penatalaksanaan lbp
DESCRIPTION
dfsdfdTRANSCRIPT
Diagnosis
Hal yang paling utama dalam mendiagnosis pasien adalah dengan cara anamnesis dan
juga ditunjang dengan pemeriksaan lainnya, baik itu pemeriksaan fisik dasar, atau pemeriksaan
penunjang seperti halnya pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan radiologis, ataupun
pemeriksaan elektrodiagnosis. Begitu pula halnya dengan mendiagnosis pasien dalam hal
gangguan pada tulang belakang, seperti pada pasien dalam kasus. Adanya keluhan yang lama,
akan sakit yang dirasa, dapat juga dilakukan pemeriksaan psikologis sebagai pemeriksaan
tambahan.
Semua data yang dibutuhkan dalam mendiagnosis antara lain semua data tentang keluhan
yg dirasakan sekarang dan juga yang dahulu, baik itu keluhan penyakit lain, yang kira-kira dapat
berkaitan dengan keluhan yang dirasakan sekarang. Mengenai keluhan yang dirasakan sekarang,
harus dapat dicari tahu mengenai sifat sakit yang dirasa, sejak kapan, letaknya, bagaimana
penjalaran rasa sakitnya, berapa lama durasi rasa sakitnya, dll. Dalam keluhan nyeri punggung
bawah, dengan mengetahuin waktu timbulnya keluhan dalam suatu harinya dapat memudahkan
dalam mendiagnosis, apa sebenarnya penyebab dari rasa sakit tersebut. Keluhan yang timbul dan
dirasakan pada pagi hari, dan terus sepanjang hari, cenderung merupakan adanya proses / kondisi
peradangan. Sedangkan, apabila timbul keluhannya pada malam hari, itu dapat menjadi sebuah
tanda bahwa adanya proses keganasan atau infeksi. Rasa sakit yang dirasakan nyeri pada
punggung, biasanya akan menjalar dan dirasakan pada tungkai bawah.
Gejala neurologi yang terjadi pada keadaan adanya nyeri punggung bawah, harus dapat
didentifikasi, gejala-gejala itu antara lain, adanya rasa kebas dan juga rasa kesemutan pada
tungkai bawah, dan adanya rasa lemah pada otot – otot tungkai bawah. Selain itu, rangsangan
neurologi yang dapat terjadi pada kasus nyeri punggung bawah, adanya perubahan – perubahan
fungsi dan kontrol pada kandung kemih dan peristaltik usus, dan juga gangguan pada fungsi
sexual. Hilangnya kemampuan untuk memulai untuk berkemih dan sulitnya mengeluarkan urin
atau bahkan fecal merupakan gejala – gejala yang dapat terjadi pada syndrom pada kelainan
cauda equina, dan hal – hal tersebut termasuk dalam suatu kegawatdaruratan yang perlu
dievaluasi. Perkembangandari kelemahan pada tungkai bawah dan ‘foot drop’ serta gejala –
gejala lainnya yang terjadi sangat membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut.
Pemeriksaan fisik yang perlu dilakukan antara lain, mulai dari inspeksi, palpasi,
pengukuran rentang gerak dan test neurologis. Pergerakan tubuh, observasi keseluruhan, dan
inspeksi pada keadaan postur pasien ketika berdiri akan memberikan informasi – informasi
terhadap gejala – gejala yang timbul dan memberikan tampilan keterbatasan terhadap suatu
fungsi.
Penatalaksanaan LBP
Penatalaksanaan pasien dengan nyeri punggung telah mengalami perubahan besar
selama dekade terakhir. Pada umumnya, pasien pulih dari episode akut dalam beberapa hari
sampai beberapa minggu dan memerlukan sedikit perawatan.
Setiap pengobatan harus mencakup (a) informasi tentang nyeri punggung dan prognosis
yang sangat baik; (b) membantu mengendalikan gejala, termasuk pengobatan dan nasihat tentang
kegiatan; dan (c) rencana penilaian kembali. Banyak pasien khawatir tentang masalah punggung
ketika pertama kali muncul dan memiliki kesalahpahaman tentang efek pada kehidupan masa
depan mereka. Rasa takut ini dapat dihilangkan dengan informasi yang tepat. Kontrol gejala
biasanya dicapai dengan pengobatan, tetapi manipulasi juga dapat memiliki efek menguntungkan
pada tahap akut dari masalah. Analgesik dan obat nonsteroid antiinflamasi (NSAID) adalah obat
yang paling sering digunakan. Relaksan otot dapat menyebabkan kantuk dan tampaknya tidak
lebih efektif daripada NSAID.
Saran kegiatan sangat penting. Beberapa derajat pembatasan aktivitas seringkali
diperlukan untuk mengurangi keparahan gejala. Ini sering dapat dicapai dengan memodifikasi
aktivitas kerja dan postur kerja, sementara memungkinkan pasien untuk terus bekerja. Jika kasus
lebih parah pasien disarankan untuk beristirahat tidak lebih dari 2 sampai 3 hari. Kembali bekerja
penting untuk mencegah kecacatan berkepanjangan dan harus ditekankan sebagai bagian dari
proses pemulihan. Pembatasan kegiatan mungkin termasuk keterbatasan mengangkat, memutar,
dan membungkuk, dan pada durasi duduk, berdiri, dan berjalan. Pembatasan harus tetap di
tempat hanya untuk jangka pendek.
Banyak alternatif pengobatan telah dan sedang digunakan dalam pengobatan nyeri
punggung bawah akut, tetapi hanya sedikit yang telah dipelajari ketat untuk efek pengobatan.
Tidak ada bukti bahwa modalitas terapi fisik mempengaruhi pemulihan, meskipun banyak pasien
kadang-kadang merasa lega sementara. Literatur medis juga tidak mendukung manfaat dari
penggunaan transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS), korset, traksi, akupunktur, atau
biofeedback dalam pengobatan nyeri punggung bawah akut. Penggunaan korset dapat
memungkinkan pasien untuk kembali ke aktivitas fisik sebelumnya, tetapi tidak mempengaruhi
hasil jangka panjang. Kembali sekolah memberikan metode pendidikan yang efisien, tetapi
bukan merupakan metode pengobatan yang efektif. Manipulasi muncul untuk mempercepat
pemulihan pada pasien dengan nyeri punggung bawah akut tanpa radiculopathy, bila digunakan
dalam 4 minggu pertama gejala. Manipulasi tidak boleh digunakan pada pasien dengan defisit
neurologik dan tidak boleh dilanjutkan jika beberapa upaya tidak berhasil.
Pembedahan hampir tidak pernah diindikasikankan dalam 6 sampai 12 minggu pertama,
tetapi kemudian harus dipertimbangkan untuk pasien dengan linu panggul persisten berat yang
tidak respon terhadap pengobatan konservatif dan ketika temuan pada pemeriksaan klinis dan
konfirmasi tes diagnostik menunjukkan kompromi akar saraf. Pengecualian pada sindrom cauda
equina, harus ditangani melalui pembedahan tanpa penundaan yang tidak perlu. Operasi diskus
sederhana tidak mencegah kembali ke pekerjaan fisik.
McPhee SJ, Papadakis MA. Tierneyt LM. Current medical diagnosis and treatment. Arthritis and
musculoskeletal disorders. 46th edition. New York: McGraw Hill, 2007.p.838.
Sementara rencana manajemen harus individual, unsur kunci dari perawatan yang paling
konservatif untuk sakit punggung termasuk analgesia dan edukasi. Analgesia biasanya dapat
diberikan dengan NSAID, namun rasa sakit yang parah mungkin memerlukan opioid, kebutuhan
opioid jarang melampaui 1-2 minggu.
Diazepam, cyclobenzaprine, carisoprodol, dan methocarbamol telah diresepkan sebagai
relaksan otot, meskipun efek sedative mungkin membatasi penggunaan mereka. Obat tersebut
harus dicadangkan untuk pasien yang tidak merespon NSAID dan juga harus dibatasi 1-2
minggu. Penggunaannya harus dihindari pada pasien yang lebih tua, yang beresiko untuk jatuh.
Semua pasien harus diajarkan bagaimana melindungi punggung dalam kegiatan sehari-hari,
untuk tidak mengangkat benda berat, untuk menggunakan kaki ketimbang punggung ketika
mengangkat, untuk menggunakan kursi dengan sandaran tangan, dan bangkit dari tempat tidur
dengan terlebih dahulu bergulir ke satu sisi dan kemudian menggunakan lengan untuk
mendorong ke posisi tegak.
Istirahat dan kembali latihan, pernah dianggap pilar terapi konservatif, sekarang tidak
efektif untuk nyeri punggung akut. Saran untuk beristirahat di tempat tidur kurang efektif
daripada saran untuk tetap aktif. Tidak ada istirahat di tempat tidur dengan kelanjutan dari
kegiatan biasa sebagai ditoleransi lebih unggul 2 hari istirahat di tempat tidur, 7 hari bedrest, dan
latihan kembali memobilisasi. Sama, untuk nyeri punggung akut, terapi latihan tidak efektif.
Nilai dari korset atau traksi meragukan. Suntikan kortikosteroid epidural dapat memberikan
bantuan jangka pendek sciatica tetapi tidak meningkatkan status fungsional atau mengurangi
kebutuhan operasi. Dalam studi double-blind, suntikan berulang tidak lebih efektif daripada
injeksi tunggal. Untuk nyeri punggung bawah kronis, yoga efektif sebagai program latihan dan
lebih efektif daripada sebuah buku perawatan diri. Suntikan kortikosteroid ke dalam sendi facet
tidak efektif untuk nyeri punggung bawah kronis
Konsultasi bedah sangatlah dibutuhkan untuk setiap pasien dengan defisit neurologis
besar. Operasi penyakit diskus diindikasikan bila ada dokumentasi dari herniasi oleh pencitraan,
nyeri persisten, dan defisit neurologis yang konsisten yang telah gagal 4-6 minggu terapi
konservatif. Lumbal discectomy percutanneous, dilakukan dengan anestesi lokal, alternatif
(sampai 75%) yang aman dan efektif untuk Laminektomi. Prosedur perkutan merupakan
kontraindikasi adanya tumor, infeksi, spondylolisthesis, stenosis foraminal, fragmen disk
longgar, atau radang sendi facet sendi yang parah .
keluhan tanpa temuan obyektif menunjukkan peran psikologis dalam pembentukan
gejala. Pengobatan analgesik termasuk jaminan dan nonopioid.
Preventif
Cara-cara aman dalam mengangkat/membawa benda berat:
1. Ambil benda dan angkat dengan punggung lurus dan dengan lutut ditekuk.
2. Letakkan benda sedekat mungkin dengan tubuh dengan memegang beban sebisa mungkin
antara lutut dan dengan tetap memperhatikan posisi tumpuan pada kaki dengan benar, hal ini
dimaksudkan agar adanya kekuatan saat mengangkat benda dan mulai untuk berdiri.
3. Pastikan posisi benda yang mulai diangkat itu tidak lebih rendah dari posisi lutut, sehingga
memudahkan untuk mengangkat benda ke posisi yang lebih atas lagi, yakni ke pinggang,
atau bahkan untuk dinaikkan lagi ke posisi angkut yang lebih nyaman (misal bahu). Dengan
demikian, kekuatan dalam mengangkat akan lebih terkumpul.
4. Apabila benda yang akan diangkat tidak dapat melampaui kekuatan tangan, maka sebaiknya
digunakan sejenis ikatan/simpul tali pada benda tersebut, lalu kaitkan pada suatu kail
pengangkut barang.
5. Hindari gerakan memutar, atau melakukan pemindahan yang membuat badan berputar,
ketika membawa atau menurunkan benda.
6. Sebaiknya apabila memungkinkan, gunakan benda- benda alat pembantu untuk mengangkut
benda berat, seperti troley, tali pengangkut, atau semacamnya.
7. Sebaiknya juga mengusahakan agar barang itu ditarik/didorong, daripada diangkat lalu
diletakkan. Karena dengan mendorong atau menarik, daya beban tulang belakang dapat
diminimalkan. Seringkali pembawa barang pun akan merasa lebih mudah untuk
menarik/mendorong.
Pencegahan nyeri punggung bawah yang berhubungan kerja merupakan tantangan yang
kompleks. Pencegahan nyeri punggung bawah dalam lingkungan kerja yang terbaik dicapai
dengan kombinasi langkah-langkah yang tercantum dalam Tabel 1. Nyeri punngung bawah dapat
dikontrol dengan mengurangi probabilitas episode awal, mengurangi keparahan gejala,
mengurangi panjang kecacatan, dan mengurangi kekambuhan.
Diperkirakan bahwa desain ergonomis yang baik dapat menghilangkan hingga sepertiga
dari kasus-kasus nyeri punggung bawah di industri. Tidak hanya dapat merancang pekerjaan
yang baik tetapi mengurangi kemungkinan episode awal dan berulang, tetapi juga
memungkinkan pekerja dengan gejala sedang untuk tetap pada pekerjaan lama dan
memungkinkan pekerja penyandang cacat untuk kembali ke pekerjaan lebih cepat. Desain
ergonomis yang baik mengurangi eksposur pekerja untuk faktor-faktor risiko nyeri punggung
bawah melalui berikut:
1. Bantuan mekanik (bertenaga atau manual) untuk membantu angkat beban berat.
2. Pekerjaan tingkat optimal untuk mengurangi yang tidak perlu membungkuk dan peregangan.
3. Tata letak tempat kerja yang baik untuk mengurangi memutar dan mencapai beban yang
tidak perlu.
4. Kerja duduk / berdiri untuk mengurangi lama duduk dan berdiri
5. Kemasan yang tepat untuk mencocokkan berat badan objek dengan kemampuan manusia.
6. Organisasi kerja yang baik untuk mengurangi beban tinggi berulang-ulang dan kelelahan.
7. Kursi yang baik untuk mendukung punggung dengan benar.
Lembaga Nasional Keselamatan dan Kesehatan Kerja (NIOSH) telah memberikan
pedoman untuk mengevaluasi dan merancang tugas-tugas mengangkat manual. Pedoman untuk
tugas-tugas penanganan manual lainnya, seperti mendorong, menarik, atau membawa, juga telah
dikembangkan.
Perhatian dan harapan telah ditempatkan pada penggunaan "sabuk mengangkat" sebagai
alat untuk mengurangi cedera punggung dari mengangkat. Saat ini, ada data yang cukup tentang
penggunaan sabuk ini untuk membuat rekomendasi secara ilmiah. Efek mekanis dari sabuk tidak
jelas, tetapi sehubungan dengan pemuatan tulang belakang tampaknya menjadi kecil. Studi
menunjukkan bahwa efek menguntungkan awal pada laporan cedera punggung dapat terjadi,
tetapi data tetap jangka awal dan pendek.
Meskipun desain pekerjaan dapat diterapkan untuk banyak operasi manufaktur, ada
pekerjaan lain yang sulit untuk merancang dan kontrol, seperti pemadam kebakaran, pekerjaan
polisi, dan konstruksi tertentu dan operasi pengiriman. Pekerjaan ini memerlukan ketergantungan
lebih besar pada pengujian preplacement dan pilihan pekerja. Di masa lalu pemeriksaan
preemployment kedokteran digunakan di banyak industri, terutama sejak diberlakukannya
undang-undang kompensasi pekerja. Pengenalan American Disabilities Act mengubah situasi ini.
Pemeriksaan Preemployment tidak lagi dapat diterima, namun pemeriksaan preplacement terus
digunakan untuk menentukan apakah pekerja, pernah mempekerjakan, mampu peforming
pekerjaan tertentu.
Banyak yang percaya bahwa sejarah medis adalah bagian paling penting dari
pemeriksaan medis untuk mengidentifikasi pekerja yang rentan terhadap sakit punggung.
Gunakan informasi ini untuk mencegah terjadinya nyeri punggung, namun, karena nyeri
punggung begitu umum dan dampaknya pada individu bervariasi.
Radiografi rutin tulang belakang lumbal sering menjadi bagian dari pemeriksaan
preplacement medis, namun bukti dominan menunjukkan bahwa hasil kecil tidak membenarkan
paparan radiasi atau biaya meningkat. Sesuai dengan pedoman yang dikeluarkan oleh American
College of Occupational and Environmental Medicine, Pemeriksaan radiologis tulang belakang
lumbal tidak boleh digunakan sebagai prosedur penilaian risiko untuk masalah punggung.
Beberapa penelitian telah menunjukkan hubungan antara kekuatan dan kebugaran dan
timbulnya nyeri punggung bawah. Studi pengujian kekuatan isometrik telah menunjukkan bahwa
probabilitas dari gangguan muskuloskeletal adalah tiga kali lebih besar ketika pekerjaan
mengangkat melebihi kemampuan kekuatan pekerja isometrik. Sebuah penelitian di Denmark
mengungkapkan bahwa pria yang mengalami nyeri punggung bawah untuk pertama kalinya
memiliki daya tahan lebih rendah, isometrik otot punggung diukur sampai 1 tahun sebelum
episode. Pada wanita, namun, seperti daya tahan yang lebih rendah tidak memiliki nilai prediktif.
Meskipun pengujian kekuatan isometrik mungkin merupakan teknik pemilihan yang efektif,
harus digunakan hanya untuk pekerjaan yang sulit untuk desain atau kontrol dan evaluasi dimana
ergonomi telah dibuat. Kekuatan pengujian tidak boleh digunakan sebagai pengganti untuk
desain pekerjaan yang baik. Selain itu, harus digunakan hanya ketika pekerjaan telah dianalisis
sehingga tes benar-benar mencerminkan tuntutan pekerjaan. Kekuatan pengujian bawah protokol
umum tampaknya tidak efektif dalam mencegah kembali laporan cedera.
Pelatihan dan pendidikan adalah pendekatan tertua dan paling umum digunakan untuk
mengurangi nyeri punggung bawah di industri. Keselamatan dan departemen personil biasanya
digunakan pendidikan dan pelatihan untuk menginstruksikan karyawan dalam metode yang tepat
dan prosedur kerja. Misalnya, pelatihan pekerja di biomekanik mengangkat yang aman telah
menjadi bagian dari program keselamatan di industri selama lebih dari 50 tahun. Namun,
menurut NIOSH, nilai program pelatihan dalam mengangkat aman adalah terbuka untuk
dipertanyakan karena belum ada studi terkontrol menunjukkan penurunan konsekuen dalam
tingkat kecelakaan penanganan manual atau cedera punggung. Masalah utama adalah kepatuhan;
bahkan setelah pelatihan, kebanyakan pekerja tidak mengangkat dengan benar karena itu adalah
cara yang lebih sulit untuk mengangkat. Kepatuhan yang lebih besar dengan pelatihan terjadi
dengan pekerja yang memiliki nyeri punggung bawah. Latihan untuk meningkatkan kekuatan
dan kebugaran telah menjadi bagian dari program perawatan nyeri punggung bawah selama
bertahun-tahun, tetapi hanya baru-baru ini memiliki kekuatan dan kebugaran program telah
dianjurkan dalam industri untuk mengurangi atau mencegah timbulnya nyeri punggung bawah
Kembali sekolah adalah upaya untuk mendidik pekerja di semua aspek perawatan
punggung; itu merupakan pendekatan yang lebih komprehensif untuk perawatan punggung yang
mencakup topik-topik sebelumnya mengangkat aman, kekuatan, dan kebugaran fisik. Konsep
asli dari kembali sekolah adalah untuk mendidik pasien yang sudah menderita nyeri punggung
bawah, yaitu adalah bentuk pengobatan. Suatu penggunaan yang lebih baru dari sekolah telah
kembali untuk mendidik para pekerja tentang bagaimana mencegah nyeri punggung bawah.
Namun, tidak ada studi terkontrol telah menunjukkan efektivitas seperti sekolah sebagai teknik
pencegahan untuk pekerja.
Pelatihan manajer adalah sama pentingnya dengan pelatihan pekerja, baik untuk
pencegahan primer dan tersier. Kecacatan jangka panjang dikaitkan dengan situasi, litigasi, rawat
inap, dan kurangnya tindak lanjut dan perhatian. Banyak dari situasi ini dapat diatasi dengan
pelatihan mandor, supervisor, dan manajer tingkat atas dalam respons yang tepat untuk keluhan
pekerja nyeri punggung bawah. Juga penting adalah menyediakan dimodifikasi, alternatif, atau
paruh waktu kerja sebagai sarana untuk pekerja kembali untuk pekerjaan secepat mungkin.
Suatu masalah di mana manajemen dilatih dalam penerimaan positif dari laporan nyeri
punggung telah dijelaskan. Suasana diciptakan di mana para pekerja didorong untuk melaporkan
semua episode nyeri punggung bawah, bahkan episode kecil ke klinik perusahaan. Segera dan
konservatif dalam perawatan rumah, termasuk pendidikan pekerja, diberikan oleh perawat
perusahaan. Upaya dilakukan untuk menjaga pekerja pada pekerjaan, seringkali dengan tugas
dimodifikasi atau pekerjaan didesain ulang. Jika perlu, referals dibuat untuk dokter perusahaan,
yang dimonitor pengobatan dan kemajuan. Selama periode 3 tahun, biaya kompensasi tahunan
untuk pekerja nyeri punggung bawah berkurang dari lebih dari $ 200,000 menjadi kurang dari $
20,000. Meskipun ini bukan penelitian terkontrol, hasilnya sangat mengesankan.
Selain pelatihan untuk manajer, upaya untuk memasukkan para pemimpin serikat dalam
upaya-upaya pencegahan penting. Kembali bekerja harus didorong sebagai bagian penting dari
pengobatan nyeri punggung bawah. Serikat pekerja sering dapat membantu dalam pemulihan
anggota mereka dengan memungkinkan kembali bekerja melalui aturan-aturan kerja yang
fleksibel dan referals untuk dokter dan pengacara yang tidak akan perlu memperpanjang
kecacatan.
Personel perusahaan medis harus dilatih dalam manfaat dari intervensi awal, pengobatan
konservatif, follow up pasien, dan teknik penempatan kerja. Baik dokter dan perawat harus
familiar dengan literatur terbaru yang secara obyektif mengevaluasi berbagai jenis pengobatan
untuk nyeri punggung bawah. Tenaga medis juga harus menjadi familiar dengan tuntutan fisik
pekerjaan yang dilakukan di perusahaan sehingga dapat menempatkan mereka baik pekerja
terluka dan karyawan baru.
Efektivitas pendekatan standar untuk diagnosis dan pengobatan nyeri punggung bawah
dalam industri telah ditunjukkan. Pendekatan ini digunakan untuk memonitor program dan
pengobatan nyeri punggung bawah. Apakah ada ketidaksepakatan antara para peneliti (ahli
bedah ortopedi) dan dokter yang merawat, mereka membahas kasus bersama-sama secara rinci.
Biasanya, mereka mencapai kesepakatan, jika tidak, dokter lain berkonsultasi pendapat yang
independen. Program ini secara dramatis menurunkan jumlah hari yang hilang, dan jumlah
pasien yang dikirim ke operasi.
Meskipun pengetahuan tentang nyeri punggung bawah terbatas, cukup sudah dikenal
untuk mengontrol masalah dalam industri. Daripada menunggu terobosan medis utama terjadi,
penekanan harus ditempatkan pada penerapan pengetahuan yang sudah tersedia. Sesungguhnya
kontrol nyeri punggung bawah memerlukan upaya gabungan dari pekerja, manajer, serikat
pekerja, perawat, dokter, dan lain-lain.
Jeyaratnam, J. Buku praktik kedokteran kerja / J. Jeyaratnam, David Koh ; alih bahasa, Suryadi ;
editor edisi bahasa Indonesia, Retna Neary Elseria Sihombing, Palupi Widyastuti. – Jakarta :
EGC, 2009. 206 - 14
Pencegahan Nyeri Punggung Bagian Bawah
Sangat ideal bila faktor risiko digunakan untuk mengidentifikasi individu yang
berisiko terhadap nyeri punggung bawah. Sayangnya, epidemiologi masalah ini kompleks
sehingga identifikasi dan penyaringan dini sukar dilakukan. Upaya pencegahan nyeri
punggung bawah belum berhasil sepenuhnya. Strategi pencegahan yang umumnya
digunakan dalam kelainan punggung akibat kerja meliputi seleksi pegawai baru yang tepat,
pelatihan teknik penanganan secara manual, dan modifikasi ergonomi pada tempat kerja
dan melakukan tugas (Snook, 1978).
Pelamar pekerjaan disaring dengan harapan untuk dapat mengidentifikasi dan
menghindari pekerja yang mungkin mempunyai risiko mengalami nyeri punggung bawah.
Prosedur yang biasanya dipakai adalah riwayat sebelum bekerja dan pemeriksaan risiko.
Diperkirakan bahwa 10% pekerja yang diduga akan mengalami nyeri punggung bawah
dapat dikenali melalui riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik sebelum diterima sebagai
pegawai. Hal yang dapat memberikan perkiraan yang tepat adalah adanya riwayat masalah
punggung tapi calon pegawai yang mengalami hal ini tidak akan mau menyampaikan
intormasi tersebut secara sukarela (Rowe, 1971). Secara medis, rontgen punggung bawah
calon pegawai yang dilakukan secara rutin tidak mempunyai nilai prediksi (LaRocca dan
MacNab, 1969; Rowe, 1971; Gibson, 1988).
Tes kekuatan sebelum diterima kerja digunakan dengan harapan mengurangi risiko
cedera punggung dengan mencocokan kekuatan pekerja terhadap tuntutan pekerjaan.
Memakai simulasi isometrik pekerjaan, Chaffin dkk., (1978) menemukan bahwa
kecenderungan seorang pekerja menderita cedera punggung meningkat bila tuntutan
pekerjaan mendekati atau melampaui kapasitas kekuatan seseorang (Chaffin dkk., 1978).
Namun, pertanyaan mengenai jenis tes kekuatan yang efektif, jurnlah tes, risiko terhadap
pelamar kerja pada saat dilakukan tes, dan penentuan jumlah kekuatan yang "dapat melin-
dungi", masih tetap belum dapat dipecahkan. Sebaliknya, Battie dKK., (1991) menemukan
bahwa tidak ada perbedaan bermakna dalam membandingkan kekuatan orang yang cedera
dengan yang tidak cedera berdasarkan usia, jenis kelamin, dan pekerjaan yang sama
(Battie dan Bigos, 1991).
Pendidikan dan latihan mengenai metode pengangkatan telah dipakai untuk
mengurangi kejadian nyeri punggung dan cedera. Pengetahuan ergonomi penting untuk
mengurangi kadar ketegangan tulang belakang sehingga suatu pekerjaan dapat dilakukan
dengan arnan tanpa memicu atau menyebabkan gejala punggung. Hal ini juga
memungkinkan pekerjaan diteruskan atau langsung kembali bekerja bagi mereka yang
mengalami gejala punggung. Kewaspadaan terus-menerus untuk menggunakan teknik
yang aman dalam menangani bahan adalah penting. Petunjuk dapat diberikan kepada
pekerja dalam bentuk instruksi kelornpok kerja sebagai bagian dari pembahasan
kesehatan secara teratur atau dengan peran serta "Sekolah Punggung",
Bila mungkin, tempat kerja harus dirubah untuk menyesuaikan kemarnpuan para
pekerja. Merubah tinggi bangku kerja, mengurangi berat dan ukuran benda, serta
merubah posisi dan mekanisme mesin atau alat adalah beberapa tindakan untuk
menghasilkan tempat kerja yang lebih "ramah punggung”. Pendekatan lain yang
mungkin dilakukan meliputi eliminasi tugas penanganan secara manual, pemakaian alat
pembantu mekanis, dan reorgnisasi jadwal kerja untuk menjamin pembagian kegiatan
berbahaya yang lebih merata di antara para pegawai (Smedley dan Coggon, 1994).
Epidemiologi
Nyeri punggung bagian bawah adalah kondisi medis yang paling sering diiumpai.
dialami harmpir 85% orang pada satu waktu tertentu selama hidupnya (Beals dan
Hickman, 1972; HuIt, 1954; Spengler, 1986). Angka prevalensi yang sebenarnya
mengenai nyeri punggung bawah dalam dunia industri tidak diketahui. Dari dua penelitian
terpisah yang dilakukan terhadap sejumlah besar pekerja di Swedia dan Amerika, Hult
(1954) dan Rowe (1969, 1971,1982) menemukan bahwa 60% dan 56% pegawai menderita
nyeri punggung pada satu waktu tertentu selama bekerja yang membutuhkan penanganan
medis (Hult, 1954; Rowe 1969). Diperkirakan bahwa 2% tenaga kerja di Amerika Serikat
menderita cedera punggung berhubungan dengan industri setiap tahun (Bond dkk., 1986;
Leavitt dkk., 1971; Spengler, 1986). Dampak nyeri punggung bagian bawah dalam industri
cukup berat. Di Amerika Serikat, nyeri punggung bagian bawah menduduki peringkat
kedua setelah penyakit saluran napas bagian atas yang mengakibatkan kerugian waktu
akibat sakit.
Cedera punggung mencakup sekitar 19% hingga 25% klaim kompensasi seluruh
pekerja (Klein dkk., 1984; Yu dkk., 1984) dengan biaya sekitar USD 14 miliar yang
digunakan pada tahun 1976 untuk pengobatan dan kompensasi penderita nyeri punggung
bagian bawah. Diperkirakan bahwa dampak kompensasi nyeri punggung bagian bawah
terhadap finansial akan melampaui USD 25 miliar dalam pengeluaran tahunan pada akhir
tahun 1990-an (Akeson dan Murphy, 1977; Snook, 1988).
Faktor Risiko Nyeri Punggung Bawah
I. Faktor individu
Usia
Terdapat kenaikan angka kejadian dan prevalensi nyeri punggung dengan
bertambahnya usia yang tidak dipengaruhi kondisi kerja. Namun, masalah punggung
mungkin secara tidak langsung berhubungan dengan proses menua vertebra lumbal.
Dalam suatu penelitian yang dilakukan di satu pabrik industri yang besar di Amerika
Serikat, Bigos dkk., (1986a) menemukan risiko cedera punggung yang lebih tinggi
secara bermakna pada pegawai yang berusia kurang dari 25 tahun. Hal ini
mencerminkan waktu dan pengalaman yang diperlukan untuk mempelajari metode
penggunaan punggung yang aman dan efisien. Walaupun angka cedera lebih tinggi
pada kelompok usia muda, biaya klaim cenderung lebih rendah yang mungkin
mencerminkan potensi pegawai usia muda untuk mengalami pemulihan gejala yang
lebih cepat. Data mereka juga menunjukkan bahwa kelompok yang rentan terhadap
cedera punggung dengan biaya tinggi cenderung pada kelompok usia 31-40, penemuan
yang sarna pada penelitian nyeri punggung bawah lain (Rowe, 1969; Snook, 1978).
Jenis kelamin
Masalah punggung dilaporkan mengenai baik pria maupun wanita dalam
perbandingan yang sarna banyak (Andersson, 1979; Nachemson, 1976). Berdasarkan
data kompensasi pekerja, pria dilaporkan melakukan 76% dan 80% semua klaim
kompensasi punggung (Klein dkk., 1984; Snook, 1978). Secara keseluruhan, wanita
lebih sedikit mengalami cedera dibandingkan pria tapi wanita cenderung mempunyai
peluang yang bertambah untuk mengajukan klaim dan menjadi penagih kompensasi
cedera yang mahal (Bigos, 1986b).
Kebugaran jasmani
Pekerja dengan kebugaran jasmani yang lemah mungkin berisiko mengalami
cedera punggung. Cady dkk., (1979) dalarn sebuah penelitian prospektif terhadap
1.652 pemadam kebakaran melaporkan frekuensi cedera yang dialami kelompok
pekerja yang kurang bugar sebanyak sepuluh kali lipat lebih tinggi dibandingkan
kelompok pekerja yang sebagian paling bugar. Mereka mengambil kesimpulan
bahwa kebugaran jasmani dan penyesuaian berperan dalam mencegah terjadinya
cedera punggung. Tinggi dan berat badan mungkin tidak penting (Andersson, 1979;
Bigos, 1986) walaupun ada laporan penelitian yang menyatakan bahwa
bertambahnya tinggi badan dan berat badan yang berlebih membuat seseorang
menjadi lebih rentan pada gejala punggung
(Kelsey 1988).
Faktor psikososial
Berbagai penelitian menunjukkan pentingnya tingkat pendidikan sebagai faktor
prognostik nyeri punggung dan penyakit musculoskeletal lain (Vallfors, 1985; Deyo,
1987). Korelasi ini kuat hanya untuk kaum pria (Deyo, 1987). Penjelasan yang
diberikan mengenai hal ini adalah pria yang memiliki tingkat pendidikan yang
terbatas dan pekerjaan dengan bayaran yang rendah lebih mungkin melakukan
pekerjaan berat atau pekerjaan yang melibatkan getaran atau beban lain terhadap
tulang belakang. Dalam satu penelitian mengenai prevalensi nyeri punggung
terhadap 575 sampel penduduk di Malmo berusia paruh baya, individu dengan nyeri
punggung kurang berhasil saat melakukan tes inteligensia pada masa kanak-kanak.
Memiliki jangka waktu pendidikan lebih pendek, dan mengerjakan pekerjaan fisik
yang berat (Bergenudd dan Nilsson, 1988). Faktor psikososial lain yang ditemukan
pada pasien dengan nyeri punggung meliputi depresi, kecanduan alkohol, perceraian,
ketidakpuasan melakukan pekerjaan, ketidakmampuan membangun kontak emosi,
masalah keluarga, riwayat operasi punggung, dan angka Minnesota Multiphasic Personality
Inventory (MMPI) tidak normal. Namun, hal yang tetap ditanyakan apakah faktor
psikososial ini dapat meramalkan timbulnya cedera dalam industri atau apakah faktor
ini justru muncul akibat cedera yang terjadi (Bigos, 1986b).
Perubahan radiografis
Nyeri punggung bawah berhubungan dengan abnormalitas struktur vertebra
lumbosakral hanya pada 3% pasien (Rowe, 1982). Pada pekerja muda, manifestasi
degenerasi diskus pada gambaran radiologi jarang ditemukan. Abnormalitas
radiologi seperti vertebra lumbal berjumlah 4 atau 6, adanya vertebra transisional,
pertambahan sudut lumbosakral, perbedaan panjang tungkai, spina bifi a occulta,
tropisme, spondilosis dan spondilosistesis ditemukan dalam frekuensi yang sama
baik pada pasien dengan keluhan nyeri punggung maupun kelompok kontrol. Pada
pasien yang lebih tua, bukti radiologi berupa degenerasi diskus dapat ditemukan dan
mungkin penting secara klinis. Tonjolan tulang traksi atau penyempitan jarak antar
diskus atau keduanya antara vertebra lumbal 4 dan 5 berhubungan dengan
bertambahnya angka kejadian nyeri punggung bagian bawah dan tungkai yang berat,
sedangkan vertebra transisional, nodus Schmorl, dan tanda vakum diskus tidak
berhubungan (Frymoyer, 1984). Rowe melaporkan bahwa perubahan degeneratif
diskus ditemukan pada 80% pasien yang telah kehilangan waktu kerja karena nyeri
punggung dan hanya 20% kelompok kontrol yang ditemukan perubahan degeneratif
pada diskus tanpa mengalami masalah punggung. Penulis lain melaporkan frekuensi
degenerasi diskus sama banyak baik pada pasien maupun pada kelompok kontrol.
II. Faktor tempat kerja
Jenis pekerjaan
Bertambahnya jumlah absen karena nyeri akibat gejala punggung bagian bawah
ditemukan pada pekerjaan dengan tuntutan fisik tinggi, pekerjaan dengan sikap
badan statis dalam waktu lama, pekerjaan yang terutama membutuhkan posisi sikap
badan bungkuk, dan pekerjaan mendadak tak terduga menerima beban kerja fisik
berat (Andersson, 1979). Pekerjaan tertentu, terutama sopir truk, perawat, dan
pekerjaan yang menangani material menunjukkan adanya tingkat ketidakmampuan
yang tinggi. Pekerja yang bekerja pada pemerintah dan bagian finansial memiliki
kemungkinan terkecil untuk terpengaruh.
Mengangkat dan memutar adalah gerakan spesifik yang paling berhubungan
dengan nyeri punggung. Bigos dkk., menemukan penanganan material dengan cara
yang paling umum dan cara mengangkat yang tidak tepat merupakan penyebab
cedera tersering di perusahaan Boeing (Bigos, 1986a). Terjatuh hanya meliputi 10%
cedera punggung dalam penelitian ini dan pembagiannya mencerminkan dasar
manufaktur perusahaan. Klein dkk., (1984) dengan menggunakan data kompensasi
pekerja menemukan bahwa "penggunaan tenaga yang berlebihan" termasuk
mengangkat barang, menarik, dan melempar menghasilkan 72% klaim kompensasi
(Klein dkk., 1984). Sering mengangkat benda dengan berat lebih dari 10 kg,
mengerahkan tenaga maksimal secara mendadak dan tidak terduga, mengangkat
benda berat jauh di atas badan, dan gagal membengkokkan lutut sewaktu mengangkat
benda adalah gerakan spesifik lain yang dihubungkan dengan bertambahnya risiko
nyeri punggung bawah.
Faktor pekerjaan selain beban mekanis tulang belakang juga penting. Ketegangan
fisik yang lebih ringan tapi membosankan dan repetitif (pekerjaan ban berjalan) dan
pekerjaan yang melibatkan getaran (mengendarai kendaraan dan mengoperasikan alat
bertenaga) dikaitkan dengan meningkatnya pelaporan nyeri punggung. Suatu
penelitian terhadap 672 pekeria operator wanita penuh waktu pada tiga organisasi
besar di Singapura menunjukkan 54% pekerja mengalami nyeri punggung bawah dan
60% mengalami kekakuan dan rasa tidak enak pada leher (Jeyaratnam, 1989).
Bertumpuknya pajanan pengangkatan berulang-ulang. Pemakaian alat pelubang
beton, gergaji rantai, atau mesin pengolah tanah berputar juga dilaporkan
berhubungan dengan angka kejadian nyeri punggung bawah yang lebih tinggi
(Frymoyer, 1987).
Kepuasan kerja
Pekerja yang tidak puas dengan pekerjaan sekarang, tempat bekerja, atau situasi
sosial mempunyai angka kejadian nyeri punggung bawah yang lebih tinggi (Magora,
1973; Bergenudd dan Nilsson, 1988). Pada penelitian prospektif longitudinal
terhadap 3.020 pegawai pesawat terbang, faktor yang paling dapat diramalkan yang
didapatkan dari laporan mengenai masalah punggung adalah pemahaman pekerjaan,
reaksi psikososial tertentu yang ditemukan pada MMPI. Pekerja yang menyatakan
bahwa mereka "nyaris tidak pernah" menikmati tugas pekerjaan mereka 2/5 kali lebih
mungkin melaporkan cedera punggung daripada pekerja yang "hampir selalu"
menikmati tugas pekerjaan mereka. Bigos dkk., (1986) melaporkan satu korelasi yang
menarik antara cedera punggung dan pemberian nilai pengkajian pegawai setiap enam
bulan sekali (Bigos/ 1986b). Pegawai dengan hasil evaluasi buruk dari atasan langsung
tampak mempunyai risiko lebih besar terhadap cedera punggung dengan biaya tinggi.
Gambaran Klinis
Timbulnya nyeri punggung bawah dapat terjadi mendadak atau perlahan-lahan.
Awitan mendadak dapat muncul setelah mengangkat atau menarik dan rasa nyeri dialami
segera/ sering bertambah berat setelah beberapa jam. Pasien mengeluh tidak mampu
meluruskan punggung dan mungkin menyadari bahwa tubuhnya miring ke satu sisi. Nyeri
lebih sering muncul perlahan tanpa ada riwayat terjadi cedera. Nyeri punggung secara khas
muncul saat seseorang duduk atau berdiri selama beberapa waktu, saat ia mengangkat atau
menarik, atau saat mengambil posisi tertentu yang tidak lazim pada pekerjaannya, misalnya
membungkukkan badan dan berjongkok saat mengelas. Gejala berkurang atau hilang
dengan istirahat. Sering ada riwayat masalah punggung bagian bawah yang hilang timbul.
Nyeri punggung dapat berkaitan dengan penjalaran ke bawah pada satu atau kedua
tungkai. Nyeri tersebut dapat merupakan nyeri alih yang berasal dari diskus intervertebralis
atau dari daerah datar sendi tulang belakang, atau "radikular" akibat terkenanya akar saraf
tulang belakang oleh diskus intervertebralis yang mengalami prolaps. Nyeri alih secara
khas menjalar dari bagian belakang paha ke bagian belakang lutut sedangkan gejala
radikular terasa pada daerah derma tom akar saraf yang terkena, menjalar melampaui lutut
ke kaki dan dapat terjadi bersamaan dengan parestesia pada daerah dermatom akar saraf
yang tekena. Penting untuk menanyakan pengendalian kandung kencing untuk
menyingkirkan adanya tekanan pada kauda ekuina akibat prolaps diskus sentralis yang
masif.
Saat terdapat keluhan nyeri di daerah spinal, pada pemerikaan fisik umumnya
diperiksa adanya spasme otot paraspinal, kemiringan batang tubuh, keterbatasan derajat,
dan arah gerakan tulang belakang, namun hal ini tidak spesifik untuk diagnosis tertentu.
Adanya deformitas tulang belakang dicatat. Ketegangan akar saraf tulang belakang
diperiksa dengan tes mengangkat tungkai yang diluruskan. Lakukan pemeriksaan
neurologis yang lengkap pada tungkai bawah termasuk pemeriksaan sensorik daerah
perianal. Sendi paha dan sakroiliaka rutin diperiksa pada pemeriksaan tulang belakang.
Sakroilitis dan osteoartritis paha, dan kondisi patologis sendi lain sering disalahartikan
sebagai nyeri tulang belakang. Pemeriksaan gerakan tulang belakang dan tes mengangkat
tungkai yang diluruskan dapat menyebabkan ketidaknyamanan bagi pasien yang mengalami
nyeri punggung akut. Bila pasien tidak bisa bekerja sama dalam pemeriksaan lengkap
tulang belakang pada tahap ini, maka ia diperbolehkan beristirahat dan pemeriksaan
dilakukan kembali bila nyeri membaik.
Diagnosis
Diperkirakan bahwa gejala punggung pada kurang lebih 70% pasien disebabkan
oleh penyakit degeneratif vertebra lumbosakral. Cedera akibat rudapaksa mendadak yang
menyebabkan fraktur atau gangguan diskus tidak umum terjadi dan hanya meliputi 5%
pasien dengan keluhan punggung. Penyebab keluhan punggung akut yang lebih umum
terjadi berdasarkan adanya latar belakang masalah punggung kronis yang hilang timbul
yang berasal dari penyakit degeneratif. Pada pasien yang mengalami akumulasi stres atau
mengangkat beban berat secara mendadak dan tidak biasa dapat menyebabkan cedera
ligamen, robekan anulus fibrosa, atau prolaps diskus. Penyebab nyeri punggung yang
kurang umum adalah spondilolistesis, spondilitis ankilosis, dan keadaan perkembangan
seperti spondilosis. Infeksi dan neoplasma tulang belakang bukan penyebab nyeri
punggung yang umum dan tidak berhubungan dengan cedera, tapi harus dicurigai saat
nyeri punggung yang dialami terjadi secara progresif dan terus menerus yang tidak
berkurang dengan istirahat terutama bila terjadi demam atau malaise.