lp stres adaptasi
DESCRIPTION
Laporan Pendahuluan Pada Pasien dengan kebutuhan stres dan adaptasiTRANSCRIPT
A. Pengertiaan Stres, Adaptasi, Koping
1. Stres
Setiap orang mengalami stres dari waktu ke waktu dan umumnya
seseorang dapat mengadaptasi stres jangka pendek sampai stres tersebut berlalu.
Stres dapat menimbulkan tuntutan yang besar pada seseorang dan jika orang
tersebut tidak dapat mengadaptasinya maka dapat terjadi penyakit. Respon atau
tindakan ini termasuk respon fisiologis dan psikologis. Stres dapat menyebabkan
perasaan negatif atau yang berlawanan dengan apa yang diinginkan atau
mengancam kesejahteraan emosional. Persepsi atau pengalaman individu
terhadap perubahan besar menimbulkan stres. Stimuli yang mengawali atau
mencetuskan perubahan disebut stressor. Stressor internal berasal dari dalam diri
seseorang (mis. Demam, kondisi seperti kehamilan atau menopause, atau suatu
keadaan emosi seperti rasa bersalah). Stressor external berasal dari luar diri
seseorang (mis. Perubahan bermakna dalam suhu lingkungan, perubahan dalam
peran keluarga atau sosial, atau tekanan dari pasangan).
Clonninger (1996, dalam Safaria, 2009) menyatakan stres adalah keadaan
yang membuat tegang yang terjadi ketika seseorang mendapatkan masalah atau
tantangan dan belum mempunyai jalan keluarnya atau banyak pikiran yang
mengganggu seseorang terhadap sesuatu yang akan dilakukannya. Kendall dan
Hammen (1998) mengemukakan stress terjadi pada individu ketika terdapat
ketidakseimbangan antara situasi yang menuntut dengan perasaan individu atas
kemampuannya untuk bertemu dengan tuntutan-tuntutan tersebut. Situasi yang
menuntut tersebut dipandang sebagai beban atau melebihi kemampuan individu
untuk mengatasinya. Stres adalah segala masalah atau tuntutan penyesuaian diri
yang dapat mengganggu keseimbangan seseorang (Maramis, 2005). Dari
pernyataan ini factor penting yang ditekankan adalah adaptasi agar keseimbangan
selalu terjaga di dalam diri kita. Selye (1946, 1976) mengemukakan stres adalah
respon tubuh yang bersifat non spesifik terhadap setiap tuntutan kebutuhan. Ini
berarti bahwa setiap pemenuhan kebutuhan biasanya dibarengi dengan adanya
ketegangan atau stres. Pendapat lain dikemukakan oleh Kartono dan Gulo (2000)
yang mengemukakan empat definisi stress sebagai berikut: (1) sebagai suatu
stimulus yang menegangkan daya psikologis dan fisiologis organisme, (2) sejenis
frusturasi dengan aktivitas terarah pada pencapaian tujuan telah terganggu, tapi
tidak terhalangi, yang disertai perasaan khawatir dalam pencapaian tujuan
tersebut, (3) kekuatan yang diterapkan pada suatu system berupa tekanan fisik dan
psikologis yang dikenakan pada diri dan pribadi, dan (4) suatu kondisi ketegangan
fisik atau psikologis yang disebabkan oleh adanya persepsi ketakutan dan
kecemasan. Dari berbagai definisi di atas dapat dinyatakan bahwa stress itu adalah
ketegangan, setiap ketegangan yang dirasakan oleh seseorang akan mengganggu
dan dapat menimbulkan reaksi fisiologis, emosi, kognitif, maupun perilaku. Stress
tidak bias dihindari sepenuhnya, tapi dapat dikurangi dengan mengabaikan hal-hal
yang tidak begitu penting. Setiap hari kita mengalami berbagai macam stimulasi
yang menimbulkan stress, diantaranya kemacetan, lingkungan yang panas, polusi
udara, kebisingan, tekanan waktu dan lainnya. Dengan mengetahui sumber-
sumber stress dalam kehidupan, kita akan lebih mampu mengelola keadaan yang
menekan-menegangkan tersebut secara efektif.
2. Adaptasi
Adaptasi adalah proses perubahan dimensi fisiologis dan psikososial
dalam berespon terhadap stress. Gerungan (1996) mengemukakan [enyesuaian
diri/adaptasi adalah mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan, tetapi juga
mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan diri). Aadaptasi
merupakan pertahanan yang didapat sejak lahir atau diperoleh karena belajar dari
pengalaman untuk mengatasi stress. Folkman dan lazarus (1984) mengemukakan
adaptasi adalah usaha-usaha kognitif dan usaha perilaku untuk enangani
permintaan-permintaan eksternal dan atau internal yang dinilai
melampaui/menganggu sumber-sumber daya yang dimiliki oleh orang tersebut.
Pada hakekatnya adapatasi adalah suatu proses perubahan terjadi dalam
aktivitas aspek fisiologis dan psikososial dalam berespon terhadap suatu stresor.
Perubahan yang terjadi dalam rangka menyesuaikan diri melalui suatu pertahanan
diri yang di dapat sejak lahir atau diperoleh melalui pengalaman.
3. Koping
a. Pengertian Koping
Koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan
masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, respon terhadap situasi yang
mengancam. Upaya individu dapat berupa perubahan cara berfikir (kognitif),
perubahan perilaku atau perubahan lingkungan yang bertujuan untuk
meyelesaikan stres yang dihadapi. Koping yang efektif akan menghasilkan
adaptasi. Koping dapat diidentifikasi melalui respon, manifestasi (tanda dan
gejala) dan pertanyaan klien dalam wawancara (Keliat, 1999). Koping adalah
cara yang dilakukan individu, dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan
diri dengan keinginan yang akan dicapai, dan respons terhadap situasi yang
menjadi ancaman bagi diri individu (Nurhaeni, 1998). Berdasarkan definisi
di atas maka yang dimaksud koping adalah cara yang digunakan individu
dalam menyelesaikan masalah, mengatasi perubahan yang terjadi dan situasi
yang mengancam baik secara kognitif maupun perilaku. Koping dibagi
menjadi dua bagian, yaitu memfokuskan pada pemecahan masalah dan
memfokuskan pada emosi. Jenis-jenis koping yang memfokuskan pada
masalah berupa :
1) Keaktifan diri, adalah suatu tindakan yang mencoba menghilangkan atau
mengelabuhi penyebab stres atau untuk memperbaiki akibat yang
ditimbulkan, dengan kata lain bertambahnya usaha seseorang untuk
melakukan koping, antara lain dengan bertindak langsung.
2) Perencanaan, adalah memikirkan tentang bagaimana mengatasi
penyebab stres, contohnya dengan membuat strategi untuk bertindak,
memikirkan tentang langkah apa yang perlu diambil dalam menangani
suatu masalah.
3) Kontrol diri, adalah individu membatasi keterlibatannya dalam aktivitas
kompetensi atau persaingan dan tidak bertindak terburu-buru, menunggu
sehingga layak untuk melakukan suatu tindakan dengan mencari
alternative lain.
4) Mencari dukungan sosial, adalah mencari nasehat, pertolongan,
informasi, dukungan moral, empati, dan pengertian.
Sedangkan koping yang memfokuskan pada emosi, yaitu berupa :
1) Mengingkari, adalah suatu tindakan atau pengingkaran terhadap suatu
masalah.
2) Penerimaan diri, adalah suatu situasi yang penuh dengan tekanan
sehingga keadaan ini memaksanya untuk mengatasi masalah tersebut.
3) Religius, adalah sikap individu untuk menenangkan dan menyelesaikan
masalah-masalah secara keagamaan.
b. Aspek-Aspek Koping Koping dapat dikaji melalui berbagai aspek, salah
satunya adalah aspek psikososial (Keliat, 1999) yaitu :
1) Reaksi Orientasi Tugas Berorientasi terhadap tindakan untuk memenuhi
tuntunan dan situasi stres secara realistis, dapat berupa konstruktif atau
destruktif. Misal :
(a) Perilaku menyerang (agresif) biasanya untuk menghilangkan atau
mengatasi rintangan untuk memuaskan kebutuhan.
(b) Perilaku menarik diri digunakan untuk menghilangkan sumber-
sumber ancaman baik secara fisik atau psikologis.
(c) Perilaku kompromi digunakan untuk merubah cara melakukan,
merubah tujuan atau memuaskan aspek kebutuhan pribadi seseorang.
2) Mekanisme Pertahanan Diri Sering disebut sebagai mekanisme
pertahanan mental. Adapun mekanisme pertahanan diri adalah sebagai
berikut (Mustikasari, 2006):
(a) Penyangkalan (denial) Menyatakan ketidak setujuan terhadap realitas
dengan mengingkari realitas tersebut. Mekanisme pertahanan ini
adalah paling sederhana dan primitive.
(b) Pemindahan (displecement) Pengalihan emosi yang semula
ditunjukkan pada seseorang/benda lain yang biasanya netral atau
lebih sedikit mengancam dirinya.
(c) Disosiasi Pemisahan suatu kelompok proses mental atau perilaku dari
kesadaran atau identitas.
(d) Identifikasi (Identification) Proses dimana seseorang untuk menjadi
seseorang yang ia kagumi berupaya dengan mengambil/menirukan
pikiran-pikiran, perilaku dan selera orang tersebut.
(e) Intelektualisasi (Intelectualization) Penggunaan logika dan alasan
yang berlebihan untuk menghindari pengalaman yang mengganggu
perasaannya.
(f) Rasionalisasi Mengemukakan penjelasan yang tampak logis dan dapat
diterima masyarakat untuk menghalalkan/membenarkan impuls,
perasaan, perilaku, dan motif yang tidak dapat diterima.
(g) Sublimasi Penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya
dimata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami halangan
dalam penyalurannya secara normal.
(h) Supresi Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme
pertahanan tetapi sebetulnya merupakan analog represi yang didasari
atau pengesampingan yang disengaja tentang suatu bahan dari
kesadaran seseorang, kadang-kadang dapat mengarah pada represi
yang berikutnya.
(i) Represi Pengesampingan secara tidak sadar tentang pikiran, impuls
atau ingatan yang meyakitkan atau bertentangan, dari kesadaran
seseorang, merupakan pertahan ego yang primer yang cenderung
diperkuat oleh mekanisme lain.
c. Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Koping Individu Faktor-faktor
yang mempengaruhi mekanisme koping individu antara lain
(Handayani, 2000):
1. Umur
Dalam penelitian Suprapto (2002) tentang koping pada kecemasan,
dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa umur usia muda
lebih mudah mengalami peningkatan stres dibandingkan dengan umur
usia dewasa. Lazarus (Suprapto, 2002) mengatakan bahwa struktur
psikologis individu yang komplek dan sumber koping yang berubah
sesuai dengan tingkat usianya akan menghasilkan reaksi yang
berbeda dalam menghadapi situasi yang menekan.
2. Jenis Kelamin
Pria dan wanita mempunyai koping yang berbeda dalam menghadapi
masalah. Perilaku koping wanita biasanya lebih ditekankan pada
usaha untuk mencari dukungan sosial dan lebih menekankan pada
relegius, sedangkan pria lebih menekankan pada tindakan langsung
untuk menyelesaikan pokok permasalahan.
3. Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan proses hasil belajar yang berlangsung di suatu
lembaga pendidikan atau instusi dengan berbagai jenjang. Individu
yang mempunyai pendidikan tinggi akan tinggi pula perkembangan
kognitifnya yaitu dengan adanya pengalaman-pengalaman bersama
dan pengembangan cara-cara pemikiran baru mengenai masalah umur
atau kelompok diri sendiri yang dilakukan dengan penelitian yang
lebih realistis dan efektif. Hal ini dapat meningkatkan ketrampilan
koping individu sehingga mampu menggunakan koping adaptif.
4. Status Sosial Ekonomi
Individu yang mempunyai status sosial ekonomi rendah lebih sering
mendapat akibat negatif dari stress sehingga mereka akrab dengan
kriminalitas, sakit mental, dan minum yang mengandung alkohol. Hal
ini terjadai karena kontrol atas hidupnya tidak begitu kuat, mereka
biasanya kurang pendidikan sehingga mereka kurang mampu untuk
menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan proses
perawatan di rumah sakit secara tepat.
5. Dukungan Sosial
Dengan adanya dukungan sosial atau pemberian bantuan kepada orang
tua pasien dari keluarga, teman dan masyarakat dapat menimbulkan
perasaan diperhatikan, disenangi dan dihargai sehingga dapat merubah
mekanisme koping individu. Bentuk dukungan sosial antara lain:
dukungan emosional, dukungan instrumen (finansial), dukungan
informasi, dukungan penilaian berupa komunikasi yang relevan untuk
evaluasi diri.
B. Tanda dan Gejala
Stres
Gejala awal yang perlu diperhatikan pada stres kerja, antara lain :
1. Sakit kepala
2. Tidur terganggu
3. Sulit berkonsentrasi
4. Mudah marah
5. Gangguan dilambung
6. Hasil kerja yang tidak memuaskan
7. Bermoral rendah
Ketidakefektifan koping
1. Data Mayor
a. Pernyataan ketidakmampuan untuk mengatasi atau meminta bantuan
atau
b. Penggunaan mekanisme pertahanan yang tidak sesuai atau
c. Ketidakmampuan memenuhi peran yang diharapkan
d. Perilaku destruktif terhadap diri sendiri atau orang lain
2. Data Minor
a. Rasa khawatir kronis, ansietas
b. Melaporkan kesulitan menghadapi stress kehidupan
c. Ketidakefektifan partisipasi social
d. Manipulasi verbal
e. Ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar
f. Pola respons nonasertif
g. Perubahan dalam pola komunikasi yang biasa
Ketidakmampuan Koping Keluarga
1. Data Mayor
a. Pemberian asuhan yang kasar atau ceroboh kepada klien
b. Kekerasan pasangan
c. Hubungan yang tidak acuh dengan anggota keluarga ini
2. Data Minor
a. Penyimpangan realitas berkenaan dengan masalah kesehatan klien
b. Intoleran
c. Penelantaran
d. Agitasi
e. Agresi
f. Penolakan
g. Desersi
h. Depresi
i. Bermusuhan
j. Gangguan restrukturisasi unit keluarga
Penurunan Koping Keluarga
1. Subjektif
a. Klien mengekspresikan atau membenarkan kekhawatiran atau keluhan
tentang respons orang terdekat terhadap masalah kesehatannya.
b. Orang terdekat terlalu larut dengan reaksi personal mereka (mis.,
Ketakutan dukacita adaptif, rasa bersalah, ansietas) terhadap penyakit,
ketidakmampuan atau krisis perkembangan atau situasional klien yang
dialami klien).
c. Orang terdekat menjelaskan atau membenarkan kurangnya pemahaman
atau dasar pengetahuan yang mengganggu perilaku asistif atau suportif
yang efektif.
2. Objektif
a. Orang terdekat mengupayakan perilaku asistif atau suportif dengan hasil
yang kurang memuaskan.
b. Orang terdekat menarik diri atau masuk ke dalam komunikasi personal
yang terbatas atau temporer dengan klien pada saat dibutuhkan.
c. Orang terdekat memperlihatkan perilaku protektif yang tidak berimbang
(terlalu sedikit atau terlalu banyak) terhadap kemampuan atau kebutuhan
klien akan otonom.