laporan kasus post op sc mow.docx

59
LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. L DENGAN POST OP SECTIO CAESAREA+MOW DI RUANG BOUGENVILLE RSUD Dr.ADHIYATMA, MPH SEMARANG Disusun Oleh : DANIAR REZA HERMAWAN 13.0142.N

Upload: daniar

Post on 02-Jan-2016

2.526 views

Category:

Documents


96 download

DESCRIPTION

LAPORAN KASUS KLIEN DENGAN POST OP SC+MOW

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN KASUS POST OP SC MOW.docx

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. L DENGAN POST OP

SECTIO CAESAREA+MOW DI RUANG BOUGENVILLE RSUD

Dr.ADHIYATMA, MPH SEMARANG

Disusun Oleh :

DANIAR REZA HERMAWAN

13.0142.N

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI-NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH

PEKAJANGAN-PEKALONGAN

2013

Page 2: LAPORAN KASUS POST OP SC MOW.docx

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi serta informasi dimasa sekarang ini, dimana

seseorang dengan mudahnya memperoleh informasi yang

diinginkan termasuk informasi didunia kesehatan yang

membahas tentang tindakan persalinan dengan cara sectio

caesarea, bahkan mungkin dengan berjalannya waktu sectio

caesarea akan menjadi sesuatu yang biasa dalam kelahiran,

dimana sectio caesar dilakukan atas permintaan penderita.

Makin dikenalnya tindakan persalinan dengan cara sectio

caesarea dan bergesernya pandangan masyarakat akan

metode persalinan yang dilakukan menjadikan tindakan

operasi sectio caesarea sebagai suatu fenomena yang baru

dan tidak lagi tabu untuk dibicarakan dan dilakukan di

masyarakat ( Gondo, 2006 ).

Sectio caesarea ialah pembedahan untuk melahirkan janin

dengan membuka dinding perut dan dinding uterus

( Wiknjosastro, 2007 ). Sectio caesarea ini diperlukan jika

persalinan normal atau pervaginam tidak mungkin dilakukan,

dengan keadaan abnormalitas pada bayi, ibu yang memiliki

kelainan plasenta, perdarahan hebat dan mencegah kematian

janin, ( Liu, 2008 ). Sectio caesarea adalah suatu persalinan

buatan, di mana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada

dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta

berat janin di atas 500 gram ( Ilmu Bedah Kebidanan, 2004 ).

Menurut badan kesehatan dunia WHO, wanita yang

meninggal akibat komplikasi kehamilan dan persalinan dengan

Page 3: LAPORAN KASUS POST OP SC MOW.docx

529.000 kematian permenitnya dan presentasi operasi sectio

caesarea lebih dari 10- 15 % pertahunnya. WHO

memperkirakan bahwa rata-rata bedah sectio caesarea ada

diantara 10 – 15 % dari seluruh kelahiran di negara-negara

berkembang ( Dewi, 2007 ).

Angka persalinan dengan cara sectio caesarea di negara

maju meningkat dari 5% menjadi 15%. Peningkatan ini

sebagian disebabkan oleh mode, sebagian karena ketakutan

timbul perkara jika tidak dilahirkan bayi yang sempurna,

sebagian lagi karena perubahan pola kehamilan, wanita

menunda kehamilan anak pertama dan membatasi jumlah

anak ( LLewellyn, 2009).

Jumlah persalinan sectio caesarea di Indonesia sendiri,

terutama di rumah sakit pemerintah adalah sekitar 20 – 25%

dari total jumlah persalinan, sedangkan di rumah sakit swasta

jumlahnya lebih tinggi yaitu sekitar 30 – 80% dari total jumlah

persalinan ( Nurasyid, 2009 )

Penelitian yang dilakukan oleh Sarmana ( 2004 ) di rumah

sakit St Elizabet Medan menunjukan bahwa permintaan

persalinan sectio ceasarea paling banyak dilakukan oleh ibu

yang melahirkan untuk pertama kalinya. Faktor yang paling

dominan mendorong ibu bersalin meminta persalinan sectio

caesarea adalah karena rasa sakit pada persalinan sebesar

96,5 %. Alasan ibu untuk melahirkan secara sectio caesarea

adalah : 1) kesehatan lebih terjamin terutama untuk kesehatan

bayi maupun ibu sebesar (53,5 %), 2) karena ingin sekaligus

sterilisasi (35,5 %), 3) Kosmetik sex (25 %) oleh karena ibu

ingin mempertahankan tonus vagina tetap utuh, 4) akibat

trauma persalinan yang lalu (21,5 %) misalnya ; ekstraksi

vakum, 5) rasa sakit pada persalinan alami menjadi sesuatu

Page 4: LAPORAN KASUS POST OP SC MOW.docx

yang mengkhawatirkan ibu sehingga ibu lebih memilih sectio

caesarea dari pada persalinan spontan ( Sarmana, 2004 ).

Keluarga berencana merupakan suatu perencanaan tentang waktu yang

tepat untuk memiliki anak. Di dalam keluarga berencana terdapat teknik

kontrasepsi yang digunakan untuk mencegah kehamilan sebagai upaya untuk

mengatur kehamilan. Jika pasangan yang sudah menikah memiliki kesuburan

baik, 90% pasangan wanita akan hamil dalam satu tahun bila mereka tidak

menggunakan alat kontrasepsi (Gunningham, et al., 1997). Oleh karena itu

untuk pengaturan waktu kehamilan, tidak terlepas dari peran alat kontrasepsi.

Kehamilan tak terencana dapat menyebabkan gangguan mayor di dalam

kehidupan seorang wanita yang berdampak pada kesehatan ibu dan neonatus.

Kontrasepsi mantap pada wanita disebut tubektomi, yaitu tindakan

memotong tuba Fallopii / tuba uterina. Metode kontrasepsi merupakan usaha

untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian yang tinggi akibat

kehamilan. setiap metode mempunyai kelebihan dan kekurangan sehingga

terkadang pemilihannya menjadi masalah bagi wanita. kontrasepsi tubektomi

merupakan kontrasepsi jangka panjang (permanen) dan relatif tidak

menimbulkan efek samping, tetapi yang menjadi masalah adalah operasi

pengembalian fekunditas bagi pasangan yang ingin mengubah rencana untuk

menambah anak lagi belum dapat dijamin dan biaya yang diperlukan sangat

mahal. kontrasepsi tubektomi dianjurkan bagi mereka yang sudah mempunyai

anak minimal 2 orang dan usia ibu di atas 35 tahun. hal ini disebabkan karena

kehamilan usia di atas 35 tahun berisiko tinggi dan sangat rentan terhadap

penyakit.

Tubektomi dapat dilakukan pasca keguguran, pasca persalinan atau masa

interval haid. Pasca persalinan, tubektomi sebaiknya dilakukan dalam 24 jam

pertama atau selambat-lambatnya 48 jam pertama. Apabila lewat dari 48 jam

maka tubektomi akan dipersulit oleh edema tuba uterina, infeksi dan

kegagalan. Edema tuba uterina akan berkurang setelah hari VII-X pasca

persalinan. Tubektomi setelah hari itu akan lebih dipersulit oleh adanya

penciutan alat-alat genital dan mudahnya terjadi perdarahan.

Page 5: LAPORAN KASUS POST OP SC MOW.docx

B.Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Setelah menyelesaikan penulisan laporan kasus ini diharapkan

mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan Sectio caesarea+MOW

dengan menerapkan proses keperawatan

2. Tujuan Khusus Perawat

a. Untuk mengetahui pengkajian pada pasien dengan post

op Sectio caesarea+MOW.

b. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan pada pasien

dengan post op Sectio caesarea+MOW

c. Untuk mengetahui nursing care plan pada pasien dengan

post op Sectio caesarea+MOW

d. Untuk mengetahui implementasi pada pasien dengan post

op Sectio caesarea+MOW

e. Untuk mengetahui evaluasi pada pasien pasien dengan

post op Sectio caesarea+MOW

3. Tujuan Khusus Klien

Klien dapat mengetahui tentang Sectio caesarea+MOW

dan tindakan keperawatan pada Sectio caesarea+MOW.

C.Manfaat Penulisan

1. Bagi Profesi Keperawatan

Memberikan gambaran bagi perawat mengenai

asuhan keperawatan pada pasien post op Sectio

caesarea+MOW sehingga dapat dijadikan sebagai acuan bagi

perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada

pasien yang menjalani perawatan dan pengobatan di

rumah sakit

2. Bagi Institusi Pelayanan/Rumah Sakit

Memberikan wacana dalam meningkatkan mutu

pelayanan rumah sakit dengan salah satu caranya yakni

Page 6: LAPORAN KASUS POST OP SC MOW.docx

mengembangkan metode pendekatan mental/ psikologis

dan spiritual/ religi terhadap pasien post op Sectio

caesarea+MOW di unit pelayanannya.

3. Bagi Penulis

Mengetahui bentuk-bentuk asuhan yang diperlukan oleh pasien

dengan post op Sectio caesarea+MOW baik dalam bentuk asuhan

keperawatan dalam segi psikis ataupun fisik.

D. Metode dan Teknik Penulisan

Penulis menggunakan studi pustaka dengan cara membaca dan

mencari materi dari berbagai sumber untuk mendapatkan dasar-dasar ilmiah

yang berhubungan dengan pembuatan laporan ini.

E.Sistematika Penulisan

a. BAB I Pendahuluan yang berisi latar belakang, tujuan penulisan, manfaat

penulisan, metode dan teknik pengumpulan data, serta sistematika

penulisan.

b. BAB II Tinjauan pustaka yang berisi tentang konsep dasar yang meliputi

materi yang diperoleh dari berbagai referensi.

c. BAB III Tinjauan kasus yang berisi, pengkajian, diagnosa keperawatan,

perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

d. BAB IV Pembahasan yang terdiri atas pembahasan dari kasus yang ada

dan kesesuaian atau tidak dengan materi yang telah dipaparkan.

e. BAB V Penutup yang terdiri atas simpulan dan saran.

Page 7: LAPORAN KASUS POST OP SC MOW.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan

membuka dinding perut dan dinding uterus. (Sarwono , 2005)

Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat

sayatan pada dinding uterus melalui depan perut atau vagina. Atau disebut

juga histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim. (Mochtar, 1998)

B. Etiologi

1. Indikasi SC, Indikasi klasik yang dapat dikemukakan sebagai dasar section

caesarea adalah :

a. Prolog labour sampai neglected labour.

b. Ruptura uteri imminen

Page 8: LAPORAN KASUS POST OP SC MOW.docx

c. Fetal distress

d. Janin besar melebihi 4000 gr

e. Perdarahan antepartum (Manuaba, I.B, 2001)

2. Sedangkan indikasi yang menambah tingginya angka persalinan dengan

sectio adalah :

a. Letak lintang

Bila terjadi kesempitan panggul, maka sectio caesarea adalah

jalan/cara yang terbaik dalam melahirkan janin dengan segala letak

lintang yang janinnya hidup dan besarnya biasa. Semua primigravida

dengan letak lintang harus ditolong dengan sectio caesarea walaupun

tidak ada perkiraan panggul sempit. Multipara dengan letak lintang

dapat lebih dulu ditolong dengan cara lain.

b. Letak belakang

Sectio caesarea disarankan atau dianjurkan pada letak belakang

bila panggul sempit, primigravida, janin besar dan berharga.

c. Plasenta previa sentralis dan lateralis

d. Presentasi lengkap bila reposisi tidak berhasil.

e. Gemeli menurut Eastman, sectio cesarea dianjurkan bila janin pertama

letak lintang atau presentasi bahu, bila terjadi interior (looking of the

twins), distosia karena tumor, gawat janin dan sebagainya.

f. Partus lama

g. Partus tidak maju.

h. Pre-eklamsia dan hipertensi

i. Distosia serviks

C. Tujuan Sectio Caesarea

Tujuan melakukan sectio caesarea (SC) adalah untuk mempersingkat

lamanya perdarahan dan mencegah terjadinya robekan serviks dan segmen

bawah rahim. Sectio caesarea dilakukan pada plasenta previa totalis dan

plasenta previa lainnya jika perdarahan hebat. Selain dapat mengurangi

kematian bayi pada plasenta previa, sectio caesarea juga dilakukan untuk

Page 9: LAPORAN KASUS POST OP SC MOW.docx

kepentingan ibu, sehingga sectio caesarea dilakukan pada placenta previa

walaupun anak sudah mati.

D. Jenis - Jenis Operasi Sectio Caesarea (SC)

1. Abdomen (SC Abdominalis)

a. Sectio Caesarea Transperitonealis

b. Sectio caesarea klasik atau corporal : dengan insisi memanjang pada

corpus uteri.

c. Sectio caesarea profunda : dengan insisi pada segmen bawah uterus.

2. Sectio caesarea ekstraperitonealis

Merupakan sectio caesarea tanpa membuka peritoneum parietalis

dan dengan demikian tidak membuka kavum abdominalis.

3. Vagina (sectio caesarea vaginalis)

4. Menurut arah sayatan pada rahim, sectio caesaria dapat dilakukan apabila :

a. Sayatan memanjang (longitudinal)

b. Sayatan melintang (tranversal)

c. Sayatan huruf T (T Insisian)

5. Sectio Caesarea Klasik (korporal)

Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri

kira-kira 10cm.

Kelebihan : Mengeluarkan janin lebih memanjang, Tidak

menyebabkan komplikasi kandung kemih tertarik, Sayatan bisa

diperpanjang proksimal atau distal

Kekurangan :Infeksi mudah menyebar secara intraabdominal

karena tidak ada reperitonial yang baik. Untuk persalinan berikutnya lebih

sering terjadi rupture uteri spontan.

Ruptura uteri karena luka bekas SC klasik lebih sering terjadi

dibandingkan dengan luka SC profunda. Ruptur uteri karena luka bekas

SC klasik sudah dapat terjadi pada akhir kehamilan, sedangkan pada luka

bekas SC profunda biasanya baru terjadi dalam persalinan.

Untuk mengurangi kemungkinan ruptura uteri, dianjurkan supaya

ibu yang telah mengalami SC jangan terlalu lekas hamil lagi. Sekurang -

Page 10: LAPORAN KASUS POST OP SC MOW.docx

kurangnya dapat istirahat selama 2 tahun. Rasionalnya adalah memberikan

kesempatan luka sembuh dengan baik. Untuk tujuan ini maka dipasang

akor sebelum menutup luka rahim.

6. Sectio Caesarea (Ismika Profunda)

Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada

segmen bawah rahim kira-kira 10cm

Kelebihan : Penjahitan luka lebih mudah.Penutupan luka dengan

reperitonialisasi yang baik. Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali

untuk menahan isi uterus ke rongga perineum. Perdarahan kurang.

Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptur uteri spontan lebih

kecil

Kekurangan : Luka dapat melebar ke kiri, ke kanan dan bawah

sehingga dapat menyebabkan arteri uteri putus yang akan menyebabkan

perdarahan yang banyak. Keluhan utama pada kandung kemih post

operatif tinggi.

E. Komplikasi

1. Infeksi Puerperalis

Komplikasi ini bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama

beberapa hari dalam masa nifas atau dapat juga bersifat berat, misalnya

peritonitis, sepsis dan lain-lain. Infeksi post operasi terjadi apabila

sebelum pembedahan sudah ada gejala - gejala infeksi intrapartum atau

ada faktor - faktor yang merupakan predisposisi terhadap kelainan itu

(partus lama khususnya setelah ketuban pecah, tindakan vaginal

sebelumnya). Bahaya infeksi dapat diperkecil dengan pemberian

antibiotika, tetapi tidak dapat dihilangkan sama sekali, terutama SC klasik

dalam hal ini lebih berbahaya daripada SC transperitonealis profunda.

2. Perdarahan

Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika

cabang arteria uterina ikut terbuka atau karena atonia uteri

3. Luka kandung kemih

4. Embolisme paru – paru

Page 11: LAPORAN KASUS POST OP SC MOW.docx

5. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya perut

pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi

ruptura uteri. Kemungkinan hal ini lebih banyak ditemukan sesudah sectio

caesarea klasik.

F. Prognosis

Dengan kemajuan teknik pembedahan, adanya antibiotika dan persediaan

darah yang cukup, pelaksanaan sectio ceesarea sekarang jauh lebih aman dari

pada dahulu.

Angka kematian di rumah sakit dengan fasilitas baik dan tenaga yang

kompeten < 2/1000. Faktor - faktor yang mempengaruhi morbiditas

pembedahan adalah kelainan atau gangguan yang menjadi indikasi

pembedahan dan lamanya persalinan berlangsung.

Anak yang dilahirkan dengan sectio caesaria nasibnya tergantung dari

keadaan yang menjadi alasan untuk melakukan sectio caesarea. Menurut

statistik, di negara - negara dengan pengawasan antenatal dan intranatal yang

baik, angka kematian perinatal sekitar 4 - 7% (Mochtar, 1998)

G. Patofisiologi

Adanya beberapa kelainan / hambatan pada proses persalinan yang

menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal / spontan, misalnya

plasenta previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo

pelvic, rupture uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre-eklamsia,

distosia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut menyebabkan perlu

adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea (SC).

Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan

menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan

masalah intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan

fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktivitas perawatan

diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah defisit perawatan diri.

Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan

perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien.

Selain itu, dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada

Page 12: LAPORAN KASUS POST OP SC MOW.docx

dinding abdomen sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan,

pembuluh darah, dan saraf - saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini akan

merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan menimbulkan

rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses pembedahan berakhir, daerah insisi

akan ditutup dan menimbulkan luka post op, yang bila tidak dirawat dengan

baik akan menimbulkan masalah risiko infeksi.

H. Pemeriksaan Penunjang

1. Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan dari

kadar pra operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada

pembedahan.

2. Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi

3. Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah

4. Urinalisis / kultur urine

5. Pemeriksaan elektrolit

I. Penatalaksanaan Medis Post SC

1. Pemberian cairan

Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka

pemberian cairan perintavena harus cukup banyak dan mengandung

elektrolit agar tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada

organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa diberikan biasanya DS 10%, garam

fisiologi dan RL secara bergantian dan jumlah tetesan tergantung

kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan transfusi darah sesuai

kebutuhan.

2. Diet

Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita

flatus lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral.

Pemberian minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan

pada 6 - 10 jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh.

3. Mobilisasi

Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :

a. Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah operasi

Page 13: LAPORAN KASUS POST OP SC MOW.docx

b. Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang

sedini mungkin setelah sadar

c. Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit

dan diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.

d. Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah

duduk (semifowler)

e. Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan

belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan

sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke5 pasca operasi.

4. Kateterisasi

Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak

enak pada penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan

perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi

tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.

5. Pemberian obat-obatan

a. Antibiotik

b. Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan

6. Perawatan luka

Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah

dan berdarah harus dibuka dan diganti

7. Perawatan rutin

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu,

tekanan darah, nadi,dan pernafasan. (Manuaba, 1999)

Page 14: LAPORAN KASUS POST OP SC MOW.docx

BAB III

TINJAUAN KASUS

I. PENGKAJIAN DATA

Riwayat Keperawatan

Tanggal pasien datang : 03 Oktober 2013

Jam pasien datang : 13.30 WIB

Tanggal pengkajian : 03 Oktober 2013

Jam pengkajian : 19.00 WIB

Diagnosa medis : Sectio

Caesarea+MOW hari ke 0

A. Biodata

1.Biodata Klien

Nama klien : Ny. L

Page 15: LAPORAN KASUS POST OP SC MOW.docx

Umur : 33 tahun

Suku/bangsa : Jawa/Indonesia

Agama : Islam

Pendidikan : D3

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Candi Kalasan, Pasadena Semarang

2.Biodata penanggung jawab

Nama : Tn. R

Umur : 38 tahun

Pekerjaan : Pedagang

Alamat : Candi Kalasan, Pasadena

Semarang

B.Riwayat kesehatan Umum

1.Riwayat kesehatan dahulu

Klien mengatakan bahwa ia tidak pernah menderita penyakit DM,

jantung, asma dan hipertensi. Klien mengatakan sudah pernah dua kali

menjalani operasi caesar.

2.Riwayat penyakit sekarang

Klien mengatakan selama kehamilan ini selalu

memeriksakan kehamilannya di poli kandungan RS

Tugurejo. Pada saat periksa yang terakhir dokter poli

kandungan menganjurkan klien untuk opname di RS

Tugurejo sebelum muncul kenceng-kenceng karena klien

sudah dua kali menjalani operasi caesar. Klien dirawat di

ruang Bougenville kelas III. Karena klien akan menjalani

operasi caesar yang ketiga maka dokter menyarankan

untuk dilakukan tindakan MOW (steril), klien bersedia

dilakukan SC dan MOW.

3.Keluhan Utama

Page 16: LAPORAN KASUS POST OP SC MOW.docx

Klien mengeluh nyeri.

P : nyeri luka jahitan muncul ketika bergerak dan kadang spontan, Q :

seperti teriris, R : abdomen, S : 7 , T : timbul saat bergerak/

berganti posisi

klien tampak meringis sambil mengusap-usap perutnya.

4.Riwayat kesehatan keluarga (Genogram)

Keterangan

Laki-laki

perempuan

meninggal

pasien

tinggal dalam satu rumah

Di dalam keluarga klien tidak terdapat riwayat serotinus, bayi

kembar, bayi bayi besar, anak kedua lahir premature (38minggu) dan

meninggal pada usia 12 bulan karena sakit muntaber.

5.Alergi

Klien mengatakan tidak memiliki alergi baik alergi debu, makanan

ataupun cuaca. Tidak ditemukan alergi pada obat.

6.Kebiasaan yang mengganggu kesehatan

Page 17: LAPORAN KASUS POST OP SC MOW.docx

Klien mengatakan tidak mempunyai kebiasaan yang dapat

mengganggu kesehatannya.

7.Riwayat sosial

Klien mengatakan hubungan dengan masyarakat

baik, tidak ada masalah dengan masyarakat tempat

tinggalnya.

8.Personal hygiene

Sebelum sakit

selama sakit

Mandi 2x sehari

belum pernah

Gosok gigi 2x sehari belum

pernah

Cuci rambut 2 hari sekali

belum pernah

Potong kuku 1x seminggu

belum pernah

Ganti pakaian sehari sekali

sehari sekali

Masalah/ keluhan: tidak ada keluhan

9.Riwayat keperawatan untuk pola nutrisi-metabolik

(porsi dan jenis)

Klien mengatakan sebelum operasi makan 3x sehari,

porsi sedang, dengan nasi, lauk pauk, sayur, kadang-

kadang buah, dan minum air putih 7-8 gelas/hari. Setelah

operasi klien belum memiliki nafsu makan, makan malam

cuma habis satu sendok. Minum banyak.

Masalah/keluhan: Tidak nafsu makan.

10. Riwayat keperawatan untuk pola eliminasi

Klien mengatakan sebelum sakit BAB lancar setiap

hari, selama hamil ini BAB 2 hari sekali, konsistensi lunak,

Page 18: LAPORAN KASUS POST OP SC MOW.docx

tidak ada masalah dalam BAB. Sebelum sakit BAK 4-6 x/

hari, warna kuning jernih. Selama sakit BAK ±1000 cc/hr,

tidak ada masalah/keluhan dan tidak terasa nyeri, warna

kuning jernih. Selama sakit belum pernah BAB.

11. Riwayat keperawatan untuk pola aktivitas

latihan

Saat hamil :

Klien mengatakan pada saat hamil usia 1-7 bulan klien masih

mengerjakan pekerjaan rumahnya sendiri. Namun memasuki usia

kehamilan 8 bulan klien sudah mulai mengurangi aktivitasnya. Klien

dibantu suami dan ibu mertua dalam mengerjakan pekerjaan rumah.

Setelah melahirkan :

Klien mengatakan setelah melahirkan susah beraktivitas, karena

sakit pada daerah jahitannya semakin sakit jika untuk beraktivitas.

Klien tampak lemas

12. Istirahat atau Tidur

Saat hamil

Tidur siang : kadang-kadang, lamanya 1,5 jam. Tidur pukul 13.30-

15.00

Tidur malam : kurang lebih 8 jam, tidur mulai pukul 21.00-05.00

Setelah melahirkan

Tidur siang : Belum tidur siang

Tidur malam : Belum tidur malam.

Masalah/keluhan : tidak ada.

13. Pengetahuan tentang nifas

Klien mengatakan sudah tahu tentang bagaimana melakukan

perawatan setelah melakukan persalinan, termasuk dalam merawat bayi

dan bagaimana dalam memberikan ASI-nya, klien tahu tentang kebutuhan

nutrisi pada ibu nifas.

Klien mengatakan pada persalinan yang pertama dan kedua,

bayinya diberikan ASI eksklusif selama 6 bulan. Bulan berikutnya bayinya

Page 19: LAPORAN KASUS POST OP SC MOW.docx

diberikan makanan tambahan lain hingga usia 1 tahun. Pada persalinan ini

klien mengatakan juga akan memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan.

14. Adaptasi psikologis terhadap kelahiran bayi, meliputi :

Letting in, tanda : klien masih mengeluh sakit dan belum

menanyakan bayinya. Klien masih fokus dengan yang dirasakannya

sendiri. Keluarga klien mendukung dan mendampingi klien selama klien

dalam fase pulih dari anestesi dan merasakan nyeri.

15. Riwayat keperawatan untuk nilai/kepercayaan

Klien mengatakan tidak dapat melakukan ibadah sholat lima waktu

seperti biasanya dikarenakan masih dalam masa nifas.

C.Riwayat kebidanan Obstetrik

Status Obstetrik : G 3 P 3 A 0

1.Riwayat menstruasi

Menarche : pada usia 13 tahun

Lama haid : 7 hari

Siklus haid : 28 hari

Jumlah : sehari 2x ganti pembalut

Keluhan : tidak ada

2.Riwayat pernikahan

Status : Menikah

Umur waktu menikah yang pertama kali : 23 tahun

Berapa kali menikah : 1x

Lama menikah dengan suami yang sekarang : 10 tahun.

3.Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

No Umur JK Kondisi

saat ini

Kehamilan Persalinan Nifas

1 9 th Lk Sehat

masih

Usia

kehamilan

Ditolong di

RS dengan

Klien menyusui

bayinya hingga

Page 20: LAPORAN KASUS POST OP SC MOW.docx

sekolah

kelas 4 SD

9bulan tidak

ada masalah

dalam

kehamilann

ya

SC, kondisi

bayi saat

lahir

langsung

menangis,

umur 1 tahun.

Mulai diberi

makanan tambahan

pada bayi usia 6

bulan. Tidak ada

masalah dalam

masa nifas klien.

2 1 th Pr meninggal

dunia

Usia

kehamilan

38 minggu

Ditolong di

RS dengan

SC karena

terjadi

pengapuran

plasenta,

Klien menyusui

bayinya hingga

umur 1 tahun.

Mulai diberi

makanan tambahan

pada bayi usia 6

bulan

Klien mengatakan ini adalah kehamilan ketiga, klien

selalu rutin memeriksakan kehamilannya sejak hamil anak

pertama hingga yang ketiga ini ke dokter kandungan. Anak

pertama lahir dengan SC karena panggul sempit, anak

kedua juga lahir dengan SC karena pengapuran plasenta,

dan anak ketiga secara otomatis dilahirkan dengan SC

karena sudah dua kali SC sebelumnya.

4.Riwayat KB

Klien mengatakan sebelumnya menggunakan KB suntik

dengan jangka waktu satu bulan.

5.Riwayat Kehamilan sekarang

Page 21: LAPORAN KASUS POST OP SC MOW.docx

Klien mengatakan hari pertama haid terakhir 27 Desember 2012, Hari

perkiraan lahir 03 Oktober 2013. Usia kehamilan saat ini 40 minggu. Klien

selalu mengunjungi ANC tepat waktu.

6. Riwayat persalinan sekarang

Jenis persalinan : SC

Penolong : dr. SpOG dan perawat

Tempat : Ruang IBS RSUD Dr. Adhiyatma, MPH

Proses dan lama persalinan : Klien menjalani SC selama ±30 menit

Masalah persalinan : -

Kondisi bayi : Bayi perempuan, BB 2900 gr, PB : 47 cm,

tidak ada kelainan

D. Pemeriksaan Fisik

1.Parameter umum

Kesadaran : composmentis

Keadaan Umum: agak lemah

TD : 100/70 mmHg

Suhu : 37ºC

Nadi : 88 x/menit

RR : 20 x/ menit

2.Pemeriksaan fisik

Kepala

Inspeksi : Rambut berwarna hitam, distribusi rambut rata, rambut

tidak rontok, tidak tampak benjolan/luka di kepala.

Palpasi : Tidak teraba benjolan/luka di kepala

Muka

Inspeksi : Tidak tampak cloasma gravidarum, tidak pucat.

Palpasi : Tidak teraba benjolan/luka, tidak ada nyeri tekan

Mata

Inspeksi : Mata kanan dan kiri simetris, konjungtiva anemis, sklera

putih, tidak tampak lingkar gelap di bawah kelopak mata.

Page 22: LAPORAN KASUS POST OP SC MOW.docx

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.

Hidung

Inspeksi : tampak 2 lubang hidung sama besar dan simetris, lubang

hidung tampak bersih.

Palpasi : Kartilago nasalis elastis.

Penciuman : Klien mampu membedakan bau-bauan

Telinga

Inspeksi : lubang telinga bersih tidak ada serumen,

simetris kanan dan kiri

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

Pendengaran : masih berfungsi dengan baik

Mulut

Inspeksi : tidak ada stomatitis, tidak ada caries gigi

Leher

Inspeksi : tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak

ada pembesaran kelenjar tiroid

Dada

Inspeksi : simetris kanan dan kiri, pengembangan dada

sama antara kanan dan kiri

Palpasi : getaran dinding dada sama, konfigurasi

dada 1: 2

Perkusi : terdengar sonor pada paru-paru dan pekak

pada area jantung

Auskultasi : vesikuler pada paru-paru dan bunyi jantung I,

II terdengar reguler

Payudara

Inspeksi : bentuk simetris, nampak hiperpigmentasi

areola, puting payudara agak kecil

Palpasi : tidak ada nyeri tekan, ASI belum keluar

Abdomen

Page 23: LAPORAN KASUS POST OP SC MOW.docx

Inspeksi : tampak strie gravidarum, terlihat luka post operasi

tertutup kassa.

Auskultasi : terdengar bising usus kuadran kanan bawah 5 x/mnt,

kanan atas 3 x/mnt, kiri atas 2 x/mnt, kiri bawah 1 x/mnt.

Palpasi : TFU 2 jari dibawah pusat, uterus teraba keras.

Perkusi : tympani

Genitalia dan Anus

Inspeksi : Tampak selang kateter di genetalia, bersih, urine bag

berisi 150 cc, PPV normal.

Ekstremitas atas dan bawah

Atas : Terpasang infuse RL 20 tts/mnt di tangan kiri sejak, teraba

hangat, tangan kanan dan kiri tidak tampak edema, capilary refill 2 detik,

tidak ada keterbatasan gerak sendi.

Bawah : tidak tampak edema, capilary refill 2 detik, tidak ada

varises, ada keterbatasan gerak akibat nyeri.

Kulit

inspeksi : tidak sianosis, tidak kering

palpasi : teraba hangat, turgor kulit baik < 3

detik

E.Pemeriksaan Penunjang

1.Laboratorium

Leukosit 17.26 10^3/uL (nilai normal 3.6 – 11)

2.Terapi

Per oral:

Cefadroxil

Metilergometrin

Asam mefenamat

Per IV :

Ceftriaxone

Asam traneksamat

Page 24: LAPORAN KASUS POST OP SC MOW.docx

Ketorolac

Pekalongan, 03 Oktober

2013

Yang Mengkaji

Daniar Reza Hermawan

II. PENGELOMPOKAN DATA

Data Subyektif

1. Klien mengatakan nyeri

P : nyeri luka jahitan muncul ketika bergerak dan kadang spontan, Q :

seperti teriris, R : abdomen, S : 7 , T : timbul saat bergerak/

berganti posisi

2. Klien mengatakan tidak nafsu makan

3. Klien mengatakan makan malam cuma habis satu sendok

4. Klien mengatakan setelah melahirkan susah beraktivitas, karena sakit pada

daerah jahitannya semakin sakit jika untuk beraktivitas

5. Klien mengatakan setelah melahirkan susah beraktivitas, karena sakit pada

daerah jahitannya semakin sakit jika untuk beraktivitas

Data Obyektif

1. Klien tampak meringis sambil mengusap-usap perutnya

2. Klien tampak lemas

3. Terlihat luka post operasi tertutup kassa

4. Tekanan darah 100/70 mmHg

5. Nadi 88 x/ menit

6. Leukosit 17.26 10^3/uL

III. ANALISA DATA

No Data Fokus Problem Etiologi

Page 25: LAPORAN KASUS POST OP SC MOW.docx

.

1. DS :

Klien mengatakan nyeri

P : nyeri luka jahitan muncul

ketika bergerak dan kadang

spontan, Q : seperti teriris, R

: abdomen, S : 7 , T :

timbul saat bergerak/

berganti posisi.

DO :

Klien tampak meringis

sambil mengusap-usap

perutnya

Nyeri Terputusnya

kontinuitas

jaringan

sekunder akibat

pembedahan

(SC)

2.DS:

Klien mengatakan setelah

melahirkan susah beraktivitas,

karena sakit pada daerah

jahitannya semakin sakit jika

untuk beraktivitas.

DO:

Klien tampak lemas

Klien tampak meringis

sambil mengusap-usap

perutnya

Gangguan

mobilitas fisik

Nyeri pada luka

insisi

3. DS:

Klien mengatakan nyeri pada luka

jahitan muncul ketika bergerak

dan kadang spontan

DO:

Risiko infeksi Tindakan

invasif, paparan

lingkungan

patogen

Page 26: LAPORAN KASUS POST OP SC MOW.docx

Pada abdomen terlihat

luka post operasi tertutup

kassa, Leukosit 17.26

10^3/uL

4. DS:

Klien mengatakan tidak

nafsu makan

Klien mengatakan makan

malam cuma habis satu

sendok

DO:

Klien tampak lemas

Resiko nutrisi

kurang dari

kebutuhan tubuh

Anoreksia

IV. PRIORITAS MASALAH

1. Nyeri b.d terputusnya kontinuitas jaringan sekunder akibat pembedahan

(SC)

2. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri pada luka insisi

3. Resiko infeksi b.d tindakan invasif, paparan lingkungan patogen

4. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia

V. INTERVENSI

Tgl/

jam

No.

Dx

Rencana tujuan

dan kriteria hasil

Intervensi Rasional para

f

3

/10/1

3

19.0

0

1 Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 3x 24 jam,

diharapkan klien dapat

mengontrol nyeri atau

nyeri hilang. Kriteria

hasil :

1. Pantau TTV

2. Berikan posisi

yang nyaman

1. Peningkatan

nyeri dapat

meningkatkan

nilai tanda-

tanda vital.

2. Posisi yang

nyaman dapat

Page 27: LAPORAN KASUS POST OP SC MOW.docx

Klien melaporkan

sudah tidak merasakan

nyeri lagi, klien tampak

rileks, tidak tampak

menahan nyeri jika

bergerak, skala 0-3,

TTV dalam rentang

normal.

3. Ajarkan klien

manajemen

nyeri dengan

teknik distraksi

atau relaksasi.

4. Berikan

lingkungan

yang nyaman.

menurunkan

ketegangan

sehingga dapat

mengeluarkan

hormon

endorphine

sebagai anestesi

natural dari

tubuh.

3. Distraksi dapat

mengalihkan

konsentrasi atau

fokus klien

terhadap rasa

sakit.

Sedangkan

relaksasi dapat

menstimulus

tubuh untuk

mengeluarkan

hormon

endorphine.

4. Lingkungan

yang nyaman

dapat

menurunkan

ketegangan

yang dapat

meningkatkan

vasokontriksi

pembuluh

Page 28: LAPORAN KASUS POST OP SC MOW.docx

5. Anjurkan klien

untuk

mengurangi

aktivitas yang

berlebihan.

6. Kolaborasi,

berikan obat

analgesik

darah.

5. Aktivitas berat

dapat

meningkatkan

tingkat nyeri.

6. Obat analgesik

dapat

menurunkan

nyeri

3

/10/1

3

19.0

0

2. Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 2X24 jam di

harapkan pasien dapat

menunjukkan

peningkatan mobilitas

dengan kriteria hasil

klien menunjukkan

dapat mengubah posisi

(duduk, berdiri, miring

kanan, miring kiri)

dapat berjalan sendiri

ke kamar mandi,

menggendong bayi,

menyusui bayi.

1. Bina hubungan

saling percaya

dengan klien

dan keluarga

2. Bantu pasien

latihan gerak

aktif

3. Obsevasi TTV

4. Kolaborasi

dengan

fisioterapi

1. Menciptakan

hubungan saling

percaya antara

pasien dan

perawat.

2. Mempertahanka

n kekuatan otot

dan mobilisasi.

3. Untuk

mengetahui

kondisi pasien

dan mengetahui

perkembangan

pasien serta

menentukan

tindakan

selanjutnya.

4. Memberi terapi

secara tepat,

yang diharapkan

Page 29: LAPORAN KASUS POST OP SC MOW.docx

dalam program

latihan.

dapat

mempercepat

proses

penyembuhan

pasien.

3

/10/1

3

19.0

0

3. Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 3x24 jam,

diharapkan klien tidak

mengalami infeksi,

dengan kriteria hasil :

luka tampak bersih,

kering, tidak bengkak,

tidak ada pus, leukosit

normal.

1. Pantau TTV

2. Lakukan

perawatan luka

pada luka jahit.

3. Pertahankan

prinsip steril

selama proses

perawatan.

4. Anjurkan klien

untuk mencuci

tangan sebelum

dan setelah

melakukan

aktivitas.

5. Kolaborasi,

berikan obat

antibiotik.

1. Infeksi dapat

ditandai dengan

peningkatan

nilai TTV.

2. Perawatan luka

dapat

menurunkan

resiko infeksi.

3. Prinsip steril

dapat

mengurangi

masuknya

bakteri ke

dalam tubuh.

4. Mencuci tangan

dapat

meminimalisir

terkontaminasin

ya bakteri

dengan luka.

5. Obat dapat

mencegah

terjadinya

infeksi

Page 30: LAPORAN KASUS POST OP SC MOW.docx

3

/10/1

3

19.0

0

4. Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 2x24 jam,

diharapkan klien tidak

mengalami kekurangan

nutrisi/nutrisi

terpenuhi, dengan

kriteria hasil : Nafsu

makan klien kembali

normal, Klien

menghabiskan 1 porsi

makanannya, Berat

badan klien naik

1. Sajikan

makanan dalam

keadaan hangat

2. Beri dukungan

pada klien

untuk makan

3. Sajikan

makanan dalam

bentuk yang

menarik

4. Anjurkan klien

untuk makan

sedikit tapi

sering

1. Meningkatkan

nafsu makan

2. Menambah

semangat klien

untuk mau

makan

3. Menambah

nafsu makan

klien

4. Menghindari

terjadinya mual

muntah

VI. CATATAN PERKEMBANGAN

Tgl/

jam

No.

Dx

Implementasi Respon Klien Para

f

3

/10/1

3

19.00

1-4 Menanyakan keluhan klien

Mengukur tanda-tanda vital

S : klien mengatakan nyeri

P : nyeri luka jahitan muncul

ketika bergerak dan kadang

spontan, Q : seperti

teriris, R : abdomen, S :

7 , T : timbul saat

bergerak/ berganti

posisi.

O: Klien tampak

meringis sambil

mengusap-usap

Page 31: LAPORAN KASUS POST OP SC MOW.docx

1

1

3

1

2

4

klien

Mengajarkan dan menganjurkan

klien tentang napas dalam

sebagai mengontrol nyeri

Menganjurkan kepada klien

untuk selalu mencuci tangan

sebelum dan sesudah

beraktivitas

Memberikan posisi yang

nyaman

Menganjurkan klien untuk

belajar menggerak-gerakan kaki

Menanyakan pola makan klien

perutnya

S : klien mengatakan bersedia

diukur ttv

O : TD 100/70 mmHg, N 88

x/mnt, Suhu 37ºC, Rr 20

x/mnt

S : klien mengatakan bersedia

untuk diajarkan nafas dalam

O : Klien dapat mengikuti

arahan, dan dapat

mempraktikan nafas dalam

dengan benar

S : Klien mengatakan bersedia

mengikuti anjuran

O : Klien tampak paham

dengan anjuran

S : klien mengatakan bersedia

diubah posisinya

O : klien dalam posisi tidur

dengan kepala lebih tinggi

S : klien bersedia belajar

menggerak-gerakan kaki

O : klien nampak berusaha

menggerak-gerakan kaki, kaki

sudah dapat bergerak

Page 32: LAPORAN KASUS POST OP SC MOW.docx

S : klien mengatakan tidak

nafsu makan, makan hanya 1

sendok

O : makan malam terlihat

masih penuh

4

/10/1

3

14.30

1

1

2

Memberikan posisi nyaman bagi

klien dengan merapikan tempat

tidurnya

Menanyakan keluhan klien

Menanyakan kemampuan gerak

klien

S : klien bersedia dirapikan

tempat tidurnya

O : klien nampak bedrest dan

nyaman

S : klien mengatakan masih

nyeri

P : nyeri luka jahitan muncul

ketika diam lalu akan

bergerak, Q : nyeri terasa

seperti teriris dan seperti di

remas pada daerah perut, R :

nyeri terasa pada luka jahitan

yang terdapat pada abdomen,

S : skala 5, T : timbul saat

bergerak/ berganti

posisi.

O : klien berbicara dengan

tenang

S : klien mengatakan sudah

bisa duduk di bed, tapi masih

sakit kalau untuk berjalan.

O : klien terduduk di bed

Page 33: LAPORAN KASUS POST OP SC MOW.docx

16.00

20.00

1

1-4

4

1

3

Menganjurkan klien untuk

melakukan nafas dalam ketika

nyeri

Mengukur tanda-tanda vital

klien

Menanyakan pola makan klien

Memberikan injeksi obat

ketorolac 30mg dan asam

traneksamat 500mg

Memberikan injeksi ceftriaxon

4gr

S : klien mengatakan akan

menggunakan nafas dalam

untuk mengontrol nyeri

O : klien nampak sedang tidak

nyeri

S : klien bersedia untuk

diukur ttv

O : TD 130/90 mmHg, N 80x,

suhu 37’C, Rr 20 x/mnt

S : klien mengatakan sudah

mulai mempunyai selera

makan. Makan siang habis ¾

porsi

O :

S : klien mengatakan bersedia

diinjeksi obat.

O : klien kooperatif

S : klien mengatakan bersedia

diinjeksi obat.

O : klien kooperatif

5

/10/1

2

14.30

1-4 Mengobservasi keadaan

klien, mengukur TTV

S: klien mengatakan

bersedia diukur TTV

O: TD 120/80 mmHg, S

Page 34: LAPORAN KASUS POST OP SC MOW.docx

1

4

2

Mengobservasi nyeri klien

Mengobservasi nutrisi

makan klien

Menanyakan kemampuan gerak

klien

37ºc, N 90x/ menit, RR

20x/menit

S: klien mengatakan

nyerinya masih sedikit

terasa

O: skala nyeri 3,

ekspresi nampak rileks

S: Klien mengatakan

sekarang makan habis

1 porsi

O: habis 1 porsi

S : klien mengatakan

sudah bisa berjalan-

jalan disekitar ruangan

O : infus dan DC terlihat

sudah tidak terpasang

6/10/12

09.30 1,2,3,4 Klien pulang

VII. EVALUASI

Nama : Ny.L No. RM : 428193

Umur : 33 tahun DX. Medis : post op SC+MOW

Tgl/ N Evaluasi Keperawatan Paraf

Page 35: LAPORAN KASUS POST OP SC MOW.docx

jam o

D

x

3

/10/1

3

19.00

1

2

3

4

S : klien mengatakan nyeri P : nyeri luka jahitan

muncul ketika bergerak dan kadang spontan, Q :

seperti teriris, R : abdomen, S : 7 , T :

timbul saat bergerak/ berganti posisi.

O: Klien tampak meringis sambil mengusap-

usap perutnya

A : masalah nyeri belum teratasi

P : observasi skala nyeri, anjurkan teknik nafas dalam,

kolaborasi pemberian obat untuk nyeri

S : Klien mengatakan susah beraktivitas, karena sakit

pada daerah jahitannya semakin sakit jika untuk

beraktivitas.

O : klien nampak lemas

A : masalah mobilitas fisik belum teratasi

P : anjurkan klien berganti posisi tidur setiap 1 jam

sekali, dan belajar menggerak-gerakkan kakinya

S: klien mengatakan masih nyeri pada luka operasi

O: N 88 x/mnt, Suhu 37ºC, tidak ada tanda-tanda

infeksi, luka masih tertutup kassa, bersih

A : masalah resiko infeksi belum teratasi

P : pertahankan kebersihan luka, pantau tanda-tanda

infeksi, kolaborasi dalam pemberian obat antibiotik

S : klien mengatakan tidak nafsu makan, makan hanya

1 sendok

Page 36: LAPORAN KASUS POST OP SC MOW.docx

4

/10/1

3

14.30

1

2

3

O : makan malam terlihat masih penuh

A : masalah resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

belum teratasi

P : anjurkan klien untuk menghabiskan makannya,

berikan informasi tentang pentingnya gizi untuk proses

kesembuhan,anjurkan klien untuk makan saat makanan

masih hangat,anjurkan untuk makan sedikit-sedikit tapi

sering

S : klien mengatakan masih nyeri tapi sudah berkurang

P : nyeri luka jahitan muncul ketika bergerak, Q :

seperti teriris, R : abdomen, S : 5 , T :

timbul saat bergerak/ berganti posisi.

O: Klien terlihat lebih rileks daripada

kemarin

A : masalah nyeri belum teratasi

P : observasi skala nyeri, anjurkan teknik nafas dalam,

kolaborasi pemberian obat untuk nyeri

S : Klien mengatakan sudah bisa duduk tapi masih

belum kuat untuk berjalan

O : klien nampak terduduk di bed

A : masalah mobilitas fisik belum teratasi

P : anjurkan klien belajar berdiri dan berjalan secara

bertahap

S: klien mengatakan masih nyeri pada luka operasi

sudah berkurang

O: N 80x, suhu 37’C, tidak ada tanda-tanda infeksi,

luka masih tertutup kassa, bersih

Page 37: LAPORAN KASUS POST OP SC MOW.docx

5/10/

13

14.45

4

1

2

3

A : masalah resiko infeksi belum teratasi

P : pertahankan kebersihan luka, pantau tanda-tanda

infeksi, kolaborasi dalam pemberian obat antibiotik

S : klien mengatakan nafsu makan mulai muncul,

makan habis 3/4porsi

O : makan siang terlihat tersisa sedikit

A : masalah resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

teratasi sebagian

P : anjurkan klien untuk menghabiskan makannya,

berikan informasi tentang pentingnya gizi untuk proses

kesembuhan, anjurkan klien untuk makan saat

makanan masih hangat

S : klien mengatakan sedikit rasa nyeri P : nyeri luka

jahitan muncul ketika bergerak, Q : senut-senut,

R : abdomen, S : 3 , T : timbul saat

bergerak.

O: Klien terlihat rileks

A : masalah nyeri teratasi sebagian

P : observasi skala nyeri, anjurkan teknik nafas dalam,

kolaborasi pemberian obat untuk nyeri

S : Klien mengatakan sudah bisa berjalan-jalan di

sekitar ruangan

O : klien nampak rileks

A : masalah mobilitas fisik teratasi

P : pertahankan kondisi klien

S: klien mengatakan masih sedikit nyeri pada luka

operasi

O: S 37ºc, N 90x/ menit, tidak ada tanda-tanda

Page 38: LAPORAN KASUS POST OP SC MOW.docx

4

infeksi, luka masih tertutup kassa, bersih

A : masalah resiko infeksi belum teratasi

P : pertahankan kebersihan luka, pantau tanda-tanda

infeksi, kolaborasi dalam pemberian obat antibiotik

S : klien mengatakan nafsu makannya sudah normal

makan habis porsi

O : makan siang terlihat habis

A : masalah resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

teratasi

P : pertahankan kondisi klien

BAB IV

PEMBAHASAN

Page 39: LAPORAN KASUS POST OP SC MOW.docx

Masa nifas atau puerperium berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari,

merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan

yang normal. Pada masa nifas juga terjadi perubahan pada alat reproduksi yaitu

pada serviks dan endometrium. Pada psikologi ibu nifas juga terjadi perubahan

yaitu masa taking in, taking hold, dan letting go. Wanita pasca persalinan harus

cukup istirahat. Delapan jam pasca persalinan, ibu harus tidur terlentang untuk

mencegah perdarahan. Sesudah 8 jam, ibu boleh miring ke kiri atau ke kanan

untuk mencegah trombosis. Ibu dan bayi ditempatkan pada satu kamar. Pada hari

kedua, bila perlu dilakukan latihan senam. Pada hari ketiga umumnya sudah bisa

duduk, pada hari keempat berjalan, dan pada hari kelima dapat dipulangkan.

Makanan yang diberikan harus bermutu tinggi dan cukup kalori, cukup protein,

serta banyak buah. Pada klien masuk dalam fase taking in.

Pada kasus di atas, klien bernama Ny.L post op SC+MOW. Klien berumur

33 tahun. P3 A0. Klien memasuki fase nifas dalam kondisi normal tanpa adanya

komplikasi. Masuk ke ruang bougenville pada tanggal 03 Oktober 2013 pukul

13.45 WIB. Klien diterima dalam keadaan sadar, klien dipasang infus RL, dan

dipasang DC di ruang bougenville, klien nampak lemas.

Setelah dilakukan pengkajian keperawatan pada Ny.L didapatkan beberapa

masalah keperawatan, yaitu nyeri yang disebabkan karena ada luka post SC,

gangguan mobilitas fisik karena efek anestesi dan adanya nyeri akibat SC.

Kemudian resiko infeksi yang dikarenakan adanya luka post SC yang dapat

mengancam invasi mikroorganisme melalui luka tersebut. Masalah keperawatan

yang lain yaitu resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang dikarenakan oleh

anoreksia.

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama tiga hari, mulai pada tanggal

03-05 Oktober 2013, masalah keperawatan yang dapat teratasi adalah gangguan

mobilitas fisik dan resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Masalah

keperawatan nyeri baru dapat teratasi sebagian. Masalah resiko infeksi juga belum

dapat teratasi dikarenakan masih ada luka yang kemungkinan resiko infeksi masih

Page 40: LAPORAN KASUS POST OP SC MOW.docx

sangat besar dapat terjadi pada Ny.L. Klien dinyatakan boleh pulang pada tanggal

06 oktober 2013 pukul 09.30 WIB. Kondisi klien baik namun masih terkadang

merasa sedikit nyeri.

BAB V

PENUTUP

Page 41: LAPORAN KASUS POST OP SC MOW.docx

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama tiga hari, masalah klien

tidak semuanya dapat teratasi. Respon nyeri seseorang berbeda satu sama lain.

Sehingga memungkinkan keluhan nyeri merupakan kondisi subjektif yang tidak

dapat dipastikan seseorang akan berapa lama merasakan nyeri. Sementara resiko

infeksi masih tetap ditegakkan sebagai masalah keperawatan dan belum teratasi

dikarenakan klien masih terdapat luka post SC yang masih memungkinkan invasi

mikroorganisme melalui luka tersebut.