laporan tekfar 2

136
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obat-obatan, dalam bentuk tumbuhan dan mineral telah ada jauh lebih lama dari manusia sendiri. Naluri manusia untuk mempertahankan hidup akibat dari penyakit yang menjangkiti mereka, membawa pada penemuan-penemuan yang berhubungan dengan obat-obatan. Baik dalam bentuk sederhana, sudah berlangsung sejak sebelum adanya sejarah yang ditulis, karena naluri orang primitif untuk menghilangkan rasa sakit pada luka dengan meredamnya dalam air dingin untuk menempelkan daun segar pada luka tersebut, atau menutupinya dengan lumpur, hanya berdasarkan kepercayaan. Orang primitif belajar dari pengalaman dan mendapatkan cara pengobatan yang satu lebih efektif dari yang lain, dari dasar permulaan ini pekerjaan terapi dengan obat dimulai. Obat dapat didefinisikan sebagai suatu zat yang dimaksud untuk dipakai dalam diagnose, mengurangi rasa

Upload: helian-handi-handoyojoyodiningrat

Post on 30-Nov-2015

527 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan tekfar 2

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Obat-obatan, dalam bentuk tumbuhan dan mineral telah ada jauh lebih lama

dari manusia sendiri. Naluri manusia untuk mempertahankan hidup akibat dari

penyakit yang menjangkiti mereka, membawa pada penemuan-penemuan yang

berhubungan dengan obat-obatan. Baik dalam bentuk sederhana, sudah

berlangsung sejak sebelum adanya sejarah yang ditulis, karena naluri orang

primitif untuk menghilangkan rasa sakit pada luka dengan meredamnya dalam air

dingin untuk menempelkan daun segar pada luka tersebut, atau menutupinya

dengan lumpur, hanya berdasarkan kepercayaan. Orang primitif belajar dari

pengalaman dan mendapatkan cara pengobatan yang satu lebih efektif dari yang

lain, dari dasar permulaan ini pekerjaan terapi dengan obat dimulai.

Obat dapat didefinisikan sebagai suatu zat yang dimaksud untuk dipakai

dalam diagnose, mengurangi rasa sakit, mengobati atau mencegah penyakit pada

manusia dan hewan, salah satu kualitas obat yang paling mengherankan adalah

mempunyai beraneka ragam kerja dan efek pada tubuh.

Jalur baru pemakaian obat yang paling efektif (secara oral, rektal, parental)

harus ditentukan dan ditetapkan petunjuk tentang dosis-dosis yang dianjurkan

bagi pasien dalam berbagai umur, berita dan status penyakitnya. Untuk membantu

pemakaian alat melalui jalur pilihan yang telah diformulasikan dan disiapkan

1

Page 2: Laporan tekfar 2

2

bentuk sediaan yang sesuai seperti tablet, kapsul, injeksi, suppositoria, oinmen,

aerosol, dan lain-lain.

Setiap produk farmasi disamping mengandung zat aktif juga mengandung zat

tambahan farmasetik, bahan pembantu seperti bahan pengisi, pengental,

pembawa, surfaktan, penghancur pada tablet zat penstabil, zat pemberi rasa, zat

pewarna, dan zat pemanis.

Dalam merancang bentuk sediaan farmasi disamping efek farmasetik,

keadaan pasien juga diperhatikan, untuk pasien yang biasa menggunakan obat

sendiri disediakan berbagai jenis sediaan. Untuk pemakaian oral digunakan seperti

tablet, kapsul dan sediaan cair. Pada kenyataanya sediaan yang padat dan kering

lebih disukai karena memberikan kenyamanan dalam penanganan serta pemakaian

oleh pasien.

Dewasa ini sekitar 40% dari sediaan yang ada dipasaran diolah menjadi tablet

karena tablet ini massanya dapat dibuat dengan mesin yang biayanya murah,

tekanannya tapat, mudah digunakan serta dosisnya tepat terbagi merata. Pasien

lebih mudah membawa obat karena lebih ringan dan tidak membutuhkan ruang

yang besar. Suatu sediaan tablet merupakan suatu bentuk sediaan yang baik dan

homogen. Tablet membuktikan keunggulanya dimana bentuk luarnya utuh pada

saat transportasi penyimpanan.

Tablet merupakan salah satu sediaan farmasi yang paling banyak digunakan,

karena hampir sebagian sediaan yang beredar merupakan sediaan dalam bentuk

tablet, serta paling banyak diproduksi karena mempunyai banyak kelebihan jika

dibandingkan dengan bentuk lain. Oleh sebab itu, untuk lebih memahami cara

Page 3: Laporan tekfar 2

3

pembuatan tablet, maka dilakukan praktikum pencetakan tablet pada perkuliahan

semester VI ini.

Page 4: Laporan tekfar 2

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak dalam bentuk

tabung pipih atau sirkuler,kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung

satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. (Farmakope Indonesia

Edisi III ). 

Suatu tablet yang dinyatakan baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut :

1. Harus mengandung zat aktif dan non aktif yang memenuhi persyaratan.

2. Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil.

3. Keadan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik/ mekanik.

4. Keseragaman bobot dan penampilan harus memenuhi persyaratan

5. Waktu hancur dan laju disolusi harus memenuhi persyaratan.

6. Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan;

7. Bebas dari kerusakan fisik;

8. Stabilitas kimiawi dan fisik cukup lama selama penyimpanan;

9. Zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu

10. Tablet memenuhi persayaratan Farmakope yang berlaku.

(Proceeding Seminar Validasi, Hal 26)

Sekarang ini sediaan tablet banyak digunakan dikalangan masyarakat karena

tablet memiliki beberapa keuntungan, yaitu :

1. Tablet memberikan ketepatan yang tinggi dalam dosis;

4

Page 5: Laporan tekfar 2

5

2. Tablet dapat mengandung dosis zat aktif dengan volume yang kecil

sehingga memudahkan proses pembuatan, pengemasan, pengangkutan,

dan penyimpanan;

3. Bebas dari air, sehingga potensi adanya hidrolisis dapat

dicegah/diperkecil.

4. Tablet dapat bekerja pada rute oral yang paling banyak dipilih.

5. Pelepasan zat aktif dapat diatur (tablet lepas tunda,lepas lambat, lepas

terkendali).

6. Tablet dapat disalut untuk melindungi zat aktif, menutupi rasa dan bau

yang tidak enak, dan untuk terapi lokal (salut enterik).

7. Dapat diproduksi secara besar- besaran, sederhana, cepat, sehingga biaya

produksinya lebih rendah.

8. Pemakaian oleh penderita lebih mudah.

9. Tablet paling mudah di telan serta paling kecil kemungkinan tertinggal di

tenggorokan.

10. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat pencampuran

kimia,makanik, dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik.

Di samping keuntungan di atas, sediaan tablet juga mempunya beberapa

kerugian, antara lain :

1. Ada orang tertentu yang tidak dapat menelan tablet (dalam keadaan tidak

sadar/pingsan);

2. Formulasi tablet cukup rumit, antara lain :

Page 6: Laporan tekfar 2

6

Beberapa zat aktif sulit dikempa menjadi kompak padat, karena sifat

amorfnya, flokulasi, atau rendahnya berat jenis;

Zat aktif yang sulit terbasahi (hidrofob), lambat melarut, dosisnya cukup

besar atau tinggi, absorbsi optimumnya tinggi melalui saluran cerna, atau

kombinasi dari sifat tersebut, akan sulit untuk diformulasi (harus

diformulasi sedemikian rupa);

Zat aktif yang rasanya pahit, tidak enak, atau bau yang tidak disenangi,

atau zat aktif yang peka terhadap oksigen, atmosfer, dan kelembaban

udara, memerlukan enkapsulasi sebelum dikempa. Dalam hal ini sediaan

kapsul menjadi lebih baik daripada tablet.

(The Theory & Practice of Industrial Pharmacy, Lachman Hal 294).

Jenis Sediaan Tablet

(Catatan Kuliah P’ Charles + Teori dan Praktek Farmasi Industri, Lachman Hal

706-717)

Berdasarkan prinsip pembuatan, tablet terdiri atas :

a. Tablet Kempa

Dibuat dengan cara pengempaan dengan memberikan tekanan tinggi

pada serbuk/granul menggunakan pons/cetakan baja.

b. Tablet Cetak

Dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan

rendah pada lubang cetakan. Kepadatan tablet tergantung pada pembentukan

Page 7: Laporan tekfar 2

7

kristal yang terbentuk selama pengeringan, tidak tergantung pada kekuatan

yang diberikan.

Berdasarkan tujuan penggunaan, tablet terdiri atas :

1. Tablet Kempa Tujuan Saluran Pencernaan

a. Tablet Konvensional Biasa

Tablet yang dibuat atau dikempa dengan siklus kompresi tunggal yang

biasanya terdiri dari zat aktif sendiri atau kombinasi dengan bahan eksipien

seperti:

Pengisi (memberi bentuk) : laktosa

Pengikat (memberi adhesivitas/kelekatan saat bertemu saluran

pencernaan): musilago amili, amilum

Desintegrator (mempermudah hancurnya tablet)

b. Tablet Kempa Multi/Kempa Ganda

Adalah tablet konvensional yang dikompresi lebih dari satu siklus

kompresi tunggal sehingga tablet akhir tersebut terdiri atas 2 atau lebih

lapisan. Disebut juga sebagai tablet berlapis.

Keuntungannya dapat memisahkan zat aktif yang inkompatibel (tidak

tersatukan)

c. Tablet Lepas Lambat

Tablet yang pelepasan zat aktifnya dimodifikasi sehingga tablet tersebut

melepaskan dosis awal yang cukup untuk efek terapi yang kemudian disusul

dengan dosis pemeliharaan sehingga jumlah zat aktif atau konsentrasi zat

Page 8: Laporan tekfar 2

8

aktif dalam darah cukup untuk beberapa waktu tertentu. (misal tablet lepas

lambat 6 jam, 12 jam, dsb).

d. Tablet Lepas Tunda (Tablet Salut Enterik)

Adalah tablet yang dikempa yang disalut dengan suatu zat yang tahan

terhadap cairan lambung, reaksi asam, tetapi terlarut dalam usus halus.

e. Tablet Lepas Terkendali

Yang pelepasan zat aktifnya terkendali pada waktu-waktu tertentu.

f. Tablet Salut Gula

Adalah tablet kempa yang disalut dengan beberapa lapis lapisan gula baik

berwarna maupun tidak.

Tujuan: melindungi zat aktif terhadap lingkungan udara (O2, lembab),

menutup rasa dan bau tidak enak, menaikkan penampilan tablet.

g. Tablet Salut Film

Tablet kempa yang disalut dengan salut tipis, bewarna atau tidak dari

bahan polimer yang larut dalam air yang hancur cepat di dalam saluran cerna.

Penyalutan tidak perlu berkali-kali.

h. Tablet Efervesen

Tablet kempa yang jika berkontak dengan air menjadi berbuih karena

mengeluarkan CO2..Tablet ini harus dilarutkan dalam air baru diminum

i. Tablet Kunyah

Tablet kempa yang mengandung zat aktif dan eksipien yang harus

dikunyah sebelum ditelan.  

Page 9: Laporan tekfar 2

9

2. Tablet Kempa Digunakan dalam Rongga Mulut

a. Tablet Bukal

Tablet kempa biasa berbentuks oval yang ditempatkan di antara

gusi dan pipi. Biasanya keras dan berisi hormon. Bekerja sistemik, tererosi

atau terdisolusi di tempat tersebut dalam waktu yang lama (secara

perlahan).

b. Tablet Sublingual

Tablet kempa berbentuk pipih yang diletakkan di bawah lidah,

berisi nitrogliserin. Biasanya untuk obat penyempitan pembuluh darah ke

jantung (angina pectoris) sehingga harus cepat terlarut agar dapat segera

memberi efek terapi. Diabsorbsi oleh selaput lendir di bawah lidah.

c. Tablet Hisap/Lozenges

Tablet yang mengandung zat aktif dan zat-zat penawar rasa dan

bau, dimaksudkan untuk disolusi lambat dalam mulut untuk tujuan lokal

pada selaput lendir mulut.

d. Dental Cones (Kerucut Gigi)

Yaitu suatu bentuk tablet yang cukup kecil, dirancang untuk

ditempatkan di dalam akar gigi yang kosong setelah pencabutan gigi.

Tujuannya biasanya untuk mencegah berkembangbiaknya bakteri di

tempat yang kosong tadi dengan menggunakan suatu senyawa antibakteri

yang dilepaskan secara perlahan-lahan, atau untuk mengurangi perdarahan

dengan melepaskan suatu astringen atau koagulan. Pembawa yang umum

digunakan adalah Na bikarbonat, NaCl atau suatu asam amino.

Page 10: Laporan tekfar 2

10

3. Tablet Kempa Digunakan Melalui Liang Tubuh

a. Tablet Rektal

Tablet kempa yang mengandung zat aktif yang digunakan secara

rektal (dubur) yang tujuannya untuk kerja lokal atau sistemik.

b. Tablet Vaginal

Tabler kempa yang berbentuk telur (ovula) untuk dimasukkan dalam

vagina yang di dalamnya terjadi disolusi dan melepaskan zat aktifnya.

Biasanya mengandung antiseptik, astringen. Digunakan untuk infeksi lokal

dalam vagina dan mungkin juga untuk pemberian steroid dalam pengobatan

sistemik.

4. Tablet Kempa untuk Implantasi

Tablet Implantasi/Pelet

Dibuat berdasarkan teknik aseptik, mesin tablet harus steril.

Dimaksudkan untuk implantasi subkutan (Untuk KB, 3-6 bulan, mencegah

kehamilan).

5. Tablet Cetak untuk Penggunaan Lain (Di Lachman disebutkan Jenis

Tablet untuk Membuat Larutan)

a. Tablet Triturat untuk Dispensing

Adalah tablet yang dihaluskan dulu atau disiapkan untuk penggunaan

tertentu. Tablet kempa atau cetak berbentuk kecil umumnya silindris

Page 11: Laporan tekfar 2

11

digunakan untuk memberikan jumlah zat aktif terukur yang tepat untuk

peracikan obat (FI IV).

Digunakan sebagai tablet sublingual atau dilepaskan di atas lidah dan

ditelan dengan air minum.

b. Tablet Hipodermik

Tablet cetak/kempa yang dibuat dari bahan mudah larut/melarut sempurna

dalam air. Umumnya digunakan untuk membuat sediaan injeksi steril dalam

ampul dengan menambahkan pelarut steril (FI IV)

c. Tablet Dispensing

Tablet yang digunakan oleh apoteker dalam meracik bentuk sediaan

padat/cair. Dimaksudkan untuk ditambahkan ke dalam air dengan volume

tertentu, oleh ahli farmasi atau konsumen, untuk mendapatkan suatu larutan

obat dengan konsentrasi tertentu.

Berdasarkan Rute Pemberian :

1. Tablet oral (dalam mulut)

2. Tablet rektal

3. Tablet vaginal

4. Tablet implantasi

Berdasarkan Penyalutan :

1. Tablet polos

2. Tablet salut gula

3. Tablet salut film

Berdasarkan Pelepasan Zat Aktif :

Page 12: Laporan tekfar 2

12

1. Tablet pelepasan biasa

2. Tablet lepas lambat

3. Tablet lepas tunda

Bahan – bahan yang digunakan dalam pembuatan tablet :

1. Zat aktif (zat berkhasiat )

Dalam suatu tablet zat aktif harus diperhatikan agar dapat menyusun

suatu formula serta menentukan metoda pembuatan yang efesien

sehingga didapatkan tablet yang baik.

2. Bahan pembantu

a. Pengisi (diluents )

Bahan ini dimaksudkan agar memperbesar volume tablet. Zat – zat

yang digunakan adalah Saccharum lactis, amylum, calcii carbonas dan

lain- lain.

b. Pengikat (binde

Pada dasarnya ada 2 ( dua ) metoda pembuatan tablet / perakitan tablet yaitu :

1. Cara kering :

Cetak langsung

Prekompressi / slugging

2. Cara basah :

Granulasi basah

Granulasi dasar

Cara kering disebut juga dengan granulasi kering, sedangkan cara basah

disebut juga dengan granulasi basah. Granulasi basah adalah cara yang paling

Page 13: Laporan tekfar 2

13

umum dilakukan, pada cara ini digunakan larutan bahan pengikat dalam air

seperti : Carboxymethyl Celulosa Natrium (Na.CMC), gom arab, gelatin,

pasta pati dan lainnya yang sesuai dengan sifat bahan berkhasiat yang

digunakan untuk pembuatan tablet. Adapun tahap-tahap pengerjaan granulasi

basah adalah penimbangan bahan, pencampuran bahan, granulasi,

pengayakan, massa basah, pengeringanpada suhu 50-60˚C, pengayakan massa

kering, lubrikasi dan pencetakan.

B. GRANULASI

Dalam suatu pembuatan tablet dikenal suatu metoda yaitu : granulasi, metoda

granulasi ini digunakan untuk bahan-bahan yang tidak memenuhi syarat untuk

cetak langsung. Granulasi adalah proses pembesaran ukuran partikel individual /

campuran serbuk untuk menghasilkan campuran obat dan exsipient dalam bentuk

aglomerat / granulyang lebih besar dan lebih kuat dari ukuran awal, sedangkan

partikel awal, sedangkan partikel awal masih dapat diidentifikasi. Granul dapat

digunakan sebagai produk perantara tapi dapat juga disebut produk obat.

Granulasi dimulai dengan cara pencampuran bahan aktif yang diperlukan dengan

bahan pengisi dan bahan pengikat, sehingga dicapai suatu distribusi satu bentuk

( uniform ) masing-masing bahan aktif melalui pencampuran tersebut.

Keuntungan dari pembuatan granul adalah sebagai berikut :

Meningkatkan bobot jenis bulk secara keseluruhan.

Mengurangi debu dari serbuk halus yang digunakan.

Page 14: Laporan tekfar 2

14

Mencegah terjadinya segresi / pemisahan akibat perbedaan bahan yang

digunakan.

Meningkatkan dan mengontrol kecepatan disolusi.

Dapat memperbaiki penampilan obat dan dapat mengurangi bahaya

lingkungan waktu operator bekerja.

Granul akan membentuk campuran serbuk yang mempunyai distribusi

bahan aktif dan exsipient yang homogen.

Distribusi ukuran granul dapat memberikan gambaran tentang daya ikat

bahan pengikat yang digunakan. Daya ikat yang kuat akan menghasilkan ukuran

sedikit lebih kecil dari daya ikat yang lemah. Granul yang baik adalah pertikel-

partikel berbentuk bundar serta mempunyai distribusi ukuran partikel yang

mengikuti kurva distribusi normal.

Cara pembuatan tablet :

1. Cara cetak langsung

Cetak langsung adalah proses pembuatan tablet yang dilakukan dengan

mencetak langsung bahan aktif obat baik dengan atau tanpa bahan tambahan.

Syarat-syarat :

Mempunyai sifat alir yang baik

Stabik secara fisikokimia

Dapat dicampurkan

Daya ikat kuat dan dapat dimampatkan

BJ yang tidak terlalu berbeda

Page 15: Laporan tekfar 2

15

Cara pencetakan langsung merupakan cara yang paling sederhana,

karena tidak memerlukan peralatan untuk proses granulasi ataupun proses

pengeringan seperti cara lain. Bahkan seringkali tidak memerlukan tambahan

bahan pembantu lain sebab dapat dicetak langsung menjadi tablet.

a. Granulasi Kering ( prekompressi / slugging )

Merupakan proses pembuatan granul tanpa melibatkan pelarut air

maupun pelarut organik, campuran serbuk dicetak langsung menjadi tablet

besar dan keras, diperlukan tekanan yang besar untuk mengompakkan

ikatan antar partikel, kemudian slug diayak menjadi granul yang ringan.

Cara ini digunakan untuk zat aktif yang tidak memenuhi syarat untuk

cetak langsung, tapi tidak bisa untuk bahan yang lembab dan panas.

b. Granulasi basah

Disebut granulasi basah karena dalam proses pembuatan granulnya

mempergunakan larutan bahan pengikat. Umumnya digunakan untuk

pembuatan obat karena kebanyakn bahan aktif tidak memiliki sifat alir dan

kompressibilitas yang baik.

Caranya : campuran yang kering + pengikat kemudian dicampur homogen,

kemudian diayak kasar dan dikeringkan, lalu diayak dengan ayakan kecil

+ bahan penghancur kemudian dicetak.

2. Granulasi dasar

Granulasi dasar zat aktif dimasukkan ke dalam granul, setelah granul jadi saat

akan dicetak baru ditambahkan zat aktif + pelincir + penghacur luar. Proses

ini sangat dipengaruhi oleh :

Page 16: Laporan tekfar 2

16

Sifat bahan aktif dan exsipient

Pemilihan bahan aktif dan exsipient

Proses dan peralatan yang digunakan

C. EVALUASI GRANUL

Granulasi adalah pembentukan partikel-partikel besar dengan mekanisme

pengikatan tertentu. Granul dapat diproses lebih lanjut menjadi bentuk sediaan

granul terbagi, kapsul, maupun tablet. Berbagai proses granulasi telah

dikembangkan, dari metode konvensional seperti slugging dan granulasi dengan

bahan pengikat musilago amili hingga embentukan granul dengan peralatan

terkini seperti spray dry dan freeze dry.

Granulasi peleburan atau hot melt granulation merupakan metode

pembentukan dispersi padat berbentuk granulat dengan bahan pengikat yang

melebur di atas suhu kamar. Granulasi peleburan ini dapat digunakan untuk

membentuk granul dengan bahan pengikat hidrofob seperti lemak dan wax dengan

tujuan penyalutan.

Pembentukan matriks sediaan pelepasan dimodifikasi (modified release

drug). Keunggulan dari granulasi peleburan ini adalah : tidak membutuhkan bahan

pelarut, tidak memerlukan proses pengeringan, dan prosesnya berlangsung cepat

serta bersih.

Parameter yang diamati adalah :uji homogenitas, uji sifat alir, uji

kompresibilitas granul, dan uji distribusi ukuran granul.

Page 17: Laporan tekfar 2

17

Uji Sifat Alir

Granul dimasukkan ke dalam corong uji waktu alir. Penutup corong dibuka

sehingga granul keluar dan ditampung pada bidang datar. Waktu alir granul

dicatat dan sudut diamnya dihitung dengan mengukur diameter dan tinggi

tumpukan granul yang keluar dari mulut corong. Waktu alir dipersyaratkan

dengan sudut diam tidak lebih dari 30 derajat

Uji Kompresibilitas

Timbang 100 g granul masukkan ke dalam gelas ukur dan dicatat volumenya,

kemudian granul dimampatkan sebanyak 500 kali ketukan dengan alat uji, catat

volume uji sebelum dimampatkan (Vo) dan volume setelah dimampatkan dengan

pengetukan 500 kali (V).

Uji Kerapuhan Granul

Kerapuhan granul yaitu gambaran stabilitas fisis granul. Dapat diamati lewat

ketahanannya terhadap adanya getaran dengan menempatkannya di atas ayakan

bertingkat yang digetarkan.

Uji Daya Serap Granul

Daya serap granul berpengaruh pada waktu hancur tablet. Faktor yang

mempengaruhi penetrasi adalah porositas tablet dimana tergantung kompressi dan

kemampuan penyerapan air dari material yang dipakai. Bahan penghancur mulai

berfungsi diantaranya melalui proses pengembangan, reaksi kimia maupun secara

enzimatis setelah air masuk ke dalam tablet

Page 18: Laporan tekfar 2

18

Uji Waktu Alir

Waktu alir adalah waktu yang diperlukan untuk mengalir dari sejumlah

granul melalui lubang corong yang diukur adalah sejumlah zat yang mengalir

dalam suatu waktu tertentu. Untuk 100 g granul waktu alirnya tidak boleh lebih

dari 10 detik. Waktu alir berpengaruh terhadap keseragaman bobot

tabletPengempaan tablet.

Uji Kompaktibilitas

Untuk mengetahui kemampuan granul untuk saling melekat menjadi massa

yang kompak, digunakan mesin tablet single punchdengan berbagai tekanan..

Sudut Diam

Sudut diam yaitu sudut tepat yang terjadi antara timbunan partikel bentuk

kerucut dengan bidang horizontal. Bila sudut diam lebih kecil dari 300 biasanya

menunjukkan bahwa bahan dapat mengalir bebas, bila sudutnya lebih besar atau

sama dengan 400 biasanya mengalirnya kurang baik.

Indeks Pengetapan

Pengukuran sifat alir dengan metode pengetapan yaitu dengan melakukan

penghentian (tapping) terhadap sejumlah serbuk dengan menggunakan alat

volumeter (mechanical tapping device). Pengetapan dilakukan dengan mengamati

perubahan volume sebelum pengetapan (Vo) dan volume setelah pengeapan

setelah konstan (Vt). Serbuk dapat dikatakan memiliki sifat air baik jika indeks

pemampatannya kurang dari 20%.

Page 19: Laporan tekfar 2

19

Uji Kecepatan Alir dan Sudut Istirahat

Massa cetak diletakkan dalam corong alat uji kecepatan alir yang bagian

bawahnya ditutup.Massa cetak yang keluar dari alat tersebut dihitung kecepatan

alirannya dengan menghitung waktu yang diperlukan oleh sejumlah serbuk untuk

turun melalui corong alat penguji dengan menggunakan stopwatch dari mulai

dibukanya tutup bagian bawah hingga semua massa granul mengalir keluar dari

alat uji. Timbunan granul dapat digunakan untuk menghitung sudut istirahat.

Diameter rata-rata timbunan granul dan tinggi puncak timbunan granul diukur.

Kerapatan Nyata

Beberapa bagian massa cetak ditimbang (pada pengujian kali ini dilakukan

terhadap dua puluh lima gram massa cetak), kemudian dimasukkan ke dalam

gelas ukur seratus mililiter.Volume awal granul dicatat. Kerapatan nyata adalah

berat serbuk dibagi dengan volume awal granul.

Kerapatan nyata = Berat granul (g/mL)

Volume awal granul

Kerapatan Mampat

Beberapa bagian massa cetak ditimbang (pada pengujian kali ini dilakukan

terhadap dua puluh lima gram massa cetak), kemudian dimasukkan ke dalam

gelas ukur seratus mililiter.Setelah dilakukan penentuan kerapatan nyata di atas

kemudian ketuk-ketukan gelas ukur tersebut dengan menggunakan alat uji

kompresibilitas hingga volume granul konstan. Kerapatan mampat adalah berat

granul dibagi dengan volume granul konstan.

Page 20: Laporan tekfar 2

20

Kompresibilitas

Penentuan kompresibilitas digunakan untuk menghasilkan tablet yang baik.

Kompresibilitas dapat dilihat dari harga indeks Carr yang sangat bergantung pada

kerapatan nyata maupun kerapatan mampat dari granul yaitu dengan cara

kerapatan mampat dikurangi kerapatan nyata, lalu dibagi dengan kerapatan

mampat. Kompresibilitas granul dinyatakan dalam persen:

Indeks Carr = Kerapatan mampat - Kerapatan nyata x 100%

Kerapatan mampat

I. DENSITAS GRANUL

Densitas secara umum didefinisikan sebagai berat per satuan volume. Akan

timbul kesulitan dalam menentukan densitas granul apabila granul yang terbentuk

terdapat retakan-retakan mikroskopis, dan apabila terdapat pori-pori dalam ruang-

ruang partikel. Ada 2 dua jenis pada granul :

Density nyata ( BJ nyata )

Densitas ini menggambarkan seberapa besar partikel-partikel granul masih

dapat mengalir dan konsentrasi sesamanya. Dari sejumlah material ( harus

dikeringkan dahulu, biasanya 100 g ), masukkan secara hati-hati ke dalam gelas

ukur 200 mL, permukaan serbuk diratakan dengan pinset sehingga volumenya

dapat dibaca langsung. Dari berat dan volume yang dibaca dapat dicari densitas

nyata granul. Sebelum pengukuran granul dikeringkan terlebih dahulu sampai

berat konstan.

Densitas mampat ( BJ mampat )

Page 21: Laporan tekfar 2

21

Densitas ini dapat diketahui melalui penghentakan material dalam gelas ukur

untuk memberikan energi pada masing-masing partikel, dimana energi ini

digunakanuntuk mengatasi gaya gesekan antar partikel yang cukup tinggi. Alat

yang dipakai adalah Bulk Density Tester.

II. Penentuan kadar air, sudut longsor, kecepatan aliran serbuk, dan

ukuran partikel.

Penentuan kadar air

Penentuan kadar air suatu tablet sangat penting untuk karakterisasi bahan

dalam bentuk serbuk ( kemempuan mengalir, menggumpal dan bercampur ) dan

dalam semua bahan dalam pencampuran tablet atau tablet bersalut ( granulasi,

pencetakan, penyalutan tablet, kehancuran dan kekerasan,ketahanan dalam

penyimpanan ) dalam pembuatan obat.

Ada beberapa cara untuk menentukan kadar air suatu granul :

1. Cara timbangan-pengering

Berdasarkan perbedaan berat granul. Dimana sejumlah granul

ditimbang sebelum dan sesudah dikeringkan, selisihnya dibagi dengan

sebelum dikeringkan x 100% merupakan kadar air ( % ). Peralatan yang

dipakai adalah Infra red Moustuir Balance.

2. Cara pengukuran daya hantar

Berdasarkan peningkatan daya hantar listrik dengan peningkatan

kadar air. Daya hantar listrik ini diberikan dengan melarutkan senyawa

elektrolit kedalam bahan padat.

Page 22: Laporan tekfar 2

22

Sifat aliran serbuk

Sifat aliran serbuk dari material merupakan faktor yang sangat penting pada

proses pencampuran, penghalusan, pengayakan, dan pencetakan tablet/pengisian

corong kapsul. Granul harus dilairkan ke dalam tabung pencetak dari tabung

hoppler. Bila sifat aliran dari granul tidak baik dapat menyebabkan ruang lubang

cetak tidak terisi seragam. Jika pengisian tidak seragam, tablet yang diisikan akan

mempunyai variasi bobot yang besar. Jika bobot tablet menurun maka diadakan

perlakuan seperti mengubah vibrasi atau mengganti hoppler. Faktor-faktor yang

mempengaruhi sifat aliran serbuk :

1. Bentuk morfologi permukaan serbuk

Bentuk partikel akan mempengaruhi gaya fiksi, jika bentuk partikel

serbuk makin tidak beraturan maka gaya aliran semakin kecil, kemampuan

aliran serbuk akan mudah jika melalui corong.

2. Ukuran partikel dan distribusi ukuran partikel

Partikel halus dengan ukuran diameter yang kecil dari 100λm dominan

dipengaruhi oleh gaya muatan listrik statis dan kohesi vanderwalls,

alirannya melalui lubang akan tertahan karena gaya kohesi antar

partikelnya sama, gaya gravitasi besar dan serbuk akan lebih mudah

melalui corong. Jadi keseimbangan dari gaya-gaya yang saling berinteraksi

sangat berpengaruh.

Page 23: Laporan tekfar 2

23

3. Kelembaban

Kelembaban akan mempengaruhi kemampuan mengalir serbuk yang

dapat diamati dengan peningkatan daya rentang serbuk melalui

pembentukan jembatan cair.

4. Gaya kohesi

Gaya kohesi antar partikel akan semakin jelek karena adanya

kecenderungan berikatan antara yang satu denagn yang lain.

5. Pengaruh suhu

Penurunan suhu akan menurunkan daya rentang. Untuk meningkatkan

sifat alir serbuk dapat ditambahkan glidant seperti : SiO2, talkum, amilum,

tapi kadarnya jangan terlalu besar ( 0,1 – 1,5% ) karena akan

mempengaruhi waktu hancur.

Metoda penentuan sifat aliran serbuk :

Mengukur waktu yang diperlukan oleh sejumlah serbuk ( biasanya 100

gram ), untuk dapat melewati suatu corong.

Mengukur jumlah serbuk yang dapat melewati corong dalam suatu waktu

tertentu.

Dalam proses pengaliran serbuk akan terjadi gaya gesekan antar partikel

dimana gaya ini dapat dikurangi dengan penambahan zat pelincir. Untuk dapat

mengetahui pengaruh bahan pelincir dapat digunakan parameter faktor aliran ( F ).

F = Jumlah gram zat + pelincir yang dapat melewati corongJumlah gram zat yang dapat melewati corong

Harga F > 1 menunjukan adanya perbaikan sifat aliran yang disebabkan

penambahan bahan pelincir.

Page 24: Laporan tekfar 2

24

Ukuran partikel

Pengukuran besar partikel adalah penentuan dari besar dan distribusi besar

partikel dalam suatu media pembawa, dalam hal ini baik fasa terdispersi maupun

fasa pendispersi dapat dibagi atas 3 sistem yaitu : padat, cair dan gas. Pengukuran

besar partikel yang dimaksud bukanlah pengukuran dari sistem dispersi molekul,

bukan pula campuran gas tapi pengukuran yang dilakukan pada zat padat sebagai

fasa terdispersi dan gas atau cairan sebagai fasa pendispersi.

Sesuai literatur, pengukuran ukuran partikel dapat diketahui dari garis tengah.

Untuk pengukuran ini dikenal beberapa garis tengah yaitu :

1. Garis tengah Martin ( dm )

Panjang jarak yang membelah partikel menjadi 2 bidang yang sama

luasnya

2. Garis tengah Ferret ( d ferr )

Panjang jarak maksimal dari tangen-tangen pada bidang proyeksi yang

terjadi tegak lurus pada daerah pengukuran.

3. Garis tengah partikel dengan volume yang ekivalen dengan volume suatu

bola.

Ada 2 metoda yang digunakan untuk menentukan besar ukuran partikel yaitu :

1. Analisis perhitungan : - perhitungan langsung

- Perhitungan tidak langsung

2. Analisis jumlah, analisis ayakan

Merupakan metoda yang sering digunakan dan paling sederhana dari

penentuan besar partikel. Disini digunakan sederetan ayakan yang tersusun

Page 25: Laporan tekfar 2

25

sedemikian rupa, ayakan dengan ukuran lubang yang paling besar terletak pada

bagian atas, semakin ke bawah lubang ayakan semakin kecil. Setelah diayak

beberapa lama akan diperoleh material yang berada diatas ayakan (yang tidak

dapat melewati lubang disebut dengan siebruckstand), dan sekumpulan material

yang dapat melewati lubang ayakan ( durchgang ). Untuk material yang

cenderung teraglomerasi dapat dilakukan dengan metoda ayakan basah

Page 26: Laporan tekfar 2

26

BAB III

METODE DAN BAHAN PEMBUATAN TABLET

 

A. METODE PEMBUATAN TABLET

Sediaan tablet ini dapat dibuat melalui tiga macam metode, yaitu granulasi

basah, granulasi kering, dan kempa langsung. Pemilihan metode pembuatan

sediaan tablet ini biasanya disesuaikan dengan karakteristik zat aktif yang akan

dibuat tablet, apakah zat tersebut tahan terhadap panas atau lembab,

kestabilannya, besar kecilnya dosis, dan lain sebagainya.  

Berikut merupakan penjelasan singkat dari ketiga macam metode tersebut :

1. Granulasi Basah,

yaitu memproses campuran partikel zat aktif dan eksipien menjadi partikel

yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam jumlah yang tepat

sehingga terjadi massa lembab yang dapat digranulasi. Metode ini biasanya

digunakan apabila zat aktif tahan terhadap lembab dan panas. Umumnya untuk zat

aktif yang sulit dicetak langsung karena sifat aliran dan kompresibilitasnya tidak

baik. Prinsip dari metode granulasi basah adalah membasahi masa tablet dengan

larutan pengikat teretentu sampai mendapat tingkat kebasahan tertentu pula,

kemudian masa basah tersebut digranulasi.

Metode ini membentuk granul dengan cara mengikat serbuk dengan suatu

perekat sebagai pengganti pengompakan, tehnik ini membutuhkan larutan,

suspensi atau bubur yang mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan ke

campuran serbuk atau dapat juga bahan tersebut dimasukan kering  ke dalam

26

Page 27: Laporan tekfar 2

27

campuran serbuk dan cairan dimasukan terpisah. Cairan yang ditambahkan

memiliki peranan yang cukup penting dimana jembatan cair yang terbentuk di

antara partikel dan kekuatan ikatannya akan meningkat bila jumlah cairan yang

ditambahkan meningkat, gaya tegangan permukaan dan tekanan kapiler paling

penting pada awal pembentukan granul, bila cairan sudah ditambahkan

pencampuran dilanjutkan sampai tercapai dispersi yang merata dan semua bahan

pengikat sudah bekerja, jika sudah diperoleh massa basah atau lembab maka 

massa dilewatkan pada ayakan dan diberi tekanan dengan alat penggiling atau

oscillating granulator tujuannya agar terbentuk granul sehingga luas permukaan

meningkat dan proses pengeringan menjadi lebih cepat, setelah pengeringan

granul diayak kembali ukuran ayakan tergantung pada alat penghancur yang

dugunakan dan ukuran tablet yang akan dibuat.

Keuntungan metode granulasi basah :

Memperoleh aliran yang baik

Meningkatkan kompresibilitas

Untuk mendapatkan berat jenis yang sesuai

Mengontrol pelepasan

Mencegah pemisahan komponen campuran selama proses

Distribusi keseragaman kandungan

Meningkatkan kecepatan disolusi

Kekurangan metode granulasi basah:

Banyak tahap dalam proses produksi yang harus divalidasi

Biaya cukup tinggi

Page 28: Laporan tekfar 2

28

Zat aktif yang sensitif terhadap lembab dan panas tidak dapat dikerjakan

dengan cara I ini. Untuk zat termolabil dilakukan dengan pelarut non air

2. Granulasi Kering

Disebut juga slugging, yaitu memproses partikel zat aktif dan eksipien dengan

mengempa campuran bahan kering menjadi massa padat yang selanjutnya dipecah

lagi untuk menghasilkan partikel yang berukuran lebih besar dari serbuk semula

(granul). Prinsip dari metode ini adalah membuat granul secara mekanis, tanpa

bantuan bahan pengikat dan pelarut, ikatannya didapat  melalui gaya. Teknik ini

yang cukup baik, digunakan untuk zat aktif yang memiliki dosis efektif yang

terlalu tinggi untuk dikempa langsung atau zat aktif yang sensitif terhadap

pemanasan dan kelembaban.

Pada proses ini komponen–komponen tablet dikompakan dengan mesin cetak

tablet lalu ditekan ke dalam die dan dikompakan dengan punch sehingga diperoleh

massa yang disebut slug, prosesnya disebut slugging, pada proses selanjutnya slug

kemudian diayak dan diaduk untuk mendapatkan granul yang daya mengalirnya

lebih baik dari campuran awal bila slug yang didapat belum memuaskan maka

proses diatas dapat diulang. Dalam jumlah besar granulasi kering dapat juga

dilakukan pada mesin khusus yang disebut roller compactor yang memiliki

kemampuan memuat bahan sekitar 500 kg, roller compactor memakai dua

penggiling yang putarannya saling berlawanan satu dengan yang lainnya, dan

dengan bantuan tehnik hidrolik pada salah satu penggiling mesin ini mampu

menghasilkan tekanan tertentu pada bahan serbuk yang mengalir dintara

penggiling.

Page 29: Laporan tekfar 2

29

Metode ini digunakan dalam kondisi-kondisi sebagai berikut :

Kandungan zat aktif dalam tablet tinggi

Zat aktif susah mengalir

Zat aktif sensitif terhadap panas dan lembab

Keuntungan cara granulasi kering adalah:

Peralatan lebih sedikit karena tidak menggunakan larutan pengikat, mesin

pengaduk berat dan pengeringan yang memakan waktu

Baik untuk zat aktif yang sensitif terhadap panas dan lembab

Mempercepat waktu hancur karena tidak terikat oleh pengikat

Kekurangan cara granulasi kering adalah:

Memerlukan mesin tablet khusus untuk membuat slug

Tidak dapat mendistribusikan zat warna seragam

Proses banyak menghasilkan debu sehingga memungkinkan terjadinya

kontaminasi silang

3. Metode Kempa Langsung,

yaitu pembuatan tablet dengan mengempa langsung campuran zat aktif dan

eksipien kering.tanpa melalui perlakuan awal terlebih dahulu. Metode ini

merupakan metode yang paling mudah, praktis, dan cepat pengerjaannya, namun

hanya dapat digunakan pada kondisi zat aktif yang kecil dosisnya, serta zat aktif

tersebut tidak tahan terhadap panas dan lembab. Ada beberapa zat berbentuk

kristal seperti NaCl, NaBr dan KCl yang mungkin langsung dikempa, tetapi

sebagian besar zat aktik tidak mudah untuk langsung dikempa, selain itu zat aktif

tunggal yang langsung dikempa untuk dijadikan tablet kebanyakan sulit untuk

Page 30: Laporan tekfar 2

30

pecah jika terkena air (cairan tubuh). secara umum sifat zat aktif yang cocok

untuk metode kempa langsung adalah; alirannya baik, kompresibilitasnya baik,

bentuknya kristal, dan mampu menciptakan adhesifitas dan kohesifitas dalam

massa tablet. Sedangkan keuntungan metode kempa langsung yaitu :

Lebih ekonomis karena validasi proses lebih sedikit

Lebih singkat prosesnya. Karena proses yang dilakukan lebih sedikit,

maka waktu yang diperlukan untuk menggunakan metode ini lebih singkat,

tenaga dan mesin yang dipergunakan juga lebih sedikit.

Dapat digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan tidak tahan

lembab.

Waktu hancur dan disolusinya lebih baik karena tidak melewati proses

granul, tetapi langsung menjadi partikel. tablet kempa langsung berisi

partikel halus, sehingga tidak melalui proses dari granul ke partikel halus

terlebih dahulu.

Kerugian metode kempa langsung :

Perbedaan ukuran partikel dan kerapatan bulk antara zat aktif dengan

pengisi dapat menimbulkan stratifikasi di antara granul yang selanjutnya

dapat menyebabkan kurang seragamnya kandungan zat aktif di dalam

tablet.

Zat aktif dengan dosis yang besar tidak mudah untuk dikempa langsung

karena itu biasanya digunakan 30% dari formula agar memudahkan proses

pengempaan sehingga pengisi yang dibutuhkanpun makin banyak dan

mahal. Dalam beberapa kondisi pengisi dapat berinteraksi dengan obat

Page 31: Laporan tekfar 2

31

seperti senyawa amin dan laktosa spray dried dan menghasilkan warna

kuning. Pada kempa langsung mungkin terjadi aliran statik yang terjadi

selama pencampuran dan pemeriksaan rutin sehingga keseragaman zat

aktif dalam granul terganggu.

Sulit dalam pemilihan eksipien karena eksipien yang digunakan harus

bersifat; mudah mengalir; kompresibilitas yang baik; kohesifitas dan

adhesifitas yang baik.

 

B. BAHAN PEMBANTU GRANULASI BASAH

1. Pengisi

Adalah zat inert yang ditambahkan dalam formula tablet yang ditujukan

untuk membuat bobot tablet sesuai dengan yang diharapkan

Biasanya tablet yang mengandung zat aktif dengan dosis kecil memerlukan zat

pengisi yang banyak. Jika dosis besar maka pengisi sedikit atau tidak sama sekali.

a. Avicel (mikrokristalin selulosa)

1) Bentuk 103 memiliki keunggulan dibandingkan dengan 101, 102

karena volume spesifiknya kecil, aliran lebih baik dan waktu hancur

lebih singkat.

2) Insoluble, non-reaktif, aliran kurang baik, kapasitas pegang 50%.

3) Menghasilkan tablet yang keras dengan tekanan kecil (kompresibilitas

baik) dan friabilitas tablet rendah, waktu stabilitas panjang.

Page 32: Laporan tekfar 2

32

4) Menghasilkan pembasahan yang cepat dan rata sehingga

mendistribusikan cairan penggranul ke seluruh massa serbuk;

menghasilkan distribusi warna dan obat yang merata.

5) Bertindak sebagai pembantu mengikat, menghasilkan granul yang

keras dengan sedikit fines.

6) Bisa bersifat pengikat kering, disintegran, lubrikan dan glidan.

7) Penggunaannya membutuhkan lubrikan; penggunaannya dapat

dikombinasi dengan laktosa, manitol, starch, kalsium sulfat.

8) Membantu mengatasi zat-zat yang jika overwetting (terlalu basah)

menjadi seperti “clay” yang sukar digranulasi dan ketika kering

granulnya menjadi keras dan resisten terhadap disintegrasi. Contoh:

kaolin, kalsium karbonat.

9) Avicel dalam GB memperbaiki ikatan pada pengempaan, mengurangi

capping dan friabilitas tablet.

10) Avicel membantu obat larut dengan air agar homogen, mencegah

migrasi pewarna larut air dan membantu agar evaporasi cepat dan

seragam.

11) Untuk obat dengan dosis kecil, Avicel digunakan sebagai pengisi dan

pengikat tambahan.

12) 60% avicel PH 101 dan 40% amilum sebagai pasta 10% membuat

massa lembab mudah digranulasi, membentuk granul yang kuat pada

pengeringan dengan sedikit fine daripada pasta yang hanya terbuat

dari amilum.

Page 33: Laporan tekfar 2

33

13) Bentuk PH 101: serbuk, PH 102: granul, PH 103: serbuk

 Sebagai disintegran :

1) Merupakan disintegran yang sangat baik terutama pada konsentrasi

10% atau lebih tinggi.

2) Pada GB Avicel tidak bersifat disintegran.

3) Perhatian: pada konsentrasi tinggi, Avicel dapat menyebabkan tablet

lengket pada lidah saat akan digunakan.

b. Kalsium sulfat trihidrat

1) Digunakan sebagai pengisi untuk granulasi dengan jumlah zat aktif

20-30%.

2) Sinonim: terra alba, snow white filler.

3) Insoluble, non-higroskopis.

4) Semakin tinggi grade-nya semakin putih, pengisi paling murah, bisa

dipakai untuk zat aktif asam, netral, basa; punya kapasitas abisaorbisai

yang tinggi untuk minyak.

5) Pengikat yang disarankan: PVP, MC, starch paste.

c. Kalsium fosfat dibasic

1) Digunakan sebagai pengisi dan pengikat untuk kempa langsung

dengan memiliki ukuran paling kecil, tidak mahal, tidak dapat

digunakan bersama senyawa asam atau garam asam

2) Jika digunakan cairan pengikat yang terlalu banyak maka jadi lengket

dan keras, tidak dapat digranul sehingga solusinya dikombinasi

dengan starch/Avicel

Page 34: Laporan tekfar 2

34

d. Laktosa

(Lachman Tablet)

1) Inkompatibel dengan: senyawa yang sangat basa, asam askorbat,

salisilamid, pyrilamine maleat, phenilephrine HCl

2) Granul laktosa hidrat mengandung kadar lembab 4-5%

3) Laktosa adalah gula peredukasi bereaksi dengan amin menghasilkan

reaksi Maillard

4) Isomer: α dan β (dalam campuran berada dalam kesetimbangan kedua

bentuk)

(Lachman Industri)

1) Pengisi yang paling umum, ada 2 bentuk: hidrat dan anhidrat

2) Jarang bereaksi dengan obat (hidrat dan anhidrat)

3) Untuk GB pakai laktosa HIDRAT; laktosa anhidrat tidak mengalami

reaksi Maillard (dengan zat aktif mengandung amina dengan adanya

logam stearat), tetapi menyerap lembab.

4) Secara umum tablet menunjukkan release rate yang baik, granulnya

cepat kering, disintegrasi tablet tidak banyak dipengaruhi oleh

kekerasan

(Handbook of Pharm Excipient)

1) Keburukan: laktosa dpr berubah warna dengan adanya basa amin dan

Mg-stearat

Page 35: Laporan tekfar 2

35

2) Dikenal 4 macam bentuk: granul kasar (60-80 mesh), granul halus

(80-100 mesh), granul spray dried (100-200 mesh), dan laktosa

anhidrat

3) Dikenal sebagai gula susu Spray-dried Lactose

(Lachman Industri)

1) Untuk pengisi kempa langsung, umumnya digabung dengan Avicel.

Jika tunggal digunakan dalam konsentrasi 40-50% sebagai pembawa

2) Sifat direct compression-nya berkurang jika kadar air < 3%; dapat

dicampur dengan 20-25% zat aktif tanpa kehilangan sifat direct

compression-nya

3) Kapasitas pegang 20-25% terhadap zat aktif; punya aliran baik dan

karakteristik pengikatan yang lebih baik dibandingkan laktosa biasa

4) Kelemahan: dapat menghitam dengan adanya lembab, amin, atau

senyawa lain yang mengandung furaldehid

5) Gunakan lubrikan netral atau asam

e. Sukrosa

1) Bisa berfungsi sebagai pengisi/pengikat

2) Jika digunakan sebagai pengikat tunggal, sukrosa membentuk granul

yang keras dan tablet lebih cenderung terdisolusi daripada

terdisintegrasi. Oleh karena itu banyak dikombinasi dengan pengisi

insoluble lain

3) Jika digunakan sebagai pengisi kering, biasanya digranulasi dengan

pengikat larut air atau hidroalkohol. Kekerasan granul tergantung

Page 36: Laporan tekfar 2

36

jumlah pengikat yang digunakan. Campuran air dan alkohol akan

menghasilkan granul yang lebih lunak.

4) Memiliki banyak bentuk, paling sering digunakan bentuk

“confectioner” untuk GB yang mengandung 3% pati jagung untuk

mencegah caking

5) Sukrosa digunakan sebagai pemanis dalam tablet kunyah dan

digunakan sebagai pengikat untuk memperbaiki kekerasan tablet

6) Kelemahan: tablet yang dibuat dengan komposisi sebagian besar

sukrosa akan mengeras pada penyimpanan. Sukrosa bukan gula

pereduksi tetapi menjadi coklat pada penyimpanan dan higroskopis

7) Turunan sukrosa yang dapat digunakan untuk kempa langsung:

a) Sugartab     : 90-93% sukrosa, 7-10% invert sugar

b) Di Pac        : 97% sukrosa, 3% modified dekstrin

c) Nu Tab      : 95% sukrosa, 4% gula invert, 1% corn starch, Mg

stearat

f. Dekstrosa

1) Penggunannya terbatas pada GB sebagai pengisi dan pengikat

2) Digunakan mirip dengan sukrosa, cenderung menghasilkan tablet

yang keras terutama jika menggunakan dekstrosa anhidrat

3) Menjadi coklat pada penyimpanan

g. Manitol

1) Pengisi yang baik untuk tablet kunyah karena rasanya enak, sedikit

manis, halus, dingin (negatif heat solution)

Page 37: Laporan tekfar 2

37

2) Non-higroskopis, aliran jelek, membutuhkan lebih banyak cairan

pengikat

3) Dapat digunakan untuk formulasi vitamin, menghasilkan granul yang

lebih halus dari sukrosa atau dekstrosa

4) Kadar lembab granul yang dibuat dari sukrosa, dekstrosa, dan manitol

setelah pengeringan semalam pada 140-150 F adalah 0,2%

5) Hanya sedikit yang terabisaorbisai di saluran cerna, jika digunakan

banyak dapat bersifat laksatif

h. Emdex dan Celutab

(Lachman Industri)

1) Dapat bereaksi dengan amin pada suhu dan kelembaban tinggi

2) Bebas mengalir dan dapat dikempa langsung, mengandung 8-10%

lembab, kekerasan tablet dapat meningkat setelah pengempaan

3) Starch terhidrolisa mengandung 90-92% dekstrosa dan 3-5% maltosa

4) Dapat digunakan sebagai pengganti manitol pada talbet kunyah karena

manis dan berasa halus.

i. Starch 1500 (penjelasan ada di bagian Pengikat) 

2. Adsorben

a. Adsorben harus memiliki titik leleh yang tinggi. Dengan titik leleh tinggi

setelah terjadi lelehan pertama akan terbentuk massa yang bertitik leleh

lebih tinggi.

Page 38: Laporan tekfar 2

38

b. Manfaat adsorben: mencegah tablet basah oleh lelehan zat aktif, jika tablet

basah maka tablet akan lengket dalam cetakan. Bekerja menyerap lelehan

zat aktif.

Contoh:

1) Avicel

2) Bolus alba

3) Kaolin, bentonit, Mg silikat, MgO, trikalsium fosfat

4) Aerosil

3. Pengikat

a. Pengikat bisa berupa gula dan polimer.

b. Pengikat yang berupa polimer alam: starch, gum (acacia, tragacanth,

gelatin)

c. Pengikat yang berupa polimer sintetik: PVP, metilselulosa, etilselulosa,

hidroksipropilselulosa

d. Bisa dengan cara kering/basah. Cara basah lebih sedikit membutuhkan

bahan.

e. Jumlah larutan pengikat yang dibutuhkan untuk 3 kg pengisi tercantum

pada tabel

(Lachman Tablet halaman 161)

1) Starch (amylum)

(Lachman Tablet)

a) Dapat digunakan sebagai pengisi, pengikat, dan penghancur

b) Dalam bentuk musilago amili 5-10%

Page 39: Laporan tekfar 2

39

c) Cara: suspensikan starch 1:1/2-1 dalam air dingin, tambahkan 2-4 kali

air mendidih dengan pengadukan konstan sampai starch mengembang

menjadi transparan yang dapat diencerkan

d) Cara lain: suspensi starch dalam air dipanaskan

e) Mengandung kadar air 11-14%; akan menyebabkan tablet

terdisintegrasi dengan cepat (hal 161)

f) Pembuatannya harus hati-hati agar diperoleh musilago yang baik,

tidak terhidrolisis, dan tidak mengarang

g) Pemakaian terbaik maksimal 30%. Jika dosis zat aktif besar, starch

diganti dengan penghacur yang lebih baik, yaitu avicel.

h) Tablet yang mengandung amilum dengan konsentrasi tinggi

menunjukkan tablet yang rapuh dan sukar dikeringkan

i) Amilum yang tidak dimodifikasi tidak mempunyai sifat

kompresibilitas yang baik dan mempunyai friabilitas yang besar, dan

akan terjadinya capping pada tablet jika digunakan dalam jumlah

besar

 Sebagai disintegran:

a) Pemakaian: 1-20%, merupakan disintegran yang paling umum

digunakan

b) Mekanisme kerja dengan membentuk ikatan hidrogen saat

pengempaan dan pecah atau mengembang saat air masuk mell pori

(kapiler)

Page 40: Laporan tekfar 2

40

c) Pemakaiannya disesuaikan dengan jenis starch, tekanan pengempaan,

dan kandungan air massa cetak

d) Perhatian: sebelum digunakan, starch harus dikeringkan pada suhu 80-

90 C untuk menghilangkan air yang terabisaorpsi

2) Starch 1500

(Lachman Tablet)

a) Dapat digunakan sebagai pengikat basah, kering, dan disintegran

b) Starch 1500 maksimal mengandung 20% fraksi larut air yang

berfungsi sebagai pengikat sedangkan sisanya bersifat sebagai

disintegran

c) Starch 1500 dibutuhkan ± 3-4 kali lebih banyak daripada musilago

amili untuk menghasilkan tablet dengan kekerasan yang sama

d) Sebaiknya tidak digunakan sebagai pengisi pada GB karena akan

menghasilkan gel yang berfungsi sebagai pengikat yang sangat kuat

e) Sebagai disintegran dapat ditambahkan kering, pada fasa luar.

 (Lachman Industri)

a) Aliran bagus, merupakan directly compressible starch

b) Dapat dikempa sendiri, tetapi jika dicampur dengan 5-10% obat

membutuhkan lubrikan tambahan (misalnya 0,25% colloidal silicon

dioxide)

c) Mengandung 10% lembab dan menyebabkan tablet menjadi lunak jika

dikombinasi dengan Mg stearat > 0,5%, sebagai pengganti digunakan

asam stearat

Page 41: Laporan tekfar 2

41

 Sebagai disintegran:

a) Merupakan disintegran yang baik dan ditambahkan dalam campuran

kering (dalam fasa dalam dan atau fasa luar pada metoda granulasi

kering atau kempa langsung, atau dalam fasa luar pada metoda

granulasi basah)

b) Perhatian: tidak boleh diberikan pada massa basah

3) Amilum pragelatinasi

a) Merupakan pati yang sudah dimasak dan dikeringkan lagi. Dapat

digunakan sebagai pengganti starch paste karena lebih mudah larut

dalam air hangat tanpa pemanasan

b) Dapat ditambahkan kering ke dalam serbuk kemudian dibasahkan

dengan air membentuk massa lembab

4) Gelatin

a) Digunakan pada konsentrasi 5-10% sebanyak 1-5% dari formula

b) Sudah jarang digunakan, digantikan PVP, MC. Cenderung

menghasilkan tablet yang keras dan memerlukan disintegran yang

aktif

c) Dapat digunakan untuk senyawa yang sulit diikat

d) Kelemahan: rentan bakteri dan jamur

e) Jika masih diperlukan pengikat yang lebih kuat, dapat digunakan

larutan gelatin dalam air 2-10%, yang dibuat dengan menghidrasi

gelatin dalam air dingin selama beberapa jam/semalam kemudian

Page 42: Laporan tekfar 2

42

dipanaskan sampai mendidih, larutan gelatin harus dipertahankan

hangat sampai digunakan karena akan menjadi gel pada pendinginan

5) Larutan sukrosa

a) Membentuk granul keras, kekerasan diatur dari konsentrasi sukrosa

20-85%

b) Sangat baik sebagai pembawa soluble dyes dan menghasilkan warna

beragam

c) Digunakan untuk menggranulasi tribasic fosfat yang umumnya

memerlukan pengikat yang lebih kohesif dari musilago amili; pada

tablet ferro sulfat, bertindak sebagai pengikat dan pelindung

ferrosulfat dr oksidasi

d) Senyawa lain yang pengikatnya bisa berupa gula: aminofilin,

asetopheretidin, asetaminofen, meprobamate

6) Larutan akasia

a) Digunakan pada konsentrasi 10-25%; untuk mengurangi mephenesin

(dosis besar dan sukar digranulasi)

b) Menghasilkan granul yang keras tetapi tidak mengeras pada

penyimpanan

c) Kelemahan: dapat terkontaminasi mikroba

d) Kadang ditambah lubrikan cair PEG 6000 untuk membantu

pencetakan tablet dan disintegrasi tablet

7) PVP

a) Nama dagang: Kollidon atau Plasdon

Page 43: Laporan tekfar 2

43

b) Inert, larut air dan alkohol, digunakan dalam konsentrasi 3-15%,

sedikit higroskopis, tidak mengeras selama penyimpanan (baik untuk

tablet kunyah)

c) Tablet efervesen bisa dibuat menggunakan PVP dalam etanol

anhidrat. Jangan menggunakan isopropanol anhidrat karena

meninggalkan bau pada granul.

d) Konsentrasi 5% menghasilkan kompresibilitas yang baik dari serbuk

Natrium bikarbonat dan asam sitrat sehingga tablet bereaksi cepat dan

disolusi cepat.

e) PVP baik untuk tablet kunyah terutama untuk alumunium hidroksida,

Mg(OH)2

8) Selulosa

9) Metil selulosa

a) 1-5% larutan air; larutan 5% menghasilkan kekerasan yang sama

dengan musilago amili

b) Dapat digunakan untuk menggranulasi soluble/insoluble powder;

pengikat yang baik untuk eksipien laktosa, manitol, dan gula

c) Keuntungan: dapat dikompres cepat, tidak mengeras pada

penyimpanan

10) CMC Na

a) 5-15%

b) Inkompatibel dengan Mg, Ca, Al, dan garamnya

Page 44: Laporan tekfar 2

44

c) Menghasilkan granul yang lebih rapuh dari PVP kecenderungan untuk

mengeras; umumnya tablet mempunyai waktu disintegrasi yang lebih

lama

11) Etil selulosa

a) Larutan dalam alkohol. Low grades digunakan sebagai pengikat 2-

10% dalam etanol

b) Dapat digunakan untuk menggranulasi serbuk yang sukar digranulasi:

asetaminofen, kafein, meprobamat, ferofu, arat, dan dapat digunakan

sebagai pengikat non air untuk serbuk yang tidak tahan air seperti

asam askorbat

c) Dapat memperlambat disintegrasi

12) Polivinil alkohol

a) Larut air, mirip akasia tapi tidak terlalu rentan dengan bakteri

b) Membentuk granul yang lebih lunak dari acacia, menghasilkan tablet

yang disintegrasi lebih cepat dan tidak mengeras pada penyimpanan

13) PEG 6000

a) Sebagai pengikat anhidrat, dimana air dan alkohol tidak dapat

digunakan

b) PEG 6000 merupakan padatan putih yang meleleh pada 70-750C dan

mengeras pada 56-630C

14) N-HPC (Nisso-HPC)

Page 45: Laporan tekfar 2

45

a) Larut dalam air dan pelarut organik alkohol, propilen glikol, metilen

klorida, aseton dan kloroform. Jika digunakan sebagai pelarut pada

granulasi basah N-HPC dilaruntukan dalam air atau alkohol.

Cara:

Melarutkan dalam air

- N-HPC ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam air sambil

diaduk kuat

- 20-30% air dipanaskan sampai 600C dan N-HPC ditambahkan

perlahan-lahan sambil diaduk. Setelah itu ditambahkan sisa air.

Dengan cara ini pelarutan lebih cepat.

Melaruntukan dalam pelarut organik

4. Flavour

(Lachman Industri)

a. Digunakan untuk tablet kunyah

b. Penambahan pewangi dapat dilakukan dalam keadaan kering, biasanya

sebagai fasa luar, sedangkan yang cair ditambahkan dengan

menyemprotkan ke dalam massa cetak

c. Flavour yang digunakan adalah bentuk flavour oil yang diabsorbsikan

ke adsorben

d. Jumlah yang digunakan maksimal 0,5-0,75%

5. Disintegran

Fungsi        : untuk memecah tablet

Cara pakai : – saat granulasi

Page 46: Laporan tekfar 2

46

                     - sebelum dicetak (paling baik)

a. Starch (amylum)

b. Starch 1500

c. Sodium starch glycolate (primogel, explotab)

1) Pemakaian: 1-20% dengan konsentrasi optimum 4%

2) Explotab tidak dapat sebagai penghancur dalam

3) Mekanisme sama dengan starch secara umum, merupakan starch

termodifikasi sehingga mampu menyerap air 200-300%

4) Waktu disintegrasi ditentukan pula oleh besarnya tekanan

pengempaan

5) Perhatian: pada suhu dan kelembaban yang tinggi dapat memperlama

waktu disintegrasi sehingga memperlambat waktu disolusi

d. Selulosa (selulosa, metilselulosa, CMC, CMC-Na, Avicel, Acdisol)

1) Acdisol merupakan ikatan silang dari CMC-Na dan sangat baik untuk

digunakan sebagai disintegran karena larut air dan memiliki afinitas

yang besar pada air.

2) Acdisol ini digolongkan pada super disintegran. Penggunaan 2-5%.

e. Gums (agar, pectin, tragacant, guar gum)

1) Pemakaian: 1-10%

2) Bukan merupakan disintegran yang baik, karena kapasitas

pengembangannya yang relatif rendah

f. Clays

1) Pemakaian: 2-10%, sifat hilang jika digranulasi

Page 47: Laporan tekfar 2

47

2) Bukan merupakan disintegran yang baik, karena dapat menyebabkan

perubahan warna secara keseluruhan

g. Alginat (asam alginat dan Na-alginat)

1) Pemakaian: 1-5% (asam alginat) atau 2,5-10% (Na-alginat)

2) Memiliki afinitas yang besar terhadap air

6. Lubrikan

Konsentrasi optimum: 1%

Fungsi: sebagai eksipien untuk menghilangkan gesekan/friksi saat pengempaan

dan penarikan tablet ke luar cetakan

Jenis:

a. Water soluble: banyak digunakan untuk tablet larut air seperti

tablet/serbuk effervescent

b. Water insoluble: paling banyak dan digunakan konsentrasi rendah

Mekanisme:

a. Fluid type lubricant

Membentuk lapisan cair antara massa cetak dengan logam cetakan. Dapat

meninggalkan noda pada tablet

b. Boundary type lubricant

Dengan berinteraksi antara gugus polar lubrikan dengan molekul pada

permukaan logam. Tipe ini memiliki adheren terhadap cetakan lebih baik

1) Lubrikan dapat menyebarkan tekanan saat pengempaan dan

meningkatkan bobot jenis partikel secara keseluruhan

Page 48: Laporan tekfar 2

48

2) Semakin kecil ukuran granul, dibutuhkan lubrikan yang semakin

banyak

3) Secara umum lubrikan dapat memperlama waktu hancur tablet dan

menurunkan kecepatan disolusi karena sifatnya yang hidrofob

4) Perhatian: aspirin tidak stabil dengan adanya senyawa alkaline,

misalnya lubrikan alkalin stearat. Penggantinya dapat digunakan talk.

5) Lubrikan carbowax seringkali diberikan dalam bentuk larutan alkohol

6) Ketika lubrikan ditambahkan saat granulasi, mereka akan membentuk

lapisan di sekitar granul sehingga dapat mengurangi kerusakan tablet

setelah dikempa. Pembentukan lapisan ini juga akan menyebabkan

tablet menjadi labih berpori, elastik, mudah melar, dan memberikan

hasil tablet yang lebih besar sehingga tablet mudah pecah

7) Lubrikan seringkali ditambahkan secara kering ketika semuanya telah

homogen, dan dicampur pada 2-5 menit akhir dari total waktu

pencampuran 10-30 menit

8) Metode penambahan lubrikan di akhir (sebagai fasa luar-setelah

granul dibentuk) memberikan hasil yang lebih baik terhadap

kekerasan tablet dan kemudahannya untuk dikeluarkan dibandingkan

dengan metode penambahan lubrikan saat dilakukan granulasi

9) Sebagai lubrikan tunggal, Mg-lauril sulfiat pada konsentrasi yang

lebih rendah dapat dikombinasi dengan Mg-stearat

 

Page 49: Laporan tekfar 2

49

Water soluble lubricant                                   Water insoluble lubricant

Asam borat                        : 1%                    Logam (Mg, Ca, Na) stearat     : ¼-2%

Sodium chloride                  : 5%                       Asam stearat                      : ¼-2%

DL-Leusine                        :1-5%                     Sterofex                             : ¼-2%

Carbowax 4000/6000        : 1-5%                    Talk                                   : 1-5%

Sodium oleat                      : 5%                       Waxes                                : 1-5%

Sodium benzoat                  : 5%                       Stearowet                           : 1-5%

Sodium asetat                     : 5%                   Gliseril behapte : 1-5%                   

dapat pula sebagai pengikat, dapat

dikombinasi dengan Mg-stearat : 1-2%

Sodium benzoat + sodium asetat: 1-5%

7. Glidan

a. Secara umum, fine silica > Mg stearat > talk murni

b. Talk mengandung sejumlah kecil Al silikat dan Fe. Harus hati-hati untuk

zat aktif yang penguraiannya dikatalisis oleh Fe

1) Cab-O-Sil     : 5-10%

2) Corn starch   : 5-10%

3) Aerosil          : 1-3%

4) Talk              : 5%

5) Syloid            : 0,1-0,5%

8. Anti Adheren

a. Yang paling baik adalah yang larut air, dan yang paling efisien adalah DL-

Leusine

Page 50: Laporan tekfar 2

50

b. Biasa digunakan pada produk yang mengandung vitamin E dosis tinggi

karena cenderung terjadi picking

1) Talk                 : 1-5%

2) Logam stearat   : <1%

3) Cab-O-Sil        : 0,1-0,5%

4) Syloid               : 0,1-0,5%

5) Corn starch      : 3-10%

6) DL-Leusine      : 3-10%

7) Na-lauril sulfat: <1%

 

C. PERKEMBANGAN FORMULA TABLET

Pada bagian ini akan diterangkan pembuatan tablet dan permasalahannya.

Karena umumnya bahan disini berasal dari catatan atau pengalaman, maka tidak

ada pustaka pada bagian ini. Bagian ini dibuat untuk pertimbangan pemilihan

metode dan formulasi teoritik, aplikasi formula teoritik, dan penanggulangan

permasalahan yang mungkin terjadi pada pembuatan.

D. MONOGRAFI ZAT AKTIF (PARASETAMOL)

Asetaminofen mengandung tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih dari

101,0 % C8H9N02, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.

Pemerian hablur atau serbuk hablur putih; tidak berbau; rasa pahit.

Page 51: Laporan tekfar 2

51

Kelarutan larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol (95 %) P, dalam 13

bagian aseton P, dalam 40 bagian gliserol P dan dalam 9 bagian propilenglikol P;

larut dalam larutan alkali hidroksida.

Suhu lebur 169 sampai 172 .

Timbal tidak lebih dari 10 bpj.

Susut pengeringan tidak lebih dari 0,5 %.

Sisa pemijaran tidak lebih dari 0,1 %.

Penetapan kadar dilakukan penetapan dengan cara penetapan kadar nitrogen,

menggunakan 300 mg yang ditimbang seksama dan 8 ml asam sulfat bebas

nitrogen P.

1 ml asan sulfat 0,1 N setara dengan 15,116 mg C8H9N02.

Penyimpanan dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.

Khasiat dan penggunaan Analgetikum; antipiretikum.

1. Farmakokinetik

Parasetamol diabsorpsi cepat dalam sempurna melalui saluran cerna.

Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu 0,5 jam dan masa paruh

dalam plasma antara 1 – 3 jam.

Obat ini tersebar ke seluruh cairan tubuh dan dalam plasma sebanyak 20%

akan diikat oleh protein plasma sedangkan metabolismenya berlangsung di hati

oleh enzim mikrosom hati.

Sebagian parasetamol (80%) dikonjugasi dengan asam glukoronat dan

sebagian kecil lainnya dengan asam sulfat. selain itu obat ini juga dapat

mengalami hidroksilasi dimana metabolitnya dapat menimbulkan

Page 52: Laporan tekfar 2

52

methemoglobinemia dan hemolisis eritrosit. Sedangkan eksresinya melalui ginjal,

dimana sebagian kecil sebagai parasetamol dana sebagian besar dalam bentuk

terkonjugasi.

2. Farmakodinamik

Parasetamol merupakan derivate dari para amino fenol yang mempunyai daya

analgesic dan daya antipiretik. Karena daya antiinflamasinya yang sangat lemah

maka tidak digunakan sebagai antireumatik.

Pada pemberian dosis tunggal 10 – 15 gram dapat terjadi nekrosis hati dimana

terjadi peningkatan transaminase serum, dehidrogenase laktat, dan konsentrasi

bilirubin. Kerusakan heap ini dapat berakibat kepada enselopati, koma dan

kematian.

Biasanya parasetamol dikontraindikasikan dengan penderota uang mengalmi

gangguan fungsi hati, serta efek samping dari obat ini adalah dapat menimbulkan

gangguan hematologik ringan dan pemakaian dosis tinggi dapat menimbulkan

nekrosis hati.

3. Volume Media Disolusi

Volume media disolusi tergantung dari kelarutan zat aktif yang akan

ditentukan kecepatan disolusinya. Jika kelarutan suatu zat aktif kecil dan kadarnya

cukup besar dalam suatu sediaan, maka diperlukan media disolusi dalam volume

yang cukup besar. Penjenuhan cairan disolusi sebaiknya dicegah, sebagai acuan

dapat digunakan bahwa volume media disolusi yang digunakan dalam suatu

pengujian disolusi minimal 4 kali lebih besar daripada volume media di mana zat

aktif tersebut dapat larut seluruhnya.

Page 53: Laporan tekfar 2

53

4. Suhu

Suhu dalam wadah disolusi harus dikendalikan secara seksama. Kelarutan zat

aktif tergantung juga pada suhu media, karena itu variasi suhu selama pengujian

harus dihindari. Wadah disolusi biasanya tercelup dalam penangas air yang

dilengkapi dengan termostat. Suhu yang biasa digunakan adalah 37 derajat

Celcius.

5. Lokasi Pengambilan Alikot

Jika suatu sediaan tablet terdesintegrasi menjadi partikel-partikel halus dan

perbedaan bobot jenis antara partikel dan media disolusi cukup kecil, maka

pengambilan alikot dapat dilakukan di mana saja pada wadah disolusi. Menurut

USP XXII pengambilan alikot dilakukan pada suatu titik/tempat tertentu dalam

wadah disolusi yaitu pada posisi antara alat pengaduk (keranjang/dayung) dan

permukaan atas media dan tidak kurang dari 1 cm dari dinding wadah.

6. Lama Pengujian

Lama pengujian tergantung kelarutan zat aktif. Pengujian dilakukan paling

sedikit sampai diperoleh T 80% atau lebih.

7. Waktu Pengambilan Sampel

Waktu pengambilan alikot disesuaikan dengan monografi, biasanya

dicantumkan % terdisolusi dalam waktu tertentu. Untuk mengetahui profil

disolusi zat aktif maka pengambilan sampel harus dilakukan pada rentang waktu

tertentu.

Page 54: Laporan tekfar 2

54

8. Farmakologi

a. Mekanisme kerja

Paracetamol adalah derivate p-aminofenol yang mempunyai sifat

antipiretik/analgesic. Sifat antipiretik disebabkan oleh gugus aminobenzen dan

mekanismenya diduga berdasarkan efek sentral, yang bekerja berdasarkan

rangsangan terhadap pusat pengatur kalor di hypothalamus, yang mengakibatkan

vasodilatasi perifer (dikulit) dengan bertambahnya pengeluaran dan disertai

keluarnya banyak keringat. Sifat analgesic paracetamol dapat menghilangkan rasa

nyeri ringan sampai sedang, seingga meningkatkan nilai ambang rangsang, kalau

nilai ambang meningkat impuls nyeri dihambat. Sifat antiinflamasinya sangat

lemah sehingga tidak digunakan sebagai antirematik. Pada penggunaan per oral

paracetamol diserap dengan cepat melalui saluran cerna.

b. Indikasi

Nyeri ringan sampai sedang (termasuk sakit kepala, mialgia, keluhan

sesudah imunisasi, dan keluhan sesudah tonsilektomi), serta menurunkan demam

yang menyertai infeksi bakteri dan virus.

c. Kontra Indikasi

Tidak dianjurkan untuk pasien dengan kelainan fungsi hati dan ginjal.

d. Efek Samping

Reaksi hipersensitivitas dan kelainan darah. Pada penggunaan kronik dari

3-4 g sehari dapat terjadi kerusakan hati. Dosis di atas 6 g menyebabkan nekrosis

hati yang tidak reversible.

e. Over Dosis

Page 55: Laporan tekfar 2

55

6-10 gram paracetamol sekaligus dapat menimbulkan kerusakan hati yang

fatal. Penelitian mutakhir menunjukan bahwa N-acetylcysteine dipakai sebagai

antidotum.

Tanda dan gejala Awal : mual, muntah dan malaise (beberapa penderita

mungkin asimptomatik). Kemudian, terjadinya kelainan klinis dan labiratorium

hepatotoksik (muntah, nyeri perut kanan atas , meningkatnay SGOT, SGPT,

serum bilirubin, dan waktu protrombin, dan mungkin hipoglikemia) mungkin

belum akan tampak dalam 48-72 jam.

Pengobatan : segera keluarkan isi lambung degan rangsangan muntah atau

lavage lambung, jangan menggunakan karbon aktif. Periksa kadar asetaminofen

didalam serum secepat mungkin, namun jangan sebelum 4 jam setelah menelan

obat. Segera periksa fungsi hati dan diulangi setiap 24 jam. Acetylcysteine harus

diberikan secepat mungkin.

f. Interaksi

Pada dosis tinggi dapat memperkuat efek antikoagulansia, pada dosis biasa

tidak interaktif, dapat memperpanjang t ½ kloramfenikol, kombinasi dengan obat

AIDS zidovudin meningkatkan resiko neutropenia.

g. Peringatan dan perhatian

1) Bila setelah 2 hari demam tidak menurun atau setelah 5

hari nyeri tidak menghilang, segera hubungi dokter.

2) Hati-hati penggunaan obat ini pada penderita penyakit

ginjal.

Page 56: Laporan tekfar 2

56

3) Penggunaan obat ini pada penderita yang mengkonsumsi

alcohol dapat meningkatkan resiko kerusakan fungsi hati.

4) Hentikan pengobatan jika terjadi kemerahan pada kulit

atau rasa sakit/panas menetap lebih dari tujuh hari.

h. Dosis

Untuk nyeri dan demam oral 2-3 dd 0,5 – 1 g, max 4 g/hari. Pada

penggunaan kronis max 2,5 g/hari. Anak-anak 4-6 dd 10 mg/kg, yakni rata-rata

usia 3-12 bulan 60 mg, 1-4 tahun 120-180 mg, 4-6 tahun 180 mg, 7-12 tahun 240

– 360 mg, 4-6 x sehari.

E. PREFORMULASI

Paracetamol Larutan oral paracetamol Sumber: Farmakope Indonesia edisi IV

Depkes RI Larutan oral paracetamol mengandung paracetamol C6H9NO2, tidak

kurang dari90, 0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumah yang tertera pada

etiket, pH antara 3,8dan 6,1.Kadar etanol: metode II bila asam, mengandung

antara 90% dan 115,0%C2H5OH dari jumlah yang tertera pada etiket. Lakukan

penetapan mrnggunakan aseton Psebagai baku internal. Penetapan kadar lakukan

penetapan dengan cara kromatografi cair kinerja tinggi seperti yang tertera pada

kromatografi.Fase gerak untuk campuran air ± methanol p (3 : 1) saring dan

udarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut kesesuaian system seperti yang

ttertera padakromatografi.Larutan aku timbang seksama sejumlah parasetamol

BPFI, lakukan dalam fasagerak hingga kadar lebih kurang 0.01 mg/l.Larutan uji

diukur seksama sejumlah volume setara dengan lebih kurang 500 mg paracetamol,

Page 57: Laporan tekfar 2

57

dimasukkan kedalam labu ukur 250 ml, diencerkan dengan fase gerak sampai

tanda berakhir. Pipet 5 ml larutan ini, ke dalam labu ukur 100 ml,

diencerkandengan fase gerak hingga tanda. Disaring larutan menggunakan

penyaring dengan porositas 0,5 µm atau lebih halus 10 ml filtrate pertama

dibuang. Digunakan larutan jernih sebagai larutan uji.Prosedur suntikan secara

terpisah sejumlah volume sama (lebih kurang 10 µL)larutan baku dan larutan uji

ke dalam kromatograf. Ukur respon puncak utama. Hitung jumlah dalam mg

dalam tiap mL larutan oral dengan rumus:

dengan:C : kadar paracetamol BPFI dalam mg per ml larutan bakuV: volume

dalam mL larutan oral yang digunakanR: respon puncak larutan uji dan larutan

bakuWadah dan penyimpanan dalam wadah yang tertutup rapat.

1. Organoleptis.

Bentuk : serbuk hablur 

Warna : putih

Bau : tidak berbau

Rasa : sedikit pahit2.

Kelarutan70 bagian air, 20 bagian air mendidih, 7 ± 10 bagian alcohol, 9

bagian propilenglikol,sangat mudah larut dalam kloroform. Praktis tidak larut

dalam eter, larut dalamlarutan alkali hydrogen3.

pKa : 9,54.

Densitas : 1,263/5

Ksp : 1,4 g/100 mL atau 14 mg/mL (20ºC).

Titik Lebur : 168 ºC.

Page 58: Laporan tekfar 2

58

Titik didih : 500ºC

 

Massa molar : 151,17 g/molStabilitasStabil pada pH 6 dan tidak dalam pH

asam atau dalam kondisi alkaline. Padarentang pH 2 ± 9 energi aktivasi

penguraian paracetamol 73,32 kJ/mol dan reaksihidrolisis minimum pada pH

5 ± 72.

Page 59: Laporan tekfar 2

59

BAB IV

METODOLOGI PERCOBAAN

A. ALAT YANG DIGUNAKAN

- Lumpang dan stamfer

- Kertas perkamen

- Timbangan digital analitik

- Labu ukur

- Kertas saring

- Gelas ukur

- Sarung tangan

- Beker glass

- Ayakan mess 16

- Mesin cetak tablet

- Stopwatch

- Corong

- Piknometer

- Kertas grafik

- Tap volumeter

- Jangka sorong

- Friabilator

- Spektrofotometer UV

- Alat uji disolusi

B. BAHAN YANG DIGUNAKAN

- Serbuk parasetamol

- Amylum

- Mucilago Amylum

- Laktosa

- Talkum

- Larutan NaOH 0,1N

- Dapar pospat

- Aquadest

Page 60: Laporan tekfar 2

60

- Gliserin

1. Formula granul :

Fase dalam :

Paracetamol 125 mg

Amylum 10%

Laktosa qs

Mucilago Amylum 4% qs

Fase luar :

Talkum 2%

Amylum 5%

Bobot tablet 250 mg

Jumlah tablet yang dibuat 100 tablet

2. Perhitungan Bahan :

Fase dalam

Parasetamol bersifat hidrofil maka untuk menghitung pasta pati dipakai

konsentrasin 20%

Pasta Amylum 4% qs = 4% x 20% = 0,8%

Paracetamol = 125/250 x 100% = 50%

Laktosa = 100% - (50%+10%+0,8%+5%+2%+1%) = 100% - 68,8% = 31,2%

Amylum (Fase Dalam) = 10%

Amylum (Fase Luar) = 5%

59

Page 61: Laporan tekfar 2

61

Talkum = 2%

Mg. Stearat = 1%

3. Penimbangan Bahan

Parasetamol = 50% x 25gr = 12,5gr

Laktosa = 31,2% x 25gr = 7,8gr

Amylum = 10% x 25gr = 2,5gr

Mucilago Amylum 4%

Amylum 4gr

Air Dingin 4ml

Air Panas ad 100ml

Berat granul yang siap cetak = 21,3gr

Fase luar ditambahkan ke fase dalam untuk pembuatan masa cetak.

= 100% - (Amylum – Talkum – Mg. Stearat)

= 100% - (5% - 2% - 1%)

= 100% - 8%

= 92%

Amylum 5% = 5/92 x 21,3gr = 1,16gr

Talkum 2% = 2/92 x 21,3gr = 0,46gr

Mg. Stearat 1% = 1/92 x 21,3gr = 0,23gr

C. PEMBUATAN GRANUL

1. Siapkan dan bersihkan alat-alat yang akan digunakan.

Page 62: Laporan tekfar 2

62

2. Timbang semua bahan yang diperlukan.

3. Buat pasta Amylum 4% dengan cara :

Timbang Amylum 4gr, kemudian didispersikan dengan air dingin sebanyak

4ml kemudian kembangkan dengan air panas ad 100ml diatas penangas air,

biarkan mengembang, gerus homogen. Timbang beserta wadahnya.

4. Lakukan pembuatan granulasi basah dengan cara:

Kedalam lumpang masukan fase dalam yang terdiri dari zat aktif dan bahan

tambahan lain, gerus homogen. Kemudian ditambahkan pasta sedikit demi

sedikit sampai terbentuk adonan yang bisa dikepal. Ditimbang berat pasta

beserta wadahnya kembali sehingga dapat dihitung jumlah pengikat yang

digunakan.

5. Adonan tersebut kemudian dimasukan kedalam alat granulator, tampung

granul, kemudian keringkan dilemari pengering pada suhu 50-60ºC selama 8-

12 jam.

6. Setelah dikeringkan granul di ayak kembali melalui ayakan mesh 16 dan

ditimbang.

7. Lakukan evaluasi granul.

D. EVALUASI GRANUL

1. Bulk Density (alat tap volumeter)

a. Kalibrasi tap volumeter dengan cara, pasang alat tap volumeter dalam

keadaan kosong, hitung jumlah hentakan dalam satu menit, kemudian

lakukan pengujian bulk density.

Page 63: Laporan tekfar 2

63

b. Bulk density untapped (bobot jenis tanpa hentakan/density nyata)

sebanyak 30 g serbuk (Wo) dimasukkan kedalam gelas ukur 250 ml,

dicatat volumenya (Vo). Density nyata (ρ nyata) dapat dihitung dengan

persamaan :

ρ nyata=

c. Bulk Density tapped (bobot jenis setelah hentakan/density mampat)

Sebanyak 100 gram serbuk (W) dimasukan kedalm gelas ukur 250 ml,

kemudian diberi ketukan sebanyak 1250 kali, dicatat volumenya (Vt1).

kemudian diulangi pengetukkannya sebanya 1250 kali, dicatat volumenya

(Vt2) jika Vt1 dan Vt2 tidak lebih dari 2 ml, maka dipakai Vt1. Density

mampat (ρ mampat) dapat dihitung dengan persamaan :

ρ mampat=

d. Density benar

Density benar (ρ) dilakukan dengan menggunakan piknometer.

piknometer kosong yang telah diketahui volumenya (a), ditimbang (b),

kemudian diisi dengan parafin liquid dan ditimbang (c). Density benar

dapat dihitung dengan persamaan :

ρ =

selanjutnya sebanyak 2 g serbuk dimasukkan ke dalam piknometer

tersebut dan ditimbang beratnya (d), kemudian kedalamnya ditambahkan

Page 64: Laporan tekfar 2

64

parafin liquid sampai kira-kira setengahnya, kemudian ditutup dan

dibiarkan selama 15 menit sambil digoyang-goyang. Setelah itu

ditambahkan parafin liquid hingga piknometer penuh, ditutup dan

ditimbang beratnya (e). Density (ρ benar) dihitung dengan persamaan :

ρ benar = x ρ

dari data diatas maka dapat dihitung :

e. Faktor Hausner

faktor hausner (FH) merupakan perbandidngan antara density mamapat

dengan density nyata, dapat dihitung dengan persamaan :

FH =

f. Kompresibilitas

kompresibilitas (Kp) dapat dihitung dengan persamaan :

Kp = x 100%

g. Porositas

porositas dapat dihitung dengan persamaan :

E = 1- x 100%

2. Pengukuran kecepatan aliran serbuk

Page 65: Laporan tekfar 2

65

a. Timbang serbuk sebanyak 21,3gr dan dimasukkan kedalam corong yang

bagian bawahnya ditutup dengan jari.

b. Pada saat yang bersamaan buka tutup corong dan hidupkan stopwatch.

c. Catat wakyu yang diperlukan untuk mengalirkan serbuk tersebut melalui

corong dengan bebas.

d. Kecepatan aliran serbuk dapat dihitung dengan perbandingan berat serbuk

persatuan waktu pengaliran (gram/detik) dengan rumus sebagai berikut :

kecepatan pengaliran =

lakukan pengukuran terhadap serbuk tanpa bahan pelincir dan serbuk

dengan bahan pelincir, maka kecepatan pengalirannya dapat dibedakan.

3. Penentuan sudut longsor

a. Timbang serbuk sebanyak 21,3gr dan dimasukkan kedalam corong yang

bagian bawahnya ditutup dengan jari.

b. Pada saat yang bersamaan buka tutup corong kemudian jari dilepaskan dari

mulut corong dana bahan dibiarkan mengalir bebas keatas kertas grafik

yang telah tersedia. Maka akan terjadi timpukan serbuk seperti kerucut.

c. Diukur tinggi tumpukan (h) dan diameter (d) serbuk sehingga jari-jarinya

dapat dihitung (r), maka sudut tumpuknya (ϴ) adlah sudut longsor yang

dapat dihitung dengan cara berikut :

tg ϴ = h/r atau cos ϴ = r/s, dimana s = hipotonus atau sudut tangent sama

dengan tinggi tumpukan dibagi jari-jari tumpukan.

Page 66: Laporan tekfar 2

66

E. PENCETAKAN TABLET

1. Timbang bobot granul secara keseluruhan.

2. Timbang semua fasa luar

3. Masukkan granul dan fasa luar kedalam botol, tutup, lalu putar atau goyang-

goyang botol tersebut secara bersilang agar semua tercampur.

4. Jika sudah tercampur, timbang satu persatu masukkan kedalam mesin cetak,

hitung jumlah tablet yang didapat.

F. EVALUASI TABLET

1. Keseragaman ukuran

a. Percobaan dilakukan terhadap 20 tablet menggunakan alat mikrometer

atau jangka sorong yang bersifat manual.

b. Catat ukuran tabletnya dan ambil nilai rata-ratanya, maka rata-rata tersebut

mewakili ukuran diameter tablet secara keseluruhan.

2. Keseragaman bobot

a. Percobaan dilakukan terhadap 20 tablet.

b. Penimbangan dilakukan dengan menimbang satu persatu tablet sebanyak

20 tablet.

c. Catat data penimbangan dan ambil nilai rata-ratanya, maka rata-rata

tersebut mewakili bobot tablet secara keseluruhan.

Page 67: Laporan tekfar 2

67

d. Ditentukan juga standar deviasi dari data yang didapat dengan cara

berikut:

S =

dimana, S = standar deviasi

X1 = berat tablet dalam gram

X2 = kuadrat deviasi

jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari dua tablet yang masing-

masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari

harga yang ditetapkan kolom A, dan tidak satu tabletpun yang bobotnya

menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan

kolom B. Jika tidak mencukupi 20 tablet, dapat digunakan 10 tablet, tidak

satupun tablet yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata

kolom A, dan tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih besar

dari bobot rata-rata yang ditetapkan kolom B.

Bobot rata-rata Penyimpangan bobot rata-rata dalam %

A B

25 mg atau kurang

26 mg sampai dengan 150 mg

151 mg sampai 300 mg

lebih dari 300 mg

15

10

7,5

5

30

20

15

10

3. Kerapuhan tablet

a. Percobaan dilakukan dengan alat friabilator roche.

Page 68: Laporan tekfar 2

68

b. Kalibrasi alat terlebih dahulu.

c. Ditimbang (W1) dilakukan pemutaran alat sebanyak 100 kali putaran.

Setelah itu tablet dibersihkan lagi dan ditimbang (W2). Nilai kerapuhan

dapat dihitung dengan rumus :

F = x 100%

maka kerapuhan tablet dapat ditentukan, dimana kehilangan yang

dibolehkan adalah kurang dari 0,8% dari berat asal tablet. Tablet yang

besar biasanya kurang mengalami sumbingan tetapi tablet yang tipis dan

berdiameter besar selalu mudah sumbing.

4. Penetapan kadar

a. Percobaan dilakukan terhadap 20 tablet, dimana tablet dibersihkan dari

debu, kemudian Timbang 20 butir tablet, ambil nilai rata-ratanya, gerus,

lalu timbang serbuk setara dengan berat rata-rata 1 tablet.

b. Tambahkan 50 ml NaOH 0,1, encerkan dengan 100 ml air, kocok selama

15 menit.

c. Tambahkan air secukupnya hingga 250 ml, campur, saring.

d. Encerkan 10 ml filtrat dengan air secukupnya hingga 100 ml.

e. Pada 10 ml tambahkan 10 ml NaOH 0,1N, encerkan dengan air

secukupnya hingga 100 ml.

f. Ukur serapan larutan pada maksimum kurang dari 275 nm, A (1%, 1 cm)

pada maksimum lebih kurang 257 nm adalah 715.

Page 69: Laporan tekfar 2

69

Sebelum melakukan penetapan kadar maka perlu dilakukan penetapan

panjang gelombang maksimum parasetamol dalam medium NaOH 0,1N

dan pembuatan kurva kalibrasi parasetamol dalam medium NaOH 0,1N.

5. Desintegrasi

a. Isikan benjana dengan cairan seperti cairan lambung buatan atau cairan

usus buatan sesuai dengan tablet yang diukur waktu hancurnya. Dalam

praktikum ini digunakan air suling.

b. Jumlah cairan ini sedemikian rupa sehingga pada saat keranjang turun

permukaannya tidak tenggelam dalam cairan dan pada saat keranjang ini

masuk, permukaan sebelah bawahnya tidak melebihi permukaan cairan.

c. Larutan yang digunakan diatur suhunya 37°C ± 2°C

d. Isikan tablet yang akan diukur waktu hancurnya satu persatu pada tabung

yang ada, setelah itu kedalam masing-masing tabung dimasukkan pada

cakram yang terbuat dari plastik.

e. Tekan tombol untuk menjalankan alat dan catat waktu pada saat tablet

telah melewati saringan yang terdapat pada setiap tabung kecuali sisa-sisa

tablet yang tidak larut dalam cairan yang digunakan.

f. Untuk tablet biasa, farmakope indonesia membatasinya tidak lebih dari 15

menit.

6. Uji disolusi

a. Metode : Dayung

Medium : Dapar Posfat pH 5,8

Kecepatan : 100 rpm

Page 70: Laporan tekfar 2

70

Xmax : 243 nm

b. Penetapan panjang gelombang maksimum PCT dalam volume disolusi

dapar posfat pH 5,8

c. Pembuatan kurva kalibrasi PCT dalam medium dapar fosfat 5,8

d. Penetapan disolusi / Profil disolusi

1) Wadah diisi dengan air lalu atur suhunya 37°C ± 0,5°C

2) Labu disolusi diisi medium disolusi dapar posfat pH 5,8 sebanyak

900ml dengan suhu 37°C ± 0,5°C.

3) Masukkan tablet ke labu disolusi, putar dayung dengan kecepatan 100

rpm. Larutan didalam labu dipipet sebanyak 5ml pada menit ke 5, 10,

15, 30, 45 dan 60. Tambahkan dapar posfat pH 5,8 ad 25ml pada tiap

hasil pemipetan.

4) Pada setiap pemipetan, larutan dalam labu diganti dengan medium

disolusi dengan volume dan suhu yang sama saat pemipetan.

5) Larutan yang telah dipipet dari medium disolusi tadi diukur

serapannya pada panjang gelombang serapan maksimum.

6) Hitung kadarnya dengan bantuan kurva kalibrasi.

Page 71: Laporan tekfar 2

71

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PEMBUATAN GARNUL

Berat wadah kosong = 61,7 gram

Berat wadah + muchilago amylum = 141,3 gram (sebelum granulasi)

Berat muchilago awal = 79,6 gram

Berat wadah + muchilago amylum = 130,0 gram (setelah granulasi)

Berat muchilago akhir = 69,2 gram

Berat muchilago terpakai = 10,4 gram

B. EVALUASI GRANUL

1. Bulk Density

a. Kalibrasi Tap Volumeter

Page 72: Laporan tekfar 2

72

Waktu 1 menit = 70 hentakan

Waktu 17,8 menit = 1250 hentakan

b. Bulk density untapped

Ρ nyata = Wo / Vo

= 21,3 / 53 mL

= 0,402 gram/mL

c. Bulk density tapped

P mampat = W/Vt1 , Dipakai Vt1, karena seliisih Vt1-Vt2 tidak lebih dari 2

Diperoleh data:

Vt1 = 42ml

Vt2 = 41ml

Vt1 - Vt2 = 42 - 41 = 1ml, 1 < 2

Pmampat = 21,3 gram / 42 ml = 0,507 gram/ml

d. Density benar

Diperoleh data :

a = 10ml

b = 11,85 gr

c = 20,7 gr

d = 12,85 gr

e = 21,3 gr

P = c – b / a

= 20,7gr – 11,85gr / 10ml

= 0,885 gr/ml

Page 73: Laporan tekfar 2

73

Pbenar = d – b . x 0,885 (d - b) + (c - e)

= 12,85 – 11,85 . x 0,885 (12,85 – 11,85) + (20,7 – 21,3)

= 1 x 0,885 1 + 0,6

= 1 x 0,885 0,4

= 2,213 gr/ml

e. Faktor Hausner

FH = Kp = Pmampat = 0,507gr/ml = 1,262 (Sifat Alir buruk) Pnyata 0,402gr/ml

f. Kompresibilitas

Kp = Pmampat - Pnyata x 100% Pmampat

Kp = 0,507gr/ml – 0,402gr/ml x 100% 0,507 gr/ml

Kp = 20,71% (Kompresibilitas agak jelek)

g. Porositas

E = 1- Pnyata x 100% Pbenar

= 1- 0,402gr/ml x 100% 2,213gr/ml

= (1-0,182) x 100%

= 81,8% (Porositas Jelek)

2. Kecepatan Alir

Page 74: Laporan tekfar 2

74

Diperoleh data: W = 21,3 gram

t1 = 3, 33 detik

t2 = 3,50 detik

t3 = 3,20 detik

trata-rata = 3,33 + 3,50 + 3,20 = 3,34 detik 3

Kecepatan Pengaliran = W t

= 21,3 gram 3,34 detik

= 6,377 gr/detik

3. Sudut Longsor

Diperoleh data: W = 21,3 gram

h1 = 2,1 detik

h2 = 2,1 detik

h3 = 2,1 detik

hrata-rata = 2,1 + 2,1 + 2,1 = 2,1 detik 3

I II III

d1

d2

d3

d4

7,5 cm

8 cm

7,5 cm

8 cm

7,5 cm

8 cm

7,5 cm

8 cm

8 cm

7,5 cm

7,5 cm

8 cm

∑ 31 cm 31 cm 31 cm

đ 7,75 cm 7,75 cm 7,75 cm

r1 = 7,75 cm = 3,875 cm 2

Page 75: Laporan tekfar 2

75

r2 = 7,75 cm = 3,875 cm 2

r3 = 7,75 cm = 3,875 cm 2

trata-rata = 3,875 + 3,875 + 3,875 = 3,875 cm 3

tanƟ = h = 2,1cm . r 3,875 cm

= 0,542

Ɵ = 28,4577

C. EVALUASI TABLET

1. Keseragaman Bobot

No. X (mg) (X - Xrata) mg (X - Xrata)2 mg % Penyimpangan

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

240,9

227,1

240,8

239,1

243,2

237,6

241,9

234,6

239,8

239,3

237,2

236,5

241,3

238,4

235,2

0,565

13,235

0,465

1,235

2,865

2,735

1,565

5,735

0,535

1,035

3,135

3,835

0,965

1,935

5,135

0,319225

175,165225

0,216225

1,525225

8,208225

7,480225

2,449225

32,890225

0,286225

1,071225

9,828225

14,707225

0,931225

3,744225

26,368225

0,2345%

5,8278%

0,19311%

0,5165%

1,1780%

1,1511%

0,6469%

2,4446%

0,2231%

0,4325%

1,3217%

1,6216%

0,3999%

0,8112%

2,1832%

Page 76: Laporan tekfar 2

76

16

17

18

19

20

239

258,8

247,9

244,7

243,4

1,335

18,465

7,565

4,365

3,065

1,782225

340,956225

57,229225

19,053225

9,394225

0,5586%

7,1349%

3,0516%

1,7838%

1,2592%

∑XXrata

4806,8240,335

713,6055

Standar Deviasi = √∑(X-Xrata) 2 = √713,6055 = √37,55818 = 6,12847n - 1 19

Simpangan Baku Relatif = SD . x 100% = 6,12847 . x 100% = 2,54997 %Xrata-rata 240,335

2. Kerapuhan Tablet

W1= 4,7475

W2= 4,1511

F = W1-W2/W1 X 100 %

= 4,7475 – 4,1511 / 4,7475 X 100 %

= 0,5964 / 4,7475 X 100 %

= 12,5624 %

3. Keseragaman ukuran

No Diameter (cm) Tebal (cm)1 0,8 0,4652 0,8 0,4453 0,8 0,4304 0,8 0,4655 0,8 0,4756 0,8 0,4757 0,8 0,4708 0,8 0,4409 0,8 0,440

Page 77: Laporan tekfar 2

77

10 0,8 0,48011 0,8 0,46512 0,8 0,44013 0,8 0,44014 0,8 0,47515 0,8 0,44016 0,8 0,47517 0,8 0,45518 0,8 0,46519 0,8 0,46020 0,8 0,475Ʃ

Rata2160,8

9,1750,45875

Diameter rata – rata = 0,8

Tebal rata-rata = 0,45875

Diameter dan tebal parasetamol memenuhi persyaratan farmakope Indonesia,

yaitu 1⅓ tebal tablet < diameter tablet < 3 kali tebal tablet.

1⅓ tebal tablet = 0,61167 cm

3 kali tebal tablet = 3 x 0,45875 = 1,37625 cm

0,61167 < 0,8 < 1,37625

4. Disintegrasi

No Waktu Hancur1 10,76 menit2 9,08 menit3 9,34 menit4 8,56 menit5 8,27 menit6 11,02 menit

Ke- enam tablet hancur pada waktu 14,26 menit.

5. Profil disolusi

Page 78: Laporan tekfar 2

78

Data hasil penentuan kurva kalibrasi

C (µg/ml) Absorban4 0,2146 0,3368 0,48210 0,53512 0,792

No X Y XY X2 Y2

1 4 0,214 0,856 16 0,0457962 6 0,336 2,016 36 0,1128963 8 0,482 3,856 64 0,2323244 10 0,535 5,53 100 0,2862255 12 0,792 9,504 144 0,627264Ʃ 40 2,359 21,582 360 1,304505

Rata2 8 0,4718 4,3164 72 0,260901b = N. Ʃxy – (Ʃx) (Ʃy) / N (Ʃx2) – (Ʃx)2

= 5.21,582 – (40) (2,359)/ 5 (360) - (40)2

= 107,91 – 94,36/ 1800 – 1600

= 13,55/200

= 0,06775

a = y – bx

= 0,4718 – 0,06435 (8)

= 0,4718 – 0,542

= - 0,0702

Persamaan regresinya → y = -0,0702 + 0,06775x

Page 79: Laporan tekfar 2

79

Penentuan profil Disolusi

t (menit) A (absorban) P (Pengenceran)5 0,196 510 0,584 515 0,703 530 0,244 2545 0,275 2560 0,468 25

Mencari konsentrasi

Menit ke-5

X = y-a/b x pengenceran

= 0,196 – (- 0,0702)/ 0,06775 x 5

= 19,64575 µg/ml = 0,01964575 mg/ml

Dalam 900 ml = 0,01964575 mg/ml x 900 ml = 17,681175 mg

Faktor koreksi = -

% disolusi = 17,681175 mg/ 125 mg x 100 % = 14,14494 % → 14,14 %

Page 80: Laporan tekfar 2

80

Menit ke- 10

X = y-a/b x pengenceran

= 0,584 – (- 0,0702)/ 0,06775 x 5

= 48,2804 µg/ml = 0,0482804 mg/ml

Dalam 900 ml = 0,0482804 mg/ml x 900 ml = 43,45236 mg

Faktor koreksi = 5/900 x 17,681175 mg = 0,09822875 mg

% disolusi = 43,45236 mg + 0,09822875 mg /125 mg x 100 %

= 34,840471 % → 34,84 %

Menit ke- 15

X = y-a/b x pengenceran

= 0,703 – (- 0,0702)/ 0,06775 x 5

= 57,0627 µg/ml = 0,0570627 mg/ml

Dalam 900 ml = 0,0570627 mg/ml x 900 ml = 51,35643 mg

Faktor koreksi = 0,09822875 mg + (5/900x43,45236 mg) = 0,33963075mg

% disolusi = 51,35643 mg + 0,33963075 mg /125 mg x 100 %

= 41,3568486 % → 41,36 %

Menit ke – 30

X = y-a/b x pengenceran

= 0,244 – (- 0,0702)/ 0,06775 x 25

=115,94 µg/ml = 0,11594 mg/ml

Page 81: Laporan tekfar 2

81

Dalam 900 ml = 0,11594 mg/ml x 900 ml = 104,346 mg

Faktor koreksi = 0,33963075 mg + (5/900x51,35643 mg) = 0,62494425mg

% disolusi = 104,346 mg + 0,62494425 mg /125 mg x 100 %

= 83,9767554 % → 83,98 %

Menit ke- 45

X = y-a/b x pengenceran

= 0,275 – (- 0,0702)/ 0,06775 x 25

=128,04428 µg/ml = 0,12804428 mg/ml

Dalam 900 ml = 0,12804428 mg/ml x 900 ml = 115,23985 mg

Faktor koreksi = 0,62494425 mg + (5/900 x 104,346 mg) = 1,20464425mg

% disolusi = 115,23985 mg + 1,20464425 mg /125 mg x 100 %

= 93,1556 % → 93,15 %

Menit ke – 60

X = y-a/b x pengenceran

= 0,468 – (- 0,0702)/ 0,06775 x 25

=199,26199 µg/ml = 0,19926199 mg/ml

Dalam 900 ml = 0,19926199 mg/ml x 900 ml = 179,335791 mg

Faktor koreksi = 1,20464425mg + (5/900x115,23985mg) = 1,84486564mg

% disolusi = 179,335791 mg + 1,84486564 mg/ 125 mg x 100 %

= 144,9445253 % → 144,94 %

Page 82: Laporan tekfar 2

82

Luas I = 1/2 (5 x 14,14) = 35,35II = 1/2 (14,84 + 34,84) = 24,84III = 1/2 (38,48 + 41,36) = 39,92IV = 1/2 ( 41,36 + 83,94) = 62,65V = 1/2 ( 83,94 + 93,16) = 88,55

VI = 1/2 ( 93,16 + 144,94) = 119,05

Ʃ = 370,36

Luas daerah persegi = 60 x 144,94 = 8696,4 cm2

Nilai ED = 370,36/ 8696,4 x 100% = 4,2 %

6. Penetapan Kadar

Data hasil penentuan kurva kalibrasi

C (µg/ml) A (Absorban)

0,008

0,01

0,02

0,04

0,06

0,094

0,106

0,184

0,324

0,456

Perolehan serapan pada λmax = 257 adalah 0,462

Page 83: Laporan tekfar 2

83

Panjang gelombang maksimum paracetamol = 257nm dengan absorban 0,447

Dengan menggunakan kalkulator, maka diperoleh nilai:

a = 0,039611292

b = 6,999590835

r = 0,999649432

y = 0,039611292 + 6,999590835x

Mencari konsentrasi

y = a + bx

0,462 = 0,039611292 + 6,999590835 x

6,999590835 x = 0,422388708

x = 0,422388708 6,99959083

x = 0,060344771 µg/ml = 0,0000060344 mg/ml

Persentase kadar parasetamol dalam tablet = 0,0000060344 mg/ml x 100% 150 mg

Page 84: Laporan tekfar 2

84

= 0,0000402%

D. PEMBAHASAN

Metode yang digunakan dalam pembuatan tablet adalah granulasi basah

dengan bahan aktif parasetamol,diawali dengan pembuatan granul yang

dilanjutkan dengan evaluasi. Adapun alasan pembuatan dengan granulasi basah

adalah untuk memperbaiki daya alir parasetamol. Karena dengan granulasi basah

akan terjadi proses ppengikatan sehingga massa lebih kompak dan mengurangi

kondisi pemisahan massa.

Pengerjaan diawali dengan menimbang masing- masing zat, lalu membuat

muchilago amylum yang bertindak sebagai bahan pengikat. Semua bahan / fase

dalam dicampurkan kedalam lumping dan dihomogenkan, lalu dimasukkan bahan

pengikat sedikit demi sedikit sampai terbentuk massa yang dapat dikepal. Adapun

tujuan memasukkan bahan pengikat sedikit demi sedikit agar didapat massa yang

memiliki kompatibilitas yang baik, karna jika terlalu sedikit memasukkan bahan

pengikat maka massa granul akan terlalu lembek, sulit untuk menyatu, dan jika

dicetak menjadi tablet maka tablet yang dihasilkan akan rapuh. Sedangkan jika

terlalu banyak memasukkan bahan pengikat maka massa granul akan terlalu keras,

dan jika dicetak menjadi tablet maka tablet yang dihasilkan akan sulit hancur

sehingga akan berpengaruh terhadap waktu hancurnya. Setelah terbentuk massa

granul, granul dimasukkan kea lat granulator sehinng terbentuklah pelet, lalu

simpan pelet tersebut dalam lemari pengering pada suhu 40° C dan dalam hal ini

disimpan selama 20 jam. Pengeringan dapat terjadi atas dasar perbedaan sifat

pengeringan nya yang dibedakan antara zat hidrofil dan aerofil. Bahan obat dan

Page 85: Laporan tekfar 2

85

bahan pembantu hidrofil akan larut dalam air dan dan dapat membengkak, dan

juga mampu mengikat air secara absortif atau adsortif dalam ketergantungannya

dalam kelembapan relative udara. Setelah pengeringan umumnya masih

meninggalkan sejumlah air tertentu didalam granulat. Pengeringan bertujuan

untuk menghilangkan cairan dari suatu bahan dengan menggunakan panas, tetapi

granulat tidak boleh terlalu kering sehingga daya ikatnya akan berkurang.

Evaluasi granul terkait akan evaluasi terhadap bulk density tapped, bulk

density untapped, dan density benar. Pengujian bulk density dilakukan dengan

menggunakan alat tap volumeter, untuk pengukuran bulk density untapped alat

tap volumeter dikalibrasi terlebih dahukeseragaman ukuran, kerapuhan tablet,

desintegrasi, profil disolusi serta penetapan kadar. Untuk evaluasi keseragaman

bobot diperoleh hasil bahwa dari 20 tablet yang ditimbang satu per satu diperoleh

hasil bahwa hanya 2 tablet yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya

lebih besar dari harga yang ditetapkan pada kolom A, dan tidak satu tablet pun

yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata nya lebih dari harga yang

ditetapkan kolom B. hal ini berarti tablet yang dicetak memiliki keseragaman

bobot yang memenuhi persyaratan farmakope Indonesia. Begitu juga untuk

evaluasi terhadap keseragaman ukuran tablet diperoleh hasil bahwa diameter rata-

rata tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 tablet, yaitu

diameternya 0, 8 cm dan ketebalan tablet 0,45875 cm. hal ini juga berarti bahwa

tablet ynag dicetak memenuhi persyaratan farmakope Indonesia edisi III terkait

akan keseragaman ukuran tablet.

Page 86: Laporan tekfar 2

86

Pada uji waktu hancur tablet (desintegrasi), ke-enam sampel tablet yang diuji

waktu hancurnya memiliki waktu hancur permulaan yang berbeda yaitu 10,76

menit, 9,08 menit, 9,34 menit, 8,56 menit, 8,27 menit, dan 11, 02 menit.

Meskipun, ke-enam tablet tersebut hancur untuk pertama kalinya dengan waktu

yang berbeda tetapi keenam tablet tersebut hancur total pada waktu 14,26 menit.

Dan menurut farmakope Indonesia bahwa untuk tablet biasa, waktu hancurnya

tidak lebih dari 15 menit. Hal ini berarti tablet yang dicetak memenuhi

persyaratan farmakope Indonesia akan waktu hancur.

Dalam hal evaluasi terhadap kerapuhan tablet, hasil praktikum menunjukan

bahwa nilai kerapuhan atau persyaratan nilai kerapuhan, bahwa menurut ilmu

resep (2009) kehilangan berat yang masih diperbolehkan adalah 0,8 %. Jadi, tablet

yang dicetak memiliki nilai kerapuhan yang tidak memenuhi persyaratan.

Friabilitas (kerenyahan) merupakan salah satu cara untuk mengukur kekuatan

tablet, yang mana lebih didefinisikan sebagai daya tahan tablet atas guncangan

mekanik dari lingkungan produksi maupun alatnya. Tablet yang mudah menjadi

bubuk, menyerpih dan pecah-pecah pada penangannya, akan kehilangan estetika

serta konsumen enggan menerimanya, dan dapat menimbulkan pengotoran pada

tempat/wadah juga dapat menimbulkan variasi pada berat dan keseragaman isi

tablet.

Kerenyahan tablet dapat dipengaruhi oleh bentuk punch yang digunakan dan

kadar/kandungan air dari granul dan produk akhir. Bila punch cembung (terlebih

lagi yang sangat cembung) digunakan dalam pembuatan tablet, apalagi kondisinya

kurang baik atau tepi permukaannya sudah aus, maka tablet yang dihasilkan akan

Page 87: Laporan tekfar 2

87

berumbai pada tepinya. Tablet seperti ini derajat/harga friabilitasnya akan lebih

tinggi daripada normal, karena jumbai-jumbai itu akan dilepaskan pada waktu

pengujian.

Dari segi kandungan air dari granul dan produk akhir, seringkali kandungan

air/ kelembapannya rendah tetapi masih dalam batasan yang dapat diterima dapat

berfungsi sebagai pengikat. Granul yang sangat kering dan hanya mengandung

sekali persentase kelembapan, sering menghasilkan lebih banyak tablet renyah

daripada granul yang kadar kelembapannya 2 sampai 4 %. Karena itulah sangat

membuat tablet sejumlah zat yang dapat dihidrolisis tetapi stabil secara kimia.

Juga dilakukan uji disolusi dan penetapan kadar. Uji disolusi bertujuan untuk

mengetahui banyaknya zat yang terdisolusi dalam waktu tertentu. Uji disolusi kali

ini menggunakan metode dayung dengan menggunakan medium dapar posfat pH

5,0 pada kecepatan 100 rpm. Pengukuran absorbannya pada ג max / panjang

gelombang maksimum 243nm. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa persentase

disolusi berturut – turut dari menit ke-5, menit ke- 10, menit ke – 15, menit ke-

30, menit ke- 45, menit ke- 60 adlah 14,4 %, 34,84%, 41,36%, 83,98%,

93,16%, dan 144,94%. Menurut NF 22 bahwa rentang kadar paracetamol untuk

uji disolusi adalah > 75 5 dalam waktu 60 menit dengan kecepatan 100 rpm. Pada

menit ke – 5, menit ke-10, menit ke- 15 menunjukkan persentase disolusinya tidak

memenuhi persyaratan penerimaan tahap S1, dimana hasilnya kurang dari Q+5%

(75%+5%= 80%). Sedangkan pada menit ke- 30, menit ke- 45, menit ke- 60

menunjukkan bahwa persentase disolusinya memenuhi persyaratan/ criteria

Page 88: Laporan tekfar 2

88

penerimaan tahap S1, yang menyatakan bahwa criteria penerimaan S1 tiap unit

sediaan tidak kurang dari Q+5% (75%+5% = 80%).

Penetapan kadar parasetamol dilakukan dengan metode spektrofotometri

dengan menggunakan spektrofotometer uv/vesible, dimana kadar diukur pada

panjang gelombang maksimum 257 nm. Dengan menggunakan persamaan regresi,

diperoleh persentase kadar parasetamol dalam tablet adalah 40,229847%. Hal ini

tidak sesuai dengan yang disyaratkan farmakope Indonesia edisi III, bahwa tablet

parasetamol mengandung parasetamol C8H9NO2 tidak kurang dari 95,0 % dan

tidak lebih dari 105% dari jumlah yang tertera pada etiket. Hal tersebut

dimungkinkan disebabkan oleh pencampuran yang kurang baik. Karena

pengerjaannya dilakukan secara manual yaitu dengan menggunakan tangan

sehingga ada kemungkinan pada saat mencampur/proses pencampuran zat aktif

tidak terdistribusi homogeny (tidak bercampur merata) sehingga kadar yang

diperoleh tidak memenuhi persyaratan farmakope Indonesia edisi III.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan dari granul yang

dibuat bahwa:

Page 89: Laporan tekfar 2

89

Memerlukan bahan pengikat sebanyak 10,4 gram

Nilai faktor hausner 1,262% (termasuk kategori sifat alir buruk)

Nilai kompresibilitas 20,71% (kategori agak baik)

Nilai porositas 81,8 % (kategori jelek/buruk)

Kecepatan pengaliran membutuhkan waktu 6,377 gram/detik

Sudut longsornya 28,4577 (kategori kemampuan/sifat alirnya baik)

Selanjutnya diperoleh :

Tablet yang tercetak sebanyak 88 tablet

Uji keseragaman bobot memenuhi persyaratan yang telah

ditetapkan oleh farmakope Indonesia edisi III

Uji keseragaman ukuran memenuhi persyaratan farmakope

Indonesia III

Uji kerapuhan tablet tidak memenuhi persyaratan, dimana

persentase kandungan berat lebih dari 0,8 % yaitu 12,5624 %

sehingga tablet yang dicetak termasuk dalam kategori nilai

kerapuhan jelek.

Waktu hancur tablet yang diperoleh adalah 14,26 menit,

dikategorikan memenuhi persyaratan farmakope Indonesia.

Profil disolusinya pada waktu/menit ke-30, menit ke-45, menit ke-

60 yang menunjukkan hasil yang sesuai dengan kriteria

penerimaan.

Penetapan kadar yang dilakukan menunjukkan bahwa kadar

parasetamol pada tiap tablet memenuhi persyaratan farmakope

88

Page 90: Laporan tekfar 2

90

Indonesia.

B. SARAN

Dalam melakukan praktikum ini sangat diperlukan kehati-hatian dan

ketelitian dalam hal pengerjaan dan perhitungan hasil-hasil yang diperoleh serta

penggunaan alat-alat yang dalam kondisi baik sehingga mendapatkan hasil yang

sesuai dengan literatur yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta: Departemen kesehatan

Republik Indonesia.

Anonim. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan

Republik Indonesia.

Page 91: Laporan tekfar 2

91

Anonim. 2007. Farmakologi dan Terapi, edisi kelima. Jakarta: Departemen

Kesehatan Republik Indonesia.

Anwar, Effionora. 2012. Eksipien Dalam Sediaan Farmasi Karakterisasi dan

Aplikasi. Jakarta: Dian Rakyat.

Ansel, Howard C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, edisi keempat.

Jakarta : Universitas Indonesia.

Halim, Auzal. 2012. Farmasi Fisik Pulva Enggineercing. Padang : Andalas

University Press.

Lachman, Leon.,. Herbert AL., dan Joseph Lk. 2008. Teori dan Praktek Farmasi

Industri II edisi ketiga. Jakarta : Universitas Andalas.

Rowe, RC., Sheskey PJ., Quinn Me. 2009. Handbook of Pharmaceutical

Excipients Sixth Edition. London : Pharmaceutical Press.

Siregar, Charles JP dan Saleh Wikarsa. 2010. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet

Dasar dan Praktis. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Syamsuni. 2006. Ilmu Resep. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

The United States Pharmacopial Convention. 2004. United States Pharmacope

XXVII. London: United States Pharmacopial Inc.

Voigt, Rudolf. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta : Gajah

Mada University press.

Page 92: Laporan tekfar 2

92

Etiket dan brosur

* Etiket

komposisi :Tiap tablet mengandung parasetamol 125 mg

SANIMOL® Dosis : dewasa : 3-4x sehari 1-2 tabletAnak 2-5 th : 3-4 x sehari 1/4-1/2 tablet6-12 th : 3-4 x sehari ½-1 tablet

Page 93: Laporan tekfar 2

93

No. Reg: DBL 1300100110A1Batch: 011T1305001EX DATE: JUNI 2018

: Mei 2013

Indikasi : menghilangkan demam, menghilangkan rasa nyeri,sakit kepala, migrain.

simpan ditempat sejuk dan terlindung dari cahaya

Brosur

KomposisiTiap tablet mengandung Parasetamol 125 mg

FarmakologiBekerja sebagai analgesic - antipiretik, menghilangkan

Page 94: Laporan tekfar 2

94

rasa nyeri sedang sampai ringan

Indikasimenghilangkan demam, menghilangkan rasa nyeri, sakit kepala, migrain.

Kontra IndikasiDisfungsi ginjal atau hati

Efek SsampingEritem dan urtikaria, gejala yang lebih berat berupa demam dan lesi pada mukosa. Penggunan analgesik dosis besar secara menahun dapat menyebabkan nefropati analgetik.

DosisDewasa : 3-4x sehari 1-2 tabletAnak 2-5 th : 3-4 x sehari 1/4-1/2 tablet6-12 th : 3-4 x sehari ½-1 tablet

simpan ditempat sejuk dan terlindung dari cahaya

No. Reg: DBL 1300100110A1Batch: 011T1305001EX DATE: JUNI 2018

DIPRODUKSI OLEHPT. SANIA LINKA FARMA

PADANG-INDONESIA