lp perikarditis

26
A. LAPORAN PENDAHULUAN PERIKARDITIS 1. Definisi Perikarditis Perikarditis adalah peradangan pericardium viseralis dan parietalis dengan atau tanpa disertai timbulnya cairan dalam rongga perikard yang baik bersifat transudat atau eksudat maupun seraosanguinis atau purulen dan disebabkan oleh berbagai macam penyebab. (IKA FKUI, 2007) Perikarditis adalah peradangan pericardium parietal, pericardium visceral, atau keduanya. Perikarditis dibagi atas perikarditis akut, subakut, dan kronik. Perikarditis subakut dan kronik mempunyai etiologi, manifestasi klinis, pendekatan diagnostic, dan penatalaksanaan yang sama. (Arif, 2009) Perikarditis merupakan inflamasi pericardium, yaitu sakus fibroserosa membungkus, menopang, dan melindungi jantung. Perikarditis muncul dalam bentuk akut maupun kronis. Perikarditis akut bisa fibrinosa atau efusit, disertai eksudat purulen, serosa atau hemoragi, sedangkan perikarditis konstriktif kronis ditandai dengan penebalan pericardial fibrosa padat. Prognosisnya tergantung pada penyebab tetapi umumnya perikarditis akut memiliki prognosis baik, kecuali jika terjadi konstriksi. 2. Faktor Penyebab

Upload: weda-sastrawan

Post on 25-Oct-2015

696 views

Category:

Documents


60 download

DESCRIPTION

keperawatan medikal bedah

TRANSCRIPT

Page 1: Lp Perikarditis

A. LAPORAN PENDAHULUAN PERIKARDITIS

1. Definisi Perikarditis

Perikarditis adalah peradangan pericardium viseralis dan parietalis

dengan atau tanpa disertai timbulnya cairan dalam rongga perikard yang baik

bersifat transudat atau eksudat maupun seraosanguinis atau purulen dan

disebabkan oleh berbagai macam penyebab. (IKA FKUI, 2007)

Perikarditis adalah peradangan pericardium parietal, pericardium

visceral, atau keduanya. Perikarditis dibagi atas perikarditis akut, subakut, dan

kronik. Perikarditis subakut dan kronik mempunyai etiologi, manifestasi klinis,

pendekatan diagnostic, dan penatalaksanaan yang sama. (Arif, 2009)

Perikarditis merupakan inflamasi pericardium, yaitu sakus fibroserosa

membungkus, menopang, dan melindungi jantung. Perikarditis muncul dalam

bentuk akut maupun kronis. Perikarditis akut bisa fibrinosa atau efusit, disertai

eksudat purulen, serosa atau hemoragi, sedangkan perikarditis konstriktif

kronis ditandai dengan penebalan pericardial fibrosa padat. Prognosisnya

tergantung pada penyebab tetapi umumnya perikarditis akut memiliki

prognosis baik, kecuali jika terjadi konstriksi.

2. Faktor Penyebab

Peradangan pada daerah perikardium dapat menyebabkan cairan dan

produk darah (fibrin , sel darah merah dan sel darah putih) memenuhi rongga

perikardium. Perikarditis memiliki bermacam-macam penyebab, mulai dari

virus sampai kanker.

Penyebabnya antara lain adalah :

a. Aneurisma aortic disertai kebocoran pericardial

b. Penyakit autoimun (demam reumatik akut, lupus eritematosus sistemik,

AIDS )

c. Infeksi bakteri, virus, atau fungus (perikarditis menular)

d. Obat, misalnya : hydralazine, nydrazid, phenytoin, dan procainamide

e. Radiasi dosis tinggi pada dada

f. Hipersensitivitas

g. Faktor idiopatik (paling umum dalam perikarditis akut)

Page 2: Lp Perikarditis

h. Miksedema dengan endapan kolesterol dalam pericardium

i. Neoplasma (primer atau metastasis)

j. Cedera post kardiak (infarkasi miokardial yang menyebabkan syndrom

dressler ;trauma atau pembedahan)

k. Atritis rheumatoid

l. Penyakit sistemik

m. Uremia

3. Faktor Pencetus

a. Penyakit baru-baru ini seperti serangan jantung, penyakit akibat virus,

atau demam rematik.

b. Riwayat medik tuberculosis.

4. Epidemiologi

Epidemiologi pada kejadian perikarditis sering terjadi tanpa adanya gejala

klinis. Lorell mencatat diagnosis perikarditis akut terjadi sekitar 1 per 1000

pasien yang masuk rumah sakit, terdiri dari 1% dari kunjungan ruang gawat

darurat pada pasien dengan segmen S-T elavasi. Bahkan kejadian perikardial

akut tamponade sekitar 2%, namun kondisi ini jarang terjadi pada trauma dada

tumpul.

Banyak penyakit di masa lalu yang didominasi menular, dalam beberapa

tahun terakhir spektrum klinis perikarditis konstriktif telah berubah. Di

Amerika Serikat sekitar 9% dari pasien dengan perikarditis akut terus

berkembang secara konstriktif. Frekuensi itu bergantung pada penyebab

kejadian secara spesifik dari perikarditis, tapi perikarditis akut hanya secara

klinis didiagnosis pada 1 dari 1.000 pasien yang masuk rumah sakit. Sedangkan

frekuensi diagnosis perikarditis konstriktif kurang dari 1 dalam 10.000 pasien

yang masuk rumah sakit (Sidney, 2010).

5. Patofisiologi

Proses radang yang terjadi dapat menimbulkan penumpukan cairan efusi

dalam rongga pericardium dan kenaikan tekanan intracardial,kenaikan tekanan

Page 3: Lp Perikarditis

tersebut akan mempengaruhi daya kontraksi jantung,akhirnya menimbulkan

proses fibrotic dan penebalan pericardial,lama kelamaan terjadi kontriksi

pericardial dengan pembentukan cairan,jika berlangsung secara kronis

menyebapkan fibrosis dan klasifikasi.

Karena dekatnya proximal perikardium dengan beberapa struktur seperti

pleura, paru-paru, sternum, diafragma dan miokardium, perikarditis mungkin

diakibatkan oleh inflamasi atau proses peradangan / infeksi. Penyebab yang

lain yaitu idiophatic, virus dan dapat didiagnosa dengan baik. Adanya agent

menyebabkan inflamasi pericardial dan kerjanya meluas sampai terjadi iritasi.

Kondisi dibawah normal bila naiknya volume ciaran di atas 50 ml dalam

kantong perikardial. Ketika terjadi injury, exudat fibulu, sel darah putih dan

endothelial sel dilepaskan untuk menutupi lapisan parietal dan viseral

perikardial. Gesekan antara lapisan perikardial menyebabkan iritasi dan

inflamasi sekeliling pleura dan jaringan. Exudat fibrin mungkin lokasinya

hanya pada satu tempat di jantung atau mengisi ke seluruh tempat. Perikarditis

akut dapat menjadi kering atau obstruksi vena-vena jantung dan drainage

limpha, menyebabkan rembesan fibrin exudat dan serous cairan di kantong

perikardial yang mana dapat menyebabkan terjadinya efusi purulent.

6. Pemeriksaan Penunjang

a. EKG (elektrokardiografi)

Dapat menunjukkan iskemia, hipertrofi, blok konduktif, disritmia

(peninggian ST dapat terjadi pada kebanyakan lead) depresi PR,

gelombang T datar atau cekung, pencitraan voltase rendah umum terjadi.

Elektrokardiografi memperlihatkan elevasi segmen ST dan perubahan

resiprokal, voltase QRS yang rendah (low voltage) tapi EKG bisa juga

normal atau hanya terdapat gangguan irama berupa fibrilasi atrium.

b. Ekokardiografi

Dapat menunjukkan efusi pericardial, hipertrifi jantung, disfungsi katup,

dilatasi ruang. Dalam efusi pericardial, ekokardiografi bisa mendiagnosis

jika menunjukkan ruang bebas-gaung antara dinding ventricular dan

pericardium.

Page 4: Lp Perikarditis

c. Kadar enzim kardiak sedikit naik, disertai miokarditis yang berkaitan ,

memastikan diagnosis.

d. Angiografi

Dapat menunjukkan stenosis katup dan regurgitasi dan/atau penurunan

gerak dinding.

e. Sinar X dada : Dapat menunjukkan pembesaran jantung, infiltarsi

pulmonal.

f. JDL : Dapat menunjukkan proses infeksi akut/kronis, anemia.

g. Pemeriksaan Radiologis

Foto rontgen toraks bila efusi pericardium hanya sedikit, tetapi

tetap tampak bayangan jantung membesar seperti water bottle dengan

vaskularisasi paru normal dan adanya efusi pericardium yang banyak.Pada

efusi pericardium, gambaran Rontgen toraks memperlihatkan suatu

konfigurasi bayangan jantung berbentuk buli-buli air tapi dapat juga

normal atau hamper normal.

Pada posisi berdiri atau duduk, maka akan tampak pembesaran

jantung yang berbentuk segitiga dan akan berubah bentuk menjadi

globular pada posisi tiduran. Kadang-kadang tampak gambaran bendungan

pembuluh darah vena. Pada fluoroskopi tampak jantung yang membesar

dengan pulsasi yang minimal atau tidak tampak pulsasi sama sekali (silent

heart). Jumlah cairan yang ada dan besar jantung yang sebenarnya dapat

diduga dengan angiokardiogram atau ekokardiogram.

h. Pemeriksaan Laboratorium

Laju endap darah umumnya meninggi terutama pada fase akut.

Terdapat pula leukositosis yang sesuai dengan kuman penyebab. Cairan

perikard yang ditemukan dapat bersifat transudat seperti perikarditis

rheumatoid, reumatik, uremik, eksudat serosanguinous dapat ditemukan

pada perikarditis tuberkulosa dan reumatika.

Cairan yang purulen ditemukan pada infeksi banal. Terhadap cairan

perikard ini, harus dilakukan pemeriksaan mikroskopis terhadap jenis sel

yang ditemukan, pemeriksaan kimia terhadap komposisi protein yang ada

dan pemeriksaan bakteriologis dengan sediaan langsung, pembiakan

Page 5: Lp Perikarditis

kuman atau dengan percobaan binatang yang ditujukan terhadap

pemeriksaan basil tahan asam maupun kuman-kuman lainnya.

i. Foto Thoraks

Dilakukan untuk mengetahui adanya cairan perikard.

7. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan Medis

1) Penatalaksanaan dari perikarditis akut bervariasi, tergantung kepada

penyebabnya. Pelaksanaan medisnya yaitu :

a) Penderita kanker mungkin memberikan respon terhadap kemoterapi

(obat anti kanker) atau terapi penyinaran; tetapi biasanya penderita

menjalani pembedahan untuk mengangkat perikardium.

b) Penderita gagal ginjal mungkin akan memberikan respon terhadap

perubahan program dialisa yang dijalaninya.

c)  Infeksi bakteri diobati dengan antibiotik dan nanah dari

perikardium dibuang melalui pembedahan.

d) Jika penyebabnya adalah obat-obatan, maka pemakaian obat

tersebut segera dihentikan.

e)  Aspirin, ibuprofen atau corticosteroid diberikan kepada penderita

yang mengalami perikarditis berulang yang disebabkan oleh virus. 

Pada beberapa kasus diberikan colchicine.

f)  Jika penanganan dengan obat-obatan gagal, biasanya dilakukan

pembedahan untuk mengangkat perikardium.

2) Penatalaksanaan medis dari perikarditis kronis adalah :

a)  Diuretik (obat yang membuang kelebihan cairan) bisa

memperbaiki gejala, tetapi penyembuhan hanya mungkin terjadi

jika dilakukan pembedahan untuk mengangkat perikardium.

b)  85% penderita yang menjalani pembedahan mengalami

penyembuhan. Pembedahan memiliki resiko kematian sebesar 5-

Page 6: Lp Perikarditis

15%, karena itu pembedahan hanya dilakukan jika penyakit ini

telah sangat mengganggu aktivitas penderita sehari-hari.

3) Penatalaksanaan medis dari perikarditis konstriktif adalah :

Operasi dapat dilakukan melalui 2 insisi:

a) Sternotomi mediana : insisi sternotomi memberikan paparan yang

lebih baik untuk membebaskan ventrikel kanan dan merupakan

pilihan bila akan dilakukan  cardiopulmonary bypass

sedangkan Torakotomi (torakotomi anterolateral kiri atau

torakotomi anterior bilateral)  : memberikan paparan yang lebih

baik untuk membebaskan ventrikel kiri dan diafragma.

b) Setelah insisi sternotomi, dilakukan pembebasan outflow tract yaitu

arteri pulmonalis diikuti aorta.

c) Kemudian dilakukan pembebasan inflow tract yaitu vena kava

superior dan vena kava inferior. Hal ini dilakukan untuk mencegah

pasien jatuh ke dalam edema paru dan gagal jantung kanan jika

inflow tract dibebaskan lebih dahulu.

d) Bila pembebasan outflow tract gagal karena perlengketan berat,

maka dilakukan draping dengan preservasi arteri dan vena

femoralis untuk pemasangan kanula cardiopulmonary bypass.

b. Penatalaksanaan Keperawatan

1) Istirahatkan pasien di ranjang secara menyeluruh.

2) Kaji nyeri dalam hubungannya dengan respirasi dan posisi tubuh

untuk membedakan nyeri epikarditis dengan nyeri iskemik miokardial.

3) Tempatkan pasien dalam posisi tegak lurus untuk meringankan

dispnea dan nyeri dada. Beri analgesik dan oksigen.

4) Yakinkan penderita perikarditas bahwa kondisinya bersifat sementara

dan bisa ditangani.

5) Jelaskan uji dan penanganan pada pasien.

6) Lakukan perawatan preoperatif dan postoperatif sesuai indikasi;

hampir sama dengan perawatan dengan pembedahan kardiotoraks.

Page 7: Lp Perikarditis

7) Pasein dengan infeksi perikardium harus segera diobati dengan anti

mikroba pilihan begitu organisme penyebabnya dapat diidentifikasi.

Perikarditis yang berhubungan dengan demam rematik berespon baik

dengan pinisilin. Perikarditis akibat tuberkulosis diobati dengan

isoniasid, etambutol hidroklorid, rifampisin, streptomisin dalam

berbagai kombinasi . ampoterisin B digunakan untuk perikarditis

jamur, dan kartikosteroid digunakan pada lupus eritematosus

diseminata.

8) Bila kondisi pasien  sudah membaik, aktivitas harus ditingkatkan

secara bertahap, tetapi bila nyeri demam atau friction rub kembali

muncul, pasien harus segera tirah baring.

9) Pasien dibaringkan ditempat tidur bila curah jantung masih belum

baik, sampai demam, nyeri dada dan friction rub

menghilang. Analgetik dapat diberikan untuk mengurangi nyeri dan

mempercepat reabsorbsi cairan pada pasien dengan perikarditis

rematik.  Kortikosteroid dapat diberikan untuk mengontrol gejala,

memperepat resolusi proses inflamasi dalam perikordium dan

mencegah kekambuhan efusi perikard.

Page 8: Lp Perikarditis

B. KONSEP DASAR (TEORI) ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN PERIKARDITIS

I. DATA FOKUS

Analisa Data

Data Fokus Data Standar Masalah

Subyektif : pasien mengeluh

nyeri dada

Obyektif :

- CRT > 3 detik

-   Skala nyeri 7

-   Penurunan TD

-   Terdapat aritmia 

Pasien tidak mengeluh

nyeri di bagian dada

- CRT < 2 detik

- Skala nyeri 0

- TD normal : sistole

110-120 mmHG,

diastole 80-90 mmHG

- Tidak terdapat aritmia

Nyeri

Subyektif : pasien

mengeluh nyeri dada

Obyektif :

- CRT > 3 detik

-  Pengeluaran urine

inadekuat

-   Penurunan TD

-   Terdapat aritmia 

Pasien tidak mengeluh

nyeri di bagian dada

- CRT < 2 detik

- Pengeluaran urine

yang adekuat (intake

= output)

- TD normal : sistole

110-120 mmHG,

diastole 80-90 mmHG

- Tidak terdapat aritmia

Penurunan

curah jantung

Subyektif : Pasien

mengeluh lemah karena

- Pasien tidak

mengeluh lemah

Gangguan

Perfusi Jaringan

Page 9: Lp Perikarditis

hipoksia

Obyektif :  Pasien terlihat

lemah karena O2 jaringan

menurun.

 

 

- Pasien terlihat segar

dan bertenaga

Subyektif : pasien

mengeluh badannya terasa

lemah

Obyektif : klien tidak

mampu bermobilisasi di

tempat tidur

- Pasien tidak

mengeluh lemah

- Pasien mampu

melakukan mobilisasi

secara bebas

Intoleransi

Aktifitas

Subyektif : -

Obyektif : terjadi akumulasi

cairan di perikardium

- Tidak terdapat

akumulasi cairan

dalam perikardium

Resiko tinggi

infeksi

II. MASALAH KEPERAWATAN

1. Nyeri berhubungan dengan efusi perikardium

2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan kompresi perikardial

3. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan curah jantung

menurun

4. Intoleransi Aktifitas berhubungan dengan kelemahan dan keletihan fisik

5. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan akumulasi cairan di

perikardium

III. RENCANA KEPERAWATAN

1. Nyeri berhubungan dengan efusi perikardium

Tujuan Intervensi Rasional

Setelah diberikan

asuhan keperawatan

Kolaborasi : - Memaksimalkan

ketersediaan oksigen

Page 10: Lp Perikarditis

selama 3 x 24 jam

diharapkan sklaa

nyeri kurang dari 2.

Dengan kriteria

hasil sebagai

berikut:

-   CRT < 3 detik

- TD normal

-  Tidak terdapat

aritmia jantung

-  Penurunan curah

jantung teratasi

- Berikan oksigen

suplemen sesuai

indikasi

untuk menurunkan

beban kerja jantung

dan menurunkan

ketidaknyamanan

berhungan dengan

iskemia.

Mandiri :

- Palpasi nadi perifer

- Mengontrol

penurunan curah

jantung

- Istirahatkan klien

dengan tirah baring

optimal

- Menurunkan

kebutuhan

pemompaan jantung

- Observasi adanya

hipotensi, peningkatan

JVP, perubahan suara

jantung, penuruna

tingkat kesadaran

- Manifestasi klinis

pada kardiak

tamponade yang

mungkin terjadi pada

perikarditis ketika

akumulasi cairan

eksudat pada rongga

perikardial.

- Pantau perubahan

pada sensorik

- Menunjukkan tidak

adekuatnya perfusi

serebral sebagai

dampak sekunder

terhadap penuruna

curah jantung

- Kolaborasi

- Pemberian diet  jantung

-  Pembatasan natrium

untuk mencegah,

mengatur, atau

mengurangi edema

- Pemberian vasodilator - Meningkatkan curah

jantung, menurunkan

Page 11: Lp Perikarditis

volume sirkulasi dan

tahanan vaskular

sistemik, juga kerja

ventrikel

2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan kompresi perikardial

Tujuan Intervensi Rasional

Setelah diberikan

asuhan keperawatan

selama 3 x 24 jam

diharapkan

penurunan curah

jantung teratasi.

Dengan kriteria

hasil sebagai

berikut:

- CRT < 3 detik

-  Pengeluaran urine

adekuat

-  TD normal

- Tidak terdapat

aritmia jantung

Mandiri

- Palpasi nadi perifer

- Mengontrol

penurunan curah

jantung

- Pantau output urine - Mengetahui respon

ginjal dalam

menurunkan curah

jantung

- Istirahatkan klien

dengan tirah baring

optimal

- Menurunkan

kebutuhan

pemompaan jantung

- Observasi adanya

hipotensi,

peningkatan JVP,

perubahan suara

jantung,

penurunan tingkat

kesadaran

- Manifestasi klinis

pada kardiak

tamponade yang

mungkin terjadi pada

perikarditis ketika

akumulasi cairan

eksudat pada rongga

perikardial.

- Kaji perubahan

pada sensorik

- Menunjukkan tidak

adekuatnya perfusi

serebralk sebagai

dampak sekunder

terhadap penuruna

curah jantung

Page 12: Lp Perikarditis

Kolaborasi

- Pemberian diet 

jantung

 

- Pembatasan natrium

untuk mencegah,

mengatur, atau

mengurangi edema

- Pemberian

vasodilator

- Meningkatkan curah

jantung, menurunkan

volume sirkulasi dan

tahanan vaskular

sistemik, juga kerja

ventrikel

3. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan proses penyakit.

Tujuan Intervensi Rasional

Setelah diberikan

asuhan keperawatan

selama 3 x 24 jam

diharapkan perfusi

jaringan kembali

normal. Dengan kriteria

hasil sebagai berikut :

- Mempertahankan

atau

mendemonstrasikan

perfusi jaringan

adekuat secara

individual misalnya

mental normal, tanda

vital stabil, kulit

Mandiri

- Evaluasi status

mental. Perhatikan

terjadinya

hemiparalisis,

afasia, kejang,

muntah,

peningkatan TD.

- Selidiki nyeri dada,

dispnea tiba-tiba

yang disertai dengan

takipnea, nyeri

pleuritik, sianosis,

- Indikator yang

menunjukkan

embolisasi sistemik

pada otak.

 

- Emboli arteri,

mempengaruhi

jantung dan atau

organ vital lain,

dapat terjadi sebagai

akibat dari penyakit

Page 13: Lp Perikarditis

hangat dan kering,

nadi perifer`ada atau

kuat, masukan atau

haluaran seimbang.

pucat

 

- Tingkatkan tirah

baring dengan tepat

- Dorong latihan aktif

atau bantu dengan

rentang gerak sesuai

toleransi.

katup, dan atau

disritmia kronis.

- Dapat mencegah

pembentukan atau

migrasi emboli pada

pasien endokarditis.

Tirah baring lama,

membawa resikonya

sendiri tentang

terjadinya fenomena

tromboembolic.

- Meningkatkan

sirkulasi perifer dan

aliran balik vena

karenanya

menurunkan resiko

pembentukan

thrombus.

- Kolaborasi

Berikan antikoagulan,

contoh heparin,

warfarin (coumadin)

- Heparin dapat

digunakan secara

profilaksis bila

pasien memerlukan

tirah baring lama,

mengalami sepsis

atau GJK, dan atau

sebelum atau

sesudah bedah

Page 14: Lp Perikarditis

penggantian katup.

- Catatan : Heparin

kontraindikasi pada

perikarditis dan

tamponade jantung.

Coumadin adalah obat

pilihan untuk terapi

setelah penggantian

katup jangka panjang,

atau adanya thrombus

perifer.

4. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan keletihan fisik.

Tujuan Intervensi Rasional

Setelah diberikan

asuhan keperawatan

selama 3 x 24 jam

diharapkan dapat

meningkatkan

kemampuan

beraktifitas dengan

kriteria hasil sebagai

berikut   : 

Klien mampu

bermobilisasi di

tempat tidur.

Aktivitas sehari-

hari klien

- Tingkatkan istirahat

dan berikan

aktivitas senggang

yang tidak berat.

- Anjurkan

menghindari

tekanan abdomen,

seperti mengejan

saat defekasi

- Mengurangi

kebutuhan oksigen

- Dengan mengejan

dapat

mengakibatkan

bradikardi,

menurunkan curah

jantung dan

takikardi, serta

peningkatan TD

Page 15: Lp Perikarditis

terpenuhi - Tingkatkan klien

duduk di kursi dan

tinggikan kaki klien

- Pertahankan

rentang gerak pasif

selama sakit krisis

- Bantu mobilisasi

pasien

- Untuk

meningkatkan

vena balik

- Meningkatkan

kontraksi otot

sehingga

membantu vena

balik

- Mencegah

dekubitus

5. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan akumulasi bakteri di

perikardium

Tujuan Intervensi Rasional

Setelah diberikan

asuhan keperawatan

selama 3 x 24 jam

diharapkan tidak

terjadi infeksi

dengan kriteria hasil

sebagai berikut   : 

- Tidak terdapat

akumulasi

cairan

- Tidak terdapat

tanda-tanda

infeksi

Mandiri

- Pantau suhu pasien

Kolaborasi

- Lakukan tindakan

perikardiosentesis.

- Lakukan tindakan

pungsi

perikardium

- Suhu pasien

merupakan tanda -

tanda terjadinya

infeksi.

- Perikardiosentesis

merupakan tindakan

aspirasi efusi

 

- Fungsi perikardium

untuk konfirmasi

dan mencari etiologi

Page 16: Lp Perikarditis

efusi sebagai

penegakan diagnosis

Page 17: Lp Perikarditis

DAFTAR PUSTAKA

 

Carpentino, Lynda Juall. 2001. Buku Saku : Diagnosa Keperawatan edisi : 8

Penterjemah Monica Ester.EGC.Jakarta

Doengoes, E Marlynn,dkk.1999. Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3

penterjemah Monica Ester. EGC:Jakarta

Paramita. 2011. Nursing : Memahami Berbagai Macam Penyakit. PT Indeks :

Jakarta

Sudoyo, Aru W. 2006. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III Edisi IV. Penerbit Ilmu

Penyakit Dalam: Jakarta