lp sc postpartum dkp

37
ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA DENGAN INDIKASI DISPROPORSI KEPALA PANGGUL (CPD ) I. Pengertian Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerotomi untuk melahirkan janin dari dalam rahim. II. Jenis – jenis operasi sectio caesarea 1. Abdomen (sectio caesarea abdominalis) a. Sectio caesarea transperitonealis SC klasik atau corporal (dengan insisi memanjang pada corpus uteri) Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira 10 cm. Kelebihan : Mengeluarkan janin dengan cepat Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik 1

Upload: nia-kurnia

Post on 25-Oct-2015

186 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

mater

TRANSCRIPT

Page 1: Lp Sc Postpartum Dkp

ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA

DENGAN INDIKASI DISPROPORSI KEPALA PANGGUL (CPD )

I. Pengertian

Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan

membuka dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerotomi

untuk melahirkan janin dari dalam rahim.

II. Jenis – jenis operasi sectio caesarea

1. Abdomen (sectio caesarea abdominalis)

a. Sectio caesarea transperitonealis

SC klasik atau corporal (dengan insisi memanjang pada corpus

uteri)

Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri

kira-kira 10 cm.

Kelebihan :

Mengeluarkan janin dengan cepat

Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih

tertarik

Sayatan bias diperpanjang proksimal atau distal

Kekurangan

Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena

tidak ada reperitonealis yang baik

1

Page 2: Lp Sc Postpartum Dkp

Untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi

rupture uteri spontan

SC ismika atau profundal (low servical dengan insisi pada

segmen bawah rahim)

Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat pada

segmen bawah rahim (low servical transversal) kira-kira 10 cm

Kelebihan :

Penjahitan luka lebih mudah

Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik

Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk

menahan penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum

Perdarahan tidak begitu banyak

Kemungkinan rupture uteri spontan berkurang atau lebih

kecil

Kekurangan :

Luka dapat melebar kekiri, kanan, dan bawah sehingga

dapat menyebabkan uteri uterine pecah sehingga

mengakibatkan perdarahan banyak

Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi

b. SC ektra peritonealis yaitu tanpa membuka peritoneum

parietalis dengan demikian tidak membuka cavum abdominal

2. Vagina (section caesarea vaginalis)

Menurut sayatan pada rahim, sectio caesarea dapat dilakukan sebagai berikut :

2

Page 3: Lp Sc Postpartum Dkp

1. Sayatan memanjang ( longitudinal )

2. Sayatan melintang ( Transversal )

3. Sayatan huruf T ( T insicion )

III. Indikasi

Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan

menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-

hal yang perlu tindakan SC proses persalinan normal lama/ kegagalan proses

persalinan normal ( Dystasia )

Fetal distress

His lemah / melemah

Janin dalam posisi sungsang atau melintang

Bayi besar ( BBL 4,2 kg )

Plasenta previa

Kalainan letak

Disproporsi cevalo-pelvik ( ketidakseimbangan antar ukuran

kepala dan panggul )

Rupture uteri mengancam

Hydrocephalus

Primi muda atau tua

Partus dengan komplikasi

Panggul sempit

Problema plasenta

3

Page 4: Lp Sc Postpartum Dkp

IV. Komplikasi

Kemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi ini antara lain :

1. Infeksi puerperal ( Nifas )

- Ringan, dengan suhu meningkat dalam

beberapa hari

- Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai

dengan dehidrasi dan perut sedikit kembung

- Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik

2. Perdarahan

- Banyak pembuluh darah yang terputus dan

terbuka

- Perdarahan pada plasenta bed

3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih

bila peritonealisasi terlalu tinggi

4. Kemungkinan rupture tinggi spontan pada kehamilan berikutnya

V. POST PARTUM

A. DEFINISI PUERPERIUM / NIFAS

Adalah masa sesudah persalinan dimulai setelah kelahiran plasenta dan

berakhirnya ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum

hamil, masa nifas berlangsung selama 6 minggu.

(Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2002)

adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali

alat kandungan yang lamanya 6 minggu. (Obstetri Fisiologi, 1983)

4

Page 5: Lp Sc Postpartum Dkp

B. PERIODE

Masa nifas dibagi dalam 3 periode:

1. Early post partum

Dalam 24 jam pertama.

2. Immediate post partum

Minggu pertama post partum.

3. Late post partum

Minggu kedua sampai dengan minggu keenam.

C. TUJUAN ASUHAN KEPERAWATAN

1. Menjaga kesehatan Ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologiknya.

2. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah,

mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun

bayinya.

3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,

nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada

bayinya dan perawatan bayi sehat.

4. Memberikan pelayanan keluarga berencana.

D. TANDA DAN GEJALA

1. Perubahan Fisik

a. Sistem Reproduksi

Uterus

Involusi : Kembalinya uterus ke kondisi normal setelah hamil.

No Waktu TFU Konsistensi After pain Kontraksi

5

Page 6: Lp Sc Postpartum Dkp

1.

2.

3.

4.

Segera setelah

lahir

1 jam setelah

lahir

12 jam setelah

lahir

setelah 2 hari

Pertengahan simpisis

dan umbilikus

Umbilikus

1 cm di atas pusat

Turun 1 cm/hari

Lembut

Terjadi

Berkurang

Proses ini dipercepat oleh rangsangan pada puting susu.

- Lochea

Komposisi

Jaringan endometrial, darah dan limfe.

Tahap

a. Rubra (merah) : 1-3 hari.

b. Serosa (pink kecoklatan)

c. Alba (kuning-putih) : 10-14 hari

Lochea terus keluar sampai 3 minggu.

Bau normal seperti menstruasi, jumlah meningkat saat berdiri.

Jumlah keluaran rata-rata 240-270 ml.

- Siklus Menstruasi

Ibu menyusui paling awal 12 minggu rata-rata 18 minggu, untuk itu

tidak menyusui akan kembali ke siklus normal.

- Ovulasi

Ada tidaknya tergantung tingkat proluktin. Ibu menyusui mulai ovulasi

pada bulan ke-3 atau lebih.

Ibu tidak menyusui mulai pada minggu ke-6 s/d minggu ke-8. Ovulasi

mungkin tidak terlambat, dibutuhkan salah satu jenis kontrasepsi untuk

mencegah kehamilan.

- Serviks

6

Page 7: Lp Sc Postpartum Dkp

Segera setelah lahir terjadi edema, bentuk distensi untuk beberapa hari,

struktur internal kembali dalam 2 minggu, struktur eksternal melebar

dan tampak bercelah.

- Vagina

Nampak berugae kembali pada 3 minggu, kembali mendekati ukuran

seperti tidak hamil, dalam 6 sampai 8 minggu, bentuk ramping lebar,

produksi mukus normal dengan ovulasi.

- Perineum

Episiotomi

Penyembuhan dalam 2 minggu.

Laserasi

TK I : Kulit dan strukturnya dari permukaan s/d otot

TK II : Meluas sampai dengan otot perineal

TK III : Meluas sampai dengan otot spinkter

TK IV : melibatkan dinding anterior rektal

b. Payudara

Payudara membesar karena vaskularisasi dan engorgement

(bengkak karena peningkatan prolaktin pada hari I-III). Pada

payudara yang tidak disusui, engorgement akan berkurang dalam

2-3 hari, puting mudah erektil bila dirangsang. Pada ibu yang tidak

menyusui akan mengecil pada 1-2 hari.

c. Sistem Endokrin

- Hormon Plasenta

HCG (-) pada minggu ke-3 post partum, progesteron plasma

tidak terdeteksi dalam 72 jam post partum normal setelah siklus

menstruasi.

- Hormon pituitari

Prolaktin serum meningkat terjadi pada 2 minggu pertama,

menurun sampai tidak ada pada ibu tidak menyusui FSH, LH,

tidak ditemukan pada minggu I post partum.

d. Sistem Kardiovaskuler

7

Page 8: Lp Sc Postpartum Dkp

- Tanda-tanda vital

Tekanan darah sama saat bersalin, suhu meningkat karena

dehidrasi pada awal post partum terjadi bradikardi.

- Volume darah

Menurun karena kehilangan darah dan kembali normal 3-4

minggu

Persalinan normal : 200 – 500 cc, sesaria : 600 – 800 cc.

- Perubahan hematologik

Ht meningkat, leukosit meningkat, neutrophil meningkat.

- Jantung

Kembali ke posisi normal, COP meningkat dan normal 2-3

minggu.

e. Sistem Respirasi

Fungsi paru kembali normal, RR : 16-24 x/menit, keseimbangan

asam-basa kembali setelah 3 minggu post partum.

f. Sistem Gastrointestinal

- Mobilitas lambung menurun sehingga timbul konstipasi.

- Nafsu makan kembali normal.

- Kehilangan rata-rata berat badan 5,5 kg.

g. Sistem Urinaria

- Edema pada kandung kemih, urethra dan meatus urinarius

terjadi karena trauma.

- Pada fungsi ginjal: proteinuria, diuresis mulai 12 jam.

- Fungsi kembali normal dalam 4 minggu.

h. Sistem Muskuloskeletal

Terjadi relaksasi pada otot abdomen karena terjadi tarikan saat

hamil. Diastasis rekti 2-4 cm, kembali normal 6-8 minggu post

partum.

i. Sistem Integumen

Hiperpigmentasi perlahan berkurang.

j. Sistem Imun

8

Page 9: Lp Sc Postpartum Dkp

Rhesus incompability, diberikan anti RHO imunoglobin.

VI. CPD

A. Definisi

Disproporsi sefalopelvik adalah keadaan yang menggambarkan

ketidaksesuaian antara kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak

dapat keluar melalui vagina. Disproporsi sefalopelvik disebabkan oleh

panggul sempit, janin yang besar ataupun kombinasi keduanya.

B. Ukuran Panggul

1.

Pintu atas panggul dibentuk oleh promontorium corpus vertebra

sacrum 1, linea innominata, serta pinggir atas simfisis. Konjugata

diagonalis adalah jarak dari pinggir bawah simfisis ke promontorium,

Secara klinis, konjugata diagonalis dapat diukur dengan memasukkan jari

telunjuk dan jari tengah yang dirapatkan menyusur naik ke seluruh

permukaan anterior sacrum, promontorium teraba sebagai penonjolan

tulang. Dengan jari tetap menempel pada promontorium, tangan di vagina

diangkat sampai menyentuh arcus pubis dan ditandai dengan jari telunjuk

tangan kiri. Jarak antara ujung jari pada promontorium sampai titik yang

ditandai oleh jari telunjuk merupakan panjang konjugata diagonalis.

Konjugata vera yaitu jarak dari pinggir atas simfisis ke

promontorium yang dihitung dengan mengurangi konjugata diagonalis

1,5 cm, panjangnya lebih kurang 11 cm. Konjugata obstetrika merupakan

konjugata yang paling penting yaitu jarak antara bagian tengah dalam

simfisis dengan promontorium, Selisih antara konjugata vera dengan

konjugata obstetrika sedikit sekali.

9

Page 10: Lp Sc Postpartum Dkp

Gambar 1. Diameter pada Pintu Atas Panggul

2. Panggul Tengah (Pelvic Cavity)

Ruang panggul ini memiliki ukuran yang paling luas. Pengukuran

klinis panggul tengah tidak dapat diperoleh secara langsung. Terdapat

penyempitan setinggi spina isciadika, sehingga bermakna penting pada

distosia setelah kepala engagement. Jarak antara kedua spina ini yang

biasa disebut distansia interspinarum merupakan jarak panggul terkecil

yaitu sebesar 10,5 cm. Diameter anteroposterior setinggi spina isciadica

berukuran 11,5 cm. Diameter sagital posterior, jarak antara sacrum

dengan garis diameter interspinarum berukuran 4,5 cm.

3. Pintu Bawah Panggul

Pintu bawah panggul bukanlah suatu bidang datar namun terdiri

dari dua segitiga dengan dasar yang sama yaitu garis yang

menghubungkan tuber isciadikum kiri dan kanan. Pintu bawah panggul

yang dapat diperoleh melalui pengukuran klinis adalah jarak antara kedua

tuberositas iscii atau distansia tuberum (10,5 cm), jarak dari ujung sacrum

ke tengah-tengah distensia tuberum atau diameter sagitalis posterior (7,5

cm), dan jarak antara pinggir bawah simpisis ke ujung sacrum (11,5 cm).

C. Panggul Sempit

10

Page 11: Lp Sc Postpartum Dkp

Distosia adalah persalinan yang sulit dan ditandai oleh terlalu

lambatnya kemajuan persalinan. Distosia dapat disebabkan oleh kelainan

pada servik, uterus, janin, tulang panggul ibu atau obstruksi lain di jalan lahir.

Kelainan ini oleh ACOG dibagi menjadi tiga yaitu:

1. Kelainan kekuatan (power) yaitu kontraktilitas uterus dan upaya ekspulsif

ibu.

a. Kelainan his : inersia uteri / kelemahan his

b. kekuatan mengejan yang kurang misalnya pada hernia atau sesak

nafas.

2. Kelainan yang melibatkan janin (passenger), misalnya letak lintang, letak

dahi, hidrosefalus.

3. Kelainan jalan lahir (passage), misalnya panggul sempit, tumor yang

mempersempit jalan lahir.

Pola Kelainan Persalinan, Diagnostik, Kriteria dan Metode Penanganannya

Pola Persalinan Kriteria Diagnostik Penanganan yang dianjurkan Penanganan Khusus

Panggul dengan ukuran normal tidak akan mengalami kesukaran

kelahiran pervaginam pada janin dengan berat badan yang normal. Ukuran

panggul dapat menjadi lebih kecil karena pengaruh gizi, lingkungan atau hal

11

Page 12: Lp Sc Postpartum Dkp

lain sehingga menimbulkan kesulitan pada persalinan pervaginam. Panggul

sempit yang penting pada obstetric bukan sempit secara anatomis namun

panggul sempit secara fungsional artinya perbandingan antara kepala dan

panggul. Selain panggul sempit dengan ukuran yang kurang dari normal, juga

terdapat panggul sempit lainnya. Panggul ini digolongkan menjadi empat,

yaitu:

1. Kelainan karena gangguan pertumbuhan intrauterine: panggul Naegele,

panggul Robert, split pelvis, panggul asimilasi.

2. Kelainan karena kelainan tulang dan/ sendi: rakitis, osteomalasia,

neoplasma, fraktur, atrofi, nekrosis, penyakit pada sendi sakroiliaka dan

sendi sakrokoksigea.

3. Kelainan panggul karena kelainan tulang belakang: kifosis, skoliosis,

spondilolistesis.

4. Kelainan panggul karena kelainan pada kaki: koksitis, luksasio koksa,

atrofi atau kelumpuhan satu kaki.

Setiap penyempitan pada diameter panggul yang mengurangi kapasitas

panggul dapat menyebabkan distosia saat persalinan. penyempitan dapat

terjadi pada pintu atas panggul, pintu tengah panggul, pintu bawah panggul,

atau panggul yang menyempit seluruhnya.

1. Penyempitan pintu atas panggul

Pintu atas panggul dianggap sempit apabila diameter anterioposterior

terpendeknya (konjugata vera) kurang dari 10 cm atau apabila diameter

transversal terbesarnya kurang dari 12 cm. Diameter anteroposterior pintu

atas panggul sering diperkirakan dengan mengukur konjugata diagonal

secara manual yang biasanya lebih panjang 1,5 cm. Dengan demikian,

penyempitan pintu atas panggul biasanya didefinisikan sebagai konjugata

diagonal yang kurang dari 11,5 cm.3 Mengert (1948) dan Kaltreider

(1952) membuktikan bahwa kesulitan persalinan meningkat pada diameter

anteroposterior kurang dari 10 cm atau diameter transversal kurang dari 12

12

Page 13: Lp Sc Postpartum Dkp

cm. Distosia akan lebih berat pada kesempitan kedua diameter

dibandingkan sempit hanya pada salah satu diameter.

Diameter biparietal janin berukuran 9,5-9,8 cm, sehingga sangat sulit

bagi janin bila melewati pintu atas panggul dengan diameter

anteroposterior kurang dari 10 cm. Wanita dengan tubuh kecil

kemungkinan memiliki ukuran panggul yang kecil, namun juga memiliki

kemungkinan janin kecil. Dari penelitian Thoms pada 362 nullipara

diperoleh rerata berat badan anak lebih rendah (280 gram) pada wanita

dengan panggul sempit dibandingkan wanita dengan panggul sedang atau

luas.

Pada panggul sempit ada kemungkinan kepala tertahan oleh pintu

atas panggul, sehingga gaya yang ditimbulkan oleh kontraksi uterus secara

langsung menekan bagian selaput ketuban yang menutupi serviks.

Akibatnya ketuban dapat pecah pada pembukaan kecil dan terdapat resiko

prolapsus funikuli. Setelah selaput ketuban pecah, tidak terdapat tekanan

kepala terhadap serviks dan segmen bawah rahim sehingga kontraksi

menjadi inefektif dan pembukaan berjalan lambat atau tidak sama sekali.

Jadi, pembukaan yang berlangsung lambat dapat menjadi prognosa buruk

pada wanita dengan pintu atas panggul sempit.

Pada nulipara normal aterm, bagian terbawah janin biasanya sudah

masuk dalam rongga panggul sebelum persalinan. Adanya penyempitan

pintu atas panggul menyebabkan kepala janin megapung bebas di atas

pintu panggul sehingga dapat menyebabkan presentasi janin berubah. Pada

wanita dengan panggul sempit terdapat presentasi wajah dan bahu tiga kali

lebih sering dan prolaps tali pusat empat sampai enam kali lebih sering

dibandingkan wanita dengan panggul normal atau luas.

2. Penyempitan panggul tengah

Dengan sacrum melengkung sempurna, dinding-dinding panggul

tidak berkonvergensi, foramen isciadikum cukup luas, dan spina isciadika

tidak menonjol ke dalam, dapat diharapkan bahwa panggul tengah tidak

13

Page 14: Lp Sc Postpartum Dkp

akan menyebabkan rintangan bagi lewatnya kepala janin. Penyempitan

pintu tengah panggul lebih sering dibandingkan pintu atas panggul.Hal ini

menyebabkan terhentunya kepala janin pada bidang transversal sehingga

perlu tindakan forceps tengah atau seksio sesarea.

Penyempitan pintu tengah panggul belum dapat didefinisikan secara

pasti seperti penyempitan pada pintu atas panggul. Kemungkinan

penyempitan pintu tengah panggul apabila diameter interspinarum

ditambah diameter sagitalis posterior panggul tangah adalah 13,5 cm atau

kurang. (3) Ukuran terpenting yang hanya dapat ditetapkan secara pasti

dengan pelvimetri roentgenologik ialah distansia interspinarum. Apabila

ukuran ini kurang dari 9,5 cm, perlu diwaspadai kemungkinan kesukaran

persalinan apalagi bila diikuti dengan ukuran diameter sagitalis posterior

pendek.

3. Penyempitan Pintu Bawah Panggul

Pintu bawah panggul bukan suatu bidang datar melainkan dua

segitiga dengan diameter intertuberosum sebagai dasar keduanya.

Penyempitan pintu bawah panggul terjadi bila diameter distantia

intertuberosum berjarak 8 cm atau kurang. Penyempitan pintu bawah

panggul biasanya disertai oleh penyempitan pintu tengah panggul.

Disproporsi kepala janin dengan pintu bawah panggul tidak terlalu

besar dalam menimbulkan distosia berat. Hal ini berperan penting dalam

menimbulkan robekan perineum. Hal ini disebabkan arkus pubis yang

sempit, kurang dari 900 sehingga oksiput tidak dapat keluar tepat di bawah

simfisis pubis, melainkan menuju ramus iskiopubik sehingga perineum

teregang dan mudah terjadi robekan.

D. Perkiraan Kapasitas Panggul Sempit

Perkiraan panggul sempit dapat diperoleh dari pemeriksaan umum dan

anamnesa. Misalnya pada tuberculosis vertebra, poliomyelitis, kifosis. Pada

wanita dengan tinggi badan yang kurang dari normal ada kemungkinan

memiliki kapasitas panggul sempit, namun bukan berarti seorang wanita

14

Page 15: Lp Sc Postpartum Dkp

dengan tinggi badan yang normal tidak dapat memiliki panggul sempit. Dari

anamnesa persalinan terdahulu juga dapat diperkirakan kapasitas panggul.

Apabila pada persalinan terdahulu berjalan lancar dengan bayi berat badan

normal, kemungkinan panggul sempit adalah kecil.

Pengukuran panggul (pelvimetri) merupakan salah satu cara untuk

memperoleh keterangan tentang keadaan panggul. Melalui pelvimetri dalama

dengan tangan dapat diperoleh ukuran kasar pintu atas dan tengah panggul

serta memberi gambaran jelas pintu bawah panggul. Adapun pelvimetri luar

tidak memiliki banyak arti.

Pelvimetri radiologis dapat memberi gambaran yang jelas dan

mempunyai tingkat ketelitian yang tidak dapat dicapai secara klinis.

Pemeriksaan ini dapat memberikan pengukuran yang tepat dua diameter

penting yang tidak mungkin didapatkan dengan pemeriksaan klinis yaitu

diameter transversal pintu atas dan diameter antar spina iskhiadika.

Tetapi pemeriksaan ini memiliki bahaya pajanan radiasi terutama bagi

janin sehingga jarang dilakukan.4 Pelvimetri dengan CT scan dapat

mengurangi pajanan radiasi, tingkat keakuratan lebih baik dibandingkan

radiologis, lebih mudah, namun biayanya mahal. Selain itu juga dapat

dilakukan pemeriksaan dengan MRI dengan keuntungan antara lain tidak ada

radiasi, pengukuran panggul akurat, pencitraan janin yang lengkap.

Pemeriksaan ini jarang dilakukan karena biaya yang mahal.

Dari pelvimetri dengan pencitraan dapat ditentukan jenis panggul,

ukuran pangul yang sebenarnya, luas bidang panggul, kapasitas panggul, serta

daya akomodasi yaitu volume dari bayi yang terbesar yang masih dapat

dilahirkan spontan.

Pada kehamilan yang aterm dengan presentasi kepala dapat dilakukan

pemeriksaan dengan metode Osborn dan metode Muller Munro Kerr. Pada

metode Osborn, satu tangan menekan kepala janin dari atas kearah rongga

panggul dan tangan yang lain diletakkan pada kepala untuk menentukan

apakah kepala menonjol di atas simfisis atau tidak. Metode Muller Munro

Kerr dilakukan dengan satu tangan memegang kepala janin dan menekan

15

Page 16: Lp Sc Postpartum Dkp

kepala ke arah rongga panggul, sedang dua jari tangan yang lain masuk ke

vagina untuk menentukan seberapa jauh kepala mengikuti tekanan tersebut

dan ibu jari yang masuk ke vagina memeriksa dari luar hubungan antara

kepala dan simfisis.

E. Janin yang besar

Normal berat neonatus pada umumnya 4000gram dan jarang ada yang

melebihi 5000gram. Berat badan neonatus lebih dari 4000gram dinamakan

bayi besar. Frekuensi berat badan lahir lebih dari 4000gram adalah 5,3%, dan

berat badan lahir yang melihi 4500gram adalah 0,4%. Biasanya untuk berat

janin 4000-5000 gram pada panggul normal tidak terdapat kesulitan dalam

proses melahirkan. Factor keturunan memegang peranan penting sehingga

dapat terjadi bayi besar. Janin besar biasanya juga dapat dijumpai pada ibu

yang mengalami diabetes mellitus, postmaturitas, dan pada grande multipara.

Selain itu, yang dapat menyebabkan bayi besar adalah ibu hamil yang makan

banyak, hal tersebut masih diragukan.

Untuk menentukan besarnya janin secara klinis bukanlah merupakan

suatu hal yang mudah. Kadang-kadang bayi besar baru dapat kita ketahui

apabila selama proses melahirkan tidak terdapat kemajuan sama sekali pada

proses persalinan normal dan biasanya disertai oleh keadaan his yang tidak

kuat. Untuk kasus seperti ini sangat dibutuhkan pemeriksaan yang teliti untuk

mengetahui apakah terjadi sefalopelvik disproporsi. Selain itu, penggunaan

alat ultrasonic juga dapat mengukur secara teliti apabila terdapat bayi dengan

tubuh besar dan kepala besar.

Pada panggul normal, biasanya tidak menimbulkan terjadinya kesulitan

dalam proses melahirkan janin yang beratnya kurang dari 4500gram.

Kesulitan dalam persalinan biasanya terjadi karena kepala janin besar atau

kepala keras yang biasanya terjadi pada postmaturitas tidak dapat memasuki

pntu atas panggul, atau karena bahu yang lebar sulit melalui rongga panggul.

Bahu yang lebar selain dapat ditemukan pada janin yang memiliki berat

badan lebih juga dapat dijumpai pada anensefalus. Janin dapat meninggal

16

Page 17: Lp Sc Postpartum Dkp

selama proses persalinan dapat terjadi karena terjadinya asfiksia dikarenakan

selama proses kelahiran kepala anak sudah lahir, akan tetapi karena lebarnya

bahu mengakibatkan terjadinya macet dalam melahirkan bagian janin yang

lain. Sedangkan penarikan kepala janin yang terlalu kuat ke bawah dapat

mengakibatkan terjadinya cedera pada nervus brakhialis dan muskulus

sternokleidomastoideus.

F. Penanganan

1. Persalinan Percobaan

Setelah dilakukan penilaian ukuran panggul serta hubungan antara

kepala janin dan panggul dapat diperkirakan bahwa persalinan dapat

berlangsung per vaginan dengan selamat dapat dilakukan persalinan

percobaan. Cara ini merupakan tes terhadap kekuatan his, daya

akomodasi, termasuk moulage karena faktor tersebut tidak dapar

diketahui sebelum persalinan.

Persalinan percobaan hanya dilakukan pada letak belakang kepala,

tidak bisa pada letak sungsang, letak dahi, letak muka, atau kelainan letak

lainnya. Ketentuan lainnya adalah umur keamilan tidak boleh lebih dari

42 mingu karena kepala janin bertambah besar sehingga sukar terjadi

moulage dan ada kemungkinan disfungsi plasenta janin yang akan

menjadi penyulit persalinan percobaan.

Pada janin yang besar kesulitan dalam melahirkan bahu tidak akan

selalu dapat diduga sebelumnya. Apabila dalam proses kelahiran kepala

bayi sudah keluar sedangkan dalam melahirkan bahu sulit, sebaiknya

dilakukan episiotomy medioateral yang cukup luas, kemudian hidung dan

mulut janin dibersihkan, kepala ditarik curam kebawah dengan hati-hati

dan tentunya dengan kekuatan terukur. Bila hal tersebut tidak berhasil,

dapat dilakukan pemutaran badan bayi di dalam rongga panggul, sehingga

menjadi bahu depan dimana sebelumnya merupakan bahu belakang dan

lahir dibawah simfisis. Bila cara tersebut masih juga belum berhasil,

penolong memasukkan tangannya kedalam vagina, dan berusaha

17

Page 18: Lp Sc Postpartum Dkp

melahirkan janin dengan menggerakkan dimuka dadanya. Untuk

melahirkan lengan kiri, penolong menggunakan tangan kanannya, dan

sebaliknya. Kemudian bahu depan diputar ke diameter miring dari

panggul untuk melahirkan bahu depan.

Persalinan percobaan ada dua macam yaitu trial of labour dan test of

labour. Trial of labour serupa dengan persalinan percobaan di atas,

sedangkan test of labour sebenarnya adalah fase akhir dari trial of labour

karena baru dimulai pada pembukaan lengkap dan berakhir 2 jam

kemudian. Saat ini test of labour jarang digunakan karena biasanya

pembukaan tidak lengkap pada persalinan dengan pangul sempit dan

terdapat kematian anak yang tinggi pada cara ini.

Keberhasilan persalinan percobaan adalah anak dapat lahir sontan

per vaginam atau dibantu ekstraksi dengan keadaan ibu dan anak baik.

Persalinan percobaan dihentikan apabila pembukaan tidak atau kurang

sekali kemajuannnya, keadaan ibu atau anak kurang baik, ada lingkaran

bandl, setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah kepala tidak masuk

PAP dalam 2 jam meskipun his baik, serta pada forceps yang gagal. Pada

keadaan ini dilakukan seksio sesarea.

2. Seksio Sesarea

Seksio sesarea elektif dilakukan pada kesempitan panggul berat

dengan kehamilan aterm, atau disproporsi sephalopelvik yang nyata.

Seksio juga dapat dilakukan pada kesempitan panggul ringan apabila ada

komplikasi seperti primigravida tua dan kelainan letak janin yang tak

dapat diperbaiki.

Seksio sesarea sekunder (sesudah persalinan selama beberapa

waktu) dilakukan karena peralinan perobaan dianggap gagal atau ada

indikasi untuk menyelesaikan persalinan selekas mungkin sedangkan

syarat persalinan per vaginam belum dipenuhi.

18

Page 19: Lp Sc Postpartum Dkp

3. Simfisiotomi

Tindakan ini dilakukan dengan memisahkan panggul kiri dan kanan

pada simfisis. Tindakan ini sudah tidak dilakukan lagi.

4. Kraniotomi dan Kleidotomi

Pada janin yang telah mati dapat dilakukan kraniotomi atau

kleidotomi. Apabila panggul sangat sempit sehingga janin tetap tidak

dapat dilahirkan, maka dilakukan seksio sesarea.

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1.      Pengkajiana.       Identitas klien dan penanggung jawab

Meliputi nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agam, alamat, status perkawinan, ruang rawat, nomor medical record, diagnosa medik, yang mengirim, cara masuk, alasan masuk, keadaan umum tanda vital.b.      Keluhan utamac.        Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya bagi klien multiparad.      Data Riwayat penyakit

1)      Riwayat kesehatan sekarang.Meliputi keluhan atau yang berhubungan dengan gangguan atau

penyakit dirasakan saat ini dan keluhan yang dirasakan setelah pasien operasi.2)      Riwayat Kesehatan Dahulu

Meliputi penyakit yang lain yang dapat mempengaruhi penyakit sekarang, Maksudnya apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama (Plasenta previa).3)      Riwayat Kesehatan Keluarga

Meliputi penyakit yang diderita pasien dan apakah keluarga pasien ada juga mempunyai riwayat persalinan plasenta previa.

e.       Keadaan klien meliputi :1)      Sirkulasi

19

Page 20: Lp Sc Postpartum Dkp

Hipertensi dan pendarahan vagina yang mungkin terjadi. Kemungkinan kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 mL2)      Integritas egoDapat menunjukkan prosedur yang diantisipasi sebagai tanda kegagalan dan atau refleksi negatif pada kemampuan sebagai wanita. Menunjukkan labilitas emosional dari kegembiraan, ketakutan, menarik diri, atau kecemasan.3)      Makanan dan cairanAbdomen lunak dengan tidak ada distensi (diet ditentukan).4)      NeurosensoriKerusakan gerakan dan sensasi di bawah tingkat anestesi spinal epidural.5)      Nyeri / ketidaknyamananMungkin mengeluh nyeri dari berbagai sumber karena trauma bedah, distensi kandung kemih , efek - efek anesthesia, nyeri tekan uterus mungkin ada.6)      PernapasanBunyi paru - paru vesikuler dan terdengar jelas.

7)      Keamanan8)      Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda / kering dan utuh.9)      SeksualitasFundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus. Aliran lokhea sedang.

VII. Diagnosa Keperawatan

Ansietas b.d pengalaman pembedahan dan hasil tidak dapat

diperkirakan

Resti infeksi b.d destruksi pertahanan terhadap bakteri

Nyeri akut b.d insisi, flatus dan mobilitas

Resti perubahan nutrisi b.d peningkatan kebutuhan untuk

penyembuhan luka, penurunan masukan ( sekunder akibat nyeri, mual,

muntah )

VIII. Intervensi

DP Tujuan Intervensi Rasional

Ansietas b.d

pengalaman

Ansietas berkurang

setelah diberikan

-

pendekatan diri

-

akan

20

Page 21: Lp Sc Postpartum Dkp

pembedahan

dan hasil

tidak dapat

diperkirakan

Resti infeksi

b.d

destruksi

pertahanan

terhadap

bakteri

perawatan dengan

kriteria hasil :

-

traumatik pada saat

membicarakan

pembedahan

-

-

untuk dilakukan

pembedahan yang

sama

-

Infeksi tidak terjadi

setelah perawatan selama

24 jam pertama dengan

kriteria hasil :

-

luka yang jauh dari

kategori infeksi

-

normal

-

pada pasien supaya

pasien merasa

nyaman

-

pembedahan

merupakan jalan

terbaik yang harus

ditempuh untuk

menyelamatkan

bayi dan ibu

-

adekuat

-

untuk menjaga

daya tahan tubuh,

kebersihan luka,

serta tanda-tanda

infeksi dini pada

luka

menumbuhkan

rasa tenang,

tidak cemas

serta

kepercayaan

pada perawat.

-

adekuat akan

menghasilkan

daua tubuh

yang optimal

-

partisipasi dari

pasien, maka

kesembuhan

luka dapat

21

Page 22: Lp Sc Postpartum Dkp

Nyeri akut

b.d insisi,

flatus dan

mobilitas

dalam keadaan

normal, tidak demam

Nyeri dapat berkurang

setelah perawatan 1x 24

jam dengan kriteria :

-

nyeri / mengatakan

bahwa nyeri sudah

berkurang

-

nyeri

-

nyeri

-

insisi luka post

operasi

-

yang

memungkinkan

tiap jam sekali

lebih mudah

terwujud

-

memiliki

managemen

yang berbeda

-

akibat luka

post operasi

-

akibat luka

post operasi

-

merangsang

peristaltik usus

sehingga

mempercepat

flatus

-

kesempatan

untuk

22

Page 23: Lp Sc Postpartum Dkp

Resti

perubahan

nutrisi b.d

peningkatan

kebutuhan

tubuh untuk

penyembuh

an

luka,penuru

nan

masukan

(sekunder

akibat nyeri,

mual,

muntah

Mendemontrasikan berat

badan stabil atau

penambahan berat badan

progresif kearah tujuan

dengan normalisasi nilai

laboratorium dan bebas

dari tanda malnutrisi

-

secara continue

selama perawatan

tiap hari,

perhatikan tingkat

energi, kondisi,

kulit, kuku,

rambut, rongga

mulut

-

pentingnya

trasnsisi pada

pemberian makan

per oral dengan

tepat

-

mengunyah,

menelan, beri

sosialisasi dan

bantuan makan

sesuai dengan

indikasi

mengobservasi

penyimpangan

dari norma/

dasar pasien

dan

mempengaruhi

pilihan

intervensi

-

pemberian

makan oral

lebih disukai

-

bantuan untuk

menghadapi

masalah

anoreksia,

kelelahan,

kelemahan otot

23

Page 24: Lp Sc Postpartum Dkp

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito L. J, 2001, Diagnosa keperawatan, Jakarta : EGC

Doengoes, M E, 2000, Rencana Askep pedoman untuk perencanaan dan

pendokumentasian perawatan pasien, Jakarta : EGC

Mochtar, Rustam, 1998, Sinopsis Obstetri, Jakarta : EGC

Winkjosastro, Hanifa, 2005, Ilmu Kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo

Saifuddin AB. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Edisi Keempat. Jakarta:

BP-SP, 2008.

Lowe, N.K. The Dystocia Epidemic in Nulliparous Women. School of Nursing

Oregon Health & Science University. 2005. [Online] Hyperlink:

http://196.33.159.102/1961%20VOL%20XXXV%20JulDec/Articles/

10%20October/3.5%20A%20CLINICAL%20CLASSIFICATION

%20OF%20CEPHALO-PELVIC%20DISPROPORTION.%20C.J.T.

%20Craig.pdf, 10 Mei 2009.

Cunningham FG, Gant FN, Leveno KJ, dkk. Obstetri Williams. Edisi 21. Jakarta:

EGC, 2005.

24

Page 25: Lp Sc Postpartum Dkp

Winkjosastro H. Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga. Jakarta: YBP-SP, 2007.

Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Bandung. Obstetri Fisiologi. Bandung: Elemen, 1983.

Israr YA, Irwan M, Lestari, dkk. Arrest of Decent- Cephalopelvc Disproportion

(CPD). 2008. [Online] Hyperlink: http://72.14.235.132/search?

q=cache:RqVXzDPzkgIJ:yayanakhyar.wordpress.com/2008/09/05/

arrest-of-decent-cephalopelvic-disproportion-cpd/+Cephalo-

pelvic+disproportion&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id, 20 Mei 2009.

Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Bandung. Obstetri Patologi. Bandung: Elstar, 1982.

25