lp post-partum.rtf

Download LP POST-PARTUM.rtf

If you can't read please download the document

Upload: rhinapusphita

Post on 21-Nov-2015

83 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

I

19

LAPORAN PENDAHULUAN POSTNATAL PADA NY.RDI PUSKESMAS GONDANG REJO KARANGANYAR

Definisi Periode postpartum (nifas/puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal berlangsung selama enam minggu atau 42 hari (Ambarwati & Wulandari, 2008).

Masa nifas adalah waktu untuk perbaikan tubuh selama persalinan dan kelahiran. Periode ini juga merupakan waktu untuk mempelajari perawatan diri dan keterampilan perawatan bayi, penyatuan peran baru dan kelanjutan ikatan keluarga serta penilaian terhadap bayi baru lahir (Novak & Broom, 1999). Masa nifas berlangsung sejak ibu melahirkan sampai ibu berhenti mengeluarkan darah, lamanya sekitar 40 hari setelah melahirkan (Nasedul, 2000).

Tanda dan Gejala(Rostam Mochtar, 2004)

Primer

Perubahan hemodinamik: hipotensi, takikardiOligouria (urin < 300 cc/ 24 jam)Perdarahan > 500 cc/24 jamDistensi kandung kemih

Sekunder

Perdarahan kadang banyak kadang sedikitPerdarahan dengan bekuan sisa plasentaTerdapat tanda subinvolusiLochea merah tua dan berbau jika terdapat infeksiKenaikan suhu badan

Perubahan dan Fisiologi pada masa Kehamilan

Perubahan Fisiologis Pada Masa Postpartum1. NyeriRobekan jalan lhir ,menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan dan organ genetalia ibu, sehingga menyebabkn rasa nyeri2. keletihanSelama proses persalinan seorang ubu nenbutuhkan tenaga yang besar ubtuk mengeluarkan bayi dari dalam rahim, dan hal ini membutuhkan tenaga yang besar3. Involusi UteriInvolusi uteri terjadi segera setelah melahirkan dan berlangsung cepat. Dalam 12 jam pertama setelah melahirkan fundus uteri teraba satu cm dibawah pusat, lima sampai enam minggu kemudian kembali ke dalam ukuran tidak hamil. Dinding endometrium pada bekas implantasi plasenta pada lapisan superfisial akan mengalami nekrotik dan akan keluar cairan berupa sekret sebagai lochea. Luka bekas implantasi plasenta akan sembuh sempurna sekitar enam minggu setelah kelahiran (Bobak dkk., 2004). Kegagalan penyembuhan tempat menempelnya plasenta dapat menyebabkan pengeluaran lochea terus menerus, perdarahan pervaginam tanpa nyeri. Menyusui dan mobilisasi menyebabkan ekskresi lochea sedikit lebih banyak dibandingkan posisi tidur saja, karena itu menyusui dan mobilisasi dini yang disertai asupan nutrisi yang adekuat mempercepat proses involusi uteri (Coad & Dunstall, 2006).4. Serviks, Vagina dan Perineum Serviks dan segmen bawah uterus menjadi lebih tipis selama immediate postpartum. Pada beberapa persalinan terjadi laserasi pada serviks. Vagina dan perineum dapat mengalami robekan, edema dan memar (Ambarwati & Wulandari, 2009). 5. PayudaraPerkembangan kelenjar mamae secara fungsional lengkap pada pertengahan masa kehamilan, tetapi laktasi terhambat sampai kadar estrogen menurun, yakni setelah janin dan plasenta lahir. Konsentrasi hormon yang menstimulasi perkembangan payudara selama hamil menurun dengan cepat setelah bayi lahir. Waktu yang dibutuhkan hormon kembali ke kadar sebelum hamil sebagian ditentukan oleh apakah ibu menyusui atau tidak. Pada ibu yang tidak menyusui kadar prolaktin akan turun dengan cepat. Pada hari ketiga dan keempat postpartum bisa terjadi pembengkakan (engorgement), payudara teregang, keras, nyeri bila ditekan dan hangat jika diraba. Distensi payudara terutama disebabkan oleh kongesti sementara vena dan pembuluh limfatik bukan akibat penimbunan air susu. Pembengkakan dapat hilang dengan sendirinya dan rasa tidak nyaman biasanya berkurang dalam 24 jam sampai 36 jam. Pada ibu yang menyusui, sebelum laktasi dimulai payudara teraba lunak dan suatu cairan kekuningan yakni kolostrum dikeluarkan dari payudara. Setelah laktasi dimulai, payudara teraba hangat dan keras ketika disentuh (Bobak dkk., 2005).6. Sistem UrinariaUretra, kandung kemih dan jaringan sekitar meatus urinarius dapat mengalami trauma mekanik akibat desakan oleh bagian yang berpresentasi selama persalinan kala II, Hal ini dapat menyebabkan kehilangan sensasi untuk buang air kecil (Ambarwati & Wulandari, 2009).7. Sistem sirkulasi dan Vital SignAdanya hipervolemi, dimana terjadi peningkatan plasma darah saat persalinan menyebabkan ibu toleran terhadap kehilangan darah saat persalinan. Segera setelah kelahiran terjadi peningkatan cardiac output yang dapat tetap ada selama 28 jam setelah kelahiran dan akan turun secara perlahan pada keadaan normal sekitar 12 minggu setelah persalinan (Bobak dkk., 2004; Derek & Jones, 2005). 8. Sistem MuskuloskeletalSelama beberapa hari hormon relaxin menurun, dan ligamen kartilago pelvis mulai kembali ke keadaan sebelum hamil. Pada sebagian ibu, otot abdomen dapat melemah dan kendur. Hal ini mempengaruhi resiko konstipasi selama postpartum karena penurunan tonus dinding abdomen mempengaruhi motilitas usus. Stasis vena yang dapat terjadi selama hamil tua, berkontribusi terhadap terbentuknya bekuan darah (trombosis) pada ekstremitas bawah. Hal ini dapat dicegah dengan mobilisasi dini setelah persalinan.( Burrougs & Leifer, 2001; Bobak dkk., 2004).9. Sistem GastrointestinalIbu akan sering haus dan lapar setelah melahirkan, akibat kehabisan tenaga dan restriksi cairan selama persalinan. Pembatasan asupan nutrisi dan cairan dapat menyebabkan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit serta keterlambatan pemulihan fungsi tubuh ( Bobak dkk., 2004; Derek & Jones 2005).10. Sistem Endokrin Level estrogen dan progesteron menurun setelah ekspulsi plasenta. Jika ibu tidak menyusui, level estrogen akan kembali meningkat sekitar tiga minggu setelah kelahiran yang diikuti dengan kembalinya menstruasi. Pada ibu menyusui level estrogen dan progesteron lebih lambat kembali pada level sebelum hamil.; Derek & Jones, 2005 ; Ambarwati & Wulandari, 2009). 1.4. Perubahan Psikologis pada Masa Postpartum.Ada tiga fase penyesuaian Ibu terhadap perannya sebagai orang tua yaitu :A. Fase Dependen.Selama satu atau dua hari pertama setelah melahirkan, ketergantungan ibu menonjol. Pada waktu ini ibu mengharapkan segala kebutuhannya dapat dipenuhi orang lain. Rubin (1961) menetapkan periode ini sebagai fase menerima (taking-in phase), suatu waktu dimana ibu memerlukan perlindungan dan perawatan (Bobak dkk., 2004). B. Fase Dependen-MandiriApabila ibu telah menerima asuhan yang cukup selama beberapa jam atau beberapa hari pertama setelah persalinan, maka pada hari kedua atau ketiga keinginan untuk mandiri timbul dengan sendirinya. Secara bergantian muncul kebutuhan untuk mendapat perawatan dan penerimaan dari orang lain dan keinginan untuk bisa melakukan segala sesuatu secara mandiri. Keadaan ini disebut juga fase taking-hold yang berlangsung kira-kira sepuluh hari (Bobak dkk., 2004). C. Fase Interdependen Pada fase ini perilaku interdependen muncul, ibu dan para anggota keluarga saling berinteraksi. Hubungan antar pasangan kembali menunjukkan karakteristik awal. Fase yang disebut juga letting-go ini merupakan fase yang penuh stres bagi orangtua. Suami dan Istri harus menyesuaikan efek dan perannya masing-masing dalam hal mengasuh anak, mengatur rumah dan membina karier (Bobak dkk., 2004).

Perubahan Psikologis

Taking in Phase

Timbul pada jam pertama kelahiran 1 2 hari selama masa ini ibu cenderung pasif, ibu cenderung dilayani dalam memenuhi cenderung sendiri. Hal ini disebabkan rasa tidak nyaman pada perineal, nyeri setelah melahirkan.Taking Hold Phase

Ibu post partum mulai berinisiatif untuk melakukan tindakan sendiri, telah suka membuat keputusan sendiri. Ibu mulai mempunyai ketertarikan yang kuat pada bayinya pada hari 4 7 hari post partum.Letting Go Phase

Ibu post partum dapat menerima keadaan dirinya apa adanya. Proses ini perlu menyesuaikan diri terjadi pada hari terakhir minggu pertama.PatofisiologiPada dasarnya perdarahan terjadi karena pembuluh darah didalam uterus masih terbuka. Pelepasan plasenta memutuskan pembuluh darah dalam stratum spongiosum sehingga sinus-sinus maternalis ditempat insersinya plasenta terbuka.Pada waktu uterus berkontraksi, pembuluh darah yang terbuka tersebut akan menutup, kemudian pembuluh darah tersumbat oleh bekuan darah sehingga perdarahan akan terhenti. Adanya gangguan retraksi dan kontraksi otot uterus, akan menghambat penutupan pembuluh darah dan menyebabkan perdarahan yang banyak. Keadaan demikian menjadi faktor utama penyebab perdarahan paska persalinan. Perlukaan yang luas akan menambah perdarahan seperti robekan servix, vagina dan perineum.

Pathway , (Sarwono, 2005)Post partum fisiologis

Episiotomi (insisi )Nyeri akutResti infeksiLuka jahitan periniumPsikologis

Reva rubingProses parenting

Terputusnya inkontinyuitas jaringan

Mekanis

Fase taking in

Tak terpenuhiFase taking hold

Kelemahan fisik

Fase fetinggo

Gangguan pemenuhan ADLPenambahan anggota baru

Kurang pengetahuan perawatan bayiPerubahan pola peran

Penatalaksanaan Medis (Sarwono, 2005).Golongan darah ABO dan RH untuk mengidentifikasi resiko terhadap inkompatibilitas Usap vagina/rectal Tes untuk neisseria gonorrhoea, chlamydia Tes serologi Menentukan adanya sifilis, penyakit hubungan kelamin.4. Skrining Terhadap HIV, hepatitis, tuberkulosis Urinalisis Skrin untuk kondisi medis (mis : pemastian kehamilan, infeksi, diabetes, penyakit ginjal).

Penatalaksanaan umum

Ketahui secara pasti kondisi ibu bersalin sejak awal.Pimpin persalinan dengan mengacu pada persalinan bersih dan amanSelalu siapkan keperluan tindakan gawat darurat.Segera lakukan penilaian klinik dan upaya pertolongan apabila dihadapkan dengan masalah dan komplikasi.Atasi syok jika terjadi syok.Pastikan kontraksi berlangsung baik (keluarkan bekuan darah, lakukan pijatan uterus, beri uterotonika 10 IV dilanjutkan infus 20 ml dalam 500 cc NS/RL dengan tetesan 40 tetes/menit).Pastikan plasenta telah lahir lengkap dan eksplorasi kemungkinan robekan jalan lahir.Bila perdarahan tidak berlangsung, lakukan uji bekuan darah.Pasang kateter tetap dan pantau cairan keluar masuk.Lakukan observasi ketat pada 2 jam pertama paska persalinan dan lanjutkan pemantauan terjadwal hingga 4 jam berikutnya.

Penatalaksanaan khusus

Atonia uteri

Kenali dan tegakan kerja atonia uteri sambil melakukan pemasangan infus dan pemberian uterotonika, lakukan pengurutan uterus.Pastikan plasenta lahir lengkap dan tidak ada laserasi jalan lahir.Lakukan tindakan spesifik yang diperlukan: Kompresi bimanual eksternal yaitu menekan uterus melalui dinding abdomen dengan jalan saling mendekatkan kedua belah telapak tangan yang melingkupi uteus. Bila perdarahan berkurang kompresi diteruskan, pertahankan hingga uterus dapat kembali berkontraksi atau dibawa ke fasilitas kesehata rujukan.Kompresi bimanual internal yaitu uterus ditekan diantara telapak tangan pada dinding abdomen dan tinju tangan dalam vagina untuk menjempit pembuluh darah didalam miometrium.Kompresi aorta abdominalis yaitu raba arteri femoralis dengan ujung jari tangan kiri, pertahankan posisi tersebut genggam tangan kanan kemudian tekankan pada daerah umbilikus, tegak lurus dengan sumbu badan, hingga mencapai kolumna vertebralis, penekanan yang tepat akan menghetikan atau mengurangi, denyut arteri femoralis.

Retensio plasenta dengan separasi parsial

Tentukan jenis retensio yang terjadi karena berkaitan dengan tindakan yang akan diambil.Regangkan tali pusat dan minta pasien untuk mengejan, bila ekspulsi tidak terjadi cobakan traksi terkontrol tali pusat.Pasang infus oksitosin 20 unit/500 cc NS atau RL dengan tetesan 40/menit, bila perlu kombinasikan dengan misoprostol 400mg per rektal.Bila traksi terkontrol gagal melahirkan plasenta, lakukan manual plasenta secara hati-hati dan halus.Restorasi cairan untuk mengatasi hipovolemia.Lakukan transfusi darah bila diperlukan.Berikan antibiotik profilaksis (Ampicilin 2 gr IV/oral + metronidazole 1 g supp/oral).

Plasenta inkaserata

Tentukan diagnosis kerjaSiapkan peralatan dan bahan untuk menghilangkan kontriksi serviks yang kuat, tetapi siapkan infus fluothane atau eter untuk menghilangkan kontriksi serviks yang kuat, tetapi siapkan infus oksitosin 20 untuk 500 NS atau RL untuk mengantisipasi gangguan kontraksi uterus yang mungkin timbul.Bila bahan anestesi tidak tersedia, lakukan manuver sekrup untuk melahirkan plasenta.Pasang speculum Sims sehingga ostium dan sebagian plasenta tampak jelas.Jepit porsio dengan klem ovum pada jam 12, 4 dan 8 dan lepaskan speculum.Tarik ketiga klem ovum agar ostium, tali pusat dan plasenta tampak jelas.Tarik tali pusat ke lateral sehingga menampakkan plasenta disisi berlawanan agar dapat dijepit sebanyak mungkin, minta asisten untuk memegang klem tersebut.Lakukan hal yang sama pada plasenta kontra lateral.Satukan kedua klem tersebut, kemudian sambil diputar searah jarum jam tarik plasenta keluar perlahan-lahan.

Ruptur uteri

Berikan segera cairan isotonik (RL/NS) 500 cc dalam 15-20 menit dan siapkan laparatomi.Lakukan laparatomi untuk melahirkan anak dan plasenta, fasilitas pelayanan kesehatan dasar harus merujuk pasien ke rumah sakit rujukan.Bila konservasi uterus masih diperlukan dan kondisi jaringan memungkinkan, lakukan operasi uterus.Bila luka mengalami nekrosis yang luas dan kondisi pasien mengkwatirkan lakukan histerektomi.Lakukan bilasan peritonial dan pasang drain dari cavum abdomen Antibiotik dan serum anti tetanus, bila ada tanda-tanda infeksi.

Sisa plasenta

Penemuan secara dini, dengan memeriksa kelengkapan plasenta setelah dilahirkan.Berikan antibiotika karena kemungkinan ada endometriosis.Lakukan eksplorasi digital/bila serviks terbuka dan mengeluarkan bekuan darah atau jaringan, bila serviks hanya dapat dilalui oleh instrument, lakukan evakuasi sisa plasenta dengan dilatasi dan kuret.Hb 8 gr% berikan transfusi atau berikan sulfat ferosus 600mg/hari selama 10 hari.

Ruptur peritonium dan robekan dinding vagina

Lakukan eksplorasi untuk mengidentifikasi lokasi laserasi dan sumber perdarahan.Lakukan irigasi pada tempat luka dan bubuhi larutan antiseptic.Jepit dengan ujung klem sumber perdarahan kemudian ikat dengan benang yang dapat diserap.Lakukan penjahitan luka dari bagian yang paling distal.Khusus pada ruptur perineum komplit dilakukan penjahitan lapis demi lapis dengan bantuan busi pada rektum, sebagai berikut :

Setelah prosedur aseptik- antiseptik, pasang busi rektum hingga ujung robekan.Mulai penjahitan dari ujung robekan dengan jahitan dan simpul sub mukosa, menggunakan benang polyglikolik nomor 2/0 (deton/vierge) hingga ke sfinter ani, jepit kedua sfinter ani dengan klem dan jahit dengan benang nomor 2/0.Lanjutkan penjahitan ke lapisan otot perineum dan sub mukosa dengan benang yang sama (atau kromik 2/0) secara jelujur.Mukosa vagina dan kulit perineum dijahit secara sub mukosa dan sub kutikuler.Berikan antibiotik profilaksis. Jika luka kotor berikan antibiotika untuk terapi.

Robekan serviks

Sering terjadi pada sisi lateral, karena serviks yang terjulur akan mengalami robekan pada posisi spina ishiadika tertekan oleh kepala bayi.Bila kontraksi uterus baik, plasenta lahir lengkap, tetapi terjadi perdarahan banyak maka segera lihat bagian lateral bawah kiri dan kanan porsioJepitan klem ovum pada kedua sisi porsio yang robek sehingga perdarahan dapat segera di hentikan, jika setelah eksploitasi lanjutkan tidak dijumpai robekan lain, lakukan penjahitan, jahitan dimulai dari ujung atas robekan kemudian kearah luar sehingga semua robekan dapat dijahitSetelah tindakan periksa tanda vital, kontraksi uterus, tinggi fundus uteri dan perdarahan paska tindakan.Berikan antibiotika profilaksis, kecuali bila jelas ditemui tanda-tanda infeksi.Bila terjadi defisit cairan lakukan restorasi dan bila kadar Hb dibawah 8 gr% berikan transfusi darah

Komplikasi Kehamilan (Heather, 2011)Perdarahan dan infeksiGangguan psikologis dan depresiGangguan invulusi uterusRobeknya vagina dan perineum yang terjadi pada persalinan :Robekan tingkat 1 yang mengenai mukosa vagina dan jaringan ikatRobekan tingkat 2 mengetahui alat-alat di bawahnyaRobekan tingkat 3 mengenai muskulus spinteraniRobekan tingkat 4 mengenai mukosa rektum

Asuhan KeperawatanPENGKAJIANTanggal pengkajian :

Waktu Pengkajian :

Data umum kesehatanInisial Klien :

Umur :Satus Perkawinan :Pendidikan Terakhir:

Riwayat Kehamilan Persalinan Lalu

NoTipe PersalinanBB lahirKeadaan bayi waktu lahirKomplikasi nifasUmur Sekarang

Pengalaman Menyusui: ya/tidak, lama

Riwayat kesehatan saat iniBerapa kali periksa hamil:Masalah Kehamilan:Jenis Persalinan

Spontan:SC atas Indikasi:Jenis Kelamin:

Berat Badan: gramTinggi Badan: cmPendarahan: ccMasalah dalam persalinan:

Riwayat GinekologiMasalah Ginekologi:Riwayat KB:

Data PostnatalStatus Obstretikus: G.P..A

Bayi rawat tabung: ya/tidakJika Tidak, alaasan:Keadaan Umum:Kesadaran`:BB/TB:Tanda Vital:

TD :mmHg Suhu : CNadi : X/menit RR : X/menitKepala-Leher

KepalaMataHidungMulutTelingaLeher

Dada

JantungParuPayudara

Abdomen

Involvus UterusFundus UterusKontraksiPosisiKandung KemihDiastasis rectus abdominisFungsi pencernaan

Perinium dan genital

Vagina:Perineum: utuh/episiotomy/rupture

Tanda REEDAKebersihan:Lokhea:Hemorrhoid:

Ekstremitas

Ekstremitas Atas

Edema:Ekstremitas Bawah

Edema:Varises:Eliminasi

BAK

Frekuensi BAK:Keluhan :BAB

Frekuensi BAB:Keluhan :Istirahat dan kenyamanan

Pola tidur:Keluhan Ketidaknyamanan:

Mobilisasi dan latihan

Tingkatkan mobilisasi:Latihan/senam:

Nutrisi dan cairan

Asupan Nutrisi:Asupan Asupan cairan:

Keadaan mental

Adaptasi Psikologis:Penerimaan terhadap bayi:

Pemeriksaan Penunjang

Hari/tanggal/jamJenis PemeriksaanNilai NormalSatuanHasilKet. hasil

Terapi Obat

NoHari/tgl/jamData FokusProblemEtiologittd

b. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan yang sering muncul :1. Kekurangan volume cairan b/d perdarahan pervaginan2. Nyeri b/d prosedur invasif3. Resiko infeksi b/d prosedur invasif4.kelelahan b/d kondisi fisik yang buruk (pasca persalinan/post partum)

NoNANDANOCNIC1. Kekurangan volume cairan b/d perdarahan pervaginaan

a.setelah dilakukan tindakan keperawatan Keseimbangan Elektrolit dan Asam Basa tercukupiIndikator:1. Nadi dalam batas yang diharapkan2. Irama jantung dalam batas yang diharapkan 3. Frekuensi nafas dalam batas yang diharapkan 4.Irama pernapasan dalam batas yang diharapkan Natrium serum dbn Kalium serum dbn Klorida serum dbn Kalsium serum dbn Magnesium serum dbn PH darah serum dbnDbn(dalam batas normal)b. HidrasiIndicator:1.Mata cekung tidak tidak ditemukan2. Demam tidak ditemukan3. TD dbn4. Hematokrit dbnc.

a. Pencegahan perdarahanAaktivitas:1.Catat kadar HB dan Ht setelah pasien mengalami kehilangan banyak darah2. Pantau factor koagulasi, termasuk protrombin (Pt), waktu paruh tromboplastin (PTT), fibrinogen, degradasi fibrin, dan kadar platelet dalam darah3.Pantau tanda-tanda vital, osmotic,termasuk TD.4.Atur pasien agar pasien tetap bed rest jika masih ada indikasi perdarahan5. Atur kepatenan/ kualitas produk/ alat yang berhubungan dengan perdarahanb. Manajemen elektrolitAktivitas :1.Monitor ketidak abnormalan elektrolit serum, yang terpakai2.Pertahankan akses IV secara paten3.Berikan cairan secara tepat4. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat

2.Nyeri Akut b/d perlukaan pervaginaanba.Setelah dilakukan tindakan keperawatan Nyeri dapat teratasi dengan kriteria : 1. Factor resiko dapat diketahui 2.Tindakan pencegahan dapat dilakukanb.Tingkat kenyamanan 1.Keadaan fisik membaik 2.Pasien dapat melakukan control nyeric. Tingkat nyeri 1. Frekuensi nyeri berkurang 2. Lama waktu nyeri berkurang 3. Pasien tidak resah Manajemen nyeri 1. Nilai nyeri dimulai dari lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, dan penyebab. 2. Kaji ketidak nyamanan secara nonverbal 3. Kontrol factor lingkungan yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan pada pasien (suhu ruangan, pencahayaan, keributan)4. Menyediakan analgesic untuk mengatasi nyeri / istirahat yang adekuat untuk mengurangi nyeri (kolaborasi medis) 5. Anjurkan untuk tidur / istirahat untuk mengurangi nyeri

3.Resiko infeksi b/d prosedur invasive

setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien tidak mengalami infeksi dengan criteria hasil:1. klien bebas dari tanda dan gejala infeksi2. menunujukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi3. jumlah leukosit dalam batas normal

1. pertahankan tekhnik aseptif2. batasi pengunjung jika perlu3. cuci tangan setiap, sebelum dan sesudah tindakan keperawatan4. gunakan baju dan sarung tangan sebagai APD5. Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai dengan petunjuk umum6. gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing6. tingkatkan intake nutrisi7. Berikan terapi antibiotic (kolaborasi dengan dokter)8. monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan local9. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi10.Kaji suhu badan pada pasien neutropenia setiap 4 jam4..Kelelahan b/dKondisi fisik yang buruk (Pasca persalinan)

Setelah dilakukan tindakan keperawatan kelelahan pasien teratasi dengan criteria hasil:1. kemampuan aktivitas adekuat2. mempertahankan nutrisi adekuat3. keseimbangan aktivitas dan istirahat4. menggunakan tekhnik energy konservasi5. mempertahankan interaksi social6. mengidentifikasi faktor-faktor fisik dan psikologis yang menyebabkan kelelahan7. mempertahankan kemampuan untuk konsentrasi1. monitor respon kardiorespirasi2. monitor dan catat pola dan jumlah tidur pasien3. monitor lokasi ketidaknyamanan atau nyeri selama bergerak dan aktivitas4. monitor intake nutrisi5. monitor pemberian dan efek samping obat depresi6. kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan intake makanan tinggi energy7. tingkatkan penambahan bedrest dan aktivitas8. batasi stimulasi lingkungan untuk memfasilitasi relaksasi.

DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Lowdermilk Jensen. Alih. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4. Jakarta: EGCCarpenito,L.J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. Jakarta: EGC.Doenges E. Marilynn, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Klien. Jakarta: EGC.FKUI. 2002. Buku Pedoman Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Cetakan 1. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. Gulardi Hanifa Wiknjosastro. 2006. Ilmu Kebidanan. Edisi 6. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono PrawiroharjoHerdman, T. Heather, 2011. Diagnosis keperawatan : Definisi dan klasifikasi 2009-2011. Jakarta : EGCMansjoer Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ketiga, jilid-2. Jakarta: Media Aesculapius.Mary Hamilton Persis. 2005. Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas. Edisi 6. Jakarta: EGCPrawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Tridarsa Printer.RSUD Dr. Soetomo. 2001. Perawatan Kegawat daruratan Pada Ibu Hamil. FK.UNAIR: Surabaya

LAPORAN PENDAHULUAN POSTNATALTERHADAP NY.X DI RUANG POLI KEBIDANAN RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

DISUSUN OLEH :BENI PUTRA INDRAWANNIM. SN14006 / TA. 2014 /2015

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATANSTIKES KUSUMA HUSADASURAKARTA2014/2015