asuhan keperawatan perikarditis

50
MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERIKARDITIS KAJIAN KASUS PADA SISTEM KARDIOVASKULER DISUSUN OLEH : KELOMPOK I / A II / SMESTER 2 YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN 2013 1

Upload: ahdazuhri

Post on 08-Dec-2015

247 views

Category:

Documents


28 download

DESCRIPTION

hgdjgf

TRANSCRIPT

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN PERIKARDITIS

KAJIAN KASUS PADA SISTEM

KARDIOVASKULER

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK I / A II / SMESTER 2

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA

BARAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI

MATARAM

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

2013

1

LAMPIRAN

KELOMPOK 1

1. ADELIA CHARISMA PUTRI

2. AHMAD JULIO

3. ALAM MADANISWARA JAYA

4. AYU KUMALA SARI

5. BAIQ ERLIN LINDAYANTI

6. BAIQ IRMA DAMAYANTI

7. DANDY SETIA RAMADHAN

8. DANU HADI PUTRA

9. DIAN KUSUMAWATI

10. GALUH AYUNDA YUNIAR PRAPITASARI

11. HANIS RIIL AZMI

12. JUHARDI

13. KHAERATUL FITRIYAH

14. KHAERUL AHDA ZUHRI

15. KOMARUDIN DAENG MARALA

2

KATA PENGHANTAR

Alhamdulillah,segala puji hanya bagi Allah atas terselesaikannya

penyusunan makalah tentang Gangguan Sistem Kardiovaskuler

Perikarditis. Makalah ini disusun dengan maksud untuk mempermudah

para pembaca khususnya para mahasiswa dan masyarakat pada umumnya.

Terimakasih kami ucapkan kepada dosen pembimbing yang telah

memberikan tugas ini kepada kami.

Kami berharap makalah ini bisa bermanfaat dan bisa menambah

wawasan khususnya bagi mahasiswa yang jurusan keperawatan.Kami

menyadari bahwa tak ada gading yang tak retak, mungkin ada beberapa

kekurangan dari makalah kami, karena itu kami memohon masukan yang

bersifat membangun demi kesempurnaan makalah selanjutnya.Akhirnya

semoga makalah ini dapat bermanfaat Amin.

Mataram, 1 Mei l2013

Penyusu

3

DAFTAR ISI

Halaman Judul

Lampiran

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB 1 Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

1.4 Manfaat

BAB 2 Tinjauan Pustaka

2.1 Konsep Dasar Penyakit

2.1.1Definisi

2.1.2Etiologi

2.1.3Patofisiologi

2.1.4Manifestasi Klinis

2.1.5Karakteristik

2.1.6Pemeriksaan Diagnostik

2.1.7Komplikasi

2.1.8Penatalaksanaan

2.1.8.1 Penatalaksanaan Penunjang

2.1.8.2 Penatalaksanaan Medis

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

2.2.1Pengkajian

2.2.2Diagnose Keperawatan

2.2.3Intervensi

2.2.4Implementasi

4

2.2.5Evaluasi

BABA 3 Penutup

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

Daftar Pustaka

5

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Otot jantung

merupakan jaringan istimewa karena kalau dilihat dari bentuk dan

susunannya sama dengan otot serat lintang, tetapi cara bekerjanya

menyerupai otot polos yaitu diluar kemauan kita (dipengaruhi oleh susunan

saraf otonom).

Perikardium merupakan lapisan jantung sebelah luar yang merupakan

selaput pembungkkus terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan parietal dan viseral

yang bertemu di pangkal jantung membentuk kantung jantung. Diantara dua

lapisan jantung ini terdapat lendir sebagai pelicin untuk menjaga agar

pergesekan antara perikardium pleura tidak menimbulkan gangguan terhadap

jantung. Jantung bekerja selama kita masih hidup, karena itu membutuhkan

makanan yang dibawa oleh darah, pembuluh darah yang terpenting dan

memberikan darah untuk jantung dari aorta asendens dinamakan arteri

koronaria.

6

Perikardium dapat terlibat dalam berbagai kelainan hemodinamika,

radang, neoplasi, dan bawaan. Penyakit perikardium dinyatakan oleh

tmbunan cairan (disebut efusi perikardium), radang (yaitu perikarditis).

Perikarditis ialah penyakit sekunder dimanapun di tubuh contohnya

penyebaran infeksi kedalam kantung perikareritematasus sistemik. Tetapi

kadang-kadang perikarditis terjadi sebagai kelainan primer.

Pada perikarditis, ditemukan reaksi radang yang mengenai lapisan

perikardium viseratis dan atau parietalis.ditemukan banyak penyebab tetapi

yang paling sering ialah akut, perikarditis non spesifik (viral), infark miokard

dan uremia.

Untuk itu dalam makalah ini kelompok akan menjelaskan tentang

perikarditis  beserta asuhan keperawatannya dan diharapkan bisa membantu

mahasiswa, tenaga kesehatan dan masyarakat umum untuk lebih memahami

tentang masalah perikarditis.

1.2 Rumusan Masalah

Apa konsep teori dari perikarditis dan bagaimana asuhan keperawatan

pada klien dengan perikarditis?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Menjelaskan asuhan keperawatan yang harus diberikan kepada

anak dengan gangguan perikarditis

1.3.2 Tujun Khusus

7

a. Mahasiswa mampu memahami definisi dari perikarditis.

b. Mahasiswa mampu memahami etiologi dari perikarditis.

c. Mahasiswa mampu memahami patofisiologi dari perikarditis.

d. Mahasiswa mampu memahami manifestasi klinis.

e. Mahasiswa mampu memahami karakteristik dari perikarditis.

f. Mahasiswa mampu memahami komplikasi dari perikarditis.

g. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan dari perikarditis.

h. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan dari perikarditis.

1.4 Manfaat

Dengan adanya makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami

asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit perikarditis, serta mampu

mengimplementasikannya dalam proses keperawatan.

 

8

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Penyakit

2.1.1 Definisi

Perikarditis ialah peradangan pericardium viseralis dan parietalis dengan

atau tanpa disertai timbulnya cairan dalam rongga perikard yang baik bersifat

transudat atau eksudat maupun seraosanguinis atau purulen dan disebabkan

oleh berbagai macam penyebab. (IKA FKUI, 2007)

Perikarditis adalah peradangan pericardium parietal, pericardium visceral,

atau keduanya. Perikarditis  dibagi atas perikarditis akut, subakut, dan kronik.

Perikarditis subakut dan kronik mempunyai etiologi, manifestasi klinis,

pendekatan diagnostic, dan penatalaksanaan yang sama. (Arif, 2009)

2.1.2 Etiologi

Penyebab yang paling sering ialah reuma, yang merupakan 55% dari

seluruh kasus. Perikarditis purulenta/ septic (28%) disebabkan oleh kuman

Staphylococcus aureus, Diplococcus pneumoniae, dan Streptococcus

9

hemolyticus. Penyebab lainnya ialah tuberculosis, virus Coxsackie,

rheumatoid, uremia, trauma dan idiopatik.

Tabel 01.Macam Klasifikasi Perikarditis

Klasifikasi Klinis Klasifikasi Etiologis

Perikarditis akut

(<6minggu)

Fibrinosa Perikarditis

Infeksiosa

Virus, pirogenik,

tuberkulosis,

mikotik, infeksi

lain (sifilis, parasit)

Perikarditis subakut

(<6minggu- 6 bulan)

Konstriktif

Efusi

konstriktif

Perikarditis non-

infeksiosa

Infark miokardium

akut, uremia,

neoplasia: tumor

primer dan tumor

metastasis,

miksedema,

kolesterol,

kiloperikardium,

trauma: luka

tembus dinding

dada, aneurisma

aorta (dengan

kebocoran ke

dalam kantong

10

perikardium)

pascaradiasi, cacat

sekat atrium,

anemia kronis

berat, perikarditis

familial: mulberry

aneurysm, idiopatik

akut.

    Perikarditis b.d

hipersensitivitas

atau autoimun

Demam rematik,

penyakit vaskular

kolagen: SLE,

reumatik arthritis,

skleroderma, akibat

obat: prokalnamid,

hidralazin, pasca

cedera kardiak.

2.1.3 Patofisiologi

Proses inflamasi dan akibat sekunder dari fenomena infeksi pada

perikarditis akan memberikan respons sebagai berikut:

1. Terjadinya vasodilatasi dengan peningkatan akumulasi cairan ke kantong

perikardium.

11

2. Peningkatan permeabilitas vaskular sehingga kandungan protein, termasuk

fibrinogen atau fibrin, di dalam cairan akan meningkat.

3. Peningkatan perpindahan leukosit terutama pada perikarditis purulenta.

4. Perdarahan akibat trauma tembus juga merupakan penyebab yang

mungkin.

5. Penyebab idiopatik atau non spesipik

6. Infeksi

1) Infeksi bakteri (misalnya, streptokokus, stapilokokus, meningokokus,

gonokokus)

2) Virus (misalnya, cokakie, inpuenza)

3) Jamur (misalnya, riketsia, parasit)Kelainan jaringan ikat,-sistemik

lupus eritematosus, demam rematik, arthritis rematik, poliarteritis

7. Keadaan hipersensitipitas-reaksi imun, reaksi obat, serumsickness

8. Penyakit struktur disekitarnya infak miokardium, aneurisma dissecting,

penyakit pleura dan paru(pneumonia)

9. Penyakit neoplasia

1) Penyakit neoplasia sekunder ak9bat metastasia dari kanker paru,

kanker payudara

2) Leukemia

3) Primer (mesotelioma)

10. Terapi radiasi

11. Gagal ginjal dan uremia

12. Tuberculosis.

12

Perubahan patologis selanjutnya yang terjadi berupa terbentuknya jaringan

parut dan perlengketan disertai klasifikasi lapisan perikardium viseral maupun

parietal yang menimbulkan suatu perikarditis konstriktif yang apabila cukup

berat akan menghambat pengembangan volume jantung pada fase diastolik.

Pada kondisi lain, terakumulasinya cairan pada perikardium yang

sekresinya melebihi absorpsi menyebabkan suatu efusi perikardium.

Pengumpulan cairan intraperikardium dalam jumlah yang cukup untuk

menyebabkan obstruksi serius terhadap masuknya darah ke kedua bilik

jantung bisa menimbulkan tamponade jantung. Salah satu komplikasi

perikarditis paling fatal dan memerlukan tindakan darurat tamponade.

Tamponade jantung merupakan akibat peninggian tekanan intraperikardium

dan restriksi progresif pengisian ventrikel.

2.1.4 Manifestasi Klinis

Nyeri, batuk kering, demam, fatigue(kelihan mudah lelah), cemas, ulsus

paradoksus, JV(Jugularis Vena Presure), CRT(Capilari Rapil Time turun,

gangguan status mental, kreatinin meningkat, cardiac marker meningkat, ST

segmen elevasi, PR depresi kecuali segmen aVR.

Manifestasi perikarditis konstriktif sangat bervariasi bergantung pada

berat, distribusi, dan kecepatan terjadinya sikatriks. Tanda-tanda perikarditis

konstriktif menurut urutan, yaitu dispnea, edema perifer, pembesaran perut,

gangguan abdominal, lelah, ortopnea, palpitasi, batuk, nausea, dan paroxysmal

nocturnal dyspnea.

13

Sebagian penderita (60%) mengeluh nyeri dada. Sesuai dengan banyaknya

cairan yang terkumpul dalam rongga perikard, maka dapat menimbulkan

gangguan hemodinamika dan akan timbul keluhan sesak nafas dan gejala

bendungan vena. Bila disertai dengan miokarditis (pankarditis) seperti yang

sering ditemukan pada perikarditis reumatik, terdapat pula gambaran gagal

jantung kongestif. Kriteria nyeri pada perikarditis akut dan tajam, berkurang

dengan perubahan posisi.

Pada pemeriksaan fisis didapatkan seorang anak yang tampak sakit berat,

dispnea, takikardi dan terdapat palsus paradoksus yaitu melemahnya tau

hilangnya nadi pada inspirasi yang lebih nyata tampak pada pengukuran

tekanan darah.

Bila sudah ada bendungan vena, akan terlihat peninggian tekanan vena

jugularis dan pembesaran hepar yang sukar dibedakan dengan gagal jantung

kongestif. Pada inspeksi iktus kordis tidak terlihat dan pada palpasi juga iktus

kordis sukar ditentukan serta aktivitas jantung berkurang.

2.1.5 Karakteristik

Karakteristik /

Parameter

Periarditis Infark miokard

Nyeri

Deskripsi

Sharp, berhubung dgn selaput dada ,-

sternum (di bawah) sternum atau kiri

prekordial (kiri) dada nyeri retro

Digambarkan

sebagai "gajah

di dada."

Radiasi Sakit memancarkan ke punggungan

trapezius (dengan porsi terendah dari

skapula di belakang) atau radiasi tidak.

Sakit

memancarkan

ke rahang, atau

kiri atau

14

lengan, atau

tidak

memancarkan.

 Pengerahan

tenaga

Tidak mengubah rasa sakit Dapat

meningkatkan

rasa sakit

Posisi Nyeri lebih buruk terlentangatau pada saat

inspirasi (menghirup)

Tidak

posisional

 Mulai / durasi sakit mendadak, yang berlangsung selama

berjam-jam atau kadang-kadang hari

sebelum pasien datang ke UGD

Tiba-tiba atau

kronis

memburuk

rasa sakit yang

bisa datang

dan pergi

di paroxysmsat

au dapat

bertahan

selama

berjam-jam

sebelum

pasien

memutuskan

untuk datang

ke UGD

2.1.6 Komplikasi 

1. Tamponade jantung

Tamponade jantung adalah keadaan yang mengancam nyawa, dimana

ditemukan penekanan pada jantung, akibat terjadi pengumpulan cairan

15

(darah, nanah) atau gas di ruangan perikardium (ruangan antara 2 selaput

pelapis jantung) yang disebabkan karena trauma atau robeknya otot

jantung, atau karena perembesan cairan (efusi). Hal ini dapat

menyebabkan jantung tidak dapat memompa darah ke seluruh tubuh secara

optimal.

Gambar 2-1:Temponade jantung: sumber: © 2009 Nucleus Medical Art, Inc.

2. Perikarditis konstriktif

3. Aritmia jantung

Contoh-contoh dari atrial tachycardias termasuk atrial fibrillation,

atrial flutter, and paroxysmal atrial tachycardia (PAT). Aritmia-aritmia ini

terjadi karena gangguan listrik di atria dan/atau di AV node menyebabkan

denyut jantung yang cepat.

4. Nyeri dada berulang-ulang.

5. prognosis

Bergantung kepada penyebabnya. Pada perikarditis reumatik

ditentukan oleh berat ringannya miokarditis yang menyertainya. Prognosis

16

perikarditis purulenta ditentukan oleh cepatnya pengobatan antibiotika

yang diberikan dan tindakan  bedah yang dilakukan. Kematian pada

perikarditis tuberkulosa menjadi sangat menurun dengan ditemukannya

tuberkulostatikum yang lebih poten. Tanpa tindakan pembedahan

perikarditis konstriktiva mempunyai prognosis yang buruk.

2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik

2.1.7.1 Pemeriksaan Elektrokardiografi 

Elektrokardiografi memperlihatkan elevasi segmen ST dan

perubahan resiprokal, voltase QRS yang rendah (low voltage) tapi EKG

bisa juga normal atau hanya terdapat gangguan irama berupa fibrilasi

atrium.

Pemeriksaan ekokardiografi M-Mode atau dua dimensi sangat baik

untuk memastikan adanya efusi pericardium dan memperkirakan

banyaknya cairan pericardium.

Pada fase akut, akan tampak elevasi segmen S-T yang berbentuk

konkaf terutama pada antar pericardium kiri. Mula-mula T masih

normal, kemudian menjadi datar/ negative. Kelainan T lebih lama

menetap, yaitu sampai 2-3 minggu, bahkan kadang-kadang berbulan-

bulan seperti pada perikarditis tuberkulosa. Amplitude QRS dan T akan

mengecil (low voltage) sesuai dengan jumlah cairan yang ada.

2.1.7.2 Pemeriksaan Radiologis

17

Foto rontgen toraks bila efusi pericardium hanya sedikit, tetapi tetap

tampak bayangan jantung membesar seperti water bottle dengan

vaskularisasi paru normal dan adanya efusi pericardium yang banyak.

Pada efusi pericardium, gambaran Rontgen toraks memperlihatkan

suatu konfigurasi bayangan jantung berbentuk buli-buli air tapi dapat

juga normal atau hamper normal.

Pada posisi berdiri atau duduk, maka akan tampak pembesaran

jantung yang berbentuk segitiga dan akan berubah bentuk menjadi

globular pada posisi tiduran. Kadang-kadang tampak gambaran

bendungan pembuluh darah vena . Pada fluoroskopi tampak jantung

yang membesar dengan pulsasi yang minimal atau tidak tampak pulsasi

sama sekali (silent heart). Jumlah cairan yang ada dan besar jantung

yang sebenarnya dapat diduga dengan angiokardiogram atau

ekokardiogram.

2.1.7.3 Pemeriksaan Laboratorium

Laju endap darah umumnya meninggi terutama pada fase akut.

Terdapat pula leukositosis yang sesuai dengan kuman penyebab. Cairan

perikard yang ditemukan dapat bersifat transudat seperti perikarditis

rheumatoid, reumatik, uremik, eksudat serosanguinous dapat ditemukan

pada perikarditis tuberkulosa dan reumatika.

Cairan yang purulen ditemukan pada infeksi banal. Terhadap cairan

perikard ini, harus dilakukan pemeriksaan mikroskopis terhadap jenis

sel yang ditemukan, pemeriksaan kimia terhadap komposisi protein

18

yang ada dan pemeriksaan bakteriologis dengan sediaan langsung,

pembiakan kuman atau dengan percobaan binatang yang ditujukan

terhadap pemeriksaan basil tahan asam maupun kuman-kuman lainnya.

2.1.8 Penatalaksanaan Penunjang

Pasien dibaringkan ditempat tidur bila curah jantung masih belum baik,

sampai demam, nyeri dada dan friction rub menghilang  Analgetik dapat

diberikan untuk mengurangi nyeri dan mempercep atreabsorbsi cairan pada

pasien dengan perikarditis rematik.  Kortikosteroid dapat diberikan untuk

mengontrol gejala, mempercepat resolusi proses inflamasi dalam pericardium

dan mencegah kekambuhan efusi perikard.

Pasein dengan infeksi pericardium harus segera diobati dengan anti mikroba

pilihan begitu organisme penyebabnya dapat diidentifikasi.Perikarditis yang

berhubungan dengan demam rematik berespon baik dengan

pinisilin.Perikarditis akibat tuberculosis diobati dengan isoniasid,

etambutolhidroklorid, rifampisin, streptomisin dalam berbagai

kombinasi .ampoterisin B digunakan untuk perikarditis jamur, dan

kartikosteroid digunakan pada lupus eritematosus diseminata.

Bila kondisi pasien  sudah membaik, aktivitas harus ditingkatkan secara

bertahap, tetapi bila nyeri demam atau friction rub kembali muncul, pasien

harus segera tirah baring.

2.1.9 Penatalaksanaan Medis

Pengobatan penyakit dasar merupakan tujuan utama, tetapi beberapa

kronis idiopatik dapat diobati dengan menggunakan indometasin atau

kortikosol. Bila efusi pericardium kronis tetap menimbulkan gejala keluhan,

maka perlu dipertimbangkan perikardiektomi.

19

Bila diagnosis perikarditis konstriktif telah dibuat, maka

perikardiektomi merupakan satu-satunya pengobatan untuk menghilangkan

tahanan pengisian ventrikel pada fase diastolic.

Penatalaksanaan pada efusi pericardium yang massif adalah dengan

melakukan perikardisentesis ke dalam kantong pericardium dengan tujuan

agar proses drainase dari aspirasi dapat adekuat. (Rubin, 1990)

Penatalaksanaan tamponade jantung dengan pengobatan yang sesegera

mungkin dapat menyelamatkan klien dari kematian, maka pemeriksaan yang

cepat dan tepat untuk menegakkan diagnosis secara tepat, misalnya

pemeriksaan ekokardiografi yang diikuti pemeriksaan kateterisasi jantung,

harus dilaksanakan. Tamponade jantung memerlukan aspirasi pericardium

dengan jarum. Monitor EKG memerlukan perhatian dan kecurigaan yang

lebih cermat, karena dalam banyak hal, tidak ada penyebab yang jelas terlihat

yang menyatakan adanya penyakit pericardium. Pada klien dengan hipotensi

dan evaluasi tekanan darah jugularis, dengan lekuk x yang menonjol, bahkan

tanpa adanya lekuk y, kemungkinan adanya tamponade jantung harus

diperhatikan.

Tamponade jantung harus dicapai bila terdapat perluasan daerah

perkusi yang redup di daerah dada anterior, nadi paradoksal, gambaran paru

yang cukup bersih, pulsasi bayangan jantung yang berkurang pada

fluoroskopi, pengurangan amplitude QRS, gangguan listrik dari P, QRS, dan

T, serta hal-hal tersebut di awal.

20

Pada tamponade jantung dengan tekanan yang rendah, klien biasanya

tanpa gejala, atau mengeluh sesak dan kelemahan badab yang ringan, dan

dalam hal ini diagnosis ditegakkan dengan ekokardiografi. Kelainan

hemodinamik dan gejala klinis segera membaik setelah dilakukan

perikardiosentesis.

2.1.9.1 Perikardiosentesis

Perikardiosentesis merupakan tindakan aspirasi efusi pericardium

atau pungsi pericardium. Pungsi pericardium dapat dilakukan untuk

konfirmasi dan mencari etiologi efusi sebagai penegakan diagnosis dan

tindakan invasive untuk pengobatan.

2.1.9.2 Lokasi Fungsi Perikardium

Sudut antara prosesus xifoideus dengan arkus iga kiri. Titik ini

paling aman karena jantung tidak ditutupi paru sehingga mengurangi

kemungkinan penyebaran infeksi ke paru atau perikarditis purulen. Hal

ini juga untuk menghindari tertusuknya arteri mamaria interna. Lokasi

efusi pericardium umumnya berada di bawah, sehingga cairan yang

sedikit pun dapat diperoleh di sini.

Peran perawat dalam pelaksanaan perikardiosentesis adalah

mempersiapkan klien sebelum dan sesudah tindakan, dukungan

psikologis, dan persiapan alat tindakan.

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

21

2.2.1 Pengkajian

2.2.1.1 Anamnesa

a. Identitas pasien.

b. Keluhan utama: Nyeri dada atau sesak nafas

c. Riwayat penyakit sekarang

Harus ditanya dengan jelas tetang gejala yang timbul seperti edema

perifer, gangguan abdominal, lelah, ortopnea, palpitasi, batuk, nausea,

dan paroxysmal nocturnal dyspnea . Kapan mulai serangan, sembuh atau

bertambah buruk, bagaimana sifat timbulnya, dan stimulus apa yang sering

menimbulkan nyeri dada.

d. Riwayat penyakit dahulu

Harus diketahui apakah pasien pernah terkena TBC, rheumatoid, uremia,

ada trauma dada atau pernah mengalami serangan jantung lainnya.

e. Riwayat  psikososial

Respon emosi pengkajian mekanisme koping yang digunakan pasien juga

penting untuk menilai pasien terhadap penyakit yang dideritanya dan

perubahan peran pasien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau

pengaruhnya dalam kehidupan sehari harinya baik dalam keluarga ataupun

dalam masyarakat.

2.2.1.2 Pemeriksaan fisik

a. B1 : Breathing (Respiratory System)

Sesak Sesak nafas, takipnea, suara nafas ronkhi, batuk (+)

b. B2 : Blood (Cardiovascular system)

Takikardi, penurunan TD, aritmia jantung

c. B3 : Brain (Nervous system)

Normal

d. B4: Bladder (Genitourinary system)

22

Penurunan frekuensi / jumlah urine, urine pekat gelap

e. B5 : Bowel (Gastrointestinal System)

Anorexia, muntah, mual, kekurangan nutrisi

f. B6: Bone (Bone-Muscle-Integument)

Lemah dan nyeri pada daerah ekstremitas

2.2.1.3 Analisa Data

Data Etiologi Masalah

Subyektif: pasien mengeluh

nyeri dada

Obyektif: - CRT > 3 detik

-   Skala nyeri 7

-   Penurunan TD

-   Aritmia  (+)

Kemampuan dilatasi

jantung

Kontraktilitas ventrikel

kiri

Curah jantung

O2

  Nyeri

Nyeri

Subyektif: pasien mengeluh

nyeri dada

Obyektif: - CRT > 3 detik

-  Pengeluaran urine inadekuat

-   Penurunan TD

-   Aritmia  (+)

Kemampuan dilatasi

jantung

Kontraktilitas ventrikel

kiri

 Curah jantung

Penurunan curah

jantung

23

DS: Pasien mengeluh lemah

karena hipoksia

DO:  Pasien terlihat lemah

karena O2 jaringan menurun.

 

 

Emboli dalam pembuluh

darah

Obstruksi pembuluh

darah aliran darah ke

jaringan terganggu

Perubahan

perfusi jaringan

Gangguan Perfusi

Jaringan

Subyektif: pasien mengeluh

badannya terasa lemah

Obyektif: klien tidak mampu

bermobilisasi di tempat tidur

Perfusi jaringan

 Aliran darah tidak

adekuat ke sistemik

 Kelemahan fisik

Intoleransi

Aktifitas

Subyektif: -

Obyektif: terjadi akumulasi

cairan di pericardium

Kemampuan dilatasi

jatung akumulasi bakteri

di pericardium resiko

tinggi infeksi

Resikotinggi

infeksi

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri berhubungan dengan efusi perikardium

b. Penurunan Curah jantung berhubungan dengan kompresi

perikardial

c. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan curah

jantung menurun

d. Intoleransi Aktifitas berhubungan dengan kelemahan dan

keletihan fisik

24

e. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan akumulasi cairan di

perikardium

2.2.3 Intervensi

a. Nyeri berhubungan dengan efusi di perikardium

Tujuan  : dalam 1x24 jam skala nyeri <2

Kriteria Hasil   :  -  CRT < 3 detik

TD normal

Aritmia jantung (-)

Penurunan curah jantung teratasi

Intervensi Rasional

Kolaborasi

Berikan oksigen suplemen sesuai

indikasi

 

Memaksimalkan ketersediaan

oksigen untuk menurunkan beban

kerja jantung dan menurunkan

ketidaknyamanan berhungan dengan

iskemia.

Mandiri

Palpasi nadi perifer

 Mengontrol penurunan curah

jantung.

Istirahatkan klien dengan tirah baring

optimal

Menurunkan kebutuhan pemompaan

jantung

Observasi adanya hipotensi, peningkatan

JVP, perubahan suara jantung, penuruna

tingkat kesadaran

Manifestasi klinis pada kardiak

tamponade yang mungkin terjadi

pada perikarditis ketika akumulasi

cairan eksudat pada rongga

perikardial.

25

Pantau perubahan pada sensorik Menunjukkan tidak adekuatnya

perfusi serebral sebagai dampak

sekunder terhadap penuruna curah

jantung

Kolaborasi

Pemberian diet  jantung

Pembatasan natrium untuk

mencegah, mengatur,

atau mengurangi edema.

Pemberian vasodilator Meningkatkan curah jantung,

menurunkan volume sirkulasi dan

tahanan vaskular sistemik, juga kerja

ventrikel

b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan kompresi perikardial

Tujuan   : dalam 3x24 jam penurunan curah jantung teratasi

Kriteria Hasil   :  - CRT < 3 detik

Pengeluaran urine adekua

TD normal

Aritmia jantung (-)

Intervensi Rasional

Mandiri

Palpasi nadi perifer

 Mengontrol penurunan curah

jantung

26

Pantau output urine Mengetahui respon ginjal dalam

menurunkan curah jantung

Istirahatkan klien dengan tirah baring

optimal

Menurunkan kebutuhan pemompaan

jantung

Observasi adanya hipotensi, peningkatan

JVP, perubahan suara jantung, penuruna

tingkat kesadaran

Manifestasi klinis pada kardiak

tamponade yang mungkin terjadi

pada perikarditis ketika akumulasi

cairan eksudat pada rongga

perikardial.

Kaji perubahan pada sensorik Menunjukkan tidak adekuatnya

perfusi serebralk sebagai dampak

sekunder terhadap penuruna curah

jantung

Kolaborasi

Pemberian diet  jantung

Pembatasan natrium untuk

mencegah, mengatur, atau

mengurangi edema

Pemberian vasodilator Meningkatkan curah jantung,

menurunkan volume sirkulasi dan

tahanan vaskular sistemik, juga kerja

ventrikel

c. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan proses penyakit.

Tujuan : Perfusi jaringan kembali normal

Kriteria hasil:

Mempertahankan atau mendemonstrasikan perfusi jaringan adekuat secara

individual misalnya mental normal, tanda vital stabil, kulit hangat dan kering,

nadi perifer ada atau kuat, masukan/ keuaran seimbang.

27

Intervensi Rasional

Mandiri

1. Evaluasi status mental.

Perhatikan terjadinya

hemiparalisis, afasia, kejang,

muntah, peningkatan TD.

2. Selidiki nyeri dada, dispnea

tiba-tiba yang disertai dengan

takipnea, nyeri pleuritik,

sianosis, pucat

 Tingkatkan tirah baring dengan tepat

1. Dorong latihan aktif/ bantu

dengan rentang gerak sesuai

toleransi.

 1.  Indikator yang menunjukkan

embolisasi sistemik pada otak.

2.  Emboli arteri, mempengaruhi

jantung dan / atau organ vital lain, dapat

terjadi sebagai akibat dari penyakit

katup, dan/ atau disritmia kronis

3.  Dapat mencegah pembentukan atau

migrasi emboli pada pasien

endokarditis. Tirah baring lama,

membawa resikonya sendiri tentang

terjadinya fenomena tromboembolic.

4.  Meningkatkan sirkulasi perifer dan

aliran balik vena karenanya menurunkan

resiko pembentukan thrombus.

Kolaborasi

Berikan antikoagulan, contoh

heparin, warfarin (coumadin)

 Heparin dapat digunakan secara

profilaksis bila pasien memerlukan tirah

baring lama, mengalami sepsis atau

GJK, dan/atau sebelum/sesudah bedah

penggantian katup.

Catatan : Heparin kontraindikasi pada

perikarditis dan tamponade jantung.

Coumadin adalah obat pilihan untuk

terapi setelah penggantian katup jangka

panjang, atau adanya thrombus perifer.

 

28

d. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan keletihan fisik

Tujuan  : Meningkatkan kemampuan beraktifitas

Kriteria Hasil   :Klien mampu bermobilisasi di tempat tidur

Aktivitas sehari – hari klien terpenuhi

Intervensi Rasional

Tingkatkan istirahat dan berikan aktivitas

senggang yang tidak berat

Mengurangi kebutuhan oksigen

Anjurkan menghindari tekanan abdomen,

seperti mengejan saat defekasi

Dengan mengejan dapat

mengakibatkan bradikardi,

menurunkan curah jantung dan

takikardi, serta peningkatan TD

Tingkatkan klien duduk di kursi dan

tinggikan kaki klien

Untuk meningkatkan vena balik

Pertahankan rentang gerak pasif selama

sakit krisis

Meningkatkan kontraksi otot

sehingga membantu vena balik

Bantu mobilisasi pasien Mencegah decubitus

 

e. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan akumulasi bakteri di

perikardium

Tujuan : Tidak terjadi infeksi

Kriteria hasil : Akumulasi cairan (-)

       Tanda-tanda infeksi (-)

Intervensi Rasional

29

Mandiri

Pantau suhu pasien

 Suhu pasien merupakan tanda-

tanda terjadinya infeksi

Kolaborasi

Lakukan tindakan perikardiosentesis

 

Perikardiosentesis merupakan

tindakan aspirasi efusi

Kolaborasi

Lakukan tindakan fungsi perikardium

Fungsi perikardium untuk

konfirmasi dan mencari etiologi

efusi sebagai penegakan diagnosis

2.2.4 Implementasi

Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan mencapai tujuan yang

spesifik (Nursalam/2008)

Jenis tindakan dalam tahap pelaksanaan:

1. Mandiri (independen)

Tindakan yang diprakarsai sendiri oleh perawatuntuk membantu pasien

dalam mengatasi masalhnya seperti merawat kebersihan daerah

kewanitaan agar tidak terjadi perkemihan

2. Saling ketergantungan/ kolaborasi(interdependen)

Tidakan keperawatan atas dasar kerjasama sesame perawat atau dngan

tim kesehatan atau dengan tim kesehatan lainnya seperti dokter,

fisioterapi, analisis kesehatan, misalnya dalam member obat-obatan.

3. Rujukan/ketergantungan (dependen)

30

Tindakan atas dasar rujukan dari profesi lain seperti, pemberian makan

pada pasien. Sesuai dengan diet dan latihan fisik(mobilisasi fisik) sesuai

dengan anjuran bagian fisioterapi.

2.2.5 Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses

keperawaytan yang mendadak seberapa jauh diagnose keperawatan, rencana

tindakan plaksanaan sudah berhasil dicapai (nursalam/2001)

Evaluasi adalah tahap kelima dan terakhir dalam proses keperawatan, dimana

keperawatan dapat menilai pencapaian tujuan serta mengkaji ulang rencana

keperawatan selanjutnya.

Pada tahap ini ada dua evaluasi yang dapat dilaksakan oleh perawat yaitu:

1. Evaluasi formatif adalah evaluasi yang bertujuan untuk menilai hasil

implementasi secara bertahap sesuai dengan kegiatan yang dilakukan

sesuai dengan kotrak pelaksanaan.

2. Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang bertujuan menilai secara

keseluruhan terhadap pencapaian diagnosis keperawatan apakah rencana

diteruskan, diteruskan sebagian, diteruskan dengan perubahan intervensi

atau dihentikan.

Tolak ukur yang digunakan untuk mencapai tujuan pada tahap evaluasi ini

adalah criteria-kriteria yang telah dibuat pada tahap perencnaan dngan

patokan pada kreteria tersebut, dinilai apakah masalah teratasi atau bahkan

timbul masalah baru sehingga ntrvensi keperawatan di ubah atau

31

dimodifikasi. Penilaian dan kesimpuln tersebut di tuangkan dalam catatan

perkembangan klien dan diuraikan berdasarkan utusan SOAPIER.

Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang

kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan dilakukan dengan

cara berkesinambungan dengan melibatkan pasien, keluarga, dan tenaga

kesehatan lainnya. (Imam/2005).

32

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Perikardium dapat terlibat dalam berbagai kelainan hemodinamika,

radang, neoplasi, dan bawaan. Penyakit perikardium dinyatakan oleh tmbunan

cairan (disebut efusi perikardium), radang (yaitu perikarditis). Perikarditis

ialah penyakit sekunder dimanapun di tubuh contohnya penyebaran infeksi

kedalam kantung perikareritematasus sistemik. Tetapi kadang-kadang

perikarditis terjadi sebagai kelainan primer.

Pada perikarditis, ditemukan reaksi radang yang mengenai lapisan

perikardium viseratis dan atau parietalis.ditemukan banyak penyebab tetapi

yang paling sering ialah akut, perikarditis non spesifik (viral), infark miokard

dan uremia.

 

3.2 Saran

3.2.1 Mahasiswa

Setelah membaca dan memahami konsep dasar pada gangguan sistem

kardiovaskuler perikarditis, diharapkan kepada mahasiswa dapat

mengambilnya sebagai pembelajaran sehingga dapat menerapkannya

dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dalam praktek

keperawatan secara professional.

3.2.2 Umum

Dengan membaca dan memahami konsep dasar pada gangguan sistem

kardiovaskuler perikarditis, Masyarakat di harapkan dapat meningkatkan

33

kualitas hidupnya dengan selalu menjaga dan membiasakan pola hidup

sehat sehingga dapat terhindar dari risiko penyakit perikarditis.

DAFTAR PUSTAKA

Carpentino, Lynda Juall.2001.Buku Saku : Diagnosa keperawatan edisi : 8

Penterjemah Monica Ester.EGC.Jakarta

Doengoes, E Marlynn,dkk.1999. Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3

penterjemah Monica Ester.EGC.Jakarta

Sudoyo, Aru W. 2006. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III Edisi IV. Penerbit Ilmu

Penyakit Dalam: Jakarta

 

34

35