lp post sc
TRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu faktor penting dalam upaya penurunan angka kematian
maternal adalah penyediaan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang
berkualitas dengan masyarakat yang difokuskan pada intervensi strategis
dalam upaya safe motherhood dinyatakan sebagai empat pilar safe
motherhood, yaitu : pelayanan keluarga berencana agar dapat merencanakan
waktu yang tepat untuk kehamilan, jarak kehamilan dan jumlah anak.
Pelayanan antenatal untuk mencegah adanya komplikasi obstetric bila
mungkin, persalinan yang aman yaitu memastikan bahwa semua penolong
persalinan mempunyai pengetahuan, keterampilan dan alat untuk memberikan
pertolongan yang aman dan bersih, serta memberikan pelayanan nifas kepada
ibu dan bayi, pelayanan obstetric esensial yaitu memastikan bahwa pelayanan
obstetric untuk resiko tinggi dan komplikasi tersedia bagi ibu hamil yang
membutuhkan. (Prawirohardjo, 2001)
Angka kematian ibu di Indonesia yaitu 390 per 100.000 kelahiran
hidup (SDKI, 1994), kemudian mengalami penurunan menjadi 334 per
100.000 kelahiran hidup pada tahun 1997.
Dewasa ini seksio sesarea jauh lebih aman daripada dulu. Berkat
kemajuan dalam antibiotika, tarnfusi darah, anestesi dan teknik operasi lebih
sempurna. Karena itu saat ini ada kecendeerungan untuk melakukan operasi
ini tanpa dasar indikasi yang cukup kuat. Namun perlu diingat, bahwa
seorang wanita yang mengalami operasi pasti akan menimbulkan cacat dan
perut pada rahim yang dapat membahayakan kehamulan dan persalinan
berikutnya, walaupun bahaya tersebut relatif kecil.
Dengan demikian tindakan operasi seksio sesarea hendaknya dapat
dilakukan jika ada indikasi tertentu yang wajib dilaksanakannya seksio
sesarea.
1
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan pelayanan kebidanan pada ibu nifas post
SC dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan menurut
Varney.
1.2.2 Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa mampu :
1. Melakukan pengkajian pada ibu nifas post SC.
2. Mengidentifikasi masalah dan diagnosa.
3. Mengantisipasi masalah potensial.
4. Mengidentifikasi kebutuhan segera.
5. Menyusun rencana asuhan.
6. Melaksanakan asuhan sesuai rencana.
7. Melakukan evaluasi keberhasilan tindakan.
1.3 Metode Penulisan
1.3.1 Studi Kepustakaan
Dalam penulisan ini penulis membekali diri dengan berbagai literatur yang
berkaitan dengan tindakan nifas post SC.
1.3.2 Praktek Langsung
Melakukan pendekatan kepada pasien setelah melakukan operasi SC dan
sekaligus mendapatkan pengalaman belajar yang nyata.
1.3.3 Konsul dan Bimbingan
Penulis juga melakukan konsul dan bimbingan baik dari pembimbing
praktek maupun pembimbing pendidikan.
1.4 Sistematika Penulisan
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
2
1.3 Metode Penulisan
1.4 Sistematika Penulisan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 3 TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
3.2 Identifikasi Masalah / Diagnosa
3.3 Identifikasi Masalah Potensial
3.4 Identifikasi Kebutuhan Segera
3.5 Pengembangan Rencana
BAB 4 PEMBAHASAN
BAB 5 PENUTUP
5.1 Simpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai
alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil, lama masa nifas ini
adalah 6-8 minggu.
(Rustam Mochtar, 1998 : 115)
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya
kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu.
(UNPAD, 1983 : 315)
2.2 Nifas Dibagi dalam 3 Periode, yaitu :
1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibutelah diperbolehkan berdiri
dan berjalan. Dalam agama islam dianggap bersih dan boleh bekerja
setelah 40 hari.
2. Puerperium intermedial adalah kepulihan menyeluruh otot-otot genetalia
yang lamanya 6-8 minggu.
3. Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bias berminggu, berbulan atau
tahunan.
(Rustam Mochtar, 1998 : 119)
2.3 Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Masa Nifas yaitu :
2.3.1 Perubahan Fisik
1. Involusi uteri
Involusi adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya alat
kandungan atau uterus dan jalan kelahiran setelah bayi dilahirkan
hingga mencapai keadaan sepereti sebelum hamil.
(UNPAD, 1983 : 315)
4
Rahim secara berangsur-angsur menjadi kecil, sehingga akhirnya
kembali seperti sebelum hamil.
Berikut ini tabel tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa
involusi :
Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus
Bayi lahir
Uri lahir
1 minggu
2 minggu
6 minggu
8 minggu
Setinggi pusat
2 jari bawah pusat
Pertengahan pusat symphisis
Tidak teraba diatas symphisis
Bertambah kecil
Sebesar normal
1000 gram
750 gram
500 gram
350 gram
50 gram
30 gram
(Rustam Mochtar, 1998 : 115)
2. Involusi tempat plasenta
Setelah persalinan, tempat plasenta merupakan tempat dengan
permukaan kasar, tidak rata dan kira-kira sebesar telapak tangan.
Dengan cepat luka ini akan mengecil, pada akhir minggu ke-2 hanya
sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas khas sekali.
Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh
darah besar yang tersumbat oleh thrombus.
Biasanya luka yang demikian sembuh dengan menjadi parut, tetapi
luka bekas plasenta tidak meninggalkan parut.
Hal ini disebabkan karena luka ini sembuh dengan cara yang luar
biasa, ialah dilepaskan dari dasarnya dengan pertumbuhan
endometrium baru dibawah permukaan luka.
Endometrium ini tumbuh dari pinggir luka dan juga sisa-sisa kelenjar
pada dasar luka.
3. Pembuluh-pembuluh darah rahim
Dalam kehamilan uterus mempunyai banyak pembuluh darah yang
besar tetapi karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran
darah yang banyak, maka arteri harus mengecil lagi dalam nifas. Orang
menduga bahwa pembuluh-pembuluh darah yang besar tersumbat
karena perubahan-perubahan pada dindingnya dan diganti oleh
pembuluh-pembuluh yang lebih kecil.
5
4. Perubahan pada serviks dan vagina
Beberapa hari setelah persalinan, ostium externum dapat dilalui oleh 2
jari, pinggir-pinggirnya tidak rata tetapi retak-retak karena robekan
dalam persalinan. Pada akhir minggu pertama hanya dapat dilalui oleh
1 jari saja danlingkaran retraksi berhubungan dengan bagian atas dari
canalis servikalis. Karena hyperplasi ini dan karena retraksi dari
serviks, robekan cervix menjadi sembuh. Vagina yang dapat diregang
waktu persalinan, lambat laun mencapai ukuran-ukurannya yang
normal, pada minggu ke-3 post partum rugae mulai tampak kembali.
5. Dinding perut dan peritoneum
Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu lama,
tetapi biasanya pulih kembali dalam 6 minggu.
6. Saluran kencing
Kadang-kadang oedem dari trigonum, menimbulkan obstruksi dari
urethra sehingga terjadi retensio urine.
Kandung kencing dalam puerperium kurang sensitif dan kapasitasnya
bertambah, sehingga kandung kencing penuh atau sesudah kencing
masih tinggal urine residual. Sisa urine ini dan trauma pada dinding
kandung kencing waktu persalinan memudahkan terjadinya infeksi.
Dilatasi ureter dan normal kembali dalam waktu 2 minggu.
(UNPAD, 1983 : 316)
2.3.2 Lochia
Lochia adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri dan vagina
dalam masa nifas.
- Lochia rubra adalah berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban,
sel-sel desidua, verniks caseosa, lanogo dan mekoneum, selama 2 hari
pasca persalinan.
- Lochia sanguinolenta adalah berwarna kuning berisi darah dan lender,
hari ke 3-7 pasca persalinan.
6
- Lochia serosa adalah berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada
hari le 7-14 pasca persalinan.
- Lochia alba adalah cairan putih, setelah 2 minggu.
- Lochia purulenta adalah terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah
berbau busuk.
- Lochia statis adalah lochia tidak lancar keluarnya.
(Rustam Mochtar, 1998 : 116)
2.3.3 Adanya Laktasi
1. Laktasi adalah pembentukan dan pengeluaran air susu ibu untuk
menghadapi masa laktasi sejak dari kehamilan telah terjadi perubahan-
perubahan pada kelenjar mammae, yaitu :
- Proliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar alveoli dan jaringan
lemak bertambah.
- Keluar cairan susu jolong dan duktus lacteferus disebut colostrum,
berwarna kuning putih susu.
- Hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam, dimana
vena-vena berdilatasi sehingga tampak jelas.
- Setelah persalinan, pengaruh supresi estrogen dan progesteron
hilang, warna timbul pengaruh laktogenila (LH) atau prolaktin
yang akan merangsang air susu. Disamping itu pengaruh oksitosin
menyebabkan mio-epitel kelenjar susu berkontraksi sehingga air
susu keluar. Prolaksi akan banyak sesudah 2-3 hari pasca
persalinan.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi laktasi :
- Faktor anatomis dan buah dada atau jumlah lobusnya.
- Faktor finologis yaitu hormone prolaktin dan oksitosin.
- Faktor makanan yang dimakan ibu.
- Faktor istirahat
- Faktor isapan anak
- Faktor obat-obatan
- Faktor psikologis
7
3. Colostrum
Colostrum adalah ASI yang keluar pada hari pertama setelah bayi
lahir.
4. Susunan ASI
Protein 1 – 2%
Lemak 3 – 5%
Gula 6,5 – 8%
Garam 0,1 – 0,2%
(UNPAD, 1983 : 318-319)
2.4 Nasehat Pulang Ibu Nifas
1. Diit
Ibu harus makan makanan yang mengandung 4 sehat 5 sempurna
diantaranya nasi, lauk pauk, sayur secukupnya, buah-buahan dan susu bila
memungkinkan.
2. Pakaian
Pakaian agak longgar terutama didaerah dada sehingga payudara tidak
tertekan. Daerah perut tidak perlu diikat dengan kencang karena tidak
akan mempengaruhi involusio. Pakaian dalam sebaiknya yang menyerap
sehingga lochia tidak menimbulkan iritasi pada sekitarnya.
3. Minum air putih 10-12 gelas sehari untuk memperlancar ASI dan juga
pemberian ASI harus pada kedua payudara, puting susu harus dibersihkan
sebelum dan sesudah pemberian ASI.
4. Menstruasi kembali
Dengan memberikan ASI kembalinya haid sulit diperhitungkan dan
bersifat individu, haid kembali setelah 4-6 bulan.
(Ida Bagus Gde Manuaba, 1998 : 194)
2.5 Jadwal Kunjungan pada Masa Nifas
a. Kunjungan
1. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
8
2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila
perdarahan berlanjut.
3. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga
bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
4. Pemberian ASI awal.
5. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
6. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.
b. 6 hari setelah persalinan
1. Memastikan involusi uterus berjalan normal.
2. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan
abnormal.
3. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat.
4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan
tanda-tanda penyulit.
5. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali
pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
c. Kunjungan III 2 minggu setelah persalinan
Sama seperti diatas (6 hari setelah persalinan).
d. Kunjungan IV 6 minggu setelah persalinan
1. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ibu atau bayi
alami.
2. Memberikan konseling KB secara dini.
2.6 Seksio Sesarea
Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan
pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina, atau seksio
sesarea adalah suatu histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim.
(Rustam Mochtar, 1998 : 117)
Indikasi
- Plasenta previa sentralis dan lateralis (posterior)
9
- Panggul sempit
Holmer mengambil batas terendah untuk melahirkan jenis vias naturalis
ialah CV : 8 cm, panggul dengan CV : 8 cm dapat dipastikan tidak dapat
melahirkan janin yang normal, harus diselesaikan dengan seksio sesarea.
- Disproporsi sefalo-pelvik : yaitu ketidakseimbangan antara ukuran kepala
dan panggul.
- Ruptura uteri mengancam
- Partus lama (prolonged labor)
- Partus maju (Obstructed labor)
- Distosia serviks
- Pre eklamsia dan hipertensi
- Mal presentasi janin :
a. Letak lintang
b. Letak bokong
c. Presentasi dahi dan muka
d. Presentasi rangkap, bila reposisi tidak berhasil
e. Gemeli
Jenis-jenis operasi seksio sesarea :
a. Abdomen (seksio sesare abdominalis)
- Seksio sesarea trans peritonealis
Seksio cesarea klasik atau corporal dengan insisi memanjang pada
korpus uteri.
Seksio cesarea ismika atau profunda atau low cervical dengan
insisi pada segmen bawah rahim.
- Seksio sesarea ekstra peritonealis, yaitu tanpa membuka peritoneum
rietalis, dengan demikian tidak membuka kavum abdominal.
b. Seksio sesarea klasik (korporal)
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-
kira sepanjang 10 cm.
Kelebihan :
- Mengeluarkan janin lebih cepat
- Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik
- Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal
Kekurangan :
10
- Infeksi lebih mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada
repitonealisasi yang baik.
- Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi ruptura uteri spontan.
c. Seksio sesarea ismika (profunda)
Dilakukan dengan membuat sayatan melintangt-konkaf pada segmen
bawah rahim kira-kira 10 cm.
Kelebihan :
- Penjahitan luka lebih mudah
- Penutupan luka dengan reperitonealuasi yang baik
- Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan
penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum.
- Perdarahan kurang
- Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptura uteri spontan
kurang / lebih kecil.
Kekurangan :
- Luka dapat melebar ke kiri, kanan dan bawah, sehingga dapat
menyebabkan uterine putus sehingga mengakibatkan perdarahan yang
banyak.
- Keluhan pada kandung kemih posteporatif tinggi.
(Rustam Mochtar, 1998 : 118)
Masalah yang dapat dialami sewaktu pembedahan
Letak lintang / bayi lintang
- Punggung bayi di arterior
Jika punggung bayi berada di arterior, masukkan tangan kedalam
uterus, cari pergelangan kaki bayi dan keluar hati-hati. Selanjutnya
lakukan versi ekstraksi dengan memutar bayi.
Posisi punggung bayi di posterior
- Sebaiknya dilakukan insisi vertical pada uterus
- Kelahiran bayi dengan ekstraksi kaki
- Reparasi uterus memerlukan 2 lapis jahitan
(Abdul Bari S, 2002 : P 37)
Nasehat pasca operasi :
11
- Dianjurkan jangan hamil selama ± 1 tahun, dengan memakai
kontrasepsi.
- Kehamilan berikutnya hendaknya diawasi dengan di ante natal care
yang baik.
- Dianjurkan untuk bersalin di rumah sakit yang besar.
- Apakah persalinan yang berikut harus dengan seksio sesarea
bergantung dari indikasi seksio sesarea dan keadaan pada kehamilan
berikutnya.
- Hampir diseluruh institute di Indonesia tidak dianut dictum “once a
cesarean always a cesarean”.
- Yang dianut adalah “once a cesarean not always a cesarean” kecuali
pada panggul sempit atau disproporsi sefalo pelvik.
2.7 Letak Lintang
Adalah bila sumbu memanjang janin menyilang sumbu memanjang ibu secara
tegak lurus atau mendekati 900.
Jika sudut yang dibentuk kedua sumbu ini tajam disebut obliquelise, yang
teridir dari deviated head presentation (letak kepala mengolak) dan deviated
breech presentation (letak bokong mengolak).
(Rustam M, 1998 : 366)
Menurut letak kepala terbagi atas :
a. LLi I : kepala di kiri
b. LLi II : kepala di kanan
Menurut posisi punggung terbagi atas :
a. Dorso anterior ( di depan)
b. Dorso posterior (di belakang)
c. Dorso superion (di atas)
d. Dorso inferior (di bawah)
Etiologi
12
Penyebab dari LL sering merupakan kombinasi dari berbagai faktor, sering
pula penyebabnya tetap merupakan suatu misteri. Faktor-faktor tersebut
adalah :
a. Fiksasi kepala tidak ada, karena panggul sempit, hidrosepalus,
anensefalus, plasenta prebia can tumor-tumor pelvis.
b. Janin sudah bergerak pada hidramnion, multiparitas, anak kecil, atau
sudah mati.
c. Gamely
d. Kelainan uterus, seperti arkuatus, bikornus atau septum
e. Lumbar scoliosis
f. Monster
g. Pervic kidney dan kandung kemih serta rectum yang penuh
Diagnosis
a. Inspeksi
Perut buncit ke samping.
b. Palpasi
- Fu lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan.
- Fu kosong dan bagian bawah kosong, kecuali kalau bahu sudah masuk
ke dalam PAP.
- Kepala (ballottement) teraba di kanan atau di kiri.
c. Auskultasi
DJJ setinggi pusat kanan atau kiri.
d. Pemeriksaan dalam (VT)
- Teraba tulang iga, scapula, dan kalau tangan menumbung teraba
tangan.
- Teraba bahu dan ketiak yang bias menutup ke kanan atau ke kiri. Bila
kepala terletak ke kiri, ketiak menutup ke kiri.
- Letak punggung ditentukan dengan adanya scapula, letak dada dengan
klavikula.
- Pemeriksaan dalam agak kasar dilakukan bila pembukaan kecil dan
ketuban intak, namun pada LL biasanya ketuban cepat pecah.
e. Foto rontgen
Tampak janin dalam letak lintang.
2.8 Konsep Asuhan Kebidanan pada Post Partum
13
Pengertian
Asuhan ibu post partum adalah asuhan yang diberikan pada ibu segera setelah
melahirkan, sampai 6 minggu setelah kelahiran.
Tujuan
Memberikan asuhan yang adekuat dan terstandar pada ibu segera setelah
melahirkan dengan memperhatikan riwayat selama kehamilan, dalam
persalinan dan keadaan segera setelah melahirkan.
Hasil yang diharapkan
Terlaksananya asuhan segera / rutin pada ibu post partum termasuk
melakukanpengakjian, membuat diagnosa, mengidentifikasi masalah dan
kebutuhan ibu, mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial, tindakan
segera serta merencanakan asuhan.
Tujuh langkah manajemen menurut Helen Varney
I. Pengkajian
Melakukan pengakajian dengan mengumpulkan semua data yang
dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan ibu.
Melakukan pemeriksaan awal post partum
1) Meninjau / catatan record pasien
a) Catatan perkembangan antepartum dan intrapartum
b) Berapa lama (jam / hari) pasien post partum
c) Pesanan sebelumnya dan catatan perkembangan
d) Suhu, denyut nadi, pernapasan dan tekanan darah post partum
e) Pemeriksaan laboratorium dan laporan pemeriksaan tambahan
f) Catatan obat-obatan
g) Catatan bidan / perawat
2) Menanyakan riwayat kesehatan dan keluhan ibu
a) Mobilisasi
b) BAK
c) BAB
d) Nafsu makan
14
e) Ketidaknyamanan / rasa sakit
f) Kekhawatiran
g) Hal yang tidak jelas
h) Makanan bayi
i) Reaksi pada bayi
j) Reaksi terhadap proses melahirkan dan kelahiran
3) Pemeriksaan fisik
a) Tekanan darah, suhu badan, denyut nadi
b) Tenggorokan, jika diperlukan
c) Buah dada dan puting susu
d) Auskultasi paru-paru, jika diperlukan
e) Abdomen, kandung kencing, uterus, diastosis
f) CVA (cardio vascular aritmia)
g) Lochea : warna, jumlah, bau
h) Perineum : edema, inflamasi, himatoma, pus, luka bekas
episiotomi / robek, jahitan, haemorhoid (wasir / ambien)
II. Diagnosa masalah dan kebutuhan ibu post partum
Melakukan identifikasi yang benar terhadap masalah atau
diagnosa berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah
dikumpulkan. Diagnosa, masalah dan kebutuhan ibu post partum dan
nifas tergantung dari hasil pengkajian terhadap ibu.
Contoh :
1) Diagnosa
a) Post partum hasil pertama
b) Perdarahan nifas
c) Sub involusio
d) Anemia post partum
e) Pre eklamsia
f) Post SC
2) Masalah
a) Ibu kurang informasi
b) Ibu tidak pernah ANC
15
c) Sakit pada luka episiotomi
d) Keluhan mules yang mengganggu rasa nyaman
e) Buah dada bengkak dan sakit
3) Kebutuhan
a) Penjelasan tentang pencegahan infeksi
b) Tanda-tanda bahaya
c) Kontak dengan bayi sesering mungkin (Bonding and attachment)
d) Penyuluhan perawatan buah dada
e) Bimbingan menyusui
f) Penjelasan tentang metode KB
g) Imunisasi
h) Kebiasaan yang tidak bermanfaat bahkan dapat membahayakan
III. Identifikasi diagnosa dan masalah potensial
Mengidentifikasi diagnosa atau maasalah potensial yang
memungkinkan terjadi berdasarkan masalah atau diagnosa yang telah
diidentifikasikan dan merencanakan antisipasi tindakan.
Contoh :
1) Diagnosa potensial
a) Hipertensi post partum
b) Anemia post partum
c) Sub involusio
d) Perdarahan post partum
e) Febris post partum
f) Infeksi post partum
2) Masalah potensial
a) Potensial bermasalah dengan ekonomi
b) Sakit pada luka bekas operasi
c) Nyeri kepala
d) Mules
3) Antisipasi tindakan
a) Supaya tidak terjadi anemia, diberi tablet besi
16
b) Ibu dianjurkan menabung agar tidak bermasalah dalam
pembiayaan.
IV. Identifikasi dan menetapkan tindakan segera
Mengidentifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh
bidan atau dokter dan atau untuk dikonsulkan atau ditangani bersama
dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi pasien.
Contoh :
- Ibu kejang, segera lakukan tindakan segera untuk mengatasi kejang
dan segera berkolaborasi merujuk ibu untuk perawatan selanjutnya.
- Ibu tiba-tiba mengalami perdarahan, lakukan tindakan segera sesuai
dengan keadaan pasien, misalnya bila kontraksi uterus kurang baik
segera berikan uterotonita. Bila teridentifikasi adanya tanda-tanda
sisa placenta, segera kolaborasi dengan dokter untuk tindakan
kuretase.
V. Membuat rencana tindakan
Merencanakan asuhan menyeluruh yang rasional sesuai dengan
temuan dari langkah sebelumnya.
Contoh :
1) Manajemen asuhan awal puerperium
a) Kontak dini sesering mungkin dengan bayi
b) Mobilisasi / istirahat baring di tempat tidur
c) Gizi / diet
d) Perawatan puerperium
e) BAK spontan / kateter
f) Obat penghilang rasa sakit, bila diperlukan
g) Obat tidur bila diperlukan
h) Pemberian metergin, bila diperlukan
2) Asuhan lanjutan
a) Tambahan vitamin atau zat besi atau keduanya jika diperlukan
b) Bebas dari ketidaknyamanan post partum
c) Perawtaan buah dada
17
d) Pemeriksaan laboratorium terhadap komplikasi, jika diperlukan
e) Rencana KB
f) Ph immune globulin, jika diperlukan
g) Pubella vaccine 0,5 cc, SC, jika diperlukan
h) Tanda-tanda bahaya
i) Kebiasaan rutin yang tidak bermanfaat bahkan membahayakan
VI. Implementasi asuhan
1) Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secara efisien dan
aman terhadap :
a) Kontak dini sesering mungkin dengan bayi
b) Mobilisasi / istirahat baring ditempat tidur
c) Pengaturan gizi / diet
d) BAK spontan / kateter
e) Perawatan perineum
f) Pemberian obat penghilang rasa sakit, bila diperlukan
g) Pemberian obat tidur, bila diperlukan
h) Pemberian metergin, bila diperlukan
i) Pemberian tambahan vitamin atau zat besi, atau keduanya
j) Bebas dari ketidaknyamanan post partum
k) Perawatan buah dada
l) Pemeriksaan laboratorium terhadap komplikasi, jika diperlukan
m) Rencana KB
n) Penjelasan tentang kebiasaan rutin yang tidak bermanfaat bahkan
membahayakan.
VII.Evaluasi
Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang telah diberikan,
ulangi kembali proses manajemen dengan benar terhadap setiap aspek
asuhan yang sudah dilaksanakan tetapi belum efektif dan merencanakan
kembali yang belum terlaksana.
(PPKS) Pelatihan Pubuk “Manajemen Asuhan Kebidanan” tanggal 12
Juli s/d 16 Juli 2004)
18
BAB 3
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. “W” DENGANNIFAS PATOLOGIS POST SC HARI IDI RUANG F1 RSAL Dr. RAMELAN
SURABAYA
3.1 Pengkajian
Tanggal 03-01-2007 Jam : 12.00 WIB
A. Data Subyektif
1. Biodata
Nama : Ny. “W”
Umur : 36 tahun
Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Bendo Tretek RT 05/2, Sidoarjo
No. RM : 25.32.24
Status perkawinan : Menikah 1x selama 11 tahun
Nama suami : Tn. “S”
Umur : 40 tahun
Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : TNI AL
Alamat : Bendo Tretek RT 05/2, Sidoarjo
2. Keluhan utama
Ibu mengatakan nyeri luka bekas operasi dan perut kadang terasa
mules.
19
3. Riwayat kebidanan
a. Riwayat kebidanan
- Menarche : 13 tahun
- Lama : ± 5-7 hari
- Siklus : teratur
- Banyaknya : ± 2-3 kotek hari I, ± 1-2 kotek hari 2-7
- Dysmenorhoe : tidak
- Fluor albus : kadang-kadang
b. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Kehamilan
Ikhtisar Kehamila
n
Riwayat Persalinan BBLPBL
Sex Nifas ASIAterm P I A Hidup
1 9 bulan Spontan ditolong bidan di RSAL
- - - 10 thn 51 cm
3200 gr
♀ Baik Meneteki sampai usia 2 tahun
2 Hamil ini
c. Riwayat kehamilan saat ini
Ibu mengatakan itu adalah kehamilan yang kedua, keluhan
trimester I. ibu mengatakan saat hamil muda mengeluh mual
muntah, pusing, nafsu makan menurun, keluhan trimester II, ibu
mengatakan keadaan keadaannya baik, nafsu mulai membaik, ibu
merasakan pergerakan janin usia kehamilan 4 bulan. Keluhan
trimester III ibu mengatakan keadaannya baik, ibu memeriksakan
kehamilannya (USG) hasil, situs janin melintang. Oleh dokter
dianjurkan SC bila situs janin tetap sampai akhir kehamilan, ibu
juga mendapat terapi vitamin dan tablet tambah darah.
d. Riwayat persalinan
- Tanggal 29-12-2006, jam 16.00 WIB
Ibu memeriksakan kehamilannya di poli hamil, ibu
mengatakan kenceng-kenceng tapi jarang, hasil pemeriksaan
TFU 28 cm, situs janin melintang, ibu disarankan masuk
rumah sakit.
20
- Tanggal 02-01-2007, jam 10.00 WIB
Ibu dilakukan tindakan SC menggunakan anesthesia SAB jam
10.35 WIB. Bayi lahir dengan SC, ♂, A-S : 7-8, BB 3200 gr,
PB : 51 cm, ketuban jernih. Placenta lahir normal, lengkap,
post SC, dilakukan perawatan di ICU selama 1 hari, bayi
berada di ruang D3.
- Tanggal 03-01-2007 jam 10.00 WIB, ibu pindah ke ruang F1.
4. Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular (TBC,
hepatitis), tidak pernah menderita penyakit asthma, jantung dan DM,
selama hamil ibu tidak pernah menderita sakit.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan bahwa dari keluarga ibu maupun suami tidak ada
yang menderita penyakit menurun (asthma, jantung, DM, hipertensi)
dan tidak pernah menderita penyakit menular (TBC, hepatitis).
6. Keadaan psikososial
Ibu mengatakan senang dan bahagia dengan kelahiran bayinya. Ibu
juga mengatakan luka bekas operasi masih nyeri dan perut terasa
mules. Dari pihak suami dengan keluarga sangat senang dan
menerima kelahiran bayinya.
7. Latar belakang budaya
Ibu tidak mempunyai pantang makanan sesuai dengan adapt istiadat.
Ibu beragama islam dan rajin melaksanakan sholat 5 waktu dengan
rajin.
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Suhu : 366 0C
21
Tensi : 110/70 mmHg
Nadi : 84 x/menit
RR : 20 x/menit
2. Inspeksi
Muka : tidak pucat, tidak oedem, wajah tampak kesakitan saat
bergerak.
Mata : konjungtiva tidak anemis, sclera mata tidak ikterus,
simetris.
Mulut : bibir tidak pucat, tidak ada stomatitis, tidak ada rhagaden,
tidak ada caries gigi.
Tangan : tangan kiri terpasang infuse RL, tetesan lancer, simetris,
bersih.
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada
pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada bendungan vena
jugularis.
Payudara : simetris, puting susu menonjol, tidak ada bekas operasi.
Perut : kendor, tampak luka bekas operasi horizontal tertutup
kassa steril.
Vulva : tampak pengeluaran lochea rubra ± 1 kotek, vulva tidak
oededm, tidak ad avarices, tidak ada pembesaran kelenjar
bartolinitis, tidak ada condilomatalata dan
condilomaaquminata, terpasang kateter tetap no. 16 urine
kuning jernih ± 400 cc.
Anus : tidak ada haemoroid.
Kaki : simetris, tidak oedem, tidak ad avarices, bersih.
3. Palpasi
Payudara : konsistensi kenyal tidak ada benjolan, colostrums keluar
sedikit.
Perut : TFU 1 jari bawah pusat, kontraksi uterus baik, kandung
kemih kosong.
22
4. Perkusi
Perut : tidak kembung
Kaki : reflek patella (+)/(+)
5. Pemeriksaan penunjang
Hb : 10,2 gr%
SGOT : 10 u/1 N : 0 – 35
SGPT : 7 u/1 N : 0 – 37
Gula darah acak : 85
Leukosit : 8750
Eritrosit : 4. 07
Trombosit : 212.000
Gol. B Rh (+)
6. Therapi post OP
- Injeksi alinamin 3 x 1 amp
- Injeksi vit. C 3 x 1 amp
- Infeksi ketoralac 2 x 1 amp
3.2 Identifikasi Masalah / Diagnosa
Tanggal Diagnosa Data Dasar
03-01-2007jam :
11.00 WIB
P20002 post SC hari I
DS :- Ibu mengatakan telah melahirkan anak
ke-2 tanggal 2-1-2007 jam 10.35 WIB, bayi laki-laki, secara operasi SC.
- Ibu mengatakan senang dengan kelahiran bayinya.
DO :- K/U ibu baik- Tangan kiri terpasang infus RL- Ibu masih puasa- Pemeriksaan TTV :
Tensi : 110/70 mmHgSuhu : 365 0CNadi : 84 x/menitRR : 20 x/menit
23
Tanggal Diagnosa Data Dasar
- InspeksiMuka : tidak pucat, ibu tampak
senangMata : conjungtiva tidak pucatPayudara : colostrums keluar sedikitPerut : tampak luka bekas operasi
horizontal tertutup kassa steril
Vulva : tampak pengeluaran lochea rubra ± 1 kotek, tidak bau
- Palpasi : TFU 2 jari bawah pusat UC baik.
Masalah :Nyeri luka bekas operasi
DS :- Ibu mengatakan luka bekas operasi
terasa nyeri, kadang perut terasa mules.
DO :- Ibu tampak kesakitan saat bergerak dan
memegang pinggangnya.- K/U baik
Tensi : 110/70 mmHgSuhu : 365 0CNadi : 84 x/menitRR : 20 x/menit
3.3 Antisipasi Masalah Potensial
- Potensial terjadinya infeksi bekas operasi
Tindakan :
KIE tentang keadaannya saat ini.
3.4 Identifikasi Kebutuhan Segera
Kolaborasi dengan dokter.
24
25
26
27
28
BAB 4
PEMBAHASAN
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk
pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu.
Setelah melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny. “W” dengan nifas post
SC hari I dengan masalah nyeri luka bekas operasi tidak terdapat adanya
kesenjangan antara teori dengan pelaksanaan tindakan saat ini.
1. Pada pengkajian tidak ditemukan adanya kesenjangan karena terbukti pasien
sangat kooperatif dengan petugas saat dilakukan wawancara dan pasien
menjawab semua pertanyaan yang diberikan petugas.
2. Pada identifikasi masalah tidak ditemukan adanya kesenjangan dan penulis
menemukan diagnosa, yaitu :
- Nifas post SC hari I
- Masalah : nyeri luka bekas operasi
3. Pada antisipasi masalah potensial penulis tidak menemukan adanya
kesenjangan terbukti dengan perawatan yang baik danbenar sesuai teori,
pasien tidak menemukan tanda-tanda infeksi.
4. Pada identifikasi kebutuhan segera tidak ditemukan adanya masalah yang
mengancam jiwa karena semua tindakan yang dilakukan sesuai dengan teori
yang ada.
5. Pada intervensi tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan tindakan
yang dilakukan.
6. Pada implementasi tidak ditemukan kesenjangan antara dan praktek, terbukti
oleh :
- Adanya kerja sama yang baik antara petugas dan klien.
- Adanya dukungan yang baik dari keluarga dan suami sehingga petugas
dapat memberikan asuhan kebidanan sesuai dengan protap yang berlaku.
7. Pada evaluasi ditemukan bahwa telah dilakukan operasi SC, proses nifas
berjalan normal, rasa nyeri berkurang, pasien sudah boleh makan dan minum,
pasien juga sudah mobilisasi dini.
29
Dalam melaksanakan asuhan kebidanan penulis berpegang teguh pada
teori yang ada. Prosedur tetap yang berlaku sehingga diharapkan dapat
memberikan asuhan kebidanan yang baik didukung pula dengan adanya kerjasama
yang baik dari pasien dan suami, dengan demikian penulis telah mengikutsertakan
keluarga terutama suami untuk dapat berperan aktif dalam mengambil bagian
untuk memelihara kesehatan.
30
BAB 5
PENUTUP
Simpulan
Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada Ny. “W” dengan masa nifas
ditemukan diagnosa dan masalah, yaitu :
Nifas post SC hari I
Masalah : Nyeri luka bekas operasi
Dengan adanya masalah tersebut, maka upaya yang dilakukan untuk
mengatasinya antara lain :
1. Melakukan pendekatan pada klien dan keluarga.
2. Menjelaskan keadaan ibu saat ini.
3. Mengajarkan pada ibu teknik mobilisasi dini.
4. Mengajarkan pada ibu teknik relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri.
5. Mengajarkan perawatan luka.
6. Melakukan kolaborasi dengan dokter.
Setelah dilakukan asuhan kebidanan maka didapatkan hasil dengan
masalah dari pasien masa nifas, dan masalah tersebut dapat teratasi, terbukti
dengan keadaan ibu baik, ibu sudah belajar mobilisasi miring kanan dan kiri
kemudian duduk, TTV dalam batas normal.
Saran
Untuk petugas kesehatan :
a. Sebagai petugas kesehatan bidan harus memupuk kerjasama yang lebih
baik sehingga tercipta rasa saling percaya guna menunjang dan
melengkapi kelangsungan tugas bidan.
b. Meningkatkan ilmu pengetahuan sesuai dengan perkembangan IPTEK.
Untuk ibu dan keluarga :
a. Diharapkan ibu dapat mengerti dan dapat melalui nifas tanpa menjadi
komplikasi-komplikasi yang tidak diharapkan.
b. Diharapkan keluarga terutama suami ikut bekerjasama dalam memberikan
perhatian pada ibu dan bayinya selama masa nifas.
31
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, IBG. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid 1. Jakarta : EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
Sastrawinata, Sulaiman. 1983. Obstetri Fisiologi. Bandung : Elemen.
Syaifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku Panduan Praktek Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
32