lk cts dhila
TRANSCRIPT
LAPORAN KASUS
CARPAL TUNNEL SYNDROME (CTS)
Untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Saraf
di RSUD Tugurejo Semarang
Disusun oleh :
Fadhila Kamayanti
01.209.5901
Pembimbing :
dr. ST. Istiqomah, Sp.S
dr. Noorjanah P, Sp.S
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2014
Koordinator Mahasiswa
()
Dokter Pembimbing
()
STATUS MAHASISWA
KEPANITRAAN ILMU PENYAKIT SARAF
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS ISLAM SULTAN SEMARANG
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TUGUREJO SEMARANG
Kasus : Susp. Carpal Tunnel Syndrome (CTS)
Nama Mahasiswa : Fadhila Kamayanti
NIM : 01.209.5901
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.EK
Umur : 52 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pekerjaan : Pekerjaan kantoran bagian Administrasi
Alamat : Bukit Permata Puri E1 Ngaliyan
Status : Menikah
Tgl periksa : 9 Juni 2014
No RM : 11-20-32
II. DAFTAR MASALAH
NO Masalah Aktif Tanggal NO Masalah Tidak
Aktif
Tanggal
1. Telapak tangan
kanan dan kiri sering
kesemutan.
III.ANAMNESA
(dilakukan secara Autoanamnesis di Poli Saraf RSUD Tugurejo Semarang)
Tanggal : Jum’at, 9 Juni 2014
Jam : 10.30 WIB
Keluhan utama
Telapak tangan kesemutan
Riwayat Penyakit Sekarang / Kronologis
Onset :
Pasien mengeluh kesemutan di telapak tangan kanan dan kiri yang
dirasakan sejak ± 1 bulan yang lalu
Lokasi :
Telapak tangan kanan dan kiri. Pada sisi dalam jari tengah, telunjuk, dan
ibu jari.
Kualitas : Kesemutannya tidak menjalar.
Kuantitas :
Keluhan muncul hilang-timbul terutama pada pagi hari.
Factor memperberat : (-)
Factor memperingan : tangannya dikebas-kebaskan
Gejala penyerta :
Rasa tebal(+) dan nyeri di pergelangan tangan(+) tidak menjalar
Kronologis :
± 1 bulan yang lalu pasien mengeluh kesemutan di telapak tangan kanan dan
kiri. Kesemutan terutama dirasakan pada sisi dalam jari tengah, telunjuk, dan ibu
jari. Kesemutan bersifat hilang timbul dan dirasakan terutama pada pagi hari dan
berkurang bila dikebas-kebaskan.
Pasien juga mengeluh rasa tebal pada jari tengah, telunjuk, dan ibu jari.
Keluhan muncul bersamaan dengan rasa kesemutan. Pasien juga mengaku
terdapat nyeri di pergelangan tangan yang tidak menjalar. Nyeri dirasakan ± 3
hari yang lalu. Nyeri berkurang bila pergelangan tangan dipijat atau dikebas-
kebaskan.
Pasien tidak pernah memeriksakan keluhan tersebut sebelumnya. Oleh
pasien tangan yang sakit masih tetap digunakan untuk bekerja. Pasien bekerja
sebagai pegawai kantoran bagian administrasi yang sudah dijalani ± dari 8 tahun
ini. Pasien juga mengaku mempunyai kebiasaan mengangkat barang-barang berat
dan melakukan aktivitas didepan komputer (mengetik).
Pasien menyangkal riwayat bengkak dan panas di pergelangan tangan,
pasien menyangkal riwayat jatuh menumpu pada tangan, pasien menyangkal
kebiasaan tidur menumpu pada pergelangan tangan, pasien menyangkal riwayat
kelemahan anggota gerak dan pasien menyangkal riwayat kesulitan dalam
memegang botol atau benda-benda berbentuk sejenis.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat sakit serupa : disangkal
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat diabetes mellitus : disangkal
Riwayat trauma : disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit serupa : disangkal
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat diabetes melitus : disangkal
Riwayat sosial ekonomi
Pasien bekerja sebagai pegawai kantoran di bagian administrasi. Suami bekerja
sebagai PNS.
Biaya pengobatan : umum.
Kesan ekonomi : baik.
IV. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 9 Juni 2014, jam 10.30 WIB
a. Status Present
- Keadaan umum : baik
- Kesadaran : Compos mentis
- GCS : E4M6V5 (15)
- Vital sign
TD : 120/80 mmHg
HR : 72.x /menit
RR : 20x/menit
Suhu : 36.5C
b. Status Internus
- Kepala : Mesocephal
- Mata : Reflek cahaya (+) / (+) ,
Pupil bulat, isokor 2,5mm/2,5mm
- Leher :
Sikap : Simetris
Pergerakan : Normal
Pembesaran kelenjar limfe : (-)
Kaku kuduk : (-)
- Cor : DBN
- Pulmo : DBN
- Abdomen : DBN
- Ekstremitas :
Superior Inferior
Akral dingin - / - - / -
Sianosis - / - - / -
Oedem - / - - / -
c. Status neurologis
1) N. I (OLFAKTORIUS)
- Subjektif : Tidak ada kelainan
- Objektif : Tidak dilakukan
2) N. II (OPTIKUS)
- Tajam penglihatan : tidak dilakukan
- Lapang penglihatan : tidak dilakukan
- Melihat warna : bisa membedakan warna
- Funduskopi : tidak dilakukan
3) N. III (OKULOMOTORIUS), N.IV (TROKLEARIS),N.VI
(ABDUSEN)
Dexter Sinister
Pergerakan bulbus Normal normal
Nistagmus - -
Eksoftalmus - -
Strabismus - -
Pupil Bulat,isokor,
D=2,5mm
Bulat,isokor,
D=2,5mm
Reflek cahaya + +
Diplopia - -
4) N.V (TRIGEMINUS)
- Membuka mulut : tidak ada kelainan
- Menelan : tidak ada kelainan
- Sensibilitas taktil dan nyeri : tidak ada kelainan
5) N. VII (FASIALIS)
Dexter Sinister
Mengerutkan dahi + +
Menutup mata + +
Menahan rangsang membuka
mata
+ +
Menggembungkan pipi + +
Mencucu + +
Pengecapan 2/3 anterior lidah Tidak dilakukan Tidak dilakukan
6) N. VIII (VESTIBULOKOKLEARIS)
Dexter Sinister
Arloji Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Tes Weber Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tes Rinne Tidak dilakukan Tidak dilakukan
7) N. IX (GLOSSOPHARINGEUS)
- Pengecapan 1/3 posterior lidah : Tidak dilakukan
- Arkus faring : Tidak dilakukan
- Suara sengau : (-)
8) N. X (VAGUS)
- Arkus faring : Simetris
- Berbicara : Tidak ada kelainan
- Menelan : Tidak ada kelainan
- Reflek muntah : Tidak dilakukan
9) N. X1 (ACCESORIUS)
- Mengangkat bahu : Tidak ada kelainan
- Memalingka kepala : Tidak ada kelainan
10) N. XII (HYPOGLOSUS)
- Pergerakan lidah : Tidak ada kelainan
- Tremor lidah : (-)
- Artikulasi : Tidak ada kelainan
- Lidah : Tidak ada kelainan
d. Badan dan Anggota gerak
1. BADAN
MOTORIK
Respirasi : Normal
Duduk : Normal
SENSIBILITAS
Taktil : tidak ada kelainan
Nyeri : tidak ada kelainan
Thermi : tidak dilakukan
Deskriminasi 2 titik : tidak ada kelainan
2. EKSTREMITAS SUPERIOR
MOTORIK dan REFLEK
Motorik Dexter Sinister
Gerakan Bebas Bebas
Kekuatan 5,5,5 5,5,5
Tonus Normotonus Normotonus
Trofi Eutrofi Eutrofi
Biceps N N
Triceps N N
Hoffman - -
Trommner - -
SENSIBILITAS
Dexter Sinister
Taktil tidak ada kelainan tidak ada kelainan
Nyeri tidak ada kelainan tidak ada kelainan
Thermi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Deskriminasi 2 titik tidak ada kelainan tidak ada kelainan
3. EKSTREMITAS INFERIOR
MOTORIK
Motorik Dexter Sinister
Gerakan Bebas Bebas
Kekuatan 5,5,5 5,5,5
Tonus Normotonus Normotonus
Klonus - -
Trofi Eutrofi Eutrofi
SENSIBILITAS
Dexter Sinister
Taktil tidak ada kelainan tidak ada kelainan
Nyeri tidak ada kelainan tidak ada kelainan
Thermi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Deskriminasi 2 titik tidak ada kelainan tidak ada kelainan
REFLEK
Dexter Sinister
Patella - -
Achilles - -
Babinski - -
Chaddock - -
Oppenheim - -
Gordon - -
Schaeffer - -
Gonda - -
Bing - -
Rossolimo - -
Pemeriksaan tambahan
1. Pemeriksaan Profokatif:
Tes Phalen : (+) (+)
Tes Flick : (+) (+)
Tes Tunnel : (+) (+)
Tes Pray : (+) (+)
e. Px. Vegetatif
- Miksi : DBN
- Defekasi : DBN
KOORDINASI, LANGKAH DAN KESEIMBANGAN Gaya Berjalan : tidak dilakukan
Tes Romberg : tidka dilakukan
Tandem : tidak dilakukan
Tes disdiadokhokinesis : tidak dilakukan
Rebound Fenomen : tidak dilakukan
Tes Dismetria : tidak dilakukan
Fukuda Tes : tidak dilakukan
GERAKAN-GERAKAN ABNORMAL Tremor : (-)
Atetosis : (-)
Mioklonus : (-)
Khorea : (-)
RESUME
Seorang Perempuan 52 th datang ke poli saraf RSUD Tugurejo Semarang dengan
keluhan telapak tangan kanan dan kiri sering kesemutan yang dirasakan sejak 1 bulan
yang lalu. Keluhan dirasakan hilang timbul terutama setelah bekerja. Pasien juga
mengeluh rasa tebal terutama pada jari tengah, telunjuk, dan ibu jari tangan kanan.
Pasien juga mengeluhkan nyeri di pergelangan tangan kanan dan kiri yang tidak
menjalar sejak 3 hari yang lalu dan menghilang bila dikebas-kebaskan.
Pasien bekerja kantoran dibagian administrasi yang sudah dijalani selama lebih
±8 tahun ini. Pasien juga mengaku sering mengangkat barang-barang berat dan
sering melakukan aktivitas didepan computer (mengetik).
Pemeriksaan Fisik :
Status present
KU : Baik, Kesadaran : Compos Mentis, GCS :15
TD : 120/80 mmHg, Nadi :72x/menit RR : 20x/menit T : 36,50c
Status Generalis
Dalam batas normal
Status neurologis :
nn. Cranialis : dalam batas normal
Motorik :
Kekuatan :
5/5/5 5/5/5
5/5/5 5/5/5
Gerakan : (+) / (+) (+) / (+)
R. Fisiologi : +/ + + / +
R. Patologi : (-)
Pemeriksaan tambahan
1. Pemeriksaan Profokatif:
Tes Phalen : (+) (+)
Tes Flick : (+) (+)
Tes Tunnel : (+) (+)
Tes Pray : (+) (+)
Sensibilitas : dbn
Vegetasi : dbn
DIAGNOSIS Dx Klinis : Hipoestesia palmar dextra, hipoestesia digiti I, II, III
dextra-sinistra
Dx Topis : N. Medianus didalam terowongan carpal
Dx Etiologi : Susp. Carpal Tunnel Syndrome (CTS) dextra-sinistra
DD : 1. Triger Finger
2. Frozen Shoulder
RENCANA AWAL
Rencana Diagnosis
Usulan pemeriksaan:
Laboratorium (darah rutin, Gula darah, Kolesterol, Ureum-keratinin,
Trigliserit, elektrolit)
X-Foto wrist join dextra-sinistra AP/lat
Rencana Terapi
Non farmakologi
a. Edukasi kepada penderita mengenai penyakit yang dialaminya
b. mekanisme penyakitnya
c. pendekatan terapeutik
d. Fisioterapi
e. Fiksasi pergelangan tangan dengan bandage
f. Mengurangi aktivitas yang memberatkan penyakit seperti mengangkat-angkat
barang berat, mencuci baju dengan tangan, dan menggunakan mouse
komputer dengan benar.
Farmakologi
Na Diclofenac 3x25mg
Ranitidin 3x150mg
Vit B1B6B12 2x1
TINJAUAN PUSTAKA
Carpal Tunnel Syndrome
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) merupakan tanda dan gejala klinik yang timbul
akibat tekanan terhadap N. Medianus yang berjalan melalui canalis carpi. Carpal tunnel
syndrome merupakan salah satu bentuk neuropathy pada ekstremitas superior yang
menimbulkan efek nyeri pada tangan berupa gangguan motorik dan sensorik yang
dipersarafi oleh N. Medianus.
Gejala – gejala yang ditimbulkan oleh carpal tunnel syndrome berupa nyeri,
paresthesia, dan kelemahan pada regio yang dipersarafi oleh N. Medianus. Diagnosis
carpal tunnel syndrome berupa adanya nyeri, mati rasa (numbness) dan kesemutan pada
tangan yang dapat menjalar hingga pundak dan leher; gangguan ini sering terjadi di
malam hari saat tidur dengan posisi tidur berbaring ke satu sisi. Untuk mencegah
terjadinya carpal tunnel syndrome akibat aktivitas repetitif yang menimbulkan mati rasa
(numbness) dan nyeri, perlu dilakukan gerakan meregang pergelangan tangan, tangan
dan jari tangan. Selain itu, pengobatan yang efektif bagi penderita carpal tunnel
syndrome dengan menggunakan splint (balut tangan), injeksi kortikosteroid dan
pembedahan.
Mayoritas kasus carpal tunnel syndrome didiagnosis tanpa disertai dengan
penyebab yang khusus dan pada beberapa penderita dikarenakan oleh faktor genetik.
Latar Belakang Sejarah
Carpal tunnel syndrome mulai dikenal sejak Perang Dunia II. Seseorang yang
menderita gejala – gejala carpal tunnel syndrome akan menjalani terapi pembedahan di
pertengahan abad ke 19. Tahun 1854, Sir James Paget pertama kali melaporkan tekanan
pada N. Medianus di pergelangan tangan akibat fraktur distal radius. Diikuti pada abad
ke 20 didapatkan beragam kasus penekanan N. Medianus dalam ligamentum carpal
transversum. Kejadian Carpal tunnel syndrome sering dipublikasikan dalam literasi
kedokteran pada awal abad ke 20 dan mulai digunakan dalam praktek klinis tahun 1939.
Dr. George S. Phalen dari Cleveland Clinic pertama kali mengidentifikasi patologis dari
carpal tunnel syndrome pada sekelompok pasien di tahun 1950-an dan tahun 1960-an
dan menyimpulkan carpal tunnel syndrome merupakan cedera tangan akibat penggunaan
dalam aktivitas rutin secara terus – menerus yang sering didapatkan akibat pekerjaan.
Anatomi
Secara anatomis, canalis carpi (carpal tunnel) berada di dalam dasar pergelangan
tangan. Sembilan ruas tendon fleksor dan N. Medianus berjalan di dalam canalis carpi
yang dikelilingi dan dibentuk oleh tiga sisi dari tulang – tulang carpal. Nervus dan
tendon memberikan fungsi, sensibilitas dan pergerakan pada jari – jari tangan. Jari
tangan dan otot – otot fleksor pada pergelangan tangan beserta tendon – tendonnya
berorigo pada epicondilus medial pada regio cubiti dan berinsersi pada tulang – tulang
metaphalangeal, interphalangeal proksimal dan interphalangeal distal yang membentuk
jari tangan dan jempol. Canalis carpi berukuran hampir sebesar ruas jari jempol dan
terletak di bagian distal lekukan dalam pergelangan tangan dan berlanjut ke bagian
lengan bawah di regio cubiti sekitar 3 cm.
Tertekannya N. Medianus dapat disebabkan oleh berkurangnya ukuran canalis
carpi, membesarnya ukuran alat yang masuk di dalamnya (pembengkakan jaringan
lubrikasi pada tendon – tendon fleksor) atau keduanya. Gerakan fleksi dengan sudut 90
derajat dapat mengecilkan ukuran canalis.
Penekanan terhadap N. Medianus yang menyebabkannya semakin masuk di
dalam ligamentum carpi transversum dapat menyebabkan atrofi eminensia thenar,
kelemahan pada otot fleksor pollicis brevis, otot opponens pollicis dan otot abductor
pollicis brevis yang diikuti dengan hilangnya kemampuan sensorik ligametum carpi
transversum yang dipersarafi oleh bagian distal N. Medianus.
Cabang sensorik superfisial dari N. Medianus yang mempercabangkan persarafan
proksimal ligamentum carpi transversum yang berlanjut mempersarafi bagian telapak
tangan dan jari jempol.
Gejala Klinik
Carpal Tunnel Syndrome yang tidak diobati
Carpal tunnel syndrom menimbulkan beragam gejala khas dari gejala sakit
sedang hingga gejala sakit yang berat. Gejala – gejala ini akan semakin bertambah berat
dan penderita yang telah didiagnosis dengan carpal tunnel syndrome akan mengeluhkan
sensasi mati rasa (numbness), kesemutan, dan sensasi terbakar pada jari jempol, jari
telunjuk dan jari tengah dimana ketiga jari tersebut diinervasi oleh N. Medianus. Pada
beberapa penderita juga sering mengeluhkan rasa sakit pada tangan atau pergelangan
tangan dan hilangnya kekuatan menggenggam. Rasa nyeri juga timbul pada lengan dan
pundak serta benjolan pada tangan; rasa nyeri ini akan terasa teramat sakit terutama di
malam hari saat tidur.
Mati rasa (numbness) dan kesemutan (paresthesia) pada area yang dipersarafi
oleh N. Medianus merupakan gejala neuropathy akibat sindrom jebakan canalis carpi
(carpal tunnel entrapment). Kelemahan dan atrofi otot – otot thenar akan timbul
selanjutnya jika kondisi ini semakin tak terobati.
Perempuan tiga kali lebih banyak daripada laki – laki pada penderita carpal
tunnel syndrome, yang diperkirakan karena ukuran canalis carpi pada perempuan lebih
kecil dibandingkan pada laki – laki.
Etiologi
Mayoritas kasus carpal tunnel syndrome tak diketahui etiologinya secara pasti
(idiopatik). Carpal tunnel syndrome dapat dihubungkan dengan beragam keadaan yang
memicu penekanan terhadap N. Medianus pada pergelangan tangan. Beberapa kondisi
yang dapat memicu timbulnya carpal tunnel syndrome, antara lain: obesitas,
hipotiroidisme, arthritis, diabetes dan trauma.
Penyebab lainnya, faktor intrinsik dengan tekanan kuat dari dalam pada canalis
dan faktor ekstrinsik dengan tekanan kuat berasal dari luar canalis, yang dikarenakan
oleh tumor jinak berupa lipoma, ganglioma, dan malformasi vaskuler. Hingga saat ini
masih belum ditemukan hubungan yang jelas antara pekerjaan dan timbulnya carpal
tunnel syndrome atau dikarenakan adanya masalah kesehatan lain yang tak
teridentifikasi.
Hubungan dengan Pekerjaan (Okupasi Ergonomik)
Sampai saat ini masih diperdebatkan hubungan antara insidensi carpal tunnel
syndrome dengan gerakan repetitif pergelangan tangan akibat pekerjaan. Occupational
Safety and Health Administration (OSHA) di Amerika Serikat mengeluarkan peraturan
dan regulasi berkaitan dengan trauma karena kelainan kumulatif akibat faktor pekerjaan.
Faktor resiko pekerjaan akibat penggunaan repetitif, pemaksaan, postur pergerakan, dan
paparan vibrasi berulang. Akan tetapi, perkumpulan The American Society for Surgery of
the Hand (ASSH) telah menyatakan literatur yang terkini tidak mendukung adanya
hubungan kausal antara aktivitas pekerjaan dan pengembangan penyakit akibat faktor
pekerjaan seperti carpal tunnel syndrome.
Hubungan antara pekerjaan dan carpal tunnel syndrome masih kontroversi; di
banyak tempat para pekerja yang terdiagnosis dengan carpal tunnel syndrome harus
mengambil cuti dan menerima kompensasi. Di Amerika Serikat, dana yang dibutuhkan
selama masa pengobatan carpal tunnel syndrome sebesar US$30,000 yakni biaya
pengobatan dan hilangnya waktu kerja karena cuti.
Beberapa ahli berspekulasi bahwa carpal tunnel syndrome dapat terjadi
dikarenakan gerakan repetitif dan aktivitas manipulatif akibat paparan yang telah
berlangsung dalam waktu yang lama. Hal ini juga ditegaskan gejala yang timbul
dikarenakan eksaserbasi dengan pemaksaan dan penggunaan tangan dan pergelangan
tangan secara repetitif karena faktor pekerjaan, namun tidak dijelaskan jika gejala ini
berupa nyeri alih (yang bukan gejala carpal tunnel syndrome) atau gejala mati rasa yang
lebih tipikal.
Sebuah data ilmiah yang dikeluarkan oleh National Institute for Occupational
Safety and Health (NIOSH) menyatakan jenis pekerjaan yang menyebabkan pergelangan
tangan terpostur melakukan pekerjaan secara repetitif berhubungan dengan insidensi
carpal tunnel syndrome, namun penyebabnya tidak dijelaskan secara terperinci dan
perbedaan antara gejala yang ditimbulkan oleh carpal tunnel syndrome dan nyeri pada
lengan akibat hubungan kerja tidak dijelaskan secara spesifik. Telah diketahui bahwa
penggunaan lengan secara repetitif dapat menimbulkan efek biomekanik pada
ekstremitas superior atau menyebabkan kerusakan pada jaringan. Juga telah diketahui
assessment postural dan spinal bersamaan dengan assessment ergonomic seharusnya
dimasukkan sebagai kondisi determinasi. Saat ini belum ada bukti konkrit tentang
riwayat timbulnya carpal tunnel syndrome.
Carpal tunnel syndrome sering ditemukan pada populasi pekerja orang dewasa;
oleh karena itu, ada kemungkinan baik dikarenakan oleh faktor pekerjaan atau bukan.
Saat sebuah otot berkonstraksi, sebagai contoh memelintir dan melakukan gerakan fleksi
pergelangan tangan, terjadi penambahan luas otot berlebihan yang dapat memicu
timbulnya kelainan muskuloskeletal. Disamping tingginya hubungan antara faktor
pekerjaan dengan insiden carpal tunnel syndrome, pengetahuan mengenai hal ini masih
kurang jika ditinjau dari pola dan kausalitas dari hubungan kedua hal ini. Penelitian yang
lebih luas perlu dilakukan untuk mengemukakan secara konkrit hubungan ergonomik
dan kecelakaan kerja yang di dalamnya termasuk carpal tunnel syndrome.
Hubungan Carpal Tunnel Syndrome dengan Penyakit – Penyakit Lain
Beragam faktor yang dapat memicu timbulnya CTS (carpal tunnel syndrome) yakni
faktor keturunan, ukuran dari ruas canalis carpi, hubungan penyakit secara lokal dan
sistemik, dan kebiasaan hidup. Penyebab non-traumatik secara umum dapat timbul
setelah lewat suatu periode waktu, dan tidak dipicu oleh hal lain. Kebanyakan faktor
pemicu ini dikarenakan manifestasi penuaan secara fisiologi, antara lain:
Rheumatoid arthritis dan penyakit inflamasi lainnya yang dapat menyebabkan
peradangan pada tendon – tendon fleksor.
Kehamilan dan hipotiroidisme, terjadinya retensi cairan dalam jaringan
menyebabkan pembengkakan pada tenosynovium.
Perempuan hamil beresiko tinggi terkena CTS dikarenakan perubahan hormonal
dan retensi cairan yang sering terjadi pada masa kehamilan. CTS biasanya
muncul dan mulai dikeluhkan saat memasuki trimester ketiga dan menghilang
setelah persalinan, biasanya dikarenakan edema akibat retensi cairan.
Cedera di waktu lalu berupa fraktur pada pergelangan tangan.
Kesalahan pengobatan dapat memicu terjadinya retensi cairan atau timbulnya
inflamasi berupa: artritis inflamasi, fraktur Colles, amyloidosis, hipotiroidisme,
diabetes mellitus, acromegaly, dan penggunaan kortikosteroid dan estrogen
secara berlebihan.
Carpal tunnel syndrome berhubungan dengan aktivitas repetitif pada tangan dan
pergelangan tangan, bersamaan dengan adanya pemaksaan dan postur yang
kaku.
Acromegaly, kelainan hormon pertumbuhan yang menekan persarafan akibat
pertumbuhan tulang abnormal pada tangan dan pergelangan tangan.
Tumor, biasanya tumor jinak, yakni ganglion atau lipoma, dapat menimbulkan
menekan secara aktif ke dalam canalis carpi dan mengurangi ukuran ruang dalam
canalis carpi. Kejadian ini jarang terjadi (kurang dari 1% dari total insidensi).
Obesitas juga dapat meningkatkan resiko CTS. Individu yang termasuk di dalam
kelompok obese (BMI>29) memiliki resiko 2,5 kali lebih tinggi dibandingkan
individu yang bertubuh kurus (BMI < 20).
Mutasi heterozygot dalam gen dengan kode SH3TC2 berhubungan dengan
Charcot-Marie-Tooth yang menimbulkan neuropathy termasuk CTS.2,3
Diagnosis
Secara klinis CTS didiagnosis dengan kriteria yaitu rasa nyeri yang berupa
kesemutan, rasa terbakar dan baal pada jari I, II, III dan setengah bagian lateral jari IV
dengan onset terjadi di waktu malam hari atau dini hari. Pada keadaan yang berat, rasa
nyeri dapat menjalar hingga ke lengan atas dan terdapat atrofi pada otot thenar.
Penegakan diagnosis baru dilakukan jika telah dilakukan tes provokasi berupa Tes
Phalen, Tes Tinel dan Tes Wormser (Reverse Phalen) positif.
Tes Phalen
Manuver ini dilakukan dengan cara memfleksikan secara lembut pergelangan
tangan dengan jarak sejauh mungkin, lalu posisi ini didiamkan dalam beberapa
waktu sambil menunggu timbulnya gejala. Hasil positif jika terdapat mati rasa
pada area yang dipersarafi oleh N. Medianus ketika sedang menahan pergelangan
tangan pada posisi fleksi selama 60 detik. Semakin cepat timbulnya mati rasa,
maka kondisi yang ada sudah semakin parah. Tanda Phalen positif berupa rasa
nyeri dan atau paresthesia di jari – jari yang dipersarafi oleh N. Medianus dalam
fleksi pergelangan tangan selama satu menit. Tes ini diakui paling tepat
menggambarkan tingkat keparahan CTS yang diderita.
Tanda Tinel
Merupakan salah satu jenis tanda pemeriksaan yang klasik dengan tingkat
spesifikasi yang rendah untuk mendeteksi adanya nervus yang teriritasi. Tanda
Tinel dilakukan dengan cara menepuk dengan ringan kulit yang melapisi fleksor
retinaculum untuk menimbulkan sensasi kesemutan pada area yang dipersarafi
oleh N. Medianus. Tanda Tinel (rasa nyeri dan atau paresthesia pada jari – jari
tangan yang dipersarafai N. Medianus dengan perkusi pada N. Medianus) kurang
sensitif namun lebih spesifik dibandingkan dengan Tanda Phalen. 2,4
Prevalensi
Carpal tunnel syndrome dapat terjadi pada siapa saja. Di Amerika Serikat
didapatkan sekitar 50 dalam populasi 1000 orang yang menderita carpal tunnel
syndrome. Ras kaukasia memiliki resiko tertinggi terkena CTS jika dibandingkan dengan
ras yang lain. Perempuan beresiko lebih tinggi dibandingkan laki – laki dengan tingkat
perbandingan sebesar 3:1 pada usia antara 45 – 60 tahun. Hanya sebesar 10% kasus CTS
yang dilaporkan ditemukan pada usia yang lebih muda di usia 30-an tahun. Kaum
perempuan diduga memiliki ukurang canalis carpi yang lebih kecil dibandingkan kaum
laki – laki.
Pencegahan
Sebuah studi di tahun 2007 dibawah pimpinan Lozano-Calderon dkk dari
Department of Othopaedic Surgery at Massachusetts General Hospital menyatakan
carpal tunnel syndrome terjadi karena faktor genetik dan struktur. Oleh karena itu, carpal
tunnel syndrome berkemungkinan tak dapat dicegah untuk terjadi. Akan tetapi, beberapa
pihak menyatakan pencegahan dapat dilakukan dengan cara menerapkan pola gaya hidup
sehat seperti menghindari stress berulang, melakukan kebiasaan bekerja yang sehat
seperti menggunakan alat bantu kerja berupa wrist rest dan mouse pad, istirahat sejenak
dari rutinitas pekerjaan yang dilakukan oleh tangan dan pergelangan tangan secara
berulang, menggunakan papan ketik alternatif (pena digital, alat pengenal suara dan alat
pendikte) dan mengkonsumsi vitamin B, asam lemak omega-3 dan zat anti-inflamasi
seperti turmerik. Individu yang selalu melakukan aktivitas dan pekerjaan yang dapat
memicu timbulnya carpal tunnel syndrome di kemudian hari perlu memberikan batasan
dalam pekerjaan, namun sangat sedikit data yang mendukung konsep ini dan dianggap
remeh akan penggunaan lengan secara berulang dalam posisi yang kaku dapat
menimbulkan sakit.
Kemungkinan Kesalahan Diagnosis
Beberapa pakar, yakni Dr. Janet G. Travell, MD dan Dr. David G. Simons, MD
yakin bahwa carpal tunnel syndrome telah menjadi label universal bagi siapa pun yang
mengalami rasa nyeri, mati rasa, benjolan, dan atau rasa terbakar di sisi radial tangan dan
atau pergelangan tangan. Travell dan Simons menyimpulkan dari penelitian bahwa
tautan kontraksi myofascial (otot skelet) yang disebut dengan titik serangan (trigger
points) dapat menimbulkan beragam gejala seperti gejala – gejala klinik gangguan
neuropathy pada tangan. Sebagai contoh, masih diperdebatkan oleh para terapis tentang
titik serangan pada otot – otot di dalam leher, lengan atas, dada dan lengan bawah yang
dapat ditimbulkan oleh penekanan terhadap N. Medianus dalam lengan bawah dan
menimbulkan mati rasa dan atau rasa nyeri terbakar pada tangan. Selanjutnya, titik
serangan pada otot scalenus pada leher dapat memendekkan thoracic outlet dan
menekan persarafan dan pembuluh darah dalam lengan yang mengurangi aliran darah
dan cairan limfe yang menyebabkan pembengkakan pada tangan dan jari – jari tangan.
Pembedahan pada canalis carpi dapat mengurangi tegangan pada N. Medianus dengan
memotong ligamentum carpi transversum dan memberikan perbaikan yang cukup berarti
bagi pasien, tetapi hal ini menjadi tidak perlu ketika titik serangan menjadi akar dari
permasalahan. Secara keseluruhan, komunitas medis kurang menerima teori tentang titik
serangan ini.
Terapi
Terdapat beberapa terapi terhadap carpal tunnel syndrome yang masih
dipergunakan hingga saat ini, antara lain:
Peregangan ( Stretching )
Beragam gerakan peregangan dapat membantu pencegahan terhadap CTS, namun
banyak orang yang tidak tahu akan kegunaan peregangan otot – otot pergelangan tangan
dan tangan. Untuk mengurangi insiden terserang CTS, berikut ini adalah gerakan
peregangan yang bisa dilakukan:
Gerakan 1, Gerakan Mengepal dan Membuka
Kepalkan tangan dengan kencang selama 3 – 5 detik, lalu lepaskan dan ratakan
seluruh jari – jari tangan. Ditahan selama 3 – 5 detik juga. Ulangi gerakan ini sebanyak 5
kali di tiap tangan.
Gerakan 2 : Peregangan
Gerakan perengan ini dapat mengurangi rasa sakit dan tekanan yang disebabkan
oleh pergerakan tangan repetitif dalam periode tertentu. Dengan menggunakan salah satu
tangan, jari – jari di tangan lain di lebarkan sebisa mungkin tanpa menimbulkan rasa
nyeri. Hasil dari peregangan dapat dirasakan pada telapak tangan dan pergelangan
tangan. Tahan posisi peregangan ini selama 3 – 5 detik lalu lepaskan. Lakukan gerakan
ini sebanyak 5x di tiap tangan yang telah dilakukan gerak mengepal dan meregang.
Splint (Bidai Immobilisasi)
Splint pergelangan tangan membantu mengurangi mati rasa dengan mengurangi
fleksi pergelangan tangan. Splint di malam hari dapat membantu pasien untuk tidur
nyenyak.
Injeksi Kortikosteroid Lokal
Injeksi kortikosteroid cukup efektif sebagai penghilang gejala CTS secara
temporer dalam waktu yang singkat. Pada beberapa pasien, injeksi kortikosteroid dapat
bernilai diagnostik. Pengobatan ini tidak bersifat untuk dilakukan dalam jangka waktu
yang panjang. Pada umumnya, para ahli medis hanya meresepkan penyuntikan steroid
lokal hingga pengobatan jenis lain bisa dilakukan dengan baik. Pada kebanyakan pasien,
pembedahan merupakan satu –satunya pengobatan yang bisa memberikan penyembuhan
permanen.
Obat – obatan
Penggunaan obat – obatan anti-inflamasi tanpa resep seperti aspirin, ibuprofen
atau naproxen dapat secara efektif mengurangi gejala dengan baik. Penghilang nyeri
seperti paracetamol hanya bersifat sementara dalam menghilangkan nyeri, dan hanya
anti-inflamasi yang bisa mengurangi peradangan CTS. Obat anti-inflamasi non-steroid
(AINS) secara teoritis bisa mengobati pembengkakan dan menghilangkannya dengan
baik. Steroid oral seperti prednisone dapat mengobati pembengkakan dengan baik,
namun secara umum tidak digunakan dalam terapi CTS karena efeks sampingnya yang
kurang baik. Penggunaan obat anti-inflamasi non-steroid dapat memperparah gejala
asma pada pasien yang memiliki riwayat asma, penggunaan steroid berupa prednisone
adalah pilihan paling aman bagi pasien asma yang mengalami CTS. Komplikasi yang
paling sering muncul berhubungan dengan pemakaian jangka lama obat anti-inflamasi
adalah iritasi dan perdarahan saluran cerna. Beberapa jenis obat anti-inflamasi juga
memiliki kontraindikasi terhadap beberapa jenis penyakit jantung. Penggunaan obat anti-
inflamasi secara kronik, nyeri jangka lama sebaiknya dipantau oleh dokter secara
saksama.
Pengobatan yang lebih agresif untuk terapi CTS adalah injeksi kortison untuk
mengurangi pembengkakan dan tekanan pada persarafan dalam canalis carpi.
Methylcobalamine (vit.B12) dapat memberikan manfaat yang cukup baik pada beberapa
kasus CTS.
Pembedahan Carpal Tunnel Syndrome
Ini adalah salah satu contoh hasil pembedahan carpal tunnel syndrome. Dua
teknik yang berbeda digunakan di dalamnya. Luka pada tangan kiri adalah bekas
pembedahan 6 minggu yang lalu, sedangkan luka pada tangan kanan adalah bekas
pembedahan 2 minggu yang lalu. Dapat dilihat adanya atrofi otot thenar eminensia di
tangan kiri yang merupakan tanda kronik CTS.
Salah satu gambar metode pembedahan pada carpal tunnel syndrome. Dapat
dilihat teknik pembukaan ligamentum carpi transversum yang juga dikenal dengan
sebutan pembedahan “pembebasan canalis carpi”. Pembedahan ini sangat
direkomendasikan bagi pasien yang telah mengalami secara konstan dan static mati rasa,
kelemahan otot tangan, atau atrofi, dan penggunaan splint di malam hari sudah tidak bisa
lagi mengontrol gejala – gejala intermiten CTS. Secara umum, pada kasus – kasus
dengan derajat sedang dapat dikontrol gejalanya dengan baik dalam hitungan bulan dan
tahun, namun untuk kasus – kasus dengan derajat berat secara simptomatis sulit
dikurangi ataupun dihilangkan sehingga terapi pembedahan adalah metode pengobatan
terbaik.
Terapi Sinar
Terapi sinar radiasi secara ultrasonik terhadap pergelangan tangan pasien CTS
memberikan perbaikan yang cukup signifikan. Satu program terapi sinar terdiri atas 20
sesi dengan masing – masing sesi selama 15 menit dengan pemaparan ultrasonik pada
area canalis carpi dengan frekuensi 1 MHz dan kekuatan 1.0 W/cm2.
Fisioterapi dan Terapi Okupasi
Beragam terapi yang dilakukan oleh penderita carpal tunnels syndrome seperti
pemasangan splint, terapi sinar ultrasonik, gerakan peregangan saraf, mobilisasi tulang
carpal, terapi magnetik dan yoga memberikan keuntungan berupa perbaikan yang cukup
signifikan. Disamping itu, ada juga pengobatan secara fisioterapi atau teknik terapi
okupasi untuk carpal tunnel syndrome. Terapi ini berorientasi secara primer untuk nyeri
karena aktivitas non-spesifik dan kurang memberikan hasil yang baik pada gejala mati
rasa karena CTS.
Terapi okupasi memberikan penyaranan ergonomik untuk mencegah gejala yang
semakin parah. Terapi okupasi memfasilitasi fungsi tangan melalui terapi adaptif
tradisional.
Segala bentuk penekanan paksa dan penggunaan berulang tangan dan
pergelangan tangan dapat menimbulkan nyeri pada anggota ekstremitas superior. Dengan
istirahat yang sesering mungkin dapat berguna jika jadwal kerja dapat dikurangi
kepadatannya. Sebuah hasil penelitian baru – baru ini menunjukkan dengan istirahat
singkat beberapa kali saat aktivitas yang cukup menegangkan memberikan hasil yang
lebih baik dibandingkan dengan istirahat dalam waktu yang lama. Beragam jenis
perangkat aksesoris komputer yang dapat digunakan untuk menopang tangan dari
kelelahan karena aktivitas berlebihan.
Olahraga dengan gerakan merelaksasi dan meregangkan otot – otot lengan dan
tangan dapat mengurangi resiko trauma ganda pada N. Medianus.
Massase atau pemijatan merupakan salah satu metode terapi yang sering
digunakan untuk mengobati gejala CTS. Perengangan dan pelepasan myofascial dapat
menghilangkan rasa nyeri, mati rasa, kesemutan dan nyeri terbakar dalam beberapa
menit.
Penyembuhan Jangka Lama
Kebanyakan orang mendapatkan penyembuhan dan perbaikan akibat gejala CTS
melalui terapi konservatif atau pembedahan dengan resiko kerusakan saraf seminimal
mungkin. Carpal tunnel syndrome kronik jangka lama, biasanya ditemukan pada orang –
orang lanjut usia, dapat menyebabkan kerusakan saraf permanen dengan gejala mati rasa
ireversibel, adanya muscle wasting dan kelemahan otot akibat atrofi otot – otot thenar.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingkat keparahan carpal tunnel
syndrome, yakni faktor mental yang labil dan pengguna minuman alkohol akan
menyebabkan carpal tunnel syndrome yang diderita semakin parah.
Banyak penderita carpal tunnel syndrome ringan dengan mengubah perilaku
penggunaan tangan saat bekerja dan perbaikan postur serta melakukan terapi konservatif
dengan baik dan rutin, melalui pengobatan tanpa pembedahan dapat memulihkan kondisi
kembali tanpa adanya lagi mati rasa ataupun rasa nyeri, dan tidak ada lagi gangguan saat
tidur. Beberapa orang menemukan perbaikan terhadap gejala CTS dengan merubah pola
pekerjaan dengan penggunaan tangan dan pergelangan tangan secara berulang, yakni
waktu aktivitas dan waktu istirahat disinkronkan. Pada beberapa orang juga menerapkan
pola pengerjaan berdasarkan prioritas sehingga mereka pun bisa menghindari aktivitas
penggunaan tangan berlebihan sehingga rasa nyeri bisa diminimalisir.
Kekambuhan carpal tunnel syndrome setelah pembedahan jarang terjadi. Jika
seseorang mengeluhkan gejala nyeri pada tangan setelah pembedahan, gejala tersebut
bukan karena carpal tunnel syndrome. Ada kemungkinan diagnosis carpal tunnel
syndrome yang tidak tepat pada pasien tersebut serta setelah pembedahan usai tidak ada
pengurangan gejala yang berarti bagi pasien.2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Maurice Victor, Allan H. Ropper.“Diseases of Spinal Cord, Peripheral
Nerve, and Muscle”.Adams and Victor’s Principles of Neurology.7th ed.
New York: McGraw-Hill Companies, 2001: 1433 – 1434.
2. NN. 2009. “Carpal Tunnel Syndrome”.
http://en.wikipedia.org/wiki/Carpal_tunnel_syndrome. Diakses tanggal 24
September 2010.
3. Lewis P. Rowland, M.D. “Systemic Diseases and General Medicine”.
Merritt’s Neurology. 11th ed. Philadelphia : Lippincott Williams &
Wilkins, 2005 : 1116.