lbp
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Kira-kira 80% penduduk seumur hidup pernah sekali merasakan nyeri punggung
bawah. Pada setiap saat lebih dari 10% penduduk menderita nyeri pinggang.1,2 Insidensi nyeri
pinggang di beberapa negara berkembang lebih kurang 15-20% dari total populasi, yang
sebagian besar merupakan nyeri pinggang akut maupun kronik, termasuk tipe benigna.
Biasanya nyeri pinggang membutuhkan waktu 6-7 minggu untuk penyembuhan baik
terhadap jaringan lunak maupun sendi, namun 10% diantaranya tidak mengalami perbaikan
dalam kurun waktu tersebut. Nyeri punggung bawah merupakan gejala, bukan suatu
diagnosis. Nyeri punggung merupakan kelainan dengan berbagai etiologi dan membutuhkan
penanganan simtomatis serta rehabilitasi medik. Penting bagi dokter untuk dapat mengenali
serta mengetahui penatalaksanaan nyeri pungung bawah secara komprehensif untuk
mengatasi masalah akut maupun mencegah rekurensi dan berkembangnya penyakit menjadi
nyeri punggung kronik.
1
BAB II
PEMBAHASAN
NYERI PUNGGUNG BAWAH
Definisi1
Nyeri punggung bawah atau biasa disebut low back pain (LBP) adalah rasa nyeri yang
dirasakan di daerah punggung bawah, dapat merupakan nyeri local maupun nyeri radikuler
maupun keduanya. atau nyeri yang berasal dari punggung bawah yang dapat menjalar ke
daerah lain atau sebaliknya (referred pain). Nyeri ini terasa diantara sudut iga terbawah
sampai lipat bokong bawah yaitu di daerah lumbal atau lumbo-sakral dan sering disertai
dengan penjalaran nyeri ke arah tungkai dan kaki.
Mobilitas punggung bawah sangat tinggi, disamping itu juga menyangga beban tubuh,
dan sekaligus sangat berdekatan dengan jaringan lain yaitu traktus digestivus dan traktus
uranius. Kedua jaringan atau organ ini apabila mengalami perubahan patologik tertentu dapat
menimbulkan nyeri yang dirasakan di daerah punggung bawah.
Anatomi Punggung Bawah4
Garis besar struktur punggung bawah adalah sebagai berikut:
a. Kolumna vertebralis dengan jaringan ikatnya termasuk, diskus intervertebralis dan
nukleus pulposus.
b. Jaringan saraf yang meiputi konus medularis, filum terminalis, duramater, dan
araknoid, radiks dengan saraf spinalnya.
c. Pembuluh darah dan muskulus atau otot skelet.
Organ lain di luar struktur punggung bawah adalah traktus digestivus, traktus urinarius,
traktus genitalis. Sementara itu masih ada lagi satu struktur yanng tak akan pernah
terlihat, akan tetapi dapat sangat berperan dalam hal terjadinya keluhan LBP. Struktur
tadi ialah status mental atau kondisi psikologis.
2
Kolumna vertebralis
Kolumna vertebralis ini terbentuk oleh unit – unit fungsional yang terdiri dari segmen
anterior dan segmen posterior.
1. Segmen anterior
Sebagian besar fungsi segmen ini adalah sebagai penyangga badan. Segmen ini
meliputi korpus vertebra dan diskus intervertebralis yang diperkuat oleh ligamentum
longitudinale anterior dan ligamentum longitudinale posterior.
Ligamentum longitudinale posterior membentang dari oksiput sampai sakrum; di
daerah setinggi vertebra lumbal ke satu menyempit sehingga di bagian akhir tinggal
separuh di bagian atas.
Hal ini mungkin untuk mempermudah gerakan vertebra di daerah lumbal, namun
hal ini juga menyebabkan tidak terlindunginya daerah posterolateral diskus
intervertebralis sehingga diskus ini lebih mudah mendesak ke dalam kanalis spinalis,
yang dalam kenyataannya banyak dijumpai.
2. Segmen posterior
Segmen ini dibentuk oleh arkus, prosesus transversus dan prosesus spinosus. Satu
sama lain dihubungkan dengan sepasang artikulasi dan beberapa ligamentum serta otot.
Gerakan tubuh yang terbanyak ialah gerakan fleksi dan ekstensi, dan gerakan ini paling
banyak dilakukan oleh sendi L5 – S1, yang dimungkinkan oleh bentuk artikulasinya
tidak datar tetapi membentuk sudut 30 derajat dengan garis datar. Titik tumpu berat
badan terletak kira – kira 2,5cm di depan S2. Titik ini penting karena setiap pemindahan
titik tersebut akan memaksa tubuh untuk mengadakan kompensasi dengan jalan
mengubah sikap.
3. Diskus intervertebralis
Diskus ini terdiri dari anulus fibrosus dan nukleus pulposus. Anulus vibrasus
terdiri dari beberapa anyaman serabut fibro elastik yag tersusun sedemikian rupa
sehingga tahan untuk mengikuti gerakan vertebra atau tubuh. Tepi atas dan tepi
bawahnya melekat pada korpus vertebra.
3
Di tengah – tengah anulus tadi terdapat suatu bahan kental dari mukopolisakarida
yag banyak mengandung air. Mulai usia dekade kedua, anulus dan nukleus tadi
mengalami perubahan. Serabut fibroelastik mulai putus yang sebagian diganti jaringan
dan sebagian lagi rusak; hal ini berlangsung terus menerus sehingga terbentuk rongga –
rongga dalam anulus yang kemudian di isi bahan dari nukleus pulposus.
Nukleus pulposus juga mengalami perubahan yaitu kadar air berkurang. Dengan
demikian terjadi penyusutan nukleus dan bertambahnya ruangan dalam anulus sehingga
terjadi penurunan tekanan intradiskus. Hal ini menyebabkan :
a. Jarak antar vertebra akan mengecil atau memendek, dengan akibat terlepasnya
ligamentum longitudinale posterior dan anterior, sehingga terbentuk rongga antara
vertebra dengan ligamentum yang kemudian di isi jaringan fibrosis dan mengalami
pengapuran. Hal terakhir ini dikenal sebagai osteofit, yang apabila terlalu besar atau
menonjol dapat menekan medula spinalis atau mempersempit kanalis spinalis.
b. Mendekatnya kapsul sendi posterior sehingga timbul rangsangan sinovial.
c. Materi nukleus pulsposus yang masuk ke dalam rongga – rongga di anulus makin
banyak dan makin mendekati lapisan terluar sehingga bila secara mendadak tekanan
intradiskus naik maka isi nukleus akan menonjol keluar dan terjadilah hernia nukleus
pulposus.
4
5
Fisiologi Nyeri
Rangsangan nyeri yang dapat berupa rangsangan mekanik, termik atau suhu,
kimiawi dan campuran, diterima oleh reseptor yang terdiri dari akhiran saraf bebas yang
mempunyai spesifikasi. Di sini ada dua kelompok yaitu :
1. Yang berganti neuron dilamina I yang kemudian menyilang linea mediana
membentuk jaras anterolateral yang langsung ke talamus, sistem ini disebut sistem
neospinotalamik yang mengantarkan rangsangan secara cepat
2. Bersinaf dilamina V kemudian menyilang linea mediana membentuk jaras
anterolateral dan bersinapsis disubstansia retikularis batang otak dan di talamus.
Sistem ini disebut sistem paleospinotalamik yang menghantarkan perasaan nyeri
yang kronik dan kurang terlokalisasi.
Mekanisme Nyeri 2,4
1. Nyeri Inflamasi
Stimuli menyebabkan inflamasi jaringan menyebabkan perubahan komponen
nosiseptif Jaringan yang inflamasi mengeluarkan mediator inflamasi
(prostaglandin,bradikinin dll) Mediator inflamasi mengaktivasi/mensensitasi
nosiseptor langsung/ tidak langsung menyebabkan nyeri & sensitasi nosiseptor
menyebabkan hiperalgesia
Dua jenis hiperalgesia: primer & sekunder
Hiperalgesia primer dibangkitkan stimulasi termal & mekanikal; sementara
hiperalgesia sekunder hanya mekanikal
Hiperalgesia sekunder terjadi karena kemampuan neuron di kornu dorsalis medula
spinalis memodulasi transmisi impuls neuronal
Proses modulasi terjadi karena impuls terus-menerus menstimulasi MS yang
berasal dari daerah lesi sehingga kornu dorsalis jadi sensitif (sensitisasi sentral)
6
2. Nyeri Neuropatik
Nyeri neuropatik pada pasien NPB: penekanan/jeratan radiks oleh HNP,
penyempitan kanalis spinalis, pembengkakan artikulasio/jaringan sekitar, fraktur
mikro, penekanan tumor dan sebagainya.
Iritasi serabut saraf menyebabkan:
1. Penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus saraf yang kaya nosiseptor
dari nervi nervorum yang menimbulkan nyeri inflamasi. Nyeri dirasakan
sepanjang distribusi saraf dan bertambah bila peregangan serabut saraf.
2. Penekanan serabut saraf sehingga terjadi gangguan keseimbangan neuron
sensorik melalui perubahan molekuler. Perubahan molekuler menyebabkan
aktivitas system saraf autonom abnormal dengan timbulnya aktivitas ektopik
(aktivitas di luar nosiseptor),akumulasi saluran ion Na dan saluran lain di
daerah lesi.
Penumpukan saluran ion Na & saluran ion baru di daerah lesi menyebabkan
timbulnya mechano-hot-spot yang sangat peka rangsang makanis & temperatur
(mekanikal & termal hiperalgesia)
Aktivitas ektopik menyebabkan timbulnya nyeri neuropatik spontan : parestesia,
disestesia, nyeri seperti kesetrum listrik dan sebagainya.
Terjadinya hiperalgesia & alodinia pada nyeri neuropatik disebabkan fenomena
wind-up, LTP (Long-term Potentiation) & perubahan fenotip Aβ.2
Faktor Resiko
Banyak faktor yang dapat meningkatkan resiko terjadinya low back pain :
1. Lifestyle seperti pengguna tembakau, kurangnya latihan atau olahraga dan juga
inadekuat nutrisi yang dapat mempengaruhi kesehatan diskus.
2. Usia, perubahan biokimia yang natural menyebabkan diskus menjadi lebih kering
yang akhirnya menyebabkan kekakuan atau elastisitas dari diskus.
3. Postur tubuh yang tidak proporsional yang dikombinasikan dengan mekanisme gerak
tubuh yang tidak benar dapat menyebabkan stres dari lumbal spine.
4. Berat tubuh
7
5. Trauma
Beberapa membagi faktor resiko menjadi :
1. Faktor resiko fisiologis : usia 20-50 tahun, kurangnya latihan fisik, postur tubuh yang
tidak anatomis, kegemukan, scoliosis berat (Kurvutura berat >80), HNP, spondilitis,
spinal stenosis, osteoporosis, merokok.
2. Faktor resiko lingkungan : duduk terlalu lama, terlalu lama menerima getaran,
terpelintir.
3. Faktor resiko psikososial : ketidaknyamanan bekerja, depresi dan stres.
Penyebab Nyeri Punggung Bawah
Kondisi Hubungan dengan klinik
LBP tidak spesifik
(mekanik, nyeri sendi, osteoarthritis,
spasme otot)
Tidak ada gangguan saraf, nyeri terlokalisir di area
lumbosacral
Sciatica / herniasi diskus Punggung-ekstremitas inferior berhubungan, pola
spasme radikuler, Lassegue (+)
Fraktur spina
(fraktur kompresi)
Riwayat trauma(+), osteoporosis, nyeri terlokalisir
pada spina
Spondylolysis Pada atlet muda nyeri pada ekstensi spina, gambaran
defek pada interartikularis pada foto obliq
Proses keganasan
(multiple myeloma, metastase)
BB turun tanpa sebab yang jelas, demam, gambaran
serum protein abnormal pada elektroporesis, riwayat
keganasan
Penyakit jaringan ikat (SLE) Demam, LED , antinuclear antibodies(+),
scleroderma, rheumatoid arthritis
Infeksi
(disc space, spinal tuberculosis)
Demam, penyalahgunaan obat terlarang intravena,
riwayat TB
Aneurisma aorta abdominal Tidak dapat menemukan posisi yang nyaman, tidak
hilang dengan istirahat, teraba masa berdenyut di
abdomen
Sindrom kauda equina Retensi urin, gangguan miksi & defekasi, anestesi
8
(spinal stenosis) saddle, kelemahan ekstremitas inferior secara
progresif
Hiperparathyroidism Berhubungan dengan hypercalcemia, batu ginjal,
konstipasi
Ankylosing spondylitis
(morning stiffness)
Laki-laki usia 20, HLA-B27 antigen (+), family
history(+), LED
Batu ginjal Nyeri flank area yang kolik ke arah groin, hematuria,
tidak dapat menemukan posisi yang nyaman
Patofisiologi
Struktur spesifik dalam system saraf terlibat dalam mengubah stimulus menjadi
sensasi nyeri. Sistem yang terlibat dalam transmisi dan persepsi nyeri disebut sebagai
system nosiseptif. Sensitifitas dari komponen system nosiseptif dapat dipengaruhi oleh
sejumlah factor dan berbeda diantara individu. Tidak semua orang yang terpajan
terhadap stimulus yang sama mengalami intensitas nyeri yang sama. Sensasi sangat
nyeri bagi seseorang mungkin hampir tidak terasa bagi orang lain.
Reseptor nyeri (nosiseptor) adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang berespons
hanya pada stimulus yang kuat, yang secara potensial merusak, dimana stimuli tersebut
sifatnya bisa kimia, mekanik, termal. Reseptor nyeri merupakan jaras multi arah yang
kompleks. Serabut saraf ini bercabang sangat dekat dengan asalnya pada kulit dan
mengirimkan cabangnya ke pembuluh darah local. Sel-sel mast, folikel rambut dan
kelenjar keringat. Stimuli serabut ini mengakibatkan pelepasan histamin dari sel-sel
mast dan mengakibatkan vasodilatasi. Serabut kutaneus terletak lebih kearah sentral
dari cabang yang lebih jauh dan berhubungan dengan rantai simpatis paravertebra
system saraf dan dengan organ internal yang lebih besar. Sejumlah substansi yang dapat
meningkatkan transmisi atau persepsi nyeri meliputi histamin, bradikinin, asetilkolin
dan substansi P. Prostaglandin dimana zat tersebut yang dapat meningkatkan efek yang
menimbulkan nyeri dari bradikinin. Substansi lain dalam tubuh yang berfungsi sebagai
inhibitor terhadap transmisi nyeri adalah endorfin dan enkefalin yang ditemukan dalam
konsentrasi yang kuat dalam system saraf pusat.
9
Kornu dorsalis dari medulla spinalis merupakan tempat memproses sensori, dimana
agar nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada system assenden harus diaktifkan.
Aktivasi terjadi sebagai akibat input dari reseptor nyeri yang terletak dalam kulit dan
organ internal. Proses nyeri terjadi karena adanya interaksi antara stimulus nyeri dan
sensasi nyeri.
Patofisiologi pada sensasi nyeri punggung bawah dalam hal ini kolumna vertebralis
dapat dianggap sebagai sebuah batang yang elastik yang tersusun atas banyak unit
vertebrae dan unit diskus intervertebrae yang diikat satu sama lain oleh kompleks sendi
faset, berbagai ligamen dan otot paravertebralis. Konstruksi punggung yang unik
tersebut memungkinkan fleksibilitas sementara di sisi lain tetap dapat memberikan
perlindungan yang maksimal terhadap sumsum tulang belakang. Lengkungan tulang
belakang akan menyerap goncangan vertical pada saat berlari atau melompat. Batang
tubuh membantu menstabilkan tulang belakang. Otot-otot abdominal dan toraks sangat
penting ada aktifitas mengangkat beban. Bila tidak pernah dipakai akan melemahkan
struktur pendukung ini. Obesitas, masalah postur, masalah struktur dan peregangan
berlebihan pendukung tulang belakang dapat berakibat nyeri punggung.
Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia bertambah tua.
Pada orang muda, diskus terutama tersusun atas fibrokartilago dengan matriks gelatinus.
Pada lansia akan menjadi fibrokartilago yang padat dan tak teratur. Degenerasi diskus
intervertebra merupakan penyebab nyeri punggung biasa. Diskus lumbal bawah, L4-L5
dan L5-S6, menderita stress paling berat dan perubahan degenerasi terberat. Penonjolan
diskus atau kerusakan sendi dapat mengakibatkan penekanan pada akar saraf ketika
keluar dari kanalis spinalis, yang mengakibatkan nyeri yang menyebar sepanjang saraf
tersebut.
Klasifikasi
10
a. Berdasarkan perjalanan klinis
1. Acute Low Back Pain
Rasa nyeri yang menyerang secara tiba – tiba, keluhan dirasakan kurang dari 6
minggu. Rasa ini dapat hilang atau sembuh. Acute Low Back Pain dapat disebabkan
karena luka traumatik seperti kecelakan mobil atau terjatuh, rasa nyeri dapat hilang
sesaat kemudian. Kejadian tersebut dapat merusak jaringan, juga dapat melukai otot,
ligamen dan tendon. Sampai saat ini penatalaksanaan awal nyeri pinggang akut
terfokus pada istirahat dan pemakaian analgetik.
2. Chronic Low Back Pain
Rasa nyeri yang menyerang lebih dari 3 bulan atau rasa nyeri yang berulang – ulang
atau kambuh kembali. Fase ini biasanya memiliki onset yang berbahaya dan sembuh
pada waktu yang lama. Chronic low back pain dapat terjadi karena osteoartritis,
rheumatoid arthritis, proses degenerasi discus intervertebralis dan tumor.
b. Berdasarkan keluhan nyeri
Keluhan nyeri yang beragam pada pasien LBP dan nyeri diklasifikasikan sebagai
nyeri yang bersifat lokal, radikular, dan menjalar ( refered pain atau spasmodik) :
1. Nyeri yang bersifat lokal
Nyeri lokal yang berasal dari proses patologik yang merangsang ujung saraf
sensorik, umumnya menetap , namun dapat pula interminten, nyeri dipengaruhi
perubahan posisi, bersifat tajam atau tumpul.
2. Nyeri radikular
Nyeri radikular berkaitan erat dengan distribusi radiks saraf saraf spinal (spinal
never root), dan keluhan ini lebih dirasakan berat pada posisi yang mengakibatkan
tarikan seperti membungkuk dan berkurang dengan istirahat.
3. Nyeri menjalar (referred pain)
Nyeri alih atau menjalar dari pelvis visera umum yang mengenai dermatom
tertentu, bersifat tumpul dan terasa lebih dalam.
11
c. Berdasarkan karakteristik LBP
Nyeri punggung bawah disebabkan oleh berbagai kelainan atau perubahan patologik
yang mengenai berbagai macam organ atau jaringan tubuh. 1,2,3
1. LBP Viserogenik
LBP Viserogenik disebabkan oleh adanya proses patologik ginjal atau visera
didaerah pelvis, serta tumor retroperitonial. Riwayat nyeri biasanya dapat dibedakan
dengan LBP yang bersifat spondilogenik. Nyeri viserogenik ini tidak bertambah
berat dengan aktivitas tubuh, dan sebaliknya tidak berkurang dengan istirahat.
Penderita LBP viserogenik yang mengalami nyeri hebat akan selalu menggeliat
dalam upaya untuk meradakan perasaan nyerinya. Sementara itu LBP spondilogenik
akan lebih memilih berbaring diam dalam posisi tertentu yang paling meredakan
rasa nyerinya.
Adanya ulserasi atau tumor di dinding ventrikulus dan duodenum akan
menimbulkan induksi nyeri di daerah epigastrium. Tetapi bila dinding bagian
belakang turut terlibat dan terutama apabila ada perluasan retroperitoneal, maka
nyeri mungkin juga akan terasa di punggung. Nyeri tadi biasanya terasa di garis
tengah setinggi lumbal pertama dan dapat naik sampai torakal ke-6.
2. LBP Vaskulogenik
Aneurisma atau penyakit vaskular perifer dapat menimbulkan nyeri
punggung atau nyeri menyerupai iskialgia. Aneurisma abdominal dapat
menimbulkan LBP di bagian dalam dan tidak ada hubungannya dengan aktivitas
tubuh. Insufisiensi arteria glutealis superior dapat menimbulkan nyeri di bagian
pantat, yang makin memperberat pada saat berjalan akan mereda pada saat diam
berdiri. Nyeri ini dapat menjalar ke bawah, sehingga mirip dengan iskialgia, tetapi
nyeri ini tidak berpengaruh terhadap presipitasi tertentu, misalnya membungkuk dan
mengangkat benda berat.
Klaudikasio intermintens, nyeri interminten di betis sehubungan dengan
penyakit vaskular perifer, suatu saat akan sangat menyerupai iskialgia yang
disebabkan oleh iritasi radiks. Namun demikian, dengan adanya riwayat yang khas
12
ialah nyeri yang makin berat pada saat berjalan, dan kemudian mereda pada saat
diam berdiri, tetap memberikan gambaran ke arah insufiensi vaskular perifer.
3. LBP Neurogenik
Keadaan patologik pada saraf dapat menyebabkan LBP yaitu pada :
a. Neoplasma
Neoplasma intrakanalis spinal yang sering ditemukan adalah neurinoma,
hemangioma, ependimoma, dan meningioma. Nyeri yang diakibatkan neoplasma
ini sering sulit dibedakan dengan nyeri akibat HNP. Pada umumnya gejala
pertama adalah nyeri kemudian timbul gejala neurologik yaitu gangguan
motorik, sensibilitas, dan vegetatif. Rasa nyeri sering timbul waktu sedang tidur
sehingga membangunkan penderita. Rasa nyeri berkurang kalau untuk berjalan.
Dengan demikian penderita cenderung bangkit dari tempat tidur untuk berjalan –
jalan.
b. Araknoiditis
Pada araknoiditis terjadi perlengketan-perlengketan. Nyeri timbul bila terjadi
penjepitan terhadap radiks oleh perlengketan tersebut.
c. Stenosis kanalis spinalis
Menyempitnya kanalis spinalis disebabkan oleh karena proses degenerasi
diskus intervetebralis dan biasanya disertai oleh ligamentum flavum. Gejala klinik
yang timbul ialah adalah klaudikasio interminten yang disertai rasa kesemutan dan
pada saat penderita istirahat maka rasa nyerinya masih tetap ada. Bedanya dengan
klaudikasio interminten pada penyumbatan arteri ialah disini denyut nadi hilang dan
tidak rasa kesemutan.
4. LBP Spondilogenik
LBP spondilogenik adalah suatu nyeri yang disebabkan oleh berbagai proses
patologik di kolumna vertebralis yang terdiri dari unsur tulang (osteogenik), diskus
intervertebralis (diskogenik) dan miofasial (miogenik) dan proses patologik di
artikulasio sakroiliaka.
13
a. LBP Osteogenik sering disebabkan:
- Radang atau infeksi, misalnya osteomielitis vertebral dan spondilitis
tuberkulosa.
- Trauma yang menyebabkan fraktur maupun spondilositesis (bergesernya
korpus vertebra terhadap korpus vertebra di bawahnya)
- Keganasan, dapat bersifat primer (terutama mieloma multipleks) maupun
sekunder/metastatik yang berasal dari proses keganasan di kelenjar tiroid,
paru – paru, payudara, hati, prostat dan ovarium.
- Kongenital, misalnya skoliosis dan lumbal. Nyeri yang timbul disebabkan
oleh iritasi dan peradangan selaput artikulasi posterior satu sisi.
- Metabolik, misalnya osteoporosis, osteofibrosis.
b. LBP Diskogenik :
- Spondilosis, ini disebabkan oleh proses degenerasi yang progresif pada
diskus intervertebralis, yang mengakibatkan makin menyempitnya jarak
antar vertebra sehingga mengakibatkan terjadinya osteofit, penyempitan
kanalis spinalis dan foramen intevertebrale dan iritasi persendian posterior.
Rasa nyeri pada spondilosis ini disebabkan oleh terjadinya osteoartritis dan
tertekannya radiks oleh kantung duramater yang mengakibatkan iskemia dan
radang. Pada foto rontgen lumbal orang usia lanjut sering ditemukan
gambaran spondilosis mskipun tidak ada keluhan LBP. Oleh karena itu, bila
pada manusia usia lanjut ada keluhan LBP dan ditemukan spondilosis, maka
masih perlu dicari kemungkinan penyebab yang lain. Gejala neurologiknya
timbul karena gangguan pada radiks , yaitu gangguan sensabilitas dan
motorik (paresis, fasikulasi dan mungkin atrofi otot). Nyeri akan bertambah
apabila tekanan cairan serebrospinal dinaikkan dengan cara mengejan
(percobaan Valsava) atau dengan menekan kedua vena jugularis (percobaan
Naffziger).
- Hernia nukleus pulposus (HNP), ialah keadaan dimana nukleus pulposus
keluar menonjol untuk kemudian menekan ke arah kanalis spinalis melalui
anulus fibrosus yang robek. Penonjolan dapat terjadi di bagian lateral dan ini
14
yang banyak terjadi, disebut HNP lateral, dapat pula di bagian tengah dan
disebut HNP sentral.
Dasar terjadinya HNP ini adalah proses degenerasi diskus intervertebralis,
maka banyak terjadi pada usia pertengahan. Pada yang berusia muda
mungkin ada faktor penyebab yang lain. Ada umumnya HNP didahului oleh
aktivitas yang berlebihan misalnya mengangkat benda berat (terutama secara
mendadak), mendorong benda berat. Laki – laki banyak mengalami HNP
daripada wanita. Gejala yang timbul pertama kali adalah rasa nyeri di
punggung bawah disertai nyeri di otot – otot sekitar lesi dan nyeri tekan di
tempat tadi. Hal ini disebabkan oleh spasme otot dan spasme ini
menyebabkan mengurangnya lordosis lumbal dan terjadi skoliosis. HNP
sentral akan menimbulkan paraparese flaksid, parestesi dan retensi urin.
HNP lateral kebanyakan terjadi pada L5-S1 dan L4-L5. Pada HNP lateral
L5-S1 antara rasa nyeri terdapat di punggung bawah, di tengah –tengah
antara kedua pantat dan betis, belakang tumit, dan telapak kaki. Di tempat –
tempat tersebut akan terasa nyeri bila ditekan. Kekuatan ekstensi jari ke-V
kaki berkurang dan refleks achiles negatif. Pada HNP lateral L4 – L5 rasa
nyeri dan nyeri tekan didapatkan di punggung bawah, bagian lateral pantat,
tungkai bawah bagian lateral, dan di dorsum pedis. Kekuatan ekstensi ibu
jari kaki berkurang dan refleks patela negatif. Sensabilitas pada dermatom
yang sesuai dengan radiks yang terkena menurun.
- Spondilitis ankilosa, proses ini biasanya mulai dari sendi sakroiliaka yang
kemudian menjalar ke atas, daerah leher, gejala permulaan berupa rasa kaku
di punggung bawah waktu bangun tidur dan hilang setelah mengadakan
gerakan. Pada foto rontgen terlihat gambaran yang mirip dengan ruas – ruas
bambu sehingga bamboo spine.
c. LBP Miogenik : disebabkan ketegangan otot, spasme otot, defisiensi otot, otot
yang hipersensitif.
- Ketegangan otot, disebabkan oleh sikap tegang yang konstan atau berulang –
ulang pada posisi yang sama akan memendekkan otot yang akhirnya akan
menimbulkan perasaan nyeri. Keadaan ini tidak akan terlepas dari kebiasaan
15
buruk atau sikap tubuh yang tidak atau kurang fisiologik. Pada struktur yang
normal, kontraksi otot – otot menjadi lelah, maka ligamentum yang kurang
elastis akan menerima beban yang lebih berat. Rasa nyeri timbul oleh karena
iskemia ringan pada jaringan otot, regangan yang berlebihan pada perlekatan
miofasial terhadap tulang, serta regangan pada kapsula.
- Spasme otot atau kejang, disebabkan oleh gerakan yang tiba – tiba dimana
jaringan otot sebelumnya dalam kondisi yang tegang atau kaku atau kurang
pemanasan. Spasme otot ini memberi gejala khas, ialah dengan adanya
kontraksi otot ini memberikan gejala yang khas, ialah dengan adanya
kontraksi otot yang disertai nyeri yang hebat. Setiap gerakan akan
memperberat rasa nyeri sekaigus menambah kontraksi.
- Defisiensi otot, disebabkan oleh kurang latihan sebagai akibat dari
mekanisme yang berlebihan, tirah baring yang terlalu lama maupun karena
mobilisasi.
- Otot yang hipersensitif, akan menciptakan satu daerah kecil yang apabila
dirangsang akan menimbulkan rasa nyeri dan menjalar ke daerah tertentu
(target area). Daerah kecil tadi disebut sebagai noktah picu, dalam
pemeriksaan klinik terhadap penderita NPB, tidak jarang dijumpai adanya
noktah picu ini. Titik ini apabila ditekan dapat menimbulkan rasa nyeri
bercampur rasa sedikit nyaman.
5. LBP Psikogenik
Pada umumnya disebabkan oleh ketegangan jiwa atau kecemasan, dan depresi atau
campuran antara kecemasan dan depresi. Pada anamnesis akan terungkap bahwa
penderita mudah tersinggung, sulit tertidur atau mudah terbangun di malam hari tetapi
akan sulit untuk tidur kembali, kurang tenang atau mudah terburu – buru tanpa alasan
yang jelas.
16
Tanda dan Gejala
Berdasarakan pemeriksaan yang cermat, LBP dapat dikategorikan ke dalam kelompok :
a. Simple Back Pain (LBP sederhana) dengan karakteristik :
1. Adanya nyeri pada daerah lumbal atau lumbosacral tanpa penjalaran atau
keterlibatan neurologis
2. Nyeri mekanik, derajat nyeri bervariasi setiap waktu, dan tergantung dari aktivitas
fisik
3. Kondisi kesehatan pasien secara umum adalah baik.
b. LBP dengan keterlibatan neurologis, dibuktikan dengan adanya 1 atau lebih tanda
atau gejala yang mengindikasikan adanya keterlibatan neurologis
- Gejala : nyeri menjalar ke lutut, tungkai, kaki ataupun adanya rasa baal di
daerah nyeri
- Tanda : adanya tanda iritasi radikular, gangguan motorik maupun
sensorik/refleks.
c. Red flag a LBP dengan kecurigaan mengenai adanya cedera atau kondisi patologis
yang berat pada spinal. Karakteristik umum :
- Trauma fisik berat seperti jatuh dari ketinggian ataupun kecelakaan kendaraan
bermotor
- Nyeri non mekanik yang konstan dan progresif
- Ditemukan nyeri abdomen dan atau thoracal
- Nyeri hebat pada malam hari yang tidak membaik dengan posisi terlentang
- Riwayat atau adanya kecurigaan kanker, HIV, atau keadaan patologis lainnya
yang dapat menyebabkan kanker
- Penggunaan kortikosteroid jangka panjang
- Penurunan berat badan yang tidak diketahui sebabnya, menggigil dan atau
demam
- Fleksi lumbal sangat terbatas dan persisten
- Saddle anestesi, dan atau adanya inkonentinensia urin
17
- Risiko terjadinya kondisi yang lebih berat adalah awitan LBP pada usia
kurang dari 20 tahun atau lebih dari 55 tahun.
Anamnesis
Dalam anamnesis perlu diketahui :
a. Awitan
Penyebab mekanis LBP menyebabkan nyeri mendadak yang timbul setelah posisi
mekanis yang merugikan. Mungkin terjadi robekan otot, peregangan fasia atau iritasi
permukaan sendi. Keluhan karena penyebab lain timbul bertahap.
b. Lama dan frekwensi serangan
LBP akibat sebab mekanik berlangsung beberapa hari sampai beberapa bulan.
Herniasi diskus bisa membutuhkan waktu 8 hari sampai resolusinya. Degenerasi
diskus dapat menyebabkan rasa tidak nyaman kronik dengan eksaserbasi selama 2-4
minggu.
c. Lokasi dan penyebaran
Kebanyakan LBP akibat gangguan mekanis atau medis terutama terjadi di daerah
lumbosakral. Nyeri yang menjalar ke tungkai bawah atau hanya di tungkai bawah
mengarah ke iritasi akar saraf. Nyeri yang menyebar ke tungkai juga dapat disebabkan
peradangan sendi sakroiliaka. Nyeri psikogenik tidak mempunyai pola penyebaran
yang tetap.
d. Faktor yang memperberat / memperingan
Pada lesi mekanis keluhan berkurang saat istirahat dan bertambah saat aktivitas. Pada
penderita HNP duduk agak bungkuk memperberat nyeri. Batuk, bersin atau manuver
valsava akan memperberat nyeri. Pada penderita tumor, nyeri lebih berat atau
menetap jika berbaring.
18
e. Kualitas / intensitas
Penderita perlu menggambarkan intensitas nyeri serta dapat membandingkannya
dengan berjalannya waktu. Harus dibedakan antara LBP dengan nyeri tungkai, mana
yang lebih dominan dan intensitas dari masing-masing nyerinya, yang biasanya
merupakan nyeri radikuler. Nyeri pada tungkai yang lebih banyak dari pada LBP
dengan rasio 20-80% menunjukkan adanya radikulopati dan mungkin memerlukan
suatu tindakan operasi. Bila nyeri LBP lebih banyak daripada nyeri tungkai, biasanya
tidak menunjukkan adanya suatu kompresi radiks dan juga biasanya tidak
memerlukan tindakan operatif. Gejala LBP yang sudah lama dan intermiten, diselingi
oleh periode tanpa gejala merupakan gejala khas dari suatu LBP yang terjadinya
secara mekanis.
Walaupun suatu tindakan atau gerakan yang mendadak dan berat, yang biasanya
berhubungan dengan pekerjaan , bisa menyebabkan suatu LBP. Namun sebagian
besar episode herniasi diskus terjadi setelah suatu gerakan yang relatif sepele, seperti
membungkuk atau mengambil barang yang ringan. Harus diketahui pula gerakan-
gerakan mana yang bisa menyebabkan bertambahnya nyeri LBP, yaitu duduk dan
mengendarai mobil dan nyeri biasanya berkurang bila tiduran atau berdiri, dan setiap
gerakan yang bisa menyebabkan meningginya tekanan intra-abdominal akan dapat
menambah nyeri, juga batuk, bersin dan mengejan sewaktu defekasi.
Selain nyeri oleh penyebab mekanik ada pula nyeri non-mekanik. Nyeri pada
malam hari bisa merupakan suatu peringatan, karena bisa menunjukkan adanya suatu
kondisi terselubung seperti adanya suatu keganasan atau infeksi.
Contoh Anamnesis :
Kapan mulai sakit? Sebelumnya pernah tidak?
Apakah nyeri diawali oleh suatu kegiatan fisik tertentu? apa pekerjaan sehari-hari?
adakah suatu trauma?
Dimana letak nyeri? sebaiknya penderita sendiri yang disuruh menunjukkan dimana
letak nyerinya. Ada tidak penjalaran?
Bagaimana sifat nyeri? apakah nyeri bertambah pada sikap tubuh tertentu? apakah
bertambah pada kegiatan tertentu?
19
Apakah nyeri berkurang pada waktu istirahat?
Adakah keluarga dengan riwayat penyakit serupa?
Ada tidak perubahan siklus haid, atau perdarahan pervaginam? Ada tidak gangguan
miksi dan defekasi atau penurunan libido?
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi :
Gerakan aktif pasien harus dinilai, diperhatikan gerakan mana yang membuat nyeri dan
juga bentuk kolumna vertebralis, berkurangnya lordosis serta adanya skoliosis.
Berkurangn sampai hilangnya lordosis lumbal dapat disebabkan oleh spasme otot
paravertebral.
Gerakan-gerakan yang perlu diperhatikan pada penderita :
- Keterbatasan gerak pada salah satu sisi atau arah
- Ekstensi ke belakang (back extension) seringkali menyebabkan nyeri pada
tungkai. Bila ada stenosis foramen intervertebralis di lumbal dan arthritis
lumbal, karena gerakan ini akan menyebabkan penyempitan foramen sehingga
menyebabkan suatu kompresi pada saraf spinal.
- Fleksi ke depan (forward flexion) secara khas akan menyebabkan nyeri pada
tungkai. Bila ada HNP, karena adanya ketegangan pada saraf yang
terinflamasi di atas suatu diskus protusio sehingga meninggikan tekanan pada
saraf spinal tersebut dengan jalan meningkatkan tekanan pada fragmen yang
tertekan di sebelahnya (Jack Hammer Effect).
- Lokasi dari HNP biasanya dapat ditentukan bila pasien disuruh membungkuk
ke depan ke lateral kanan dan kiri. Fleksi ke depan, ke suatu sisi atau ke lateral
yang menyebabkan nyeri pada tungkai yang ipsilateral menandakan adanya
HNP pada sisi yang sama.
- Nyeri LBP pada ekstensi ke belakang pada seorang dewasa muda
menunjukkan kemungkinan adanya suatu spondilolisis atau spondilolistesis,
namun ini tidak patognomonik.
20
Palpasi :
Adanya nyeri (tenderness) pada kulit bisa menunjukkan adanya kemungkinan suatu
keadaan psikologis di bawahnya (psychological overlay).
Kadang-kadang bisa ditentukan letak segmen yang menyebabkan nyeri dengan
menekan pada ruangan intervertebralis atau dengan jalan menggerakkan ke kanan ke kiri
prosesus spinosus sambil melihat respons pasien. Pada spondilolistesis yang berat dapat
diraba adanya ketidak-rataan (step-off) pada palpasi di tempat / level yang terkena.
Penekanan dengan jari jempol pada prosesus spinalis dilakukan untuk mencari adanya fraktur
pada vertebra. Pemeriksaan fisik yang lain memfokuskan pada kelainan neurologis.
Reflex yang menurun atau menghilang secara simetris tidak begitu berguna pada
diagnosis LBP dan juga tidak dapat dipakai untuk melokalisasi level kelainan, kecuali pada
sindroma kauda equine atau adanya neuropati yang bersamaan. Reflex patella terutama
menunjukkan adanya gangguan dari radiks L4 dan kurang dari L2 dan L3. Reflex tumit
predominan dari S1.
Harus dicari pula reflex patologis seperti Babinski, terutama bila ada hiperrefleksia
yang menunjukkan adanya suatu gangguan upper motor neuron (UMN). Dari pemeriksaan
reflex ini dapat membedakan akan kelainan yang berupa UMN atau LMN.
Pemeriksaan Neurologik
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk memastikan apakah kasus nyeri pinggang bawah
adalah benar karena adanya gangguan saraf atau karena sebab yang lain.
1. Pemeriksaan Sensorik
Bila nyeri pinggang bawah disebabkan oleh gangguan pada salah satu saraf tertentu
maka biasanya dapat ditentukan adanya gangguan sensorik dengan menentukan batas-
batasnya, dengan demikian segmen yang terganggu dapat diketahui. Pemeriksaan
sensorik ini meliputi pemeriksaan rasa rabaan, rasa sakit, rasa suhu, rasa dalam dan
rasa getar (vibrasi). Bila ada kelainan maka tentukanlah batasnya sehingga dapat
dipastikan dermatom mana yang terganggu.
21
2. Pemeriksaan Motorik
Dengan mengetahui segmen otot mana yang lemah maka segmen mana yang
terganggu akan diketahui, misalnya lesi yang mengenai segmen L4 maka m.tibialis
anterior akan menurun kekuatannya. Pemeriksaan yang dilakukan :
a. Kekuatan : fleksi dan ekstensi tungkai atas, tungkai bawah, kaki, ibu jari, dan
jari lainnya dengan menyuruh penderita melakukan gerakan fleksi dan
ekstensi, sementara pemeriksaan menahan gerakan tadi.
b. Atrofi : perhatikan atrofi otot
c. Fasikulasi : perlu perhatikan adanya fasikulasi ( kontraksi involunter yang
bersifat halus) pada otot – otot tertentu.
3. Pemeriksaan Refleks
Reflek tendon akan menurun pada atau menghilang pada lesi motor neuron bawah dan
meningkat pada lesi motor atas. Pada nyeri punggung bawah yang disebabkan HNP
maka reflek tendon dari segmen yang terkena akan menurun atau menghilang
- Refleks lutut/patela : lutut dalam posisi fleksi ( penderita dapat berbaring
atau duduk dengan tungkai menjuntai), tendo patla dipukul dengan palu
refleks. Apabila ada reaksi ekstensi tungkai bawah, maka refleks patela
postitif. Pada HNP lateral di L4-L5, refleksi ini negatif.
- Refleks tumit/achiles : penderita dalam posisi berbaring, lutut dalam posisi
fleksi, tumit diletakkan di atas tungkai yang satunya, dan ujung kaki ditahan
dalam posisi dorsofleksi ringan, kemudian tendo achiles dipukul. Apabila
terjadi gerakan plantar fleksi maka refleks achiles positif. Pada HNP lateral
L5-S1, refleksi ini negatif.
4. Tes-tes yang lazim digunakan pada penderita low back pain
a. Tes Lasegue (straight leg raising)
Tungkai difleksikan pada sendi coxae sedangkan sendi lutut tetap lurus. Saraf
ischiadicus akan tertarik. Bila nyeri pinggang dikarenakan iritasi pasa saraf ini
22
maka nyeri akan dirasakan pada sepanjang perjalanan saraf ini, mulai dari
pantat sampai ujung kaki.
b. Crossed Lasegue
Bila tes Lasegue pada tungkai yang tidak sakit menyebabkan rasa nyeri pada
tungkai yang sakit maka dikatakan crossed lasegue positif. Artinya ada lesi
pada saraf ischiadicus atau akar-akar saraf yang membentuk saraf ini.
c. Tes Bragard
Modifikasi yang lebih sensitive dari tes Laseque. Caranya sama dengan tes
Laseque dengan ditambah dorsofleksi kaki.
d. Tes Sicard
Sama seperti tes Laseque , namun ditambah dorsofleksi ibu jari kaki.
e. Tes Valsava
Pasien diminta mengejan / batuk dan dikatakan tes positif bila timbul nyeri.
f. Tes Kernig
Sama dengan Lasegue hanya dilakukan dengan lutut fleksi, setelah sendi coxa
90 derajat dicoba untuk meluruskan sendi lutut
g. Patrick Sign (FABERE sign)
FABERE merupakan singkatan dari fleksi, abduksi, external, rotasi, extensi.
Pada tes ini penderita berbaring, tumit dari kaki yang satu diletakkan pada
sendi lutut pada tungkai yang lain. Setelah ini dilakukan penekanan pada sendi
lutut hingga terjadi rotasi keluar. Bila timbul rasa nyeri maka hal ini berarti
ada suatu sebab yang non neurologik misalnya coxitis.
h. Chin Chest Maneuver
Fleksi pasif pada leher hingga dagu mengenai dada. Tindakan ini akan
mengakibatkan tertariknya myelum naik ke atas dalam canalis spinalis.
Akibatnya maka akar-akar saraf akan ikut tertarik ke atas juga, terutama yang
berada di bagian thorakal bawah dan lumbal atas. Jika terasa nyeri berarti ada
gangguan pada akar-akat saraf tersebut
i. Viets dan Naffziger Test
23
Penekanan vena jugularis dengan tangan (Viets) atau dengan manset sebuah
alat ukur tekanan darah hingga 40 mmhg (Naffziger).
j. Ober’s Sign
Penderita tidur miring ke satu sisi. Tungkai pada sisi tersebut dalam posisi
fleksi. Tungkai lainnya di abduksikan dan diluruskan lalu secara mendadak
dilepas. Dalam keadaan normal tungkai ini akan cepat turun atau jatuh ke
bawah. Bila terdapat kontraktur dari fascia lata pada sisi tersebut maka
tungkainya akan jatuh lambat.
k. Neri’s Sign
Penderita berdiri lurus. Bila diminta untuk membungkuk ke depan akan terjadi
fleksi pada sendi lutut sisi yang sakit.
l. Percobaan Perspirasi
Percobaan ini untuk menunjukkan ada atau tidaknya gangguan saraf autonom,
dan dapat pula untuk menunjukkan lokasi kelainan yang ada yaitu sesuai
dengan radiks atau saraf spinal yang terkena.
24
Pemeriksaan Non Neurologik Pada Sindrom Nyeri Punggung Bawah
1. Pemeriksaan Rectal
Pertimbangkan adanya gangguan karsinoma prostate yang mungkin akan
menimbulkan nyeri bila sudah metastase tulang, piriformis sindrom, penyakit urilogik
atau ginekologik yang berada di panggul
2. Pemeriksaan Vaginal
Kemungkinan adanya gangguan pada uteroscral ligament, misalnya penjalaran
karsinoma uteri, malposisi uterus, myoma uteri.
3. Pemeriksaan untuk mengetahui mobilitas dari sacroiliac joint
Bila diduga ada penekanan di daerah sacroiliac. Biasa dilakukan oleh bagian ortopedi.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Darah
1. Laju endap darah
Pada proses keganasan ataupun keradangan akan dijumpai peningkatan laju endap
darah yang menyolok.
2. Leukositosis
Pada proses keradangan (infeksi tulang pyogenik terjadi leukositosis).
3. Protein Elektroporesis dan Imunoelektroporesis
Pada multiple myeloma akan dijumpai protein yang abnormal.
4. Serum kalsium, alkali dan acid pospatase (pria), Rheumatoid Faktor.
Pemeriksaan Cairan Otak
Pada tumor myelum mungkin dijumpai kenaikan jumlah protein tanpa kenaikan jumlah
sel. Pada keradangan myelum justru akan dijumpai kenaikan jumlah sel dalam cairan otak.
Mungkin juga ditemukan sel-sel ganas dalam cairan otak.
25
Pemeriksaan Radiologi
1. Plain X-Ray Columna Vertebralis
Dalam posisi AP, lateral, obliq, berdiri, berbaring untuk mendapatkan gambaran yang
lebih jelas dari intervertebral space, foramen intervetebralis, sacroiliac joint.
Gambaran osteoporosis untuk nyeri punggung bawah kronis bisa didapatkan.
2. X-foto dengan Kontras
Untuk memperjelas kelaianan yang kurang jelas pada plain film.
3. Discografi
Untuk mendapatkan sumber nyeri berdasarkan anatomi dari pasien. Dengan ini dapat
diketahui adanya penyakit degenaratif pada discus yang dapat menimbulkan nyeri.
Discogram juga dapat digunakan untuk perencanaan preoperative lumbar spinal
fusion.5
4. CT-Scan
Dapat memperlihatkan beberapa kelainan seperti stenosis kanal sentral, lateral recess
entrapment, fraktur, tumor, infeksi. Dapat juga dilakukan CT Scan kontras dengan
memasukkan radioaktif marker IV.4,5
5. MRI
Akuransi 73-80% biasanya sangat sensitive pada HNP dan akan menunjukkan
berbagai prolaps. Dapat menentukan lokalisasi lesi pre-operatif dan menentukan
adakah adanya skwester diskus yang lepas dan mengekslusi adanya suatu tumor. MRI
sangat berguna bila :
Vertebra dan level neurologis belum jelas
Kecurigaan kelainan patologis pada medulla spinal atau jaringan lunak
Untuk menentukan kemungkinan herniasi diskus post operasi
Kecurigaan karena infeksi atau neoplasma
26
Indikasi Selektif Pemeriksaan Radiologi
Usia >50 tahun
Riwayat trauma (+)
Defisit neuromotor
Kehilangan BB tanpa sebab yang jelas (10 kg dalam 6 bulan)
Suspek ankylosing spondylitis
Penyalahgunaan obat dan alkohol
Riwayat kankertory
Penggunaan kortikosteroid
Temperatur >=37.8°C (100.0°F)
Kunjungan terbaru dalam 1 bulan dengan keluhan sama dan tidak ada perbaikan
Adapted with permission from Deyo RA, Diehl AK. Lumbar spine films in primary care: current use
and effects of selective ordering criteria. J Gen Intern Med 1986;1:20-5.
Diferensial Diagnosis1,2
Differential Diagnosis of Low Back Pain
Primary mechanical derangements
Ligamentous strain
Muscle strain or spasm
Facet joint disruption or
degeneration
Intervertebral disc degeneration or
herniation
Vertebral compression fracture
Vertebral end-plate microfractures
Spondylolisthesis
Spinal stenosis
Diffuse idiopathic skeletal
hyperostosis
Metabolic disease
Osteoporosis
Osteomalacia
Hemochromatosis
Ochronosis
Inflammatory rheumatologic disorders
Ankylosing spondylitis
Reactive spondyloarthropathies
(including Reiter's syndrome)
Psoriatic arthropathy
Polymyalgia rheumatica
Referred pain
Abdominal or retroperitoneal visceral
27
Scheuermann's disease (vertebral
epiphyseal aseptic necrosis)
Infection
Epidural abscess
Vertebral osteomyelitis
Septic discitis
Pott's disease (tuberculosis)
Nonspecific manifestation of
systemic illness
Bacterial endocarditis
Influenza
Neoplasia
Epidural or vertebral
carcinomatous metastases
Multiple myeloma, lymphoma
Primary epidural or intradural
tumors
process
Retroperitoneal vascular process
Retroperitoneal malignancy
Herpes zoster
Paget's disease of bone
Primary fibromyalgia
Psychogenic pain
Malingering
Reprinted with permission from Heffernan JJ. Low back. In: Noble J, Greene HL II, Modest GA,
Levinson W, Young MJ, eds. Textbook of primary care medicine. 2d ed. St. Louis: Mosby, 1996:1026-
40. By permission of Mosby-Year Book.
Untuk mendiagnosa nyeri punggung bawah tidak mudah karena banyak factor yang
dapat menyebabkannya, termasuk factor non organic. Untuk itu pasien diminta untuk
mendeskripsikan distribusi nyeri, dan jenis nyeri. Jika distribusi yang ditunjukkan tidak
sesuai anatomi, harus dipertimbangkan adanya factor psikogenik. Test Waddel’s dapat
dikerjakan untuk mengidentifikasi penyebab nonorganik .
Waddell's Tests for Nonorganic Physical Signs
Test Inappropriate Response
28
Tenderness Superficial, nonanatomic tenderness to light touch
Simulation
Axial loading Vertical loading on a standing patient's skull produces low back pain
Rotation Passive rotation of shoulders and pelvis in same plane causes low
back pain
Distraction Discrepancy between findings on sitting and supine straight leg
raising tests
Regional
disturbances
Weakness "Cogwheel" (give-way) weakness
Sensory Nondermatomal sensory loss
Overreaction Disproportionate facial expression, verbalization or tremor during
examination
*--Three or more inappropriate responses suggest complicating psychosocial issues in patients with low
back pain. Adapted from Waddell G, McCulloch JA, Kummel E, Venner RM. Nonorganic physical signs
in low-back pain. Spine 1980;5:117-25.
Penatalaksanaan
Untuk mengatasi nyeri punggung bawah bervariasi, dimulai dengan edukasi dan
konseling tentang masalah untuk meringankan kegelisahan pasien sehingga sampai tahap
resolve. Istirahat beberapa hari sering dapat meringankan nyeri. Namun jika terlalu lama tidak
dianjurkan. Penggunaan obat-obatan NSAID dapat membantu, dan untuk obat-obatan yang lebih
keras dapat digunakan seperti muscle relaksan dan narkotik dapat digunakan dalam jangka
waktu yang pendek
Sejumlah perawatan yang disebut bantuan pasif sering digunakan, disebut pasif karena
saat dilakukan pasien tidak melakukan apapun. Termasuk bantuan pasif adalah terapi panas,
terapi dingin, massage, ultrasound, stimulation listrik, traksi dan akupuntur.
Prosedur invasive yang dapat dilakukan untuk nyeri punggung bawah adalah prosedur
yang dimaksudkan, dengan membuang atau merusak area yang dirasakan atau yang
menyebabkan nyeri, contohnya intra discal electrothermy (IDET) yang mana sebuah coiled wire
ditempatkan pada diskus dan kemudian dipanaskan, dan radiofrequency ablation (RFA). Ini
29
lebih invasive sebab dapat merusak jaringan, memiliki resiko yang lebih besar dan efek samping
yang lebih lama dibanding terapi yang lain. Jika berhasil maka dapat membantu pasien untuk
tidak dilakukan prosedur bedah yang lebih besar. Tetapi hal ini tetap menjadi kontroversi.
a. Bed Rest
Penderita harus tetap berbaring di tempat tidur selama beberapa hari dengan sikap
tertentu. Tempat tidur tidak boleh memakai pegas atau per. Tirah baring ini sangat
bermanfaat untuk nyeri punggung mekanik akut, fraktur, dan HNP.
b. Medikamentosa
Ada 2 jenis obat dalam tatalaksana LBP ini, ialah obat yang bersifat simtomatik
dan bersifat kausal. Obat-obatan simtomatik antara lain analgetika (salisilat,
parasetamol, dll), kortikosteroid (prednison, prednisolon), anti inflamasi non-steroid
(AINS) misalnya piroksikam, antidepresan trisiklik (secara sentral) misalnya
aminiptrilin, dan obat penenang minor misalnya diazepam, klordiasepoksid.
1. Salisilat
Merupakan analgetik yang paling tua, selain khasiat analgetik juga
mempunyai khasiat antipiretik, antiinflamasi dan antitrombotik. Contohnya
aspirin.
- Dosis aspirin : analagetik 600-900, diberikan 4x sehari
- Dosis aspirin : antiinflamasi 750-1500 mg diberikan 4x sehari
Kontraindikasi : tukak lambung, resiko terjadi perdarahan,
gangguan faal ginjal dan hipersensitif
2. Paracetamol
Merupkan analgetik-antipiretik yang paling aman untuk menghilangkan rasa
nyeri tanpa disertai inflamasi
- Dosis terapi : 600-900 diberikan 4x sehari
Obat-obat kausal misalnya anti tuberkulosis, antibiotika untuk spondilitis piogenik,
nukleolisis misalnya khimopapain, kolangenase (untuk HNP).
c. Fisioterapi
Biasanya dalam bentuk diatermi (pemanasan dengan jangkauan permukaan
yang lebih dalam) misalnya pada HNP, trauma mekanik akut, serta traksi pelvis
30
misalnya untuk relaksasi otot dan mengurangi lordosis.
1. Terapi panas
Terapi menggunakan kantong dingin – kantong panas. Dengan menaruh sebuah
kantong dingin di tempat daerah punggung yang terasa nyeri atau sakit selama 5 –
10 menit. Jika selama 2 hari atau 48 jam rasa nyeri masih terasa gunakan heating
pad (kantong hangat).
2. Elektrostimulus
a. Acupunture
Menggunakan jarum untuk memproduksi rangsangan yang ringan tetapi cara
ini tidak terlalu efisien karena ditakutkan resiko komplikasi akibat
ketidaksterilan jarum yang digunakan sehingga menyebabkan infeksi
b. Ultrasound
c. Radiofrequency Lesioning
Dengan menggunakan impuls listrik untuk merangsang saraf :
a. Spinal endoscopy
Dengan memasukkan endoskopi pada kanalis spinalis untuk memindahkan
atau menghilangkan jaringan scar
b. Percutaneous Electrical Nerve Stimulation (PENS)
c. Elektro thermal disc decompresion
d. Trans Cutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS)
3. Traction
Helaan atau tarikan pada punggung untuk kontraksi otot
4. Pemijatan atau massage
Dengan terapi ini bisa menghangatkan, merefleksikan otot belakang dan
melancarka peredaran darah.
d. Terapi Operatif
Pada dasarnya, terapi operatif dikerjakan apabila dengan tindakan konservatif
tidak memberikan hasil yang nyata, atau terhadap kasus fraktur yang langsung
mengakibatkan defisit neurologik, yang dapat diketahui adalah gangguan fungsi
otonom dan paraplegia.
31
e. Rehabilitasi
Rehabilitasi mempunyai makna yang luas apabila ditinjau dari segi
pelaksanaanya. Tujuannya adalah mengupayakan agar penderita dapat segera bekerja
seperti semula dan tidak timbul LBP lagi kemudian hari. Agar penderita tidak
menggantungkan diri pada orang lain dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Agar
penderita tidak mengalami komplikasi yang membahayakan penderita, misalnya
pneumonia, osteoporosis, infeksi saluran kencing, dan sebagainya.
Terapi Menurut Jenis Nyeri Punggung Bawah
a. NPB Non Spesifik
Terapi: anti ansietas, anti depresan, cognitive behavioral treatment serta mencari penyebab.
b. NPB Psikogenik
Terapi: analgetik,sitostatika dan radioterapi.
c. NPB Tumor Ganas
Terapi: analgetik, kalsium, kalsitriol, bifosfonat dan raloxifen, calcitonin.
d. NPB Osteoporosis
Terapi analgesik, OAINS, fisioterapi, suntikan steroid epidural. Pembedahan bila ada
defisit neurologik yg progresif atau nyeri menetap
e. LBP Stenosis Lumbal
Sebagian besar terapi konservatif: tirah baring, obat-obat & fisioterapi. Pembedahan segera
bila ada tanda sindroma kauda equina atau defisit neurologik yang progresif.
f. LBP HNP
Terapi: tirah baring ≤2 hr, analgetik & NSAID, kompres hangat, jika perlu suntikan lokal
anestesi.
Pencegahan Tersier
32
Pencegahan tersier dimaksudkan untuk mengurangi komplikasi dan mengadakan rehabilitasi.
Rehabilitasi bertujuan untuk mengembalikan fungsi fisik dan menolong penderita LBP agar
lebih memperhatikan cara mengatasi masalah dan dapt menjalani kehidupan yang lebih
normal.
Selama masa penyembuhan sebaiknya penderita LBP menghindari pekerjaan
atau aktivitas berat.
Menghindari masalah psikis misalnya depresi, kecemasan atau stress yang
dapat memicu atau memperberat kembali terjadinya LBP.
Bagi penderita LBP yang mengalami obesitas sebaiknya melakukan diet untuk
menurunkan berat badan.
BAB III
KESIMPULAN
Low back pain atau nyeri punggung bawah adalah rasa nyeri yang dirasakan di daerah
punggung bawah, dapat menyebabkan , dapat merupakan nyeri local maupun nyeri radikuler
maupun keduanya. Nyeri ini terasa di antara sudut iga terbawah sampai lipat bokong bawah
yaitu di daerah lumbal atau lumbosacral dan sering disertai penjalaran nyeri kea rah tungkai
dan kaki.
33
Penyebab nyeri punggung bawah diantaranya kelainan congenital, trauma dan
gangguan mekanik, radang, tumor (neoplasma), gangguan metabolic, degenerasi, kelainan
alat visceral & peritoneum, infeksi dan problem psikoneurotik. Nyeri punggung bawah dapat
dicegah, baik pencegahan secara primer, sekunder maupun tersier (untuk mencegah
komplikasi).
DAFTAR PUSTAKA
1. Adams JC, Hamblen DL. Diagnosis of Orthopaedic Disorder. Outline of Orthopaedics,
11th Ed. ELBS Churchill Livingstone. 1992 : British Government. p. 6-20.
2. American Orthopaedic Associaton. Orthopaedic Physical Examination. Manual of
Orthopaedic Surgery. 1972 : America. p. 9-13.
3. Dandy DJ. History and Clinical Examination. Essential Orthopaedics and Trauma, 2nd
Ed. Churchill Livingstone. 1993 : Tokyo. p. 7-28.
4. Netter , Frank H. Atlas of Human Anatomy. London : FarrandPress, 1992.
34
5. Kuijjer , P.J. Kapita Selekta Pemeriksaan Bedah. EGC : Jakarta, 1995.
35