laporan pendahuluan post sc 2

45
LAPORAN PENDAHULUAN POST PARTUM DENGAN SECTIO CAESARIA A. KONSEP DASAR 1. PENGERTIAN 1.1. POST PARTUM Post partum atau masa nifas (puerpurium) adalah masa setelah placenta lahir dan berakhir ketika alat-alat organ reproduksi kembali seperti keadaan sebelum hamil (Siti Saleha,2009). Post Partum adalah masa 6 minggu sejak janin lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke kondisi sebelum hamil ( Bobak, 2005). Post Partum ( puerpurium) adalah masa yang dimulai setetelah partus selesai dan berakhir kira-kira setelah enam minggu, tetapi seluruh organ genitalia baru pulih kembali seperti sebelum hamil dalam waktu tiga bulan ( Winkjosastro,2006). Post Partum (masa nifas) adalah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil ( Doengoes,2001). 1

Upload: ibeth-eti-nurbaeti

Post on 01-Jul-2015

11.607 views

Category:

Documents


342 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN PENDAHULUAN post sc 2

LAPORAN PENDAHULUAN

POST PARTUM DENGAN SECTIO CAESARIA

A. KONSEP DASAR

1. PENGERTIAN

1.1. POST PARTUM

Post partum atau masa nifas (puerpurium) adalah masa setelah

placenta lahir dan berakhir ketika alat-alat organ reproduksi kembali

seperti keadaan sebelum hamil (Siti Saleha,2009).

Post Partum adalah masa 6 minggu sejak janin lahir sampai organ-

organ reproduksi kembali ke kondisi sebelum hamil ( Bobak, 2005).

Post Partum ( puerpurium) adalah masa yang dimulai setetelah

partus selesai dan berakhir kira-kira setelah enam minggu, tetapi

seluruh organ genitalia baru pulih kembali seperti sebelum hamil dalam

waktu tiga bulan ( Winkjosastro,2006).

Post Partum (masa nifas) adalah masa enam minggu sejak bayi

lahir sampai organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum

hamil ( Doengoes,2001).

1.2. SECTIO CAESARIA

Sectio Caesaria adalah pembedahan untuk mengeluakan janin

dengan membuka dinding perut dan dinding uterus

(Wiknjosastro,2005).

Sectio Caesaria ialah tindakan untuk melahirkan janin dengan berat

badan diatas 500 gram melalui sayatan pada dinding uterus yang utuh

(Gulardi &Wiknjosastro, 2006).

Sectio caesaria adalah alternative dari kelahiran vagina bila

keamanan ibu dan janin terganggu ( Doengoes, 2001).

1

Page 2: LAPORAN PENDAHULUAN post sc 2

Dengan demikian perawatan pada ibu nifas dengan post operasi

sectio caesarea adalah perawatan pada ibu pada masa setelah

melahirkan janin dengan cara insisi/pembedahan dengan membuka

dinding perut dan dinding rahim sampai organ-organ reproduksi ibu

kembali pulih yang berakhir kira-kira 6 minggu.

1.2.1 KLASIFIKASI SECTIO CAESARIA

Ada beberapa jenis operasi Sectio Caesaria yang terdiri dari:

a. Sectio caesaria abdominalis, ada dua macam yaitu sectio caesaria

transperitonealisasi dan sectio caesaria ekstraperitonealisasi.

Sectiocaesaria transperitonealisasi sendiri terdiri dari dua cara.

1). Sectiocaesaria klasik dengan insisi memanjang pada korpus uteri

yang mempunyai kelebihan mengeluarkan janin lebih cepat,

tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik, dan

sayatan bias diperpanjang proksimal atau distal. Sedangkan

kekurangan dari cara ini adalah infeksi mudah menyebar secara

intraabdominal karena tidak ada reperitonealisasi yang baik dan

untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi ruptura uteri

spontan.

2). sectio caesaria ismika atau profunda dengan insisi pada segmen

bawah rahim dengan kelebihan penjahitan luka lebih mudah,

penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik, perdarahan

kurang dan kemungkinan ruptura uteri spontan kurang/lebih

kecil. Dan memiliki kekurangan luka dapat melebar ke kiri,

bawah dan kanan sehingga mengakibatkan perdarahan yang

banyak serta keluhan pada kandung kemih post operatif tinggi.

Sedangkan Sectio Caesaria ekstraperitonealisasi, yaitu tanpa

membuka peritoneum parietalis, dengan demikian tidak

membuka kavum abdominal.

b. Sectio caesaria vaginalis, menurut arah sayatan pada rahim, sectio

caesaria dapat dilakukan dengan sayatan memanjang (longitudinal),

sayatan melintang (transversal) dan sayatan huruf T (T-incision).

2

Page 3: LAPORAN PENDAHULUAN post sc 2

2. ANATOMI FISIOLOGI

Struktur anatomi fisiologi system reproduksi wanita terdiri dari struktur

eksternal dan internal ( Bobak,Lowdermilk, Jensen, 2005).

a. Struktur Eksternal

1).Mons pubisMons pubis atau mons veneris merupakan jaringan lemak

subkutan berbentuk bulat yang lunak dan padat serta merupakan

jaringan ikat di atas simfisis pubis. Mons pubis banyak mengandung

kelenjar sebasea (minyak) dan ditumbuhi rambut berwarna hitam,

kasar, dan ikal pada masa pubertas, yaitu sekitar satu sampai dua

tahun sebelum awitan haid. Rata-rata menarche (awitan haid) terjadi

pada usia 13 tahun. Mons berperan dalam sensualitas dan

melindungi simfisis pubis selama koitus (hubungan seksual).

Semakin bertambahnya usia, jumlah jaringan lemak di tubuh wanita

berkurang dan rambut pubis menipis.

2).Labia mayorLabia mayor adalah dua lipatan kulit panjang melengkung yang

menutupi lemak dan jaringan ikat yang menyatu dengan mons pubis.

Keduanya memanjang dari mons pubis ke arah bawah mengelilingi

labia minor, berakhir di perineum pada garis tengah. Labia mayor

memiliki panjang 7-8 cm, lebar 2-3 cm, dan tebal 1-1,5 cm dan agak

meruncing pada ujung bawah.  Labia mayor melindungi labia minor,

meatus urinarius, dan introitus vagina (lubang vagina). Pada wanita

yang belum pernah melahirkan pervagina, kedua labia mayor terletak

berdekatan di garis tengah menutupi struktur-struktur di bawahnya.

Setelah melahirkan anak dan mengalami cedera pada vagina atau

perineum, labia sedikit terpisah bahkan introitus vagina terbuka.

Penurunan produksi hormone menyebabkan atrofi labia mayor.

Pada permukaan arah lateral kulit labia yang tebal, biasanya

memiliki pigmen lebih gelap daripada jaringan sekitarnya dan

ditutupi rambut yang kasar (sama dengan rambut di mons pubis) dan

3

Page 4: LAPORAN PENDAHULUAN post sc 2

semakin menipis kearah luar perineum. Permukaan medial (arah

dalam) labia mayor licin, tebal, dan tidak ditumbuhi rambut. Bagian

ini mengandung suplai kelenjar sebasea dan banyak kelenjar keringat

serta banyak mengandung pembuluh darah. Labia mayor sensitive

terhadap nyeri, sentuhan, dan suhu tinggi. Hal ini diakibatkan adanya

jaringan saraf yang menyebar luas, yang berfungsi sebagai

rangsangan seksual.

3).Labia minor

Labia minor terletak di antara dua labia mayor dan merupakan

lipatan kulit yang panjang, sempit, dan tidak berambut, yang

memanjang ke arah bawah dari bawah klitoris dan menyatu dengan

fourchette. Sementara bagian lateral dan anterior labia biasanya

mengandung pigmen, permukaan medial labia minor sama dengan

mukosa vagina merah muda dan basah. Pembuluh darah yang

banyak membuat labia berwarna merah kemerahan dan

memungkinkan labia minor membengkak, bila ada stimulus

emosional dan stimulus fisik. Kelenjar di labia minor juga melumasi

vulva. Suplai saraf yang banyak membuat labia minor menjadi

sensitif. Ruangan antara kedua labia minor disebut vestibulum.

4).Klitoris

Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan erektil yang

terletak di bawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak terangsang,

bagian yang terlihat sekitar 6×6 mm atau kurang. Ujung badan

klitoris dinamakan glans dan lebih sensitive daripada badannya. Saat

wanita secara seksual terangsang, glands dan badan klitoris

membesar.

Kelenjar sebasea klitoris mensekresi smegma, suatu substansi lemak

seperti keju yang memiliki aroma khas dan berfungsi sebagai

feromon (senyawa organic yang memfasilitasi komunikasi

olfaktorius) dan anggota lain pada spesies yang sama untuk

membangkitkan respon tertentu, yang dalam hal ini adalah stimulasi 4

Page 5: LAPORAN PENDAHULUAN post sc 2

erotis pada pria). Klitoris bearasal dari kata dalam bahasa Yunani,

yang berarti “kunci” karena klitoris dianggap sebagai kunci

seksualitas wanita. Jumlah pembuluh darah dan persarafan yang

banyak membuat klitoris sangat sensitive terhadap suhu, sentuhan,

dan sensasi tekanan. Fungsi utama klitoris yaitu untuk menstimulasi

dan meningkatkan ketegangan seksual.

5).Vestibulum

Vestibulum adalah suatu daerah yang berbentuk lonjong, terletak

antara labia minora, klitoris, dan fourchette. Vestibulum  terdiri dari

dua muara uretra, kelenjar parauretra (vetibulum minus atau Skene),

vagina, dan kelenjar paravagina (vestibulum mayus, vulvovagina,

atau Bartholin). Permukaan vestibulum yang tipis dan agak berlendir

mudah teritasi oleh bahan kimia (deodorant semprot, garam-

garaman, busa sabun), panas, rabas, friksi (celana jins yang ketat).

Meatus uretra juga merupakan bagian dari reproduksi karena

letaknya dekat dan menyatu dengan vulva. Meatus mempunyai

muara dengan bentuk bervariasi dan berwarna merah muda atau

kemerahan, dan sering disertai tepi yang agak berkerut. Meatus

menandai bagian terminal atau distal uretra. Biasanya terletak sekitar

2,5 cm di bawah klitoris.

Kelenjar vestibulum minora adalah struktur tubular pendek yang

terletak pada arah posterolateral di dalam meatus uretra. Kelenjar ini

memproduksi sejumlah kecil lender yang berfungsi sebagai pelumas.

6). Hymen

Hymen merupakan lipatan yang tertutup mukosa sebaigan, bersifat

elastic, tetapi kuat, dan terletak di sekitar introitus vagina. Pada

wanita yang perawan, hymen dapat menjadi penghalang pada

pemeriksaan dalam, pada insersi tampon menstruasi atau koitus.

Hymen ini bersifat elastic sehingga memungkinkan distensi dan

dapat mudah robek. Terkadang hymen menutupi seluruh orifisum

yang menyebabkan hymen tertutup secara abnormal dan 5

Page 6: LAPORAN PENDAHULUAN post sc 2

menghalangi pasase aliran cairan menstruasi, pemasangan alat

(spekulum), atau koitus. Setelah pemasangan alat, pemakaian

tampon, atau melahirkan pervaginam, dapat terlihat sisa robekan

hymen (karunkulae hymen atau karunkula mirtiformis).

7).Fourchette

Merupakan lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, terletak

pada pertemuan ujung bawah labia mayor dan minor di garis tengah

bawah orifisium vagina. Suatu cekungan kecil dan fosa navikularis

terletak di antara fourchette dan hymen.

8).Perineum

Perineum merupakan daerah muscular yang ditutupi kulit antara

introitus vagina dan anus. Perineum membentuk dasar badan

perineum.

b. Struktrur Internal

1).Ovarium

Ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan di belakang

tuba fallopii. Dua ligament mengikat ovarium pada tempatnya, yaitu

6

Page 7: LAPORAN PENDAHULUAN post sc 2

bagian mesovarium ligament lebar uterus, yang memisahkan

ovarium dari sisi dinding pelvis lateral setinggi Krista iliaka

anterosuperior, dan ligamentum ovarii proprium, yang mengikat

ovarium ke uterus. pada palpasi ovarium dapat digerakkan.

Ovarium memiliki asal yang sama (homolog) dengan testis pria.

Ukuran dan bentuk setiap ovarium menyerupai buah almon

berukuran besar. Saat ovulasi, ukuran ovarium dapat menjadi dua

kali lipat untuk sementara. Ovarium yang berbentuk oval ini

memiliki konsistensi yang padat dan sedikit kenyal. Sebelum

menarche, permukaan ovarium licin. Setelah maturitas seksual, luka

parut akibat ovulasi dan rupture folikel yang berulang membuat

permukaan nodular menjadi kasar.

Dua fungsi dari ovarium adalah untuk ovulasi dan

mmemproduksi hormone. Saat lahir ovarium wanita normal

mengandung sangat banyak ovum primordial (primitif). Diantara

interval selama masa usia subur (umumnya setiap bulan), satu atau

lebih ovum matur dan mengalami ovulasi.

Ovarium juga merupakan tempat utama produksi hormone seks

steroid (estrogen, progesterone, dan adrogen) dalam jumlah yang

dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi wanita

normal.

2).Tuba Fallopii

Sepasang tuba fallopii melekat pada fundus uterus. tuba ini

memanjang ke arah lateral, mencapai ujung bebas ligament lebar dan

berlekuk-lekuk mengelilingi setiap ovarium.

Tuba memiliki panjang sekitar 10 cm dengan diameter 0,6 cm.

Setiap tuba mempunyai lapisan peritoneum bagian luar, lapisan otot

tipis di bagian tengah, dan lapisan mukosa di bagian dalam. Lapisan

mukosa terdiri dari sel-sel kolumnar, ebberapa diantaranya bersilia

dan beberapa yang lain mengeluarkan secret. Lapisan mukosa paling

7

Page 8: LAPORAN PENDAHULUAN post sc 2

tipis saat menstruasi. Setiap tuba dan lapisan mukosanya menyatu

dengan mukosa uterus dan vagina.

Tuba fallopii merupakan jalan bagi ovum. Tonjolan-tonjolan

infundibulum yang menyerupai jari (fimbria) menarik ovum ke

dalam tuba dengan gerakan seperti gelombang. Ovum didorong

disepanjang tuba, sebagian oleh silia, tetapi terutama oleh peristaltic

lapisan otot. Estrogen dan prostaglandin mempengaruhi gerakan

peristaltic. Aktivitas peristaltic tuba fallopii dan fungsi sekresi

lapisan mukosa yang terbesar adalah pada saat ovulasi. Sel-sek

kolumnar mensekresi nutrient untuk menyokong ovum selama

berada di dalam tuba.

3).Uterus

Uterus merupakan organ berdinding tebal, muscular, pipih,

cekung yang mirip buah pir terbalik yang terletak antara kandung

kemih dan rectum pada pelvis wanita. Pada wanita yang belum

melahirkan, berat uterus matang sekitar 30 - 40 gr sedangkan pada

wanita yang pernah melahirkan, berat uterusnya adalah  75-100 gr.

uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri bila ditekan, licin, dan

teraba padat. Derajat kepadatan tergantung dari beberapa factor,

diantaranya uterus lebih banyak mengandung rongga selama fase

sekresi siklus menstruasi, lebih lunak selama masa hamil, dan lebih

padat setelah menopause.

Berdasarkan fungsi dan anatomisnya, uterus dibagi menjadi tiga

bagian, yaitu :

-  FundusMerupakan tonjolan bulat di bagian atas yang terletak di atas

insersi tuba fallopii.

-  KorpusKorpus merupakan bagian utama yang mengelilingi kavum uteri.

-  Istmus

8

Page 9: LAPORAN PENDAHULUAN post sc 2

Merupakan bagian konstriksi yang menghubungkan korpus dengan

serviks yang dikenal sebagai segmen uterus bawah pada masa

hamil.

Tiga fungsi dari uterus adalah siklus menstruasi dengan peremajaan endometrium, kehamilan, dan persalinan.

4). Serviks

Panjang sekitar 2-3 cm tersusun oleh jaringan ikat fibrosa.

Servik dapat berdilatasi (meregang) saat persalinan.

5).Vagina

Vagina, suatu struktur tubular yang terletak di depan rectum dan

di belakang kandung kemih dan uretra yang memanjang dari

introitus (muara eksterna di vestibulum di antara labia minor / vulva)

sampai serviks.

Vagina merupakan suatu tuba berdinding tipis yang dapat

melipat dan mampu meregang secara luas. Karena tonjolan serviks

ke bagian atas vagina, panjang dinding anterior vagina hanya sekitar

7,5 cm, sedangkan panjang dinding posterior sekitar 9 cm.

Cairan vagina berasal dari traktus genitalia atas dan bawah.

Cairan sedikit asam. Interaksi antara laktobasilus vagina dan

glikogen memeprtahankan keasaman. Apabila pH naik > 5, insiden

infeksi vagina meningkat. Cairan yang terus mengalir dari vagina

mempertahnakan kebersihan relative vagina. Oleh karena itu,

penyemporotan cairan ke vagina dalam lingkaran normal tidak

diperlukan dan tidak dianjurkan.

Sejumlah besar suplai darah ke vagina berasal dari cabang-

cabang desenden arteri uterus, arteri vaginalis, dan arteri pudenda

interna. Vagina relative tidak sensitive, hal ini dikarenakan

persarafan pada vagina minimal dan tidak ada ujung saraf khusus.

Vagina merupakan sejumlah kecil sensasi ketika individu terangsang

9

Page 10: LAPORAN PENDAHULUAN post sc 2

secara seksual dan melakukan koitus dan hanya menimbulkan sedikit

nyeri pada tahap kedua persalinan.

Daerah G (G-spot) adalah daerah di dinding vagina anterior di

bawah uretra yang didefinisikan oleh Graefenberg sebagai bagian

analog dengan kelenjar prostat pria. Selama bangkitan seksual,

daerah G dapat distimulasi sampai timbul orgasme yang disretai

ejakulasi cairan yang sifatnya sama dengan cairan prostat ke dalam

uretra. Fungsi dari vagina adalah sebagai organ untuk koitus dan

jalan lahir.

3. ETIOLOGI

Sectio Caesaria yang dilakukan dapat di indikasikan oleh :

a. Indikasi Ibu

1). Panggul sempit absolute

2). Placenta previa

3). Ruptura uteri mengancam

4). Partus Lama

5). Partus Tak Maju

6). Pre eklampsia, dan Hipertensi

b. Indikasi janin

1). Kelainan Letak

2). Gawat Janin

3). Janin Besar

c. Kontra Indikasi

1). Janin Mati

2). Syok, anemia berat sebelum diatasi

3). Kelainan congenital Berat

4. TANDA DAN GEJALA / MANIFESTASI KLINIK

4.1 Post Partum

Manifestasi klinik masa nifas adalah hal-hal yang bersifat karakteristik

dalam masa nifas

4.1.1 Adaptasi Fisiologi

10

Page 11: LAPORAN PENDAHULUAN post sc 2

Perubahan fisiologis pada masa post partum menurut Bobak,

Lowdermik,Jensen (2004) meliputi :

a. Involusi

Yaitu suatu proses fisiologi pulihnya kembali alat kandungan ke

keadaan sebelum hamil, terjadi karena masing-masing sel menjadi

lebih kecil karena cytoplasmanya yang berlebihan dibuang.

1) Involusi uterus

Terjadi setelah placenta lahir, uterus akan mengeras karena

kontraksi dan reaksi pada otot-ototnya, dapat diamati dengan

pemeriksaan Tinggi Fundus Uteri :

a) Setelah placenta lahir hingga 12 jam pertama Tinggi

FundusUteri 1 - 2 jari dibawah pusat.

b) Pada hari ke-6 tinggi Fundus Uteri normalnya berada di

pertengahan simphisis pubis dan pusat.

c) Pada hari ke-9 / 12 tinggi Fundus Uteri sudah tidak teraba.

2) Involusi tempat melekatnya placenta

Setelah placenta dilahirkan, tempat melekatnya placenta menjadi

tidak beraturan dan ditutupi oleh vaskuler yang kontraksi serta

trombosis pada endometrium terjadi pembentukan scar sebagai

proses penyembuhan luka. Proses penyembuhan luka pada

endometrium ini memungkinkan untuk implantasi dan

pembentukan placenta pada kehamilan yang akan datang.

b. Lochea

Yaitu kotoran yang keluar dari liang senggama dan terdiri dari

jaringan-jaringan mati dan lendir berasal dari rahim dan liang

senggama. Menurut pembagiannya sebagai berikut :

1) Lochea rubra

Berwarna merah, terdiri dari lendir dan darah, terdapat pada hari

kesatu dan kedua.

2) Lochea sanguinolenta

Berwarna coklat, terdiri dari cairan bercampur darah dan pada hari

ke-3 - 6 post partum.

11

Page 12: LAPORAN PENDAHULUAN post sc 2

3) Lochea serosa

Berwarna merah muda agak kekuningan, mengandung serum,

selaput lendir, leucocyt dan jaringan yang telah mati, pada hari

ke-7 - 10.

4) Lochea alba

Berwarna putih / jernih, berisi leucocyt, sel epitel, mukosa serviks

dan bakteri atau kuman yang telah mati, pada hari ke-1 - 2

minggu setelah melahirkan.

4.1.2. Adaptasi psikososial

Ada 3 fase perilaku pada ibu post partum menurut Bobak,

Lowdermik, Jensen (2004) yaitu :

a. Fase “taking in” (Fase Dependen)

1) Selama 1 - 2 hari pertama, dependensi sangat dominan pada

ibu dan ibu lebih memfokuskan pada dirinya sendiri.

2) Beberapa hari setelah melahirkan akan menangguhkan

keterlibatannya dalam tanggung jawab sebagai seorang ibu dan

ia lebih mempercayakan kepada orang lain dan ibu akan lebih

meningkatkan kebutuhan akan nutrisi dan istirahat.

3) Menunjukkan kegembiraan yang sangat, misalnya

menceritakan tentang pengalaman kehamilan, melahirkan dan

rasa ketidaknyamanan.

b. Fase “taking hold” (Fase Independen)

1) Ibu sudah mau menunjukkan perluasan fokus perhatiannya

yaitu dengan memperlihatkan bayinya.

2) Ibu mulai tertarik melakukan pemeliharaan pada bayinya.

3) Ibu mulai terbuka untukmenerima pendidikan kesehatan bagi

diri dan bayinya.

c. Fase “letting go” (Fase Interdependen)

1) Fase ini merupakan suatu kemajuan menuju peran baru.

2) Kemandirian dalam merawat diri dan bayinya lebih meningkat.

3) Mengenal bahwa bayi terpisah dari dirinya

4.2 Manifestasi Klinik Post Sectio Caesaria

12

Page 13: LAPORAN PENDAHULUAN post sc 2

Persalinan dengan Sectio Caesaria , memerlukan perawatan yang

lebih koprehensif yaitu: perawatan post operatif dan perawatan post

partum.Manifestasi klinis sectio caesarea menurut Doenges (2001),

antara lain :

a. Nyeri akibat luka pembedahan

b. Adanya luka insisi pada bagian abdomen

c. Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus

d. Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan (lokhea

tidak banyak)

e. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800

ml

f. Emosi labil / perubahan emosional dengan mengekspresikan

ketidakmampuan menghadapi situasi baru

g. Terpasang kateter urinarius

h. Auskultasi bising usus tidak terdengar atau samar

i. Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual dan muntah

j. Status pulmonary bunyi paru jelas dan vesikuler

k. Pada kelahiran secara SC tidak direncanakan maka biasanya

kurang paham prosedur

l. Bonding dan Attachment pada anak yang baru dilahirkan

4.3 Fase Nifas / post partum

Fase-fase nifas terbagi menjadi 3 (tiga), yaitu :

a. Immediate post partum : 24 jam post partum

b. Early post partum : minggu I post partum

c. Late post partum : Minggu II – VI post partum

4.4 Fisiologi Proses Penyembuhan Luka

a. Fase I ( Inflamasi)

Penyembuhan luka leukosit mencerna bakteri dan jaringan rusak.

Fibrin bertumpuk pada gumpalan yang mengisi luka dan pembuluh

darah tumbuh pada luka dari benang fibrin sebagai kerangka.

13

Page 14: LAPORAN PENDAHULUAN post sc 2

Lapisan tipis dari sel epitel bermigrasi lewat luka dan menutupi

luka, pasien akan terlihat merasa sakit pada fase I selama 3 hari

setelah bedah besar.

b. Fase II (Proliferasi)

Berlangsung 3 sampai 14 hari setelah bedah, leukosit mulai

menghilang dan ceruk mulai berisi kolagen serabut protein putih.

Sel epitel beregenerasi dalam 1 minggu. Jaringan baru memiliki

banyak pembuluh darah. Tumpukan kolagen akan menunjang luka

dengan baik dalam 6 – 7 hari. Jadi jahitan diangkat pada waktu ini,

tergantung pada tempat dan luasnya bedah.

c. Fase III (Maturasi )

Kolagen terus bertumpuk. Ini menekan pembuluh darah baru dan

arus darah menurun. Luka terlihat seperti merah jambu yang luas.

Fase ini berlangsung minggu kedua sampai minggu keenam.

Pasien harus menjaga agar tidak menggunakan otot yang terkena.

d. Fase IV

Fase terakhir berlangsung beberapa bulan setelah bedah. Pasien

akan mengeluh gatal di seputar luka. Walaupun kolagen terus

menimbun pada waktu ini luka menciut dan menjadi tegang.

Karena penciutan luka terjadi ceruk yang berwarna/berlapis putih.

Bila jaringan itu aseluler, avaskuler, jaringan kolagen tidak akan

menjadi coklat karena sinar matahari dan tidak akan keluar

keringat dan tumbuh rambut (Smeltzer, 2001).

14

Page 15: LAPORAN PENDAHULUAN post sc 2

5. PATH WAY

15

Page 16: LAPORAN PENDAHULUAN post sc 2

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaan darah lengkap

b. Urinalisis : menetukan kadar albumin dan glukosa

c. Kultur urine : mengidentifikasi adanya virus Herpes

7. KOMPLIKASI

a. Infeksi puerpuralis (nifas)

1) Ringan : Dengan kenaikan suhu beberapa hari saja

2) Sedang : Dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai

dehidrasi atau perut sedikit kembung

3) Berat : Dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering

kita jumpai pada partus terlantar dimana sebelumnya telah terjadi

infeksi intrapartum karena ketuban yang telah pecah terlalu lama.

b. Perdarahan, disebabkan karena:

1) Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka

2) Atonia uteri

3) Perdarahan pada placental bed

c. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila

reperitonialisasi terlalu tinggi.

d. Kemungkinan rupture uteri spontan pada kehamilan

8. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien Post SC diantaranya:

a. Penatalaksanaan secara medis

1) Analgesik diberikan setiap 3 – 4 jam atau bila diperlukan seperti

Asam Mefenamat, Ketorolak, Tramadol.

2) Pemberian tranfusi darah bila terjadi perdarahan partum yang hebat.

3) Pemberian antibiotik seperti Cefotaxim, Ceftriaxon dan lain-lain

Walaupun pemberian antibiotika sesudah Sectio Caesaria

keefektifannaya masih dipersoalkan, namun pada umumnya

pemberiannya dianjurkan.

16

Page 17: LAPORAN PENDAHULUAN post sc 2

4) Pemberian cairan parenteral seperti Ringer Laktat dan NaCl.

b. Kateterisasi

c. Pengaturan Diit

Makanan dan minuman diberikan setelah klien Flatus, diilakukan secara

bertahap dari minum air putih sedikit tapi sering. Makanan yanf

diberikan berupa bubur saring, selanjutnya bubur, nasi tim dan makanan

biasa.

d. Penatalaksanaan secara keperawatan

1) Periksa dan catat tanda – tanda vital setiap 15 menit pada 1 jam

pertama dan 30 menit pada 4 jam kemudian.

2) Perdarahan dan urin harus dipantau secara ketat

3) Mobilisasi

4) Pada hari pertama setelah operasi penderita harus turun dari tempat

5) tidur dengan dibantu paling sedikit 2 kali. Pada hari kedua

penderita

6) sudah dapat berjalan ke kamar mandi dengan bantuan.

7) Pembalutan luka ( Wound Dressing / wound care)

8) Pemulangan

Jika tidak terdapat komplikasi penderita dapat dipulangkan pada

hari kelima setelah operasi

9. PENCEGAHAN

a. Ante Natal Care yang adequate, dengan selalu mengobservasi 5T ( TFU,

Tekanan darah, Timbang BB, Tetanus Toxoid dan Tablet Tambah darah

( Depkes, 2000) . Serta hindari 4 Terlalu saat hamil ( Terlalu muda,

Terlalu Tua, Terlalu banyak dan Terlalu Dekat) (depkes 2005).

b. Pada ibu yang sudah melahirkan dengan SC dianjurkan untuk menunda

kehamilan berikutnya minimal salama 1 tahun dengan memakai

kontrasepsi.

c. Yang diperbolehkan “once a caesarean not always a caesarean” kecuali

pada wanita dengan panggul sempit atau CPD ( Mohtar R.,1998).

17

Page 18: LAPORAN PENDAHULUAN post sc 2

B. DAMPAK PENYAKIT TERHADAP KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

1. KEBUTUHAN OKSIGENASI

Mekanisme pernafasan diatur dan dikendalikan oleh factor kimiawi dan

persarafan. Pengendalian oleh saraf diatur oleh pusat otomatik dalam

medulla oblongata yang mengantarkan impuls eferen ke otot pernafasan

melalui radix saraf servikalis dan diantar ke diafragma melalui saraf

frenikus.

Pada saat operasi SC dilakukan mekanisme persyarafan secara sengaja

ditekan, medulla oblongata tidak dapat mengantarkan impuls efferent

sehingga ventilasi pulmonary tergganggu. Saat efek anestesi berakhir

secara perlahan pulmo kembali normal. Untuk merangsang masuknya

Oksigen dan keluanya CO2, klien dianjurkan untuk batuk dan bernafas

dalam setiap 2 jam pada 24 jam pertama.

2. KEBUTUHAN NUTRISI

Efek anestesi saat sectio caesaria mensupresi system saraf saraf

perifer,menyebabkan rangsang saraf simpatis menyebabkan berkurangnya

peristaltik. Anestesi mempengaruhi respon terhadap rasa mual dan muntah

pada 1 sampai 2 hari pertama post sectio caesaria, secara perlahan peristaltic

kembali normal dan disertai adanya flatus. Bila sebelum peristaltic

terdengar / normal, klien makan hal ini menimbulkan distensi abdomen.

3. KEBUTUHAN ELIMINASI

Miksi dan Defekasi merupakan reflek yang berpusat pada kornu lateralis

medulla spinalis bagian sacral. Bila Vesika urinaria dan rectum tegang,

maka terjadi reflek miksi dan defekasi. Pada orang dewasa reflek ini dapat

dikendalikan oleh kehendak, saraf yang menghambat berasal dari korteks

di daerah lobus parasentralis berjalan dalam traktus piramidalis

( merupakan saraf parasimpatis).

Pada saat dilakukan anestesi terjadi supresi terhadap medulla spinalis dan

korteks sehingga klien tidak dapat mengendalikan reflex untuk miksi dan

18

Page 19: LAPORAN PENDAHULUAN post sc 2

defekasi, untuk itu dilakukan pemasangan kateter dan pengosongan

lambung sebelum anestesi dilakukan.

4. KEBUTUHAN AKTIVITAS

Adanya trauma jaringan, menimbulkan diskontinuitas jaringan yang

menimbulkan rasa nyeri. Efek anestesi berakhir menimbulkan rasa nyeri

yang dipersepsikansecara subyektif. Akibatnya (akibat rasa nyeri ini)

individu merasakan nyeri bertambah terutama saat batuk dan bergerak. Hal

ini menyebabkan keterbatasan gerak individu.

5. KONSEP DIRI

Rasa nyeri pada luka insisi menyebabkan adaptasi terhadap peran baru

individu terganngu

Setelah luka sembuh, pada sebagian individu dapat timbul keloid yang

menimbulkan perubahan citra diri.

Rasa tidak nyaman pada ibu mengakibatkan bonding terhambat, adaptasi

terhadap peran ibu terganggu.

6. KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN

Adanya luka insisi diskotinuitas jaringan terganggu gangguan rasa

aman : nyeri

Perdarahan saat sectio caesaria dilakukan dapat menimbulkan penurunan

kadar Hemoglobin dalam darah berkurangnya O2 dalam darah

menimbulkan rasa pusing dan mual , pemeriksaan HB post operasi perlu

dilakukan.

7. KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Efek anestesi juga mempengaruhi tonus uteri yang dapat menimbulkan

atonia uteri, Atonia Uteri dapat dapat menimbulkan perdarahan hebat

Resiko gangguan cairan dan elektrolit.

C. ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

a. Identitas klien : nama, umur, suku/bangsa, agama, pendidikan,

pekerjaan, status perkawinan dan nama penanggung jawab/suami,

umur, suku bangsa dll.

19

Page 20: LAPORAN PENDAHULUAN post sc 2

b. Riwayat kesehatan

1). Keluhan utama : nyeri karena trauma karena pembedahan section

caesaria

2). Riwayat kesehatan sekarang

a) Provocative : adanya indikasi section caesaria , menyebabkan klien

dilkukan operasi SC trauma pembedahan discontinuiras

jaringan menimbulkan nyeri.

b) Qualitas / Quantitas : nyeri dirasakan klien setelah efek anestesi

secara perlahan hilang, nyeri akan timbul jika efek pemberian

analgetika berakhir ( 4 jam setelah pemberian) dan akan hilang saat

analgetika di berikan. Qualitas nyeri bersifat subyektif tergantung

bagaimana klien mempersepsikan nyeri tersebut.

c) Region : daerah yang mengalami nyeri adalah luka insisi yang

terdapat pada abdomen. Insisi pada SC klasik di Midline Abdomen

antara pusat dan simpisis pubis, pada SC Transprovunda di daerah

supra simpisis pubis dengan luka insisi melintang. Area penyebaran

nyeri dirasakan sampai bokong dan terkadang adanya after pain

( nyeri alihan) yang dirasakan klien sampai ke pinggang.

d) Skala nyeri berkisar dari nyeri sedang sampai nyeri berat, dengan

skala numeric 1-10, berada pada rentang 5-10.

e) Timing : nyeri dirasakan setelah 6 – 12 jam post section caesaria,

dan 1-3 hari pertama SC.

3). Riwayat kesehatan Dahulu

a) Riwayat Ante Natal Care (ANC)

Kehamilan sekarang G…P…..A…..H…..mg

HPHT : tgl….bln….th…..HPL : tgl….bln…..th……

Keluhan saat hamil ;\:……………………..

Penyakit Yang di derita ibu saat hamil , penanganan penyakit

Riwayat imunisasi TT ( sudah/ belum )

Status imunisasi TT ( TT1,TT2,TT3,TT4.TT5)

ANC berapa kali.......tempat pemeriksaan bidan/perawat/DSOG

Trimester I ……..X

20

Page 21: LAPORAN PENDAHULUAN post sc 2

Trimester II …….X

Trimester II……...X

b) Riwayat Intra natal

Riwayat Persalinan terdahulu : cara persalinan ( spontan,

buatan (SC, induksi)), penolong persalinan, tempat kelahiran,

umur kehamilan ( aterm/preterm)

Plasenta ( spontan/ dibantu)

Jumlah darah yang keluar

Riwayat pemberian obat ( suntikan sebelum dan sesudah

lahir)

Riwayat Intranatal saat ini, kaji etiologi/ indikasi SC antara

lain : partus lama, partus tak maju dan rupture uteri

mengancam serta adanya gawat janin, gagal induksi, KPD,

CPD, atau adanya tumor pelvic yang menghambat persalinan

.

c) Riwayat post natal

Pengkajian pada nifas yang lalu:

Tanyakan apakah adanya gangguan / komplikasi pada nifas

yang lalu

Pengkajian pada post Sectio Caesaria

Pada 4 jam sampai dengan 5 hari post partum kaji :

Sirkulasi darah : periksa kadar Hb dan Ht

Eliminasi : urin : pemasangan kateter indwelling; kaji

warna, bau, jumlah. Bila kateter sudah di lepas

observasi vesika urinaria

Eliminasi : Faeces : pengosongan sistem pencernaan

pada saat pra operasi dan saat operasi menyebabkan

tidak adanya bising usus menyebabkan penumpukan

gas resiko infeksi

Pencernaan : kaji bising usus, adanya flatus

Neurosensori : kaji sensasi dan gerakan klien setelah

efek anestesi menghilang

21

Page 22: LAPORAN PENDAHULUAN post sc 2

Nyeri : rasa nyeri yang di nyatakan klien karena insisi

Sectio caesaria

Pernafasan : kaji jumlah nafas dalam 1 menit, irama

pernafasan, kemampuan klien dalam bernafas

( pernafasan dada/ abdomen), serta bunyi paru.

Balutan insisi : kaji kebersihan luka, proses

penyembuhan luka, serta tanda- tanda infeksi.

Cairan dan elektrolit : kaji jumlah / intake cairan (oral

dan parenteral) , kaji output cairan, kaji adanya

perdarahan.

Abdomen : letak fundus uteri, kontraksi uterus, serta

tinggi fundus uteri.

Psikis ibu : kecemasan, kemampuan adaptasi,support

system yang mendukung ibu.

d) Riwayat pemakaian kontrasepsi

Kapan , jenis / metode kontrasepsi, lama penggunaan, keluhan,

cara penanggulangan, kapan berhenti serta alasannya.

e) Riwayat pemakaian obat-obatan

Pemakaian obat-obat tertentu yang sering di gunakan klien

Pemakaian obat sebelum dan selama hamil.

4). Riwayat Kesehatan Keluarga

Kaji adanya penyakit herediter, ada tdaknya keluarga yang

menderita tumor atau kanker

c. Pemeriksaan Fisik

1) Sisrem Reproduksi

Abdomen : luka insisi, proses penyembuhan luka

Uterus : TFU, kontraksi, letak fundus uter.

Lokhea : jumlah, warna, bau, serta kaji adanya bekuan/

tidak

Vulva &Vagina : kebersihan, ada tidaknya tanda-tanda radang

22

Page 23: LAPORAN PENDAHULUAN post sc 2

Payudara : laktasi, pengeluaran ASI, kesulitan dalam

pemberian ASI / menyusui, kemampuan bayi menghisap

2) System Gastrointestinal

Bising usus di observasi setiap 1-2 jam post SC

3) System Kardiovaskuler

Ukur Tekana Darah, Denyut nadi, HB,Ht. Leucosit

4) System Genitourinaria

Vesicaurinaria, urine, warna, bau

5) System Muskuloskeletal

Kemampuan bergerak dan respon terhadap rangsangan, ambulasi

dini, kaji Howman sign.

6) Sietem Respirasi

Kaji respirasi rate, pola serta jenis pernafasan.

7) System Panca Indra

Penglihatan, pendengaran, perasa, peraba serta penciuman.

8) Psikologis

Penerimaan ibu terhadap bayi, pelaksanan Inisiasi Menyusu Dini

( IMD).

9) Pemeriksaan terhadap bayi baru lahir

Penilaiian APGAR SCORE

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL PADA

POST PARTUM SECTIO CAESARIA

Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien post SC adalah

1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan efek anestesi

2) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya

kontinuitas jaringan sekunder akibat pembedahan

3) Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan peningkatan perentanan

tubuh terhadap bakteri sekunder pembedahan

23

Page 24: LAPORAN PENDAHULUAN post sc 2

4) Risiko defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan darah

dalam pembedahan, mual dan muntah

5) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya insisi pembedahan

dan nyeri

6) Konstipasi berhubungan dengan immobilisasi

7) Tid ak efektifnya laktasi berhubungan dengan perpisahan dengan bayi

8) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

tentang perawatan pasca persalinan SC

3. INTERVENSI KEPERAWATAN

Fokus rencana keperawatan untuk diagnosa yang muncul pada pasien post

SC indikasi adalah :

1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan efek anestesi

(Doenges, 2001).

Tujuan : Mempertahankan kepetanan jalan nafas.

Kriteria Hasil : Bunyi nafas bersih

Intervensi :

a. Awasi frekuensi pernafasan

Rasional : Untuk mengetahui peningkatan RR

b. Catat dan observasi adanya kesulitan bernafas bernafas

Rasional :

Menentukan apakah klien memerlukan alat bantu atau tidak

c. Tinggikan apek 30-45 derajat

Rasional : Membantu pengaturan nafas agar tidak sesak

d. Dorong batuk efektif dan nafas dalam

Rasional : Mengeluarkan secret

2) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya

kontinuitus jaringan sekunder akibat pembedahan (Doenges, 2001).

Tujuan : Nyeri berkurang/hilang

Kriteria Hasil :

- Klien merasa nyeri berkurang /hilang

24

Page 25: LAPORAN PENDAHULUAN post sc 2

- Klien dapat istirahat dengan tenang

Intervensi

a. Kaji skala nyeri dan karakteristik alokasi karakteristik termasuk

kualitasnya frekuensi, kwalitasnya

Rasional : Untuk mengetahui tingkatan nyeri dan menentukan

tindakan selanjutnya

b. Monitor tanda –tanda vital

Rasional : Nyeri dapat menyebabkan gelisah serta tekanan darah dan

nadi meningkat

c. Lakukan reposisi sesui petunjuk, misalnya semi fowler ,miring

Rasional : Untuk mengurangi nyeri

d. Dorong penggunaan teknik relaksasi misal latihan nafas dalam

Rasional : Merileksasikan otot, mengalihkan perhatian dan sensori

nyeri

e. Ciptakan lingkungan nyaman dan tenang

Rasional :Untuk mengurangi nyeri

f. Kolaborasi pemberian anal getik sesuai indikasi

Rasional : Meningkatkan kenyamanan dan mempercepat proses

penyembuhan

3) Resiko tinggi infeksi b/d peningkatan parentanan tubuh terhadap bakteri

sekunder pembedahan (Carpenito, 2000)

Tujuan : tidak terjadi infeksi

Kriteria Hasil :

- Tidak ada tanda- tanda infeksi (rubor, tulor, dolor, tumor, dan

fungsiolaesa )

- Tanda- tanda fital normal terutama suhu (36-37 °C)

Intervensi

a. Monitor tanda-tanda vital

Rasional : Suhu yang meningkat dapat menunjukan terjadinya

infeksi

b. Kaji luka pada abdomen dan balutan

Rasional :

25

Page 26: LAPORAN PENDAHULUAN post sc 2

Mengidentifikasi apakah ada tanda-tanda infeksi adanya pus

c. Menjaga kebersihan sekitar luka dan lingkungan pasien, teknik

rawat luka dengan anti septik

Rasional :

Mencegah kontaminasi silang atau penyebaran organisme infeksius

d. Catat /pantau kadar Hb dan Ht

Rasional :

Resiko infeksi post partum dan penyembuhan buruk meningkat bila

kadar Hb rendah dan kehilangan darah berlebihan

e. Kolaborasi pemberian antibiotik

Rasional :

Antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi

4) Resiko devisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan darah

dalam pembedahan (Doenges, 2001)

Tujuan :

Tidak terjadi devisit volume cairan, meminimalkan devisit volume

cairan

Kriteria hasil :

Membran mukosa lembab, kulit tak kering Hb 12gr %

Intervensi :

a. Ukur dan catat pemasukan pengeluaran

Rasional : Dokumentasi yang akurat akan membantu dalam

mengidentifikasikan pengeluaran cairan atau

kebutuhan pengganti dan menunjang intervensi

b. Catat munculnya mual /muntah

Rasional : Masa post operasi semakin lama durasi anestesi semakin

besar beresiko untuk mual

c. Periksa pembalut , banyaknya pendaraan

Rasional : Perdarahan yang berlebihan dapat mengacu kepada

hemoragi

d. Beri cairan infus sesuai program

26

Page 27: LAPORAN PENDAHULUAN post sc 2

Rasional : Mengganti cairan yang telah hilang

5) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya insisi resmi

pembedahan dan nyeri (Doenges,2001)

Tujuan :

klien dapat meningkatkan dan melakukan aktivitas sesuai kemampuan

tanpa di sertai nyeri

Kriteria Hasil.:

Klien dapat mengidentivikasi faktor-faktor yang menurunkan toleransi

aktvitas

Intervensi :

a. Kaji respon pasien terhadap aktivitas

Rasional:

Untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada klien dalam

keluhan kelemahan,keletihan yang berkenaan dengan aktivitas

b. Catat tipe anestesi yang di berikan pada saat intra partus pada

waktu klien sadar

Rasional : Pengaruh anestesi dapat mempengaruhi aktivitas klien

c. Anjurkan klien untuk istirahat

Rasional :

Dengan istirahat dapat mempercepat pemulihan tenega untuk

beraktivitas, klien dapat rileks

d. Bantu dalam pemenuhan aktivitas sesuai kebutuhan

Rasional :

Dapat memberikan rasa tenang dan aman pada klien karena

kebutuhan klien terpenuhi

e. Tingkatkan aktivitas secara bertahap

Rasional :

Dapat meningkatkan proses penyembuhan dan kemampuan koping

emosional

6) Konstipasi berhubungan dengan imobilisasi (Doenges,2001)

27

Page 28: LAPORAN PENDAHULUAN post sc 2

Tujuan : Konstipasi tidak terjadi

KH : Klien dapat mengerti penyebab konstipasi klien dapat BAB dan

tidak keras.

Intervensi :

a. Kaji pada klien apakah ada gangguan dalam BAB

Rasional :

Untuk mengetahui apakah ada gangguan dalam BAB

b. Anjurkan pada klien untuk makan makanan yang banyak

mangandung serat

Rasional :

Cairan dan makanan serat dapat merangsang eliminasi dan

mencegah konstipasi

c. Anjurkan untuk minum yang banyak

Rasional :Untuk merangsang eliminasi

d. Kolaborasi pemberian obat supositoria

Rasional : untuk melunakan feses

7) Tidak efektifnya laktasi b/d perpisahan dengan bayi (Carpenito, 2000)

Tujuan : Ibu dapat menyusui secara aktif

Kriteria hasil :

Ibu dapat membuat suatu keputusan berdasarkan informasi

tentang metode menyusui bayi

Intervensi :

a. Kaji isapan bayi, jika ada lecet pada putting

Rasional :

Menentukan kemampuan untuk memberikan perawatan yang tepat

b. Anjurkan tekhnik breast care dan menyusu yang efektif

Rasional ; Memperlancar ASI

c. Anjurkan pada klien untuk memberikan ASI eksklusif

Rasional :ASI dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bagi bayi sebagai

pertumbuhan optimal

28

Page 29: LAPORAN PENDAHULUAN post sc 2

d. Anjurkan bagaimana cara memeras, menangani, menyimpan dan

memberikan ASI yang benar

Rasional : Menjaga agar ASI tetap bisa digunakan dan tetap

hygiene bagi bayi

8) Kurang pengetahuan berhubunbgan dengan kurang informasi tentang

perawatan pasca persalinan (Doenges, 2001)

Tujuan : Klien dapat mengerti dan memahami cara perawatan post

partum SC

Kriteria hasil :

Klien dapat belajar dan menyerap informasi yang di berikan dapat

melakukan perawatan post portum,

Intervensi :

a. Kaji Kesiapan dan motivasi klien untuk belajar

Rasional :

Pendidikan kesehatan diberikan untuk membantu mengembangkan

pengetahuan ibu,kemandirian serta kemampuan merawat dirinya

b. Kaji keadaan fisik klien

Rasional :

Ketidaknyamanan dapat mempengaruhi konsentrasi dalam

menerima penyuluhan

c. Berikan informasi tentang perubahan fisiologis dan psikologis

yang normal

Rasional :

Membantu klien mengenali perubahan normal

d. Diskusikan program latihan yang tepat, sesuai ketentuan

Rasional :

Meningkatkan sirkulasi dan membantu tonus otot

e. Demonstrasikan tekhnik perawatan diri

Rasional :

Membantu orang tua dalam penguasaan tugas-tugas baru

29