lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/2805/5/bab iv.pdf · analisis...
TRANSCRIPT
Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP
Hak cipta dan penggunaan kembali:
Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli.
Copyright and reuse:
This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.
BAB IV
ANALISIS
Di dalam bab ini, penulis akan membahas analisis dari proses perancangan
environmentdalam animasi Sirets, berdasarkan metode yang sudah dibahas dalam
bab sebelumnya. Secara garis besar, environment dari animasi ini dapat dibagi
menjadi empat macam, yaitu pegunungan, pedalaman (hutan dan rawa), pesisir,
dan dunia roh.
4.1. Analisis Warna
Untuk menghasilkan sebuah gambar environment yang mencerminkan seni ukir
dan motif-motif Asmat, peneliti menggunakan tiga warna utama, yaitu merah
bata, hitam, dan putih. Di dalam lingkungan Suku Asmat sendiri, ketiga warna
tersebut menjadi utama karena melimpahnya sumber daya alam di lingkungan
mereka yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan ketiga warna tersebut,
seperti tanah, arang, dan kerang-kerang. Di dalam Sirets pun, environment yang
dirancang perlu menunjukkan lingkungan alam Suku Asmat melalui warna-
warnanya. Hal ini diraih dengan menggunakan warna-warna yang dapat
menunjukkan hasil alam Suku Asmat.
Gambar 4.1. Tiga warna utama Sirets: merah bata, hitam, dan putih
(Dokumentasi Pribadi/2016)
Perancangan environment..., Aletheia Herdiman, FSD UMN,2017
Gambar 4.2. Penggunaan tiga warna utama dalam EnvironmentSirets.
(Dokumentasi Pribadi/2016)
Tokoh utamanya - Amates, harus terlihat menonjol dan mudah ditemukan.
Untuk itu, peneliti menggunakan warna cokelat gelap - kemerahan untuk warna
kulitnya.
Gambar 4.3. Warna cokelat gelap kemerahan untuk warna kulit Amates
(Dokumentasi Pribadi/2016)
4.2 Analisis Environment Pegunungan
Konsep visual environmentpegunungan diwujudkan dengan penggambaran
vegetasi pegunungan Papua, yang distilasi menggunakan desain motif Asmat
Pegunungan dan motif Asmat Brazza. Kedua motif tersebut, menurut Konrad
(2002), berasal dari wilayah pegunungan Asmat.
Perancangan environment..., Aletheia Herdiman, FSD UMN,2017
Gambar 4.4. Motif Asmat Pegunungan dan Brazza yang digunakan untuk perancangan
environment pegunungan Sirets
(ASMAT –Mencekap Kehidupan dalam Seni/ Ursula Konrad/ 2002)
Motif Asmat Pegunungan kebanyakan memiliki makna yang menonjolkan
identitas Suku Asmat sebagai pejuang dan pengayau. Oleh karena itu, kebanyakan
motifnya menggambarkan kelok-kelok yang menggambarkan kus-kus atau
kalong, yang merupakan hewan pemakan buah. Namun, kelok-kelok tersebut
secara estetis memiliki kemiripan dengan bentuk ranting-ranting pepohonan, serta
dedaunan, sehingga peneliti memutuskan untuk menggunakan ciri kelok-kelok
tersebut untuk menggayakan bentuk pepohonan Pegunungan. Di sini peneliti
menggunakan motif kelok-kelok tersebut untuk menggambarkan pohon
Araucaria.
Perancangan environment..., Aletheia Herdiman, FSD UMN,2017
Gambar 4.5. Pohon Araucaria yang digayakan berdasarkan motif Asmat Pegunungan
(Dokumentasi Pribadi/ 2016)
Adapun tumbuhan merambat serta rerumputan yang juga digayakan
menurut motif Asmat Pegunungan. Untuk environmentpegunungan, peneliti
terfokus untuk menggambarkan tanaman Smilax anceps,Phyllocladus,
Elmerrilliadan Campnosperma seychellarum.
Gambar 4.6. Rerumputan dan tanamana merambat yang digayakan menurut motif Asmat
Pegunungan
(Dokumentasi Pribadi/ 2016)
Untuk membedakan tanaman mana yang merupakan pohon tinggi dan
rerumputan, peneliti memutuskan untuk meletakkan pepohon tinggi di sekitar
latar belakang, sementara rerumputan di daerah latar tengah hingga latar depan.
Perancangan environment..., Aletheia Herdiman, FSD UMN,2017
Gambar 4.7. Environment pegunungan di sekitar Sungai Sirets
(Dokumentasi Pribadi/ 2017)
Karena setting awal ceritanya yang bermain di wilayah pegunungan,
peneliti juga memutuskan untuk memasukkan gambar pegunungan di latar
belakang. Penggambaran gunung juga diberi aksen motif Asmat Pegunungan
sebagai detail ornamental.
Gambar 4.8. Environment pegunungan di sekitar hutan
(Dokumentasi Pribadi/ 2017)
Perancangan environment..., Aletheia Herdiman, FSD UMN,2017
4.3 Environment Pedalaman
Konsep visual lingkungan pedalaman diwujudkan dengan menggambarkan alam
vegetasi dataran rendah yang mencakup hutan dan rawa. Di sini peneliti
menggunakan motif Asmat Pedalaman untuk menggayakan pepohonannya. Motif
Asmat Pedalaman cenderung lebih dinamis dan organis dalam hal penggambaran
ragam hiasnya. Banyak dari motif-motif tersebut menggambarkan bunga dan
tanaman di lingkungan hutan Suku Asmat. Ini memungkinkan peneliti melakukan
eksplorasi bentuk untuk menggambarkan berbagai macam tanaman yang terdapat
di daerah pedalaman hutan dan rawa.
Gambar 4.9. Motif Asmat Pedalaman yang digunakan untuk perancangan Environment
pedalaman hutan Sirets
(ASMAT – Mencekap Kehidupan dalam Seni/ Ursula Konrad/ 2002)
Bentuk-bentuk motifnya yang cenderung organis digunakan oleh peneliti
untuk menggambarkan dedaunan, tekstur batang, sampai bentuk ranting yang ada
di dalam environment pedalaman hutan maupun rawa.
Perancangan environment..., Aletheia Herdiman, FSD UMN,2017
4.3.1 Environment Pedalaman – Hutan
Hutan Asmat digambarkan rimbun dengan beragam jenis pepohonan. Untuk
environment ini, peneliti banyak menggunakan motif Asmat Pedalaman untuk
menggayakan bentuk pohon Bischofia javanica, Livistona serta Pandan.
Gambar 4.10. Penggayaan pohon untuk lingkungan pedalaman
(Dokumentasi Pribadi/ 2016)
Seperti dalam merancang environmentpegunungan, di sini peneliti juga
mempertimbangkan pentingnya menonjolkan latar depan dan latar belakang,
dengan meletakkan pepohonan besar di daerah belakang, dan tanaman kecil
seperti pandan di depan.
Perancangan environment..., Aletheia Herdiman, FSD UMN,2017
Gambar 4.11. Environment pedalaman di wilayah hutan
(Dokumentasi Pribadi/ 2016)
4.2.2 Environment Pedalaman – Rawa
Meski dalam environment Pedalaman Rawa peneliti juga mengacu pada motif
Asmat Pedalaman, namun pepohonan yang digambarkan di sini adalah pohon
Bakau. Khusus untuk environment ini, peneliti lebih banyak terfokus pada motif
Asmat Pedalaman yang menggambarkan motif Bipane (hiasan hidung orang
Asmat) yang bentuknya sangat mirip dengan akar-akaran maupun ranting
pepohonan Bakau.
Gambar 4.12. Motif Asmat Pedalaman dengan motif Bipane
(ASMAT – Mencekap Kehidupan dalam Seni/ Ursula Konrad/ 2002)
Perancangan environment..., Aletheia Herdiman, FSD UMN,2017
Dengan mengacu pada motif Asmat Pedalaman, maka peneliti
menggambarkan ranting dan akar pohon Bakau yang meliuk-liuk seperti motif
Bipane.
Gambar 4.13. Ranting pohon Bakau yang digayakan seperti motif Bipane
(Dokumentasi Pribadi/ 2016)
Gambar 4.14. Environment pedalaman di wilayah rawa
(Dokumentasi Pribadi/ 2016)
Perancangan environment..., Aletheia Herdiman, FSD UMN,2017
4.5 Analisis Environment Pesisir
Wilayah pesisir, secara visualdigambarkan agak berbeda darienvironment lainnya,
karena settingnya yang lebih banyak bermain di laut lepas. Di sini,
penelitimemutuskan untuk menggayakan bentuk ombak dan awan, serta beberapa
pohon kelapa. Untuk menggayakan bentuknya, peneliti kembali mengacu pada
motif Asmat. Untuk environmentini yang menjadi acuan adalah motif Asmat
Pantai.
Gambar 4.15. Bentuk Bipane (tengah) dan Ainor (paling kanan) pada motif Asmat Pantai
(ASMAT – Mencekap Kehidupan dalam Seni/ Ursula Konrad/ 2002)
Motif Asmat Pantai secara dominan menggambarkan motif Bipane (hiasan
hidung orang Asmat) dan Ainor (sihir). Kedua motif ini mempunyai dasar bentuk
berkelok. Hal ini memberi kesempatan bagi peneliti untuk menggambarkan
bentuk ombak laut, awan, serta pohon dengan gaya yang cenderung berkelok-
kelok – mirip seperti kedua bentuk tersebut.
Gambar 4.16. Ombak, awan, dan pohon palem yang digayakan
Perancangan environment..., Aletheia Herdiman, FSD UMN,2017
(Dokumentasi Pribadi/ 2016)
Gambar 4.17. Environment pesisir dengan ombak yang digayakan
(Dokumentasi Pribadi/ 2016)
Gambar 4.18. Environment pesisir dengan pohon kelapa yang digayakan
(Dokumentasi Pribadi/ 2016)
4.4 Environment Dunia Roh
Dunia Roh digambarkan sangat kosong dan hanya berisikan kolam-kolam arwah
dengan tiang-tiang Bisj di sampingnya. Warna hitam putih yang digunakan di sini
Perancangan environment..., Aletheia Herdiman, FSD UMN,2017
menggambarkan kehampaan sekaligus kebebasan jiwa di dalam dunia arwah.
Untuk menggambarkan environment ini, peneliti tidak menggayakan objek-objek
lingkungannya berdasarkan motif-motif Asmat regional, melainkan
menggambarkan objek seperti keadaan aslinya. Hal ini dikarenakan dunia tersebut
tidak terdapat di sebuah lokasi geografis manapun, sehingga peneliti tidak
memasukkan unsur apapun yang dapat menunjukkan sebuah lokasi geografis
tertentu. Satu-satunya yang ditonjolkan di sini adalah tiang Bisj – lambang
keluarga orang Asmat, yang menggambarkan budaya kekeluargaan Suku Asmat
yang begitu erat.
Gambar 4.19. Environmentdunia roh
(Dokumentasi Pribadi/ 2016)
Perancangan environment..., Aletheia Herdiman, FSD UMN,2017