laporan modul 2
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Prinsip Percobaan
Berdasarkan penanganan hewan coba dengan cara mengambil hewan coba untuk
diberi perlakuan.
1.2. Tujuan Percobaan
1. Agar mahasiswa dapat menangani hewan-hewan percobaan,yaitu mencit dan tikus.
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui sifat-sifat hewan percobaan.
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui cara menangani hewan percobaan secara
manusiawi serta fakor – faktor yang mempengaruhi responnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Cara Pembuatan Obat
Rute pemberian obat menentukan jumlah dan kecepatan obat yang masuk
kedalam tubuh, sehingga merupakan penentu keberhasilan terapi atau kemungkinan
timbulnya efek yang merugikan. Salah satu tahap penelitian obat atau alat baru
adalah bahwa zat atau alat tersebut sebelum diujikan pada manusia harus diujikan
terlebih dahulu pada hewan percobaan. Hewan percobaan yang banyak digunakan
adalah mencit dan tikus putih karena kedua hewan ini mudah diperoleh dalam jumlah
banyak, mempunyai respon yang cepat, memberikan gambaran secara ilmiah yang
mungkin terjadi pada manusia, dan harganya relative lebih murah.
Dalam melakukan suatu penelitian, dibutuhkan suatu hewan percobaan. Salah
satu hewan percobaan yang sering digunakan adalah mencit (Mus musculus). Mencit
banyak digunakan dalam berbagai bidang penelitian ilmiah. Morfologi mencit yang
kecil tampak praktis sehingga dalam ruangan yang relative kecil dapat dipelihara
atau digunakan untuk penelitian dalam jumlah banyak.
Absorpsi merupakan proses penyerapan obat dari tempat pemberian,
menyangkut jumlah obat dalam prosentase dari dosis yang ditransfer dari tempat
pemberian ke sirkulasi sistemik, dalam bentuk utuh atau metabolitnya. Unuk dapat
menimbulkan efek famakologis yang diinginkan, obat harus dapat diabsorpsi dengan
baik. Tergantung dari tujuan, sifat obat dan kondisi penderita, pemberian obat dapat
dilakukann melalui berbagai cara, diantara nya adalah per oral dan parenteral. Salah
satu perbedaan keefektifan obat yang mungkin muncul disebabkan oleh karena
adanya perbedaan cara pemberian atau rute pemberian yang berkaitan dengan
kecepatan absorpsinya.
2.2. Mekanisme absorpsi obat dalam berbagai rute pemberian
a. Jalur Enternal
Jalur enteral berarti pemberian obat melalui saluran gastrointestinal (GI),
seperti pemberian obat melalui sublingual, bukal, rektal, dan oral. Pemberian
melalui oral merupakanjalur pemberianobat paling banyak digunakankarena paling
murah, paling mudah, dan paling aman. Kerugian dari pemberian melalui jalur
enternal adalah absorpsinya lambat, tidak dapat diberikan pada pasien yang tidak
sadar atau tidak dapat menelan. Kebanyakan obat diberikan melalui jalur ini, selain
alasan di atas juga alasan kepraktisan dan tidak menimbulkan rasa sakit. Bahkan
dianjurkan jika obat dapat diberikan melalui jalur ini dan untuk kepentingan
emergensi (obat segera berefek), obat harus diberikan secara enteral.
Rute Enteral diantaranya :
1. Oral
Obat yang cara penggunaannya masuk melalui mulut. Keuntungannya relatif
aman, praktis, ekonomis. Kerugiannya timbul efek lambat; tidak bermanfaat
untuk pasien yang sering muntah, diare, tidak sadar, tidak kooperatif; untuk
obat iritatif dan rasa tidak enak penggunaannya terbatas; obat yang
inaktif/terurai oleh cairan lambung/ usus tidak bermanfaat (penisilin G,
insulin); obat absorpsi tidak teratur. Untuk tujuan terapi serta efek sistematik
yang dikehendaki, penggunaan oral adalah yang paling menyenangkan dan
murah, serta umumnya paling aman. Hanya beberapa obat yang mengalami
perusakan oleh cairan lambung atau usus. Pada keadaan pasien muntah-
muntah, koma, atau dikehendaki onset yang cepat, penggunaan obat melalui
oral tidak dapat dipakai.
2. Sublingual
Cara penggunaannya, obat ditaruh dibawah lidah. Tujuannya supaya efeknya
lebih cepat karena pembuluh darah bawah lidah merupakan pusat sakit. Misal
pada kasus pasien jantung. Keuntungan cara ini efek obat cepat serta kerusakan
obat di saluran cerna dan metabolisme di dinding usus dan hati dapat dihindari
(tidak lewat vena porta)
3. Rektal
Cara penggunaannya melalui dubur atau anus. Tujuannya mempercepat kerja
obat serta sifatnya lokal dan sistemik. Obat oral sulit/tidak dapat dilakukan
karena iritasi lambung, terurai di lambung, terjadi efek lintas pertama. Contoh,
asetosal, parasetamol, indometasin, teofilin, barbiturat.
4. Pervaginam
Bentuknya hampir sama dengan obat rektal, dimasukkan ke vagina, langsung
ke pusat sasar. Misal untuk keputihan atau jamur.
b. Jalur Parenteral
Parenteral berarti tidak melalui enteral. Termasuk jalur parenteral adalah
transdermal (topikal), injeksi, endotrakeal (pemberian obat ke dalam trakea
menggunakan endotrakeal tube), dan inhalasi. Pemberian obat melalui jalur ini
dapat menimbulkan efek sistemik atau lokal. Digunakan tanpa melalui mulut, atau
dapat dikatakan obat dimasukkan de dalam tubuh selain saluran cerna. Tujuannya
tanpa melalui saluran pencernaan dan langsung ke pembuluh darah. Misal
suntikan atau insulin. Efeknya biar langsung sampai sasaran. Keuntungannya
yaitu dapat untuk pasien yang tidak sadar, sering muntah, diare, yang sulit
menelan/pasien yang tidak kooperatif; dapat untuk obat yang mengiritasi
lambung; dapat menghindari kerusakan obat di saluran cerna dan hati; bekerja
cepat dan dosis ekonomis. Kelemahannya yaitu kurang aman, tidak disukai
pasien, berbahaya (suntikan – infeksi).
Istilah injeksi termasuk semua bentuk obat yang digunakan secara parentral,
termasuk infus. Injeksi dapat berupa larutan, suspensi, atau emulsi. Apabila
obatnya tidak stabil dalam cairan, maka dibuat dalam bentuk kering. Bila mau
dipakai baru ditambah aqua steril untuk memperoleh larutan atau suspensi injeksi.
Yang termasuk rute parenteral, yaitu :
1. Intravena, masuk melalui pembuluh darah balik (vena), memberikan efek
sistematik
2. Intrakardia, menembus jantung, memberi efek sistemik
3. Intrakutan, menembus kulit, memberi efek sistemik
4. Subkutan,dibawah kulit, memberi efek sistemik
5. Intramuskular, menembus otot daging, memberi efek sistemik
2.3. Keuntungan dan kerugian dari masing-masing jalur pemberian obat
Tabel 1. Keuntungan dan Kerugian dari Masing-masing Jalur Pemberian Obat.
Dskripsi Keuntunagn Kerugian
Aerosal
Partikel halus atau
tetesan yang dihirup
Langsung masuk ke
paru-paru
Irtasi pada mukosa paru-
paru atau saluran
pernafasan, memerlukan
alat khusus, pasien harus
sadar.
Bukal
Obat diletakkan
diantara pipi dengan
gusi
Obat diabsorpsi
menembus membran
Tidak sukar, tidak
perlu steril, dan
efeknya cepat
Tidak dapat untuk obat
yang rasanya tidak enak,
dapat terjadi iritasi di mulut,
pasien harus sadar, dan
hanya bermanfaat untuk
obat yang sangat non polar
Inhalasi Pemberian dapat Hanya berguna untuk obat
Obat bentuk gas
diinhalasi
terus menerus
walaupun pasien
tidak sadar
yang dapat berbentuk gas
pada suhu kamar, dapat
terjadi iritasi saluran
pernafasan
Intramuskular
Obat dimasukkan
kedalam vena
Absorbsi cepat,
dapat di berikan
pada pasien sadar
atau tidak sadar
Perlu prosedur steril, sakit,
dapat terjadi infeksi di
tempat injeksi
Intravena
Obat dimasukkan ke
dalam vena
Obat cepat masuk
dan bioavailabilitas
100%
Perlu prosedur steriil, sakit,
dapat terjadi iritasi di
tempat injeksi, resiko
terjadi kadar obat yang
tinggi kalau diberikan
terlalu cepat.
Oral
Obat ditelan dan
diabsorpsi di
lambung atau usus
halus
Mudah, ekonomis,
tidak perlu steril
Rasa yang tidak enak dapat
mengurangi kepatuhan,
kemungkinan dapat
menimbulkan iritasi usus
dan lambung, menginduksi
mual dan pasien harus
dalam keadaan sadar. Obat
dapat mengalami
metabolisme lintas pertama
dan absorbsi dapat
tergganggu dengan adanya
makanan
Subkutan
Obat diinjeksikan
dibawah kulit
Pasien dapat dalam
kondisi sadar atau
tidak sadar
Perlu prosedur steril, sakit
dapat terjadi iritasi lokal di
tempat injeksi
Sublingual Mudah, tidak perlu Tidak dapat untuk obat
Obat terlarut
dibawah lidah dan
diabsorpsi
menembus membran
steril dan obat cepat
masuk ke sirkulasi
sistemik
yang rasanya tidak
ennak,dapat terjadi iritasi di
mulut, pasien harus sadar,
dan hanya bermanfaat untuk
obat yang sangat larut
lemak
Transdermal
Obat diabsorpsi
menembus kulit
Obat dapat
menembus kulit
secara kontinyu,
tidak perlu steril,
obat dapat langsung
ke pembuluh darah
Hanya efektif untuk zat
yang sangat larut lemak,
iritasi lokal dapat terjadi
2.4. Cara pemberian obat yang lain
a. Inhalasi
Penggunaannya dengan cara disemprot (ke mulut). Misal obat asma.
Keuntungannya yaitu absorpsi terjadi cepat dan homogen, kadar obat dapat
dikontrol, terhindar dari efek lintas pertama, dapat diberikan langsung pada
bronkus. Kerugiannya yaitu, diperlukan alat dan metoda khusus, sukar mengatur
dosis, sering mengiritasi epitel paru – sekresi saluran nafas, toksisitas pada jantung.
Dalam inhalasi, obat dalam keadaan gas atau uap yang akan diabsorpsi sangat cepat
melalui alveoli paru-paru dan membran mukosa pada perjalanan pernafasan.
b. Topikal/lokal
Obat yang sifatnya lokal. Misal tetes mata, tetes telinga, salep.
c. Suntikan
Diberikan bila obat tidak diabsorpsi di saluran cerna serta dibutuhkan kerja cepat.
Cara pemberian obat yang paling umum dilakukan adalah pemberian obat per
oral, karena mudah, aman, dan murah. Pada pemberian secara oral, sebelum oba masuk
ke peredaran darah dan didistribusikan ke seluruh tubuh, terlebih dahulu harus
mengalami absorbsi pada saluran cerna.
Kerugian pemberian per oral adalah banyak faktor dapat mempengaruhi
bioavaibilitas obat. Karena ada obat-obat yang tidak semua yang diabsorpsi dari tempat
pemberian akan mencapai sirkulasi sistemik. Sebagian akan dimetabolisme oleh enzim di
dinding usus dan atau di hati pada lintasan pertamanya melalui organ-organ tersebut
(metabolisme atau eliminasi lintas pertama). Eliminasi lintas pertama obat dapat dihindari
atau dikurangi dengan cara pemberian parenteral, sublingual, rektal, atau memberikannya
bersama makanan.
Selain itu, kerugian pemberian melalui oral yang lain adalah ada obat yang dapat
mengiritasi saluran cerna, dan perlu kerja sama dengan penderita, dan tidak bisa
dilakukan saat pasien koma. Pemberian obat secara parenteral memiliki beberapa
keuntungan, yaitu:
1. efeknya timbul lebih cepat dan teratur dibandingkan dengan pemberian per oral;
2. dapat diberikan pada penderita yang tidak kooperatif, tidak sadar, atau muntah-
muntah; dan
3. sangat berguna dalam keadaan darurat. Kerugiannya antara lain dibutuhkan cara
asepsis, menyebabkan rasa nyeri, sulit dilakukan oleh pasien sendiri, dan kurang
ekonomis.
Mekanisme obat yang diberikan per oral yaitu sebagian besar obat diberikan melalui
mulut dan ditelan. Beberapa obat (misal, alkohol dan aspirin) dapat diserap secara cepat
dari lambung, tetapi kebanyakan obat diabsorpsi sebagian besar pada usus halus.
Pengukuran-pengukuran yang dilakukan terhadap absorpsi obat, baik secara in vivo
maupun secara in vitro, menunjukkan bahwa mekanisme dasar absorpsi obat melalui usus
halus adalah difusi pasif, kecepatan transfer obat ini ditentukan oleh derajat ionisasi dan
kelarutan obat dalam lipid.
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
1. Rute pemberian obat secara oral
Hewan percobaan : Mencit dan Tikus
Zat yang di berikan : NaCMC
Alat : Sonde
Prosedur :
Memegang tengkuk Tikus dan mencit
Menyelipkan sonde oral yang telah berisi oleh zat ke langit-langit tikus
dan meluncurkannya masuk ke esophagus, mendesakan larutan ke luar
dari jarum oral.
2. Rute pemberian obat secara subkutan
Hewan percobaan : Mencit dan Tikus
Zat yang di berikan : NaCl
Alat : Alat suntik 1 ml
Prosedur :
Menusukan seluruh jarum langsung di bawah kulit dan mendesakan
larutan obat keluar dari alat suntik
3. Rute pemberian obat secara intravena
Hewan percobaan : Mencit dan Tikus
Zat yang di berikan : NaCl
Alat : Alat suntik 1 ml
Prosedur :
Memasukan tikus dan mencit kedalam kandang yang memungkinkan
ekornya keluar
Sebelum menyuntik, kita mendilatasi ekor tikus dan mencit menggunakan
pelarut organik seperti alcohol
Menyuntikan larutan obat ke dalam ekor tikus dan mencit, jika jarum
suntik tidak masuk vena, maka jaringan ikat yang disekitarnya akan
memutih, dan apabila piston alat suntik ditarik maka tidak ada darah yang
masuk kedalam
4. Rute pemberian obat secara intra peritoneal
Hewan percobaan : Mencit dan Tikus
Zat yang di berikan : NaCl
Alat : Alat suntik 1 ml
Prosedur :
Memegang tengkuk tikus dan mencit dengan segala rupa sehingga posisi
abdomen lebih tinggi dari kepala
Menusukan jarum suntik secara hati-hati pada abdomen disebelah garis
midsagital
Mendorong larutan obat dari alat suntik secara perlahan setelah posisinya
tepat
5. Rute pemberian obat secara intar muscular
Hewan percobaan : Mencit dan Tikus
Zat yang di berikan : NaCl
Alat : Alat suntik 1 ml
Prosedur :
Memegang kaki tikus dan mencit
Menyuntikan larutan obat di daerah sekitaran flexus maximus atau ke
dalam otot paha dari kaki belakang
Selalu mengecek apakah jarum tidak masuk kedalam vena, dengan
menarik kembali piston alat suntik
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Percobaan
1. Volume pemberian
NO Jenis Per Oral Sub Cutan Intra
Peritoneal
Intra
muskular
Intra
vena
Intra
plantar
1 Mencit 0,5 ml/ 20
g
0,25 ml/ 20
g
0,5 lm/ 20 g 0,025 ml/ 20
g
0,25 ml/
20 g
-
2 Tikus 1 ml/ 100
g
1 ml/ 200 g 1,5 ml/ 200
g
0,05 ml/ 200
g
- 0,05 ml
2. Tabel pengamatan
Jenis
hewan
No.Hewan BB (g) Volume pemberian (ml)
po sc ip im iv I
plantar
Mencit 1 38 g 0,95 ml 0,475
ml
0,95 ml 0,0475
ml
0,475
ml
-
2 38 g 0,95 ml 0,475
ml
0,95 ml 0,0475
ml
0,475
ml
-
Tikus 1 124 g 1, 24 ml 0,62 ml 0,93 ml 0,031 ml - 0,05 ml
3. Perhitungan
Mencit 1
PO = 38g x 0,5 ml = 0,95 ml
20g
SC = 38g x 0,25 ml = 0,475 ml
20g
IP = 38g x 0,5 ml = 0,95 ml
20g
IM = 38g x 0,025 ml = 0,0475 ml
20g
IV = 38g x 0,25 ml = 0,475 ml
20g
Mencit 2
PO = 38g x 0,5 ml = 0,95 ml
20g
SC = 38g x 0,25 ml = 0,475 ml
20g
IP = 38g x 0,5 ml = 0,95 ml
20g
IM = 38g x 0,025 ml = 0,0475 ml
20g
IV = 38g x 0,25 ml = 0,475 ml
20g
Tikus
PO = 124g x 1 ml =1,24 ml
100g
SC = 124g x 1 ml =0,62 ml
200g
IP = 124g x 1,5 ml =0,93 ml
200g
IM = 124g x0,05 ml =0,031 ml
100g
Intraplantar = 0,05 ml
4.2 Pembahasan
Praktikum kali ini mempalajari tentang rute-rute pemberian obat dan pengaruh
cara pemberian obat terhadap absorpsi obat dalam tubuh. Pada dasarnya rute pemberian
obat menentukan jumlah dan kecepatan obat yang masuk kedalam tubuh, sehingga
merupakan penentu keberhasilan terapi atau kemungkinan timbulnya efek yang
merugikan. Dalam hal ini, alat uji yang digunakan adalah tubuh hewan (uji in vivo).
Mencit dipilih sebagai hewan uji karena proses metabolisme dalam tubuhnya berlangsung
cepat sehingga sangat cocok untuk dijadikan sebagai objek pengamatan.
Pemberian obat pada hewan uji pada percobaan ini dilakukan melalui cara oral,
intravena, subkutan, intraperitoneal, dan intramuscular. Dengan cara oral (pemberian obat
melalui mulut masuk kesaluran intestinal) digunakan jarum injeksi yang berujung tumpul
agar tidak membahayakan bagi hewan uji. Keuntungan pemberian obat dengan cara oral
yaitu mudah, ekonomis, tidak perlu steril. Sedangkan kerugiannya rasanya yang tidak
enak dapat mengurangi kepatuhan (mual), kemungkinan dapat mengiritasi lambung dan
usus, menginduksi mual, dan pasien harus dalam keadaaan sadar. Selain itu obat dapat
mengalami metabolisme lintas pertama dan absorpsi dapat terganggu dengan adanya
makanan.
Kedua, pemberian obat dilakukan dengan cara intravena yaitu dengan
menyuntikkan obat pada daerah ekor (terdapat vena lateralis yang mudah dilihat dan
dapat membuat obat langsung masuk kepembuluh darah). Keuntungannya obat cepat
masuk dan bioavailabilitas 100%, sedangkan kerugiannya perlu prosedur steril, sakit,
dapat terjadi iritasi ditempat injeksi, resiko terjadi kadar obat yang tinggi kalau diberikan
terlalu cepat.
Ketiga, yaitu dengan cara subkutan (cara injeksi obat melalui tengkuk hewan uji
tepatnya injeksi dilakukan dibawah kulit). Keuntungannya obat dapat diberikan dalam
kondisi sadar atau tidak sadar, sedangkan kerugiannya dalam pemberian obat perlu
prosedur steril, sakit, dapat terjadi iritasi lokal ditempat injeksi.
Keempat dengan cara intraperitoneal (injeksi yang dilakukan pada rongga perut.
Cara ini jarang digunakan karena rentan menyebabkan infeksi). Keuntungan adalah obat
yang disuntikkan dalam rongga peritonium akan diabsorpsi cepat, sehingga reaksi obat
akan cepat terlihat. Yang kelima atau yang terakhir adalah dengan cara intramuscular
yaitu dengan menyuntikkan obat pada daerah yang berotot seperti paha atau lengan atas.
Keuntungan pemberian obat dengan cara ini, absorpsi berlangsung dengan cepat, dapat
diberikan pada pasien sadar atau tidak sadar, sedangkan kerugiannya dalam
pemberiannya perlu prosedur steril, sakit, dapat terjadi iritasi ditempat injeksi.
INTRAVENA
Tidak mengalami tahap absorpsi.
Obat langsung dimasukkan ke pembuluh darah sehingga kadar obat di dalam
darah diperoleh dengan cepat, tepat dan dapat disesuaikan langsung dengan
respons penderita.
Kerugiannya : obat yang sudah diberikan tidak dapat ditarik kembali, sehingga
efek toksik lebih mudah terjadi. Jika penderitanya alergi terhadap obat, reaksi
alergi akan lebih terjadi. Pemberian IV harus dilakukan perlahan-lahan sambil
mengawasi respons penderita.
Intramuskular
Kelarutan obat dalam air menentukan kecepatan dan kelengkapan absorpsi.
Obat yang sukar larut seperti diazepam dan penitoin akan mengendap di tempat
suntikan sehingga absorpsinya berjalan lambat, tidak lengkap dan tidak teratur.
Obat yang larut dalam air lebih cepat diabsorpsi
Subcutan
Hanya boleh dilakukan untuk obat yang tidak iritatif terhadap jaringan.
Absorpsi biasanya berjalan lambat dan konstan, sehingga efeknya bertahan Lebih
lama.
Absorpsi menjadi Lebih lambat jika diberikan dalam bentuk padat yang
ditanamkan dibawah kulit atau dalam bentuk suspensi.
Pemberian obat bersama dengan vasokonstriktor juga dapat memperlambat
absorpsinya
Intraperitoneal
Injeksi intraperitoneal atau injeksi IP adalah injeksi suatu zat ke dalam
peritoneum (rongga tubuh). IP injeksi lebih sering digunakan untuk hewan dari
pada manusia. Hal ini umumnya disukai ketika jumlah besar cairan pengganti
darah diperlukan, atau ketika tekanan darah rendah atau masalah lain mencegah
penggunaan pembuluh darah yang cocok untuk penyuntikan.
Pada hewan, injeksi IP digunakan terutama dalam bidang kedokteran hewan dan
pengujian hewan untuk pemberian obat sistemik dan cairan karena kemudahan
administrasi parenteral dibandingkan dengan metode lainnya.
Pada manusia, metode ini banyak digunakan untuk mengelola obat kemoterapi
untuk mengobati kanker, terutama kanker ovarium. Penggunaan khusus ini telah
direkomendasikan, kontroversial, sebagai standar perawatan
BAB V
KESIMPULAN
· Pada penandaan hewan percobaan dibuat pada ekor dengan garis-garis
yang disesuaikan dengan urutan mencit.
· Cara pemberian secara intraperitonial (i.p.) dengan menyuntikkan tepat pada bagian
abdomen mencit dan melaui oral dengan menggunakan oral sonde untuk mempermudah
masukknya obat kedalam mulut mencit yang sempit dan langsung ke kerongkongan.
· Pada pemberian obat secara oral lebih lama menunjukkan onset of action dibanding
secara Intraperitonial, hal ini dikarenakan Intraperitonial tidak mengalami fase absorpsi
tapi langsung ke dalam pembuluh darah.Sementara pemberian secara oral, obat akan
mengalami absorpsi terlebih dahulu lalu setelah itu masuk ke pembuluh darah dan
memberikan efek.
· Semakin tinggi dosis yang diberikan akan memberikan efek yang lebih cepat
· Onset of action dari rute pemberian obat secar IP lebih cepat diperoleh daripada rute
pemberian obat secara oral.
· Duration of action dari rute pemberian obat secara IP lebih panjang (lama)
dibandingkan rute pemberian obat secara oral.
DAFTAR PUSTAKA
Marbawati , Dewi., dan Bina Ikawati, “Kolonisasi Mus musculus albino Di Laboratorium
loka Litbang P2B2 Banjarnegara”, Balaba Vol. 5, No.01 Priyanto, 2008, Farmakologi
Dasar Edisi II, Depok: Leskonfi
Tim Penyusun, 2007, Farmakologi dan Terapi Edisi V, Jakarta : Departemen
Farmakologi FKUI
Sulaksono, M.E.,1987,” Peranan,Pengelolaan dan pengembangan Hewan Percobaan “,
Jakarta
Howard, A.C., 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. UI Press. Jakarta.
Katzung, B.G., 2001. Farmakologi Dasar dan Klinik. Salemba Medika. Jakarta.
Sihombing, M., 2010. Media Litbang Kesehatan volume XX nomor 1 tahun 2010. Status
Gizi dan Fungsi Hati
Mencit di Laboratorium Hewan Percobaan Puslitbang Biomedis dan Farmasi.
LAMPIRAN
NO Cara Pemberian Gambar
1 Per oral
2 Sub kutan
3 Intraperitoneal
4 Intra muscular
5 Intra vena