lp pk

39
LAPORAN PENDAHULUAN “PERILAKU KEKERASAN” A. Kasus Perilaku Kekerasan B. Proses terjadinya masalah 1. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain (Yosep, 2009). Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain, orang lain, maupun lingkungan (fitria, 2009). Perilaku kekerasan adalah keadaan dimana individu-individu beresiko menimbulkan bahaya langsung pada dirinya sendiri ataupun orang lain (Carpenito, 2000). Klien dengan perilaku kekerasan umumnya dibawa oleh keluarganya dengan paksa ke RSJ dan seringkali klien diperlakukan secara tidak manusiawi, diikat, disertai bentakan, kata-kata kasar, dan pengawalan oleh anggota keluarga. Kemarahan adalah emosi yang normal pada manusia yakni respons emosional yang kuat dan tidak menyenangkan terhadap suatu provokasi baik nyata ataupun yang dipersepsikan individu (Videbeck, 2008). Kemarahan adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman (Stuart dan Sunden, dalam Yosep, 2009). 2. Rentang respon 1

Upload: melda

Post on 28-Jan-2016

215 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

perilaku kesehatan

TRANSCRIPT

Page 1: LP PK

LAPORAN PENDAHULUAN

“PERILAKU KEKERASAN”

A. Kasus

Perilaku Kekerasan

B. Proses terjadinya masalah

1. Pengertian

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri

maupun orang lain (Yosep, 2009). Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan

dimana seseorang melakukan tindakan yang membahayakan secara fisik baik

terhadap diri sendiri, orang lain, orang lain, maupun lingkungan (fitria, 2009).

Perilaku kekerasan adalah keadaan dimana individu-individu beresiko

menimbulkan bahaya langsung pada dirinya sendiri ataupun orang lain

(Carpenito, 2000).

Klien dengan perilaku kekerasan umumnya dibawa oleh keluarganya dengan

paksa ke RSJ dan seringkali klien diperlakukan secara tidak manusiawi, diikat,

disertai bentakan, kata-kata kasar, dan pengawalan oleh anggota keluarga.

Kemarahan adalah emosi yang normal pada manusia yakni respons

emosional yang kuat dan tidak menyenangkan terhadap suatu provokasi baik

nyata ataupun yang dipersepsikan individu (Videbeck, 2008). Kemarahan adalah

perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan yang dirasakan

sebagai ancaman (Stuart dan Sunden, dalam Yosep, 2009).

2. Rentang respon

Perasaan marah normal bagi tiap individu, namun perilaku yang

dimanifestasikan oleh perasaan marah dapat difluktuasi sepanjang rentang

adaptif dan maladaptif.

Adaptif Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan

Gambar 1

Rentang Respon Kemarahan

1

Page 2: LP PK

Keterangan :

a. Asertif, merupakan ungkapan rasa tidak setuju atau kemarahan yang

dinyatakan atau diungkapkan tanpa menyakiti orang lain sehingga akan

memberikan kelegaan dan tidak menimbulkan masalah. Asertif merupakan

bentuk perilaku untuk menyampaikan perasaan diri dengan kepastian dan

memperhatikan komunikasi yang menunjukkan respek pada orang lain

(Stuart dan Laraia, 2008).

b. Frustasi, adalah respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan yang tidak

realistis atau hambatan dalam pencapaian tujuan

c. Pasif, merupakan kelanjutan dari frustasi, dalam keadaan ini individu tidak

menemukan alternatif lain penyelesaian masalah, sehingga terlihat pasif dan

tidak mampu mengungkapkan perasaannya.

d. Agresif, adalah perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan

untuk bertindak destruktif tapi masih terkontrol. Perilaku yang tampak

berupa muka masam, bicara kasar, menuntut, dan kasar.

e. Amuk (perilaku kekerasan), yaitu perasaan marah dan bermusuhan yang kuat

disertai kehilangan kontrol diri, sehingga individu dapat merusak diri sendiri,

orang lain dan lingkungan.

3. Manifestasi klinis

Menurut Keliat (2006) adalah:

a. Klien mengatakan benci / kesal dengan seseorang

b. Suka membentak

c. Menyerang orang yang sedang mengusiknya jika sedang kesal atau kesal

d. Mata merah dan wajah agak merah

e. Nada suara tinggi dan keras

f. Bicara menguasai

g. Pandangan tajam

h. Suka merampas barang milik orang lain

i. Ekspresi marah saat memnicarakan orang

4. Etiologi

1. Faktor Predisposisi

Menurut Riyadi dan Purwanto (2009) faktor-faktor yang mendukung

terjadinya perilaku kekerasan adalah :

a. Faktor Biologis

1) Instinctual Drive Theory ( teori dorongan naluri)

Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan disebabkan oleh

suatu dorongan kebutuhan dasar yang kuat.

2

Page 3: LP PK

2) Psycomatic Theory (teori psikomatik)

Pengalaman marah adalah akibat dari respon psikologis terhadap

stimulus eksternal, internal maupun lingkungan. Dalam hal ini

system limbic berperan sebagai pusat untuk mengekspresikan

maupun menghambat rasa marah.

b. Faktor psikologis

1) Frusstasion Aggression Theory (teori agresi frustasi)

Menurut teori ini perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil akumulasi

frustasi yang terjadi apabilakeinginan individu untuk mencapai

sesuatu gagal atau terhambat. Keadaan tersebut dapat mendorong

individu berperilaku agresif karena perasaan frustasi akan berkurang

melalui perilaku kekerasan.

2) Behavioral Theory (teori perilaku)

Kemarahn adalah proses belajar, hal ini dapat dicapai apabila tersedia

fasilitas atau situasi yang mendukung reinforcement yang di terima

pada saat melakukan kekerasan, sering mengobservasi kekerasan di

rumah atau di luar rumah. Semua aspek ini menstimulasi individu

mengadopsi perilaku kekerasan.

3) Existential Theory (teori eksistensi)

Bertindak sesuai perilaku adalah kebutuhan dasar manusia apabila

kebutuhan tersebut tidak dapat di penuhi melalui perilaku konstruktif

makan individu akan memenuhi kebutuhannya melalui perilaku

destruktif.

c. Faktor Sosio Cultural

1) Teori lingkungan

Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu dalam

mengekspresikan marah. Budaya tertutupdan membalas secara diam

(pasif agresif) dan control sosial yang tidak pasti terhadap perilaku

kekerasan akan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan diterima.

2) Teori belajar sosial

Perilaku kekerasan dapat di pelajari secara langsung maupun melalui

proses sosialisasi.

2. Faktor Presipitasi

a. Internal adalah semua faktor yang dapat menimbulkan kelemahan,

menurunnya percaya diri, rasa takut sakit, hilang control dan lain-lain.

b. Eksternal adalah penganiayaan fisik, kehilangan orang dicintai, krisis dan

lain-lain.

5. Akibat

3

Page 4: LP PK

Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-tindakan

berbahaya bagi dirinya, orang lain maupun lingkungannya, seperti menyerang

orang lain, memecahkan perabot, membakar rumah dll. Sehingga klien dengan

perilaku kekerasan beresiko untuk mencederai diri orang lain dan lingkungan

6. Pohon masalah

Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Gangguan Harga Diri : Harga Diri Rendah

1. Fase Fase Perilaku Kekerasan

a. Triggering Incidents

Ditandai dengan adanya pemicu sehingga muncul agresi klien. Beberapa

faktor yang dapat menjadi pemicu agresi antara lain : provokasi, respon

terhadap kegagalan, komunikasi yang buruk, situasi yang menyebabkan

frustasi, pelanggaran batas terhadap jarak personal, dan harapan yang

tidak terpenuhi. Pada fase ini klien dan keluarga baru datang.

b. Escalation Phase

Ditandai dengan kebangkitan fisik dan emosional, dapat disetarakan

dengan respon fight or flight.

c. Crisis Point

Sebagai lanjutan dari fase escalasi apabila negosiasi dan teknik de

escalation gagal mencapai tujuannya. Pada fase ini klien sudah

melakukan tindakan kekerasan.

7. Cara Mengatasi Masalah

1) Anjurkan klien untuk mengungkapkan perasaan saat jengkel atau marah

2) Bantu klien mengidentifikasi penyebab marah atau jengkel

3) Bicarakan dengan klien akibat atau kerugian dari cara yang dilakukan

4) Bantu klien untuk memilih cara yang paling tepat dan bantu klien

mengidentifikasi manfaat cara yang dipilih

8. Mekanisme Koping

Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme koping klien, sehingga dapat

membantu klien untuk mengembangkan mekanisme koping yang kontruktif

dalam mengekspresikan kemarahannya. Mekanisme koping yang umum

4

Perilaku kekerasan/amuk

Page 5: LP PK

digunakan adalah mekanisme pertahanan ego seperti displacement, sublimasi,

proyeksi, represif, denial dan reaksi formasi.

Perilaku kekerasan biasanya diawali dengan situasi berduka yang

berkepanjangan dari seseorang karena ditinggal oleh orang yang dianggap sangat

berpengaruh dalam hidupnya. Bila kondisi tersebut tidak teratasi, maka dapat

menyebabkan seseorang rendah diri (harga diri rendah), sehingga sulit untuk

bergaul dengan orang lain. Bila ketidakmampuan bergaul dengan orang lain ini

tidak diatasi akan memunculkan halusinasi berupa suara-suara atau bayangan

yang meminta klien untuk melakukan tindak kekerasan. Hal tersebut akan

berdampak pada keselamatan dirinya dan orang lain (resiko tinggi mencederai

diri, orang lain dan lingkungan). Selain diakibatkan berduka yang

berkepanjangan, dukungan keluarga yang kurang baik dalam menghadapi

kondisi klien dapat mempengaruhi perkembangan klien (koping keluarga tidak

efektif). Hal ini tentunya menyebabkan klien sering keluar masuk RS atau

menimbulkan kekambuhan karena dukungan keluarga tidak maksimal (regimen

terapeutik inefektif).

9. Kolaborasi Terapi Medis

Psikofarmaka adalah terapi menggunakan obat dengan tujuan untuk

mengurangi atau menghilangkan gejala gangguan jiwa. Menurut Depkes (2000),

jenis obat psikofarmaka adalah :

1. Clorpromazine (CPZ, Largactile)

Indikasi untuk mensupresi gejala-gejala psikosa : agitasi, ansietas,

ketegangan, kebingungan, insomnia, halusinasi, waham, dan gejalagejala

lain yang bisanya terdapat pda penderita skizofrenia, manic depresif,

gangguan personalitas, psikosa involution, psikosa masa kecil. Cara

pemberian untuk kasus psikosa dapat diberikan per oral atau suntikan

intramuskuler. Dosis permulaan ada lah 25 – 100 mg dan diikuti peningkatan

dosis hingga mencapai 300 mg perhari.

Dosis ini dipertahankan selama satu minggu. Pemberian dapat dilakukan

satu kali pada malam hari atau dapat diberikan tiga kali sehari. Bila gejala

psikosa belum hilang, dosis dapat dinaikkan secara perlahan-lahan sampai

600 – 900 mg perhari

2. Trihexiphenidyl (THP, Artane, Tremin)

Indikasinya untuk penatalaksanaan manifestasi psikosa khususnya gejala

skizofrenia. Dosis dan cara pemberian untuk dosis awal sebaiknya rendah

(12,5 mg) diberikan tiap 2 minggu. Bila efek samping ringan, dosis

ditingkatkan 25 mg dan interval pemberian diperpanjang 3 – 6 mg setiap kali

5

Page 6: LP PK

suntikan, tergantung dari respon klien. Bila pemberian melebihi 50 mg sekali

suntikan sebaiknya peningkatan perlahan-lahan.

Kontra indikasinya pada depresi susunan saraf pusat yang hebat,

hipersensitif terhadap fluphenazine atau ada riwayat sensitif ter hadap

phenotiazine. Intoksikasi biasanya terjadi gejala-gejala sesuai dengan efek

samping yang hebat. Pengobatan over dosis; hentikan obat berikan terapi

simptomatis dan suportif, atasi hipotensi dengan levarterenol hindari

menggunakan ephineprine.

3. Terapi kejang listrik/Electro Compulsive Therapy (ECT)

Electroshock Therapy atau biasa disebut juga dengan Elektro Convulsive

Therapy merupakan terapi untuk menciptakan seizure ( kejang) di otak

menggunakan listrik yang dikenakan pada pasien yang telah dibius. ECT

biasanya diterapkan ke pasien melalui beberapa kali pertemuan (6-12) dalam

waktu lebih dari 2 minggu. Pasien ECT adalah mereka yang memiliki

depresi akut dimana sudah tidak bisa diobati dengan obat – obatan anti

depressan dan mood swing medication. Sebelum diberi terapi pasien akan

dibius supaya tidak sadarkan diri dan kemudian diberi obat untuk

melemaskan otot.

Hal ini diperuntukkan agar tidak ada otot maupun sumsum tulang

belakang yang rusak. Paien juga diberi blok karet dimulutnya untuk

menghindari penggigitan lidah ketika diberi terapi. Kemudian dokter akan

mengalirkan listrik keotak pada voltase tertentu yang menyebabkan sipasien

akan mengalami kejang (seizure) selama beberapa saat entah kejang diotak

saja maupun yang terlihat di tubuh juga. Setelah itu pasien akan didiamkan

sampai tersadar dengan sendirinya.

4. Terapi aktivitas kelompok (TAK)

Dalam keperawatan jiwa kita selalu menemui pasien yang mengalami

berbagai macam gangguan jiwa misalnya pasien dengan gangguan halusinasi,

harga diri rendah, menarik diri, kekerasan dan lain-lain. Dari contoh tersebut

hal yang sangat merugikan adalah tindakan kekerasan baik dari individu itu

sendiri maupun orang lain. Untuk mengatasi pasien yang sering

menggunakan tindakan kekerasan kita sebagai tenaga perawat dapat

melakukan terapi aktivitas kelompok persepsi kekerasan dimana didalam

melakukan terapi tersebut dilakukan secara berkelompok dalam waktu yang

berbersamaan yang dibimbing oleh seorang pelatih yang akan membantu

mereka agar bisa mengontrol kekerasan yang akan dilakukan.

6

Page 7: LP PK

Pelatih TAK tersebut akan memberikan pemahaman tentang masalah

serta bagaimana pasien tersebut menanganinya. Disini pasien disuruh

mengekplorasi problem tentang penyebab mengapa dia marah. Setelah itu

melakukan klarifikasi apakah dengan marah dapat menyelesaikan

masalahnya.

10. Resiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri

1. Resiko perilaku kekerasan terhadap orang lain

2. Isolasi sosial

3. Kerusakan interaksi sosial

4. Kerusakan komunikasi verbal

5. Harga diri rendah kronik

6. Koping ineffective

11. Cara Mengatasi Masalah

1) Anjurkan klien untuk mengungkapkan perasaan saat jengkel atau marah

2) Bantu klien mengidentifikasi penyebab marah atau jengkel

3) Bicarakan dengan klien akibat atau kerugian dari cara yang dilakukan

4) Bantu klien untuk memilih cara yang paling tepat dan bantu klien

mengidentifikasi manfaat cara yang dipilih

12. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri, orang lain atau lingkungan

berhubungan dengan riwayat perilaku kekerasan

2. Harga diri rendah

3. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan tingkat kontrol emosi

tidak adekuat

4. Kerusakan Interaksi sosial berhubungan dengan perubahan proses pikir

7

Page 8: LP PK

L. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

NURSING CARE PLANE

DX Keperawatan

Kriteria Hasil( NOC)

Intervensi(NIC)

Resiko perilaku

kekerasan pada

diri sendiri dan

orang lain

berhubungan

dengan riwayat

perilaku

kekerasan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x pertemuan

diharapkan pasien dapat menurunkan perilaku kekerasan pada diri

sendiri dan orang lain dengan kriteria hasil :

Menunjukkan Pengendalian Implus : kemampuan untuk menahan

perilaku kompulsif atau impulsif. Ditandai dengan indicator sebagai

berikut :

1 = Tidak Pernah, 2 = Jarang, 3 = Kadang-Kadang, 4 = Sering, 5=

Dilakukan Secara Konsisten.

1. Klien mampu untuk mengeluarkan perasaan negative secara tepat.

2. Klien mampu mengidentifikasikan perasaan atau perilaku tindakan

impulsive untuk diri sendiri atau orang lain

3. Klien mampu untuk menghindari lingkungan dan situasi beresiko

tinggi

4. Klien mampu untuk mengunggakapkan secara verbal tentang

pengendalian terhadap implus.

Anger control assistance

1. bhsp

2. pertahankan sikap terbuka

3. observasi tanda-tanda perilaku kekerasan

4. prinsip komunikasi terapeutik

5. dukung dan fasilitasi klien untuk mencari bantuan saat

marah

6. jelaskan pada klien tentang respon marah

7. bantu klien mengidentifikasi tanda-tanda perilaku

kekerasan

Mood Management 5330

1. Monitor kemampuan perawatan diri pasien

2. Monitor status fisik pasien

8

Page 9: LP PK

Menunjukkan Pengendalian Agresi : kemampuan menahan untuk

melakukan serangan, melawan atau perilaku yang membahayakan

orang lain.

1. Menahan diri dari ledakan emosi secara verbal.

2. Menahan diri dari kekerasan pada pribadi orang lain.

3. Menahan diri dari menghancurkan benda.

4. Menahan diri dari menekan orang lain.

5. Secara verbal mampu mengontrol impuls.

6. Mengidentifikasi kapan saat marah.

7. Mengkomunikasikan kebutuhan dengan tepat.

8. Mengidentifikasi situasi yang memicu permusuhan.

9. Menahan diri dari membahayakan orang lain.

10. Mengidentifikasi kapan perasaan agresif.

11. Menyalurkan perasaan negatif dengan cara yang tepat.

12. Mentaati kontrak untuk menahan diri dari perilaku agresif.

13. Memelihara kontrol diri tanpa pengawasan.

3. Kenali saat pasien menunjukkan dalam keadaan tidak

emosi

4. Monitor dan atur level aktivitas dan stimulasi pasien

di lingkungan sesuai dengan kebutuhan pasien

5. Bantu pasien mengidentifikasi faktor penyebab

perubahaan mood

6. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan

perasaannya

7. Ajarkan teknik koping baru pada pasien

8. Bantu pasien mengatur perasaannya pada saat marah

9. Berikan motivasi pada klien untuk berubah

10. Berikan reinforcemen positif atas kemajuan klien

Risk Control:

1. Monitor lingkungan yang membawa faktor resiko

2. Monitor perilaku klien yang memiliki faktor resiko

3. Gunakan system dukungan yang sesuai untuk

mengontrol resiko perilaku kekerasan

4. Mengenali perubahan dalam status kesehatan

5. Monitor perubahan status kesehatan klien

9

Page 10: LP PK

Environmental management violence prevention

(6487)

1. Tempatkan klien di ruangan yang dekat dengan

perawat

2. Jauhkan faktor penyebab dari lingkungan

3. Jauhkan hal-hal yang mendorong potensial

kekerasan

4. Monitor keadaan klien ataupun orang lain yang

dekat dengan orang lain

5. Sediakan ruangan untuk klien dengan resiko

kekerasan

6. Siapkan ruangan yang aman jika terjadi

kekambuhan

7. Tempatkan klien dalam ruangan yang tenang dan

nyaman serta bisa diobservasi

Medication administration (2300)

1. Siapkan prosedur yang aman dan tepat dalam dalam

pemberian obat

10

Page 11: LP PK

2. Gunakan 6 benar dalam pengobatan

3. Siapkan obat sesuai dengan tehnik dan dosis

penggunaan

4. Monitor keadaan pasien karena efek obat

5. Monitor vs dan lab sebelum pengobatan

6. Monitor klien jika memerlukan penggunaan

pengobatan lain

7. Dokumentasi pengobatan dan respon klien

DiagnosaKeperawatan Perencanaan

KriteriaHasil

( NOC)

Intervensi

(NIC)

Harga diri rendah kronik Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x

pertemuan diharapkan harga diri rendah kronik dapat

teratasi dengan criteria hasil :

Self Esteem

1. Secara verbal dapat menerima diri sendiri

Self Esteem Enhancement

1. Kaji tingkat kepercayaan diri pasien

2. Bantu mengidentifikasi respon aktif dari orang lain

3. Fasilitasi lingkungan dan aktivitas yang akan

meningkatkan harga diri

4. Instruksikan tentang pentingnya ketertarikan dan

11

Page 12: LP PK

2. Menerima keterbatasan diri sendiri

3. Mempertahankan kontak mata

4. Mampu mendidkripsikan sdiri sendiri

5. Menghormati orang lain

6. Membuka hubungan komunikasi

7. Mempertahankan kerapian dan kebersihan diri

8. Menyeimbangakn antara partisipasi dan

mendengarkan dalam suatu kelompok

9. Nyaman dalam suatu situasi

10. Menerima masukan dari orang lain

11. Menerima respon/masukan dari orang lain

12. Mendeskripsikan kesuksesan dalampekerjaan dan

hubungan social

13. Menghargai diri sendiri

dukungan dari keluarga terhadap pasien

5. Monitor frekuensi verbalisasi pikiran negatif pasien

terhadap diri sendiri

6. Monitor kemampuan pasien tentang penilain diri

Self Esteem Enhancement

1. Kaji tingkat kepercayaan diri pasien

2. Bantu mengidentifikasi respon aktif dari orang lain

3. Fasilitasi lingkungan dan aktivitas yang akan

meningkatkan harga diri

4. Instruksikan tentang pentingnya ketertarikan dan

dukungan dari keluarga terhadap pasien

5. Monitor frekuensi verbalisasi pikiran negatif pasien

terhadap diri sendiri

6. Monitor kemampuan pasien tentang penilain diri

7. Berikan reinforcement terhadap kemampuan pasien

melakukan

Support System Enhancement

1. Kaji respon psikologis terhadap adanya support

system

12

Page 13: LP PK

2. Berikan lingkungan yang adekuat

3. Identifikasi support system

4. Identifikasi kemampuan finansial keluarga

5. Berikan bantuan pada pasien dukungan sosial yang

dapat dimanfaatkan pasien

6. Jelaskan pasien pentingnya beraktivitas

7. Manfaatkan kelompok untuk dapat memabntu pasien

meningkatkan kemampuan dirinya

8. Pilih komunitas yang dapat mengajak, mencegah

memberikan teratmen dan rehabilisasi terhadap

pasien

9. Libatkan keluarga dalam perawatan

10. Libatkan lingkungan dalam menbantu meningkatkan

harga diri pasien

Mood Management

1. Evaluasi mood pasien terhadap treatment progress

2. Mengkaji dan mengevaluasi mood pasien (tanda,

gejala, personal hystory)

3. Bantu perawatan diri pasien sesuai kemampuan

13

Page 14: LP PK

4. Monitor status fisik

5. Kaji efek medikasi terhadap perubahan mood pasien

6. Monitor fungsi kognitif

7. Kaji apakah ada faktor resiko yang membahayakan

diri pasien atau yang lainnya

8. Kaji tentang efek hospitalisasi terhadap pasien

mengenai gangguan mood

9. Gunakan bahasa yang mudah dimengerti selama

berinteraksi

10. Ajarkan kepada pasien bagaimana cara mengambil

kepeutusan

11. Bantu pasien menyadari tentang mood yang terjadi

12. Bantu pasien mengidentifikasi mood atau

perasaannya saat ini

13. Bantu pasien mengidentifikasi faktor pencetus

perubahan mood

14. Berikan dukungan untuk mengatasi perubahan mood

15. Ajarkan tentang koping baru dan cara menyelesaikan

masalah

16. Atur dan berikan terapi untuk mengatasi halusinasi

14

Page 15: LP PK

yang dapat mempengaruhi mood pasien

17. Monitor medikasi yang diberikan pada pasien

Diagnosa

Keperawatan

Perencanaan

Kriteria Hasil

( NOC)

Intervensi

(NIC)

Koping individu

tidak efektif b/d

tingkat kontrol

emosi tidak

adekuat

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X pertemuan

diharapkan koping indifidu efektif. Kriteria hasil :

Aggresion control

1. mengungkapkan kebutuhan secara tepat (5)

2. identifikasi frustasi (5)

3. identifikasi situasi sebagai pencetus (5)

4. mengungkapkan perasaan secara tepat (5)

5. identifikasi pentingnya control respon (5)

Coping

Anxiety reduction

1. gunakan pendekatan yang kalem dan memberikan jaminan

2. jelaskan tingkah laku pasien yang diharapkan

3. jelaskan semua prosedur, meliputi sensasi yang mungkin

dialami selama prosedur

4. pahami perspektif pasien atau situasi yang penuh stress

5. sediakan informasi factual tentang diagnosis, penanganan

dan proknosis

6. temani pasien untuk mendukung keamanan dan

15

Page 16: LP PK

1. identifikasi koping yang efektif (5)

2. mengungkapkan kemungkinan masalah (stress) (5)

3. penerimaan keadaan (5)

4. modifikasi gaya hidup (5)

5. dukungan social adekuat (5)

6. identifikasi koping yang tidak efektif (5)

7. mengungkapkan kemampuan mengendalikan diri (5)

8. kebutuhan akan bantuan (5)

Information processing

1. identifikasi objek sederhana (5)

2. paham kalimat singkat/paragraph (5)

3. mengungkapkan pesan secara koheren (5)

4. menunjukkan proses pikir yang utuh (5)

5. menunjukan proses pikir yang logis (5)

menurunkan rasa takut

7. sediakan objek yang menandakan keamanan

8. dukung aktifitas yang tidak kompetitif, dengan cara yang

tepat

9. jagalah alat penanganan jauh dari pandangan

10. dengarkan dengan penuh perhatian

11. kuatkan tingkah laku dengan cara yang benar

12. ciptakan lingkungan yang nyaman untuk memfasilitasi

rasa percaya

13. dukung verbalisasi dari perasaan, persepsi, dan rasa takut

14. identifikasi kapan saat tingkat cemas berubah

15. tentukan kemampuan pasien untuk mengambil keputusan

Complex relationship building ( membina hubungan yang

kompleks)

1. Identifikasi perilaku sendiri terhadap pasiern dan situasi

2. Mengatur perasaan pribadi yang ditimbulkan oleh pasien

yang mempunyai efek negative pada interaksi terapeutik

3. Ciptakan iklim yang hangat dan menerima secara tepat

4. Sediakan kenyamanan fisik sebelum berinteraksi

5. Diskusikan kerahasiaan informasi yang disampaikan,

16

Page 17: LP PK

dengan cara yang tepat

6. Monitor pesan nonverbal klien

7. Mencari klarifikasi dari pesan nonverbal secara tepat

8. Berespon pada pesan nonverbal klien dengan cara yang

tepat

9. Atur jarak fisik antar perawat dank lien dengan cara yang

tepat

10. Memelihara postur tubuh terbuka

11. Gunakan periode diam untuk mengkomunikasikan

ketertartarikan dengan cara yang tepat

12. Berikan jaminan klien tentang ketertarikan anda padanya

dengan cara yang tepat

13. Gunakan membuka diri dengan cara yang tepat

14. Bina persetujuan yang saling dapat diterima dalam hal

waktu pertemuan dan dalam pertemuan dengan cara yang

tepat

15. Bantu klien untuk mengidentifikasi perasaan

16. Atur pembatasan dari tingkah laku yang dapat diterima

selama sesi terapeutik dengan cara yang tepat

17. Repleksikan ide utama kembali kepada klien dengan

17

Page 18: LP PK

kata-kata kita sendiri

18. Identifikasi topic dari ketertarikan

19. Kenalkan dirimu pada SO klien dengan cara yang tepat

20. Buatlah waktu untuk interaksi berikutnya sebelum sesaat

meninggalkan klien

21. Simpulkan pembicaraan pada akhir dari diskusi

22. Gunakan kesimpulan untuk memulai pembicaraan

selanjutnya

23. Kembali pada waktu yang telah dibuat sebelumnya untuk

mendemonstrasikan ketertarika anda pada klien

24. Diskusikan tanggung jawab klien untuk berhubungan 1-1

perawat klien

25. Siapkan terminasi dengan cara yang tepat

26. Dukung klien utnuk berinteraksi dengan yanmg lain

dengan menggunaklan perilaku yang positif.

Coping enhancement

1. hargai penilaian klien terhadap perubahan dalam

gambaran diri sesuai indikasi

2. hargai dampak dari situasi hidup klien terhadap peran

dan hubungan

18

Page 19: LP PK

3. dukung klien untuk mengidentifikasi deskripsi realistis

dalam perubahan peran

4. hargai pemahaman klien tentang proses penyakit

5. hargai dan diskusikan alternative respon terhadap situasi

6. gunakan pendekatan yang tenang dan memberikan

jaminan

7. sediakan atmosfer penerimaan

8. Bantu pasien dalam mengembangkan penghargaan yang

objektif terhadap kejadian

9. Bantu pasien mengidentifikasi informasi yan paling

menarik untuk didapatkan

10. sediakan informasi factual tentang diagnosis,

penanganan, dan prognosis

11. sediakan pilihan yang realistic tentang aspek perawatan

saat ini

12. dukung perilaku dan harapan yang realistic sebagai jalan

untuk mengatasi perasaan tidak ada yang membantu

13. evaluasi kemampuan klien membuat keputusan

14. cari pemahaman perspektif pasien terhadap situasi

stressful

19

Page 20: LP PK

15. turunkan kegiatan pengambilan keputusan saat klien

berada pada stress berat

16. dukung penguasaan situasi secara berangsur

17. dukung kesabaran dalam mengembangkan hubungan

18. dukung hubungan dengan seseorang yang mempunyai

ketertarikan dan tujuan yang sama

19. dukung aktivitas social dan komunikasi

20. dukung penerimaan terhadap adanya keterbatasan pada

orang lain

21. akui latar belakang spiritual/budaya

22. dukung menggunakan sumber spiritual, jika diinginkan

23. eksplorasi prestasi sukses pasien sebelumnya

24. dorong mengeluarkan marah dan bermusuhan dengan

kontruktif

25. menatur situasi yang mendukung otonom pasien

26. Bantu klien dalam mengidentifikasi respon positif dari

orang lain

27. dukung identifikasi nilai hidup spesifik

28. kenalkan pasien pada orang yang pernah mengalami

kesuksesan dengan pengalaman yang sama

20

Page 21: LP PK

29. dukung penggunaan mekanisme defensive yang tepat

30. dukung verbalisasi perasaan, persepsi dan takut

31. diskusikan konsekuensi bila tidak mengatasi rasa

bersalah dan malu

32. dukung klien untuk mengidentifikasi kekuatan dan

kemampuan diri

33. Bantu klien mengidentifikasi tujuan jangka pendek dan

jangka panjang yang tepat

34. Bantu klien memecah tujuan yang kompleks menjadi

lebih kecil dengan tahapan yang dapat diatur

35. Bantu pasien memeriksa sumber-sumber untuk

memenuhi tujuan

36. menurunkan stimuli lingkungan yang dapat

disalahartikan sebagai ancaman

37. hargai kebutuhan/keinginan klien mendapatkan

dukungan social

38. tentukan resiko aktivitas menyakiti diri pasien

39. sediakan latihan ketrampilan social yang tepat

40. Bantu pasien untuk mengidentifikasi strategi positif

untuk mengatasi keterbatasan dan mengelola gaya hidup atau

21

Page 22: LP PK

perubahan peran

41. Bantu pasien untuk menyelesaikan masalah dengan

menggunakan tingkah laku yang konstruktif

42. dukung pasien untuk mengevaluasi tingkah laku sendiri.

DiagnosaKeperawatan Perencanaan

KriteriaHasil

( NOC)

Intervensi

(NIC)

Kerusakan interaksi social

berhubungan dengan perubahan

proses pikir

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x

pertemuan diharapkan kemampuan interaksi social klien

meningkat dengan criteria hasil :

Social Interaction skills

1. Klien mampu menerima interaksi dengan orang

lain(5)

2. Kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain

(5)

3. Klien menunjukkan kepercayaan pada orang lain(5)

Behavior modification social skill

1. Bina hubungan saling percaya.

2. Bantu mengidentifikasi masalah dari kurangnya

keterampilan sosial.

3. Dorong untuk memverbalisasikan perasaannya berkaitan

dengan masalah interpersonal yang mengakibatkan

menyendiri

4. Bantu mengidentifikasi kemungkinan tindakan dan

konsekwensi dari hubungan interpersonal

22

Page 23: LP PK

4. Klien mampu bekerjasama dengan orang lain(5)

5. Kemampuan untuk bersikap relaks(5)

Social involvement

1. Mengidentifikasi tingkah laku problematik yang

menghalangi sosialisasi

2. Klien mampu mengganti tingkah laku distruptif

menjadi konstruktif

3. Klien dapat berkomunikasi dengan orang lain.

4. Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas

Skala:

1. Tidak ada

2. Jarang

3. Kadang-kadang

4. Sering

5. Selalu

Child Development : Adolescence

1. Mempraktikkan kebiasaan hidup sehat

2. mendeskripsikan perkembangan

3. mengungkapkan kepuasaan identitas

4. penggunaan ketrampilan pemecahan masalah

5. Bantu mengidentifikasi keterampilan sosial yang spesifik.

6. Bantu mengidentifikasi langkah-langkah mencapai

keterampilan sosial tersebut.

7. Bantu bermain peran dalam setiap step tingkah laku

8. Berikan umpan balik positif jika klien menunjukan

kemampuan dalam keterampilan sosial yang ditargetkan.

9. Dukung klien untuk mengevaluasi hasil dari interaksi,

memberikan reward atas keberhasilan.

Sosialization enhancement

1. Dukung pengembangan keterlibatan dalam

hubungan yang telah terbina

2. Meningkatkan kesabaran dalam mengembangkan

hubungan

3. Meningkatkan hubungan dengan orang yang

mempunyai ketertarikan dan tujuan yang sama

4. Dukung aktivitas social dan komunitas

5. Dukung pasien untuk membagi masalah yang

dimiliki dengan orang lain

6. Dukung kejujuran dalam menunjukan jati diri pasien

pada orang lain

23

Page 24: LP PK

5. membina hubungan baik dengan sesama

6. menjauhi alcohol, abat-obatan

7. aktivitas sesuai perkembangan dan kemampuan

Skala

1 = menolak

2 = sering menolak

3 = kadang-kadang menolak

4 = jarang menolak

5 = tidak menolak

Play Participation

1. Ikutsertakan dalam permainan

2. Berekspresi gembira dalam permainan

3. Gunakan permainan untuk kemampuan sosial

4. Ekspresikan perasaan selama bermain

Role Performance

1. kemampuan menggunakan peran yang diharapkan

2. mengetahui akan peran yang sesuai

3. menunjukkan peran dalam keluarga

7. Dukung ketertarikan baru secara menyeluruh

8. Dukung menghormati hak orang lain

9. Rujuk pasien pada grup analisa transaksional atau

program dimana memahami transaksi dapat ditingkatkan

dengan tepat

10. Mengijinkan pengetesan dari batasan hubungan

11. Memberikan umpan balik tentang kemajuan dalam

perawatan mengenai penampilan personal atau aktifitas

lain

12. Bantu pasien meningkatkan kesadaran mengenai

kekuatan dan batasan dalam berkomunikasi dengan

orang lain

13. Mengkonfrontasikan mengenai kerusakan penilaian oleh

pasien dengan cara yang tepat

14. Meminta dan mengharapkan komunikasi verbal

15. Memberikan umpan balik positif pada saat pasien

mampu memahami hal lain

16. Dukung pasien untuk mengubah lingkungan

17. Memfasilitasi masukan dari pasien dan perencanaan

untuk aktifitas di masa depan

24

Page 25: LP PK

4. menunjukkan peran dalam kelompok/masyarakat

5. menunjukkan peran dalam lingkungan kerja

6. mendiskripsikan perubahan perilaku karena

ketidakmampuan

25