lp stroke
TRANSCRIPT
Sartika Putri Pertiwi
2011750036
Tingkat III / Semester V
DIII Keperawatan RSIJ FIK – UMJ
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA STROKE
1. Definisi
Stroke / cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang di
akibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah kumulasi
penyakit cerebrovaskuler selama beberapa tahun (Smeltzer C.Suzanne, 2002).
Stroke menunjukkan adanya beberapa kelainan otak secara fungsional maupun
struktural yang disebabkan oleh keadaan patologis dari pembuluh darah serebral atau
dari seluruh sistem pembuluh darah otak (Marilyn, E. Doenges, 2000)
Stroke adalah kehilangan fungsi otak secara mendadak yang disebabkan oleh
gangguan suplai darah ke bagian otak (Brunner & Suddart, 2002).
2. Etiologi
Trombosis
Bekuan cairan di dalam pembuluh darah otak
Emboli
Bekuan darah
Iskemia
Penurunan aliran darah pada area otak
Hemoragi
Perdarahan dalam ruang subarachnoid terjadi karena aterosklerosis dan
hipertensi.
3. Faktor Resiko Pada Stroke
Faktor yang tidak dapat di ubah antara lain :
Usia
Makin bertambah usia resiko stroke makin tinggi, hal itu berkaitan dengan
elastisitas pembuluh darah.
Jenis kelamin
Laki – laki mempunyai kecenderungan lebih tinggi.
Ras dan Keturunan
Stroke lebih sering ditemukan pada kulit putih.
Faktor yang dapat di ubah antara lain :
Hipertensi
Hipertensi menyebabkan aterosklerosis pembuluh darah serebral sehingga
lama-kelamaan akan pecah menimbulkan perdarahan. Stroke yang terjadi
adalah stroke hemoragik.
Penyakit jantung
Pada fibrilasi atrium menyebabkan penurunan kardiak output sehingga terjadi
gangguan perfusi serebral.
Diabetes Melitus
Pada penyakit DM terjadi gangguan vaskuler sehingga terjadi hambatan dalam
aliran darah ke otak.
Polisitemia
Kadar Hb yang tinggi (Hb lebih dari 16 mg/dl) menimbulkan darah menjadi
lebih kental dengan demikian aliran darah ke otak lebih lambat.
Perokok
Rokok menimbulkan plaque pada pembuluh darah oleh nikotin sehingga
terjadi aterosklerosis.
Alkohol
Pada alkoholik dapat mengalami hipertensi, penurunan aliran darah ke otak
dan kardiak aritmia.
Peningkatan Kolesterol
Kolesterol dalam tubuh menyebabkan aterosklerosis dan terbentuknya lemak
sehingga aliran darah lambat.
Obesitas
Pada obesitas kadar kolesterol darah meningkat dan terjadi hipertensi.
4. Klasifikasi Stroke
Menurut Penyebabnya, antara lain :
Stroke Iskemik
Aliran darah ke otak terhenti karena adanya sumbatan atau terhentinya aliran
darah terjadi pada 80% kasus stroke.
Stroke Hemoragik
Stroke yang terjadi karena perdarahan subarachnoid, mungkin disebabkan
pecahnya pembuluh darah otak. Biasanya terjadi saat pasien melakukan
aktivitas atau saat aktif, namun dalam kondisi istirahat.
Menurut Penyakitnya, antara lain :
TIA ( Transsient Ischemia Attack)
Gangguan neurologis sepintas terjadi selama beberapa menit atau jam dan
akan sembuh dalam 24 jam.
Stroke Involutions
Masih terus berlangsung, bertambah berat, terjadi beberapa jam atau hari.
Stroke Komplete
Gangguan neurologis yang timbul menetap atau permanen. Biasanya karena
TIA yang berulang.
5. Patofisiologi
Stroke Non Hemoragik
Kolesterol
Penumpukan timbunan lemak yang mengandung kolesterol (plak) dalam
pembuluh darah besar maupun pembuluh darah kecil.
↓
Plak menyebabkan dinding dalam arteri menebal dan kasar sehingga aliran
darah menjadi tidak lancar.
↓
Darah yang kental akan menggumpal dan tertahan (trombosis) sehingga aliran
darahnya semakin melambat.
↓
Akibatnya otak akan mengalami kekurangan pasokan oksigen. Jika kelambatan
pasokan ini berlarut, sel- sel otak akan mati. (Aterosklerosis)
↓
Tidak heran ketika bangun tidur, penderita stroke akan merasa sebelah
badannya kesemutan. Jika berlanjut akan menyebabkan kelumpuhan atau
stroke non hemoragik.
Diabetes Melitus
Hiper insulin
↓
Konsistensi darah meningkat
↓
Aliran darah menjadi lambat
↓
Terjadi penyumbatan (Trombus)
↓
Akibatnya suplai oksigen dan nutrisi menjadi terhambat
Stroke Hemoragik
Hipertensi
Pembuluh darah pecah dan darah mengucur deras keluar dari dalam
pembuluh darah.
↓
Karena tekanan darah yang terlalu tinggi sehingga dinding pembuluh darah
tidak bisa menahannya atau karena aktifitas yang terlalu berat sehingga
tekanan darah di otak menjadi meningkat dan akhirnya dinding pembuluh
darah yang telah rapuh tidak bisa menahannya atau kombinasi dari
keduanya. (rasa pusing biasa dan kepala sangat berat saja dan kadang tidak
menimbulkan gejala sama sekali).
↓
Lama kelamaan akhirnya darah yang mengisi otak semakin banyak dan
semakin banyak. Sebagai akibatnya dengan adanya cairan baru di dalam
kepala, maka volume cairan di dalam darah secara langsung akan meningkat
begitu pula tekanan di otak. (mengalami sakit kepala hebat disertai muntah
terus menerus dan kepala serasa berputar-putar)
↓
Akhirnya darah yang masih saja mengalir itu mulai menekan bagian-bagian
otak, dan gejala yang ditimbulkan tergantung dari tempat perdarahan tersebut
(akan mengalami kelumpuhan sampai penurunan kesadaran).
↓
Jika perdarahan tidak atau gagal ditangani, maka darah akan semakin banyak
dan akibatnya bisa menekan pusat kesadaran dan pusat pernafasan sehingga
pasien mengalami henti nafas dan bisa mengakibatkan kematian.
6. Manifestasi Klinik
a. Stroke Hemoragik
Perdarahan Intraserebral
Tidak jelas, kecuali nyeri kepala hebat karena hipertensi
Serangan terjadi pada siang hari, saat beraktifitas, dan emosi atau marah.
Mual/muntah pada permulaan serangan
Hemiparesis atau hemiplegia terjadi sejak awal serangan
Kesadaran menurun dengan cepat dan menjadi koma (65% terjadi < ½ jam
sampai 2 jam, < 2% terjadi setelah 2 jam atau 19 hari).
Perdarahan Subarachnoid
Nyeri kepala hebat dan mendadak
Kesadaran sering terganggu dan sangat bervariasi
Ada gejala atau tanda meningeal
Papiledema terjadi bila ada perdarahan subarachnoid karena pecahnya
aneurisma pada arteri komunikan anterior.
b. Stroke Non Hemoragik
Kesadaran umumnya baik
Terjadi pada usia > 50 tahun
Gejala neurologis yang timbul bergantung pada berat ringannya
gangguan pembuluh darah dan lokasinya.
Defisit neurologis mendadak, di dahului gejala prodromal yang terjadi
pada saat istirahat atau bangun pagi.
7. Pemeriksaan Penunjang
CT scan
Mengetahui area infark, edema, hematoma, struktur dan sistem ventrikel otak.
MRI
Menunjukkan daerah yang mengalami infark, hemoragik, malformasi
arteriovena.
EEG
Mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak dan mungkin
memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
Angiografi Serebral
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan,
obstruksi arteri, adanya titik oklusi atau ruptur.
Sinar X tengkorak
Mengetahui adanya klasifikasi karotis interna pada trombosis cerebral.
Pungsi Lumbal
Menunjukkan adanya tekanan normal, jika tekanan meningkat dan cairan
mengandung darah menunjukkan hemoragik subarachnoid atau perdarahan
intrakranial. Kontraindikasi pada peningkatan tekanan intarakranial.
8. Penatalaksanaan Medis
a. Penatalaksanaan umum
- Fase Akut
Pertahankan jalan napas, pemberian oksigen, penggunaan ventilator.
Monitor peningkatan tekanan intrakranial.
Monitor fungsi pernapasan : analisa gas darah.
Monitor jantung dan tanda-tanda vital, pemeriksaan EKG.
Evaluasi status cairan dan elektrolit.
Kontrol kejang jika ada dengan pemberian antikonvulsan, dan cegah
resiko injuri.
Lakukan pemasanganNGT untuk mengurangi kompresi lambung dan
pemberian makanan.
Cegah emboli paru dan tromboplebitis dengan antikoagulan
Monitor tanda-tanda neurologi seperti tingkat kesadaran, keadaan pupil,
fungsi sensorik dan motorik, nervus kranial, dan refleks.
- Fase Rehabilitasi
Pertahankan nutrisi yag adekuat.
Program managemen bladder dan bowel.
Mempertahankan keseimbangan tubuh dan rentang gerak sendi (ROM).
Pertahankan integritas kulit.
Pertahankan komunikasi yang efektif.
Pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
Persiapan pasien pulang.
b. Pembedahan
Dilakukan jika perdarahan serebrum diameter lebih dari 3 cm atau volume lebih
dari 50 ml untuk dekompresi atau pemasangan pintasan ventrikulo-peritoneal bila
ada hidrosefalus obstruktif akut.
c. Terapi obat – obatan
Terapi pengobatan tergantung dari jenis stroke
Stroke Iskemia
Pemberian trombolisis dengan rt-PA (recombinant
tissueplasminogen).
Pemberian obat-obatan jantung seperti digoksin pada aritmia jantung
atau alfa beta, katopril, antagonis kalsium pada pasien dengan
hipertensi.
Stroke Hemoragik
Antihipertensi : katopril, antagonis kalsium.
Diuretik : manitol 20%, furosemide.
Antikonvulsan : fenitoin.
9. Komplikasi
Komplikasi stroke meliputi hipoksia serebral, penurunan aliran darah serebral
dan luasnya area cidera (Suzzane C, Smelzzer, dkk, 2001) antara lain :
a. Hipoksia serebral
Otak bergantung pada ketersediaan oksigen yang dikirimkan ke jaringan.
b. Penurunan darah serebral
Aliran darah serebral bergantung pada tekanan darah, curah jantung, dan
integritas pembuluh darah serebral.
c. Luasnya area cidera
Embolisme serebral dapat terjadi setelah infark miokard atau fibralsi atrium
atau dapat berasal dari katup jantung prostetik. Embolisme akan menurunkan
aliran darah ke otak dan selanjutnya menurunkan aliran darah serebral.
Distrimia dapat mengakibatkan curah jantung tidak konsisten dan penghentian
trombus lokal.
Menurut Brunner & Suddarth (2006), komplikasi stroke dibagi menjadi 2, sebagai
berikut :
a. Komplikasi neurologi yang terbagi menjadi :
Cacat mata dan telinga
Kelumpuhan
Lemah
b. Komplikasi non neurologi yang terbagi menjadi
Akibat neurologi yang terbagi menjadi :
Tekanan darah sistemik meninggi
Reaksi hiperglikemi (kadar gula dalam darah tinggi)
Edema paru
Kelainan jantung dan EKG
Sindroma inappropriate ante dieuretic hormone (SIADH)
Akibat mobilisasi meliputi :
Bronco pneumonia, emboli paru, depresi, nyeri, dan kaku bahu,
kontraktur, deformitas, infeksi, traktus urinarius, dekubitus, dan atropi
otot.
10. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
- Identitas : Usia, jenis kelamin, dan suku
- Riwayat keperawatan
Awal serangan
Iskemik : saat istirahat, bangun tidur, bertahap
Hemoragik : mendadak, saat beraktivitas
Gejala yang di alami
Sakit kepala, penurunan fungsi neurologis, penurunan kesadaran,
gangguan motorik (penurunan memori).
Riwayat sebelumnya
Stroke, hipertensi, DM, penyakit jantung, anemia.
Riwayat keluarga
Stroke dan penyakit yang menjadi faktor resiko (HT, DM, Penyakit
jantung).
Pola hidup
Perokok, alkoholik, kurang aktifitas, konsumsi junk food, stres.
Psikososial
Support sistem dan mekanisme koping.
Pemahaman pasien dan keluarga
Pencegahan stroke berulang dan komplikasi berlanjut.
- Pemeriksaan Fisik
Paralisis / paresis motorik : hemiplegia/hemiparesis, kelemahan otot
wajah, tangan.
Gangguan sensorik : kehilangan sensasi pada wajah, lengan dan
ekstremitas bawah.
Disphagia : kesulitan mengunyah, menelan, paralisis lidah, dan laring.
Gangguan visual : pandangan ganda, lapang pandang menyempit.
Kesulitan komunikasi : adanya aphasia sensorik (kerusakan pada area
wernick), aphasia motorik/ekspresive (kerusakan pada area broca),
aphasia global, kesulitan menulis (agraphia), kesulitan membaca
(alexia).
Disatria (kesulitan mengucapkan artikulasi/pelo, cadel), kelemahan
otot wajah, lidah, langit-langit atas, pharing, dan bibir.
Kemampuan emosi : perasaan, ekspresi wajah, penerimaan terhadap
kondisi dirinya.
Memori : pengenalan terhadap lingkungan, orang, tempat, waktu
Tingkat kesadaran
Fungsi bladder dan fungsi bowel.
- Pemeriksaan Penunjang
Hasil rontgen kepala dan medula spinalis
EEG
LP
CT scan
MRI
b. Diagnosa Keperawatan
Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan terhambatnya aliran darah ke otak.
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kesadaran. Defisit Perawatan diri : ADL berhubungan dengan menurunnya kekuatan
otot dan daya tahan. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kesulitan menelan, tidak adekuatnya intake sekunder penurunan kesesadaran.
Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan area bicara, penurunan saraf kranial VII
Perubahan pola napas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas. Gangguan konsep diri : gambaran diri, harga diri, peran, identitas
berhubungan dengan penurunan fungsi tubuh, peran dan ketergantungan. Resiko tinggi peningkatan tekanan intrakranial berhubungan dengan
peningkatan volume intrakranial, penekanan jaringan otak, dan edema serebri.
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan penurunan pertahanan primer.
Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanik.
c. Perencanaan Keperawatan
Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan terhambatnya
aliran darah ke otak.
Kriteria Hasil :
a. Kesadaran komposmentis.
b. GCS 13 – 15.
c. TTV di pertahankan dalam batas normal.
d. Keluhan pusing atau sakit kepala berkurang.
Intervensi :
a. Kaji dan monitor tingkat kesadaran, tanda – tanda vital, respon pupil
tiap 4 jam.
Rasional : untuk mengetahui tingkat kesadaran dan keadaan umum
normal klien.
b. Istirahatkan (Bedrest) selama fase akut 48-72 jam pertama
Rasional : agar klien tampak nyaman dan istirahat.
c. Tinggikan posisi kepala 15 – 30 derajat, posisi kepala anatomis
Rasional : agar klien tampak nyaman dan sirkulasi ke otak dapat
terpenuhi.
d. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian oksigen, anti edema,
metabolisme otak, anti hipertensi, neuro protektif.
Rasional : agar klien cepat sembuh dan pengobatannya terpenuhi.
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kesadaran.Kriteria Hasil : a. Mobilisasi klien baik b. Kesadaran komposmentisc. GCS 13 – 15
Intervensi :
a. Kaji tingkat kesadaran klienRasional : untuk mengetahui tingkat kesadaran.
b. Monitor Tanda – tanda vital setiap 2 jam Rasional : untuk mengetahui keadaan umum normal klien.
c. Lakukan pemeriksaan nervus saraf kranial Rasional : untuk mengetahui lapang pandang
d. Ajarkan klien latihan kekuatan ototRasional : agar klien bisa mobilisasi dengan baik.
e. Anjurkan klien latihan kekuatan otot selama 15 – 30 menit.Rasional : agar pergerakan klien bisa aktif kembali secara bertahap.
f. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi Rasional : agar klien bisa mobilisasi dengan baik kembali.
Defisit Perawatan diri : ADL berhubungan dengan menurunnya kekuatan otot dan daya tahan.Kriteria Hasil :
a. Perawatan diri klien secara mandiri terpenuhi
b. Mobilisasi klien baik
Intervensi :
a. Kaji kemampuan ADL klien
Rasional : untuk mengetahui kemampuan klien dalam perawatan diri.
b. Mandikan klien jika bedrest di tempat tidur
Rasional : agar perawatan diri klien terpenuhi.
c. Ajarkan klien latihan kekuatan otot.
Rasional : agar pergerakan otot klien aktif
d. Anjurkan klien untuk melakukan sendiri perawatan dirinya jika
mampu.
Rasional : menumbuhkan kemandirian klien dalam perawatan diri.
e. Jelaskan kepada klien manfaat perawatan diri : mandi 3x/hari
Rasional : agar klien mengerti dan
f. Kolaborasi dengang ahli fisioterapi
Rasional : agar mobilisasi dan pergerakan otot klien aktif.
DAFTAR PUSTAKA
Tarwoto, dkk. 2007. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta :
Sagung Seto
Doengoes, E.Marliyn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC
Smeltzer, C. Suzanne. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth,
vol 2 Edisi 8. Jakarta : EGC
Muttaqin, Arif. 2008 Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Persyarafan. Jakarta : Salemba Medika
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 2. Jakarta : EGC