lp nifas post sc

29
LAPORAN PENDAHULUAN Asuhan Keperawatan Post Partum Nifas Post Sectio Caesaria A. Masa Nifas Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Ari Sulistyawati, 2009). Nifas dibagi menjadi 3 tahap yaitu puerperium dini, puerperium intermedial, dan remote puerperium. 1.Puerperium dini yaitu masa kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdisi dan berjalan-jalan. 2.Puerperium inermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat- alat genetalia utama lamanya 6-8 minggu. 3.Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila ibu selama hamil atau bersalin mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-mingu, bulanan atau tahunan. B. Sectio Caesaria 1. Pengertian Seksio sesaria yaitu suatu tindakan untuk melahirkan bayi melalui tindakan pembedahan dengan membuka dinding perut dan dinding rahim yang disebabkan karena bayi tidak bisa lahir pervaginam.

Upload: choirun-nisa-nur-aini

Post on 09-Nov-2015

481 views

Category:

Documents


100 download

DESCRIPTION

Laporan pendahuluan askep pada ibu nifas post SC

TRANSCRIPT

LAPORAN PENDAHULUAN

Asuhan Keperawatan Post Partum Nifas Post Sectio Caesaria

A. Masa NifasMasa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Ari Sulistyawati, 2009).

Nifas dibagi menjadi 3 tahap yaitu puerperium dini, puerperium intermedial, dan remote puerperium.1. Puerperium dini yaitu masa kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdisi dan berjalan-jalan.

2. Puerperium inermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia utama lamanya 6-8 minggu.

3. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila ibu selama hamil atau bersalin mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-mingu, bulanan atau tahunan.

B. Sectio Caesaria 1. Pengertian

Seksio sesaria yaitu suatu tindakan untuk melahirkan bayi melalui tindakan pembedahan dengan membuka dinding perut dan dinding rahim yang disebabkan karena bayi tidak bisa lahir pervaginam. Jadi seksio sesaria yaitu tindakan yang dilakukan untuk melahirkan bayi melalui dinding perut dan dinding rahim dikarenakan bayi tidak bisa lahir dengan persalinan pervaginam dengan syarat berat janin diatas 500 gram. Sectio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut, seksio sesaria juga dapat juga didefinisikan sebagai sesuatu histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim (Mochtar, 1998).2. Indikasi

a. Plasenta previa (Gambar 1)

Plasenta previa adalah lokasi abnormal plasenta di segmen bawah uterus, yang sebagian atau keseluruhannya menutupi os serviks. Ketika kehamilanmaju, ibu rentan terhadap perdarahan, terutama saat serviks dilatasi, dan perdarahan bisa sangat hebat (Chapman, 2006). Sedangkan menurut Fraser & Cooper (2009), plasenta previa adalah kondisi plasenta terimplantasi sebagian atau keseluruhan di uterus bagian bawah, baik di dinding anterior maupun posterior. Lokasi anterior tidak seserius lokasi posterior.

b. Panggul sempit

Panggul sempit adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat melairkan secara alami. Tulang panggul sangat menentukan mulus tidaknya proses persalinan. Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa tulang yang membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin ketika akan lahir secara alami.

Bentuk tulang panggul ada empat jenis, yaitu panggul ginekoid, android, platpeloid, dan anthropoid (gambar 6). Sebenarnya bentuk apapun yang dimiliki tidak mempengaruhi besar kecilnya ukuran panggul sehingga apabila masih dalam kisaran normal janin dapat melaluinya. Namun, umunya bentuk panggul ginekoid yang akan membantu memudahkan kelahiran bayi (Bramantyo, 2003).

c. Disproporsi sevalopelvik, yaitu ketidakseimbangan antara ukuran kepala dan ukuran panggul.d. Ruptur uteri

Ruptur uteri adalah robeknya dinding uterus pada saat kehamilan atau dalam persalinan dengan atau tanpa robeknya perineum visceral.

e. Partus lama (prolonged labor)

Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primi dan lebih dari 18 jam pada multigravida.

f. Partus tak maju (obstructed labor)

Partus tak maju adalah suatu persalinan dengan his yang adekuat tapi tidak menunjukkan kemajuan pada pembukaan serviks, turunnya kepala dan putar paksi selama 2 jam terakhir. Penyebab partus tak maju antara lain adalah kelainan letak janin, kelainan panggul, kelainan his, pimpinan partus yang salah, janin besar atau ada kelainan kongenital, primitua, perut gantung, grandmulti dan ketuban pecah dini.

g. Distosia serviks

Distosia servik adalah terhalangnya kemajuan persalinan karena kelainan pada serviks uteri. Walaupun his normal dan baik, kadang pembukaan serviks macet karena ada kelainan yang menyebabkan servik tidak mau membuka.

h. Pre-eklamsia

Pre eklamsia adalah keadaan dimana hipertensi disertai dengan proteinuria, edema atau kedua-duanya yang terjadi akibat kehamilan setelah minggu ke 20 atau kadang-kadang timbul lebih awal bila terdapat perubahan hidatidiformis yang luas pada vili dan korialis (Mitayani, 2009).

i. Hipertensi

j. Malpresentasi janin

Posisi janin yang dikatakan sebagai posisi malpresentasi adalah posisi-posisi bagian terendah janin yang berada di bagian segmen bawah rahim, bukan bagian belakang kepala.Berikut merupakan macam malpresentasi:

1) Letak lintang (gambar 2)2) Letak bokong (gambar 3)

3) Presentasi dahi (gambar 4) dan muka (gambar 5) C. Jenis-jenis SC

1. Abdomen (SC Abdominalis)a. Sectio caesarea transperitonealisb. Sectio caesarea klasik atau corporal: dengan insisi memanjang pada korpus uteri.c. Sectio caesarea profunda: dengan insisi pada segmen bawah uterus2. Sectio caesarea ekstraperitonealis

Merupakan sectio caesarea tanpa membuka peritoneum parietalis dan dengan demikian tidak membuka kavum abdominalis.

3. Vagina (sectio caesarea vaginalis)

4. Menurut arah sayatan pada rahim, sectio caesaria dapat dilakukan apabila:

a. Sayatan memanjang (longitudinal)

b. Sayatan melintang (tranversal)

c. Sayatan huruf T (T Insisian)

5. Sectio caesarea klasik (korporal)Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira 10cm.6. Sectio caesaria (ismika profunda)Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada segmen bawah rahimkira-kira 10cm.D. Perubahan-perubahan Masa Nifas Post SC

1. Perubahan Fisiologis

a. Tanda-tanda vital

1) Suhu tubuh

Suhu tubuh normalnya 35,5oC 37oC pada pasien post SC dicatat setiap setegah jam untuk 2 jam pertama, lalu setiap jam untuk 2 jam berikutnya dan kemudian setiap 4 jam (Medforth, 2012).2) Denyut nadi

Nadi berkisar antara 60-80 kali permenit. Pada masa nifas umumnya denyut nadi lebih labil dibandingkan dengan suhu badan. Frekuensi denyut nadi pada pasien post SC dicatat setiap setegah jam untuk 2 jam pertama, lalu setiap jam untuk 2 jam berikutnya dan kemudian setiap 4 jam (Medforth, 2012). Denyut nadi yang cepat dapat disebabkan oleh infeksi.

3) Frekuensi pernapasan

Pemeriksaan respirasi yang pertama adalah pastikan jalan nafas bersih dan cukup ventilasi. Respirasi pada wanita post SC, selama tidak memiliki penyakit pernafasan akan kembali normal dengan cepat berkisar 18-20x/menit (Mochtar, 1998).

4) Tekanan darah

Tekanan darah pada post SC harus diperhatikan, tekanan darah normal antara 110-120 mmHg. Pemeriksaan tekanan darah post SC pada pasien post SC dicatat setiap setegah jam untuk 2 jam pertama, lalu setiap jam untuk 2 jam berikutnya dan kemudian setiap 4 jam (Medforth, 2012).b. Alat reproduksi

1) UterusSelama 12 jam pertama paska partum, kontraksi uterus kuat dan teratur, ini berlanjut 2 3 hari berikutnya. Uterus kemudian mengalami involusi dengan cepat selama 7 10 hari pertama dan selanjutnya proses involusi ini berlangsung lebih berangsur-angsur.Lochea rubra (cruenta) : berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, vernik caseosa, dan mekonium, selama 2 hari pasca persalinan.

a) Lochea sanguelenta: berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari ke 3-7 pasca persalinan.

b) Lochea serosa: berwaran kuning, cairan tidak berdarah lagi pada hari ke 7-14 pasca persalinan.

c) Lochea alba: cairan putih, setelah 2 minggu.

d) Lochea purulenta: terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah barbau busuk.

e) Locheostasis: lochea tidak keluar lancar.

2) Serviks

Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus, setelah persalinan, ostium eksterna dapat dimasuki oleh 2-3 jari tangan, setelah 6 minggu post natal serviks menutup. Karena robekan kecil-kecil yang terjadi selama dilatasi, serviks tidak pernah kembali seperti keadaan sebelum hamil (nulipara) yang berupa lubang kecil seperti mata jarum, serviks hanya dapat kembali sembuh. Dengan demikian OS serviks wanita muda yang sudah pernah melahirkan merupakan salah satu tanda yang menunjukkan riwayat kelahiran bayi lewat vagina.3) Vulva dan vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, setelah beberapa hari keduanya menjadi kendor. Setelah 3 minggu akan kembali dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali, sementara labia lebih menonjol.

4) Perineum Setelah melahirkan perineum menjadi kendor, pada hari kelima perineum akan mendapatkan kembali sebagian besar tonus sekalipun lebih kendor daripada keadaan sebelum melahirkan.

5) Payudara

Payudara mencapai maturitas yang penuh selama masa nifas kecuali jika laktasi disupresi. Payudara lebih besar, kencang dan mula-mula lebih nyeri tekan sebagai reaksi terhadap perubahan status hormonal serta dimulainya laktasi.

6) Traktus urinarius

BAB sering sulit pada 24 jam pertama, kemungkinan terdapat spasme sfingter edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan.

7) Sistem gastrointestinal

Memerlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal. Rasa sakit di premium dapat menghalangi keinginan ke belakang.8) Sistem kardiovaskuler

Jumlah sel darah dan Hb kembali normal pada hari kelima.

9) Ligamen

Ligamen, fasia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir, setelah berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh kebelalang dan menjadi retrofleksi, karena ligamentum rotundum menjadi kendor. Untuk memulihkan kembali sebaiknya dengan latihan-latihan (mobilisasi) post SC.2. Perubahan Psikologi

Farrer (2001), mengungkapkan bahwa perubahan yang mendadak dan dramatis pada status hormonal menyebabkan ibu berada dalam masa nifas menjadi sensitif terhadap faktor-faktor yang dalam keadaan normal mampu diatasinya. Disamping perubahan hormonal, cadangan fisiknya sering sudah terkuras oleh tuntunan kehamilan dan persalinan. Keadaan kurang tidur, lingkungan yang asing baginya dan oleh kecemasan akan bayi, suami atau anak-anak yang lainnya. Depresi ringan akan menghilang dengan sendirinya dalam waktu yang singkat setelah kondisi ibu membaik.

a. Perubahan emosional

Setelah persalinan bedah sc, beberapa wanita mungkin akan mengalami perasaan emosi yang campur aduk seperti bingung dan sedih, terutama jika operasi tersebut dilakukan karena keadaan darurat (tidak direncanakan sebelumnya). Menurut sebuah penelitian lain mengungkapkan, hampir 80% ibu baru, mengalami perasaan sedih setelah melahirkan misalnya perasaan ibu yang merasa tidak mampu atau kawatir akan bertanggung jawab barunya sebagai ibu, yakni merawat anak. Hal ini semakin menekan apabila lingkungan keuarga kurang membei perhatian padanya, melainkan, pada si kecil, ibu akan merasa terisih. Keadaan ini yang lebih dikenal baby blues (Kasdu, 2003).

b. Perubahan hormonal

Setelah melahirkan, terjadi berbagai perubahan tubuh dalam proses mengembalikan fungsi organ reproduksi seperti semula karena setelah melahirkan, hormon progesteron dan ekstrogen mengalami proses perubahan kembali ke keadaan sebelum hamil. Berdasarkan penelitian 34% ibu baru, menderita post partum depression pada tahun pertamanya. Sampai saat ini, para dokter menilai post partum depression sebagai akibat dari perubahan hormon secara mendadak setelah melahirkan.

c. Adaptasi psikolkogi masa nifas

Perubahan psikologis yang berangsung selama semingu pertama menyebabkan banyak wanita yang emosional dan perasaan labil. Ini terjadi 3-4 hari pertama. Kekuatiran alamiah dan tacit melahirkan, upaya fisik waktu bersalin merupakan pengalaman puncak yang dialami keluarga, kerabat maupu bidan. Jika masa nifas tidak dijalankan dengan baik maka akan mengarah pada kesulitan emosional atau depresi.

Menurut Reva Rubin ada 3 fase selama periode nifas, yaitu:

1) Periode taking ina) Periode ini terjadi sesudah melahirkan. Ibu baru pada umumnya pasif dan tergantung pehatiannnya tertuju pada kekhawatiran akan tubuhnya.

b) Ia mungkin akan mengulang-ulang menceritakan pengalamnya waktu melahirkan.

c) Tidur tanpa ganggguan sangat penting untuk mengurangi gangguan kesehatan akibat kurang istirahat.

d) Peningkatan nutrisi dibutuhkan untuk mempercepat pemulihan dan penyembuhan luka, serta persiapan proses laktasi aktif.

2) Periode taking holda) Periode ini berlangsung pada hari ke 2-4 post partum.

b) Ibu mnejdi perhatian pada ibunya menjadi orang tua yang sukses dan maningkatkan tanggung jawab terhadap bayi.

c) Ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, BAB, BAK, mobilisasi serta kekuatan dan ketahan tubuhnya.

d) Ibu berusaha keras untuk menguasai asuhan keperawatan bayinya.

3) Periode letting go Periode ini biasanya terjadi setelah ibu pulang kerumah, periode ini sangat berpengaruh terhadap waktu dan perhatian yang diberikan oleh keluarga. Ibu mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi dan ia harus beradaptasi dengan segala kebutuhan bayi yang sangat tergantung kepadanya. Hal ini menyebabkan berkurangnya hak ibu, kebebasan, dan hubungan sosial.

E. PathwayTerlampir.

F. Perawatan Post Operasi

1. Perawatan luka insisi

Proses sterilisasi yang baik pada alat-alat operasi dan kamar bedah, ditambah dukungan antibiotik yang adekuat membuat perawatan luka operasi menjadi jauh lebih mudah. Luka pasca operasi dapat diolesi salep antibiotik atau dilapisi Sofratulle, lalu ditutup dengan plester plastik sekali pakai (disposable). Penggunaan plester plastik tersebut sangat memudahkan pasien karena pasien dapat mandi meskipun plester baru dibuka pada hari ketujuh atau hari kedelapan.2. Komplikasi luka operasi

a. Luka operasi yang mengeluarkan darah, eksudat, atau nanah.b. Luka operasi yang berlubang.3. Tempat perawatan post operasi

Tindakan di kamar operasi selesai, pasien dipindahkan ke kamar operasi khusus yang dilengkapi dengan alat pendingin udara selama beberapa hari, jika setelah pembedahan keadaan pasien gawat segera pindahkan pasien ke unit perawatan intensif (intensive care unit) untuk perawatan bersama dengan unit anastesi karena ICU mempunyai peralatan yang menyelamatkan pasien yang lebih lengkap.

Setelah beberapa hari dirawat didalam kamar perawatan khusus atau unit perawatan intensif dan keadaan pasien mulai pulih, barulah pasien dipindahkan keruang perawatan semula. Di ruang nifas, perwatan luka dan pengukuran tanda-tanda vital pasien dilanjutkan seperti biasa.

4. Pemberian cairan dalam infus dan diit

Prisip pemberian cairan diit sebenarnya bergantung pada tindakan anastesi yang telah dilakukan pada pasien. Pada pasien yang dibius dengan anastesi spinal, tidak ada aturan khusus untuk memberikan cairan dan diit karena pada prinsipnya, pasien dapat segera minum dan makan setelah kesadaran kembali. Cairan infus sebagai selain sebagai sumber asupan cairan, sering juga dipergunakan sebagi tempat pemberian antibiotik dan analgetik intravena dianggap sudah mencukupi, infus dapat segera dilepas dan pemberian obat-obatan dapat dilanjutkan peroral.Pada pasien yang dianastesi umum, pemberian cairan harus lebih diperhatikan karena pasien harus dipuasakan sampai bising usus sudah terdengar. Selama puasa itu, asupan kalori dan jumlah kalori harus dihitung.

Diit dapat diawali dengan makanan lunak diikuti makanan biasa tinggi serat. Pemberian makanan sering kali tidak diperlukan karena pada operasi seksio sesaria, tidak ada manipulasi pada saluran cerna.

5. Penatalaksanaan nyeri

24 jam pertam pasca operasi, pasien akan merasa nyeri sehingga diberikan analgetik yang adekuat. Rasa nyeri pada pasien yang mendapat anastesi spinal timbul sejak tungkai bawah mulai dapat digerakan. Lazimnya penghilang sakit telah diberikan dalam tetesan infus oleh dokter anastesi, selanjutnya analgetik dapat diberikan diruang rawat.6. Katerisasi

Pengosongan kandung kemih pada bedah kebidanan pervaginam sama dengan persalinan biasa jika tidak ada luka robekan yang luas pada jalan lahir. Jika terdapat luka robekan yang luas, untuk mencegah iritasi dan pencemaran oleh urin, kandung kemih dikosongkan dengan kateter. Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri yang tidak enak pada pasien, menghalangi involusi uterus, dan menyebabkan perdarahan. Karena itu, dianjurkan pemasangan kateter tetap dauer atau kateter balon yang dipasang selama 24-48 jam atau lebih, tergantung jenis operasi dan keadaan pasien. Dengan cara tersebut, urin dapat ditampung dan diukur dalam botol plastik secara periodik.

Apabila tidak dipasang kateter tetap, dianjurkan untuk melakukan kateterisasi rutin kira-kira 12 jam jam pascabedah, kecuali psien dapat buang air kecil sendiri sebanyak 100 cc atau lebih dalam satu jangka waktu. Selanjutnya kateterisasi diulangi setiap 8 jam, kecuali pasien dapat buang air kecil sendiri.

7. Pemberian obat-obatan

a. Antibiotik, antiinflamsi, kemoterapi.b. Mobilisasi segera dan banyak minum air hangat akan mencegah pasien kembung. Jika terdapat kembung dapat diberikan klopramid 3 x 10 mg setelah jam sebelum makan. Kombinasi dengan antasid yang mengandung dimetilpolisiloksan akan memberikan hasil yang lebih baik.c. Obat pelancar ASI, dapat diberikan beberapa kali sebelum operasi atau melahirkan.d. Vitamin C, B kompleks dapat diberikan untuk mempercepat penyembuhan pasien. e. Obat-obatan pencegah perut kembung. Untuk mencegah perut kembung dan untuk memperlancar kerja saluran cerna, dapat diberikan obat-obatan melelui suntikan dan peroral. Apabila terjadi distensi abdomen, yang ditandai denga adanya perut kembung dan meteorismus dilakukan dekompresi dengan pemasangan pipa rektal dan pipa nasal. Boleh juga diberikan bisakodil supositiria, 36 jam pascabedah.f. Obat-obatan lainyaUntuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum pasien, dapat diberikan roboransia, obat antiimflamansi, atau tranfusi darah pada pasien yang anemis (Mochtar,1998).

G. Mobilisasi

1. Pengertian mobilasi

Mobilisasi adalah kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur denga tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktifitas guna mempertahankan kesehatanya.

2. Mobilisai dini

Mobilisasi dini adalah pergerakan yang dilakukan sedini mungkin ditempat tidur dengan melatih bagian bagian tubuh untuk melakukan peregangan. Mobilisasi dini segera tahap demi tahap sangat berguna untuk membantu jalannya penyembuhan luka pada ibu post sectio caesarea. Kemajuan mobilisasi dini tergantung pada jenis operasi yang dilakukan dan komplikasi yang mungkin dijumpai. Apabila menggunakan epidural atau spinal block, mobilisasi dini dimulai dengan tubuh bagian bawah dapat merasakan sehingga dapat menggoyangkan kaki, selanjutnya mulai miring ke kanan dan ke kiri dapat dimulai sejak 6-10 jam secara berturut-turut duduk, berjalan disekitar tempat tidur dan mulai berjalan dalam jarak pendek.

Mobilisasi segera, tahap demi tahap, sangat berguna untuk membantu penyembuhan pasien. Kemajuan mobilisasi bergantung pula pada jenis yang dilakukan dan komplikasi yang mungkin dijumpai. Secara psikologis mobilisasi juga memberika kepercayaan diri bahwa pasien dia mulai sembuh. Perubahan gerakan dan posisi harus diterangkan kepada pasien dan keluarga yang menunggui.

Mobilisasi bertujuan untuk memenuhi kebutuan dasar (termasuk melakukan aktifitas hidup sehari-hari dan aktifitas reksreasi), mempertahankan diri (melindungi diri dari trauma), mempertahnkan konsep diri, mengepresikan diri dengan gerakan non verbal. Mobilisasi dan imobilisasi berada pada satu rentang. Imobilisasi dapat berbentuk tirah baring dan bertujuan mengurangi aktifitas fisik dan kebutuhan oksigen tubuh, mengurangi nyeri, dan untuk mengembalikan kekuatan.

H. Bila Mobilisasi Tidak Dilakukan

Bila mobilisasi tidak dilakukan maka akan terjadi tomboemboli kemudian menjadi tromboflebitis.

1. Tromboemboli a. Pengertian tromboemboli

Tromboemboli adalah obstruksi pembuluh darah dengan bahan trombolik yang dibawa oleh darah dari tempat asal untuk menyumbat. Statis vena pada ekstremitas bawah yang disebabkan karena melemahnya diniding pembuluh darah dan penekanan vena-vena utama akibat pembesaran uterus.

Meskipun system pembekuan darah kembali ke tingkat normal sebelum kehamilan, resiko terjadinya thrombosis tetap berlanjut 4-5 minggu setelah persalinan.

b. Tanda dan gejala

Tromboemboli pada masa nifas pada umumnya sering ditandai dengan:

1) Manifestasi klinik klasik yang disebut dengan phlegmasia alba dolens atau milk yaitu berupa edema tungkai dan paha.

2) Disertai rasa nyeri yang hebat.

3) Sianosis lokal.

4) Demam yang terjadi karena terlibatnya vena dalam dari kaki sampai region illeofemoralis.

Nyeri pada otot betis baik spontan ataupun akibat peregangan tendon Achilles (homans sign) tidak mempunyai arti klinis yang bermakna karena tanda yang sama seringkali ditemukan pada awal masa nifas akibat tekanan oleh peyangga betis meja obstetric saat persalinan. Derajat nyeri tidak berhubungan dengan risiko terjadinya emboli karena banyak penderita emboli paru yang sebelumnya tidak menunjukkan tanda tanda thrombosis vena.

2. Tromboplebitis a. PengertianTromboflebitis adalah peradangan vena yang terjadi dikaitkan dengan bekuan intervaskular atau trombus (Manuaba, 2010).b. Tanda gejala

1) Tromboflebitis pelvik

a) Nyeri, yang terdapat pada perut bagian bawah dan atau perut bagian samping

b) timbul pada hari ke 2 3 masa nifas dengan atau tanpa panas.

c) Menggigil berulang kali

d) Suhu badan naik turun secara tajam (36oC menjadi 40oC).

e) Penyakit dapat berlangsung selama 1 3 bulan.

f) Cenderung terbentuk PUS, yang menjalar ke mana-mana, terutama ke paru-paru.g) Pada pemeriksaan leukosit tidak ditemukan apa-apa karena yang paling banyak terkena adalah vena ovarika, yang sukar dicapai pada pemeriksaan dalam.2) Tromboflebitis femoralis

Pada salah satu kaki yang terkena, akan memberikan tanda-tanda sebagai berikut :

a) Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi keluar serta sukar bergerak, lebih panas dibanding dengan kaki lainnya.

b) Seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki terasa tegang dan keras pada paha bagian atas.c) Nyeri hebat pada lipat paha dan daerah paha.

d) Reflektorik akan terjadi spasmus sehingga kaki menjadi bengkak, tegang, nyeri dan dingin dan pulsasi menurun.

e) Edema kadang-kadang terjadi sebelum atau setelah nyeri dan pada umumnya terdapat pada paha bagian atas, tetapi lebih sering dimulai dari jari-jari kaki dan pergelangan kaki, kemudian meluas dari bawah ke atas.

f) Nyeri pada betis, yang dapat terjadi spontan atau dengan memijit betis.

g) Keadaan umum tetap baik, suhu badan subfebris selama 7 10 hari, kemudian suhu mendadak naik kira-kira pada hari ke 10 20, yang disertai dengan menggigil dan nyeri sekali.I. Asuhan Keperawatan

1. PengkajianMenurut Doengoes (2001) pengkajian yang dapat ditemukan pada keadan post partum SC adalah sebagai berikut:a. Sirkulasi

Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 ml.

b. Integritas ego

Dapat menunjukkan labilitas emosional, dari kegembiraan sampai ketakutan, marah atau menarik diri. Klien dan pasangan dapat memiliki pertanyaan atau salah terima peran dalam pengalaman kelahiran.

c. Eliminasi

Kateter urinarius indwelling mungkin terpasang. Urine jernih pucat. Bising usus tidak ada, samar atau Jelas.

d. Nutrisi dan Cairan

Abdomen lunak dengan tidak ada distensi pada awal.e. Neurosensori

Kerusakan gerakan dan sensasi di bawah tingkat anastesi spinal apidural.f. Nyeri dan ketidaknuyamanan

Mungkin mengeluh ketidaknyamanan dari berbagai sumber, misal : trauma bedah iinsisi, nyeri penyerta, distensi kandung kemih, abdomen, efek-efek anastesi, mulut mungkin kering.

g. Pernafasan

Bunyi paru jelas dan vesikuler.

h. Keamanan

Balutan abdomen tampak sedikit noda atau kering dan utuh. Jalur parental, bila digunakan, paten dan sisi bebas eritema, bengkak dan nyeri tekan.

i. Seksualitas

Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus. Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan berlebihan dan banyak.

j. Pemeriksaan Diagnostik

Jumlah darah lengkap, Hb dan HT digunakan untuk mengkaji perubahan dari kadar pra operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan.

Urinalisis : kultur urine, darah, vaginal dan lokhea digunakan untuk pemeriksaan tambahan didasarkan pada kebutuhan individual.

2. Diagnosa Keperawatana. Nyeri berhubungan dengan trauma pembedahan, efek anastesi, efek hormonal, distensi kandung kemih atau abdomen ditandai dengan mengeluh nyeri insisi, kram, sakit kepala, abdomen kembung, nyeri tekan payudara, perilaku melindungi atau distraksi wa)ah menahan nyeri.

b. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan atau kulit rusak, penurunan hemoglobin.

c. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan pemasukan cairan secara oral ditandai dengan mulut dan membran mukosa kering, perdarahan.

d. Resiko terjadi konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot, efek progesteron.

e. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik, penurunan kekuatan dan tahanan.

f. Ketidakefektifan menyusui berhubungan dengan kurangnya tingkat pengetahuan ibu ditandai dengan ASI belum keluar, mammae terasa lembek.

g. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang mengingat, kesalahan interprestasi.3. Intervensi Keperawatana. Nyeri berhubungan dengan trauma pembedahan

1) Tujuan

Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan berupa manajemen pengurangan nyeri selama 30 detik dalam 2 x 24 jam diharapkan klien dapat beradaptasi nyeri.

2) Kriteria hasil

Klien bisa mengidentifikasi dan menggunakan intervensi untuk mengatasi nyeri

Klien mengungkapkan berkurangnya nyeri

Klien tampak rileks dan mampu istirahat dengan tepat

3) Intervensi

Evaluasi TD, nadi, perubahan perilaku

Ubah posisi klien

Lakukan latihan nafas dalam

b. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan trauma pembedahan

1) Tujuan

Infeksi tidak terjadi setelah dilakukan tindakan berupa perawatan luka operasi selama 30 menit dalam 9 14 hari sampai luka sembuh

2) Kriteria hasil

Mendemonstrasikan teknik-teknik untuk menurunkan resiko

Menunjukkan luka bebas dari drainase purulent dengan tanda awal penyembuhan

Tidak demam

3) Intervensi

Anjurkan dan gunakan teknik mencuci tangan dengan cermat dan pembuangan kotoran

Tinjau ulang Hb/Ht

Inspeksi balutan abdominal

c. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan masukan cairan secara oral

1) Tujuan

Eliminasi urine kembali normal setelah dilaksanakan tindakan keperawatan pada pasien berupa penggunaan metode-metode untuk pengeluaran urine dalam dower kateter dalam 24 jam pertama post partum

2) Kriteria hasil

Klien tetap dalam normotensif dengan masukan cairan dan haluaran urine seimbang dan Hb/Ht dalam kadar normal

3) Intervensi

Perhatikan dan catat jumlah, warna dan konsentrasi drainase urine

Perhatikan adanya rasa haus

Pantau suhu dan nadi

d. Resiko konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot, kelebihan analgesik, penurunan peristaltik usus

1) Tujuan

Konstipasi tidak terjadi setelah dilaksanakan tindakan keperawatan berupa anjuran untuk mobilisasi selama 15 menit dalam 24 jam

2) Kriteria hasil

Mendemonstrasikan kembalinya motilitas usus dibuktikan oleh bising usus dan keluarnya flatus

Mendapatkan pola eliminasi kembali biasanya

3) Intervensi

Auskultasi terhadap adanya bising usus

Palpasi abdomen, perhatikan distensi, ketidaknyamanan

Anjurkan cairan oral yang adekuat

e. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik

1) Tujuan

Personal hygiene pasien terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan berupa membantu memandikan pasien selama 30 menit dalam 24 jam.2) Kriteria hasil

Mendemonstrasikan teknik-teknik untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri

Mengidentifikasi atau menggunakan sumber-sumber yang tersedia

3) Intervensi

Kaji status psikologis pasien

Berikan bantuan sesuai kebutuhan dengan hygiene

Kolaborasi pemberian analgetik

f. Ketidakefektifan menyusui berhubungan dengan kurangnya tingkat pengetahuan ibu

1) Tujuan

Menyusui efektif setelah dilaksanakan tindakan keperawatan berupa penyuluhan dan teknik menyusui 1 jam dalam 24 jam

2) Kriteria hasil

Menyatakan pemahaman tentang proses/situasi menyusui

Mendemonstrasikan teknik efektif menyusui

3) Intervensi

Kaji pengetahuan klien tentang menyusui sebelumnya

Berikan informasi verbal dan tertulis mengenai fisiologi dan keuntungan menyusui

g. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang mengingat, kesalahan interprestasi

1) Tujuan

Pengetahuan tentang proses fisiologis post partum terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan berupa pemberian informasi post partum selama 30 menit dalam 24 jam

2) Kriteria hasil

Mengungkapkan pemahaman tentang perubahan fisiologis keutuhan-kebutuhan individu, hasil yang diharapkan Melakukan aktivitas-aktivitas yang perlu dengan benar

3) Intervensi

Kaji kesiapan dan motivasi klien untuk belajar

Berikan rencana penyuluhan tertulis dengan menggunakan format yang distandarisasi

Kaji keadaan fisik klien

Perhatikan status psikologis dan respon terhadap kelahiran caesarea serta peran menjadi ibu