fisioterapi kasus cts

Upload: wijaya-krisna-i-nyoman

Post on 02-Jun-2018

240 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 FISIOTERAPI KASUS CTS

    1/26

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Pembangunan pada era globalisasi ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan

    teknologi yang modern sehingga diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan umat manusia.

    Demikian juga pembangunan bangsa Indonesia dalam bidang kesehatan merupakan usaha yang

    ditujukan untuk tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk supaya terwujud

    kesehatan yang optimal, untuk mewujudkan hal tersebut maka pemerintah mencanangkan

    kebijaksanan nasional mengenai pembanguan berwawasan kesehatan sebagai strategi nasional

    menuju Indonesia sehat 2010 (DepKes RI, 1999).

    Upaya kesehatan yang semula hanya berupa penyembuhan (kuratif) saja, secara berangsur-

    angsur berkembang, sehingga mencakup upaya peningkatan (promotif), pencegahan (preventif),

    penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) yang bersifat menyeluruh, terpadu dan

    berkesinambungan dan dengan peran serta masyarakat (DepKes RI, 1999).

    Fisioterapi sebagai salah satu pelaksanaan pelayanan kesehatan ikut berperan dan

    bertanggung jawab dalam peningkatan derajat kesehatan, meliputi masalah gerak dan fungsi

    dengan kajian menyangkut aspek peningkatan (promotif), aspek pencegahan (preventif), aspek

    penyembuhan (kuratif), aspek pemulihan dan pemeliharaan (rehabilitatif) untuk mewujudkan

    program pemerintah yaitu Indonesia Sehat 2010 (DepKes RI, 1999).

    A. Latar Belakang Masalah

    Carpal tunnel syndrome merupakan sindroma pada pergelangan tangan yang terjadi akibat adanyatekanan terhadap nervus medianus (Rambe, 2004). Beberapa penyebabnya telah diketahui seperti

    trauma, infeksi, gangguan endokrin dan lain-lain (Rambe, 2004).

    Tangan merupakan salah satu anggota gerak tubuh yang sangat penting karena fungsinya yang

    sangat komplek. Kalau dilihat dari segi anatomi pergelangan tangan dibentuk oleh bangunan tulang,

    otot, ligament, saraf dan pembuluh darah sehingga tangan dapat melakukan gerakan halus yang

    terkoordinir dan otomatis. Dengan keadaan tersebut bila tangan mengalami gangguan pada

    pergelangan tangan bisa dibayangkan betapa rumitnya masalah yang akan muncul karena sebagian

    besar pekerjaan dikerjakan dengan tangan.

    Orang yang mempunyai resiko besar terkena carpal tunnel syndrome antara lain jenis pekerjaan

    yang banyak menggunakan tangan dalam jangka waktu panjang. Pekerjaan ini umumnya

    menggunakan kombinasi kekuatan dan pengulangan gerakan yang sama pada jemari dan tangan,

    seperti: pekerjaan yang sering menggunakan komputer, dokter gigi, gitaris, guru, ibu rumah

    tangga dan pekerja lapangan yang mengoperasikan alat bervibrasi seperti bor dan juga

  • 8/10/2019 FISIOTERAPI KASUS CTS

    2/26

    mengendarai motor. Pada tahun 1998 insiden carpal tunnel syndrome kira-kira 515 per 10.000

    populasi (Rambe, 2004).

    Dalam proposal karya tulis ini penulis memilih kasus carpal tunnel syndrom karena penulis

    mengamati semua orang melakukan pekerjaan dengan menggunakan kedua tangan, jadi apabila

    kedua tangan terkena carpal tunnel syndrome maka aktivitas produksi akan terganggu.

    Masalah yang muncul pada carpal tunnel syndrome adalah nyeri, parestesia, penurunan kekuatan

    otot dan kemampuan fungsional tangan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut banyak tekhnologi

    fisioterapi alternative yang tersedia, seperti : micro wave diathermy(MWD), short wave

    diathermy(SWD),ultra sound(US), infra red(IR), transcutaneus electrical nerve stimulation(TENS)

    dan terapi latihan. Disini untuk pengurangan nyeri dan parestesia menggunakan modalitas ultra

    sonic yang menimbulkan efek mekanik dan termal.

    Mengingat adanya kelemahan otot, gangguan dalam beraktivitas akibat kekakuan sendi,

    dapat dilakukan dengan terapi latihan yang berupa resisted exercise untuk meningkatkan kekuatan

    otot dan kemampuan fungsional tangan.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan permasalahan pada kondisi carpal tunnel syndrom, maka penulis dapat

    merumuskan masalah antara lain (1) Apakah ultra sonic dapat mengurangi nyeri pada carpal tunnel

    syndrome ? (2) Apakah ultra sonic dapat mengurangi parestesia pada carpal tunnel syndrome ? (3)

    Apakah terapi latihan dengan resisted exercise dapat meningkatkan kekuatan otot dan

    kemampuan fungsional tangan pada carpal tunnel syndrome?

    C. Tujuan Penulisan

    Dalam penulisan proposal Karya Tulis Ilmiah ini tujuan yang ingin penulis capai adalah

    untuk mengetahui; (1) Manfaat ultra sonic terhadap pengurangan nyeri pada carpal tunnel

    syndrome, (2) Manfaat ultra sonic terhadap pengurangan parestesia pada carpal tunnel

    syndrome, (3) Manfaat terapi latihan denganresisted exercise terhadap peningkatan kekuatan otot

    dan kemampuan fungsional tangan pada carpal tunnel syndrome.

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Deskripsi Kasus

    1. Anatomi Fungsional

    Pergelangan tangan dibentuk oleh beberapa tulang, otot, struktur persendian dan diinervasi

    oleh beberapa syaraf.

    a. Tulang pembentuk sendi pergelangan tangan

    Tulang-tulang pada sendi pergelangan tangan yaitu ada 2 deretan. Deretan pertama terdiri dari

    tulang radius dan ulna. Deretan yang kedua terdiri atas delapan tulang carpalia yang tersusun

    dalam dua deretan. Tulang carpal deretan proksimal antara lain scapoideum, lunatum, triquetrum,

  • 8/10/2019 FISIOTERAPI KASUS CTS

    3/26

    dan pissiforme. Sedangkan bagian distal terdiri atas tulang trapezium, trapezoideum, capitatum, dan

    hamatum.

    1) Tulang scapoideum

    Tulang ini berbentuk perahu dengan dataran proksimal yang konveks bersendi dengan tulangradius. Tulang ini mempunyai dataran sendi yaitu kearah ulnar bersendi dengan tulang hamatum,

    kearah distal bersendi dengan tulang trapezium, kapitatum, dan trapezoideum, dan pada

    permukaan volar memiliki tonjolan yang disebut tuberositas scapoideum ( Putz R dan R. Pabst,

    2005 ).

    2) Tulang lunatum

    Tulang ini memiliki hubungan dengan tulang lain yaitu kearah radial dengan tulang scapoideum,

    kearah ulnar dengan tulang triquetum, kearah distal dengan tulang kapitatum. Tulang ini mempunyai

    dataran proximal yang konveks yang bersendi dengan tulang radius, dan berbentuk kecil , sepertibulan sabit ( Putz R dan R. Pabst, 2005 ).

    3) Tulang triquetrum

    Memiliki hubungan dengan tulang lain yaitu kearah proximal dengan tulang radius, kearah radial

    dengan tulang lunatum, kearah ulnar dan volar berhubungan dengan tulang pisiforme yang melekat

    pada permukaan volar tulang triquetrum, dan kearah distal dengan tulang hamatum ( Putz R dan R.

    Pabst, 2005 ).

    4) Tulang pisiforme

    Tulang yang berbentuk kecil, agak bulat sebesar biji kacang ini melekat di dataran volar pada tulang

    triquetum ( Putz R dan R. Pabst, 2005 ).

    5) Tulang trapezium

    Tulang ini mempunyai hubungan dengan tulang lain yaitu ke arah vollar dengan trpezoidium dan

    terdapat tonjolan tulang yang disebut tuberositas osis trapezium, kearah proximal dengan tulang

    scapoideum, kearah distal dengan tulang metacarpal I dan II ( Putz R dan R. Pabst, 2005 ).

    6) Tulang trapezoideum

    Tulang ini kearah radial mempunyai hubungan dengan tulang trapezium, ke arah ulnar dengan

    tulang kapitatum, ke arah distal dengan tulang metacarpal II, dan ke arah proximal berhubungan

    dengan tulang scapoideum ( Putz R dan R. Pabst, 2005 ).

    7) Tulang kapitatum

  • 8/10/2019 FISIOTERAPI KASUS CTS

    4/26

    Memiliki bangunan bulat dan panjang sebagai kaputnya. Mempunyai hubungan dengan tulang lain

    yaitu ke arah radial berhubungan dengan tulang trapezoideum, ke arah proximal dengan tulang

    scapoideum dan lunatum. Kearah ulnar dengan tulang hamatum, dan kearah distal dengan tulang

    metacarpal II, III, dan IV ( Putz R dan R. Pabst, 2005 ).

    8) Tulang hamatum

    Memiliki hubungan dengan tulang lain yaitu kearah proximal dengan tulang triquetum, kearah radial

    dengan tulang kapitatum, kearah distal dengan metacarpal IV dan V. Dan kearah volar memiliki

    bangunan seperti lidah yang disebut hamalus ossis hamati ( Putz R dan R. Pabst, 2005 ).

    Pada os scaphoideum dan os trapezium yang masing-masing mempunyai tonjolan tulang pada

    bagian volarnya membentuk eminentia carpi radialis. Disebelah ulnarnya terdapat eminentia carpi

    ulnaris yang dibentul oleh os pisiforme dan hamalus ossis hamati.

    Gambar 1

    Tulang-tulang pergelangan tangan ( Putz R dan R. Pabst, 2005 )

    b. Ligamen

    Ligamen collateral carpi ulnar yang membentang dari proceccus styloideus ulna menuju ke tulang

    triquetum. Ligamen collateral carpi radialis yang membentang dari processus stiloideus radii menuju

    ke tulang scapoideum dan ligamen intercarpal yang terdiri dari ligamen interlaveum volare dan

    dorsale, ligamen interseum dan ligamen carpi arquatum.

    Gambar 2

    Potongan transversal terowongan carpal ( Putz R dan R. Pabst, 2005 )

    c. Otot

    Otot merupakan stabilitas aktif dan penggerak tulang pembentuk sendi. Otot pergelangan tangan

    secara umum dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu oto fleksor dan otot ekstensor yang masing-

    masing terbagi dua bagian yaitu superficialis dan profunda. Otot fleksor superficialis yaitu otot

    fleksor carpi ulnaris, fleksor carpi radialis, fleksor digitorum sublimes dan palmaris longus (Cailliet,

    1990).

    Otot fleksor carpi radialis dan fleksor carpi ulnaris berfungsi fleksi pergelangan tangan, dan otot

    ekstensi ekstensor carpi radialis longus brevis dan ekstensor carpi ulnaris berfungsi ekstensi

    pergelangan tangan. Pada gerakan ulnar deviasi dilakukan oleh m. ekstensor carpi ulnaris dan

    fleksor carpi ulnaris. Sedangkan gerakan radial deviasi dilakukan oleh m. ekstensor carpi radialis,

    fleksor carpi radialis, ekstensor pollicis brevis dan abductor pollicis longus.

  • 8/10/2019 FISIOTERAPI KASUS CTS

    5/26

    d. Nerves medianus

    Berasal dari pleksus brakhialis dengan dua buah caput yaitu kaput medial dari fasikulus medialis

    dan kaput lateral dari fasikulus lateralis. Kedua kaput tersebut bersatu pada tepi bawah otot

    pectoralis minor, jadi serabut dalam trunkus berasal dari tiga atau empat segmen medulla spinalis

    (C6-8, Th1). Dalam lengan serabut saraf ini tidak bercabang. Truncus berjalan turun sepanjang

    arteri brachialis dan melewati sisi volar lengan bawah dan bercabang masuk ke tangan dan berakhir

    dengan cabang dan muscular kutaneus (Chusid, 1993).

    Otot-otot yang mensyarafi nerves medianus antara lain: m. pronator teres , m. flexor carpi radialis,

    m. palmaris longus, m. flexor digitorum provundus, m.flexor pollicis longus dan pronator quadratus

    (Chusid, 1993). Apabila ada lesi yang mengenai nervesmedianus akan mengakibatkan terjadinya

    pengurangan sensoris pada bagian volar lengan bawah, daerah palmar tangan jari 1,2,3 dan

    setengah jari ke-4.

    Gambar 3

    Otot-otot pergelangan tangan tampak palmar ( Putz R dan R. Pabst, 2005 )

    Gambar 4

    Otot-otot lengan tampak palmar ( Putz R dan R. Pabst, 2005 )

    e. Biomekanik

    Ditinjau dari morfologinya termasuk artikulasio ellipsoidea,tetapi fungsinya sebagai

    artikulatiogluboidea.Gerakan yang terjadi pada persendian itu yaitu flexi dengan LGS 80, extensi

    70, ulnar deviasi 30 , dan radial deviasi 20. Derajat flexi dan ulnar deviasi lebih besar

    dibandingkan dengan gerakan extensi dan radial deviasi, hal ini disebabkan karena bentuk

    permukaan sendi radius dari ligamen bagian dorsal lebih kendor dari pada bagian palmar (Chusid,

    1967).

    Gambar 5

    Perjalanan nerves medianus ( Putz R dan R. Pabst, 2005 )

    2. Definisi

    Carpal Tunnel Syndrom adalah entrapment neuropatyyang sering terjadi. akibat adanya

    tekanan nervus medianuspada saat melalui terowongan karpal di pergelangan tangan tepatnya di

    bawah flexor retinakulam(Rambe, 2004).

    3. Etiologi

  • 8/10/2019 FISIOTERAPI KASUS CTS

    6/26

    Carpal tunnel syndrom dapat dibagi menjadi dua yaitu akut dan kronis, namun pada sebagian kasus

    etiologinya tidak diketahui ( idiopatik ), terutama pada penderita lanjut usia. Selain itu gerakan yang

    berulang-ulang pada pergelangan tangan dapat menambah resiko carpal tunnel syndrom (Maxey,

    1990). Nerves medianus dapat terjebak juga di carpal tunnel itu. Etiologi lain adalah (1) trauma

    seperti (dislokasi atau fraktur yang mengenai tulang carpal atau ujung radius atau fraktur colles atau

    hematom pada lengan bawah, sprain pergelangan tangan, pekerjaan dalam posisi menekuk atau

    fleksi ekstensi secara berulang- ulang), (2) infeksi oleh karena sinovitis seperti tenosinovitis yang

    disebabkan karena inflamasi kronis serta fibrosis pada fleksor sinoviali; infeksi karena tuberculosis,

    (3) penyakit degeneratif seperti osteoartritis, (4) penyakit kolagen vaskuler seperti remathoid arthritis

    amiloidosis hipotiroidisme dan lupus erimatosis yang mempredisposisi kompresi saraf median

    didalam terowongan karpal akibat penebalan dan hipertrofi ligament serta jaringan ikat lainnya, (5)

    penyakit iatrogenik seperti punksi arteri radialis, hematoma, komplikasi dari terapi anti koagulan (6)

    Neoplasma seperti kista ganglion, lipoma, infiltrasi metastase, mieloma (7) Kehamilan juga bisa

    menyebabkan sindroma ini diduga karena retensi air pada jaringan ikat sekitar pergelangan tangan,

    sindroma biasanya terjadi pada trisemester ketiga yang biasanya bilateral (Rambe, 2004).

    4. Patologi

    Ada beberapa hipotesa mengenai patogenesis carpal tunnel syndrom. Sebagian berpendapat

    bahwa faktor mekanik dan vaskuler memegang peranan penting dalam terjadinya carpal tunnel

    syndrom. Tapi umumnya carpal tunnel syndrome ini terjadi secara kronis dimana terjadi penebalan

    flexorretinakulum, yang menyebabkan tekanan terhadap nervus medianus. Tekanan yang berulang-

    ulang dan lama akan mengakibatkan peninggian tekanan intrafasikuler. Akibatnya aliran darah vena

    intrafasikuler melambat. Kongesti yang terjadi ini akan mengganggu nutrisi intrafasikuler lalu diikuti

    anoxia, yang akan merusak endotel. Kerusakan endotel ini akan mengakibatkan kebocoran protein

    sehingga terjadi edema epineural. Apabila kondisi ini terus berlanjut akan terjadi fibrosis epineuralyang merusak serabut saraf. Lama-kelamaan saraf menjadi atrofi dan akan digantikan oleh jaringan

    ikat yang mengakibatkan fungsi dari nervus medianus terganggu (Rambe, 2004).

    5.Tanda dan gejala

    a. Gangguan sensorik

    Gangguan sensorik yang timbul awalnya adalah parestesia, kurang merasa (numbness) atau rasa

    jari seperti terkena aliran listrik pada jari dan setengah sisi radial jari, walaupun kadang-kadang

    dirasakan mengenai seluruh jari, keluhan parestesia biasanya lebih menonjol di malam hari. Gejala

    lain adalah nyeri ditangan yang juga dirasakan lebih memberat di malam hari . Kadang-kadang nyeridapat terasa sampai ke lengan atas dan leher, sedangkan parestesia umumnya terbatas di daerah

    distal pergelangan tangan (Rambe, 2004). Dapat pula dijumpai pembengkakan dan kekakuan pada

    jari-jari tangan dan pergelangan tangan terutama di pagi hari.

    b. Gangguan motoris

  • 8/10/2019 FISIOTERAPI KASUS CTS

    7/26

    Pada tahap lanjut dapat terjadi gangguan pada nerves medianus yang menimbulkan kelemahan otot

    tenar sehingga jari-jari tidak dapat digunakan untuk bekerja, misalnya menjahit, menulis,

    mengancingkan baju, mengendarai motor.

    6. Komplikasi

    Komplikasi carpal tunnel syndrome adalah atrofi otot-otot thenar, kelemahan otot-otot thenar, dan

    ketidakmampuan tangan untuk beraktifitas (Shidarta, 1984).

    7. Prognosis Gerak dan Fungsi

    Carpal tunnel syndrome yang kasusnya idiopatik mempunyai gejala yang timbul dan hilang

    dalam beberapa bulan atau tahu, tapi rasa tidak enak pada malam hari dapat lebih menonjol dan

    berlangsung sehingga mengganggu penderita. Progresitifitasnya lebih sering terjadi bila ada

    penyakit yang melatarbelakanginya. Bila hanya ada kelainan sensorik, kelainan ini

    bersifat reversible, tapi bila dijumpai kelainan motorik maka kesembuhanya lebih lama walaupun

    telah melakukan banyak terapi.

    8. Diagnosa Banding

    Diagnosa carpal tunnel syndrome adalah (1) Pronator teres syndrome, keluhannya lebih

    menonjol pada rasa nyeri pada telapak tangan karena cabang nerves medianus ke kulit telapak

    tangan tidak melaui terowongan karpal, (2) Inoracic outlet syndrome, dijumpai atrofi otot-otot tangan

    lainya selain otot-otot thenar, (3) Cervical radikulopathy, keluhannya berkurang bila leher

    diistirahatkan dan bertambah bila leher bergerak (Rambe, 2004).

    B. Deskripsi Problematik Fisioterapi

    1. Impairment

    a. Nyeri

    Terjadi karena tekanan yang berulang-ulang dan penjepitan nerves medianus sehingga tekanan

    intrafesikuler meningkat.

    b. Parestesia

    Terjadi karena penjepitan pada nerves medianus sehingga aliran darah ke otot-otot yang disyarafi

    nerves medianus berkurang (Rambe, 2004) .

    c. Penurunan kekuatan otot dan kemampuan fungsional

    Terjadi karena nyeri yang terjadi dalam jangka waktu yang panjang yang mengakibatkan otot inaktif

    sehingga elastisitasnya berkurang .

    1. 2. Functional Limitation

    Penderita mengalami gangguan dalam aktivitas sehari-hari seperti mengendarai motor, menyapu,

    mencuci, dan lain-lain.

  • 8/10/2019 FISIOTERAPI KASUS CTS

    8/26

    1. 3. Disability

    Aktifitas sehari-hari yang berhubungan dengan tangan terganggu dalam melakukan aktifitasnya

    sebagai ibu rumah tangga, sebagai anggota keluarga serta dalam lingkungan masyarakat.

    C. Teknologi Intervensi FisioterapiModalitas yang digunakan yaitu dengan ultra sonic dan terapi latihan berupa latihan penguatan otot

    otot pada tangan berupa latihan resisted exercise.

    1. Ultra Sonic

    Gelombang ultra sonic adalah gelombang suara yang tidak dapat didengar oleh manusia.

    Merupakan gelombang longitudinal yang gerakan partikelnya yang perambatanya memerlukan

    media penghantar. Media penghantar harus elastis agar partikel bisa berubah bentuk. Dari sini

    dijumpai daerah padat atau Compressiondan daerah renggang atau refraction (Sujatno dkk, 2002).

    Dalam penggunaaan modalitas ultra sonic beberapa ahli membuktikan bahwa ultra sonic efektif

    untuk mengurangi nyeri karena ultra sonic dapat meningkatkan ambang rangsang, mekanisme dari

    efek termal panas. Selain itu pembebasan histamin, efek fibrasi dari ultra sonic terhadap gerbang

    nyeri dan suatu percobaan ditemukan bahwa pemakaian ultra sonic dengan pulsa rendah dapat

    merangsang pengeluaran dan pelepasan histamine. Histaminemenyebabkan pelebaran pembuluh

    darah lokal sehingga terjadi percepatan pembersihan zat atau bahan kimia yang menyebabkan nyeri

    (Cameron, 1999).

    a. Mesin ultra sonic

    Mesin ultra sonic terdiri dari sirkuit primer dan sirkuit skunder. Sirkuit primer adalah generatorberfrekuensi tinggi yang membangkitkan arus listrik berfrekuensi tinggi pula. Sirkuit ini yang

    dihubungkan dengan tranduser dari bahan piezo elektrik yang disebut sebagai sirkuit skunder yang

    memiliki frekuensi sama dengan sirkuit primer . Frekuensi sirkuit sekunder juga ditentukan oleh

    ketebalan bahan piezo elektrik yang harus disesuaikan dengan sirkuit primer. Mesin ultra sonic

    dapat memberikan energi secara kontinyu dan terputus. Pada pemberian-pemberian ultra sonic

    secara terputus efek panas dapat ditekankan dan memungkinkan pemberian dengan intensitas yang

    tinggi. Sedang pemberian pemberian secara kontinyu lebih menekankan efek termalnya.

    Dalam tranduser terdapat area yang memiliki radiasi efektif yang disebut dengan ERA ( Effective

    Radiating Area ). Penentuan ERA sangat penting dalam pemberian intensitas selain luas daerahyang diobati.

    b. Fisika Dasar Ultra Sonic

    1) Sifat-sifat gelombang Ultra sonic

  • 8/10/2019 FISIOTERAPI KASUS CTS

    9/26

    Gelombang ultra sonic memiliki dua area pancaran yang masing-masing memiliki karakteristik yang

    berbeda yaitu area konvergen dan area divergen. Area konvergen memiliki ciri terdapat gejala

    intervensi pada bundle tersebut sehingga timbul variasi intensitas yang besar (Sujatno dkk, 2002).

    Sedangkan area divergen memiliki ciri tidak terjadi gejala interfensi sehingga bundle gelombang

    sama dan intensitas semakin berkurang. Jika jarak tranduser semakin jauh dari permukaan tubuh.

    Pada area ini bundle gelombangnya memiliki diameter lebih besar sehingga penyerapan energi

    lebih besar .

    2) Panjang gelombang

    Frekuensi dari mesin ultra sonic tetap dan kecepatan penyebaran ditentukan oleh medium, maka

    panjang gelombang tergantung dari medium yang digunakan.

    3) Penyebaran gelombang ultra sonic

    Penyebaran gelombang ultra sonic di dalam tubuh manusia timbul oleh karena fenomena yaituadanya refleksi dan difergensi pada area divergen. Adanya penyebaran gelombang ultra sonic

    dapat menimbulkan efek di luar daerah pancaran bundle ultra sonic sehingga harus diperhatikan

    media-media yang kuat daya refleksinya seperti metal, udara, dan jaringan tulang.

    4) Penyerapan dan penetrasi pada gelombang ultra sonic

    Jika energi ultra sonic masuk kedalam jaringan tubu, maka efek pertama yang diharapkan adalah

    efek biologis. Oleh karena adanya penyerapan tersebut semakin dalam gelombang ultra sonic

    masuk kedalam tubuh, maka intensitasnya akan semakin berkurang.

    Gelombang ultra sonic diserap jaringan tubuh dalam berbagai ukuran. Sebagai ukuran digunakan

    koefisien penyerapan. Penyerapan tergantung pada frekuensi. Pada frekuensi rendah

    penyerapanya lebih sedikit dari pada yang berfrekuensi tinggi. Disamping refleksi, koefisien

    penyareapan menentukan penyebaran ultra sonic di dalam tubuh.

    Semakin dalam gelombang ultra sonic masuk kedalam tubuh semakin besar pula intensitasnya.

    Pada frekuensi rendah penyerapan lebih sedikit daripada frekuensi tinggi.

    5) Bentuk gelombang

    Bentuk gelombang dari ultra sonic antara lain (a) Continous yaitu gelombang yang dihantarkansecara terus-menerus (b) Interupted / pulsa yaitu gelombang yang terputus, dengan bentuk pulsa

    dan lamanya ditentukan oleh karakteristik mesin yang digunakan.

    6) Media penghantar

  • 8/10/2019 FISIOTERAPI KASUS CTS

    10/26

    Media penghantar harus memenuhi kriteria harus bersih dan steril pada keadaan tertentu, tidak

    terlalu cair ( kecuali metode sub aqual ), tidak cepat terserap kuli, tidak menyebabkan flek-flek, tidak

    menimbulkan iritasi kulit, mudah meghantarkan ultra sonik, transparan dan murah.

    c. Efek dari ultra sonic

    1) Efek mekanik

    Efek yang pertama kali didapat oleh tubuh adalah efek mekanik. Gelombang ultra sonic

    menimbulkan peregangan dan perapatan didalam jaringan dengan frekuensi yang sama dengan

    frekuensi dari ultra sonic. Efek mekanik ini juga disebut dengan micro massage. Pengaruhnya

    terhadap jaringan yaitu meningkatkan permeabilitas terhadap jaringan dan meningkatkan

    metabolisme.

    Micro massage adalah merupakan efek teraputik yang penting karena semua efek yang timbul oleh

    terapi ultra sonic diakibatkan oleh micro massageini.

    2) Efek termal

    Panas yang dihasilkan tergantung dari nilai bentuk gelombang yang digunakan, intensitas dan lama

    pengobatan. Yang paling besar yang menerima panas adalah jaringan antar kulit dan otot. Efek

    termal akan memberikan pengaruh pada jaringan yaitu bertambahnya aktivitas sel, vasodilatasi

    yang mengakibatkan penambahan oksigen dan sari makanan dan memperlancar proses

    metabolisme.

    3) Efek biologi

    Efek biologi merupakan respon fisiologi yang dihasilkan dari pengaruh mekanik dan termal.

    Pengaruh biologi ultra sonic terhadap jaringan antara lain:

    a) Memperbaiki sirkulasi darah

    Pemberian ultra sonic akan mengakibatkan kenaikan temperatur dan vasodilatasi sehingga aliran

    darah ke daerah yang diobati menjadi lebih lancar. Hal ini akan memungkinkan proses metabolisme

    dan pengangkutan sisa metabolisme serta suplai oksigen dan nutrisi menjadi meningkat.

    b) Rileksasi otot

    Rileksasi otot akan mudah dicapai bila jaringan dalam keadaan hangat dan rasa sakit tidak ada .

    Pengaruh termal dan mekanik dari ultra sonic dapat mempercepat proses pengangkutan sel P (zat

    asam laktat) sehingga dapat memberikan efek rileksasi pada otot.

    c) Meningkatkan permeabilitas jaringan

  • 8/10/2019 FISIOTERAPI KASUS CTS

    11/26

    Energi ultra sonic mampu menambah permeabilitas jaringan otot dan pengaruh mekaniknya dapat

    memeperlunak jaringan pengikat.

    d) Mengurangi nyeri

    Nyeri dapat berkurang dengan pengaruh termal dan pengaruh langsung terhadap saraf. Hal iniakibat gelombang pulsa yang rendah intensitasnya memberikan efek sedatif dan analgetik pada

    ujung saraf sensorik sehingga mengurangi nyeri. Pengurangan rasa nyeri ini diperoleh antara lain,

    perbaikan sirkulasi darah, normalisasi dari tonus otot, berkurangnya tekanan dalam jaringan,

    berkurangnya derajat keasaman.

    e) Mempercepat penyembuhan

    Ultra sonic mampu mempercepat proses penyembuhan jaringan lunak . Adanya peningkatan suplai

    darah akan meningkatkan zat antibody yang mempercepat penyembuhan dan perbaikan pembuluh

    darah untuk memperbaiki jaringan.

    f) Pengaruh terhadap saraf parifer

    Menurut beberapa penelitian bahwa ultra sonic dapat mendepolarisasikan saraf efferent, ditunjukkan

    bahwa getaran ultra sonic dengan intensitas 1,2 w/cm2 dengan gelombang kontinyu dapat

    mempengaruhi exitasi dari saraf perifer. Efek ini berhubungan dengan efek panas. Sedangkan dari

    aspek mekanik tidak teralu berpengaruh (Sujatno dkk, 2002).

    2. Terapi Latihan

    Terapi latihan merupakan salah satu pengobatan dalam fisioterapi yang dalam pelaksanaanya

    menggunakan latihan-latihan gerakan tubuh baik secara aktif maupun pasif. Atau pula dapat

    didefinisikan sebagai suatu usaha untuk mempercepat proses penyembuhan dari suatu cidera yang

    telah merubah cara hidupnya yang normal. Hilangnya suatu fungsi atau adanya hambatan dalam

    melakanakan suatu fungsi dapat menghambat kemampuan dirinya untuk hidup secara independent

    yaitu dalam melaksanakan aktifitas kerja (Priyatna, 1985).

    Tujuan dari terapi latihan adalah (1) Memajukan aktifitas penderita, (2) Memajukan kemampuan

    penderita yang telah ada untuk dapat melakukan gerakan-gerakan yang berfungsi serta bertujuan,

    sehingga dapat beraktifitas normal (Priyatna, 1985).

    Terapi latihan pada carpal tunnel syndrom adalah resisted active exercise merupakan latihan yang

    dilakukan dengan memberikan tahanan dari luar terhadap kerja otot yang memebentuk suatu

    gerakan. Tahanan dari luar tersebut bisa berasal dari tahanan manual ataupun mekanik

    (Kisner,1996). Apabila otot itu berkontaksi dengan melawan suatu tahanan, maka ketegangan

    dalam otot itu akan naik. Karena ketegangan otot bertambah ( bila melawan melawan suatu

    tahanan) maka untuk memperkuat otot- otot dengan menggunakan resistance. Tahanan yang

  • 8/10/2019 FISIOTERAPI KASUS CTS

    12/26

    dilaksanakan bisa menggunakan tahanan manual, kantong pasir, per, dan karet. Efek

    penggunaan resisted exerciseadalah: (1) Menaikkan kekuatan dan daya tahan otot, (2)

    Memperbaiki ketidakseimbangan otot, (3) Memperkembang koordinasi gerakan, (4) Memperbaiki

    kemampuan fungsional, (5) Memperbaiki kondisi umum penderita.

    BAB III

    PELAKSANAAN STUDI KASUS

    A. Pengkajian Fisioterapi

    1. Anamnesis

    Anamnesis adalah suatu tanya jawab mengenai keadaan pasien yang bisa dilakukan

    langsung oleh pasien sendiri dan dilakukan orang lain yang mengetahui keadaan pasien.

    1. Anamnesis umum

    Ditanyakan mengenai identitas pasien yang meliputi nama: Ny. Eni, umur: 33 tahun, jenis kelamin:

    perempuan, agama: islam, alamat: Klipang Permai Blok G No. 134 Semarang, pekerjaan: ibu rumah

    tangga.

    1. Anamnesis khusus

    Merupakan anamnesis yang berhubungan dengan kondisi carpal tunnelnya, meliputi:

    1) Keluhan utama

    Merupakan suatu kondisi yang dirasakan oleh pasien yaitu adanya nyeri, terasa tebal, kesemutan

    yang dirasakan oleh pasien pada pergelangan tangan kanan dan kiri.

    2) Riwayat penyakit sekarang

    Riwayat penyakit sekarang diketahui sejak tiga bulan yang lalu, pasien merasakan kesemutan dan

    rasa tebal pada telapak tangan disertai nyeri. Setelah dirasakan lama-kelamaan rasa kesemutan itu

    makin sering terjadi dan pasien kesulitan untuk melakukan pekerjaan rumah tangga, seperti

    mencuci, memasak, menyapu, dan mengendarai motor. Pada bulan November, pasien

    memeriksakan ke RSUD Kota Semarang datang ke dokter saraf kemudian dirujuk ke fisioterapi.

    3) Riwayat penyakit dahulu

    Pasien tidak pernah mengalami penyakit serupa dan tidak pernah mengalami hal-hal yang memicu

    penyakit tersebut.

    4) Riwayat pribadi

    Pasien adalah ibu rumah tangga yang sehari-hari melakukan aktivitas di rumah, seperti mencuci,

    memasak, dan menyapu dan bepergian naik motor.

  • 8/10/2019 FISIOTERAPI KASUS CTS

    13/26

    5) Riwayat penyakit penyerta

    Pasien tidak punya penyakit lain.

    6) Riwayat keluarga

    Tidak ada keluarga yang mempunyai riwayat penyakit serupa.

    7) Anamnesis system

    Anamnese system diperoleh informasi untuk system (a). Kepala dan leher, tidak ada keluhan, (b).

    Kardiovaskuler, tidak ada keluhan, (c). Respirasi, tidak ada keluhan, (d). Gastro intestinal, tidak

    ada keluhan, (e).Urogenital, tidak ada keluhan, (f). Muskuloskeletal, ada rasa nyeri pada

    pergelangan tangan kanan dan kiri, (g). Nervorum, ada rasa tebal dan kesemutan pada pergelangan

    tangan kanan dan kiri.

    1. 2. Pemeriksaan fisik

    Pemeriksaan fisik yang dilakukan meliputi pemeriksaan tanda-tanda vital, inspeksi, palpasi,

    pemeriksaan gerak, kemampuan fungsional, pemeriksaan kognitif, pemeriksaan spesifik.

    a. Pemeriksaan vital sign

    Pemeriksaan vital sign yaitu pemeriksaan yang meliputi pengukuran tekanan darah, denyut nadi,

    pernafasan, suhu, tinggi badan dan berat badan. Untuk pemeriksaaan yang dilakukan pada tanggal

    5 Desember 2007 diperoleh data Tekanan darah 110/80 mmHg, Denyut nadi 72 kali, Pernafasan 18

    kali, tinggi badan 150 cm, berat badan 40 kg.

    b. Inspeksi

    Inspeksi adalah pemeriksaan dengan cara melihat dan mengamati pada kasus carpal tunnel

    syndrome. Inspeksi yang perlu diperhatikan adalah, (1) Keadaan umum pasien yaitu baik, (2)

    Tanda-tanda inflamasi tidak ada, (3) Deformitas tidak ada, (4) Atrofi otot-otot sekitar pergelangan

    tangan tidak ada.

    c. Palpasi

    Palpasi adalah suatu pemeriksaan dengan cara meraba, menekan dan memegang bagian tangan

    pasien untuk mengetahui (1) Adanya nyeri tekan, (2) Suhu normal, (3) Tidak ada pembengkakan.

    d. Perkusi

    Tidak dilakukan.

    e. Auskultasi

  • 8/10/2019 FISIOTERAPI KASUS CTS

    14/26

    Tidak dilakukan.

    3. Pemeriksaan Gerak

    1. Pemeriksaan Gerak Aktif

    Pada pemeriksaan gerak aktif untuk memperoleh informasi tentang adanya nyeri gerak, kekuatanotot, koordinasi gerakan. Pada pemeriksaan ini pasien diminta melakukan gerakan ke segala arah

    bidang gerak yaitu gerakan fleksi wrist, ekstensi wrist, ulnar deviasi, dan radial deviasi. Dan dari

    pemeriksaan tersebut pasien dapat menggerakkan pergelangan tangan kanan dan kiri ke segala

    bidang gerak dengan full ROM tanpa disertai keluhan nyeri di akhir gerakan.

    b. Pemeriksaan Gerak Pasif

    Pada pemeriksaan gerak pasif untuk mengetahui adanya nyeri gerak atau nyeri tekan, end

    feelsendi pergelangan tangan. Pada pemeriksaan gerakan dilakukan penuh oleh terapis ke segala

    arah bidang gerak yaitu gerakan fleksi-ekstensi pergelangan tangan, ulnar deviasi, dan radialdeviasi yang dilakukan penuh oleh terapis tanpa menimbulkan kontraksi otot. Dan dari pemeriksaan

    tersebut didapatkan nyeri pada akhir gerakan. Dan endfeell pada pergelangan tangan yaitu endfeell

    lunak.

    c. Pemeriksaan Gerak Isometrik Melawan Tahanan

    Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk memprovokasi nyeri musculotendineusnya. Pada pemeriksaan

    gerakan ini pasien diminta melakukan gerakan ke segala arah bidang gerak yaitu gerakan fleksi

    wrist, ekstensi wrist, ulnar deviasi, dan radial deviasi yang dilakukan penuh oleh pasien dengan

    tahanan dari terapis. Dan didapatkan pasien dapat menggerakan ke segala arah yaitu pada gerakan

    flexi-ekstensi wrist, abduksi dan adduksi wrist, ulnar dan radial deviasi wrist, dan ada sedikit keluhan

    nyeri.

    4. Kemampuan Fungsional

    Pemeriksaan kemampuan fungsional ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan pasien dalam

    melakukan aktivitas sehari-hari dan yang berhubungan dengan lingkungan. Kemampuan fungsional

    meliputi:

    a. Kemampuan fungsional dasar

    Pasien mampu menggenggam, fleksi dan ekstensi, serta radial dan ulnar deviasi pergelangan

    tangan kanan dan kiri.

    1. Aktivitas fungsional

  • 8/10/2019 FISIOTERAPI KASUS CTS

    15/26

    Pasien dapat melakukan aktifitas makan dengan menggunakan tangan tanpa timbul nyeri, mampu

    memasak, mencuci baju, menyapu dan mengendarai motor secara mandiri tapi dalam jangka waktu

    yang lama timbul nyeri dan kesemutan.

    c. Lingkungan aktivitas

    Lingkungan aktivitas pasien tidak mendukung untuk kesembuhan karena banyak aktivitas yang

    dilakukan dengan tangan, seperti mencuci baju dan menyapu dan bepergian naik motor.

    1. 5. Pemeriksaan kognitif, intra personal, interpersonal

    Pemeriksaan kognitif diketahui bahwa memori pasien baik, mampu memahami dan mengikuti

    instruksi terapis. Pemeriksaan interpersonal diketahui bahwa pasien mempunyai semangat untuk

    sembuh sehingga dia rajin datang untuk terapi. Pemeriksaan intrapersonal diketahui bahwa pasien

    dapat bekerjasama dan berkomunikasi baik dengan terapis atau lingkungan sekitar.

    6. Pemeriksaan spesifik

    a. Test profokasi

    1) Phalen test

    Pergelangan tangan penderita dipertahankan selama kira-kira 30 detik dalam posisi flexi palmar

    penuh. Hasil yang diperoleh hasil positif menunjukkan nyeri pada pergelangan tangan kanan dan

    kiri.

    Gambar 6

    Phalen test (De Wolf & Mens, 1994)

    2) Thinel test

    Test ini mendukung diagnosa jika timbul parestesia atau nyeri pada daerah distribusi nervus

    medianus kalau dilakukan perkusi pada terowongan karpal dengan posisi tangan sedikit dorsi fleksi.

    Dan hasil yang diperoleh adalah positif pada pergelangan tangan kanan dan kiri.

    Gambar 7

    Tinel test (De Wolf & Mens, 1994)

    3) Phrayer test

    Ekstensikan pergelangan tangan dengan maksimal tahanan selama 30 detik kemudian lepaskan

    maka akan timbul nyeri di pergelangan tangan. Dan hasil yang diperoleh adalah positif pada

    pergelangan tangan kanan dan kiri.

  • 8/10/2019 FISIOTERAPI KASUS CTS

    16/26

    b. Dermatom test

    Dermatom test adalah test sensitifitas pada daerah yang mendapatkan persyarafan

    nervus medianus. Yaitu berupa test tajam tumpul ataupun panas dingin. Dan hasil dari dermatom

    test yang penulis lakukan menunjukkan tidak adanya pengurangan sensibilitas pada daerah yang

    disyarafi nerves medianus pada pergelangan tangan kanan dan kiri.

    c. Pengukuran kekuatan otot

    Yaitu pengukuran secara fungsional dengan mengukur kekuatan dan integrasi dari fungsi dasar

    tangan yang berupa kelompok otot flexor, ekstensor, abduktor, dan adduktor pergelangan tangan

    dengan menggunakan MMT (Manual muscle Testing). MMT (Manual Muscle Testing) adalah suatu

    usaha untuk mengetahui kemampuan seseorang dalam menunjukkan kontraksi otot. Hasil yang

    diperoleh dari pemeriksaan adalah

    Tabel 1Hasil

    pemeriksaan kekuatan otot

    dengan MMT

    d. Diskriminasi 2 titik

    Dengan mencari sensoris yang

    lemah pada distribusi nervus

    medianus yang telah disebutkan

    di depan dengan menggunakanbolpoin. Dan dari hasil

    pemeriksaan yang dilakukan

    pada daerah tangan kanan dan

    kiri adalah tidak adanya

    penurunan sensibilitas.

    e. VAS (Visual Analog Scale )

    Yaitu sebuah parameter yang

    digunakan untuk pengukuran

    nyeri yang menggunakan nilai

    0cm sampai 10cm ( 0 = tidak

    nyeri, 10 = nyeri sekali). Dan

    hasil yang diperoleh adalah:

    Kanan: Nyeri diam: 0 mm, Nyeri gerak saat gerakan fleksi dan ekstensi wrist: 4 mm, Nyeri tekan

    pada dorsal tangan: 2 mm.

    Nama Otot Nilai otot

    Wrist kanan:

    Fleksor wrist

    Ekstensor wrist

    Ulnar deviasi

    Radial deviasi

    Wrist kiri

    Fleksor wrist

    Ekstensor wrist

    Ulnar deviasi

    Radial deviasi

    4

    5

    5

    4

    5

    4+

    5

    4

  • 8/10/2019 FISIOTERAPI KASUS CTS

    17/26

    Kiri: Nyeri diam: 0 mm, Nyeri gerak saat gerakan fleksi dan ekstensi wrist: 4 mm, Nyeri tekan pada

    dorsal tangan: 2 mm.

    B. Penatalaksanaan Terapi

    Penatalaksanaan fisioterapi untuk memberikan metode yang tepat dan efektif berdasarkanmasalah yang dihadapi, penyebab dan kemampuan pasien sehingga tujuan dari terapi dapat

    tercapai dengan baik dan yang diharapkan dari program terapi dapat terwujud. Pada kasus carpal

    tunnel syndrome ini pelaksanaan fisioterapi menggunakan modalitas ultra sonic dan terapi latihan

    untuk mengatasi problematik yang dihadapi pasien.

    Terapi pertama (T1) tanggal 5 Desember 2007:

    1. 1. Ultra sonic

    Gambar 8

    Ultra sonic

    a. Persiapan alat

    Mesin di test apakah mesin dalam keadaan baik dan dapat mengeluarkan gelombang ultra sonic

    dengan cara memberi air pada tranduser guna menampung air dan dipegang menghadap ke atas

    kemudian mesin dihidupkan, bila mesin dalam keadaan baik maka air akan bergerak seperti

    mendidih kemudian koupling medium, handuk, tissue, dan alkohol dipersiapkan.

    b. Persiapan pasien

    Pasien diposisikan senyaman mungkin, rileks, dan tanpa adanya rasa sakit yaitu posisi dengan

    duduk kemudian tangan supinasi diletakkan diatas bed, kemudian pada bagian tangan disuport oleh

    bantal. Dan tangan yang akan diterapi harus terbebas dari pakaian dan segala aksesoris. Sebelum

    pemberian terapi dilakukan tes sensibilitas dengan menggunakan tabung berisi air panas dan dingin

    didaerah tangan bagian palmar. Posisi terapis duduk di depan pasien. Pasien diberi penjelasan

    tentang tujuan pengobatan yang diberikan dan juga rasa panas yang dirasakan dan jika pasien

    merasakan seperti kesemutan yang berlebihan saat terapi berlangsung diharapkan pasien

    langsung memberitahukan kepada terapis.

    c. Pelaksanaan

    Alat diatur sedemikian rupa sehingga tangkai mesin dapat menjangkau tangan yang akan diterapi

    kemudian area yang akan diterapi yaitu pada dorsal pergelangan tangan kanan diberikan koupling

    medium kemudian tranduser ditempelkan lalu mesin dihidupkan lalu tranduser digerakan pelan-

    pelan pada pergelangan tangan kanan pasien secara tranvers dan irama yang teratur di atas

    pergelangan tangan dengan arah tegak lurus dengan area terapi, tranduser harus selalu kontak

  • 8/10/2019 FISIOTERAPI KASUS CTS

    18/26

    dengan kulit, dengan intensitas 1,5 watt/cm2 secara continous, lama terapi 5 menit diperoleh dari

    luas area 25 cm2 dan ERA 5 cm2. Selama proses terapi berlangsung harus mengontrol panas yang

    dirasakan pasien. Jika selama pengobatan rasa nyeri dan ketegangan otot meninggi, dosis harus

    dikurangi dengan menurunkan intensitas. Hal ini berkaitan dengan overdosis. Setelah terapi pada

    pergelangan tangan kanan selesai intensitas dinolkan dan dilanjutkan untuk pergelangangan tangan

    yang kiri sama seperti yang dilakukan pada pergelangan tangan kanan, setelah selesai kemudian

    alat dirapikan seperti semula. Untuk (T2 T6) pemberian terapi ultra sonic pada pergelangan

    tangan kanan dan kiri sama seperti T1.

    1. 2. Terapi Latihan

    Ressisted exerciseyaitu merupakan bagian dari active exercise dengan dinamik atau statik

    kontraksi otot dengan tahanan dari luar. Tahanan dari luar bisa dengan manual atau dengan

    mekanik.

    Posisi pasien: duduk di kursi dengan tangan disangga bantal, terapis duduk berhadapan dengan

    pasien.

    Pelaksanaan:

    a. Gerakan dorsi fleksi dan palmar fleksi

    Posisi pasien duduk nyaman dan lengan bawah tersangga penuh. Latihan diberikan pada

    pergelangan tangan kanan dan kiri. Terapis menstabilisasi pada pergelangan tangan kemudian

    pasien diminta menggerakkan kearah dorsal dan palmar fleksi dan terapis memberi tahanan kearah

    palmar dan dorsal tangan dengan aba aba pertahankan disinitahantahan. Selama 7

    hitungan kemudian hitungan ke-8 pasien rileks. Tahanan disesuaikan dengan kemampuan pasiendengan pengulangan 810 kali (Bates, 1992).

    Gambar 9

    Gerak dorsal fleksi dan palmar fleksi dengan tahanan (De Wolf & Mens, 1994)

    b. Gerakan ulnar deviasi dan radial deviasi

    Ulnar deviasi:

    Posisi pasien duduk nyaman dan lengan bawah tersangga penuh dan pronasi dalam posisi netral.Latihan diberikan pada pergelangan tangan kanan dan kiri Terapis memfiksasi pada distal lengan

    bawah dan pasien diminta menggerakkan tangan ke ulnar dan terapis memberi tahanan kearah

    dorsal tangan dengan aba aba pertahankan disinitahantahan. Selama 7 hitungan

    kemudian hitungan ke-8 pasien rileks. Tahanan disesuaikan dengan kemampuan pasien, dengan

    pengulangan 810 kali (Bates, 1992).

  • 8/10/2019 FISIOTERAPI KASUS CTS

    19/26

    Gambar 10

    Gerak ulnar deviasi dan radial deviasi yang ditahan (De Wolf & Mens, 1994)

    Radial deviasi:

    Posisi pasien duduk nyaman dan lengan bawah tersangga penuh dan pronasi dalam posisi netral.

    Latihan diberikan pada pergelangan tangan kanan dan kiri Terapis memfiksasi pada distal lengan

    bawah dan pasien diminta menggerakkan tangan ke radial deviasi dan terapis memberi tahanan

    kearah ulnar tangan dengan aba aba pertahankan disinitahantahan. Selama 7 hitungan

    kemudian hitungan ke-8 pasien rileks. Tahanan disesuaikan dengan kemampuan pasien, dengan

    pengulangan 810 kali (Bates, 1992).

    Untuk (T2T6) pemberian terapi latihan pada pergelangan tangan kanan dan kiri sama seperti T1

    tapi untuk tahanannya ditambah.

    1. 3. Edukasi

    Agar hasil maksimal maka perlu diberikan edukasi pada pasien tentang cara melakukan aktivitas

    sehari-hari yang benar dan pemberian modalitas fisioterapi. Edukasi yang diberikan untuk penderita

    carpal tunnel syndrome yaitu pasien diminta untuk mengompres dengan air hangat pada kedua

    pergelangan sampai telapak tangan kanan dan kiri sekitar 10 menit, menggerakkan kedua

    pergelangan tangan sebatas nyeri pasien secara aktif dengan tujuan pemperlancar peredaran darah

    dan mengistirahatkan kedua tangan saat timbul nyeri dan juga jangan mengangkat beban berat

    yang menimbulkan nyeri, serta melakukan latihan tangan seperti yang diajarkan terapis tapi

    menggunakan tahanan kantong pasir, jangan mengangkat beban berat yang menimbulkan nyeri,

    jangan memaksakan bekerja secara berlebihan saat tangan merasa nyeri .

    C. Evaluasi Hasil Terapi

    Untuk mengetahui kemajuan dan kemunduran pasien dengan kondisi carpal tunnel syndrome

    bilateral atas nama Ny. Eni berumur 33 tahun setelah mendapatkan terapi, maka perlu dibandingkan

    antara hasil sebelum dan sesudah diberikan terapi.

    1. Tes provokasi

    Test Provokasi T0 T3 T6

    Wrist kanan:

    Test Thinel +

    +

    -

    +

    -

    -

  • 8/10/2019 FISIOTERAPI KASUS CTS

    20/26

    Test Phanel

    Test Phrayer

    Wrist kiri:

    Test Thinel

    Test Phanel

    Test Phrayer

    +

    +

    +

    +

    +

    -

    +

    +

    +

    -

    -

    +

    1. Nyeri dengan VAS

    VAS

    T0 T3 T6

    Wrist kanan:Nyeritekan

    Nyeri gerak

    Nyeri diam

    Wrist kiri:

    Nyeri tekan

    Nyeri gerak

    Nyeri diam

    2

    4

    0

    2

    4

    0

    2

    3

    0

    2

    3

    0

    1

    3

    0

    1

    3

    0

    1. Kekuatan otot dengan MMT

    MMT

    T0 T3 T6

    Wrist

    kanan:Fleksorwrist

    Ekstensor wrist

    Ulnar deviasi

    4

    5

    5

    4+

    5

    5

    4+

    5

    5

  • 8/10/2019 FISIOTERAPI KASUS CTS

    21/26

    Radial deviasi

    Wrist kiri:

    Fleksor wrist

    Ekstensor wrist

    Ulnar deviasi

    Radial deviasi

    4

    5

    4+

    5

    4

    4

    5

    4+

    5

    4+

    4

    5

    4+

    5

    4+

    4. Kemampuan fungsional pada tangan yaitu pasien sudah sedikit sempurna saat menggenggam,

    memasak, mencuci dan saat mengendarai motor nyeri agak berkurang.

    BAB 1V

    PEMBAHASAN HASIL

    Seorang wanita berumur 33 tahun dengan carpal tunnel syndrome bilateral yang menimbulkan

    masalah adanya paraestesia, rasa tebal dan penurunan kekuatan otot, dan penurunan kemampuan

    fungsional tanganya setelah mendapatkan penanganan fisioterapi dengan menggunakan modalitas

    ultra sonic dan terapi latihan sebanyak 6 kali dengan remisi tiga kali seminggu didapatkan

    perkembangan yang positif yaitu adanya pengurangan keluhan parestesia, pengurangan rasa tebal,

    pengurangan rasa nyeri, peningkatan kemampuan fungsional tangan, peningkatan kekuatan otot

    pada ke dua pergelangan tangannya.

    Berikut ini adalah grafik kemajuan dari problematika pada pasien dengan carpal tunnel

    syndromebilateral dengan menggunakan parameter tertentu.

    Grafik 1

    Grafik nilai VAS wrist kanan

    Grafik 2

    Grafik nilai VAS wrist kiri

    Dari 2 grafik di atas dapat dilihat pengaruh pemberian ultra sonic pada pergelangan tangan kanan

    dan kiri sama yaitu nyeri gerak dan nyeri tekan berkurang 1 , sedangkan nyeri diam tidak ada.

    Grafik 3

    Grafik nilai peningkatan kekuatan otot

    pergelangan tangan kanan

  • 8/10/2019 FISIOTERAPI KASUS CTS

    22/26

    Grafik 4

    Grafik nilai peningkatan kekuatan otot

    pergelangan tangan kiri

    Dari 2 grafik di atas dapat dilihat bahwa kekuatan otot pada semua sendi pergelangan tangan kanan

    dan kiri mengalami peningkatan.

    Tabel 2

    Tabel test provokasi pada pemeriksaan carpal tunnel syndrome

    Test Provokasi T0 T3 T6

    Wrist kanan:

    Test Thinel

    Test Phanel

    Test Phrayer

    Wrist kiri:

    Test Thinel

    Test Phanel

    Test Phrayer

    +

    +

    ++

    +

    +

    -

    +

    +-

    +

    +

    -

    -

    +-

    -

    +

    Data yang dapat memberikan bukti klinis yaitu dari data yang bersifat subjektif dari pasien antara

    lain adanya pengurangan keluhan kesemutan dan rasa tebal pada tangan kanan dan kirinya,

    peningkatan kemampuan fungsional tangan dan peningkatan kekuatan otot, kemudian test tinel dan

    test phalen negative pada T6 pada ke dua pergelangan tangannya.

    Pada kasus ini penggunaan ultra sonic efektif dalam mengurangi nyeri karena adanya pengaruh

    termal dan pengaruh langsung dari serabut saraf. Nilai ambang rangsang nyeri meningkat setelah

    pemberian Ultra Sonic dengan intensitas 1 1,5 W/cm2 selama 2 menit (Michlovitz, 1996).

    Menurut Midellamas dan chatterjebahwa acut soft tissueinjury dapat membaik dengan diberikan

    ultra sonic 1,5 MHz pada intensitas 0,5 1 watt/cm selama 410 menit untuk jaringan superficial

    dan 1-2 watt/cm untuk jaringan yang lebih dalam. Dengan gelombang continous pada ultra sonik

    pada intensitas 0,5 2 W/cm2 dan frekuensi 1,5 MHz telah menghasilkan efek yang lebih efektif

  • 8/10/2019 FISIOTERAPI KASUS CTS

    23/26

    pada jaringan superficial dari pada pemanasan dengan parafin dan modalitas lainnya dalam hal

    mengurangi nyeri pada soft tissue injuryatau pada kondisi akut (Cameron, 1999). Selain itu dengan

    berkurangnya nyeri maka tidak terjadi hambatan dalam kontraksi otot dan kekuatan ototpun bias

    meningkat, sehingga kemampuan menggenggam juga meningkat.

    Efek yang dihasilkan ultra sonic salah satunya yaitu efek thermal yang akan mengakibatkan dilatasi

    pembuluh darah sehingga terjadi peningkatan aliran darah yang membawa oksigen dan nutrisi yang

    diperlukan untuk perbaikan jaringan. Selain itu proses pengangkutan zat pengiritasi menjadi lebih

    lancar sehingga diperoleh efek rileksasi. Dengan frekuensi 1MHz efek thermal dari pemakaian ultra

    sonik dapat menembus jaringan hingga kedalaman 5 cm dari permukaan kulit (Cameron, 1999).

    Adanya pengaruh non termal dari ultra sonic mampu memberikan efek peningkatan permeabilitas

    jaringan kolagen dan perubahan aktifitas seluler yang berperan dalam proses regenerasi

    jaringan (Sujatno dkk, 2002).

    Nyeri spontan, tenderness, erytema, dan swelling setelah 10 kali pengobatan selama 12 hari

    menunjukkan perbandingan yang berarti dibanding terapi infra red, SWD, atau wax bath (Michlovitz,

    1996). Sedang penelitian lain menunjukan bahwa dengan pemberian ultra sonic dengan dosis 1

    watt/cm dengan gelombang konstan selama 5 menit dapat meninggikan ambang rangsang (TITAFI,

    XV). Penggunaan ultra sonic telah digunakan sejak 50 tahun yang lalu dan efek yang ditimbulkan

    paling besar adalah efek biologi pada jaringan dengan frekuensi tinggi dengan angka kesembuhan

    mencapai 73% (Miclhovitz, 1996).

    Selain mengoptimalkan modalitas yang telah digunakan yaitu usaha untuk mengurangi nyeri, untuk

    mencegah adanya atrofi atau menjaga sifat fisiologis otot tangan dan sekitarnya, kelemahan otot,

    dan gangguan dalam aktivitas dapat dilakukan dengan berbagai teknik terapi latihan baik

    denganresissted exercise (Michlovitz, 1996). Manfaat dari terapi latihan adalah untuk meningkatkan

    kekuatan otot, meningkatkan kemampuan fungsional, meningkatkan peredaran darah pada

    persendian dan nutrisi tulang rawan sendi dan memperbaiki fungsi jaringan sekitar persendian

    akibat peradangan atau perlengketan. Suatu percobaan membuktikan bahwa dengan resisted

    exercise dengan pengulangan 1-8 kali dapat meningkatkan kekuatan otot hingga 60% dan tidak

    terjadi hambatan dalam kontraksi otot (Miclhovitz,1996).

    Keberhasilan yang nyata dengan pemberian terapi ultra sonic dan terapi latihan pada kondisi carpal

    tunnel syndrome ini dipengaruhi oleh beberapa factor pendukung. Faktor yang mendukung

    keberhasilan terapi yang dilaksanakan berasal dari faktor terapis, pemilihan modalitas yang efektif,

    serta faktor dari pasien sendiri. Faktor dari terapis antara lain tingkat pengetahuan tentang carpaltunnel syndrome yaitu proses patologis sampai penatalaksanaan terapi, kemampuan terapis dalam

    memilih dan melaksanakan program terapi dan pemberian edukasi yang jelas dan benar kepada

    pasien. Modalitas ultra sonic dilakukan dalam keadaan baik sehingga dapat memberikan efek terapi

    sesuai yang diinginkan. Sedangkan dari pasien sendiri, dukungan dari pasien terhadap program

    terapi yang telah ditetapkan dapat memberikan hasil sesuai yang diharapkan.

  • 8/10/2019 FISIOTERAPI KASUS CTS

    24/26

    BAB V

    PENUTUP

    1. A. Kesimpulan

    Dari uraian yang telah dijelaskan dalam bab terdahulu, mulai dari penyebab, perjalanan penyakit

    sampai pelaksanaaan terapi dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa carpal tunnel syndrome adalah

    suatu sindroma akibat adanya penekanan nervus medianus pada terowongan carpal dengan derajat

    penekanan yang bervariasi dari ringan sampai berat. Keadaan tersebut muncul karena adanya

    berbagai kondisi, artinya syndroma ini jarang muncul sendiri tanpa adanya kondisi lain sebaga

    pencetus carpal tunnel syndrome sendiri mempunyai gejala dan tanda klinis yang beragam

    tergantung derajat kerusakan nervus medianus yang tertekan.

    Modalitas fisioterapi yang dapat diberikan pada kondisi ini antara lain: ultra sonic, short wave

    diathermy, micro wave diathermy, infra red, massage, terapi latihan, cold pack. Fisioterapi dengan

    modalitas ultra sonic dan terapi latihan merupakan terapi yang dapat diberikan pada kondisi carpal

    tunnel syndrome. Untuk mengatasi masalah yang muncul, yang meliputi impairment, functional

    limitation, serta disabilitynya.

    Pada kasus ini dengan menggunakan ultra sonic dan terapi latihan selama 6 kali, dapat mengatasi

    masalah dengan hasil menambah kekuatan otot, mengurangi nyeri dan meningkatkan kemampuan

    fungsional tangan walaupun belum sepenuhnya dapat diatasi. Peningkatan ini berkat kerja sama

    fisioterapis dan tenaga kerja lain.

    B. Saran

    Adanya kerja sama dengan tenaga kesehatan yang lain merupakan solusi yang tepat untuk

    menyelesaikan permasalahan yang ditimbulkan, meskipun pemberian modalitas fisioterapi

    memegang peranan penting. Hendaknya fisioterapi melakukan identifikasi dan interprestasi masalah

    dengan baik sehingga bisa diberikan interfensi yang sesuai dengan permasalahan yang ada.

    Dalam pemberian modalitas perlu diperhatikan pengecekan terhadap modalitas secara periodik

    agar program terapi yang dilaksanakan dapat mencapai hasil yang optimal. Fisioterapi sendiri

    hendaknya mengembangkan pengetahuan dan selalu merasa tidak puas dengan pengetahuan yang

    telah dimiliki. Hal-hal yang juga mempengaruhi keberhasilan terapi adalah motivasi pasien untuk

    sembuh, peranan dari keluarga serta kerjasama dari tenaga kesehatan lain yang terkait.

    Penulis berharap semoga penyajian penulisan ini dapat bermanfaat dalam memberikan pelayananterapi pada carpal tunnel syndrome dengan modalitas fisioterapi berupa ultra sonic dan terapi

    latihan. Akhirnya penulis menyadari bahwa penyajian mengenai penatalaksanaan terapi ultra sonic

    dan terapi latihan pada carpal tunnel syndrome bilateral dalam Karya Tulis Ilmiah ini masih

    mempunyai banyak kekurangan dan perlu disempurnakan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang

    bersifat membangun senantiasa penulis harapkan guna kepentingan bersama yang lebih baik.

  • 8/10/2019 FISIOTERAPI KASUS CTS

    25/26

    DAFTAR PUSTAKA

    Bates, Andrea, 1992; Aquatic Exercise Therapi; W.B Sounders Company, Philadelpia.

    Cailliet, Rene, 1990; Neck and Arm Pain; F.A Davis Company, Callifornia.

    Chusid, J.G,1967; Corelative Neuro Anatomy and Fungsional Neurologi; Thirtheen, Lange Medical,

    Publication Los Altos, California, hal. 220.

    Connoly, John, 1981; The Management of Fractures and Dislocation; Bagian satu, Gajah Mada

    University Press, Yogyakarta

    De Wolf AN and Mens, 1994; Pemeriksaan Alat Penggerak Tubuh; Bohn Stafleu Von Loghom,

    Houten Seventeen.

    Dep Kes RI, 1999; Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia sehat 2010; Jakarta.

    Hislop, H.J and Montgomery, J, 1995; Muscle Testing Technique of Manual Examination. Sixth

    edition, Daniel and Wortinghams, Churchill Livingstone, USA.

    Kisner, C and Colby, 1996; Therapeutic Exercise Fondation and Teqniques; Second edition, Davis

    Company, Philadelpia .

    Livingstone, Churchill, 1983; The Hand Examination and Diagnosis; Aurora, New York.

    Maxey, Lisa, 1990; Rehabilitation For Postsurgical Ortopedic Patient; Cetakan Pertama, Davis

    Company, St Louis, hal. 101.

    Michlovitz, Susan, 1996; Thermal Agent in Rehabilitation; Third edition, Davis Company, Philadelpia.

    Priyatna, Heri, 1985; Exercise Therapy; Akademi Fisioterapi Surakarta.

    Putz, R and R. Pabst, 2000; Sobotta Atlas Anatomi Manusia; E.G.C, Jakarta.

    Rambe, Aldy (2004); Carpal Tunnel Syndrome; Diakses 4 Oktober 2006, dari

    http:/www.rsup.adammalik.cline.net.html.

    Shidarta, Priguna, 1984;Sakit Neuro Muskulo Skeletal; Cetakan kedua, P.TDian Rakyat, Jakarta,

    hal. 140.

    Snell, Richard S,1997; Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran; Bagian tiga, penerbit EGC,

    Jakarta.

  • 8/10/2019 FISIOTERAPI KASUS CTS

    26/26

    Sujatno, I.g dkk, 2002; Sumber Fisis; Akademi Fisioterapi Surakarta.