 Oleh : Kelompok : IV Nama : M. Syarif Hidayatullah NIM. 111431017 Nadia Luthfi Nuran NIM. 111431018 Neng Teti Komala NIM. 111431019 Nevy Puspitasari NIM. 111431020 Nur Fauziyyah Ambar NIM. 111431021 Kelas : 3A PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KIMIA

Upload: muhammad-syarif-hidayatullah

Post on 26-Oct-2015

418 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Lporan Kjeldahl 2

LABORATORIUM PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI

SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2013/2014

PRAKTIKUM KIMIA PANGAN

MODUL : PENENTUAN KADAR PROTEIN DAN SENYAWA

BERNITROGEN

PEMBIMBING : Dewi Widiabudiningsih, MT

Tanggal Praktikum : 18 Oktober 2013

Tanggal Penyerahan laporan : 25 Oktober 2013

Oleh :

Kelompok : IV

Nama : M. Syarif Hidayatullah NIM. 111431017

Nadia Luthfi Nuran NIM. 111431018

Neng Teti Komala NIM. 111431019

Nevy Puspitasari NIM. 111431020

Nur Fauziyyah Ambar NIM. 111431021

Kelas : 3A

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KIMIA

JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2013

Page 2: Lporan Kjeldahl 2

I. Tujuan Praktikum

1. Mengetahui dan memahami prinsip penentuan kadar protein

2. Menentukan kadar protein dari suatu sampel makanan (biskuit) menggunakan

metode Kjeldahl

3. Menentukan kadar protein dari bahan pangan (biskuit) menggunakan metode

Lowry

II. Teori Dasar

Protein merupakan suatu polipeptida yang memiliki struktur primer, sekunder,

tersier dan kuartener.  Penentuan konsentrasi protein merupakan proses yang rutin

digunakan dalam kerja Biokimia.  Ada beberapa metode yang biasa digunakan dalam

rangka penentuan konsentrasi preotein, yaitu metode Biuret, Lowry, dan lain

sebagainya.  Masing-masing metode mempunyai kekurangan dan

kelebihan.  Pemilihan metode yang terbaik dan tepat untuk suatu pengukuran

bergantung pada beberapa faktor seperti misalnya, banyaknya material atau sampel

yang tersedia, waktu yang tersedia untuk melakukan pengukuran, alat

spektrofotometri yang tersedia (VIS atau UV).

Struktur Protein

Sumber : http://www.ideasmagazine.info/2012/12/asam-amino.html

Metode Kjeldahl

Metode Kjeldahl merupakan metode yang sederhana untuk penetapan nitrogen

total pada asam amino, protein dan senyawa yang mengandung nitrogen. Sampel

didestruksi dengan asam sulfat dan dikatalisis dengan katalisator yang sesuai sehingga

akan menghasilkan amonium sulfat. Setelah pembebasan dengan alkali kuat, amonia

yang terbentuk disuling uap secara kuantitatif ke dalam larutan penyerap dan

Page 3: Lporan Kjeldahl 2

ditetapkan secara titrasi. Metode ini telah banyak mengalami modifikasi. Metode ini

cocok digunakan secara semimikro, sebab hanya memerlukan jumlah sampel dan

pereaksi yang sedikit dan waktu analisa yang pendek.

Cara Kjeldahl digunakan untuk menganalisis kadar protein kasar dalam bahan

makanan secara tidak langsung, karena yang dianalisis dengan cara ini adalah kadar

nitrogennya. Dengan mengalikan hasil analisis tersebut dengan angka konversi 6,25,

diperoleh nilai protein dalam bahan makanan itu. Untuk beras, kedelai, dan gandum

angka konversi berturut-turut sebagai berikut: 5,95, 5,71, dan 5,83. Angka 6,25

berasal dari angka konversi serum albumin yang biasanya mengandung 16% nitrogen.

Prinsip cara analisis Kjeldahl adalah sebagai berikut: mula-mula bahan didestruksi

dengan asam sulfat pekat menggunakan katalis selenium oksiklorida atau butiran Zn.

Amonia yang terjadi ditampung dan dititrasi dengan bantuan indikator. Cara Kjeldahl

pada umumnya dapat dibedakan atas dua cara, yaitu cara makro dan semimakro. Cara

makro Kjeldahl digunakan untuk contoh yang sukar dihomogenisasi dan besar contoh

1-3 g, sedang semimikro Kjeldahl dirancang untuk contoh ukuran kecil yaitu kurang

dari 300 mg dari bahan yang homogen. Cara analisis tersebut akan berhasil baik

dengan asumsi nitrogen dalam bentuk ikatan N-N dan N-O dalam sampel tidak

terdapat dalam jumlah yang besar. Kekurangan cara analisis ini ialah bahwa purina,

pirimidina, vitamin-vitamin, asam amino besar, kreatina, dan kreatinina ikut

teranalisis dan terukur sebagai nitrogen protein. Walaupun demikian, cara ini kini

masih digunakan dan dianggap cukup teliti untuk pengukuran kadar protein dalam

bahan makanan.

Analisa protein cara Kjeldahl pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga tahapan

yaitu proses destruksi, proses destilasi dan tahap titrasi.

1. Tahap destruksi

Pada tahapan ini sampel dipanaskan dalam asam sulfat pekat sehingga terjadi

destruksi menjadi unsur-unsurnya. Elemen karbon, hidrogen teroksidasi menjadi CO,

CO2 dan H2O. Sedangkan nitrogennya (N) akan berubah menjadi (NH4)2SO4. Untuk

mempercepat proses destruksi sering ditambahkan katalisator berupa campuran

Na2SO4 dan HgO (20:1). Gunning menganjurkan menggunakan K2SO4 atau CuSO4.

Dengan penambahan katalisator tersebut titk didih asam sulfat akan dipertinggi

sehingga destruksi berjalan lebih cepat. Selain katalisator yang telah disebutkan tadi,

kadang-kadang juga diberikan Selenium. Selenium dapat mempercepat proses

Page 4: Lporan Kjeldahl 2

oksidasi karena zat tersebut selain menaikkan titik didih juga mudah mengadakan

perubahan dari valensi tinggi ke valensi rendah atau sebaliknya.

2. Tahap destilasi

Pada tahap destilasi, ammonium sulfat dipecah menjadi ammonia (NH3)

dengan penambahan NaOH sampai alkalis dan dipanaskan. Agar supaya selama

destilasi tidak terjadi superheating ataupun pemercikan cairan atau timbulnya

gelembung gas yang besar maka dapat ditambahkan logam zink (Zn). Ammonia yang

dibebaskan selanjutnya akan ditangkap oleh asam khlorida atau asam borat 4 % dalam

jumlah yang berlebihan. Agar supaya kontak antara asam dan ammonia lebih baik

maka diusahakan ujung tabung destilasi tercelup sedalam mungkin dalam asam.

Untuk mengetahui asam dalam keadaan berlebihan maka diberi indikator misalnya

BCG + MR atau PP.

3. Tahap titrasi

Apabila penampung destilasi digunakan asam borat maka banyaknya asam

borat yang bereaksi dengan ammonia dapat diketahui dengan titrasi menggunakan

asam khlorida 0,1 N dengan indikator (BCG + MR). Akhir titrasi ditandai dengan

perubahan warna larutan dari biru menjadi merah muda.

%N = × N.HCl × 14,008 × 100 %

Setelah diperoleh %N, selanjutnya dihitung kadar proteinnya dengan mengalikan

suatu faktor. Besarnya faktor perkalian N menjadi protein ini tergantung pada

persentase N yang menyusun protein dalam suatu bahan.

Metode Lowry

Metode Lowry merupakan pengembangan dari metode Biuret. Dalam metode

ini terlibat 2 reaksi. Awalnya, kompleks Cu(II)-protein akan terbentuk sebagaimana

metode biuret, yang dalam suasana alkalis Cu(II) akan tereduksi menjadi Cu(I).

Ion Cu+ kemudian akan mereduksi reagen Folin-Ciocalteu, kompleks

phosphomolibdat-phosphotungstat (phosphomolybdotungstate), menghasilkan

heteropolymolybdenum blue akibat reaksi oksidasi gugus aromatik (rantai samping

asam amino) terkatalis Cu, yang memberikan warna biru intensif yang dapat dideteksi

secara kolorimetri. Kekuatan warna biru terutama bergantung pada kandungan residu

Page 5: Lporan Kjeldahl 2

tryptophan dan tyrosine-nya. Keuntungan metode Lowry adalah lebih sensitif (100

kali) daripada metode Biuret sehingga memerlukan sampel protein yang lebih sedikit.

Batas deteksinya berkisar pada konsentrasi 0.01 mg/mL. Namun metode Lowry lebih

banyak interferensinya akibat kesensitifannya.

III. Persamaan Reaksi

Saat dekstruksi :

Sampel(C,H,O,N,S) + H2SO4(aq) + katalis (NH4)2SO4(aq) +CO2+SO2+H2O

Saat destilasi:

(NH4)2SO4(aq) + 2NaOH(aq) NH3(g) + Na2SO4(aq) + H2O(l)

NH3(g) + H3BO3(aq) NH4+ + H2BO3(aq)

Saat titrasi:

H2BO3(aq) + HCl(aq) H3BO3(aq) + Cl-

IV. Alat dan Bahan

Alat Bahan Jumlah

Tabung reaksi 7 buah

Batang pengaduk 1 buah

Botol semprot 1 buah

Pipet tetes 2 buah

Gelas kimia 100 mL 2 buah

Pipet ukur 2 buah

Gelas ukur 100 mL 1 buah

Labu kjeldahl 4 buah

Tabung penghisap kjeldahl 1 buah

Kaca arloji 1 buah

Spatula 1 buah

Alu dan mortar 1 buah

Gelas kimia 500 ml 1 buah

Buret 25 mL 1 buah

Erlenmeyer 250 mL 2 buah

Corong 1 buah

Page 6: Lporan Kjeldahl 2

Alat destilasi 1 unit

Kuvet 2 buah

Spektrofotometer laboo 1 unit

CuSO4 3 gram

H2SO4 pekat 80 mL

H3BO3 200 mL

Mix indicator 1 mL

HCl 250 mL

NaOH 1000 mL

Na2SO4 27 gram

Na.K tartrat 1 gram

Na2CO3 1 gram

Protein standar 0,5 gram

V. Langkah Kerja

5.1. Metode Kjeldahl

Sampel

7,5 gr CuSO4:Na2SO4 1:9

20 mL H2SO4 pekat p.a batu didih

Penimbangan sampel 1,5 gr

Labu kjeldahl

Dekstruksi 1-1,5 jam hingga larutan jernih

Pendinginan

Page 7: Lporan Kjeldahl 2

NaOH

5.2. Metode Lowry

5,5 mL campuran CuSO4 dan Na2CO3

Penambahan aquadest 100 mL

Pendinginan

Destilasi

DestilatRafinat

100 mL H3BO3 pada erlenmeyer 250 mL

Penambahan 5 tetes mix indicator

Titrasi dengan HCl 0,02 N

Pemasukan 0(blanko);0,1;0,2;0,4;0,6;0,8 dan 1

mL kedalam tabung reaksi

Penambahan aquadest hingga 4 mL

Pengocokan dan pendiaman 10-15 menit suhu kamar

Penambahan 0,5 mL pereaksi Folin Ciocalteu

Page 8: Lporan Kjeldahl 2

5.3. Penentuan Protein pada sampel biskuit metode Lowry

Sampel biskuit

5,5 mL campuran CuSO4 dan Na2CO3

Pengocokan dan pendiaman 30 menit sampai warna biru

Pengukuran absorbansi pada panjang gelombang 650nm

Penghancuran dan penambahan air

Penyaringan

Residu Filtrat

Pemipetan 1 mL

Penambahan aquadest hingga 4 mL

Pengocokan dan pendiaman 10-15 menit suhu kamar

Penambahan 0,5 mL pereaksi Folin Ciocalteu

Page 9: Lporan Kjeldahl 2

VI. Data Pengamatan

Metode Pengerjaan

Pengamatan

Penentuan protein metode kjeldahl

Dekstruksi Ketika sampel dan garam kjeldahl di tambahkan dengan H2SO4 larutan berwarna coklat muda keruh dengan padatan kristal garam kjeldahl berwarna biru putih. Ketika larutan didekstruksi, larutan berwarna hitam pekat dan terlihat ada uap putih pada tabung kjeldahl, kemudian setelah 1,5 jam larutan menjadi berwarna biru muda jernih dan tidak ada asap putih lagi.

Destilasi Ketika destilasi, larutan yang akan didestilasi yang ada pada labu kjeldahl berwarna biru muda, sedangkan larutan penangkap asam borat yang ditambahkan mix indicator berwarna merah muda dan setelah destilasi berjalan, larutan menjadi berwarna hijau.

Titrasi Larutan sebelum didestilasi berwarna hijau, setelah dititrasi larutan berwarna merah muda (TA)

Penentuan protein metode lowry

Larutan standar

Ketika larutan ditambahkan air, larutan berwarna bening kemudian ketika ditambahkan pereaksi campuran CuSO4 dan Na2CO3 larutan tetap bening. Akan tetapi ketika larutan ditambahkan pereaksi folin, larutan menjadi berwarna hijau kuning. Setelah didiamkan 30 menit larutan menjadi berwarna biru. Larutan blanko yang di buat berwarna bening, kemudian larutan berwarna biru semakin pekat sesuai dengan bertambahnya konsentrasi.

Sampel Larutan ketika ditambahkan pereaksi campuran CuSO4 dan Na2CO3 larutan tetap bening. Akan tetapi ketika larutan ditambahkan pereaksi folin, larutan menjadi berwarna hijau kuning. Setelah didiamkan 30 menit larutan menjadi berwarna biru.

Pengocokan dan pendiaman 30 menit sampai warna biru

Pengukuran absorbansi pada panjang gelombang 650nm

Page 10: Lporan Kjeldahl 2

VII. Percobaan dan Perhitungan

Data Percobaan dan Perhitungan

1. Metode Lowry- Pembuatan larutan standarKonsentrasi standar protein = 250 ppm

- V1 x C1 = V2 x C2

0,1x 250 = 10 x C2

C2 = 2,5 ppm

- V1 x C1 = V2 x C2

0,2x 250 = 10 x C2

C2 = 5 ppm

- V1 x C1 = V2 x C2

0,4x 250 = 10 x C2

C2 = 10 ppm

- V1 x C1 = V2 x C2

0,6x 250 = 10 x C2

C2 = 15 ppm

- V1 x C1 = V2 x C2

0,8x 250 = 10 x C2

C2 = 20 ppm

- V1 x C1 = V2 x C2

1x 250 = 10 x C2

C2 = 25 ppm

Page 11: Lporan Kjeldahl 2

Panjang gelombang : 650 nm

No Konsentrasi standar(ppm)

Transmitan (T) Absorban (A)

1. 2,5 93,8 0,0282. 5,0 86,6 0,0633. 10,0 75,4 0,1234. 15,0 65,3 0,1855. 20,0 59,2 0,2286. 25,0 52,4 0,2817. Sampel 1 ml 57,9 0,239

0 5 10 15 20 25 300

0.05

0.1

0.15

0.2

0.25

0.3f(x) = 0.011318771331058 x + 0.00439931740614338R² = 0.996431653278849

Series2Linear (Series2)

Konsentrasi (ppm)

Abso

rban

si

Grafik1. Hubungan konsentrasi larutan standar protein terhadap absorbansi

Dari persamaan y = 0.0112x + 0.0071, maka didapatkan konsentrasi sampel sebesar :

Sampel 1 mL dengan serapan sampel 0.239, yaitu

Y = 0.0113x + 0.00440.239 = 0.0113 x + 0.0044x = 20.7610 ppmkadar protein = 20.7610 ppm

karena dilakukan pengenceran, maka kadar protein pada sampel sebenarnya yaitu :kadar protein sebenarnya = kadar protein x volume labu/volume pipet

= 20.7610 ppm x 100 ml/1 ml= 2076,1 ppm

Page 12: Lporan Kjeldahl 2

% protein dalam sampel Berat sampel = 1,0009/100 mL = 10009 ppm

% protein dalam sampel =2076.110009

x100 % = 20,74%

2. Metoda Kjedahl

NHCl= 0,0200 N

No Berat sampel (gr) Volume titran1. 1,0013 59,42. 0,5196 35,33. blanko 4,25

%N = (mL HCl−mLblanko ) x N Hcl x 14,007

mg sampelx 100 %

Protein = %N x faktor konversi

- %N1,0 = (59,4−4,25 ) x0,0200 x 14,007

1 001,3x 100 %

= 1,54 % Protein1,0 = 1,54% x 6,25

= 9,63 %

- %N0,5 = (35,3−4,25 ) x 0,0200 x14,007

519,6x100 %

= 1,67 % Protein0,5 = 1,67% x 6,25

= 10,44 %

VIII. Pembahasan

Pada praktikum penentuan protein metode kjeldahl, sampel didestruksi, destilasi

dan titrasi. Ketika sampel didestruksi, sampel ditambahkan H2SO4 pekat dan garam

kjeldahl. Fungsi dari destruksi adalah untuk mengubah nitrogen yang ada dalam sampel

menjadi bentuk amonium yang terikat dengan H2SO4 dengan bantuan katalis garam

kjeldahl, dengan reaksi:

Sampel(C,H,O,N,S) + H2SO4(aq) + katalis (NH4)2SO4(aq) +CO2+SO2+H2O

Page 13: Lporan Kjeldahl 2

Dimana ketika dekstruksi, larutan berubah warnanya menjadi hitam ini mengindikasikan

bahwa masih berlangsungnya proses pengubahan nitrogen menjadi amonium sulfat dan

pendekomposisian kandungan senyawa organik menjadi CO2; SO2; dan H2O , jika larutan

sudah berwarna bening maka hal tersebut mengindikasikan bahwa semua nitrogen yang

ada dalam sampel sudah diubah menjadi amonium sulfat.

Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam proses destruksi yaitu jumlah asam sulfat

yang ditambahkan harus sesuai dengan jumlah sampel yang digunakan, suhu pemanasan

dan lama waktu destruksi tetap dijaga dan penambahan garam kjedahl juga berperan

untuk meningkatkan titik didih asam yang digunakan.

Setelah dilakukan destruksi yang sempurna, larutan ditambahkan aquadest.

Fungsi penambahan aquadest adalah untuk mengencerkan larutan hasil dekstruksi, pada

proses penambahan aquadest ini larutan bersifat eksoterm. Hal ini dikarenakan didalam

labu kjeldahl tersebut terdapat H2SO4 yang bersifat eksoterm bila dicampurkan dengan

air. Nitrogen yang telah berubah menjadi amonium sulfat, kemudian didestilasi. Tujuan

proses destilasi adalah untuk memisahkan nitrogen dari larutan hasil dekstruksi dalam

bentuk amoniak, dimana dengan perlakuan pemanasan dan penambahan NaOH,

amonium sulfat akan berubah menjadi amoniak yang dapat teruapkan. Amonia yang

teruapkan ditangkap dengan asam borat. Asam borat dapat menangkap amoniak karena

terjadinya reaksi sebagai berikut:

NH3(g) + H3BO3(aq) NH4+ + H2BO3(aq)

Jumlah amoniak yang ditangkap dapat ditentukan dengan mentitrasi larutan dengan HCl,

karena mmol amoniak sama dengan mmol H2BO3 yang dilepaskan dan mmol asam borat

sama dengan mmol HCl. Dari hasil perhitungan, diperoleh total nitrogen untuk sampel

biskuit potato dengan berat sampel 0,5 dan 1 gram yaitu sebesar 1,67% dan 1,54%.

Untuk mendapatkan kadar protein pada sampel, total nitrogen dikalikan dengan faktor

konversi. Faktor konversi yang digunakan (secara umum) yaitu sebesar 6,25 , sehingga

kadar protein dalam sampel dengan berat 0,5 gram dan 1 gram secara berurutan yaitu

10,44% dan 9,63%. Seharusnya kadar protein berbanding lurus dengan berat sampel,

semakin banyak sampel, kadar protein yang diperoleh semakin besar, sehingga persen

protein pada sampel seharusnya sama. Pada penentuan kadar protein dengan metoda

kjeldahl seharusnya pada sampel dilakukan pretreatment terlebih dahulu, seperti

dilakukan proses solting out untuk memisahkan protein dengan zat lain yang

mengandung nitrogen nonprotein yang terdapat pada sampel. Hal ini dikarenakan,

metode kjeldahl mengukur kadar protein berdasarkan pada konversi nitrogen. Nitrogen

Page 14: Lporan Kjeldahl 2

nonprotein yang terdapat pada sampel, akan mempengaruhi pengukuran kadar protein

menjadi lebih besar.

Pada praktikum metode lowry, digunakan spektrofotometer untuk menentukan

kadar protein dalam sampel. Triptofan dan Tirosan yang ada dalam sampel pada susana

basa, akan mereduksi ion Cu2+ menjadi Cu+, sehingga ion Cu+ akan bereaksi dengan

reagen Folin-Ciocalteu, membentuk kompleks phosphomolibdat-phosphotungstat

(phosphomolybdotungstate), menghasilkan tungsten dan heteropolimolibdenum blue

akibat reaksi oksidasi gugus aromatik (rantai samping asam amino) terkatalis Cu, yang

memberikan warna biru sehingga dapat menyerap cahaya dan dapat diamati secara

spektrofotometri. Intensitas warna yang dihasilkan tergantung dari konsentrasi tirosin

dan triptofan dalam protein dari sampel. Semakin biru warna yang dihasilkan, maka

semakin besar konsentrasi proteinnya. Hal ini dapat dilihat dari pembuatan larutan deret

standar yang menghasilkan warna semakin biru seiring bertambahnya besarnya

konsentrasi. Pereaksi untuk metode lowry merupakan gabungan dari pereaksi Biuret dan

pereaksi Folin Ciocalteu (Fenol) dimana, larutan Na2CO3 berfungsi sebagai garam yg

mengkoordinasikan reaksi dalam suasana basa bersama NaOH, larutan Na-K-tartat

berfungsi mencegah terjadinya pengendapan kuprioksida dalam reagen lowry . CuSO4

berfungsi untuk mereduksi fosfotungstat-fosfomolibdat. Reagen lowry B berfungsi untuk

memberikan suasana basa sehingga akan menghasilkan warna biru, dimana intensitas

warna ini bergantung dari kadar protein yang akan ditentukan.

Pada penentuan kadar protein dengan metoda ini, dilakukan pembuatan larutan

deret standar protein dari larutan induk bovine serum albumin (BSA) dengan konsentrasi

250 mg/L. Pembuatan deret standar tersebut untuk membuat kurva kalibrasi dimana, dari

kurva kalibrasi tersebut akan didapat persamaan linier yang digunakan untuk

menentukan konsentrasi sampel yang akan dianalisa. Setelah larutan standar dan sampel

ditambahkan pereaksi, standard dan sampel didiamkan selama 10 menit pada suhu kamar

agar reaksi berjalan sempurna. Reaksi yang terjadi adalah reduksi Cu2+ menjadi Cu+ oleh

asam amino aromatik dalam protein (Tirosin, Triptofan atau Fenilalanin). Reaksi yang

terjadi sebagai berikut :

Page 15: Lporan Kjeldahl 2

Kompleks protein dengan ion Cu2+ dalam reagen biuret

Setelah 10 menit, menambahkan reagen Folin Ciocalteu atau Fenol kedalam masing-

masing tabung reaksi larutan standar, sampel (yang telah diencerkan) dan blanko sebanyak

0,5 mL. Lalu dikocok untuk menghomogenkan. Setelah itu didiamkan lagi selama 30 menit.

Tiga puluh menit ini merupakan waktu yang dibutuhkan agar seluruh reaktan atau protein

bereaksi seluruhnya dengan reagen. Reaksi yang terjadi saat penambahan reagen Folin

Ciocalteu ialah :

Pembentukan heteropolimolibdenum blue dari reduksi fosfomolibdat dan fosfotungstat oleh

komplek Cu+ dan protein

Setelah itu larutan standar, sample dan blanko kemudian diukur absorbansinya

menggunakan spektrofotometer UV-VIS. Sebelum mengukur, melakukan penentuan

panjang gelombang maksimum untuk larutan standar protein (atau larutan BSA), menurut

literatur pengukuran absorbansinya pada λ diantara 500-750 nm, karena pada λ tersebut

pereaksi (folin-ciocalteau) bereaksi dengan tyrosine dan tryptophan dalam protein

membentuk warna biru, dan ditentukan λ maksimum pada 650 nm karena panjang

gelombang 650 nm merupakan panjang gelombang serapan maksimum untuk warna biru.

Lalu setelah itu mengukur semua larutan standar protein yang telah dibuat dengan

panjang gelombang 650 nm. Setelah pengukuran larutan standar lalu mengukur

Page 16: Lporan Kjeldahl 2

konsentrasi sampel yang telah diencerkan. Setelah mendapatkan absorbansi dari deret

standar protein maka selanjutnya hasil tersebut diolah pada grafik linier sehingga

mendapatkan persamaanY = 0.0113x + 0.0044. Dari persamaan tersebut dapat diperoleh

kadar protein pada sampel yaitu 2076,1 ppm dan % protein pada sampel yaitu 20,74%.

Dari kedua metode yang dilakukan, pada metode kjeldahl diperoleh kadar protein

berturut-turut yaitu 10,44% dan 9,63%. Sedangkan pada metode lowry didapat kadar

protein sebesar 20,74%. Sedangkan dari sampel biskuit ‘go! potato’ tertera pada kemasan

kadar protein yang terkandung adalah sebesar 10%. Dari data tersebut % protein dengan

metode Kjeldahl lebih mendekati % protein pada kemasan, perbedaan % protein pada

metode lowry dapat disebabkan oleh adanya gugus fenolik yang terdapat pada sampel

yang ikut terukur, seharusnya pada sampel dilakukan pretreatment dengan penambahan

TCA sehingga protein mengendap.

Kesimpulan

Kadar protein pada sampel biskuit “go! potato” dengan metode kjeldahl yaitu

sebesar 10,44% dan 9,63% dengan berat sampel 0,5 gram dan 1 gram. Sedangkan pada

metode lowry didapat kadar protein sebesar 20,74%. % kadar protein ini yaitu pada % kadar

air sebesar 3,36 %.

Page 17: Lporan Kjeldahl 2

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2009. “Pembuatan Tahu dan Analisis Protein”, (online), (http://ekosistemgua.blogspot.com/2009/09/pembuatan-tahu-dan-pengujian-kadar.html diunduh 24 Oktober 2013 pkl. 22,17)

Fitriadi, yoza. 2011. “Uji Formalin dan Penentuan Kadar Protein”, (online), (http://yoza-fitriadi.blogspot.com/2011/01/laporan-penelitian-praktikum-kimia.html diunduh 24 Oktober 2013 pkl. 18.10)

Hartini, 2013. “ Analisis Kadar Protein”, (online), (http://hartinisrikui.blogspot.com/2013/02/analisis-proksimat.html diunduh 24 Oktober 2013 pkl. 20.18)

Iswatisri, 2011. “Analisa Makanan dan Minuman”, (online), (http://iswatisri89.wordpress.com/2011/03/07/kuliah-analisa-makanan-dan-minuman/ diunduh 24 Oktober 2013 pkl 18.34)

Laksono, dkk. “Daya Ikat air, kadar air dan kadar Protein Nugget Ayam”, (online), (ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj/article/.../782 diunduh 24 Oktober 2013 pkl. 19.02)

Winarno, F.G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka