linda masniary lubis

17
KARYA ILMIAH EKSTRAKSI PATI DARI BIJI ALPUKAT O L E H LINDA MASNIARY LUBIS DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2 0 0 8 Linda Masniary Lubis : Ekstraksi Pati Dari Biji Alpukat, 2008 USU e-Repository © 2008

Upload: reni-wijayanti

Post on 16-Nov-2015

217 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

vcx

TRANSCRIPT

  • KARYA ILMIAH

    EKSTRAKSI PATI DARI BIJI ALPUKAT

    O L E H

    LINDA MASNIARY LUBIS

    DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

    2 0 0 8

    Linda Masniary Lubis : Ekstraksi Pati Dari Biji Alpukat, 2008 USU e-Repository 2008

  • RINGKASAN

    LINDA MASNIARY LUBIS. Ekstraksi Pati dari Biji Alpukat.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi natrium

    metabisulfit dan suhu pengeringan terhadap mutu pati biji alpukat yang

    dihasilkan.

    Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial

    dengan 2 faktor. Faktor I adalah Konsentrasi Larutan Natrium Metabisulfit (K)

    dengan 5 taraf, yaitu : K1 = 0 ppm, K2 = 750 ppm, K3 = 1500 ppm,

    K4 = 2250 ppm, K5 = 3000 ppm. Faktor II adalah Suhu Pengeringan (S) dengan

    3 taraf, yaitu : S1 = 50oC, S2 = 60oC, S3 = 70oC. Kombinasi perlakuan

    15 dengan 2 ulangan.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi natrium

    metabisulfit yang digunakan maka rendemen, kadar air, kadar abu, residu sulfit,

    dan nilai organoleptik warna pati biji alpukat semakin besar. Semakin tinggi suhu

    pengeringan maka kadar abu dan residu sulfit pati biji alpukat semakin besar,

    sedangkan rendemen, kadar air dan nilai organoleptik warna semakin kecil.

    Interaksi antara konsentrasi natrium metabisulfit dan suhu pengeringan

    berpengaruh nyata terhadap rendemen, kadar abu, dan residu sulfit. Semakin

    tinggi konsentrasi natrium metabisulfit dan suhu pengeringan maka rendemen

    semakin kecil, sedangkan kadar abu dan residu sulfit semakin besar.

    Disimpulkan bahwa untuk menghasilkan pati biji alpukat bermutu baik

    disarankan merendam biji alpukat dalam natrium metabisulfit dengan konsentrasi

    3000 ppm dan pengeringan dengan suhu 50oC.

    Linda Masniary Lubis : Ekstraksi Pati Dari Biji Alpukat, 2008 USU e-Repository 2008

  • KATA PENGANTAR

    Puji syukur Penulis haturkan Kehadirat Allah SWT yang telah

    memberikan hidayahNya sehingga tulisan ini dapat diselesaikan.

    Tulisan berjudul Ekstraksi Pati dari Biji Alpukat ini merupakan hasil

    penelitian yang Penulis lakukan pada bulan September 2007 di Laboratorium

    Biokimia, Fakultas Pertanian, USU Medan.

    Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga

    kepada Bapak Dekan, Bapak Ketua Departemen Teknologi Pertanian, serta

    seluruh staf pengajar pada Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Fakultas

    Pertanian USU yang telah memberikan saran dan arahan kepada Penulis dalam

    menyusun tulisan ini.

    Penulis menyadari tulisan ini masih kurang sempurna, namun demikian

    Penulis tetap berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

    Diketahui oleh : Penulis, Dekan Fakultas Pertanian USU,

    Prof.Ir. Zulkifli Nasution, M.Sc., PhD Linda Masniary Lubis, STP., M.Si NIP. 131 570 478 NIP. 132 231 818

    Linda Masniary Lubis : Ekstraksi Pati Dari Biji Alpukat, 2008 USU e-Repository 2008

  • DAFTAR ISI

    Halaman

    RINGKASAN ...................................................................................... i

    KATA PENGANTAR ......................................................................... ii

    DAFTAR ISI ....................................................................................... iii

    PENDAHULUAN ............................................................................... 1

    METODE PENELITIAN .................................................................... 4

    HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 1. Pengaruh Konsentrasi Natrium Metabisulfit .......................... 2. Pengaruh Suhu Pengeringan ................................................... 3. Pengaruh Interaksi Konsentrasi Natrium Metabisulfit dan Suhu Pengeringan ............................................................. .

    667

    8

    KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 12

    DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 13

    Linda Masniary Lubis : Ekstraksi Pati Dari Biji Alpukat, 2008 USU e-Repository 2008

  • PENDAHULUAN

    Biji buah alpukat sampai saat ini hanya dibuang sebagai limbah yang

    dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Padahal di dalam biji alpukat

    mengandung zat pati yang cukup tinggi, yakni sekitar 23%. Hal ini

    memungkinkan biji alpukat sebagai alternatif sumber pati.

    Biji alpukat yang diolah menjadi pati, selain bermanfaat mengurangi

    pencemaran lingkungan, juga dapat menciptakan peluang usaha baru. Pati biji

    alpukat selanjutnya dapat diolah menjadi berbagai hasil olahan yang mempunyai

    nilai jual tinggi, antara lain : dodol, kerupuk, snack, biskuit dan sebagainya

    (Winarti dan Purnomo, 2006).

    Biji alpukat tergolong besar, terdiri dari dua keping (cotyledon), dan

    dilapisi oleh kulit biji yang tipis melekat. Biji tersusun oleh jaringan parenchyma

    yang mengandung sel-sel minyak dan butir tepung sebagai bahan cadangan

    makanan (Kalie, 1997).

    Menurut hasil analisis Alsuhendra, et al., (2007) biji alpukat memiliki

    kandungan air 12,67 %, kadar abu 2,78 %, kandungan mineral 0,54 % lebih tinggi

    dari biji buah lainnya. Biji alpukat kaya akan sumber campuran kompleks

    senyawa polifenolik mencakup dari yang sederhana katekin dan epikatekin

    dengan zat polimerik terbesar.

    Biji alpukat merupakan tempat penyimpanan cadangan makanan bagi

    tumbuhan, selain buah, batang, dan akar. Pati merupakan penyusun utama

    cadangan makanan tumbuh-tumbuhan. Pati adalah polimer D-glukosa dan

    ditemukan sebagai karbohidrat simpanan dalam tumbuhan. Pati terdapat sebagai

    Linda Masniary Lubis : Ekstraksi Pati Dari Biji Alpukat, 2008 USU e-Repository 2008

  • butiran kecil dengan berbagai ukuran dan bentuk yang khas untuk setiap spesies

    tumbuhan. Pati terdiri atas dua polimer yang berlainan, senyawa rantai lurus,

    amilosa, dan komponen yang bercabang, amilopektin (deMan, 1997). Komposisi

    kimia dan sifat-sifat dari pati biji alpukat dapat dilihat pada Tabel 1.

    Tabel 1. Komposisi kimia dan sifat-sifat pati biji alpukat Komponen Jumlah (%) Komponen Jumlah (%)

    Kadar air Kadar pati *Amilosa *Amilopektin Protein

    10,2 80,1 43,3 37,7 tn

    Lemak Serat kasar Warna Kehalusan granula Rendemen pati

    tn 1,21

    putih coklat halus 21,3

    Sumber : Winarti dan Purnomo, (2006). *Amilosa + amilopektin = pati ; tn = tidak dianalisa

    Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memanfaatkan biji alpukat

    adalah dengan mengekstrak pati dari dalam biji. Masalah utama dalam ekstraksi

    pati biji alpukat adalah apabila biji alpukat dihancurkan menghasilkan warna

    cokelat sehingga pati yang dihasilkan juga agak cokelat. Untuk menghasilkan pati

    biji alpukat dengan warna putih, diperlukan perlakuan khusus pada pengolahan

    pati biji alpukat dengan cara perendaman di dalam larutan natrium metabisulfit

    (Na2S2O5) agar diperoleh pati biji alpukat dengan mutu yang baik.

    Sulfit digunakan dalam bentuk gas SO2, garam Na atau K-sulfit, bisulfit

    dan metabisulfit. Bentuk efektifnya sebagai pengawet adalah asam sulfit yang tak

    terdisosiasi dan terutama terbentuk pada pH di bawah 3. Selain sebagai pengawet,

    sulfit dapat berinteraksi dengan gugus karbonil. Hasil reaksi itu akan mengikat

    melanoidin sehingga mencegah timbulnya warna coklat. Sulfur dioksida juga

    dapat berfungsi sebagai antioksidan (Syarief dan Irawati, 1988).

    Molekul sulfit lebih mudah menembus dinding sel mikroba bereaksi

    dengan asetaldehid membentuk senyawa yang tidak dapat difermentasi oleh enzim

    Linda Masniary Lubis : Ekstraksi Pati Dari Biji Alpukat, 2008 USU e-Repository 2008

  • mikroba, mereduksi ikatan disulfide enzim, dan bereaksi dengan keton

    membentuk hidroksi sulfonat yang dapat menghambat mekanisme pernapasan

    (Cahyadi, 2006).

    Salah satu cara untuk mengawetkan produk adalah dengan

    mengeringkannya. Produk seperti ini mempunyai prospek pasar yang cukup baik.

    Kuantitas atau rendemen produk kering dinilai atas dasar kebersihan, kandungan

    air dan kandungan kimiawi bahan (Syafriandi, 2003).

    Tujuan pengeringan untuk mengurangi kadar air bahan sampai batas

    perkembangan mikroorganisme dan kegiatan enzim yang dapat menyebabkan

    kebusukan terhambat atau bahkan terhenti sama sekali. Dengan demikian, bahan

    yang dikeringkan mempunyai waku simpan lebih lama (Adawyah, 2007).

    Keuntungan dari pengeringan adalah bahan menjadi lebih awet dengan

    volume bahan menjadi lebih kecil sehingga mempermudah dan menghemat ruang

    pengangkutan dan pengepakan, berat bahan juga menjadi berkurang sehingga

    memudahkan pengangkutan (Winarno, et al., 1980).

    Linda Masniary Lubis : Ekstraksi Pati Dari Biji Alpukat, 2008 USU e-Repository 2008

  • METODE PENELITIAN

    Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2007 di Laboratorium

    Biokimia, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara Medan.

    Bahan yang digunakan adalah biji alpukat yang diperoleh dari Pedagang

    Kaki Lima Simpang Glugur, Kelurahan Glugur Kota, Medan. Bahan kimia yang

    digunakan adalah Natrium metabisulfit (Na2S2O5), larutan Iodine 0,01 N,

    HCl pekat, larutan Natrium tiosulfat 0,1 N. Alat Penelitian yang digunakan adalah

    timbangan, oven, beaker glass, aluminium foil, desikator, kain saring, muffle,

    krus porselin, gelas ukur, burette, pipet tetes, blender, erlenmeyer, stirrer.

    Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial

    dengan 2 faktor. Faktor I adalah Konsentrasi Larutan Natrium Metabisulfit (K)

    dengan 5 taraf, yaitu : K1 = 0 ppm, K2 = 750 ppm, K3 = 1500 ppm,

    K4 = 2250 ppm, K5 = 3000 ppm. Faktor II adalah Suhu Pengeringan (S) dengan

    3 taraf, yaitu : S1 = 50oC, S2 = 60oC, S3 = 70oC. Kombinasi perlakuan 15 dengan

    2 ulangan.

    Pelaksanaan Penelitian : kulit biji alpukat dikupas, lalu dicuci dengan

    menggunakan air bersih yang mengalir, kemudian dilakukan pengecilan ukuran

    dengan menggunakan pisau stainless steel. Selanjutnya dihaluskan dengan

    menggunakan blender dengan penambahan air 1 : 1 (1 kg biji ditambah dengan

    1 liter air). Setiap unit percobaan digunakan 300 gram biji alpukat. Dilakukan

    penyaringan dengan menggunakan kain saring untuk mengambil pati dari dalam

    jaringan. Apabila endapan telah terbentuk, air bening di atasnya dibuang secara

    pelan-pelan agar tidak ada pati yang terbuang. Kemudian dilakukan pencucian

    Linda Masniary Lubis : Ekstraksi Pati Dari Biji Alpukat, 2008 USU e-Repository 2008

  • dengan air bersih dan diendapkan kembali sebanyak tiga kali, lalu direndam

    kembali dalam larutan Na2S2O5 sesuai perlakuan pada saat perendaman keempat.

    Endapan pati yang diperoleh dikeringkan dalam oven dengan suhu pengeringan

    yang sesuai dengan perlakuan. Pati kering digiling dan selanjutnya diayak, dan

    dilakukan pengemasan. Setelah itu dilakukan pengamatan dan pengukuran data.

    Pengamatan dan pengukuran data dilakukan dengan cara analisa sesuai

    dengan parameter, yaitu : rendemen (Rangana, 1987), kadar air (AOAC, 1970),

    kadar abu (Soedarmadji, et al., 1989), kadar residu sulfit (AOAC, 1970),

    uji organoleptik warna (Soekarto, 1985).

    Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Analisis Sidik Ragam, bila

    terdapat perbedaan yang nyata, analisis dilanjutkan dengan pengujian beda rataan

    perlakuan menggunakan uji LSR (Least Significant Ranges).

    Linda Masniary Lubis : Ekstraksi Pati Dari Biji Alpukat, 2008 USU e-Repository 2008

  • HASIL DAN PEMBAHASAN

    1. Pengaruh Konsentrasi Natrium Metabisulfit

    Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa konsentrasi natrium

    metabisulfit berpengaruh nyata terhadap rendemen, kadar abu, residu sulfit,dan

    nilai organoleptik warna pati biji alpukat. Hasil uji LSR pengaruh konsentrasi

    natrium metabisulfit terhadap rendemen, kadar abu, residu sulfit,dan nilai

    organoleptik warna pati biji alpukat ditampilkan pada Tabel 2 berikut :

    Tabel 2. Uji LSR pengaruh konsentrasi natrium metabisulfit terhadap rendemen, kadar abu, residu sulfit, dan nilai organoleptik warna pati biji alpukat

    Konsentrasi Natrium

    Metabisulfit (ppm)

    Rendemen(%)

    Kadar Air (%)

    Kadar Abu (%)

    Residu Sulfit (ppm)

    OrganoleptikWarna (skor)

    K1 = 0 11,23 c 4,00 0,27 c 64,46 e 1,73 e K2 = 750 11,46 bc 4,08 0,27 c 66,62 d 2,33 d K3 = 1500 11,83 b 4,75 0,33 c 69,24 c 2,68 c K4 = 2250 11,89 b 5,17 0,80 b 71,40 b 3,05 b K5 = 3000 12,65 a 6,00 1,20 a 72,92 a 3,38 a Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda

    nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar) menurut uji LSR

    Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi natrium

    metabisulfit maka rendemen, kadar air, kadar abu, residu sulfit, dan nilai

    organoleptik warna pati biji alpukat semakin besar. Rendemen tertinggi terdapat

    pada perlakuan K5 (3000 ppm), yaitu sebesar 12,65% dan terendah terdapat pada

    K1 (0 ppm) sebesar 11,23%. Kadar air tertinggi terdapat pada perlakuan K5

    (3000 ppm), yaitu sebesar 6% dan terendah terdapat pada K1 (0 ppm) sebesar 4%.

    Kadar abu tertinggi terdapat pada perlakuan K5 (3000 ppm), yaitu sebesar 1,2%

    dan terendah terdapat pada K1 (0 ppm) dan K2 (750 ppm) sebesar 0,27%.

    Linda Masniary Lubis : Ekstraksi Pati Dari Biji Alpukat, 2008 USU e-Repository 2008

  • Residu sulfit tertinggi terdapat pada perlakuan K5 (3000 ppm), yaitu sebesar 72,92

    ppm dan terendah terdapat pada K1 (0 ppm) sebesar 64,46 ppm. Nilai organoleptik

    warna tertinggi terdapat pada perlakuan K5 (3000 ppm), yaitu sebesar 3,38 dan

    terendah terdapat pada K1 (0 ppm) sebesar 1,73.

    2. Pengaruh Suhu Pengeringan

    Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa konsentrasi natrium

    metabisulfit berpengaruh nyata terhadap rendemen, kadar air, kadar abu, residu

    sulfit,dan nilai organoleptik warna pati biji alpukat. Hasil uji LSR pengaruh suhu

    pengeringan terhadap rendemen, kadar air, kadar abu, residu sulfit,dan nilai

    organoleptik warna pati biji alpukat ditampilkan pada Tabel 3 berikut :

    Tabel 3. Uji LSR pengaruh suhu pengeringan terhadap rendemen, kadar air, kadar abu, residu sulfit, dan nilai organoleptik warna pati biji alpukat

    Suhu Pengeringan

    (oC)

    Rendemen(%)

    Kadar Air (%)

    Kadar Abu (%)

    Residu Sulfit (ppm)

    OrganoleptikWarna (skor)

    S1 = 50 oC 14,22 a 6,80 a 0,20 c 68,10 c 2,76 a S2 = 60 oC 12,50 b 6,10 a 0,50 b 68,93 b 2,63 b S3 = 70 oC 8,72 c 1,50 b 1,02 a 69,76 a 2,52 c Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda

    nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar) menurut uji LSR

    Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa semakin tinggi suhu pengeringan maka

    kadar abu dan residu sulfit pati biji alpukat semakin besar sedangkan rendemen,

    kadar air, dan nilai organoleptik warna semakin kecil. Rendemen tertinggi

    terdapat pada S1 (50oC), yaitu sebesar 14,22% dan terendah terdapat pada

    S3 (70oC) sebesar 8,72%. Kadar air tertinggi terdapat pada S1 (50oC), yaitu sebesar

    6,80% dan terendah terdapat pada S3 (70oC) sebesar 1,50%. Kadar abu tertinggi

    terdapat pada S3 (70oC), yaitu sebesar 1,02% dan terendah terdapat pada S1 (50oC)

    Linda Masniary Lubis : Ekstraksi Pati Dari Biji Alpukat, 2008 USU e-Repository 2008

  • sebesar 0,20%. Residu sulfit tertinggi terdapat pada S3 (70oC), yaitu sebesar

    69,76 ppm dan terendah terdapat pada S1 (50oC) sebesar 68,10 ppm. Nilai

    organoleptik warna tertinggi terdapat pada S1 (50oC), yaitu sebesar 2,76 dan

    terendah terdapat pada S3 (70oC) sebesar 2,52.

    3. Pengaruh Interaksi Konsentrasi Natrium Metabisulfit dan Suhu Pengeringan

    Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi konsentrasi

    natrium matabisulfit dan suhu pengeringan berpengaruh nyata terhadap rendemen,

    kadar abu, dan residu sulfit pati biji alpukat. Hasil uji LSR pengaruh interaksi

    konsentrasi natrium matabisulfit dan suhu pengeringan terhadap rendemen, kadar

    abu, dan residu sulfit pati biji alpukat ditampilkan pada Tabel 4.

    Tabel 4. Uji LSR pengaruh interaksi konsentrasi natrium metabisulfit dan suhu pengeringan terhadap rendemen, kadar abu, dan residu sulfit pati biji alpukat

    Interaksi Perlakuan Rendemen (%)

    Kadar Abu (%)

    Residu Sulfit (ppm)

    K1S1 14,44 ab 0,20 d 63,83 k K1S2 12,36 ef 0,20 d 64,30 k K1S3 6,89 k 0,40 d 65,26 j K2S1 13,74 bcd 0,20 d 65,50 j K2S2 12,06 f 0,30 d 66,78 i K2S3 8,57 i 0,30 d 67,58 h K3S1 14,28 ab 0,20 d 68,06 h K3S2 11,77 fg 0,30 d 69,11 g K3S3 9,44 h 0,50 d 70,55 f K4S1 14,60 a 0,20 d 71,11 def K4S2 13,40 cd 0,50 d 71,43 cde K4S3 7,68 j 1,70 b 71,67 cd K5S1 14,04 abc 0,20 d 71,99 c K5S2 12,92 de 1,20 c 73,03 b K5S3 11,00 g 2,20 a 73,75 a

    Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar) menurut uji LSR

    Linda Masniary Lubis : Ekstraksi Pati Dari Biji Alpukat, 2008 USU e-Repository 2008

  • Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa bahwa rendemen tertinggi terdapat pada

    kombinasi perlakuan K4S1 (2250 ppm dan 50oC), yaitu sebesar 14,60% dan

    terendah terdapat K1S3 (0 ppm dan 70oC), yaitu sebesar 6,89%.

    Hubungan interaksi antara konsentrasi natrium metabisulfit dan suhu

    pengeringan terhadap rendemen pati biji alpukat dapat dilihat pada Gambar 1.

    S1 ; = 9E-05 K+ 14.028 ; r = 0.1091S2 ; = 0.0003 K + 12.01 ; r = 0.3493S3 ; = 0.001 K + 7.25 ; r = 0.5283

    5

    6

    7

    8

    9

    10

    11

    12

    13

    14

    15

    0 750 1500 2250 3000

    Konsentrasi Natrium Metabisulfit (ppm)

    Rend

    emen

    (%)

    S1 S2 S3

    Gambar 1. Grafik hubungan interaksi konsentrasi natrium metabisulfit dan suhu pengeringan terhadap rendemen pati biji alpukat

    Semakin tinggi konsentrasi natrium metabisulfit untuk setiap suhu

    pengeringan maka rendemen dari pati biji alpukat semakin meningkat. Menurut

    Syafriandi, (2003), kuantitas atau rendemen produk kering dinilai atas dasar

    kebersihan, kandungan air dan kandungan kimiawi bahan.

    Kadar abu tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan K5S3 (3000 ppm

    dan 70oC), yaitu sebesar 2,20% dan kadar abu terendah terdapat pada kombinasi

    Linda Masniary Lubis : Ekstraksi Pati Dari Biji Alpukat, 2008 USU e-Repository 2008

  • perlakuan K1S1 (0 ppm dan 50oC), K1S2 (0 ppm dan 60oC), K2S1

    (750 ppm dan 50oC), K3S1 (1500 ppm dan 50oC), K4S1 (2250 ppm dan 50oC) dan

    K5S1 (3000 ppm dan 50oC), yaitu sebesar 0,20%. Hubungan interaksi antara

    konsentrasi natrium metabisulfit dan suhu pengeringan terhadap kadar abu dapat

    dilihat pada Gambar 2.

    S3 ; = 0.0007 K + 0.02 ; r = 0.8256

    S1 ; = 0.2 ; r = 0

    S2 ; = 0.0003 K + 0.06 ; r = 0.7333

    0.0

    0.5

    1.0

    1.5

    2.0

    2.5

    0 750 1500 2250 3000

    Konsentrasi Natrium Metabisulfit (ppm)

    Kad

    ar A

    bu (%

    )

    S1 S2 S3

    Gambar 2. Grafik hubungan interaksi konsentrasi natrium metabisulfit dan suhu pengeringan terhadap kadar abu pati biji alpukat

    Semakin tinggi konsentrasi natrium metabisulfit dan suhu pengeringan

    maka kadar abu semakin meningkat. Menurut Apandi (1984), perlakuan sebelum

    pengeringan dengan sulfur dioksida (SO2) yang biasa digunakan dalam

    pengeringan merusak seluruh thiamin. Yang tidak rusak oleh pengeringan adalah

    karoten, riboflavin, niasin dan asam folat; juga Ca dan Fe tidak hilang.

    Linda Masniary Lubis : Ekstraksi Pati Dari Biji Alpukat, 2008 USU e-Repository 2008

  • Residu sulfit tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan K5S3 (3000 ppm

    dan 70oC), yaitu sebesar 73,75 ppm dan terendah terdapat pada kombinasi

    perlakuan K1S1 (0 ppm dan 50oC), yaitu sebesar 63,83 ppm.

    Hubungan interaksi antara konsentrasi natrium metabisulfit dan suhu

    pengeringan terhadap residu sulfit dapat dilihat pada Gambar 3.

    S1 ; = 0.0033 K+ 65.228 ; r = 0.9764

    S2 ; = 0.0029 K + 64.508 ; r= 0.9946

    S3 ; = 0.0029 K + 63.712 ; r = 0.9778

    62

    64

    66

    68

    70

    72

    74

    0 750 1500 2250 3000

    Konsentrasi Natrium Metabisulfit (ppm)

    Res

    idu

    Sulfi

    t (%

    )

    S1 S2 S3

    Gambar 3. Grafik hubungan konsentrasi natrium metabisulfit dan suhu pengeringan terhadap residu sulfit pati biji alpukat

    Semakin tinggi konsentrasi natrium metabisulfit dan suhu pengeringan

    maka semakin meningkat residu sulfit pada pati biji alpukat. Menurut Susanto dan

    Saneto, (1994), jumlah penyerapan dan penahanan (residu) SO2 dalam bahan yang

    dikeringkan dipengaruhi oleh antara lain: varietas, kemasakan dan ukuran bahan,

    konsentrasi SO2 yang digunakan, suhu dan waktu sulfuring, suhu, kecepatan

    aliran udara dan kelembaban udara selama pengeringan serta keadaan

    penyimpanan.

    Linda Masniary Lubis : Ekstraksi Pati Dari Biji Alpukat, 2008 USU e-Repository 2008

  • KESIMPULAN DAN SARAN

    Kesimpulan

    1. Semakin tinggi konsentrasi natrium metabisulfit yang digunakan maka

    rendemen, kadar air, kadar abu, residu sulfit, dan nilai organoleptik warna pati

    biji alpukat semakin besar.

    2. Semakin tinggi suhu pengeringan maka kadar abu dan residu sulfit pati biji

    alpukat semakin besar, sedangkan rendemen, kadar air dan nilai organoleptik

    warna semakin kecil.

    3. Interaksi antara konsentrasi natrium metabisulfit dan suhu pengeringan

    berpengaruh nyata terhadap rendemen, kadar abu dan residu sulfit. Semakin

    tinggi konsentrasi natrium metabisulfit dan suhu pengeringan maka rendemen

    semakin kecil, sedangkan kadar abu dan residu sulfit semakin besar.

    Saran

    Untuk menghasilkan pati biji alpukat bermutu baik disarankan merendam

    biji alpukat dalam natrium metabisulfit dengan konsentrasi 3000 ppm dan

    pengeringan dengan suhu 50oC.

    Linda Masniary Lubis : Ekstraksi Pati Dari Biji Alpukat, 2008 USU e-Repository 2008

  • DAFTAR PUSTAKA

    Alsuhendra, Zulhipri, Ridawati, dan E. Lisanti, 2007. Ekstraksi dan Karakteristik Senyawa Fenolik dari Biji Alpukat (Persea Americana Mill.). Proseding Seminar Nasional PATPI, Bandung.

    AOAC, 1970. Official Methods of Analysis of Association of Official Analitycal Chemists. Associattion of Official Analitycal Chemist, Washington DC.

    Apandi, M., 1984. Teknologi Buah dan Sayuran. Alumni, Bandung.

    Cahyadi, W., 2006. Bahan Tambahan Pangan. Bumi Aksara, Jakarta.

    deMan, J. M., 1997. Kimia Makanan. Edisi Kedua. Penerjemah K. Padmawinata. ITB-Press, Bandung.

    Kalie, M. B., 1997. Alpukat, Budi Daya dan Pemanfaatannya. Kanisius, Yogyakarta.

    Rangana, S.,1987. Quality Control of Fruits and Vegetable Products. Tata Mc. Graw Hill Publishing Company Limited, New Delhi.

    Soekarto, E., 1985. Penilaian Organoleptik untuk Pangan dan Hasil Pertanian. Bharatara Karya Aksara, Jakarta.

    Sudarmadji, S., B. Haryanto dan Suhardi, 1989. Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty, Yogyakarta.

    Susanto, T. dan B. Saneto, 1994. Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian. Bina Ilmu, Surabaya.

    Syarief, R. dan A. Irawati, 1988. Pengetahuan Bahan untuk Industri Pertanian. Medyatama Sarana Perkasa, Jakarta.

    Winarno, F. G., S. Fardiaz dan D. Fardiaz, 1980. Pengantar Teknologi Pangan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

    Winarti, S. dan Y. Purnomo, 2006. Olahan Biji Buah. Trubus Agrisarana, Surabaya.

    Linda Masniary Lubis : Ekstraksi Pati Dari Biji Alpukat, 2008 USU e-Repository 2008