iman - referat - cts

31
I. PENDAHULUAN Sindroma Terowongan Karpal adalah entrapment neuropathy yang paling sering terjadi. Sindroma ini terjadi akibat adanya tekanan terhadap nervus medianus pada saat melalui terowongan karpal di pergelangan tangan. Beberapa penyebabnya telah diketahui seperti trauma, infeksi, gangguan endokrin dan lain-lain, tetapi sebagian tetap tidak diketahui penyebabnya. Penggunaan tangan/pergelangan tangan yang berlebihan dan repetitif diduga berhubungan dengan terjadinya sindroma ini. Gejala awal umumnya berupa gangguan sensorik (nyeri, rasa tebal, parestesia dan tingling). Gejala motorik hanya dijumpai pada stadium lanjut. Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala klinis didukung pemeriksaan elektrodiagnostik, radiologis dan laboratoris. Penatalaksanaanya dibagi atas tindakan konservatif seperti istirahat, pemasangan bidai dan injeksi steroid serta tindakan operatif. Prognosa umumnya baik walaupun kekambuhan masih tetap mungkin terjadi. 1 Sindrom terowongan karpal (carpal tunnel syndrome) merupakan salah satu jenis cumulative trauma disorders (CTD) yang disebabkan karena terjebaknya saraf medianus dalam terowongan karpal pada pergelangan tangan, yang ditandai oleh gejala rasa kesemutan, nyeri, kebas pada Suhardimansyah| K1A1 09 003 Fakultas Kedokteran UNHALU 1

Upload: iman-syah

Post on 03-Jan-2016

141 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

CTS

TRANSCRIPT

Page 1: Iman - Referat - Cts

I. PENDAHULUAN

Sindroma Terowongan Karpal adalah entrapment neuropathy yang paling

sering terjadi. Sindroma ini terjadi akibat adanya tekanan terhadap nervus

medianus pada saat melalui terowongan karpal di pergelangan tangan. Beberapa

penyebabnya telah diketahui seperti trauma, infeksi, gangguan endokrin dan lain-

lain, tetapi sebagian tetap tidak diketahui penyebabnya. Penggunaan

tangan/pergelangan tangan yang berlebihan dan repetitif diduga berhubungan

dengan terjadinya sindroma ini. Gejala awal umumnya berupa gangguan sensorik

(nyeri, rasa tebal, parestesia dan tingling). Gejala motorik hanya dijumpai pada

stadium lanjut. Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala klinis didukung

pemeriksaan elektrodiagnostik, radiologis dan laboratoris. Penatalaksanaanya

dibagi atas tindakan konservatif seperti istirahat, pemasangan bidai dan injeksi

steroid serta tindakan operatif. Prognosa umumnya baik walaupun kekambuhan

masih tetap mungkin terjadi.1

Sindrom terowongan karpal (carpal tunnel syndrome) merupakan salah

satu jenis cumulative trauma disorders (CTD) yang disebabkan karena terjebaknya

saraf medianus dalam terowongan karpal pada pergelangan tangan, yang ditandai

oleh gejala rasa kesemutan, nyeri, kebas pada jari-jari dan tangan di daerah

persarafan saraf medianus. National Health Interview Study (NHIS)

memperkirakan prevalensi sindrom terowongan karpal (STK) yang dilaporkan

sendiri di populasi dewasa besarnya1,55%.(1) Sebagai salah satu dari 3 jenis

penyakit tersering di dalam golongan CTD pada ekstremitas atas, prevalensi STK

besarnya 40%, tendosinovitis yang terdiri dari trigger finger sebesar 32% dan De

Quervan’s syndrome 12%, sedangkan epicondilitis sebesar 20%.(2) Mahoney

(1995) melaporkan bahwa lebih 50% dari seluruh penyakit akibat kerja di USA

adalah CTD, dimana salah satunya adalah STK.2

| K1A1 09 003 Fakultas Kedokteran UNHALU 1

Page 2: Iman - Referat - Cts

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Defenisi

Sindroma Terowongan Karpal (STK) adalah neuropati akibat jebakan

saraf medianus yang disebabkan oleh penekanan saraf medianus saat melalui

terowongan karpal dengan gejala berupa parestesia, rasa tebal serta nyeri pada

daerah yang dipersarafi saraf medianus dan pada tahap lanjut akan mengakibatkan

kelemahan otot thenar.3

Terowongan karpal terdapat di bagian sentral dari pergelangan tangan di

mana tulang dan ligamentum membentuk suatu terowongan sempit yang dilalui

oleh beberapa tendon dan nervus medianus. Tulang-tulang karpalia membentuk

dasar dan sisi-sisi terowongan yang keras dan kaku sedangkan atapnya dibentuk

oleh fleksor retinakulum (transverse carpal ligament dan palmar carpal ligament)

yang kuat dan melengkung di atas tulang-tulang karpalia tersebut. Setiap

perubahan yang mempersempit terowongan ini akan menyebabkan tekanan pada

struktur yang paling rentan di dalamnya yaitu nervus medianus.1

B. Anatomi

Tulang pergelangan tangan memiliki kontur yang cekung pada permukaan

fleksor dan ditutupi oleh fleksor retinakulum. Tulang pergelangan tangan

membentuk lantai dan dinding dari terowongan karpal, dengan fleksor

retinakulum yang keras sebagai atapnya. Fleksor retinakulum, atau ligamen karpal

transversal, melekat pada tuberkulum dari tulang skafoid, daerah punggung

trapesium, dan ulnaris dari hamatum dan pisiformis. Panjang fleksor dari jari-jari

dan jempol melewati terowongan karpal. Nervus medianus duduk jauh di bawah

fleksor retinakulum. Fleksor retinakulum menjadi dangkal ke fleksor otot

digitorum superficialis perut hanya sekitar 5 cm proksimal pada ligamentum

karpal transversal. 4

| K1A1 09 003 Fakultas Kedokteran UNHALU 2

Page 3: Iman - Referat - Cts

Gambar 1. Anatomi Carpal Tunnel4

Nervus medianus terdiri dari serat sensorik 94% dan hanya 6% serabut

motorik pada permukaan terowongan karpal. Namun, cabang motorik menyajikan

banyak variasi anatomi, yang menciptakan variabilitas yang besar patologi dalam

kasus CTS.4

C. Etiologi

Pada sebagian kasus etiologinya tidak diketahui, terutama pada penderita

lanjut usia. Beberapa penulis menghubungkan gerakan yang berulang-ulang pada

pergelangan tangan dengan bertambahnya resiko menderita gangguan pada

pergelangan tangan termasuk STK.1

Penekanan pada saraf medianus dapat disebabkan oleh semua proses yang

mencapai saluran karpal. Tenosinovitis lokal pada tendo fleksor jari tangan sering

merupakan penyebab sindroma saluran karpal, terutama pada perempuan berusia

pertengahan. Edema prahaid atau selama kehamilan juga dapat menimbulkan

gejala ini. Gejala dapat dicetuskan oleh aktivitas yang memerlukan fleksi, pronasi,

dan supinasi berulang pergelangan tangan, seperti menyulam, mengemudi,

menjalankan komputer dan register kassa, dan bermain squash atau golf.5

Pada kasus yang lain etiologinya adalah :

Herediter: neuropati herediter yang cenderung menjadi pressure palsy,

misalnya HMSN ( hereditary motor and sensory neuropathies) tipe III.

| K1A1 09 003 Fakultas Kedokteran UNHALU 3

Page 4: Iman - Referat - Cts

Trauma: dislokasi, fraktur atau hematom pada lengan bawah, pergelangan

tangan dan tangan .Sprain pergelangan tangan. Trauma langsung terhadap

pergelangan tangan. Pekerjaan : gerakan mengetuk atau fleksi dan ekstensi

pergelangan tangan yang berulang-ulang.

Infeksi: tenosinovitis, tuberkulosis, sarkoidosis.

Metabolik: amiloidosis, gout.

Endokrin : akromegali, terapi estrogen atau androgen, diabetes mellitus,

hipotiroidi, kehamilan.

Neoplasma: kista ganglion, lipoma, infiltrasi metastase, mieloma.

Penyakit kolagen vaskular : artritis reumatoid, polimialgia reumatika,

skleroderma, lupus eritematosus sistemik.

Degeneratif: osteoartritis.

Iatrogenik : punksi arteri radialis, pemasangan shunt vaskular untuk

dialisis, hematoma, komplikasi dari terapi anti koagulan.2

D. Epidemiologi

Penyakit ini biasanya timbul pada usia pertengahan. Wanita lebih banyak

menderita penyakit ini daripada pria. Umumnya pada keadaan awal bersifat

unilateral tetapi kemudian bisa juga bilateral. Biasanya lebih berat pada tangan

yang dominan. Pada beberapa keadaan tertentu, misalnya pada kehamilan,

prevalensinya sedikit bertambah.1

Prevalens STK pada populasi umum adalah sekitar 1%. Predominan pada

wanita, dengan rasio pria berbanding wanita sebesar 1:3-5. Rentang usia tertinggi

antara 40-60 tahun, puncak prevalens pada usia 55 tahun, jarang terjadi sebelum

usia 20 tahun dan di atas usia 80 tahun. Sekitar 50% biasanya bilateral, bila

unilateral maka yang sering terkena adalah sisi yang dominan.6

Di Indonesia prevalensi CTS karena faktor pekerjaan masih belum

diketahui dengan pasti.1 Prevalensi STK bervariasi. Di Mayo Clinic, pada tahun

1976-1980 insidensnya 173 per 100.000 pasien wanita/tahun dan 68 per 100.000

pasien pria/tahun. Di Maastricht, Belanda, 16% wanita dan 8 % pria dilaporkan

terbangun dari tidurnya akibat parestesi jari-jari. 45% wanita dan 8% pria yang

mengalami gejala ini terbukti menderita STK setelah dikonfirmasi dengan

| K1A1 09 003 Fakultas Kedokteran UNHALU 4

Page 5: Iman - Referat - Cts

pemeriksaan elektrodiagnostik 1°. Pada populasi Rochester, Minnesota,

ditemukan rata-rata 99 kasus per 100.000 penduduk per tahun. Sedangkan Hudson

dkk menemukan bahwa 62% entrapment neuropathy adalah STK.1

E. Patofisiologi

1) Gerakan berulang dengan kontraksi sangat kuat. Gerakan berulang apalagi

dilakukan sangat kuat menimbulkan pembengkakan sarung tendon menimbulkan

tekanan pada tendon pergelangan tangan. Kegagalan memulihkan tekanan

menyebabkan peradangan sebagai reaksi jaringan terhadap cedera. Peradangan

meliputi tendon, sarung tendon, perlekatan tendon pada sendi dan bursae yang

disebut tendosynovitis. Selain itu gerakan tersebut meregangkan dan

memanjangkan tendon, menekan mikrostruktur dan merobek amat halus, serat

tendon dapat tergelincir dari perlekatannya. Tekanan di dalam tunnel meningkat;

n. medianus lebih tertekan, lalu menjadi iskemik.

2) Tekanan mekanik pada tendon akibat kontraksi muskulus yang kuat, sering

akibat penggunaan perkakas tangan yang keras bertepi tajam, atau karena

pegangan perkakas pendek. Makin kuat perkakas digunakan akan makin kuat pula

dipegangnya, yang menyebabkan tekanan mekanik makin besa menekan jaringan

lunak palmar tangan yang akhirnya menekan ramus superficialis n. medianus.

3) Sikap kerja kaku dan aneh

Menimbulkan tekanan mekanik muskuler, menyebabkan kontraksi muskuler dosis

rendah (low level) berkepanjangan, meningkatkan tekanan intramuskuler, dapat

menghambat aliran darah ke dalam sel muskuler. Hal ini memicu nyeri lokal

kronik.

4) Getaran lokal berfrekuensi bebas menjalar ke pergelangan tangan dari perkakas

keras seperti gerinda, chainsaw, pneumatic hammer, vibrator (sering dipakai

membongkar-perbaikan jalan). Getaran ini merangsang kontraksi tendon,

mengurangi kelenturan, mencederai saraf perifer, menyebabkan mati rasa jari-jari

atau mengurangi sensasi tangan sebagai akibat konstriksi vaskuler atau

vasospasme mikrosirkulasi ke saraf perifer. Cedera mikroskopik, mikrosikulasi,

| K1A1 09 003 Fakultas Kedokteran UNHALU 5

Page 6: Iman - Referat - Cts

arteriosklerosis lokal menyebabkan pembengkakan lokal berisi cairan dan fibrin

yang menekan n. medianus.

5) Sarung tangan karet sempit akan menekan jaringan lunak pergelangan tangan.8

Gambar 2. Skema patofisiologi CTS8

F. Gejala Klinik

Pada kerusakan nervus medianus, terjadi kelumpuhan otot-otot fleksor,

pronator lengan bawah dan tangan, dan otot tenar. Akibatnya, pronasi lengan

bawah melemah, begitu pula fleksi, abduksi tangan. Letak jempol menjadi

sebidang dengan jejari lainnya hingga tangan menyerupai tangan kera. Fleksi dan

oposisi jempol tidak mungkin; kekuatan menggenggam, terutama jempol dan

telunjuk melemah. Sensibilitas kulit palma manus dan sisi palma kulit jejari dari

jempol hingga separuh radial jari manis berkurang. Keadaan seperti ini dapat

dijumpai pada sindrom terowongan karpal di mana nervus medianus tertekan ke

bawah ligamentum transversale pada pergelangan tangan.3

Pada tahap awal gejala umumnya berupa gangguan sensorik saja. Diawali

dengan gangguan sensasi rasa, seperti parestesia, mati rasa (numbness), sensasi

rasa geli (tingling) pada ibu jari, telunjuk dan jari tengah (persarafan n. medianus).

Timbul nyeri pada jari-jari tersebut, dapat terjadi nyeri pada tangan dan telapak

tangan. Mati rasa dan sensasi geli makin menjadi pada saat mengetuk, memeras,

| K1A1 09 003 Fakultas Kedokteran UNHALU 6

Page 7: Iman - Referat - Cts

menggerakkan pergelangan tangan. Nyeri bertambah hebat pada malam hari

sehingga terbangun dari tidur malam (nocturnal pain). Kadang pula pergelangan

tangan serasa diikat ketat (tightness) dan kaku gerak (clumsiness). Selanjutnya

kekuatan tangan menurun, kaku dan terjadi atrofi thenar.8

Dapat pula dijumpai pembengkakan dan kekakuan pada jari-jari, tangan

dan pergelangan tangan terutama di pagi hari. Gejala ini akan berkurang setelah

penderita mulai mempergunakan tangannya. Hipesetesia dapat dijumpai pada

daerah yang impuls sensoriknya diinervasi oleh nervus medianus.8

Pada tahap yang lebih lanjut penderita mengeluh jari-jarinya menjadi

kurang trampil misalnya saat menyulam atau memungut benda-benda kecil.

Kelemahan pada tangan juga dapat dijumpai, sering dinyatakan dengan keluhan

adanya kesulitan yang dialami penderita sewaktu mencoba memutar tutup botol

atau menggenggam. Pada penderita STK pada tahap lanjut dapat dijumpai atrofi

otot-otot thenar dan otot-otot lainnya yang diinnervasi oleh nervus melanus.1

Gejala klinis CTS menurut Grafton (2009) adalah sebagai berikut:

1. Mati rasa, rasa terbakar, atau kesemutan di jari-jari dan telapak tangan.

2. Nyeri di telapak, pergelangan tangan, atau lengan bawah, khususnya

3. selama penggunaan.

4. Penurunan cengkeraman kekuatan.

5. Kelemahan dalam ibu jari

6. Sensasi jari bengkak, ( ada atau tidak terlihat bengkak)

7. Kesulitan membedakan antara panas dan dingin.1

G. Diagnosis

Gangguan sensorik pada ibu jari (I), jari II, III. dan separuh jari IV. Bila

curiga adanya gangguan saraf medianus, pikirkan ibu jari dan jari otot tenar.9

Diagnosa STK ditegakkan selain berdasarkan gejala-gejala di atas juga

didukung oleh beberapa pemeriksaan yaitu :

1. Pemeriksaan fisik

Harus dilakukan pemeriksaan menyeluruh pada penderita dengan

perhatian khusus pada fungsi, motorik, sensorik dan otonom tangan. Beberapa

| K1A1 09 003 Fakultas Kedokteran UNHALU 7

Page 8: Iman - Referat - Cts

pemeriksaan dan tes provokasi yang dapat membantu menegakkan diagnosa STK

adalah :

a. Flick's sign. Penderita diminta mengibas-ibaskan tangan atau menggerak-

gerakkan jari-jarinya. Bila keluhan berkurang atau menghilang akan

menyokong diagnosa STK. Harus diingat bahwa tanda ini juga dapat

dijumpai pada penyakit Raynaud.

b. Thenar wasting. Pada inspeksi dan palpasi dapat ditemukan adanya atrofi

otot-otot thenar.

c. Menilai kekuatan dan ketrampilan serta kekuatan otot secara manual

maupun dengan alat dinamometer. Penderita diminta untuk melakukan

abduksi maksimal palmar lalu ujung jari dipertemukan dengan ujung jari

lainnya. Di nilai juga kekuatan jepitan pada ujung jari-jari tersebut.

Ketrampilan/ketepatan dinilai dengan meminta penderita melakukan

gerakan yang rumit seperti menulis atau menyulam.

d. Wrist extension test. Penderita melakukan ekstensi tangan secara

maksimal, sebaiknya dilakukan serentak pada kedua tangan sehingga dapat

dibandingkan. Bila dalam 60 detik timbul gejala-gejala seperti STK, maka

tes ini menyokong diagnosa STK.

e. Phalen's test. Penderita melakukan fleksi tangan secara maksimal. Bila

dalam waktu 60 detik timbul gejala seperti STK, tes ini menyokong

diagnosa. Beberapa penulis berpendapat bahwa tes ini sangat sensitif

untuk menegakkan diagnosa STK.

| K1A1 09 003 Fakultas Kedokteran UNHALU 8

Page 9: Iman - Referat - Cts

Gambar 3. Tes Phallen1

f. Torniquet test. Dilakukan pemasangan tomiquet dengan menggunakan

tensimeter di atas siku dengan tekanan sedikit di atas tekanan sistolik. Bila

dalam 1 menit timbul gejala seperti STK, tes ini menyokong diagnosa.

g. Tinel's sign. Tanda Tinnel, yaitu sensasi nyeri pada jari-jari yang

diinduksi oleh ketukan saraf medianus pada tingkat pergelangan tangan

bagian palmar, hasilnya mungkin positif, tetapi spesifisitasnya hanya 54%

dan sensitivitasnya 50%.10 Tes ini mendukung diagnosa bila timbul

parestesia atau nyeri pada daerah distribusi nervus medianus kalau

dilakukan perkusi pada terowongan karpal dengan posisi tangan sedikit

dorsofleksi.

Gambar 4. Tes Tinnel1

h. Pressure test. Nervus medianus ditekan di terowongan karpal dengan

menggunakan ibu jari. Bila dalam waktu kurang dari 120 detik timbul

gejala seperti STK, tes ini menyokong diagnosa.

i. Luthy's sign (bottle's sign). Penderita diminta melingkarkan ibu jari dan

jari telunjuknya pada botol atau gelas. Bila kulit tangan penderita tidak

dapat menyentuh dindingnya dengan rapat, tes dinyatakan positif dan

mendukung diagnosa.

| K1A1 09 003 Fakultas Kedokteran UNHALU 9

Page 10: Iman - Referat - Cts

j. Pemeriksaan sensibilitas. Bila penderita tidak dapat membedakan dua

titik (two-point discrimination) pada jarak lebih dari 6 mm di daerah

nervus medianus, tes dianggap positif dan menyokong diagnosa.

k. Pemeriksaan fungsi otonom. Diperhatikan apakah ada perbedaan

keringat, kulit yang kering atau licin yang terbatas pada daerah innervasi

nervus medianus. Bila ada akan mendukung diagnosa STK.

2. Pemeriksaan neurofisiologi (elektrodiagnostik)

a. Pemeriksaan EMG dapat menunjukkan adanya fibrilasi, polifasik,

gelombang positif dan berkurangnya jumlah motor unit pada otot-otot

thenar. Pada beberapa kasus tidak dijumpai kelainan pada otot-otot

lumbrikal. EMG bisa normal pada 31 % kasus STK.

b. Kecepatan Hantar Saraf(KHS). Pada 15-25% kasus, KHS bisa normal.

Pada yang lainnya KHS akan menurun dan masa laten distal (distal

latency) memanjang, menunjukkan adanya gangguan pada konduksi safar

di pergelangan tangan. Masa laten sensorik lebih sensitif dari masa laten

motorik.

3. Pemeriksaan radiologis

Pemeriksaan sinar X terhadap pergelangan tangan dapat membantu

melihat apakah ada penyebab lain seperti fraktur atau artritis. Foto palos leher

berguna untuk menyingkirkan adanya penyakit lain pada vertebra. USG, CT scan

dan MRI dilakukan pada kasus yang selektif terutama yang akan dioperasi.

4. Pemeriksaan laboratorium

Bila etiologi STK belum jelas, misalnya pada penderita usia muda tanpa

adanya gerakan tangan yang repetitif, dapat dilakukan beberapa pemeriksaan

seperti kadar gula darah , kadar hormon tiroid ataupun darah lengkap.1

Institute of Occupational Safety and Health (NIOSH), yaitu (1) Gejala

sugestif: parestesia, hipoestesia, nyeri atau rasa tebal yang mengenai paling tidak

sebagian dari distribusi saraf medianus pada tangan; (2) Ditemukan satu/lebih

hasil pemeriksaan tanda Tinel, tanda Phalen atau penurunan/hilangnya sensasi

terhadap pin prick pada distribusi saraf medianus di tangan, atau pada hasil

| K1A1 09 003 Fakultas Kedokteran UNHALU 10

Page 11: Iman - Referat - Cts

elektrodiagnostik didapatkan disfungsi saraf medianus saat melalui terowongan

karpal; dan (3) Adanya bukti hubungan akibat kerja. Elektrodiagnostik berguna

untuk konfirmasi diagnosis pada penderita yang dicurigai menderita STK dan

untuk menyingkirkan neuropati lainnya.6

Menurut Phalen (1966), pasien dinyatakan menderita STK bila memiliki

satu atau lebih dari 3 pemeriksaan fisik yaitu: gangguan sensibilitas (parestesi,

hipestesi) sesuai distribusi saraf medianus, tanda Tinel positif dan tes Phalen

positif.10 Gejala lainnya seperti atrofi thenar dan kelemahan muncul sebagai

keluhan terakhir dalam perjalanan penyakit STK.6

H. DIAGNOSA BANDING

1. Cervical radiculopathy. Biasanya keluhannya berkurang hila leher

diistirahatkan dan bertambah hila leher bergerak. Oistribusi gangguan sensorik

sesuai dermatomnya.

2. lnoracic outlet syndrome. Dijumpai atrofi otot-otot tangan lainnya selain otot-

otot thenar. Gangguan sensorik dijumpai pada sisi ulnaris dari tangan dan

lengan bawah.

3. Pronator teres syndrome. Keluhannya lebih menonjol pada rasa nyeri di

telapak tangan daripada STK karena cabang nervus medianus ke kulit telapak

tangan tidak melalui terowongan karpal.

4. de Quervain's syndrome. Tenosinovitis dari tendon muskulus abduktor pollicis

longus dan ekstensor pollicis brevis, biasanya akibat gerakan tangan yang

repetitif. Gejalanya adalah rasa nyeri dan nyeri tekan pada pergelangan tangan

di dekat ibu jari. KHS normal. Finkelstein's test : palpasi otot abduktor ibu jari

pada saat abduksi pasif ibu jari, positif bila nyeri bertambah.10

I. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan STK dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu terapi

operatif dan non-operatif. Terapi operatif biasanya diberikan pada penderita STK

berat dengan gejala yang terus menerus, gangguan sensorik berat, dan/atau

kelemahan motorik thenar. Terapi nonoperatif diberikan pada penderita STK

| K1A1 09 003 Fakultas Kedokteran UNHALU 11

Page 12: Iman - Referat - Cts

ringan sampai sedang dengan gejala yang intermiten. Terapi nonoperatif dapat

berupa penggunaan splint, terapi latihan (exercises), terapi ultrasound, modifikasi

aktivitas, obat-obatan oral dan vitamin. Penelitian dilakukan untuk mengetahui

karakteristik penderita, manifestasi klinis dan program rehabilitasi medik yang

diberikan pada kasus STK baru di Poliklinik Instalasi Rehabilitasi Medik RS Dr.

Kariadi Semarang.6

a. Terapi Non-Operatif

1. Program Rehabilitasi

a) Terapi Fisik

Terapi fisik dapat membantu dengann melakukan latihan khusus untuk

membuat pergelangan tangan dan tangan lebih kuat. Ada juga berbagai jenis

pengobatan yang dapat membuat terowongan karpal sindrom lebih baik dan

membantu meringankan gejala. Pijat, yoga, ultrasound, chiropractic

manipulation, dan akupunktur hanya beberapa pilihan seperti yang telah

ditemukan cukup membantu.4 Penggunaan modalitas (dalam terapi ultrasound

tertentu) dapat memberikan bantuan jangka pendek pada beberapa pasien. Selain

itu, yoga dan teknik mobilisasi tulang karpal memiliki beberapa bukti yang lemah

untuk mengurangi gejala dalam jangka pendek. Bersepeda stasioner, bersepeda,

atau olahraga lain apapun yang menempatkan ketegangan pada pergelangan

tangan mungkin harus dihindari.7

b) Terapi Okupasi

Bebat pergelangan tangan dengan pergelangan tangan dalam ekstensi

netral atau sedikit (untuk dikenakan pada malam hari selama minimal 3-4

minggu) memiliki beberapa bukti untuk keberhasilannya. Tentu saja, memerlukan

biaya rendah dan memiliki risiko efek samping yang sangat rendah dan karena itu

dapat dianggap sebagai terapi awal. Tidak ada bukti menunjukkan bahwa

peregangan / penguatan program khusus untuk tangan dan pergelangan tangan

berguna untuk mengobati sindrom carpal tunnel. Pijat dan / atau teknik nerve-

glide tidak terbukti bermanfaat. Penilaian ergonomis tempat kerja, peralatan, dan /

atau posisi ergonomis tampaknya tidak memberikan manfaat apapun.7

| K1A1 09 003 Fakultas Kedokteran UNHALU 12

Page 13: Iman - Referat - Cts

2. Pengobatan konservatif

Kebanyakan individu dengan sindrom terowongan karpal ringan sampai

sedang (CTS, menurut data elektropsikologi) berespon terhadap pemberian

manajemen konservatif, biasanya terdiri dari belat pergelangan tangan pada

malam hari selama minimal 3 minggu.

Injeksi steroid ke dalam terowongan karpal telah terbukti memberikan

manfaat jangka panjang dan bisa dicoba jika pengobatan konservatif gagal.

Suntikan juga mungkin bermanfaat sebelum manajemen bedah atau dalam kasus-

kasus di mana operasi secara relatif kontraindikasi (misalnya, karena kehamilan).

Pengukuran melalui ultrasound pada saraf medianus dapat membantu

memprediksi respon terhadap injeksi steroid.

Obat anti-inflammatory drugs (NSAID) dan atau diuretik mungkin

bermanfaat dalam populasi tertentu (misalnya pasien dengan retensi cairan atau

dengan fleksor tendinitis pergelangan tangan). Suplemen vitamin B-6 atau B-12

dari tidak terbukti bermanfaat. 7

Vitamin B6 (piridoksin). Beberapa penulis berpendapat bahwa salah satu

penyebab CTS adalah defisiensi piridoksin sehingga mereka menganjurkan

pemberian piridoksin 100-300 mg/hari selama 3 bulan. Tetapi beberapa penulis

lainnya berpendapat bahwa pemberian piridoksin tidak bermanfaat bahkan dapat

menimbulkan neuropati bila diberikan dalam dosis besar.11

Kurangnya latihan aerobik (bersama dengan peningkatan BMI) tampaknya

menjadi faktor risiko untuk pengembangan CTS dan harus ditangani.11

b. Terapi Operatif

Pasien yang kondisinya tidak membaik setelah pengobatan konservatif dan

pasien yang dari awal berada dalam kategori carpal tunnel syndrome (CTS) yang

berat (yang ditetapkan oleh pengujian elektropsikologi) harus dipertimbangkan

untuk operasi.7

| K1A1 09 003 Fakultas Kedokteran UNHALU 13

Page 14: Iman - Referat - Cts

Gambar 5. Pembedahan ligamentum transversalis12

Pembedahan ligamentum transversalis memberikan tingkat keberhasilan

awal yang tinggi (lebih dari 90%), dengan tingkat komplikasi yang rendah,

namun, dikatakan bahwa tingkat keberhasilan jangka panjang mungkin jauh lebih

rendah daripada yang diperkirakan sebelumnya (sekitar 60% sampai 5 tahun).

Tingkat keberhasilan juga jauh lebih rendah untuk individu dengan hasil

elektrofisiologik normal.7

Operasi hanya dilakukan pada kasus yang tidak mengalami perbaikan

dengan terapi konservatif atau bila terjadi gangguan sensorik yang berat atau

adanya atrofi otot-otot thenar. Pada CTS bilateral biasanya operasi pertama

dilakukan pada tangan yang paling nyeri walaupun dapat sekaligus dilakukan

operasi bilateral. Penulis lain menyatakan bahwa tindakan operasi mutlak

dilakukan bila terapi konservatif gagal atau bila ada atrofi otot-otot thenar,

sedangkan indikasi relatif tindakan operasi adalah hilangnya sensibilitas yang

persisten.11

Biasanya tindakan operasi CTS dilakukan secara terbuka dengan anestesi

lokal, tetapi sekarang telah dikembangkan teknik operasi secara endoskopik.

Operasi endoskopik memungkinkan mobilisasi penderita secara dini dengan

jaringan parut yang minimal, tetapi karena terbatasnya lapangan operasi tindakan

ini lebih sering menimbulkan komplikasi operasi seperti cedera pada saraf.

Beberapa penyebab CTS seperti adanya massa atau anomaly maupun tenosinovitis

pada terowongan karpal lebih baik dioperasi secara terbuka.11

| K1A1 09 003 Fakultas Kedokteran UNHALU 14

Page 15: Iman - Referat - Cts

Pengobatan Lainnya

Teknik dan perangkat untuk meregangkan atau memanipulasi terowongan karpal

cukup menjanjikan tapi masih tidak diterima secara luas.7

J. Komplikasi

Carpal tunnel syndrome dapat terus meningkatkan kerusakan saraf

median, sehingga menyebabkan kerusakan permanen dan cacat. Beberapa

individu dapat berkembang menjadi kronis dan nyeri pada pergelangan tangan

(dengan atau tanpa distrofi refleks simpatis).7

Komplikasi yang dapat dijumpai adalah kelemahan dan hilangnya

sensibilitas yang persisten di daerah distribusi nervus medianus. Komplikasi yang

paling berat adalah reflek sympathetic dystrophy yang ditandai dengan nyeri

hebat, hiperalgesia, disestesia dan ganggaun trofik. Sekalipun prognosa STK

dengan terapi konservatif maupun operatif cukup baik ,tetapi resiko untuk

kambuh kembali masih tetap ada. Bila terjadi kekambuhan, prosedur terapi baik

konservatif atau operatif dapat diulangi kembali.1

K. Prognosis

Pada kasus STK ringan, dengan terapi konservatif pacta umumnya

prognosa baik. Secara umum prognosa operasi juga baik, tetapi karena operasi

hanya melakukan pada penderita yang sudah lama menderita STK penyembuhan

post ratifnya bertahap. Perbaikan yang paling cepat dirasakan adalah hilangnya

rasa nyeri yang kemudian diikuti perbaikan sensorik. Biasanya perbaikan motorik

dan otot- otot yang mengalami atrofi baru diperoleh kemudian. Keseluruhan

proses perbaikan STK setelah operasi ada yang sampai memakan waktu 18

bulan.11

Bila setelah dilakukan tindakan operasi, tidak juga diperoleh perbaikan

maka dipertimbangkan kembali kemungkinan berikut ini:

1. Kesalahan menegakkan diagnosa, mungkin jebakan/tekanan terhadap

nervus medianus terletak di tempat yang lebih proksimal.

2. Telah terjadi kerusakan total pada nervus medianus.

| K1A1 09 003 Fakultas Kedokteran UNHALU 15

Page 16: Iman - Referat - Cts

3. Terjadi STK yang baru sebagai akibat komplikasi operasi seperti akibat

edema, perlengketan, infeksi, hematoma atau jaringan parut hipertrofik.11

Carpal tunnel syndrome (CTS) tampaknya menjadi progresif dari waktu ke

waktu (meskipun dengan fluktuasi yang cukup besar dari minggu ke minggu) dan

dapat menyebabkan kerusakan permanen nervus medianus. Keberhasilan

manajemen konservatif dapat mencegah perkembangan tidak jelas. Awalnya,

sekitar 90% dari ringan sampai sedang kasus CTS berespon terhadap manajemen

konservatif. Seiring waktu, bagaimanapun, sejumlah pasien pada akhirnya juga

membutuhkan pembedahan. Pasien dengan CTS sekunder yang didasari kelainan

patologi (misalnya, diabetes, patah tulang pergelangan tangan) cenderung

memiliki prognosis yang kurang baik dibandingkan mereka yang tidak memiliki

penyebab yang jelas.7

| K1A1 09 003 Fakultas Kedokteran UNHALU 16

Page 17: Iman - Referat - Cts

III. KESIMPULAN

Sindroma Terowongan Karpal (STK) adalah neuropati jebakan yang

sering ditemukan, lebih banyak mengenai wanita dan sering ditemukan pada usia

pertengahan .Sebenarnya secara klinis sindroma ini sudah dikenali sejak abad ke

19, tetapi istilah STK baru digunakan pertama kali oleh Moersch pada tahun 1938.

Sindroma ini bisa unilateral maupun bilateral.

Sebagian kasus STK tidak diketahui penyebabnya sedangkan pada kasus

yang diketahui, penyebabnya sangat bervariasi. Kebanyakan penulis berpendapat

bahwa STK mempunyai hubungan yang erat dengan penggunaan tangan secara

repetitif dan berlebihan.

Gejala awal STK umumnya hanya berupa gangguan sensorik seperti

rasa,nyeri, parestesia, rasa tebal dan tingling pada daerah yang diinnervasi

nervusmus. Gejala-gejala ini umumnya bertambah berat pada malam hari dan

berkurang bila pergelangan tangan digerak-gerakkan atau dipijat. Gejala motorik

hanya dijumpai pada penderita STK yang sudah berlangsung lama, demikian pula

adanya atrofi otot-otot thenar.

Penegakan diagnosa STK didasarkan atas gejala klinis dan pemeriksaan

fisik yang meliputi berbagai macam tes. Pemeriksaan penunjang lainnya seperti

pemeriksaan radiologis, laboratoris dan terutama pemeriksaan neurofisiologi

dapat membantu usaha menegakkan diagnosa.

Penatalaksanaan STK dikelompokkan atas 2 dengan sasaran yang berbeda.

Terapi yang langsung ditujukan terhadap STK harus selalu disertai terapi terhadap

keadaan atau penyakit yang mendasari terjadinya STK. Terapi terhadap STK

dikelompokkan lagi atas terapi konservatif dan terapi operatif ( operasi terbuka

atau endoskopik). Sekalipun prognosanya baik, kemungkinan kambuh masih tetap

ada.

| K1A1 09 003 Fakultas Kedokteran UNHALU 17

Page 18: Iman - Referat - Cts

DAFTAR PUSTAKA

1. Rambe, Aldi S. 2004. Sindroma Terowongan Karpal. Bagian Neurologi

FK USU. Diakses dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/1234

56789/3459/1/penysaraf -aldi2.pdf pada bulan Juni 2013

2. Tana, Lusianawaty. Sindrom terowongan karpal pada pekerja:

pencegahan dan pengobatannya. Pusat Penelitian dan Pengembangan

Pemberantasan Penyakit, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Departemen Kesehatan RIJ Kedokter Trisakti September-Desember 2003,

Vol.22 No.3. Diakses dari

www.univmed.org/wp-content/uploads/2011/02/ Lusianawaty .pdf pada

bulan Juni 2013

3. Isselbacher, Kurt J. et al. 2000. Sindroma Saluran Karpal. Dalam: Prinsip-

prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Volume 4. Edisi ke-13. EGC: Jakarta

4. Carpal Tunnel Syndrome. Diakses dari

http://www.medic8.com/healthguide/articles/carpaltunnel.html pada bulan

Juni 2013

5. Graber, Mark A. 2006. Rematologi. Dalam: Buku Saku Dokter Keluarga.

Edisi ke-3. EGC: Jakarta

6. Lusan Maria T. Tamba, Handojo Pudjowidyanto. Karakteristik Penderita

Sindroma Terowongan Karpal (STK) di Poliklinik Instalasi Rehabilitasi

Medik RS Dr. Kariadi Semarang 2006. Dalam Media Medika Indosiana.

Volume 43, Nomor 1, Tahun 2008. Diakses dari

http://eprints.undip.ac.id/14055/1/vol_43_no_1_2008_hal_10_16.pdf pada

bulan Juni 2013

7. Nigel L Ashworth. Carpal Tunnel Syndrome In: Robert H Meier Chief

Editor: Medscape Reference: Updated: Mar 5, 2013. Diakses dari

http://emedicine.medscape.com pada bulan Juni 2013

8. W. Aryawan, Kartiena A. Darmadi. 2002. Peran Ergonomi dalam

Pencegahan Sindrom Carpal Tunnel Akibat Kerja. Dalam: Cermin Dunia

Kedokteran No. 136, 2002. PPS K3 Hiperkes Medis Fakultas Kedokteran,

| K1A1 09 003 Fakultas Kedokteran UNHALU 18

Page 19: Iman - Referat - Cts

Universitas Indonesia, Jakarta. Diakses dari

http://datastudi.files.wordpress.com/2010/02/kesehatan-kerja-

datastudi.pdf. pada bulan Juni 2013

9. Markam, Sumarno. 2002. Gangguan Beberapa Saraf Perifer. Dalam:

Neurologi Praktis. Cetakan I. Widya Medika: Jakarta

10. Weiner, Howard L. 2000. Gangguan Radiks dan Saraf Tepi. Dalam Buku

Saku Neurologi. Edisi ke-5. EGC: Jakarta

11. Bahrudin M.. Carpal tunnel syndrome (CTS). Diakses dari

http://digilib.umm.ac.id/files/disk1/417/jiptumm-gdl-drmochbahr-20844-

1-carpalt-e.pdf pada bulan Juni 2013.

12. Carpal Tunnel Syndrome. Diakses dari www.whooila.com pada bulan Juni

2013

| K1A1 09 003 Fakultas Kedokteran UNHALU 19

Page 20: Iman - Referat - Cts

BAGIAN NEUROLOGI REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN JUNI 2013

UNIVERSITAS HALUOLEO

SINDROMA TEROWONGAN KARPAL (STK)

CARPAL TUNNEL SYNDROME (CTS)

DISUSUN OLEH:

Suhardimansyah

(K1A1 09 003)

PEMBIMBING

dr. Irmayani Aboe Kasim, Sp.S

BAGIAN/SMF NEUROLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2013

| K1A1 09 003 Fakultas Kedokteran UNHALU 20