laporan praktikum proses maknufaktur ii modul 2

36
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MAKNUFAKTUR II MODUL PM2 – 02 PROSESS PENYAMBUNGAN 2 (BRAZING, SOLDERING, KELING) Oleh : Kelompok : 7 Anggota : Dananjaya A. (131 11 028) Muhammad Azka (131 11 038) Ryandanu Priwanta (131 11 040) Briliant Dwinata (131 11 050) Enrico Arnoldy (131 11 054) Candra Alfian (131 11 110) Tanggal Praktikum : 11 Februari 2014 Tanggal Pengumpulan : 13 Februari 2014 Asisten : A nsie D. Y oulensha (131 10 0 94)

Upload: muhammad-azka

Post on 30-Dec-2015

185 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

a

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Praktikum Proses Maknufaktur II Modul 2

LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MAKNUFAKTUR II

MODUL PM2 – 02

PROSESS PENYAMBUNGAN 2

(BRAZING, SOLDERING, KELING)

Oleh :

Kelompok : 7

Anggota : Dananjaya A. (131 11 028)

Muhammad Azka (131 11 038)

Ryandanu Priwanta (131 11 040)

Briliant Dwinata (131 11 050)

Enrico Arnoldy (131 11 054)

Candra Alfian (131 11 110)

Tanggal Praktikum : 11 Februari 2014

Tanggal Pengumpulan : 13 Februari 2014

Asisten : Ansie D. Youlensha (131 10 094)

LABORATORIUM TEKNIK PRODUKSI

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK MESIN DAN DIRGANTARA

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2014

Page 2: Laporan Praktikum Proses Maknufaktur II Modul 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan yang memperngaruhi perkembangan teknologi sehingga bisa terciptanya alat-alat canggih yang bisa membantu perkerjaan lebih mudah dan cepat ini di butuhkan keterampilan sertapemahaman dasar dari setiap pekerjaan yang akan kita lakukan,seperti dalam proses penyambungan. Teknologi penyambungan menjadi sangat penting terutama dalam bidang industri, misalnya perkapalan dan pesawat, maka dari itu kita melakukan praktikum proses penyambungan ini agar memahami teknik penyambungan, bahan penyambung (filler) yang cocok digunakan, jenis penyambungan, dan prosedur kerja yang baik. Sehingga dapat mempersiapkan mahasiswa untuk terjun dalam bidang industri maupun bidang pendidikan.

1.2 Tujuan

1. Mengetahui perbedaan dan persamaan antara proses brazing, soldering, dan keling.

2. Mengetahui tahap pelaksanaan proses brazing, soldering, dan keling.3. Mengetahui jenis-jenis logam yang dapat diproses dengan brazing dan soldering

beserta jenis filler (logam pengisi).4. Mengetahui pemanfaatan dari proses brazing, soldering, dan keling).

Page 3: Laporan Praktikum Proses Maknufaktur II Modul 2

BAB II

TEORI DASAR

Pada pembahasan teori dasar, akan dibahas beberapa hal yang penting terkait dengan

proses keling, brazing, dan soldering.

1. Soldering

Soldering adalah proses penyambungan dua atau lebih logam dengan

melelehkan dan mengalirkan filler metal (logam pengisi) diantara sendi

sambungan, dimana filler metal memiliki titik leleh yang lebih rendah dari pada

logam yang akan disambung. Logam yang akan disambung tidak ikut meleleh

pada proses soldering. Pada proses ini terjadi juga fenomena kapilaritas yang

menyebabkan terisinya celah sempit antara logam yang hendak disambungkan.

Karakteristik umum dari filler metal soldering adalah tingginya kemampuan

kapilaritas dan tegangan permukaan yang rendah.

Berikut ini merupakan tabel dari jenis-jenis filler metal yang disebut solder

beserta aplikasinya

Soldering biasa digunakan pada penyambungan komponen elektronika. Karena

temperatur leleh filler metal yang relative rendah, soldering tidak bisa

diaplikasikan pada pemakaian di temperatur yang tinggi. Selain itu, kekuatan

sambungan yang lemah membuatnya tidak bisa diaplikasikan untuk sambungan

yang menerima beban mekanik.

Page 4: Laporan Praktikum Proses Maknufaktur II Modul 2

Berikut ini merupakan gambar konstruksi dari penyolderan

Sedangkan berikut ini merupakan proses soldering yang dilakukan beserta filler

metal dan benda kerja

Page 5: Laporan Praktikum Proses Maknufaktur II Modul 2

2. Brazing

Brazing adalah adalah proses penyambungan dua atau lebih logam dengan

melelehkan dan mengalirkan filler metal (logam pengisi) diantara sendi

sambungan menggunakan capillary action, dimana filler metal memiliki titik

leleh yang lebih rendah dari pada logam yang akan disambung. Proses brazing

biasanya disertai dengan pemberian flux pada sambungan untuk menghindari

oksidasi pada sambungan. Titik leleh filler metal pada brazing berada diatas

temperatur 450°C.

Brazing dan juga soldering termasuk proses penyambungan solid state welding

yang berarti tidak ada pelelehan benda kerja dan benda kerja yang

disambungkan tidak mengalami proses difusi. Biasanya, filler metal diletakkan

di pinggiran sambungan basemetal kemudian dilelehkan dengan menggunakan

panas. Setelah itu, efek kapilaritas akan menyebabkan filler metal mengisi

sambungan dan menghasilkan sambungan yang kuat setelah membeku.

Gambar dibawah merupakan konstruksi sambungan dengan menggunakan

brazing

Beberapa jenis filler metal tersedia untuk berbagai range temperatur. Ada yang

berbentuk batang, kabel, cincin, dan lain-lain. Berikut ini tabel filler metal

beserta temperature brazing dan base metal nya

Page 6: Laporan Praktikum Proses Maknufaktur II Modul 2

Dalam melakukan proses brazing, diperlukan juga flux. Flux ini berguna untuk

menghalangi terjadinya oksidasi pada proses brazing. Selain itu, dapat pula

ditambahkan wetting agent untuk memperbaiki sifat kapilaritas dari filler metal.

Berikut ini merupakan gambar dari proses brazing

3. Riveting (Keling)

Riveting adalah salah satu proses mechanical fastening yang sering digunakan.

Riveting dapat dilakukan pada temperatur tinggi maupun temperatur kamar.

Page 7: Laporan Praktikum Proses Maknufaktur II Modul 2

Desain rivet dapat berupa tabung atau solid. Cara memasang solid rivet adalah

meletakkannya pada lubang dan kemudian mendeformasi salah satu ujungnya

menggunakan heading sehingga tercipta sebuah sambungan.

Gambar dibawah merupakan 4 jenis rivet dan bagaimana pemasangan dan

aplikasinya untuk menggabungkan dua benda.

Sedangkan gambar dibawah merupakan beberapa persyaratan konstruksi dalam

pengelingan dimana harus memenuhi syarat – syarat agar konstruksi menjadi

baik dan kuat

Page 8: Laporan Praktikum Proses Maknufaktur II Modul 2

BAB III

DATA PENGAMATAN DAN ANALISIS

3.1 Data Pengamatan

Peralatan dan Benda Kerja:

A. Proses Brazinga. Torch Blazerb. Benda Kerja Plat Tembagac. Filler Blazerd. Tabung Gase. Balok Gipsf. Fluks Serbuk Potassium

B. Proses Solderinga. Solderb. Benda Kerja Plat Sengc. Filler Solder Timahd. Power Supplye. Air Kerasf. Kuas

C. Proses Kelinga. Dua Jenis Paku Kelingb. Paluc. Dies dan Puncherd. Rivetere. Riveter Pneumatikf. Toolbox Gurdig. Ragum

Page 9: Laporan Praktikum Proses Maknufaktur II Modul 2

3.2 Analisis

o Dananjaya Awaldastiana (131 11 028)

Proses pengelingan yang dilakukan terjadi beberapa hal yang berbeda dengan yang seharusnya, yaitu: pada saat melakukan riveting dengan menggunakan dies and punch kesalahan diakibatkan tidak diukurnya panjang keling dengan tebal plat sehingga ujung kakikeling hanya keluar sedikit ditambahlagi permukaan hasil gurdi yang tidak di rapihkan membuat ada spasi antar plat dan plat dengan kepala paku keling seehingga hasil kelingan tidak membentuk setengah bola seperti kepala (rata). Untuk riveting menggunakan riveter terjadi kebengkokan pada batang keling yang disebabkan saati melakukan penekanan posisi tangan berubah-ubah yang menyebabkan batang keling bengkok yang menyebabkan kelingan susah di keluarkan dari riveter, hasilnya tidak sebagus menggunakan riveter yang disebabkan gaya yang ditidak seragam.

Proses brazing permukaan benda kerja brazing berubah menjadi gelap yang disebabkan dari fluks, hasil brazing tidak begitu baik yang disebabkan tidak adanya pencekam benda kerja yang bisa membuat pemosisian benda kerja di posisi yang baik serta posisi kerja yang ideal.

Proses soldering didapatkan hasil yang tidak merata yang di sebakan posisi kerja yang kurang baik serta pembentukan benda kerja yang kurang rapih sehingga terjadi perbedaan celah pengisisan selain itu juga disebakan tidak adanya pencekaman. Pada saat soldering hasil penyambungan yang didapatkan tidak sekuat proses brazing, dan membutuhkan waktu yang cukup lama dalam proses soldering.

Page 10: Laporan Praktikum Proses Maknufaktur II Modul 2

o Muhammad Azka (131 11 038)

Pada percobaan kali ini kami menlakukan tiga percobaan secara berurutan. Yang

pertama kali adalah kami melakukan proses riveting dengan menggunakan metode

two-side rivet dimana menggunakan pemukul agar bagian bawah rivet melebar

sehingga dua pelat yang akan disambungkan akan tersambung dan seolah – olah

terkunci. Berikut ini merupakan hasil dari rivet dimana bagian sebelah kiri

menggunakan riveter, bagian tengah menggunakan pemukul (two side rivet), dan

bagian kanan menggunakan rivet hidrolik.

Pada bagian tengah dengan menggunakan pemukul, terlihat bahwa ujung dari

rivet sangat pendek untuk menahan benda kerja. Hal ini disebabkan karena pelat

terlalu tebal (yang ingin disambung) sehingga menyebabkan rivet yang terlalu

pendek tersebut panjangnya tidak cukup besar untuk menahan dua plat.

Kemudian untuk riveting dengan menggunakan riveter, caranya adalah dengan

mencengkeram riveter (seperti gunting) sehingga rivet akan tertarik dan seiring

hal tersebut maka bagian lain dari rivet akan terbentuk, hingga akhirnya setelah

beberapa saat maka bagian yang panjang dari rivet akan tertarik seiring sisi lain

dari rivet juga akan tertarik dan menjadi putus. Riveting menggunakan riveter

berbeda dengan jenis pertama karena menggunakan jenis rivet yang berbeda.

Berikut ini merupakan gambar sisi panjang dari rivet yang terputus karena ditarik

oleh riveter

Prinsip dari riveting menggunakan riveter adalah harus pelan – pelan, maksudnya

adalah saat menarik sekali, maka rivet yang tertarik kemudian harus didorong

Page 11: Laporan Praktikum Proses Maknufaktur II Modul 2

kembali sehingga ditarik lagi, terus menerus hingga sisi lain rivet menjadi sangat

pendek dan akhirnya putus.

Terlihat bahwa potongan dari rivet di atas agak terlihat bengkok, dan terlihat

pula pada gambar hasil riveting dengan menggunakan riveter juga terlihat agak

kurang sempurna (gambar sebelah kiri, bagian tengah terlihat agak

menyimpang). Hal ini disebabkan oleh berbagai hal yaitu antara lain adalah

karena kurangnya keahlian dari praktikan dalam menggunakan riveter, yaitu

karena saat menggunakan riveter posisi nya sering berubah – ubah, kadang

miring kadang lurus sehingga bagian dari rivet juga saat ditarik tidak akan lurus

namun menyimpang. Selain itu dapat disebabkan oleh adanya efek clearance

antara keling atau rivet dengan lobang tempat masuk rivet sehingga

kemungkinan dapat terjadi diatas.

Setelah itu, proses ketiga untuk riveting adalah dengan menggunakan riveter

hidrolik, dimana awalnya adalah dengan mengisi terlebih dahulu udara yang ada

pada alat hidrolik dengan menggunakan valve yang dibuka untuk mengisi udara,

lalu mengetesnya dan mengaturnya agar tidak terlalu besar dan kecil dengan

cara mencoba menembakkannya, kemudian yang terakhir adalah setelah dites

lalu langsung ditembakkan (seperti menembak pistol) maka rivet akan tertarik

(prinsip mirip dengan riveter) dan akhirnya benda akan tersambung dengan rivet

tersebut. Hasil dari riveting dengan riveter hidrolik sangat baik dan cepat karena

tenaga dan kepresisian cukup besar dan tinggi, seperti terlihat pada gambar di

sebelah kanan dimana hasilnya sangat bagus.

Page 12: Laporan Praktikum Proses Maknufaktur II Modul 2

Kemudian kami melakukan beberapa proses lain yaitu adalah brazing dan

soldering. Untuk brazing, yang harus dilakukan pertama kali adalah

menghidupkan flame brazing. Cara untuk menghidupkan flame pada brazing

adalah dengan cara pada awalnya tabung dibuka regulatornya, kemudian katup

pengontrol flame pada brazing diatur dengan sedemikian rupa agar tidak terlalu

besar dan kecil, setelah normal kemudian digunakan pemantik api seperti korek

api agar flame brazing dapat hidup. Setelah itu dapat diatur kembali apinya agar

sesuai. Benda kerja yang digunakan adalah tembaga.

Kemudian, material benda kerja dipanaskan terlebih dahulu dengan

menggunakan flame dari brazing itu sendiri, terutama pada bagian yang ingin

disambung. Seperti dilihat pada gambar diatas material benda kerja yang akan

di-brazing dipanaskan dan disemprotkan flame terlebih dahulu, kemudian

setelah cukup panas barulah filler metal yang berupa tembaga perak

dicampurkan oleh sesuatu mirip serbuk putih dan lalu disemprotkan flame

padanya hingga meleleh. Lalu filler metal yang meleleh diratakan ke bagian

permukaan benda kerja yang ingin disambung. Lalu tunggu beberapa lama

hingga membeku. Material benda kerja yang dipanaskan harus diletakkan di

sesuatu mirip gabus atau Styrofoam yang tahan panas.

Berikut ini hasil dari brazing

Page 13: Laporan Praktikum Proses Maknufaktur II Modul 2

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan brazing. Yang

pertama adalah kita harus menjauhkan flame terhadap tabung gas. Karena

apabila dekat akan ada peluang untuk terkena ke tabung gas dan terbakar. Selain

itu, flame dari brazing juga harus diatur jangan sampai terlalu besar karena akan

berbahaya.

Untuk soldering, kami melakukannya dengan cara memanaskan alat yang akan

menyolder terlebih dahulu. Cara dalam menyolder adalah langsung dilelehkan

filler metalnya hingga meleleh dan kemudian diratakan pada material benda

kerja yang ingin disambung, kemudian ditunggu hingga beku. Perlu diperhatikan

bahwa hati – hati dalam menggunakan alat solder karena sangat panas dan

jangan sampai terkena meja agar tidak meleleh. Filler metal menggunakan timah

dan benda kerja menggunakan seng. Berikut ini hasil dari proses soldering

Page 14: Laporan Praktikum Proses Maknufaktur II Modul 2

o Ryandanu Priwanta (131 11 040)

Pada proses brazing di praktikum kali ini, digunakan fluks berupa serbuk potassium. Fluks digunakan untuk membersihkan lapisan oksida dan mencegah oksidasi. Hasil proses brazing pada benda kerja tidak begitu merata dan rapih dikarenakan masih kurang terlatihnya tangan praktikan. Setelah proses brazing selesai permukaan benda kerja yang tidak terkena filler menjadi berwarna hitam kemungkinan dikarenakan terjadi oksidasi karena ikut terkena panas dari torch brazer.

Sebelum proses soldering dilakukan, permukaan benda kerja yang akan disambungkan dioleskan air keras terlebih dahulu. Air keras berguna untuk membersihkan permukaan benda kerja sebelum disolder. Hasil penyolderan kurang merata dikarenakan kurang terampilnya tangan praktikan.

Di proses riveting pada percobaan kali ini, dilakukan menggunakan dua jenis rivet dengan tiga jenis cara pengelingan. Pada pengelingan yang pertama menggunakan keling tipe solid dan dipasang dengan cara dipukul. Karena ukuran paku keling yang terlalu pendek dibandingkan ketebalan kedua benda kerja, bentuk ujung paku keling yang dibentuk dengan menggunakan puncher tidak dapat berbentuk

Page 15: Laporan Praktikum Proses Maknufaktur II Modul 2

setengah lingkaran tetapi menjadi rata. Pada pengelingan kedua menggunakan alat riveter terjadi pembengkokan paku keling karena kesalahan pemegangan alat riveter. Pada pengelingan yang terakhir menggunakan riveter pneumatik didapatkan hasil yang baik karena sistem kerjanya yang baik. Namun batang sisa pengelingan yang seharusnya masuk ke dalam wadah pembuangan tersangkut di lubang riveter, kemungkinan karena salurannya tersumbat.

Page 16: Laporan Praktikum Proses Maknufaktur II Modul 2

o Briliant Dwinata (131 11 050)

Brazing

Base metal: tembaga

Filler metal: tembaga perak

Permukaan benda kerja yang akan disambungkan sebelumnya dipanaskan terlebih dahulu sampai memerah, hal ini bertujuan supaya filler lebih mudah menepel dengan base

metal, serta kekuatan sambungannya akan lebih tinggi.

Pemosisian kedua base metal yang akan disambungkan terlihat miring sebeb pemosisian awal benda kerja tidak lurus atau tergeser dari semburan api dari torch (karena base metal sangat ringan).

Pada benda kerja juga terlihat warnanya menjadi hitam. Ini adalah karbon yang menempel pada benda kerja, sebab jenis brazing yang digunakan adalah carburuzing (asitelin lebih banyak).

Soldering

Base Metal: Seng

Filler Metal: Timah

Sebelum di proses soldering, benda kerja masing-masing ditekuk ujungnya terlebih dahulu. Kemudian dikuatkan lipatannya dan disambungkan. Kelurusan dari lipatan harus diperhatikan untuk mencegah kemiringan yang terjadi ketika penyambungan. Setelah

itu, permukaan yang akan disolder dibersihkan dengan menggunakan air keras supaya zat-zat pengotor dapat hilang.

Solder dan filler metal dikenakan ke permukaan benda keja yang telah disambungkan. Filler metal yang telah mencair masuk memenuhi clearance karena sifat kapilaritas. Keterampilan dalam menyolder juga diperlukan supaya

Page 17: Laporan Praktikum Proses Maknufaktur II Modul 2

material sambungan tersebar merata yang akibatnya tidak ada tegangan yang terkonsentrasi pada suatu spot tertentu ketika diberikan beban.

Pada benda kerja juga terlihat warnanya menjadi hitam. Ini adalah karbon yang menempel pada benda kerja, sebab jenis brazing yang digunakan adalah carburuzing (asitelin lebih banyak).

Riveting

Pada proses riveting di praktikum kali ini, kami menggunakan 2 pasang logam induk dan 3 metode riveting yaitu metoda 2 sisi (manual dengan dies), 1 sisi menggunakan riveter dan 1 sisi dengan compression. Sebelumnya setiap benda kerja dibuat lubang 3 buah dengan mesin gurdi.

Saat menggunakan metode 1 sisi manual (bagian tengah pada gambar), jenis paku keling yang digunakan adalah jenis solid. Base metal terlalu tebal sehingga bagian yang akan di punch hanya sedikit sekali. Hal ini akan berdampak kurangnya kekuatan sambungan.

Saat menggunakan riveter, bagian dari paku keling yang terlepas berbentuk bengkok sehingga sulit dikeluarkan dari riveter tersebut. Teorinya hal ini tidak akan terjadi karena tegangan yang diberikan riveter merata di dua sisi (seimbang), tetapi kebengkokan ini dapat terjadi karena adanya residual stress akibat proses produksinya atau inhomogenitas dari material paku keling.

Proses riveting menggunakan metode compression mirip seperti riveting, perbedaannya adalah pada metoda ini penarikan bagian paku keling menggunakan pneumatik. Fenomena yang terjadi pada proses ini sama dengan metoda riveter, yaitu terjadi bengkok pada bagian paku keling yang terlepas.

Page 18: Laporan Praktikum Proses Maknufaktur II Modul 2

o Enrico Arnoldy (131 11 054)

Pada praktikum kali ini dilakukan 3 macam proses penyambungan, yaitu brazing, soldering dan keling. Pada proses brazing digunakan benda kerja berupa sepasang pelat tembaga. Untuk melelehkan filler metal, api yang digunakan adalah jenis carburizing flame. Pada carburizing flame, oxyacetylene nya lebih banyak daripada oksigen. Sehingga panas yang terjadi tidaklah terlalu tinggi yang akan mencegah logam induk ikut meleleh. Ciri dari carburizing flame adalah api nya berwarna biru dan berbentuk lancip dan panjang. Sebelum filler metal dilelehkan, logam induk yang akan disambung harus dipanaskan terlebih dahulu sampai warnanya merah agar lelehan filler dapat menempel dengan baik dan dapat diperoleh kekuatan sambungan yang tinggi. Selain itu juga perlu diberi fluks untuk mencegah terjadinya oksidasi selama proses brazing dan pada hasil sambungan. Logam yang sudah dilakukan proses brazing akan berwarna abu-abu, tetapi warna tersebut dapat dibersihkan dengan proses machining.

Pada proses soldering dilakukan dengan menggunakan dua buah pelat seng. Sebelum proses soldering dilakukan, 2 pelat seng yang akan disambung dilipat dengan bantuan palu agar kekuatan sambungan meningkat. Hal ini disebabkan oleh kekuatan sambungan soldering tidak begitu besar, sehingga perlu dibantu dengan sambungan mekanik. Bagian yang akan di solder perlu dibersihkan terlebih dahulu dengan menggunakan sikat kawat agar kotoran-kotoran yang menempel dapat terangkat. Permukaan yang kotor dapat mengurangi kekuatan sambungan karena kotoran tersebut menghalangi lelehan filler metal menempel pada logam induk. Setelah itu, bagian yang akan di solder harus di olesi dengan larutan raksa. Tujuannya agar bagian yang akan disolder tidak terlapisi oleh kontaminan dan filler metal solder bisa menempel dengan baik (tidak dalam bentuk butiran-butiran). Filler metal dilelehkan disepanjang celah logam yang akan disambung dan pastikan agar lelehannya rata supaya bentuk permukaan logam tidak banyak berubah.

Pada proses riveting menggunakan 2 tipe paku keling, yaitu tipe paku keling untuk penyambungan 2 sisi dan satu sisi. Awalnya, sepasang logam yang akan di keling harus dilubangi agar paku keling dapat masuk. Pelubangan dilakukan dengan proses drilling menggunakan mesin gurdi. Pemilihan pahat drill disesuaikan dengan diameter paku keling. Untuk riveting dua sisi, dilakukan dengan salah satu sisi paku keling dipukul dengan palu, sementara sisi lainnya ditahan dengan dies untuk mempertahankan bentuk kepala paku keling yang sudah ada. Ketika paku keling memendek, maka material paku keling akan mengisi seluruh lubang. Proses memukul dengan palu tidak boleh terlalu berlebihan, agar masih ada sisa dari ujung paku keling tersebut untuk dibentuk profil kepala paku keling. Sisi yang dipukul dengan palu tadi dipukul dengan

Page 19: Laporan Praktikum Proses Maknufaktur II Modul 2

puncher agar terbentuk kepala paku keling pada sisi tersebut. Untuk riveting satu sisi, digunakan riveter sebagai pengganti palu, dies, dan puncher. Paku keling akan ditarik dengan menggunakan riveter hingga mengisi seluruh lubang. Proses penarikan dengan menggunakan riveter harus dilakukan berulang-ulang dan tidak boleh miring-miring posisi nya agar rivet yang terbentuk tidak bengkok. Selain itu juga digunakan riveter pneumatik. Pada riveter pneumatik, gaya tarik dibantu oleh tekanan udara sehingga tidak perlu mengeluarkan tenaga berlebih dan penarikan bisa dilakukan satu kali bila tekanan udara nya pas. Hasil rivet yang terbentuk juga lebih bagus daripada riveter.

Page 20: Laporan Praktikum Proses Maknufaktur II Modul 2

o Candra Alfian (131 11 110)

Pada percobaan Modul 2, kami melakukan 5 percobaan, yaitu solid riveting, blind riveting menggunakan mechanic riveter dan pneumatic riveter, brazing, serta soldering.

Percobaan pertama adalah solid riveting menggunakan solid rivet, puncher, serta dies. Pada percobaan ini bentuk salah satu ujung rivet (ekor) tidak menyerupai bentuk ujung satunya (kepala), padahal yang diharapkan adalah bentuk kedua ujungnya sama karena telah dicetak menggunakan dies. Hal ini disebabkan karena setelah dilakukannya penyambungan 2 logam, panjang ekor yang tersisa sangat pendek (±3mm) sehingga sisa panjangnya tidak cukup untuk membuat bentuk seperti di bagian kepala.

Percobaan kedua dan ketiga yaitu blind riveting (baik menggunakan mechanic riveter maupun pneumatic riveter). Pada percobaan ini bentuk rivet sudah mendekati sempurna karena memang tidak terlalu sulit untuk melakukan riveting menggunakan riveter. Namun pada percobaan yang menggunakan mechanic riveter, sisa mandrel yang menyangkut pada riveter sulit dikeluarkan karena bentuknya telah berdeformasi (bengkok). Hal ini disebabkan posisi pemegangan riveter yang kurang nyaman bagi praktikan sehingga riveter berubah posisinya dan berakibat pada bengkoknya mandrel.

Percobaan keempat adalah brazing menggunakan api carburizing. Pada percobaan ini jalannya proses brazing tidak ada masalah dan hasilnya pun cukup memuaskan. Hanya saja setelah dilakukan brazing, base metalnya berubah warna menjadi gosong karena temperature api yang sangat panas.

Percobaan kelima adalah soldering menggunakan solder yang ujungnya berbentuk rata. Pada percobaan ini keberjalanan proses tidak ada masalah mulai dari pembersihan base metal menggunakan fluks hingga menempelkan lelehan filler metal pada base metal. Pun filler hasil soldering sudah terlihat cukup bagus namun masih kurang merata. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengalaman dari praktikan.

Page 21: Laporan Praktikum Proses Maknufaktur II Modul 2

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Proses brazing dan soldering merupakan proses penyambungan pada material dengan logam pengisinya meleleh pada temperatur lebih dari 4500C. sedangkan proses soldering proses penyambungan pada material dengan logam pengisinya meleleh pada temperatur kurang dari 4500C. Kekuatan sambungan dari proses brazing lebih kuat daripada proses soldering. Proses riveting adalah proses penyambungan secara mekanik dan bersifat permanen ataupun semipermanen.

Dalam proses brazing, sordering, dan riveting mempunyai tahapannya masing-masing. Dan prosedur kerja ketiga proses tersebut diterangkan pada tugas setelah praktikum.

Benda kerja dan filler metal saling memiliki keterkaitan masing-masing dalam proses brazing dan soldering. Setiap material tertentu yang akan disambungkan akan menggunkan filler metal tertentu juga.

Proses brazing biasanya dimanfaatkan dalam aplikasi penyambungan yang permukaan hasil penyambungannya halus dan benda kerja yang digunakan memiliki temperatur leleh yang tinggi. Sedangkan proses soldering dimanfaatkan dalam aplikasi penyambungan yang permukaan hasil penyambungannya lebih kasar dan benda kerja yang digunakan memiliki temperatur rendah. Proses riveting dimanfaatkan untuk penyambungan yang bersifat permanen ataupun semi permanen contoh seperti pada pesawat.

4.2 Saran

- Langkah-langkah percobaan yang dilakukan terdapat perbedaan dengan modul, diharapkan agar modulnya bisa diperbarui.

Page 22: Laporan Praktikum Proses Maknufaktur II Modul 2

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

- Kalpakjian, Serope & Schmid, Steve R. (2006). Manufacturing Engineering and

Technology. Pearson Prentice Hall.

- http://refacsmkn1crb.wordpress.com/2013/06/17/soldering-and-brazing/

-

Page 23: Laporan Praktikum Proses Maknufaktur II Modul 2

TUGAS SETELAH PRAKTIKUM

A. Brazing

1. Tuliskan nama dan fungsi dari peralatan brazing yang digunakan pada praktikum dengan lengkap!

1. Sepasang logam induk (tembaga) = sebagai bahan yang akan disatukan.

2. Filler metal (tembaga perak) = sebagai penyatu logam induk dengan cara dilelehkan di antara celah pada logam induk.

3. Tabung gas dan regulator gas = Sumber gas yang berguna untuk melelehkan filler metal.

4. Torch brazing = Untuk melelehkan filler metal dengan cara dipanaskan dan bisa diatur keluaran gas nya dengan menggunakan katup kontrol gas.

5. Korek api = Untuk menyulut api pada ujung torch brazing yang mengeluarkan gas.

6. Alas dari gibs = Untuk melindungi meja kerja dari panas akibat api dari torch brazing.

7. Flux = Untuk mencegah terjadinya oksidasi ketika dilakukan proses brazing.

2. Terangkan prosedur kerja yang telah dilakukan pada brazing, secara singkat saja!

Letakkan sepasang logam tembaga pada alas dari gibs dengan cara menumpuk kedua ujung nya. Buka regulator gas dan atur keluaran gas dari katup kontrol gas di torch brazing agar dapat menyala ketika disulut oleh korek api. Setelah api menyala, katup kontrol gas diputar-putar untuk menghasilkan api yang lebih banyak mengandung acetylene dari oksigen. Panaskan logam induk hingga memerah, celupkan filler metal pada flux yang berbentuk serbuk lalu dekatkan filler metal kepada api agar dapat dilelehkan. Lakukan pelelehan filler metal disepanjang celah logam yang ingin disatukan.

B. Soldering

1. Tuliskan nama dan fungsi dari perlatan soldering yang digunakan pada praktikum dengan lengkap!

1. sepasang logam induk dari seng = untuk disatukan pada proses soldering

Page 24: Laporan Praktikum Proses Maknufaktur II Modul 2

2. Palu = untuk membentuk lipatan pada logam induk

3. Filler metal (timah) = sebagai bahan yang akan dilelehkan untuk menyatukan logam induk.

4. Solder = Alat yang berfungsi mengalirkan panas dari listrik untuk melelehkan filler metal.

5. Raksa = agar lelehan tembaga dapat menempel pada logam induk

6. Alas dari gibs = agar meja kerja tidak terkena panas dari solder ataupun lelehan timah.

7. Sikat kawat = membersihkan bagian yang akan disolder dari kotoran.

2. Terangkan prosedur kerja yang telah dilakukan pada soldering, secara singkat saja!

Panaskan solder dengan menghubungkan kabel ke sumber listrik. Bentuk lipatan pada 2 lembar logam induk dengan bantuan palu. Satukan kedua logam tersebut dengan menyelipkan kedua lipatan tersebut. Letakkan logam tersebut diatas alas dari gibs. Bersihkan bagian yang akan disolder dengan menggunakan sikat kawat lalu oleskan raksa di bagian tersebut. Setelah solder panas, dekatkan filler metal ke ujung solder agar dapat meleleh. Atur agar lelehan tersebut dapat menutupi celah yang ingin disatukan.

C. Keling (riveting)

1. Tuliskan nama dan fungsi dari peralatan keling yang digunakan pada praktikum dengan lengkap!

1. Sepasang logam induk = sebagai bahan yang akan disatukan dengan paku keling.

2. Pahat drill = untuk melubangi 2 logam tersebut agar dapat dimasukkan paku keling.

3. Ragum = mencekam logam induk yang akan di drill pada mesin gurdi dan yang akan di keling pada meja kerja

4. 2 jenis paku keling = untuk menyatukan sepasang logam induk yang telah dilubangi. Jenis pertama untuk pengelingan dua sisi, jenis kedua untuk pengelingan satu sisi.

5. Puncher= membentuk kepala paku keling dengan cara memukul palu pada ujung dies yang tidak menutupi ujung paku keling.

Page 25: Laporan Praktikum Proses Maknufaktur II Modul 2

6. Palu = untuk meratakan ujung paku keling yang belum berbentuk kepala paku keling.

7. Dies = menjaga bentuk kepala paku keling yang sudah terbentuk agar tidak berdeformasi saat ujung paku keling yang satunya di pukul dengan palu.

8. Riveter = memasang paku keling untuk pengelingan satu sisi dengan cara menekan berulang-ulang gagang riveter hingga paku keling terbentuk.

9. Riveter pneumatik = memasang paku keling untuk pengelingan satu sisi dengan memanfaatkan tekanan udara.

2. Terangkan prosedur kerja yang telah dilakukan pada keling, secara singkat saja!

- Sepasang logam induk dengan lebar yang sama ditumpuk dan dicekam bersama di ragum. Lalu pasang pahat drill pada mesin gurdi dan lubangi pada beberapa tempat yang letaknya tidak terlalu berdekatan.

Pindahkan logam induk tersebut di meja kerja, lalu pasang paku keling untuk pengelingan dua sisi dengan kepala paku keling di bagian bawah yang ditahan oleh dies. Pukul ujung paku keling bagian atas dengan palu hingga memenuhi lubang pada logam induk. Gunakan puncher untuk membentuk kepala paku keling di bagian atas.

- Cekam logam induk pada ragum, masukkan paku keling untuk pengelingan satu sisi ke lubang yang tersedia. Gunakan riveter manual untuk membentuk paku keling tersebut dengan cara memasukkan kepala riveter pada ujung paku keling lalu lakukan penekanan berulang-ulang hingga paku keling terbentuk dengan sendiri nya akibat gaya dari riveter.

- Sambungkan riveter pneumatik pada selang udara. Atur tekanan udara pada katup dari pipa di dinding agar memiliki gaya yang cukup. Masukkan ujung paku keling yang sudah berada di antara logam induk ke mulut riveter tersebut. Tekan riveter pneumatik dan paku keling akan terbentuk.

Page 26: Laporan Praktikum Proses Maknufaktur II Modul 2

TUGAS TAMBAHAN

Rivet terbagi menjadi 4 jenis, yaitu solid, tubular, split, dan compression. Adapun kegunaan dari masing-masing jenisnya adalah sebagai berikut :

1. Solid rivet: banyak digunakan untuk sambungan-sambungan pada struktur statis seperti pada sayap pesawat, jembatan, dan kerangka bangunan (frame)

2. Tubular rivet: banyak digunakan untuk sambungan yang merupakan titik poros untuk berputar karena memiliki lubang di bagian ekornya

3. Split rivet: sama seperti solid rivet (yaitu banyak digunakan untuk sambungan pada struktur statis)

4. Compression rivet: bisa digunakan untuk sambungan pada struktur statis maupun sebagai titik poros