lapsus neuro
DESCRIPTION
nuTRANSCRIPT
BAB I
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama : Tn. J
Umur : 70 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : DS Diwak 01 / 01 Bergas Kab.Semarang
Pekerjaan : Swasta ( Buruh Tani)
Masuk RS : 30 Maret 2014 , pukul 13.21
No. CM : 055731
II. ANAMNESIS
Diperoleh dari pasien dan keluarganya(autoanamnesa dan allowanamnesa).
Dilakukan pada tanggal 5 April 2014
II.1 Keluhan utama
Kelemahan pada tangan dan kaki sebelah kiri
II.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Kurang lebih 7 jam sebelum masuk rumah sakit, sewaktu bangun tidur pagi
hari pasien mengeluh kelemahan anggota gerak sebelah kiri, seingga pasien terjatuh
dari tempat tidurnya. Pasien. Sebelumnya merasa kesemutan pada tangan dan kaki
kirinya. penderita tidak mengeluh mual, muntah, kejang, demam, sesak, nyeri kepala,
pusing dan tidak ada penurunan kesadaran.
Kemudian langsung dibawa ke IGD RS Ambarawa lalu pasien disarankan
opname. Setelah 2 hari dilakukan perawatan dilakukan pemeriksaan CT-scan di RS
Ken Saras kemudian pasien dibawa ke RSUD Ambarawa. Kurang lebih 1 jam SMRS
dalam perjalanan ke RSUD Ambarawa, pasien sadark
Setelah jatuh, pasien tidak mengeluh nyeri kepala, sesak, mual, kejang dan
penglihatan kabur. Anggota gerak kanan terasa berat untuk digerakkan. Bicara pelo
tidak jelas dan mulut sedikit perot. Tidak disertai dengan keluhan kejang, pilek, batuk,
demam, gangguan pendengaran, kesemutan, pandangan ganda dan riwayat kepala
1
terbentur sebelum kejadian. Pada saat masuk rumah sakit penderita mengalami
kelemahan anggota gerak kanan. Bicara pelo tidak jelas. Terdapat 1x muntah
proyektil.
Menurut istrinya, penderita tidak pernah mengeluh sakit kepala sebelumnya
dan tidak pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya. Disangkal adanya riwayat
darah tinggi sebelumnya. Disangkal adanya riwayat tumor. Tidak ada gangguan BAK
dan BAB.
II.4 Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit serupa sebelumnya (-)
Riwayat kencing manis (+)
Riwayat hipertensi (+)
Riwayat penyakit jantung (-)
Riwayat penyakit ginjal disangkal
Riwayat cedera kepala/trauma kepala (-)
Riwayat sakit kepala disangkal
Riwayat tumor (-)
Riwayat mengkonsumsi obat-obatan tertentu disangkal
Riwayat merokok disangkal
II.5 Riwayat penyakit keluarga
Riwayat stroke pada keluarga (-)
Riwayat hipertensi pada keluarga (+)
Riwayat kencing manis pada keluarga (+)
Riwayat penyakit serupa pada keluarga (-)
2
II.6 Anamnesis sistem
Sistem serebrospinal : kelemahan anggota gerak kiri
Sistem kardiovaskuler : hipertensi (+), tidak terkontrol
Sistem respiratorius : tidak ada keluhan
Sistem gastrointestinal : tidak ada keluhan
Sistem neuromuskuler : kelemahan anggota gerak kiri
Sistem integumental : tidak ada keluhan
Sistem urogenital : tidak ada keluhan
III. RESUME ANAMNESIS
Seorang laki-laki, umur 70 tahun dengan kelemahan anggota gerak kiri,
dengan riwayat 7 jam sebelum masuk RS terjatuh saat bangun dari tempat tidur.
Sebelum mengalami kelemahan anggota gerak kiri, pasien mengeluh kesemutan pada
anggota gerak kirinya.
Saat masuk RS pasien mengalami kelemahan anggota gerak kiri. Terdapat 1x
muntah proyektil, tidak ada sesak,tidak demam,dan tidak kejang. Riwayat kencing
manis dan riwayat hipertensi tidak diketahui karena tidak pernah melakukan
pemeriksaan. Diakui mempunyai riwayat hipertensi dikeluarga. BAB dan BAK tidak
ada keluhan.
IV. DISKUSI 1
Dari data anamnesis didapatkan suatu kumpulan gejala berupa kelemahan
anggota gerak kanan, yang sifatnya mendadak setelah sadarkan diri disertai bicara
pelo dan tidak jelas, penurunan kesadaran dengan onset akut. Pada penderita tidak
didapatkan defisit neurologis yang terjadi secara progresif, berupa kelemahan motorik
yang terjadi akibat suatu proses destruksi maupun nyeri kepala kronik akibat dari
proses kompresi dengan segala akibatnya yang merupakan gambaran umum pada
tumor otak (Greenberg, 2001). Gejala-gejala abses serebri berupa nyeri kepala yang
cenderung memberat, demam, defisit neurologi fokal dan kejang juga tidak terdapat
pada penderita ini (Adam et al, 2001; De angelis, 2001).
Defisit neurologis akut yang terjadi secara spontan tanpa adanya faktor
pencetus yang jelas berupa trauma dan gejala infeksi sebelumnya mengarah ke suatu
lesi vaskuler karena onsetnya yang mendadak. Sehingga pada penderita mengarah
pada diagnosis stroke. Menurut WHO, stroke adalah suatu tanda klinis yang
berkembang secara cepat akibat gangguan otak fokal (atau global) dengan gejala-
3
gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian
tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular. Stroke juga didefinisikan oleh
Davenport & Davis sebagai gangguan fungsi otak akut akibat gangguan suplai darah
di otak, atau perdarahan yang terjadi mendadak, berlangsung dalam atau lebih dari 24
jam yang menyebabkan cacat atau kematian.
Pasien berumur 65 tahun dan berjenis kelamin laki – laki yang termasuk
kejadian terbanyak menurut beberapa penelitian. Penelitian Denise Nasissi, 2010
menunjukkan dari 251 penderita stroke, ada 47% wanita dan 53% laki-laki dengan
rata-rata umur 69 tahun (78% berumur lebih dari 60 tahun). Umur merupakan faktor
risiko yang paling kuat untuk stroke. Risiko stroke adalah dua kali ganda untuk setiap
10 tahun di atas 55 tahun. (Sotirios, 2000).
Klasifikasi Stroke
Berdasarkan etiologi Hinton (1995) membagi stroke menjadi dua :
(1) Stroke hemoragik / perdarahan yaitu suatu gangguan fungsi saraf yang
disebabkan kerusakan pembuluh darah otak sehingga menyebabkan
pendarahan pada area tersebut.
Hemoragik Intraserebral: pendarahan yang terjadi didalam jaringan
otak.
Hemoragik Subaraknoid: pendarahan yang terjadi pada ruang
subaraknoid (ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan
yang menutupi otak).
(2) Stroke nonhemoragik / iskemik, yaitu gangguan fungsi saraf yang disebabkan
oleh tersumbatnya pembuluh darah otak sehingga distribusi oksigen dan
nutrisi ke area yang mendapat suplai terganggu.
Stroke Trombotik
Stroke Embolik
Hipoperfusion Sistemik
Penentuan terapi stroke saat ini berdasarkan jenis patologi stroke iskemik atau
perdarahan. Diagnosis baku emas (gold standard) dengan menggunakan CT Scan atau
MRI yang jumlahnya masih sangat terbatas di Indonesia.
Ada beberapa sistem skoring yang dapat dipakai untuk membantu dokter
membedakan antara stroke iskemik atau stroke hemorhagik. Yang cukup banyak
dipakai adalah Siriraj Score yang pertama kali dikembangkan di Thailand. Kolapo,
4
dkk di Nigeria membandingkan skor siriraj dgn CT-Scan. Sensitivitas (Sn) dan
spesifisitas (Sp) berkisar antara 71-82%.
No
Gejala/Tanda Penilaian Indeks Skor
1 Kesadaran (0) Kompos mentis(1) Mengantuk(2) Semi koma/koma
X 2,5 2,5 +
2 Muntah (0) Tidak(1) Ya
X 2 2 +
3 Nyeri kepala (0) Tidak(1) Ya
X 2 0 +
4 Tekanan darah Diastolik X 10% 9,2 +
5 Ateroma a. D M b. Angina pektoris c. Klaudikasio termiten
(0) Tidak(1) Ya
X (-3) 0 -
6 Konstante - 12 - 12
H A S I L S S S 1,7
Tabel 1. Siriraj Stroke Score (SSS)
Catatan :
5
1. SSS > 1 = Stroke hemoragik
2. SSS < -1 = Stroke non hemoragik
Berdasarkan aloanamnesa,
pasien didapatkan jumlah skor
siriraj >1 mengacu pada diagnosis
stroke hemoragik.
Suatu tes diagnostik
pengganti, Algoritma Stroke
Gadjah Mada (ASGM) dapat
digunakan sebagai diagnosis
pengganti dalam menetukan jenis
patologi stroke dengan parameter
penurunan kesadaran, nyeri
kepala dan refleks babinski
(Dahlan 1999 ; Lamsudin, 1999).
Pada pasien ini didapatkan penurunan kesadaran, disangkal adanya nyeri kepala
dan pada pemeriksaan didapatkan refleks babinski positif, sehingga menurut ASGM,
didapatkan adanya penurunan kesadaran dan refleks babinski positif pada penderita
ini, diagnosis dicurigai sebagai stroke perdarahan.
Stroke Perdarahan
Lebih kurang 15 % penderita stroke, mengalami stroke perdarahan. Termasuk
didalamnya perdarahan intraserebral, perdarahan subarakhnoid akibat pecahnya
aneurisma, malformasi arteriovenosa, alkoholisme, diskrasia darah dan angiopati
amiloid (Toole, 1990 ; Lindsay, 1997).
Berdasarkan letak perdarahan, stroke hemoragik bisa dibagi menjadi 2 jenis,
yakni :
Perdarahan Intraserebral
Perdarahan intraserebral paling sering terjadi ketika tekanan darah tinggi
kronis melemahkan arteri kecil, menyebabkannya robek. Penggunakan kokain atau
amfetamin dapat menyebabkan tekanan darah dan perdarahan sementara tapi sangat
tinggi. Pada beberapa orang tua, sebuah protein abnormal yang disebut amiloid
terakumulasi di arteri otak. Akumulasi ini (disebut angiopati amiloid) melemahkan
arteri dan dapat menyebabkan perdarahan (Sotirios AT, 2000).
Perdarahan Subaraknoid
6
Perdarahan subaraknoid biasanya hasil dari cedera kepala. Namun,
perdarahan karena cedera kepala menyebabkan gejala yang berbeda dan tidak
dianggap sebagai stroke.Perdarahan subaraknoid dianggap stroke hanya jika terjadi
secara spontan yaitu, ketika perdarahan tidak hasil dari kekuatan-kekuatan eksternal,
seperti kecelakaan atau jatuh. Sebuah perdarahan spontan biasanya hasil dari
pecahnya aneurisma mendadak di sebuah arteri otak, yaitu pada bagian aneurisma
yang menonjol di daerah yang lemah dari dinding arteri itu. Aneurisma biasanya
terjadi di percabangan arteri. Aneurisma dapat muncul pada saat kelahiran (bawaan),
atau dapat berkembang kemudian, yaitu setelah bertahun-tahun dimana tekanan darah
tinggi melemahkan dinding arteri. Kebanyakan perdarahan subaraknoid adalah hasil
dari aneurisma kongenital (Sotirios AT, 2000).
Penyebab perdarahan intraserebral spontan dibedakan atas perdarahan primer dan
perdarahan sekunder. Penyebab perdarahan primer adalah penyakit hipertensif kronik
yang menyebabkan vaskulopati serebral dengan akibat pecahnya pembuluh darah
otak. Lokasi yang paling sering untuk perdarahan tipe ini adalah ganglia basalis
(65%), batang otak (10%) serebelum (10%), subkortikal(15%). Sedangkan perdarahan
sekunder terjadi antara lain akibat anomaly vaskuler congenital, koagulopati, tumor
otak, vaskulopati non hipertensif ( amiloid serebral), vaskulitis, dan obat anti
koagulan (Heiskanen,1993).
Terdapat riwayat penyakit keluarga pasien memiliki penyakit hipertensi.
Hipertensi merupakan prediktor kuat 70% untuk terjadinya stroke perdarahan
(Bronner,2000). Pecahnya mikroaneurisma dalam arteriola, menyebabkan perdarahan
di thalamus, pons atau serebellum, dikarenakan didaerah tersebut pembuluh darah
arteri yang pendek, lurus dan sedikit cabang ( Mardjono, 1998).
V. DIAGNOSIS SEMENTARA
Diagnosis klinis : Penurunan kesadaran dengan lateralisasi dextra, kelemahan
anggota gerak kanan, bicara pelo, dan mulut perot
Diagnosis topik : Hemisphere sinistra
Diagnosis etiologi : Stroke hemoragik DD stroke non hemoragik
7
VI. PEMERIKSAAN FISIK
VI.1 Status Generalis (Dilakukan tanggal 5 Maret 2014)
Keadaan umum : lema, gizi baik, tampak sakit sedang
Kesadaran kualitatif : compos mentis GCS E4 V5 M6
Tanda vital : Tekanan darah = 162 / 92 mmHg
Nadi = 64 x/mnt
Pernafasan = 20 x/mnt
Temperatur = 36,2 o C
SPO₂ = 98%
Kepala : mata konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor
diameter 3mm, reflek cahaya +/+, reflek kornea +/+, dalam batas
normal
Leher : limfonodi tidak teraba pembesaran, JVP tidak meningkat, Leher
tegang (-), Kaku kuduk (-), Meningeal sign (-)
Dada : retraksi dinding dada (-)
Paru : sonor, vesikuler normal di seluruh lapangan paru, suara tambahan (-),
dalam batas normal
Jantung : konfigurasi dalam batas normal, SI-II tunggal, dalam batas normal
Abdomen : supel, tympani, massa (-), bising usus normal Hepar dan Lien tidak
teraba pembesaran
Ekstremitas : edema (-), atrofi otot (-), kelemahan anggota gerak kanan
VI.2 Status psikiatrikus
Tingkah laku : sdn
Perasaan hati : sdn
Orientasi : sdn
Kecerdasan : sdn
Daya ingat : sdn
VI.3 Status neurologis
Sikap tubuh : lurus dan simetri
Gerakan abnormal : tidak ada
Kepala : mesocephal, ukuran normal
Leher : kaku kuduk (); tanda meningeal ()
8
Nervi kraniales Kanan KiriN.I Daya penghiduan + +N.II Daya penglihatan + +
Penglihatan warna + +Lapang pandang + +
N.III Ptosis (-) (-)Gerakan mata ke medial + +Gerakan mata ke atas + +Gerakan mata ke bawah + +Ukuran pupil 3 mm 3 mmBentuk pupil Bulat bulatReflek cahaya langsung (+) (+)Reflek cahaya konsensuil (+) (+)Strabismus divergen (-) (-)
N.IV Gerakan mata ke lateral bawah + +Strabismus konvergen (-) (-)
N.V Menggigit + +Membuka mulut + +Sensibilitas muka + +Reflek kornea + +Trismus (-) (-)
N.VI Gerakan mata ke lateral + +Strabismus konvergen (-) (-)Diplopia -
N.VII Kedipan mata dbn DbnLipatan nasolabial dbn DbnSudut mulut dbn DbnMengerutkan dahi + +Mengerutkan alis + +Menutup mata dbn DbnMeringis dbn DbnMenggembungkan pipi +Daya kecap lidah 2/3 depan dbn dbn
N.VIII Mendengar suara berbisik + +Tes Rinne Tidak dilakukan Tidak dilakukanTes Webber Tidak dilakukanTes Schwabach Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N.IX Arkus faring SimetrisDaya kecap lidah 1/3 belakang + +Reflek muntah +Sengau + +Tersedak + +
N.X Denyut nadi 64 x/ menit, isi cukupArkus faring simetris ka>kiBersuara Tidak jelas / peloMenelan +
N.IX Memalingkan kepala dbnSikap bahu SimetrisMengangkat bahu dbn dbnTrofi otot bahu eutrofi
9
G K TN Tr
RF RP
N.XII Sikap lidah simetrisArtikulasi disartriaTremor lidah (-) (-)Menjulurkan lidah miring normalTrofi otot lidah eutrofi eutrofiFasikulasi lidah (-) (-)
*sdn =sulit dinilai dbn = dalam batas normal
Leher : Kaku kuduk (-), Meningeal Sign (-)
Ekstremitas : lateralisasi dextra
B T 555 222 N N E E
B T 555 222 N N E E
+ + - -
+ + - -
Reflek Patologis : Babinski (-), Scaeffer (-), Chaddock (-),Gordon (-)
Sensibilitas : dbn
Vegetatif : BAB BAK normal
VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG
VII.1 Laboratorium
20 Februari 2014
Darah Rutin
Hemoglobin : 14,9
Lekosit : 11,7 ↑
Eritrosit : 4,8
Hematokrit : 42
Trombosit : 253
MCV : 87
MCH : 31
MCHC : 36
Limfosit% : 18,5 ↓
Monosit% : 3,4
Eusinofil % : 3,0%
Gol darah : B
Kimia Klinik
Gula Darah Sewaktu : 135
Ureum : 44
Creatinin : 1,0
Kolesterol : 160
Treigliserida : 183 ↑
Asam urat : 6,4
Elektrolit Darah
Na : 139
K : 3,5
Cl : 103
10
CL -/-
Basofil % : 0,2%
Netrofil % : 74,9%
LED I : 9
II : 21 ↑
Imunologi
HbsAg : Negatif
CT-Scan (1 Aprilo 2014)
11
Tampak lesi hiperdens dengan edema perifokal pada daerah putamen, capsula externa sampai corona radiate kiri (volume terukur lebih kurang 12-14 cc)
Ventricle lateralis kiri lebih sempit disbanding kanan.
Sulci corticalis dan fissure sylvii tampak dalam batas normal.
Pons dan cerebellum normal Perimesencephalic cistern tidak
menyempit Mastoid , nasofaring, sinus paranasal
dan orbita tenang Tak tampak fraktur pada tulang –
tulang cranium. Kesan : Intracerebral hemorrhage pada
daerah putamen, capsula externa sampai corona radiate kiri.
Tak tampak tanda peninggian tekanan intracranial.
VIII. DISKUSI II
Pada penderita ini didapatkan adanya hemiparese dextra, parese N.VII &
N.XII. Keluhan disertai muntah dan bicara pelo, tidak disertai dengan nyeri kepala,
namun reflek patologis yaitu babinski positif. Berdasarkan aloanamnesa, pasien
didapatkan jumlah skor siriraj >1 mengacu pada diagnosis stroke hemoragik. Pada
kriteria ASGM terdapat dua dari tiga gejala yakni, penurunan kesadaran dan babinski
positif yang mengarah diagnosis pada stroke perdarahan intraserebral
(Lamsudin,1998). Juga didapatkan adanya hipertensi, dimana hipertensi merupakan
prediktor kuat 70% untuk terjadinya stroke perdarahan. ( bronner, 2000).
Tabel 2. Perbedaan Perdarahan Intraserebral dan Perdarahan SubaraknoidSubaraknoid
12
VARIABEL PIS PSA
Usia 40-60 Tidak tentu
Onset Akut (dtk/mnt) Akut (mnt/jam)
Saat Aktiitas Aktivitas
Sakit kepala ++ ++++
Muntah ++ ++++
Prodromal - -
Kesadaran/Herniasi Otak Cepat koma Variasi dapat koma/normal
Kaku Kuduk ++ jarang ++++ selalu
Kelumpuhan Cepat hemiplegi (mnt/jam) Variasi
Arterial Sindrom - Kadang
Kejang/Rigiditas Sering+++ Kadang++
Reflek Patologis Segera Variasi
Head CT-Scan Hiperdens pada intraserebral Hiperdens pada lapisan subarkhnoid
Hipertensi Selalu + Variasi
Jantung Hipertrofi LV Variasi
Riwayat Hipertensi -
LP/LCS N/darah++ Darah++++
Pada kasus, pasien usia 65 tahun, onset akut dalam beberapa detik hingga menit,
serangan terjadi saat aktifitas di sawah, tidak terdapat nyeri kepala, terjadi muntah
proyektil 1 x, terjadi penurunan kesadaran, kaku kuduk (–), terjadi kelumpuhan cepat
hemipharese dekstra, tidak terjadi kejang, terdapat reflex patologis positif, terdapat
riwayat hipertensi. Hasil Head CT-scan tampak lesi hiperdens dengan edema
perifokal pada daerah putamen, capsula externa sampai corona radiate kiri.
Berdasarkan gejala dan hasil CT-scan menunjukkan pasien ini mengalami perdarahan
intraserebral.
Hipertensi yang lama akan menimbulkan lipohialinosis dan nekrosis fibrinoid
yang memperlemahh dinding pembuluh darah yang kemudian menyebabkan rupture
intima dan menimbulkan aneurisma. Selanjutnya dapat menyebabkan mikrohematoma
dan edema. Hipertesnsi kronik dapat juga menimbulkan aneurisma-aneurisma kecil
(diameter 1 mm) yang tersebar di sepanjang pembuluh darah, aneurisma ini dikenal
sebagai aneurisma Charcot Bouchard (Toole JF,1990).
Perdarahan di putamen, thalamus, dan pons biasanya akibat rupture arteri
lentikulostriata, arteri thalamoperforating dan kelompok basilar-paramedian
(Feldmann, 1998).
Dimana penyebab perdarahan intrakranial ( perdarahan intraserebral,
subarakhnoid, ventrikuler, dan perdarahan subdural) menurut Adams tahun 2002
adalah :
1. primer ( hipertensive ) ICH
2. ruptur dari saccular aneurisma
3. ruptur AVM
4. amyloid angiopathy
5. infark hemoragik
6. trauma
7. gangguan perdarahan : warfarin antikoagulan, leukemia, aplastik anemia,
purpura trombositopenia, penyakit hati, komplikasi akibat pembelian
trombolitik, hiperfibrinolisis, christmast disease, dll.
8. hemoragik sekunder akibat tumor otak
9. emboli septik, mycotic aneurism
10. penyakit inflamasi pada arteri dan vena
11. akibat dari beberapa kejadian yang jarang terjadi, diantaranya : setelah
pemberian obat vasopresor, selama arteriografi, komplikasi dari fistula
13
carotis-cavernosa AV, pseudomonas meningitis, dan karena gigitan ular
berbisa.
12. perdarahan akibat penyebab yang belum diketahui (tekanan darah normal,
tidak ada koagulopati, AVM, maupun aneurisma
Pada manifestasi perdarahan intraserebral, terdapat pembagian berdasarkan
Luessenhop et al. Pembagian ini juga berguna dalam menentukan prognosis pada
pasien stroke dengan perdarahan intraserebral.
IX.
DIAGNOSA AKHIR
Diagnosis Klinik : Penurunan kesadaran dengan lateralisasi dextra, afasia
motorik dan mulut perot
Diagnosis Pulang : Acute Spastic Hemiparese Upper Motor Neuron Dextra
dan Acute parese N.VII dan N.XII
Diagnosis topik : Hemisphere sinistra
Diagnosis etiologik : Stroke hemoragik
X. PLANNING
Rawat Intensif di ICU
Konsultasi Rehab Medik (Fisioterapi) : positioning, alih baring,
terapi gerak aktif dan pasif, bed rest.
Urin Cateter
14
XI. PENATALAKSANAAN
XI.1 Rawat Inap
1. Infus RL 20 tpm
2. Urin Cateter
3. Inj. Citicolin 2 x 500 mg
4. Inj. Piracetam 3x 3 gr
5. Inj. Ranitidin 2x1
6. Inj. Metilcobalamin 1x1
7. Inj. Manitol 4|3|2|2|1 x 125 mg
8. Inj. Ceftriakson 2 x 1 gr
9. Inj. Furosemid 1x1
XI.2 Rawat Jalan
1. Citicolin 2x1 tab (500mg)
2. Mecobalamin 2 x 1 tab (500mg)
3. Ranitidine 2x1 tab (150mg)
4. Edukasi
Mengatur pola makan yang sehat (kurangi garam)
Melakukan olah raga yang teratur
Hindari konsumsi rokok
Menhindari minum alkohol dan penyalahgunaan obat
Memelihara berat badan yang layak
Penanganan stres dan beristirahat yang cukup
Pemeriksaan kesehatan teratur dan taat pada nasihat dokter
dalam hal diet dan obat
Piracetam berperanan meningkatkan energi (ATP) otak, meningkatkan
aktifitas adenylat kinase (AK) yang merupakan kunci metabolisme energi dimana
mengubah ADP menjadi ATP dan AMP, meningkatkan sintesis dan pertukaran
cytochrome b5 yang merupakan komponen kunci dalam rantai transport elektron
dimana energi ATP diproduksi di mitokondria (James, 2004). Piracetam juga
digunakan untuk perbaikan defisit neurologi khususnya kelemahan motorik dan
kemampuan bicara pada kasus-kasus cerebral iskemia, dan juga dapat mengurangi
severitas atau kemunculan post traumatik / concussion sindrom.
15
Citicolin berperan untuk perbaikan membran sel saraf melalui peningkatan
sintesis phosphatidylcholine dan perbaikan neuron kolinergik yang rusak melalui
potensiasi dari produksi asetilkolin. Citicoline juga menunjukkan kemampuan untuk
meningkatkan kemampuan kognitif, Citicoline diharapkan mampu membantu
rehabilitasi memori pada pasien dengan luka pada kepala dengan cara membantu
dalam pemulihan darah ke otak. Studi klinis menunjukkan peningkatan kemampuan
kognitif dan motorik yang lebih baik pada pasien yang terluka di kepala dan
mendapatkan citicoline. Citicoline juga meningkatkan pemulihan ingatan pada pasien
yang mengalami gegar otak.
Sohobion merupakan vitamin B complex yang yang terdiri dari vitamin B1
100 mg, vitamin B6 100 mg, vitamin B12 5000 mcg. Indikasi pemberian sohobion
untuk terapi defisiensi vitamin B 1, B6 dan B12 misalnya beri-beri, neuritis perifer
dan neuralgia.
Metilkobalamin adalah metabolit dari vitamin B12 yang berperan sebagai
koenzim dalam proses pembentukan methionin dari homosystein. Reaksi ini berguna
dalam pembentukan DNA, serta pemeliharaan fungsi saraf. Metilkobalamin berperan
pada neuron susunan saraf melalui aksinya terhadap reseptor NMDA dengan
perantaraan S-adenosilmethione (SAM) dalam mencegah apoptosis akibat glutamate-
induced neurotoxicity. Hal ini menunjukkan adanya kemungkinan peranan
metilkobalamin pada terapi stroke, cedera otak, penyakit Alzheimer, Parkinson,
termasuk juga dapat dipakai untuk melindungi otak dari kerusakan pada kondisi
hipoglikemia dan status epileptikus (Meliala & Barus, 2008).
Pada gangguan Neurologis, Diuretic Osmotik (Manitol) merupakan jenis
Diuretik yang paling banyak digunakan. Manitol adalah suatu hiperosmotik ggent
yang digunakan dengan segera meningkat volume plasma untuk meningkatkan aliran
darah otak dan menghantarkan oksigen. Ini merupakan salah satu alasan Manitol
sampai saat ini masih digunakan untuk mengobati pasien menurunkan peningkatan
tenanan intra cranial. Manitol selalu dipakai untuk terapi edema otak, khususnya pada
kasus dengan Hernisiasi. Manitol adalah larutan Hiperosmolar yang digunakan untuk
terapi meningkatkan osmolalitas serum .(Ellen Barker. 2002). Dengan alasan
fisiologis ini, cara kerja Diuretic Osmotik (Manitol) ialah meningkatkan osmolalitas
plasma dan menarik cairan normal dari dalam sel otak yang osmolarnya rendah ke
intravaskuler yang olmolar tinggi, untuk menurunkan edema otak.
16
Furosemid adalah suatu derivat asam antranilat yang efektif sebagai diuretik.
Diuretik kuat ini bekerja pada Ansa Henle bagian asenden pada bagian dengan epitel
tebal dengan cara menghambat transport elektrolit natrium, kalium, dan klorida.
Mekanisme kerja furosemida adalah menghambat penyerapan kembali natrium oleh
sel tubuli ginjal.
Ceftriakson adalah derivat thiazolyl ditemukan pada tahun 1983 dari generasi
ketiga sepalosporin dengan sifat anti-laktamase dan anti kuman gram negatif kuat.
Mekanisme kerja Dinding sel bakteri merupakan lapisan luar yang kaku, yang
menutupi keseluruhan membran sitoplasma. Dinding sel terdiri dari peptidoglycan.
Seftriakson menghambat sintesis peptidoglycan yang diperlukan kuman sehingga sel
mengalami lisis dan sel bakteri akan mati.
Ranitidin diberikan sebagai gastroprotektor dan mencegah efek samping dan
interaksi dari obat lain.
XII. PROGNOSIS
Death : dubia ad bonam
Disease : dubia ad bonam
Disability : dubia ad malam
Discomfort : dubia ad bonam
Dissatisfaction : dubia ad malam
Distitution : dubia ad malam
XIII. FOLLOW UP (20 Februari – 28 Februari 2014)
Subjective
SOAP 20-02-
14
21-02-
14
22-02-
14
23-
02-14
24-02-
14
25-02-
14
26-02-
14
27-
02-14
28-02-
14
Hemiparese
Dextra
+++ +++ +++ ++ ++ + + - -
Bicara pelo +++ +++ +++ +++ ++ ++ + + +
Muntah + - - - - - - - -
Objective
SOAP20-02-14 21-02-14 22-02-14 23-02-14 24-02-14 25-02-14 26-02-14 27-02-14 28-02-14
KU Tampak sakit sedang KU membaik
GCS E3 Vx M6 E4 Vx M6
17
RC , RK +/+
TTV
TD 162 / 92 135/96 152/91 143/89 142/87 140/90 130/90 140/90 130/80
N 60 x/m 55 x/m 69 x/m 53 x/m 63 x/m 68 x/m 68 x/m 64 x/m 60 x/m
RR 20 x/m 15 x/m 25 x/m 15 x/m 20 x/m 20 x/m 24 x/m 20 x/m 20 x/m
S 36,2 °C 35,6 °C 36,2°C 35,6 °C 35,2 °C 35,5 °C 35,5 °C 36,5 °C 36,5 °C
SOAP20-02-
14
21-02-
14
22-02-
14
23-02-
14
24-02-
14
25-02-
14
26-02-
14
27-02-
14
28-02-
14
Kekuatan
otot
(ekstremitas)
Gerak
(ekstremitas)
Reflek
Fisiologis
Reflek
Patologis
Assesment & Planning
SOAP 20-02-14 21-02-14 22-02-14 23-02-14 24-02-14 25-
02-
14
26-
02-14
27-
02-
14
28-
02-
14
Assesment SH dd
SNH
Stroke Hemoragik
PLANNING
Pengawasan Pengawasan tiap 6 jam
Kanul nasal O2 3 l/menitInfus RL 20 tpm
Inj. Piracetam 3x 3 gr
Inj. Citicolin 2 x 500 mg
Inj. Ranitidin 2x1
Inj. Metilcobalamin 1x1 gr
Inj. Manitol 4x125 mg 3x125 mg 2x125 mg 2x125 mg 1x125 mg - - - -
Inj. Ceftriakson 2 x 1 gr
18
Inj. Furosemid - 1x1
Fisioterapi - - - - Positioning, alih baring, terapi gerak
aktif dan pasif, bed rest, latihan motorik
oral.
DAFTAR PUSTAKA
1. Davenport , R., Dennis, M., 2000, Acute Stroke In Neurological Emergencies,
3rd Ed, BMJ Publishing Group, London
2. Lynch, J.K., 2004, Cerebrovskuler disorders in children, Current Neurology
and Neurosciece Reports,4:129-138
3. Berman, P.H., 1999, The hemiplegic child, International Pediatrics, 4:9-14.
4. Adam, R.D., Victor, M., Ropper, A.H., 1997, Principles of Neurology, 6 th ed.,
5. International ed., Mc Graw Hill Inc, Singapore
6. Gilroy, 2000., Basic Neurology ,3th Ed. McGraw-Hill Inc, New York.
7. Ogilvy, C.S., et.al, 2001, Recommendations for the management of
intracranial arteriovenous malformations, Circulation;103:2944-57
8. Nasissi, Denise. Hemorrhagic Stroke Emedicine. Medscape, 2010. [diunduh
dari: http://emedicine.medscape.com/article/793821-overview]
9. Sotirios AT,. Differential Diagnosis in Neurology and Neurosurgery.New
York. Thieme Stuttgart. 2000.
10. Bronner LL., Kanter DS, Manson JE, 2000: Primary Prevention of Stroke :
Medical Progress, The New England Journal of Medicine.
11. Hinton RC. Stroke, in Samuel MA Manual of Neurologic Therapeutics. Fifth
Edition. Litle Brown and Company Ney York 1995 ; 207 –24. 12.
12. Meliala & Barus, 2008. Metilkobalamin dan penyakit-penyakit neurologis
13. Toole JF: cerebrovascular disorder, 4 th ed, Raven Press, New York, 1990,365-
376
14. Feldmann E : Intracerebral hemorrhage, Stroke;22:5: 684-91
19
15. Samino. Perjalanan Penyakit Peredaran Darah Otak. FK UI/RSCM, 2006.
Diunduh
dari
:http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/13PerjalananPenyakitPeredaranDara hO
tak021.pdf/13PerjalananPenyakitPeredaranDarahOtak021.html [Tanggal: 28
Februari 2014]
20