hadijah neuro

33
6 BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Halusinasi adalah suatu sensori persepsi terhadap suatu hal tanpa adanya stimulus. Halusinasi merupakan pengalaman terhadap mendengar suara Tuhan, suara setan dan suara manusia yang berbicara terhadap dirinya, ini serina terjadi pada pasien skizofrenia (Stuart dan sudden, 1991). Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersiapkan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa adanya rangsangan dari luar, keyakinan tentang halusinasi adalah: sejauh mana pasien itu yakin bahwa halusinasi merupakan kejadian yang benar, umpamanya mengetahui bahwa hal itu tidak benar, ragu-ragu/yakin sekali bahwa hal itu benar adanya (Maramis, 2004). Jadi dapat disimpulkan bahwa halusinasi adalah: dimana seseorang mempersiapkan sesuatu tanpa adanya stimulus/rangsangan dari luar. B. Jenis jenis halusinasi Jenis-jenis halusinasi menurut Stuart dan Sundeen (2001) meliputi : 1. Halusinasi pendengaran (Akustik) Karakteristik: Mendengar suara-suara/bisikan-bisikan, paling-paling suara orang, suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata- kata yang jelas berbicara tentang klien, bahkan percakapan lengkap antara

Upload: jumiyanti

Post on 07-Dec-2015

214 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

hh

TRANSCRIPT

Page 1: Hadijah Neuro

6

BAB II

KONSEP DASAR

A. Pengertian

Halusinasi adalah suatu sensori persepsi terhadap suatu hal tanpa

adanya stimulus. Halusinasi merupakan pengalaman terhadap mendengar

suara Tuhan, suara setan dan suara manusia yang berbicara terhadap dirinya,

ini serina terjadi pada pasien skizofrenia (Stuart dan sudden, 1991).

Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien

mempersiapkan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca

indra tanpa adanya rangsangan dari luar, keyakinan tentang halusinasi adalah:

sejauh mana pasien itu yakin bahwa halusinasi merupakan kejadian yang

benar, umpamanya mengetahui bahwa hal itu tidak benar, ragu-ragu/yakin

sekali bahwa hal itu benar adanya (Maramis, 2004).

Jadi dapat disimpulkan bahwa halusinasi adalah: dimana seseorang

mempersiapkan sesuatu tanpa adanya stimulus/rangsangan dari luar.

B. Jenis jenis halusinasi

Jenis-jenis halusinasi menurut Stuart dan Sundeen (2001) meliputi :

1. Halusinasi pendengaran (Akustik)

Karakteristik: Mendengar suara-suara/bisikan-bisikan, paling-paling

suara orang, suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-

kata yang jelas berbicara tentang klien, bahkan percakapan lengkap antara

Page 2: Hadijah Neuro

7

dua orang atau lebih tentang orang yang mengalami halusinasi pikiran

yang mendengar dimana klien mendengar perkataan bahwa pasien disuruh

untuk melakukan sesuatu kadang-kadang membahayakan.

2. Halusinasi penglihatan (visual)

Karakteristik: Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar

geometri, gambar kartoon, bayangan yang rumit/kompleks, bayangan bisa

menyenangkan atau menakutkan seperti milihat monster.

3. Halusinasi penghidu

Karaktristik: Membau bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin atau

feses, umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi

penghidu sering akibat stroke, tumor, kejang/dimensi.

4. Halusinasi pendengaran

Karakteristik: Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau

feses.

5. Halusinasi perabaan

Karakteristik: Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa

stimulus yang jelas rasa kesetrum listrik yang datang dari tanah, benda

mati atau orang lain

6. Halusinasi canesthetic

Karakteristik: Merasakan fungsi tubuh seperti:aliran darah divena

atau diarteri, perencanaan makanan atau pembentukan urine.

7. Halusinasi klinesthetic

Karakteristik: Merasa pergerakan sementara bergerak tanpa berhenti

Page 3: Hadijah Neuro

8

C. Fase-Fase halusinasi

1. Fase comforting (ansietas sebagai halusinasi menyenangkan)

Klien mengalami ansietas sedang dan halusinasi yang

menyenangkan. klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas,

kesepian, rasa bersalah, takut dan mencoba untuk berfokus pada pikiran

yang menyenangkan, untuk meredakan ansietas. Individu mengalami

bahwa pikiran dan pengalaman sensori berada dalam kendali kesadaran.

Perilaku klien: Menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata

yang cepat, diam dan asyik sendiri, respon verbal yang lambat jika sedang

asyik.

2. Fase Condemning (ansietas berat halusinasi memberatkan)

Pengalaman sensori yang menjijikkan dan menakutkan. Klien mulai

lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya

dengan sumber yang di persiapkan. Klien mungkin mengalami

dipermalukan oleh pengalaman sensori dan menarik diri dari orang lain

psikotik ringan.

Perilaku klien: Meningkatnya tanda-tanda sistem syaraf otonom

akibat ansietas seperti penigkatan denyut jantung, pernafasan dan tekanan

darah. Rentang perhatian menyempit, asyik dengan pengalaman sensori

dan kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan realita.

3. Controling (ansietas berat pengalaman sensori menjadi berkuasa)

Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan

menyerah pada halusinasi tersebut. Isi halusinasi menjadi menarik, klien

Page 4: Hadijah Neuro

9

mungkin mengalami pengalaman kesepian jika sensori halusinasi berhenti

psikotik.

Perilaku klien: Kemampuan yang dikendalikan halusinasi akan lebih

diikuti kesukaran berhubungan dengan orang lain. Rentang perhatian

hanya beberapa detik atau menit adanya tanda-tanda fisik. Ansietas berat:

berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi peraturan.

4. Conquering panik (umumnya menjadi lebur dalam halusinasi)

Pengalaman sensori jadi mengancam jika klien mengikuti perintah

halusinasi. Halusinasi berakhir dari beberapa jam atau hari jika tidak ada

intervensi terapeutik psikotik berat.

Perilaku klien: Perilaku tremor akibat panik, potensi kuat

suicida/nomicide aktifitas fisik merefleksikan isi halusinasi seperti

perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri atau katatonia tidak mampu

berespon terhadap perintah yang kompleks, tidak mampu berespons lebih

dari 1 orang (Stuart dan Laraia, 2001).

D. Rentang Respons Neurobiologis

Respon perilaku klien dapat diidentifikasikan sepanjang rentang

respons yang berhubungan dengan fungsi neurologi. Perilaku yang dapat

diamati dan mungkin menunjukkan adanya halusinasi disajikan dalam tabel

berikut:

Page 5: Hadijah Neuro

10

Gambar 2.1 Rentang Respon halusinasi(Stuart dan Laraia,2005)

Gejala psikosis dikelompokkan menjadi 5 katagori utama fungsi otak:

kognitif, persepsi, emosi, perilaku dan sosialisasi yang saling berhungan,

perilaku yang berhubungan dengan masalah proses informasi termasuk pada

semua aspek memori, perhatian, bentuk, dan isi bicara, pengambilan

keputusan dan isi pikir (waham dan pola pikir primitif). persepsi mengacu

pada identifikasi dan interprestasi awal dari situasi stimulus berdasarkan

informasi yang diterima melalui pancaindra. Perilaku berhubungan dengan

masalah-masalah persepsi yaitu halusinasi, ilusi, dan depersonalisasi (Stuart,

2002).

Perilaku yang berhubungan dengan emosi dapat diekspresikan secara

berlebihan (hiperekspresi) atau kurang (hipoekspresi) dengan sikap yang

sesuai. Individu yang mengalami skizofrenia mempunyai masalah yang

Respons adaptif.

1. Pikiran logis

2. persepsi akurat

3. Emosi koasiaten

pengalama

4. Perilaku sesuai

5. Hubungan sosial

1. Pikiran kadang-

kadang

Menyimpang

2. Ilusi

3. Reaksi emosional

ber lebihan/kurang

4. Perilaku ganjil

(tidak lazim)

5. Menarik diri

Respon maladaptife

1. Gangguan

pikiran/waham

2. Haluasi

3. Kesulitan untuk

memproses

emosi

4. Ketidakteraturan

5. Isolasi sosial

Page 6: Hadijah Neuro

11

berhubungan dengan hipoekspresi diantaranya : tidak enak dipandang,

membingungkan, sulit diatasi dan sulit di pahami oleh orang lain.

Perilaku yang berhubungan dengan gerakan diantaranya gerakan mata

abnormal, menyeringai, langkah yang tidak normal, apraksia dan ekoprasia.

Perubahan perilaku meliputi agresi/agitasi, perilaku stereotip, impulsif dan

afolisi. Perilaku yang berhubungan dengan sosialisasi diantaranya menarik

diri, harga diri rendah, tidak tertarik dengan aktivitas rekreasi dan perubahan

kualitas hidup (Stuart, 2002).

E. Etiologi

1. Faktor Predisposisi

Menurut Stuart dan Sundeen (1991) faktor predisposisi meliputi:

a. Biologis

Abnormalitas otak yang menyebabkan respon neurobiologis yang

maladaptif yang baru mulai dipahami termasuk hal-hal berikut:

Penelitian pencitraan otak yang sudah mulai menunjukkan

keterlibatan otak yang luas dalam perkembangan skizofrenia.

Beberapa kimia otak dikaitkan dengan skizofrenia. hasil penelitian

sangat menunjukkan hal-hal berikut ini:

Dopamine neurotransmitter yang berlebihan.

Ketidakseimbangan antara dopamine dan neurotransmitter lain.

Page 7: Hadijah Neuro

12

Masalah-masalah pada sistem reseptor dopamine keluarga

dengan kembar identik yang dibesarkan secara terpisah

mempunyai angka kejadian yang lebih tinggi pada skizofrenia.

b. Psikologis.

Teori psikodinamika untuk terjadinya respon neurobiologi yang

maladaptif belum didukung oleh penelitian, sayangnya teori psikologi

terdahulu menyalahkan keluarga sebagai penyebab gangguan ini.

Sehingga menimnulkan kurangnya rasa percaya diri keluarga terhadap

kesehatan jiwa profesional.

c. Sosial Budaya.

Perpisahan traumatik individu dengan benda atau yang sangat

berarti serta perilaku mengasumsi penyebab depresi terletak pada

kurangnya keinginan positip dalam interaksi dengan lingkungan.

d. Organik.

Gangguan orientasi realitas muncul kelainan organik yang bisa

disebabkan infeksi, racun, trauma atau zat-zat substansi yang abnormal

serta gangguan metabolik masuk didalamnya.

2. Faktor Presipitasi.

Menurut Stuart dan Sudden (1991) faktor presipitasi halusinasi adalah

sebagai berikut:

a. Biologis.

Stressor biologis yang berhubungan dengan respon neurologis yang

maladaptif termasuk.

Page 8: Hadijah Neuro

13

1) Gangguan dalam peraturan umpan balik otak yang mengatur proses

informasi.

2) Abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang

mengakibatkan ketidakmampuan secara selektif menanggapi

rangsangan.

b. Stres lingkungan.

Secara biologis menerapkan ambang terhadap toleransi stres yang

berinteraksi dengan stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya

gangguan perilaku.

c. Pemicu Gejala.

Pemicu yang biasanya terdapat pada respon neurobiologik yang

maladaptif berhubungan dengan kesehatan, lingkungan, sikap dan

perilaku individu.

F. Manifestasi Klinik.

Menurut Towsend (1998) karakteristik perilaku yang dapat

ditunjukkan klien dan kondisi halusinasi berupa:

1. Data Subyektif

Klien mendengar suara atau bunyi tanpa stimulus nyata, melihat gambaran

tanpa stimulus yang nyata, mencium bau tanpa stimulus yang nyata,

merasa makan sepatu, merasa ada sesuatu pada kulitnya, takut terhadap

suara atau bunyi yang didengarnya, ingin memukul dan melempar barang.

Page 9: Hadijah Neuro

14

2. Data Obyektif.

Klien berbicara, senyum dan tertawa sendiri, pembicaraan kacau dan

kadang tidak masuk akal, tidak dapat membedakan hal yang nyata dan

yang tidak nyata, menarik diri dan menghindar dari orang lain,

disorientasi, tidak dapat memusatkan perhatian atau konsentrasi menurun,

perasaan curiga, takut, gelisah, bingung, ekspresi muka tegang, muka

merah dan pucat, tidak mampu melakukan aktifitas mandiri dan kurang

bisa mengontrol diri, menunjukkan perilaku, merusak diri dan lingkungan.

G. Penyebab.

Menurut Keliat (1998) mekanisme dari klien dengan menarik diri

yaitu: berdiam diri dan tidak ingin berinteraksi atau berhubungan dengan

orang lain, dia juga akan melepaskan dari perhatian orang lain, preokupasi dan

pikirannya sendiri yang akhirnya menimbulkan halusinasi.

H. Akibat terjadinya masalah.

Menurut Keliat (1998) mekanisme resiko mencerai diri, orang lain dan

lingkungan yaitu klien dengan halusinasi terjadi perkembangan non realita

kemudian akan timbul suatu rangsangan terhadap psikologi klien untuk

melakukan perilaku maladaptif.

Page 10: Hadijah Neuro

15

I. Mekanisme koping.

Menurut Keliat (1998) perilaku yang mewakili untuk menanggulangi

diri sendiri dari pengalaman yang menakutkan berhubungan dengan respon

neurobiologik.

1. Retensi berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk

menanggulangi ansietas, hanya mampu sedikit energi yang tertinggal

untuk aktivitas hidup sehari-hari sehingga klien menjadi malas

beraktivitas.

2. Proteksi, mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan mengalihkan

tanggung jawab kepada orang lain atau suatu benda.

3. Menarik diri, sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus

internal.

4. Keluarga mengingkari masalah yang dialami.

J. Masalah Keperawatan.

Menurut Keliat (2005) adapun masalah keperawatan yang muncul

pada klien dengan gangguan sensori persepsi halusinasi adalah:

1. Perubahan persepsi sensori:halusinasi.

2. Resiko tinggi perilaku kekerasan

3. Isolasi sosial

4. Gangguan konsep diri: Harga diri rendah

Page 11: Hadijah Neuro

16

K. Pohon Masalah.

Resiko perilaku kekerasan

Perubahan sensori persepsi Halusinasi

Isolasi sosial

Gangguan konsep diri :Harga diri rendah

L. Diagnosa keperawatan

1. Perubahan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran.

2. Resiko perilaku kekerasan

3. Isolasi sosial

Core Problem

Page 12: Hadijah Neuro

17

17

M. Perencanaan Keperawatan

No Diagnosa

Keperawatan

Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

1 Perubahan persepsi

sensori :Halusinasi

pendengaran

Klien dapat berinteraksi dengan

orang lain sehingga tidak terjadi

halusinasi

1) Klien dapat membina

hubungan saling percaya .

2) Klien dapat menyebutkan

penyebab menarik diri

Wajah klien cerah, tersenyum, klien

mau berkenalan, ada kontak mata,

klien bersedia menceritakan

perasaannya.

Klien dapat menyebutkan menarik

diri berasal dari diri sendiri, orang

lain dan lingkungan.

a) Sapa klien dengan ramah

baik verbal maupun non

verbal

b) Perkenalkn diri dengan

sopan

c) Tanyakan nama lengkap

klien dan nama panggilan

kesukaan klien

d) Jelaskan tujuan pertemuan

e) Jujur dan menepati janji

f) Tunjukkan rasa empati,

menerima dan perhatian

dasar klien.

a) Kaji pengetahuan klien

tentang perilaku menarik diri

b) Beri kesempatan pada klien

untuk mengungkapkan

Page 13: Hadijah Neuro

18

18

3) anfaat hubungan dengan orang

lain dan kerugian tidak

berhubungan dengan orang lain

Klien dapat menyebutkan

keuntungan berhubungan dengan

orang lain

perasaan menarik diri

c) Diskusikan bersama klien

tentang perilaku menarik

diri, tanda-tanda serta

penyebab yang muncul

d) Beri pujian terhadap

kemampuan klien dalam

mengungkapkan

perasaannya.

a) Kaji pengetahuan klien

tentang manfaat

berhubungan dengan orang

lain dan kerugian tidak

berhubungan dengan orang

lain

b) Beri kesempatan klien untuk

mengungkapkan perasaan

tentang manfaat

berhubungan dengan orang

lain

c) Diskusikan bersama klien

tentang manfaat

berhubungan dengan orang

Page 14: Hadijah Neuro

19

19

4) Klien melaksanakan Klien dapat mendemonstrasikan

lain

d) Beri reinforcement positif

tentang kemampuan

mengungkapkan perasaan

tentang manfaat

berhubungan dengan orang

lain

e) Beri kesempatan pada klien

untuk mengungkapkan

perasaan tentang kerugian

tidak berhubungan dengan

orang lain

f) Diskusikan bersama klien

tentang kerugian tidak

berhubungan dengan orang

lain

g) Beri reinforcement positif

tentang kemampuan

mengungkapkan perasaan

tentang kerugian tidak

berhubungan dengan orang

lain

a) Kaji pengetahuan klien

Page 15: Hadijah Neuro

20

20

hubungan secara bertahap hubungan sosial secara bertahap

antara klien-perawat : klien-

perawat-perawat lain:klien-perawat-

perawat-lain-klien-lain:klien-

perawat-keluarga/ kelompok

masyarakat

tentang manfaat

berhubungan denganorang

lain dan kerugian tidak

berhubungan dengan orang

lain

b) Mendorong dan membantu

klien untuk berhubungan

dengan orang lain melalui

tahap :

1.Klien – perawat

2. Klien –perawat – perawat

lain

3.Klien – perawat – peawat

lain – klien lain

4.Klien – perawat –keluarga

/kelompok masyarakat

c) Memberi reinforcement

terhadap keberhasilan yang

sudah dicapai

d) Membantu klien untuk

mengevaluasi manfaat

berhubungan dengan orang

lain

e) Mendiskusikan jadwal harian

Page 16: Hadijah Neuro

21

21

5) Klien dapat mengungkapkan

perasaan dengan orang lain

Klien dapat mengungkapkan

perasaan berhubungan dengan orang

lain untuk diri sendiri

yang dapat dilakukan

bersama klien dalam mengisi

waktu

f) Memotifikasi klien untuk

mengikuti kegiatan harian

g) Beri reinforcement positif

tentang kemampuan

mengungkapkan perasaan

tentang keuntungan

berhubungan dengan orang

lain

a) Mendorong klien untuk

mengungkapkan perasaanya

setelah berhubungan dengan

orang lain.

b) Mendiskusiskan bersama

klien tentang perasaanya

manfaat berhubungan

dengan orang lain.

c) Beri reinforcement positif

tentang kemanpuan

mengungkapkan perasaan

tentang keuntungan

berhubungandengan orang

Page 17: Hadijah Neuro

22

22

6) Klien dapat berdayakan sistem

pendukung atau keluarga

Keluarga dapat menjelaskan

perasaannya, menjelaskan cara

perawat klien menarik diri dan

berpartisipasi dalam perawatan

klien menarik diri

lain.

a) Bina hubungan saling

percaya

Salam dan perkenalkan diri

sampaikan tujuan

Eksplorasi perasaan keluarga

b) Diskusikan dengan anggota

keluarga yang lain tentang

Perilaku menarik diri

Penyebab perilaku menarik

diri

Akibat perilaku menarik diri

jika perilaku menarik diri

tidak di hadapi

c) Mendorong anggota

keluarga untuk memberi

dukungan kepada klien

untuk berkomuniksi dengan

orang lain

d) Anjurkan kepada keluarga

secara rutin dan bergantian

untuk menjenguk klien

minimal 1x seminggu

Page 18: Hadijah Neuro

23

23

2 Resiko perilaku

kekerasan

Klien dapat mengontrol perilaku

kekerasan

1. Klien dapat membina

hubungan saling percaya.

- Ekspresi wajah

bersahabat,menunjukkan

rasa senang,klien mau

menyebutkan nama, ada

kontak mata, klien mau

duduk berdampingan

dengan perawat, klien mau

mengutarakan masalah-

masalah yang terjadi

- Perkenalkan diri dengan

sopan..

e) Memberi reinforcement atas

hal-hal yang telah dicapai

keluarga

Bina hubungan saling percaya

dengan menggunakan prinsip

komunikasi terapeutik.

a) Sapa klien dengan

ramah baik verbal

maupun non verbal.

b) Perkenalkan diri dengan

sopan.

c) Tanyakan nama lengkap

klien dan nama

panggilan kesukaan

klien.

d) jelaskan tujuan

pertemuan.

e) jujur dan menepati janji.

f) Tunjukkan sikap

empati,menerima klien

apa adanya.

g) Beri perhatian pada

Page 19: Hadijah Neuro

24

24

2. Klien dapat mengenal

halusinasinya.

a) Klien dapat menyebutkan

stressor,frekuensi timbulnya

halusinasi,isi,dan respon.

b) Klien dapat mengungkapkan

perasaan terhadap

halusinasinya.

klien dan perhatian

dasar klien klien.

a) Adanya kontak sering

dan singkat secara

bertahap.

b) Observasi tingkah laku

klien berkaitan dengan

halusinasinya,bicara

dan tertawa tanpa

stimulus,memandang

ke kiri dan kanan

(seolah-olah ada teman

bicara).

c) Bantu klien mengenali

halusinasinya.

jika menemukan klien

yang sedang

halusinasi, tanyakan

apa ada suara yang

didengar

Jika klien mengatakan

ada, lanjutkan apa

yang dikatakan

Page 20: Hadijah Neuro

25

25

3. Klien dapat mengontrol

halusinasinya

a) Klien dapat menyebutkan

tindakan yang biasanya

dilakukan untuk

Katakan bahwa

perawat percaya klien

mendengar suara-suara

itu namun perawat

sendiri itu tidak

mendengarnya (dengan

nada sahabat tanpa

menuduh dan

menghakimi )

Katakan bahwa

perawat akan

membantu klien.

d) Diskusikan dengan

klien situasi yang

menimbulkan

halusinasi,waktu dan

frekuensi terjadinya

halusinasi (pagi, siang,

sore, malam, jika

sendiri / jengkel / sedih

a) Identitas bersama klien

cara tindakan yang

dilakukan jika terjadi

Page 21: Hadijah Neuro

26

26

mengendalikan halusinasinya

b) Klien dapat menyebutkan cara

baru

c) Klien memilih cara mengatasi

halusinasi seperti yang telah

didiskusikan dengan klien

halusinasi (tidur,

marah, menyibukkan

diri dan lain-lain

b) Diskusi manfaat yang

dilakukan klien dan

beri pujian kepada

klien

c) Diskusikan cara lain

untuk memutus atau

mengontrol timbulnya

halusinasi.

Katakan “saya tidak

mau mendengar kamu

“ (pada saat halusinasi

terjadi )

Menemui orang lain

(perawat, teman, dan

anggota keluarga)

Untuk bercakap-cakap

atau

mengatakanhlusinasi

yang didengar

Membuat

jadwalkegiatan sehari-

Page 22: Hadijah Neuro

27

27

4. Klien dapat dukungan dari

keluarga dalam mengontrol

halusinasinya

a) Klien dapat membina

hubungan dengan perawat

b) Keluerga dapat menyebutkan

hari agar halusinasi

tidak sempat muncul

Meminta keluarga atau

perawat menyapa jika

tampak bicara sendiri

d) Bantu klien memilih

dan melatih cara

e) memutus halusinasi

secara bertahap

f) Beri kesempatan untuk

melakukan cara yang

telah dilatih, evaluasi

hasilnya dan beri

pujian jika berhasil

g) Anjurkan klien

mengikuti terapi

aktivitas kelompok,

orientasi realita,

stimulus persepsi

a) Anjurkan klien untuk

memberi tahu keluarga

jika mengalami

Page 23: Hadijah Neuro

28

28

pengertian, tanda dan tindakan

untuk mengendalikan

halusinasinya

halusinasi

b) Diskusikan dengan

keluarga saat

berkunjung / pada saat

kunjungan

c) Gejala halusinasi yang

dialami oleh klien

d) Cara yang dapat

dilakukan klien dan

keluarga untuk

memutuskan halusinasi

e) Cara merawat keluarga

yang halusinasi rumah,

beri kegiata jangan

biarkan sendiri, makan

bersama, bepergian

bersama

f) Beri reinforcement

waktu follow up atau

kapan perlu mendapat

bantuan, halusinasi

tidak dapat terkontrol

dan resiko mencederai

orang lain.

Page 24: Hadijah Neuro

29

29

3 Kerusakan interaksi

sosial

5. Klien dapat memanfaatkan

obat dengan baik

klien dapat berhubungan dengan

orang lain secara optimal

a) Klien dan keluarga dapat

menyebutkan manfaat dan

efek samping obat

b) Klien dapat

mendemonstrasikan

penggunaan obat yang benar

c) Klien dapat informasi efek

samping obat

a) Diskusikan dengan

klien dan keluarga

tentang dosis,

frekuensi, dan manfaat

obat

b) Anjurkan klien minta

obat sendiri pada

perawat dan merasakan

manfaatnya

c) Anjurkan klien bicara

dengan dokter tentang

manfaat, efek samping

obat yang dirasakan

d) Diskusikan akibat

berhenti minum obat

tanpa konsultasi

e) Bantu klien

menggunakan obat

dengan prinsip 5 benar.

a)Bina hubungan saling percaya

dengan mengungkapkan prinsip

komunikasi terapeutik

Page 25: Hadijah Neuro

30

30

1) Klien dapat membina

hubungan saling percaya

Sapa klien dengan

ramah baik verbal

maupun non

verbal

Perkenalkan diri

dengan sopan

Tanyakan nama

lengkap klien dan

nama panggilan

yang disukai klien

Jelaskan tujuan

pertemuan

Jujur dan menepati

janji

Tunjukkan sikap

empati dan

menerima klien

apa adanya

Beri perhatian

pada klien dan

perhatian

kebutuhan dasar

klien

Page 26: Hadijah Neuro

31

31

2) Klien dapat mengidentifikasi

kemampuan dan aspek yang

dimiliki

3) Kien dapat menilai

kemampuan yang digunakan

4) Klien dapat merencanakan

kegiatan yang sesuai dengan

kemampuan yang dimiliki

Klien dapat mengidentifikasikan

kemampuan dan aspek yang positif

keluarga,lingkungan yang dimiliki

klien

Klien menilai kemampuan yang

dapat digunakan

Klien dapat membuat rencana

kegiatan harian

a) Diskusikan kemampuan

dan aspek positf yang

dimiliki klien

b) Setiap bertemu klien

dihindarkan dari

penilaian negatif

c) Utamakan memberi

pujian yang realistik

Diskusikan dengan klien

kemampuan yang masih dapat

digunakan selama sakit

a) Rencanakan bersama

klien aktifitas yang dapt

dilakukan setiap hari

sesuai kemampuan

Kegiatan mandiri

Kegiatan dengan

bantuan sebagian

Kegiatan yang

membutuhkan

bantuan total

b) Tingkatkan kegiatan

Page 27: Hadijah Neuro

32

32

5) Klien dapat melakukan

kegiatan sesuai kondisi sakit

dan kemampuannya

6) Klien dapat memanfaatkan

sistem pendukung yang ada

Klien melakukan kegiatan sesuai

kondisi sakit dan kemampuannya

Klien dapat memanfaatkan sistem

pendukung yang ada di keluarga

yang sesuai dengan

toleransi kondisi klien

c) Beri contoh pelaksanaan

kegiatan yang boleh

klien lakukan

a) Beri kesempatan pada

klien untuk mencoba

kegiatan yang telah

direncanakan

b) Beri pujian atas

keberhasilan klien

c) Diskusikan

kemungkinan

pelaksanaan di rumah

a) Beri pendidikan

kesehatan pada keluarga

tentang cara merawat

klien dengan harga diri

rendah

b) Bantu keluarga

memberikan dukungan

selama klien dirawat

Page 28: Hadijah Neuro

33

33

c) Bantu keluarga

menyiapkan lingkungan

di rumah.

Page 29: Hadijah Neuro

34

STRATEGI PELAKSANAAN (SP)

1. Perubahan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran.

SP1p:

1. Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien

2. Mengidentifikasi isi halusinasi pasien.

3. Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien

4. Mengidentifikasi frekwensi halisinasi pasien.

5. mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi.

6. Mengidentifikasi respons pasien terhadap halusinasi.

7. Melatih pasien cara kontrol halusinasi dengan menghardik

8. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal harian.

SP II p:

1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelunnya.

2. Melatih cara kontrol halusinasi dengan berbincang dengan orang lain.

3. Membimbing pasien memasukkan jadwal kegiatan harian.

SP III p:

1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya.

2. Melatih pasien cara kontrol halusinasi dengan kegiatan ( yang bisa

dilakukan pasien ).

3. Membimbing pasien memasukkanjadwal kegiatan harian.

SP IV p:

1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya.

Page 30: Hadijah Neuro

35

2. Menjelaskan cara kontrol halusinasi dengan teratur minum obat

(prinsip 5 benar minum obat )

3. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

Keluarga

Sp I k:

1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat

pasien.

2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala halusinasi, dan jenis

halusinasi yang dialami pasien beserta proses terjadinya

3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien halusinasi

Sp II k :

1. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan

halusinasi.

2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien

halusinasi.

Sp III k:

1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk

minum obat ( discharge planning )

2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang.

2. Resiko mencederai diri sendiri,orang lain dan lingkungan.

Pasien

SP1p:

a. Mengidentifikasi penyebab PK

Page 31: Hadijah Neuro

36

b. Mengidentifikasi tanda dan gejala PK

c. Mengidentifikasi PK yang dilakuikan

d. Mengidentifikasi akibat PK

e. Mengajarkan cara mengontrol PK

f. Melatih pasien cara control PK fisik 1 ( nafas dalam )

g. Membimbing pasien mamasukkan dalam jadwal kegiatan harian

SP II p:

a. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya.

b. Melatih pasien cara kontrol PK fisik II (memukul bantal /kasur

/konversi energi).

c. Membimbing pasien memasukkan jadwal kegiatan harian.

SP III p:

a. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya.

b. Melatih pasien cara kontrol PK secara verbal (meminta,menolak

dan mengungkapkan marah secara baik)

c. Membimbing pasien memasukkan jadwal kegiatan harian.

SP IV p:

a. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya

b. Melatih pasien cara kontrol PK secara spiritual

(berdo’a,berwudhu,sholat)

c. Membimbing pasien memasukkan jadwal kegiatan harian

Page 32: Hadijah Neuro

37

Sp I k:

a. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat

pasien

b. Menjelaskan pengertian PK,tanda dan gejala,serta proses terjadinya

PK

c. Menjelaskan cara merawat pasien dengan PK

Sp II k :

a. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan PK

b. Melatih keluargamelakukan cara merawat langsung kepada pasien

PK

Sp III k:

a. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk

minum obat (discharge planning)

b. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang

3. Isolasi sosial : Menarik diri.

Sp Ip:

a. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien

b. Mengidentifikasi keuntungan berinteraksi dengan orang lain

c. Mengidentifikasi kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain

d. Melatih pasien berkenalan dengan satu orang

e. Membimbing pasien memasukkan jadwal kegiatan harian

Page 33: Hadijah Neuro

38

Sp IIp:

a. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya

b. Melatih pasien berkenalan dengan dua orang atau lebih

c. Membimbing pasien memasukkan jadwal kegiatan harian

Sp IIIp:

a. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya

b. Melatih pasien berinteraksi dalam kelompok

c. Membimbing pasien memasukkan jadwal kegiatan harian

Sp Ik:

a. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat

pasien

b. Menjelaskan pengertian,tanda dan gejala isolasi sosial yang di

alami pasien beserta proses terjadinya

c. Menjelaskan cara-cara merawat pasien isolasi sosial

Sp IIk:

a. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan

isolasi sosial

b. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien

isolasi sosial

Sp IIIk:

a. Membantu keluarga membuat jadwal dalam aktivitas di rumah

termasuk minum obat (discharge planning)

b. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang.