jurnal petunjuk tekfar

32
PETUNJUK PRAKTIKUM TEKNOLOGI FARMASI S1 FARMASI DISUSUN OLEH : TIM LABORATORIUM LABORATORIUM FARMASI INDUSTRI FAKULTAS FARMASI INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA

Upload: magdalena-r-putri

Post on 29-Dec-2015

187 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: JURNAL PETUNJUK TEKFAR

PETUNJUK PRAKTIKUM

TEKNOLOGI FARMASIS1 FARMASI

DISUSUN OLEH :

TIM LABORATORIUM

LABORATORIUM FARMASI INDUSTRI

FAKULTAS FARMASIINSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA

KEDIRI2013

Page 2: JURNAL PETUNJUK TEKFAR

Petunjuk Praktikum Farmasetika Sediaan Solida S1 Farmasi 2013

TATA TERTIB PRAKTIKUM

Para mahasiswa peserta praktikum wajib mematuhi tata tertib sebagai berikut :

SEBELUM PRAKTIKUM DIMULAI

1. Menyiapkan dengan baik jurnal materi praktikum yang akan dikerjakan. Peserta yang tidak menyiapkan jurnal tersebut tidak diperkenankan mengikuti praktikum.

2. Menyiapkan keperluan-keperluan yang tidak disediakan oleh Laboratorium (misalnya : lap, stoples plastik, map, masker, sarung tangan, tutup kepala dsb.).

3. Memberitahukan secara tertulis apabila karena sesuatu hal tidak dapat mengikuti praktikum, dengan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.

4. Dimohon tidak makan dan minum diruang praktikum

SELAMA PRAKTIKUM.

1. Sudah berada di ruang praktikum pada waktu yang ditentukan, keterlambatan lebih dari 15 menit tidak diperkenankan mengikuti praktikum.

2. Menandatangani daftar hadir3. Mengenakan jas praktikum4. Bekerja di tempat yang telah ditentukan.5. Bekerja dengan tertib6. Menjaga kebersihan ruang praktikum7. Tidak diperkenankan meninggalkan ruang praktikum tanpa izin dari dosen yang bertugas.

SETELAH PRAKTIKUM SELESAI.

1. Membersihkan meja, ruangan serta semua peralatan yang telah digunakan2. Bertanggung jawab atas hilang/rusaknya peralatan Laboratorium yang digunakan dan segera

mengganti dengan peralatan yang berkualitas sama.3. Menyerahkan laporan serta sediaan hasil praktikum pada tiap akhir periode suatu materi

praktikum. Peserta yang tidak menyerahkan laporan dan sediaan hasil praktikum pada waktu yang telah ditentukan tersebut tidak diperkenankan mengikuti materi praktikum yang berikutnya.

1

Page 3: JURNAL PETUNJUK TEKFAR

Petunjuk Praktikum Farmasetika Sediaan Solida S1 Farmasi 2013

TUJUAN PRAKTIKUM

Setelah mengikuti praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat memahami cara

merancang formula, proses manufaktur, pengujian selama proses, pengujian mutu

produk jadi, cara mengatasi masalah yang timbul selama proses manufaktur serta

pengemasan sediaan bentuk padat.

1. Merancang formula.

1.1. Menentukan metode pembuatan tablet berdasarkan data praformulasi.

1.2. Menyusun formula berdasarkan metode pembuatan yang dipilih

1.3. Menghitung jumlah bahan-bahan yang diperlukan.

2. Melakukan proses manufaktur.

2.1. Melakukan dan mengevaluasi proses pengecilan ukuran.

2.2. Melakukan dan mengevaluasi proses pencampuran.

2.3. Melakukan dan mengevaluasi proses granulasi

2.4. Melakukan dan mengevaluasi proses pengeringan

2.5. Melakukan dan mengevaluasi proses kompresi.

3. Melakukan dan mengevaluasi “in-process control”

3.1. Melakukan dan mengevaluasi karakteristik fisik granul/campuran, meliputi :

1. Bentuk dan ukuran.

distribusi ukuran

prosentase “fines”

bentuk partikel

2. Bobot Jenis.

bobot jenis benar

bobot jenis nyata

bobot jenis mampat

porositas

kompresibilitas

3. “ Residual Moisture Content”

3.2. Melakukan dan mengevaluasi karakteristik perilaku granul/ campuran,

meliputi:

1. Kecepatan alir

2. Sudut istirahat

3. Keseragaman kadar bahan obat

4. Kompaktibilitas.

4. Melakukan dan mengevaluasi pengujian mutu produk

4.1. Melakukan dan mengevaluasi keseragaman bobot

2

Page 4: JURNAL PETUNJUK TEKFAR

Petunjuk Praktikum Farmasetika Sediaan Solida S1 Farmasi 2013

4.2. Melakukan dan mengevaluasi keseragaman ukuran

4.3. Melakukan dan mengevaluasi waktu hancur

4.4. Melakukan dan mengevaluasi kekerasan

4.5. Melakukan dan mengevaluasi kerapuhan

4.6. Melakukan dan mengevaluasi keseragaman kandungan bahan obat

4.7. Melakukan dan mengevaluasi laju disolusi

5. Mengatasi masalah yang timbul dalam proses manufaktur

5.1. Mengatasi “capping/lamination”

5.2. Mengatasi “picking/sticking”

5.3. Mengatasi “mottling”

5.4. Mengatasi variasi bobot/ kekerasan

6. Melakukan proses penyalutan tablet

6.1. Melakukan proses penyalutan tablet/granul

6.2. Melakukan evaluasi tablet salut

7. Membuat kemasan.

7.1. Merancang dan mebuat kemasan

7.2. Merancang dan membuat brosur

3

Page 5: JURNAL PETUNJUK TEKFAR

Petunjuk Praktikum Farmasetika Sediaan Solida S1 Farmasi 2013

KEUNTUNGAN BENTUK TABLET VS KAPSUL :1. Lebih murah2. Lebih ringan dan kompak3. Pengemasan dan transportasinya lebih mudah dan murah4. Identifikasi lebih mudah dan lebih murah

KEKURANGAN BENTUK TABLET :1. Beberapa bahan obat sulit dikompresi (voluminous)2. Obat-obat yang pahit dan berbau harus disalut.

I. FORMULASI TABLET

Pada umumnya sediaan tablet mengandung zat aktif dan zat tambahan yang lazim disebut eksipien. Untuk zat aktif baru jika dibuat menjadi sediaan tablet, maka perlu dilakukan studi formulasi, untuk menjamin zat aktif dilepaskan pada waktu yang tepat pada lokasi yang diharapkan sedang keutuhan zat aktifnya tetap stabil sampai pada lokasi tubuh yang dikehendaki.

Langkah pertama dalam aktivitas formulasi dan desain sediaan tablet yang mengandung zat aktif baru adalah mempertimbangkan data praformulasi. Studi pra formulasi adalah penelitian atau pemeriksaan sifat-sifat fisika dan kimia suatu zat aktif tersendiri dan jika dikombinasikan dengan eksipien.

Bahan Awal Proses ProdukObat Formulasi KhasiatEksipien Manufaktur Aman

Stabil Akseptabel

PRAFORMULASI FORMULASI EVALUASI

II. SISTEMATIKA PROSES FORMULASI :

1. IDENTIFIKASI LOKASI PELEPASAN OBAT YANG OPTIMUM DALAM GIT:

Menurut pelepasannya obat dibagi menjadi 2 yaitu obat yang bekerja lokal dan yang bekerja secara sistemik. Contoh obat yang bekerja lokal adalah adsorben dan antasida. Lokasi pelepasan obat yang optimum ditentukan dengan cara:

a. Mengevaluasi dimana bahan obat diabsorbsi paling baik.b. Bagaimana stabilitas bahan obat pada segmen gastrointestinal tractus (GIT).

2. METODE PEMBUATAN TABLET Beberapa faktor yang Perlu Dipertimbangkan dalam Pemilihan Metode Pembuatan

Tablet :

1. Dosis

2. Kompaktibilitas.

3. Stabilitas terhadap air dan panas.

4. Aliran

4

Page 6: JURNAL PETUNJUK TEKFAR

Petunjuk Praktikum Farmasetika Sediaan Solida S1 Farmasi 2013

Pada dasarnya prinsip pembuatan tablet ialah memasukkan sejumlah bobot tertentu massa cetak ke dalam cetakan tablet lalu dikompresi dengan proses pembentukan massa yang lekat dan kompak dalam bentuk tertentu.Metode pembuatan tablet dibagi dalam 2 golongan :

Metode cetak langsung Metode granulasi

Sedangkan metode granulasi ada 2 macam, yaitu : Granulasi basah Granulasi kering

Berikut tabel metode pembuatan tablet :

NOMETODE GRANULASI METODE CETAK

LANGSUNGCARA BASAH CARA KERING1.

2.3.4.5.

6.7.8.

9.

Menghaluskan zat aktif atau eksipien (Milling)PencampuranPembuatan lar. PengikatPembuatan masa granulPengayakan masa

PengeringanPengayakan granulPenambahan lubrikan dan disintegranKompresi

Menghaluskan zat aktif atau eksipien (Milling)PencampuranSluggingPengayakan slugPenambahan Lubrikan dan disintegranKompresi

Menghaluskan zat aktif atau eksipien (Milling)

PencampuranKompresi

5

Besar

CL

GB

JelekBaik

Aliran

CL

Dosis

Kecil

Kompaktibilitas

Baik Jelek

GB

Stabilitas Terhadap Air

dan Panas

GB Aqua

Baik Jelek

GB Non Aqua

Page 7: JURNAL PETUNJUK TEKFAR

KESERAGAMAN KADARKECEPATAN ALIRBJ (BENAR – MAMPAT)DISTRIBUSI UKURAN GRANUL% MC

KALIBRASIHOMOGENITAS

IPC

JUMLAHHOMOGEN

UKURAN

%MC

ALAT

V-MIXER

GRANULATOR

10-14 MESH

OVEN

16-20 MESH

V-MIXER

ROTARY TABLET PRESS SINGLE PUNCH

Petunjuk Praktikum Farmasetika Sediaan Solida S1 Farmasi 2013

PROSES GRANULASI BASAH :ZAT AKTIF EKSIPIEN

PENIMBANGAN

PENCAMPURAN

GRANULASI

PENGAYAKAN

PENGERINGAN

PENGAYAKAN

GRANUL EVALUASI MUTU FISIK

PENCAMPURAN

KOMPRESI

TABLET

PROSES GRANULASI KERING :ZAT AKTIF EKSIPIEN

PENIMBANGAN

PENCAMPURAN ½ DISINTEGRAN - LUBRIKAN

KOMPRESI

PENGGILINGAN SLUG

PENGAYAKAN

GRANUL EVALUASI MUTU FISIK

PENCAMPURAN ½ DISINTEGRAN - LUBRIKAN

KOMPRESI

TABLET

Keuntungan Metode Cetak langsung :1. Ekonomis : Alat, ruang, energi dan tenaga kerja.2. Stabilitas lebih baik karena tanpa proses pemanasan dan penambahan air.3. Partikel bahan obat dapat dilepas bebas.4. Pengaruh penyimpanan thd laju disolusi jarang terjadi.

Kerugian Metode Cetak Langsung :1. Obat-obat dengan dosis tinggi, voluminous, kompaktibilitas jelek, sifat alir jelek

sulit dicetak langsung.

2. Mikronisasi --> sifat alir menurun, kompaktibilitas menjadi berkurang.

3. Bahan pembawa cetak langsung harganya mahal.

6

KECEPATAN ALIR BJ (BENAR-TETAP) DISTRIBUSI UKURAN

SLUG

ALAT

V-MIXER

SLUGGING ROLLER COMPACTOR CHILSONATOR HUTT COMPACTOR

MILLING SIZING

ROTARY TABLET PRESS

SINGLE PUNCH

Page 8: JURNAL PETUNJUK TEKFAR

Petunjuk Praktikum Farmasetika Sediaan Solida S1 Farmasi 2013

4. Kemungkinan terjadinya segregasi (pemisahan) besar.

Keuntungan Metode Granulasi Basah :

1. Adanya bahan pengikat dapat meningkatkan kohesivitas dan kompaktibilitas

tekanan kompresi dapat dikurangi shg mesin lebih awet.

2. Bahan obat dengan dosis besar, sifat alir dan kompaktibilitas jelek hanya dapat

dibuat dengan metode ini.

3. Distribusi bahan obat dosis rendah dan zat warna lebih homogen.

4. Kemungkinan segregasi kecil.

5. Laju disolusi bahan obat dapat ditingkatkan dengan pemilihan bahan pengikat

dan pelarut yang tepat.

Kerugian Metode Granulasi Basah :

1. Mahal

2. Bahan obat yang peka thd kelembabab perlu solven anhidrous (berbahaya bagi

kesehatan dan eksplosif).

3. Kemungkinan terjadinya migrasi bahan obat dan zat warna yang larut dalam

pelarut bahan pengikat.

4. Adanya pelarut dapat meningkatkan masalah inkompatibilitas.

Keuntungan Metode CetakLangsung :

1. Untuk bahaan yg peka terhadap lembab dan panas.

2. Meningkatkan disintegrasi tablet.

3. Tidak terjadi migrasi

Kerugian Metode Cetak Langsung :

1. Perlu mesin khusus (heavy duty machine).

2. Distribusi warna tidak homogen.

3. Menimbulkan debu kontaminasi silang.

EKSIPIEN

Tujuan Penambahan Eksipien :

1. Menghasilkan pelepasan bahan obat yang baik.

2. Mendapatkan sifat - sifat fisik dan mekanik yang baik.

3. Memudahkan proses manufaktur.

Syarat Eksipien :

1. Inert (secara kimia dan fisiologis)

2. Organoleptis tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa (kecuali corrigen

odoris, coloris dan saporis).

3. Ekonomis : murah dan mudah didapat.

4. Sedapat mungkin berfungsi lebih dari 1.

Pemilihan Eksipien Tablet :

a. Bahan pengisi

b. Bahan pengikat

7

Page 9: JURNAL PETUNJUK TEKFAR

Petunjuk Praktikum Farmasetika Sediaan Solida S1 Farmasi 2013

c. Disintegran

d. Lubrikan

e. Bahan pewarna

f. Flavour dan sweetener

g. Adsorben

h. Eksipien Cetak Langsung

i. Eksipien Granulasi Kering

a. Bahan Pengisi

Fungsi : meningkatkan masa (bulk) tablet sehingga formula sesuai untuk dikompresi.

Bahan pengisi yang tidak larut :

1. Ca sufat 2 H2O

2. Calcium carbonat

3. Dibasic Calcium Phospate

4. Tribasic Calcium Phospate

5. Starch (Amylum)

6. Modified starch

7. Mycrocristaline cellulose (Avicel).

Bahan pengisi yang larut :

1. Lactose

2. Sucrose

3. Sorbitol

b. Bahan Pengikat

Fungsi : meningkatkan kohesivitas serbuk membentuk granul yang pada proses

kompresi dapat membentuk masa tablet yang kompak.

Bagian % larutan musilago % dari formula

Acacia 10 -20 2-5

Gelatin 10-20 1-5

Gelatin acacia 10-20 2-5

Tragacant 3-10 1-4

Sodium Alginat 3-5 2-5

Glucose 25-50 2-25

Sucrose 50-85 2-25

Sorbitol 10-25 2-10

Starch paste 5-10 1-5

Methyl cellulose 2-10

Na CMC 2-10

Ethyl Cellulose 5-10

Polyvinyl pirrolidone (PVP)

3-15 2-5

8

Page 10: JURNAL PETUNJUK TEKFAR

Petunjuk Praktikum Farmasetika Sediaan Solida S1 Farmasi 2013

Polyvinil alkohol 5-10

Cara penambahan :

1. Dalam bentuk kering, kemudian dibasahi dengan air, alkohol, atau campuran air

- alkohol

2. Dalam bentuk musilago.

c. Bahan Penghancur ( Disintegrant)

Fungsi : Memudahkan hancurnya tablet setelah kontak dengan cairan GIT

Bahan Konsentrasi dalam Granul

Starch (wheat, corn, rice, potato) 5-20

Avicel 5-20

Primogel 5-15

Ac-Di-Sol

Alginic Acid 5-10%

Guar Gum 5-10

Kaolin 5-15

Veegum 5-15

Bentonit 5-15

Acid base 5-20

Sod. CMC

Sod. Starch glycolate

Cara Penambahan :

1. Internal

2. Eksternal

3. Kombinasi

d. Lubricant

Berdasarkan fungsinya dibagi menjadi 3 macam :

1. Lubricant (pelumas)

2. Antiadherent (antilekat)

3. Glidan (pelincir)

d.1. Lubricant (Pelumas)

Fungsi: Mengurangi friksi antara granul / tablet dengan dinding die pada saat

kompresi.

Berikut ini merupakan lubrikan yang tidak larut dalam air :

Bahan Pemakaian (%)Stearat (Mg, Ca, Na, Zn) 0,25 -2Asam Stearat 0,25 -2Sterotex 0,25 -2Sterowet 1-5Talc 1-5Waxes 1-5Light Mineral Oil Jarang dipakai

Berikut ini merupakan lubrikan yang larut dalam air :

9

Page 11: JURNAL PETUNJUK TEKFAR

Petunjuk Praktikum Farmasetika Sediaan Solida S1 Farmasi 2013

Bahan Pemakaian (%)Boric Acid 1Sod. Benzoate 5Sodium Acetate 5Sod. Benzoate + Sodium Acetate 1-5Sod. Chloride 1-5Sod. Oleate 1-5Na Lauryl Sulfate 1-5Mg Lauryl Sulfate 1-5PEG 4000 1-5PEG 6000 1-5DL-Leucine 1-5

d.2. Antiadherent (Anti Lekat)

Fungsi : Mencegah melekatnya granul / tablet pada permukaan punch.

Bahan Pemakaian (%)Talc 1-5Metalic Stearates <1Corn Starch 3-10Cab – O – Sil 1-3Syloid 0,5-3Na Lauryl Sulfate <1DL- Leucine 3-10

d.3. Glidan (Pelincir)

Fungsi : Memperbaiki aliran granul / campuran serbuk.

Bahan Pemakaian (%)Starch 2-5Talc 0,3-10Cab – O – SilSyloid 0,1-0,5AerosilMg Stearat 0,2-2Ca Stearat 0,25-3Zn Stearat 0,2-2Mg Carbonat 0,5-2Mg Oxide 0,5-2,5Ca Silicate 0,5-1Dibasic Ca Phosphat 1-3

NB : Untuk granul yang higroskopis atau mengandung MC >>>, maka dapat

digunakan campuran glidan tipe silika dan MgO.

e. Bahan Pewarna

Fungsi : Mencegah Mix up pada proses manufaktur, Membedakan dari produk pabrik

yang lain dan Efek Estetika.

Ada 2 Jenis :

1. Dyes

2. Lakes

Menurut FDA bahan pewarna dikatagorikan menjadi 3 macam :

1. FD & C Colors (Food Drug & Cosmetics Colors)

2. D & C Colors

3. External D & C Colors.

10

Page 12: JURNAL PETUNJUK TEKFAR

Petunjuk Praktikum Farmasetika Sediaan Solida S1 Farmasi 2013

f. Flavour & Sweeteners

Fungsi : Memperbaiki rasa pada “ Chewable Tablet “

Contoh :

- Sirup gula

- Menthol

- Chocolate

- Fruit Flavour

- NaCl merupakan flavour modifier yang paling penting untuk mengatasu rasa

manis yang memualkan.

- Monosodium Glutamat berpotensi untuk menutupi rasa logam dan rasa pahit

pada barbiturat.

g. Adsorben

Fungsi : mengadsorbsi cairan (minyaj campuran eutektik, ekstrak cair) supaya dapat

dicampurkan kedalam tablet.

Contoh :

- Silicon dioxide : Siloid, Cab-O-Sil, Aerosil.

- Clays : Bentonit, Kaolin

- Mg Silicate

- Mg Carbonate

- Starch

h. Bahan Pembawa Cetak Langsung

Fungsi : Sebagai pengisi dan pengikat pada formula-formula cetak langsung

Syarat : Kompaktibilitas dan sifat alirnya baik.

BAHAN M.C (%) BJ NYATA (g/ml)

Spray dried Lactose 5 0,68

Fast Flo Lactose 5 0,70

Anhydrous Lactose 0,25-0,5 -

Micocristaline Cellulose

- Avicel PH 101

- Avicel PH 102

<5

<5

0,32

0,34

Emcompress 0,5 0,91

Nu - tab < 1 0,70

Emdex 7,8-9,2 0,64

i. Bahan Pengisi Untuk Granulasi Kering

Contoh :

- Lactose

- Dextrose

- Sucrose

- Micocristalline Cellulose

- Ca Sulphate.

EVALUASI

11

Page 13: JURNAL PETUNJUK TEKFAR

Petunjuk Praktikum Farmasetika Sediaan Solida S1 Farmasi 2013

I. PENGUJIAN MUTU FISIK BAHAN BAKU

A. UJI KOMPAKTIBILITAS

Kemampuan Serbuk membentuk massa kompak dengan pemberian tekanan, tergantung pada karakteristik kompresibilitas serbuk tersebut. Kompresibilitas serbuk dapat segera diketahui degan menggunakan penekan hidrolik. Serbuk yang dapat membentuk tablet yang keras tanpa menunjukkan kecenderungan “capping” atau “chipping” dapat dianggap kompresibel.

Informasi mengenei sifat kompresi bahan murni sangat bermanfaat. Bahan-bahan yang akan dicetak menjadi tablet harus bersifat plastis, yaitu dapat mengalami deformitas yang permanen tetapi juga harus menunjukkan fragmentasi sampai derajat tertentu. Oleh karena itu, bila dosis bahan obat tinggi dan bersifat plastis, maka eksipien yang ditambahkan harus yang bersifat rapuh, misalnya : laktosa, kalsium fospat. Sebaliknya, apabila bahan obat rapuh atau elastis, maka harus digunakan eksipien yang plastis, misalnya selulosa mikrokristal serta bahan-bahan pengikat dalam granulasi basah.

ALAT-ALAT :1. Timbangan analitik2. Penekan hidrolik3. Hardness tester

PROSEDUR KERJA :1. Timbang teliti 3 x 500 mg bahan obat dan 3 x 5 mg (1%) Mg stearat sebagai

lubrikan.2. Campur sampel A dan B dengan lubrikan selama 5 menit dan sampel C selama

30 menit dengan tumble mixing.3. Masukkan sampel-sampel tersebut ke dalam alat penekan hidrolik

(matris IR 13 mm) dan kompresi dengan tekanan 1 ton selama waktu sbb :Sampel A : 2 detikSampel B : 30 detikSampel C : 2 detik

4. Kemudian simpan masing-masing tablet dalam wadah tertutup selama semalam pada suhu kamar supaya terjadi keseimbangan.

5. Tentukan kekerasan tablet-tablet tersebut menggunakan hardness tester dan catat “crushing strength” tablet-tablet tersebut.

6. Interpretasi hasil :PLASTIS FRAGMENTASI

A < BA > C

A = BA = C

C < A < B A = B = C

12

SAMPEL A SAMPEL B SAMPEL C

500 mg BO + 5 mg Mg stearat

Mixing 5 menit

Kompresi 2 detik

500 mg BO + 5 mg Mg stearat

500 mg BO + 5 mg Mg stearat

Mixing 5 menit Mixing 30 menit

Kompresi 30 detik Kompresi 2 detik

Page 14: JURNAL PETUNJUK TEKFAR

Petunjuk Praktikum Farmasetika Sediaan Solida S1 Farmasi 2013

B. DISTRIBUSI UKURAN GRANUL & “FINES”

ALAT-ALAT :1. Timbangan 2. Seperangkat pengayak standar3. Alat penggetar pengayak

PROSEDUR KERJA :1. Timbang ………………… g granul2. Timbang bobot masing-masing pengayak serta pan penampung yang akan

digunakan.3. Susun pengayak-pengayak tersebut dengan ukuran terbesar diletakkan diatas dan

pan penampung dibawah.4. Letakkan susunan pengayak tersebut diatas alat penggetar pengayak (Retsch

Vibrator 3D).5. Letakkan granul yang sudah ditimbang pada pengayak paling atas, tutup dan

kencangkan.6. Getarkan pengayak dengan kecepatan getaran …………… selama …………. Menit.7. Timbang bobot granul masing-masing pengayak beserta granul yang terdapat

didalamnya.8. Hitung bobot granul yang terdapat pada masing-masing pengayak serta pan

penampung tersebut.9. Buat tabel serta kurva distribusi ukuran granul yang didapat.

HASIL PENGAMATAN :Pengayak Bobot

pengayak + granul (g)

Bobotgranul (g)No. Mesh

Diameter Lubang (µm)

Bobot (g)

30 60035 50040 42570 212140 106pan

Contoh tabel distribusi ukuran granul/”fines” :

Ukuran granul (µm)Bobot granul

G % % kumulatif <600

600 - 500 500 - 425 425 - 212 212 - 106 106 – pan

Jumlah 100 %

C. BOBOT JENIS

Bobot Jenis Benar

Bobot jenis benar suatu bahan padat adalah bobot jenis bahan tersebut tanpa pori-pori. Bobot jenis benar ditentukan dengan piknometer dengan menggunakan

13

Page 15: JURNAL PETUNJUK TEKFAR

Petunjuk Praktikum Farmasetika Sediaan Solida S1 Farmasi 2013

solvent yang tidak melarutkan bahan (biasanya digunakan parafin cair, heksan, xylen dsb)

ALAT-ALAT :1. Piknometer 25 cc2. Neraca analitik

PROSEDUR KERJA :1. Timbang Piknometer 25 cc kosong (W1 g)2. Isi piknometer dengan solvent dan bersihkan kelebihan pada ujungnya.

Timbang piknometer + solvent (W1¹ g).3. Hitung bobot solvent (W1¹ g - W1 g) = W2 g.4. Tuang sebagian solvent 2-3 cc kedalam tabung bersih.5. Timbang teliti 1 – 1,5 g bahan (W3 g).6. Masukkan secara kuantitatif bahan tersebut kedalam piknometer yang berisi solven

sebagian.7. Tambahkan solven kedalam piknometer sampai tanda batas dan timbang (W4 g).8. Hitung bobot jenis benar dengan rumus sbb :

W2. W3

⌠= ----------------------------------------------------------------- g/cc [ 25 { W2 + W3 – ( W4 – W1 ) } ]

HASIL PENGAMATAN :1. Bobot piknometer kosong (W1 g) = …………… g2. Bobot piknometer + solvent (W1¹ g) = …………… g3. Bobot solvent (W1¹ g - W1 g) = W2 g = …………… g4. Bobot bahan (W3 g) = …………… g5. Bobot piknometer + solvent + bahan (W4 g) = …………… g

Bobot Jenis Nyata

Bobot jenis nyata adalah perbandingan massa terhadap volume dari sejumlah serbuk yang dituang bebas kedalam suatu gelas ukur.

ALAT-ALAT :1. Gelas ukur 100 ml2. Neraca analitik

PROSEDUR KERJA :1. Tuangkan ke dalam gelas ukur 100 ml yang dimiringkan pada sudut 45º dengan

cepat (dapat melalui corong).2. Tegakkan gelas ukur, ratakan permukaan bahan dan baca volumenya ( V ml ).3. Hitung bobot jenis nyata dengan rumus sbb :

14

W⌠B= -------------- g/ml

V

Page 16: JURNAL PETUNJUK TEKFAR

Petunjuk Praktikum Farmasetika Sediaan Solida S1 Farmasi 2013

Bobot Jenis Mampat

Bobot jenis mampat adalah perbandingan massa terhadap volume setelah massa tersebut dimampatkan sampai volume tetap. Pengukurannya dapat dilakukan segera setelah pengukuran bobot jenis nyata , dengan menggunakan “tapping machine”. Bobot jenis mampat mempunyai korelasi dengan bobot jenis nyata karena keduanya ditentukan dari bahan yang mempunyai sifat-sifat sama, misalnya : bentuk partikel, ukuran dan distribusi ukuran partikel. Pemampatan hanya menyebabkan struktur “packing” yang lebih rapat.

ALAT-ALAT :1. Gelas ukur2. Neraca analitik3. Alat pengetuk

PROSEDUR KERJA :1. Setelah pembacaan volume nyata, letakkan gelas ukur yang berisi bahan tsb pada

alat pengetuk.2. Jalankan alat dan amati volume bahan pada tiap interval 100 ketukan dari 100

sampai 500 ketukan, kemudian 1000 ketukan. Pada 1000 ketukan, amati volume bahan pada tiap interval 1000 ketukan sampai total 4000 ketukan.

3. Catat volume bahan dalam gelas ukur pada tiap interval 100 ketukan, sampai tiga

pengamatan yang berurutan menunjukkan volume yang tetap ( V¹ ml ).

4. Hitung bobot jenis mampat dengan rumus sbb :

D. KANDUNGAN LENGAS (RESIDUAL MOISTURE CONTENT).Kandungan lengas merupakan salah satu faktor yang sangat penting dan

menentukan cocok tidaknya granul tersebut untuk proses-proses selanjutnya, stabilitas kimia bahan serta kemungkinan kontaminasi mikroba.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebaiknya kandungan lengas berada dalam keseimbangan dengan kelembaban relatif udara di ruang produksi. Kandungan lengas yang terlalu rendah meningkatkan kemungkinan “capping”, sedangkan kandungan lengas yang terlalu tinggi meningkatkan kemungkinan terjadinya “picking”.

ALAT-ALAT :Moisture Analyzer ( OHAUS MB 45)PROSEDUR KERJA :1. Tekan tombol ON2. Buka cover (tutup) Moisture Analyzer.3. Bersihkan pan (tempat sampel)4. Tempatkan pan pada tempatnya5. Tekan tombol TARE, alat akan menunjukkan angka NOL6. Taburkan dengan rata sampel ke dalam pan (berat sampel 1-1,5 g)7. Tutup cover8. Tekan tombol START9. Setelah 10 menit proses akan berhenti

15

W⌠T= -------------- g/ml

Page 17: JURNAL PETUNJUK TEKFAR

Petunjuk Praktikum Farmasetika Sediaan Solida S1 Farmasi 2013

10. Catat % moisture

E. KECEPATAN ALIR

Kecepatan alir merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap keseragaman bobot tablet yang dihasilkan. Untuk menghasilkan tablet dengan bobot yang seragam, diperlukan suatu batas kecepatan alir minimum.

ALAT-ALAT :1. Corong standar2. Stopwatch

PROSEDUR KERJA :1. Pasang corong pada statif dengan jarak ujung pipa bagian bawah ke bidang datar

+ 10 cm.2. Timbang teliti W g bahan.3. Tuang bahan tsb ke dalam corong dengan dasar lubang corong ditutup.4. Buka tutup dasar corong sambil jalankan stopwatch.5. Catat waktu yang diperlukan mulai bahan mengalir sampai bahan dalam corong

habis ( t detik ).6. Hitung kecepatan alir dengan rumus sbb :

F. SUDUT ISTIRAHAT

Dalam praktek, penentuan sudut istirahat tidak mempunyai banyak manfaat, sebab pada kenyataannya bahan-bahan berbeda yang mempunyai sudut istirahat sama, tidak menunjukkan sifat alir sama. Hal ini timbul karena terjadinya sagregasi pada permukaan timbunan bahan, karena partikel-partikel besar dengan bobot jenis yang lebih berat akan meluncur lebih cepat dari pada partikel-partikel kecil yang kasar lagi ringan.

Penentuan sudut istirahat dapat dilakukan bersamaan dengan penentuan kecepatan alir.

ALAT-ALAT :1. Corong standar2. Penggaris / jangka sorong

PROSEDUR KERJA :1. Ukur tinggi timbunan bahan dibawah corong hasil penentuan kecepatan alir ( h cm )2. Ukur jari-jari alas kerucut timbunan bahan tersebut ( r cm )3. Hitung sudut istirahat dengan rumus sbb :

hα = tan -1 ------------

r

16

WKecepatan alir = -------------- g/detik

t

Page 18: JURNAL PETUNJUK TEKFAR

Petunjuk Praktikum Farmasetika Sediaan Solida S1 Farmasi 2013

II. PENGUJIAN MUTU FISIK TABLET(QUALITY CONTROL)

Beberapa macam pengujian yang telah dikembangkan untuk mengevaluasi mutu sediaan tercantum secara resmi pada farmakope, tetapi ada pula yang tidak tercantum meskipun hal tersebut sangat penting dalam mengevaluasi sediaan jadi.Macam-macam pengujian yang tercantum dalam farmakope indonesia edisi III adalah :

1. Uji keseragaman ukuran2. Uji keseragaman bobot3. Uji waktu hancur/disintegrasi4. Uji kadar obat

Macam-macam pengujian yang tercantum dalam farmakope indonesia edisi IV adalah :1. Uji keseragamn sediaan2. Uji waktu hancur/disintegrasi3. Uji persentase terlarut/disolusi4. Uji kadar obat

Sedangkan pengujian yang tidak tercantum dalam farmakope :1. Uji kekerasan tablet (hardness)2. Pemeriksaan porositas3. Uji kerapuhan tablet (friability)

A. UJI KESERAGAMAN UKURAN

MENURUT FI III :Alat : jangka sorongCara pembacaan jangka sorong :

Perhatikan skala cm dan skala mm. Perhatikan posisi angka 0 (nol) skala mm pada skala cm. Ketepatan ukuran dilihat pada skala mm yang berada tepat segaris dengan skala

cm. Penulisan hasil tiga angka di belakang koma dengan satuan cm (centimeter).

Syarat : kecuali dinyatakan lain, garis tengah tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 kali tebal tablet.

B. UJI KESERAGAMAN BOBOT

MENURUT FI III :Alat : timbangan analitik

UNTUK TABLET TIDAK BERSALUT Timbang 20 tablet, hitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika ditimbang satu-persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing

bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A, dan tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom B.

Jika tidak mencukupi 20 tablet, dapat digunakan 10 tablet, tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan kolom A, dan tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan kolom B.

17

Page 19: JURNAL PETUNJUK TEKFAR

Petunjuk Praktikum Farmasetika Sediaan Solida S1 Farmasi 2013

BOBOT RATA-RATAPENYIMPANGAN BOBOT RATA-RATA

DALAM %A B

25 mg atau kurang26 mg – 150 mg151 mg – 300 mgLebih dari 300 mg

15 %10 %7,5 %5 %

30 %20 %15 %10 %

MENURUT FI III :UNTUK KAPSUL YANG BERISI OBAT KERING

Timbang 20 kapsul. Timbang lagi satu per satu. Keluarkan isi semua kapsul, timbang seluruh bagian cangkang kapsul. Hitung bobot isi kapsul dan bobot rata-rata tiap isi kapsul. Perbedaan dalam persen bobot isi tiap kapsul terhadap bobot rata-rata tiap isi

kapsul tidak lebih dari yang ditetapkan kolom B.

BOBOT RATA-RATA ISI KAPSUL

PERBEDAAN BOBOT ISI KAPSUL DALAM %A B

120 mg atau kurangLebih dari 300 mg

+10 %+7,5 %

+20 %+15 %

UNTUK KAPSUL YANG BERISI BAHAN OBAT CAIR ATAU PASTA Timbang 10 kapsul. Timbang lagi satu per satu. Keluarkan isi semua kapsul, cuci cangkang kapsul dengan eter P. Buang cairan cucian, biarkan hingga tidak berbau eter, timbang seluruh bagian

cangkang kapsul. Hitung bobot isi kapsul dan bobot rata-rata tiap isi kapsul. Perbedaan dalam persen bobot isi tiap kapsul terhadap bobot rata-rata tiap isi

kapsul tidak lebih dari 7,5 %.

MENURUT FI IV :

UJI KESERAGAMAN SEDIAAN

Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan salah satu dari dua metode, yaitu : keragaman bobot atau keseragaman kandungan. Persyaratan keragaman bobot dapat diterapkan pada produk kapsul lunak berisi cairan, atau pada produk yang mengandung zat aktif 50 mg atau lebih yang merupakan 50 % atau lebih dari bobot satuan sediaan. Jika zat aktif dalam kandungan kecil ditetapkan dengan persyaratan keseragaman kandungan.

18

Page 20: JURNAL PETUNJUK TEKFAR

Petunjuk Praktikum Farmasetika Sediaan Solida S1 Farmasi 2013

KERAGAMAN BOBOT

TABLET TIDAK BERSALUT Timbang seksama 10 tablet, satu per satu, dan hitung bobot rata-rata. Dari hasil penetapan kadar yang diperoleh seperti yang tertera dalam masing-

masing monografi, hitung jumlah zat aktif dari masing-masing 10 tablet dengan anggapan zat aktif terdistribusi homogen.

KAPSUL KERAS Timbang seksama 10 kapsul, satu per satu, beri identitas tiap kapsul. Keluarkan isi tiap kapsul dengan cara yang sesuai. Timbang seksama tiap cangkang kapsul kosong dan hitung bobot netto dari isi

tiap kapsul dengan cara mengurangkan bobot cangkang kapsul dari masing-masing bobot kapsul.

Dari hasil penetapan kadar, seperti tertera pada masing-masing monografi hitung jumlah zat aktif dari tiap kapsul dengan anggapan zat aktif terdistribusi homogen.

KAPSUL LUNAK Timbang seksama 10 kapsul, satu per satu untuk memperoleh bobot kapsul, beri

identitas tiap kapsul. Buka kapsul dengan alat pemotong bersih dan kering yang sesuai seperti gunting

atau pisau tajam. Keluarkan isi dan cuci dengan pelarut yang sesuai. Biarkan sisa pelarut menguap dari cangkang kapsul pada suhu kamar dalam

waktu kurang lebih 30 menit. Timbang cangkang kapsul, dan hitung bobot netto isi kapsul. Dari hasil penetapan kadar, seperti tertera pada masing-masing monografi hitung

jumlah zat aktif dari tiap kapsul dengan anggapan zat aktif terdistribusi homogen.

KESERAGAMAN KANDUNGAN

TABLET TIDAK BERSALUT DAN BERSALUTKAPSUL KERAS DAN LUNAK

Tetapkan kadar 10 satuan satu per satu seperti tertera pada penetapan kadar dalam masing-masing monografi, kecuali dinyatakan lain dalam uji keseragaman kandungan.

C. UJI KEKERASAN TABLET

Kekerasan tablet adalah gaya yang dibutuhkan untuk memecahkan tablet, diukur dalam satuan kg, kP ataupun Newton.Alat : Hardness tester.

PROSEDUR UJI KEKERASAN TABLET Ambil 20 tablet. Letakkan tablet uji pada tempat diantara dua baja yang bergerak. Jalankan alat, amati angka yang tertera pada alat.

19

Page 21: JURNAL PETUNJUK TEKFAR

Petunjuk Praktikum Farmasetika Sediaan Solida S1 Farmasi 2013

Apabila tablet telah pecah, maka angka pada alat akan berhenti. Angka yang tertera dalam satuan Newton.

Persyaratan kekerasan untuk tablet konvensional adalah 4 – 8 kg, sedangkan untuk tablet hisap > 10 kg.

D. UJI KERAPUHAN

Kerapuhan tablet adalah ketahanan suatu tablet terhadap goncangan selama proses pengangkutan dan penyimpanan. Bila tablet mudah rapuh, maka kualitas tablet berkurang, tablet tidak bisa mempertahankan bentuknya, kehilangan berat, atau bahkan mudah pecah.Kerapuhan tablet dinyatakan dalam persen, dan persyaratannya untuk tablet konvensional adalah kurang dari 0,5-1%.

Alat : friabilator

PROSEDUR UJI KERAPUHAN TABLET Ambil 20 tablet, bagi menjadi 2 kelompok tablet. Masing-masing tablet dijepit dengan pinset, dibersihkan dengan hati-hati

menggunakan kuas, kemudian ditimbang setiap kelompok. Masukkan tablet kelompok A ke dalam satu sisi alat penguji kerapuhan, dan

kelompok B pada sisi yang lain. Jalankan alat dengan kecepatan 25 putaran per menit selama 4 menit. Keluarkan tablet dari alat dan bersihkan menggunakan kuas dengan hati-hati. Timbang lagi tablet tersebut. Hitung prosentase kehilangan bobotnya.

E. UJI WAKTU HANCUR

Waktu hancur merupakan indikator disintegrasi sediaan, yaitu pecahnya sediaan padat menjadi granul-granul. Uji waktu hancur tidak menyatakan bahwa sediaan atau bahan aktifnya terlarut sempurna.

Alat : disintegrator

Sediaan bentuk padat granul/agregat partikel-partikel halus

DisolusiDisolusi Disolusi

Obat dalam larutan

Absorbsi

Obat dalam darah, cairan lain, dan jaringan.

Gambar 1 : Skema mekanisme sediaan padat sampai terabsorbsi di dalam tubuh. (diambil dari Remmington : The science and practice of pharmacy, 19th edition)

20

Page 22: JURNAL PETUNJUK TEKFAR

Petunjuk Praktikum Farmasetika Sediaan Solida S1 Farmasi 2013

PROSEDUR UJI WAKTU HANCUR MENURUT FI IV

TABLET TIDAK BERSALUT Masukkan tablet yang akan diuji pada masing-masing tabung keranjang, disusul

satu cakram penuntun pada tiap tabung. Keranjang dimasukkan ke dalam gelas beker berukuran 1 (satu) liter yang

berisikan air suling dengan suhu 37 ºC + 2 ºC sebagai media kecuali dinyatakan menggunakan cairan lain dalam masing-masing monografi.

Jalankan alat, pada akhir batas waktu seperti yang tertera dalam monografi, angkat keranjang dan amati semua tablet : semua tablet harus hancur sempurna.

Bila 1 tablet atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya, tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji harus hancur sempurna.

TABLET BERSALUT BUKAN ENTERIK Masukkan 1 tablet yang akan diuji pada masing-masing tabung keranjang, jika

tablet mempunyai penyalut luar yang dapat larut, celupkan keranjang dalam air pada suhu kamar selama 5 menit.

Masukkan cakram penuntun pada tiap tabung. Keranjang dimasukkan ke dalam gelas beker berukuran 1 liter yang berisikan cairan lambung buatan LP dengan suhu 37 ºC + 2 ºC.

Jalankan alat selama 30 menit, kemudian angkat keranjang dan amati semua tablet.

Bila tablet tidak hancur sempurna, ganti media dengan cairan usus buatan LP dengan suhu 37 ºC + 2 ºC dan teruskan pengujian hingga jangka waktu keseluruhan.

Termasuk pencelupan dalam air dan cairan lambung buatan LP adalah sama dengan batas waktu yang dinyatakan dalam masing-masing monografi ditambah 30 menit.

Angkat keranjang dan amati semua tablet : semua tablet harus hancur sempurna. Bila 1 tablet atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12

tablet lainnya, tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji harus hancur sempurna.

TABLET BERSALUT ENTERIK Masukkan 1 tablet yang akan diuji pada masing-masing tabung dari keranjang,

jika tablet mempunyai penyalut luar yang dapat larut, celupkan keranjang dalam air pada suhu kamar selama 5 menit.

Tanpa menggunakan cakram. Keranjang dimasukkan ke dalam gelas beker berukuran 1 liter yang berisikan cairan lambung buatan LP dengan suhu 37 ºC + 2 ºC.

Jalankan alat selama 1 jam, kemudian angkat keranjang dan amati semua tablet : tablet tidak hancur , retak atau lunak.

Masukkan cakram penuntun pada tiap tabung, jalankan alat, gunakan media cairan usus buatan LP dengan suhu 37 ºC + 2 ºC selama jangka waktu 2 jam ditambah dengan batas waktu yang dinyatakan dalam masing-masing monografi, atau bila dalam monografi dinyatakan hanya tablet salut enterik, maka hanya selama batas waktu yang dinyatakan dalam monografi.

Angkat keranjang dan amati semua tablet : semua tablet harus hancur sempurna. Bila 1 tablet atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12

tablet lainnya, tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji harus hancur sempurna.

21

Page 23: JURNAL PETUNJUK TEKFAR

Petunjuk Praktikum Farmasetika Sediaan Solida S1 Farmasi 2013

KAPSUL GELATIN KERAS Lakukan pengujian dengan prosedur seperti yang tertera pada tablet tidak

bersalut, tanpa menggunakan cakram. Sebagai pengganti cakram digunakan suatu kasa berukuran 10 mesh seperti yang

diuraikan pada rangkaian keranjang. Kasa ini ditempatkan pada permukaan lempengan atas dari rangkaian keranjang.

Amati kapsul dalam batas waktu yang dinyatakan dalam masing-masing monografi : semua kapsul harus hancur kecuali bagian dari cangkang kapsul.

Bila 1 tablet atau 2 kapsul tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12 kapsul lainnya, tidak kurang 16 dari 18 kapsul yang diuji harus hancur sempurna.

KAPSUL GELATIN LUNAKLakukan pengujian dengan prosedur sama dengan yang tertera pada kapsul gelatin keras.

22

Page 24: JURNAL PETUNJUK TEKFAR

Petunjuk Praktikum Farmasetika Sediaan Solida S1 Farmasi 2013

DAFTAR PUSTAKA

1. Carstensen, J. T., 1977, Pharmaceutics of Solids and Solid Dosage Forms, John Wiley & Sons, New York, p. 230.

2. Carstensen, J.T., and Ping Ching Can, 1977, Flow Rate and Repose Angles of Wet Process Granulations, J. Pharm. Sci., 66 p. 1235-1328

3. Dep. Kes. RI, Farmakope Indonesia, Edisi III, Jakarta, 19794. Dep. Kes. RI, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Jakarta, 19955. Handbook of Pharmaceutical Excipients, p. 363.6. Ohaus, 2001, Instruction Manual MB45 Moisture Analyzer, Ohaus Corporation 19A

Chapin Road, Pine Brook, NJ 07058-9878, USA7. Remmington, The Science And Practice Of Pharmacy, 19th Ed.8. Sucker, H., 1982, Test Methods for Granulates, Pharm. Ind., 44, Nr. 3. p. 312 – 316.9. The United States Pharmacopoeia, 1990, 22nd Ed., United States Pharmacopeial

Convention Inc., p. 1602.10. Wells, J.I., 1988, Pharmaceutical Preformulation : The Physicochemical Properties

of Drug Substances, Ellis Horwood Ltd., England, p. 211-214

23