laporan skenario 2

48
SKENARIO II. LIMBAH MEDIS (Dr. Ristya Widi Endah Yani, drg., M.Kes) (drg. Hestieyonini Hadnyanawati, M.Kes) (drg. Kiswaluyo, M.Kes) Sebuah Koran di Kota Maju Kecamatan Maju Makmur mengabarkan bahwa sering ditemukannya mainan anak-anak berupa jarum suntik bekas yang diperjual belikan di pasaran. Jarum suntik tersebut masih beraroma obat- obatan. Jarum suntik merupakan salah satu limbah medis yang berdampak negatif bagi kesehatan lingkungan dan masyarakat, karena dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Sebuah rumah sakit menghasilkan limbah medis dan non medis. Rumah sakit harus memiliki alat pengelolaan limbah medis. Ijin rumah sakit bisa dikeluarkan jika memiliki alat tersebut. Terkait dengan itu, Dinas Kesehatan terus melakukan pendataan dan pengawasan terhadap operasional rumah sakit di kota tersebut.

Upload: erlita-tyarlie

Post on 05-Jan-2016

14 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

limbah medis

TRANSCRIPT

Page 1: laporan skenario 2

SKENARIO II. LIMBAH MEDIS

(Dr. Ristya Widi Endah Yani, drg., M.Kes)

(drg. Hestieyonini Hadnyanawati, M.Kes)

(drg. Kiswaluyo, M.Kes)

Sebuah Koran di Kota Maju Kecamatan Maju Makmur mengabarkan

bahwa sering ditemukannya mainan anak-anak berupa jarum suntik bekas yang

diperjual belikan di pasaran. Jarum suntik tersebut masih beraroma obat-obatan.

Jarum suntik merupakan salah satu limbah medis yang berdampak negatif bagi

kesehatan lingkungan dan masyarakat, karena dapat menyebabkan pencemaran

lingkungan. Sebuah rumah sakit menghasilkan limbah medis dan non medis.

Rumah sakit harus memiliki alat pengelolaan limbah medis. Ijin rumah sakit bisa

dikeluarkan jika memiliki alat tersebut. Terkait dengan itu, Dinas Kesehatan terus

melakukan pendataan dan pengawasan terhadap operasional rumah sakit di kota

tersebut.

Page 2: laporan skenario 2

STEP 1

1. Limbah Medis: limbah yang berasal dari instalasi kesehatan (perawatan dan

penelitian) rumah sakit yang sudah tidak digunakan/ diperlukan lagi biasanya

bersifat infeksius dapat berupa padat, cair maupun gas dan berdampak negatif

jika tidak diolah dengan baik.

2. Operasional: kegiatan rutin yang dilakukan oleh rumah sakit yang dapat

berdampak pada limbah rumah sakitnya.

3. Limbah Non Medis: limbah yang berasal dari non medis seperti berkas-berkas

dari kantin, administrasi, dan lain-lain yang tidak bersifat infeksius dimana

pengolahannya tidak perlu disendirikan tetapi harus tetap disesuaikan.

4. Pencemaran: segala sesuatu yang dapat merusak keseimbangan ekosistem

lingkungan baik di tanah, air maupun udara.

5. Jarum Suntik: limbah medis benda tajam dimana bekerjanya dengan

memasukkan ataupun mengambil cairan tubuh.

6. Ijin Rumah sakit: syarat yang digunakan rumah sakit dalam pengadaan kualitas

maupun untuk beroperasinya rumah sakit.

Page 3: laporan skenario 2

STEP 2

1. Apa saja dampak yang dapat ditimbulkan dari limbah medis maupun non

medis?

2. Bagaimana pengolahan dari limbah medis tersebut?

3. Bagaimana peran pemerintah terhadap masalah yang ada pada skenario

tersebut?

4. Apa saja syarat yang diperlukan agar dikeluarkannya ijin rumah sakit?

5. Apa saja alat pengolahan limbah medis maupun non medis?

6. Apa saja jenis limbah rumah sakit?

7. Apa saja dampak negatif yang ditimbulkan dari limbah jarum suntik terhadap

lingkungan dan masyarakat?

Page 4: laporan skenario 2

STEP 3

1. Dampak negatif akan timbul jika limbah tersebut tidak diolah dengan baik,

diantaranya:

- menimbulkan gangguan keyamanan dan estetika

- menimbulkan pencemaran lingkungan baik air, tanah maupun udara. Untuk

pencemaran udara contohnya oleh gas CO, sedangkan tanah dibagi menjadi

secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung contohnya adanya

bau busuk yang dihasilkan oleh limbah dan secara tidak langsung contohnya

lingkungan yang kumuh.

- mengganggu keadaan alam

- mengganggu reproduksi atau genetik pada manusia

- terjadi penularan penyakit

- terjadi peningkatan penyakit pada daerah sekitar limbah

- resiko terjadinya cedera

Sedangkan dampak positifnya seperti adanya bank sampah dimana limbah sampah

tersebut dapat ditukarkan dengan sejumlah uang.

2. Pengolahan limbah dapat dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu

1. pemisahan

- medis

- non medis

2. penyimpanan. Dapat disimpan didalam kantong yang kuat dan anti bocor

3. pengangkutan. Dapat digunakan truk, gerobak maupun kereta dimana harus

dalam keadaan tertutup dan licin

4. penanganan.

- dapat didaur ulang. Dapat digunakan sistem 3R (reuse, recycle, remake)

- tidak dapat didaur ulang. Dapat dilakukan sterilisasi yang selanjutnya

dibakar

5. pembuangan.

3. Peran pemerintah terhadap adanya limbah, diantaranya:

- rumah sakit yang bersangkutan dapat diberi sanksi

Page 5: laporan skenario 2

- pemerintah melakukan penyelidikan dan mengetahui bagaimana pengolahan

limbah rumah sakit

- melakukan penarikan terhadap limbah-limbah tersebut

- memberikan penyuluhan-penyuluhan dan pelatihan terhadap perangkat rumah

sakit.

4. Syarat-syarat yang dibutuhkan diantaranya:

- sudah memiliki alat pengelolaan limbah, contohnya: incinerator

5. Alat-alat pengolahan limbah rumah sakit diantaranya:

- incinerator. Memerlukan waktu 2-3 jam dengan suhu diatas 1000º C

- tabung. Digunankan untuk limbah yang bersifat gas

- autoclave. Digunakan untuk peralatan laboratorium

- kantong-kantong yang diberi label.

6. Jenis-jenis limbah diantaranya:

- limbah medis (padat, cair, dan gas), diantaranya:

- limbah benda tajam: jarum suntik, scalpel, dll.

- limbah infesius: bakteri, jamur, virus, dll.

- limbah kimia: limbah farmasi (obat-obatan)

- limbah radioaktif: berasal dari nukleotida

- limbah patologis: organ atau jaringan tubuh.

- limbah non medis (padat, cair, dan gas)

7. Dampak negatif dari limbah jarum suntik diantaranya:

- dapat menimbulkan cedera

- menimbulkan penularan penyakit

Page 6: laporan skenario 2

STEP 4

Kepmenkes

Dinkes

BLH

Cair GasPadat CairGasPadat

Limbah Non MedisLimbah Medis

Aktivitas Rumah Sakit

Kebijakan Pemerintah

Tidak DiolahDiolah

Dampak negatif :Pencemaran lingkungan

Penularan penyakit

PemisahanPenyimpananPengangkutanPenangananPembuangan

Tidak sempurnaSempurna

Page 7: laporan skenario 2

STEP 5

1. Mampu mengetahui, memahami, dan menjelaskan pengertian lingkungan

2. Mampu mengetahui, memahami, dan menjelaskan pencemaran lingkungan

3. Mampu mengetahui, memahami, dan menjelaskan klasifikasi limbah rumah

sakit

4. Mampu mengetahui, memahami, dan menjelaskan pengelolaan limbah rumah

sakit

5. Mampu mengetahui, memahami, dan menjelaskan dampak yang ditimbukan

dari limbah rumah sakit

6. Mampu mengetahui, memahami, dan menjelaskan kebijakan pemerintah

terhadap limbah rumah sakit

Page 8: laporan skenario 2

STEP 7

1. Pengertian Lingkungan

Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan

sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna

yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang

meliputi ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan

fisik tersebut.

Lingkungan atau sering juga disebut lingkungan hidup adalah jumlah semua

benda hidup dan benda mati serta seluruh kondisi yang ada di dalam ruang yang

kita tempati. Secara garis besar ada 2 (dua) macam lingkungan yaitu lingkungan

fisik dan lingkungan biotik. Pertama, lingkungan fisik adalah segala benda mati

dan keadaan fisik yang ada di sekitar individu misalnya batu-batuan, mineral, air,

udara, unsur-unsur iklim, kelembaban, angin dan lain-lain. Lingkungan fisik ini

berhubungan erat dengan makhluk hidup yang menghuninya, sebagai contoh

mineral yang dikandung suatu tanah menentukan kesuburan yang erat

hubungannya dengan tanaman yang tumbuh di atasnya. Kedua, lingkungan biotik

adalah segala makhluk hidup yang ada di sekitar individu baik manusia, hewan

dan tumbuhan. Tiap unsur biotik, berinteraksi antar biotik dan juga dengan

lingkungan fisik atau lingkungan abiotik.

Lingkungan biotik maupun abiotik selalu mengalami perubahan, baik secara

tiba-tiba maupun secara perlahan. Perubahan ini berhubungan erat dengan

ekosistemnya yang mempunyai stabilitas tertentu. Semakin besar aneka ragam

ekosistem semakin besar daya stabilitasnya, misalnya hutan di daerah tropis yang

mengandung begitu banyak ragam tumbuh-tumbuhan dan hewan, walaupun tanpa

perawatan tetap akan dapat mempertahankan stabilitas kehidupannya. Sebaliknya,

sawah atau ladang yang hanya terdiri dari beberapa jenis tumbuh-tumbuhan,

mempunyai stabilitas yang

Pengertian Lingkungan Menurut Para Ahli

Emil Salim

Menurut Emil Salim, lingkungan diartikan sebagai benda, kondisi, keadaan dan

pengaruh yang terdapat dalam ruang yang kita tempati dan mempengaruhi hal

yang hidup termasuk kehidupan manusia. Definisi lingkungan menurut Emil

Page 9: laporan skenario 2

Salim dapat dikatakan cukup luas. Apabila batasan tersebut disederhanakan, ruang

lingkungan hidup dibatasi oleh faktor-faktor yang dapat dijangkau manusia,

misalnya faktor alam, politik, ekonomi dan sosial.

Soedjono

Soedjono mengartikan lingkungan sebagai lingkungan fisik atau jasmani yang

terdapat di alam. Pengertian ini menjelaskan bahwa manusia, hewan dan tumbuh-

tumbuhan dilihat dan dianggap sebagai perwujudan fisik jasmani. Menurut

definisi Soedjono, lingkungan mencakup lingkungan hidup manusia, hewan dan

tumbuh-tumbuhan yang ada di dalamnya.

Munadjat Danusaputro

Lingkungan adalah semua benda dan daya serta kondisi termasuk didalamnya

manusia dan tingkah perbuatannya yang terdapat dalam ruang dimana manusia

berada dan mempengaruhi kelangsungan hidup yang lain. dengan demikian,

lingkungan mencakup dua lingkungan, yaitu lingkungan fisik dan lingkungan

budaya.

Otto Soemarwoto

Otto Soemarwoto berpendapat bahwa lingkungan merupakan semua benda dan

kondisi yang ada dalam ruang kita tempati dan mempengaruhi kehidupan kita.

Menurut batasan tersebut secara teoritis ruang yang dimaksud tidak terbatas

jumlahnya. Adapun secara praktis ruang yang dimaksud selalu dibatasi menurut

kebutuhan yang dapat ditentukan.

Sambas Wirakusumah

Lingkungan merupakan semua aspek kondisi eksternal biologis, dimana

organisme hidup dan ilmu-ilmu lingkunga menjadi studi aspek lingkungan

organisme itu.

Definisi mengenai lingkungan tidak hanya datang dari para ahli, tetapi

definisi tersebut dituangkan pula dalam undang-undang, yaitu Undang-Undang

Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Di dalam undang-undang ini, lingkungan hidup diartikan sebagai kesatuan, dan

mahluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan kesejahteraan manusia serta

mahluk hidup lainnya.

Page 10: laporan skenario 2

Menurut Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tersirat bahwa lingkungan

hiduplah yang mempengaruhi mahluk hidup, termasuk di dalamnya manusia.

Manusia hendaknya menyadari kalau alamlah yang memberi kehidupan dan

penghidupan, baik secara langsung maupun tidak langsung.

2. Pencemaran Lingkungan

Pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk

hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya

tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas

lingkungan turun sampai ke tingkat  tertentu yang menyebabkan lingkungan

menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya

(Undang-undang Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 1982).

Menurut tingkat pencemarannya, pencemaran dibedakan menjadi sebagai

berikut.

a. Pencemaran ringan, yaitu pencemaran yang dimulai menimbulkan

gangguan ekosistem lain. Contohnya pencemaran gas kendaraan bermotor.

b. Pencemaran kronis, yaitu pencemaran yang mengakibatkan penyakit

kronis. Contohnya pencemaran Minamata, Jepang.

c. Pencemaran akut, yaitu pencemaran yang dapat mematikan seketika.

Contohnya pencemaran gas CO dari knalpot yang mematikan orang di

dalam mobil tertutup, dan pencemaran radioaktif.

Jenis-Jenis Pencemaran

1) Pencemaran Air

Air yang sudah tercemar memiliki ciri-ciri tertentu, yaitu:

a. Adanya perubahan suhu air

b. Adanya perubahan warna, bau, dan rasa

c. Adanya endapan dan bahan terlarut

d. Adanya mikroorganisme

2) Pencemaran Udara

Udara terdiri atas sejumlah unsur dengan susunan atau komposisi

tertentu. Unsur-unsur tersebut di antaranya adalah nitrogen (78,09%), oksigen

(21,94%), Argon (0,93%), karbon dioksida (0,032%) dan lain-lain. Jika ke

dalam udara tersebut masuk atau dimasukkan zat asing yang berbeda dengan

Page 11: laporan skenario 2

penyusun udara dalam keadaan normal tadi, maka dikatakan bahwa udara

tersebut telah tercemar.

Banyak sekali bahan-bahan atau zat-zat asing yang mencemari udara,

namun yang paling banyak berpengaruh dalam pencemaran udara adalah

karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NO2), belerang oksida (SO2), hidro

karbon (HC), dan lain-lain.

3) Pencemaran Daratan

Pencemaran daratan terjadi jika ada bahan-bahan asing, baik organic

maupun anorganik, yang menyebabkan dartan rusak. Sampah atau limbah

yang bersifat organic dapat dengan mudah terurai oleh mikroorganisme,

sehingga menjadi bahan yang mudah menyatu kembali dengan alam.

Sedangkan sampah anorganik sulit untuk diurai atau dipecah oleh

mikroorganisme, sehingga memerlukan waktu yang sangat lama untuk hancur

dan menyatu kembali dengan alam. Sebagain gambaran, menurut Miller

(1975) sampah plastic akan hancur dalam waktu 240 tahun jika ditimbun

dalam tanah.

3. Klasifikasi Limbah Rumah Sakit

Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang

dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Apabila

dibanding dengan kegiatan instansi lain, maka dapat dikatakan bahwa jenis

sampah dan limbah rumah sakit dapat dikategorikan kompleks. Secara umum

sampah dan limbah rumah sakit dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu sampah

atau limbah klinis dan non klinis baik padat maupun cair. Limbah klinis adalah

yang berasal dari pelayanan medis, perawatan, gigi, veterinari, farmasi atau

sejenis, pengobatan, perawatan, penelitian atau pendidikan yang menggunakan

bahan-bahan beracun, infeksius berbahaya atau bisa membahayakan kecuali jika

dilakukan pengamanan tertentu.Bentuk limbah klinis bermacam-macam dan

berdasarkan potensi yang terkandung di alamnya dapat dikelompokkan sebagai

berikut:

a) Limbah infeksius

Adalah limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit

Page 12: laporan skenario 2

menular (perawatan intensif), limbah laboratorium yang berkaitan dengan

pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik dan ruang perawatan/isolasi penyakit

menular, limbah yang berasal dari kamar bedah.

b) Limbah jaringan tubuh

Limbah jaringan tubuh meliputi organ, anggota badan, darah dan cairan tubuh,

biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau otopsi.

c) Limbah benda tajam

Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung

atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit seperti jarum

hipodermik, per lengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan gelas, pisau bedah.

Semua benda tajam ini memiliki potensi bahaya dan dapat menyebabkan cedera

melalui sobekan atau tusukan. Benda-benda tajam yang terbuang mungkin

terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan beracun atau

radio aktif.

d) Limbah farmasi

Limbah farmasi ini dapat berasal dari obat-obat kadaluwarsa, obat-obat yang

terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang

terkontaminasi, obat- obat yang dibuang oleh pasien atau dibuang oleh

masyarakat, obat-obat yang sangkutan dan limbah yang dihasilkan selama

produksi obat- obatan.

e) Limbah kimia

Limbah kimia adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia dalam

tindakan medis, veterinari, laboratorium, proses sterilisasi, dan riset.

f) Limbah sitotoksik

Limbah sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin

terkontaminasi dengan obat sitotoksik selama peracikan, pengangkutan atau

tindakan terapi sitotoksik.

Page 13: laporan skenario 2

g) Limbah radioaktif

Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang

berasal dari penggunaan medis atau riset radio nukleida. Misal berasal dari rotgen

yang berupa limbah cair maupun limbah padat.

1) Limbah Medis

Limbah medis dapat diartikan sebagai segala sesuatu hasil buangan dari

kegiatan-kegiatan medis, seperti kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang

lainnya. Apabila limbah medis ini dibuang ke air dapat menimbulkan berbagai

dampak. Karena limbah medis mempunyai jenis-jenis-jenis dan dampak yang

berbeda maupun adapula yang sama terhadap lingkungan, tetapi tetap saja dapat

menimbulkan pencemaran lingkungan. Pencemaran yang ditimbulkan sebenarnya

tidak hanya di air melainkan dapat pula pada tanah, udara maupun suara. Berikut

limbah yang dihasilkan rumah sakit :

- Limbah umum: limbah yang tidak membutuhkan penanganan khusus atau tidak

membahayakan pada kesehatan manusia dan lingkungan misal bahan

pengemas.

- Limbah patologis: terdiri dari jaringan-jaringan, organ, bagian tubuh, plasenta,

bangkai binatang, darah dan cairan tubuh.

- Limbah radioaktif: dapat berfase padat, cair atau gas yang terkontaminasi

dengan radionuklisida.

- Limbah kimiawi: dapat berupa padatan, cairan atau gas misalnya berasal dari

prosedurprosedur medis. Pertimbangan terhadap limbah ini dapat ditinjau dari

sudut: toksik, korosif, mudah terbakar (flammable), reaktif (eksplosif, reaktif

terhadap air, dan shock sensitive), genotoxic (carcinogenic, mutagenic,

teratogenic dan lain-lain), misalnya obatobatan cytotoxic. Limbah kimiawi

yang tidak berbahaya adalah seperti gula, asam- asam amino.

- Benda-benda tajam yang biasa digunakan dalam kegiatan rumah sakit: jarum

suntik, syring, gunting, pisau, kaca pecah, gunting kuku dan sebagainya yang

dapat menyebabkan orang tertusuk (luka) dan terjadi infeksi. Benda-benda ini

Page 14: laporan skenario 2

mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi atau

bahan citotoksik.

- Limbah farmasi (obat-obatan): obat-obatan dan bahan kimiawi yang

dikembalikan dari ruangan pasien isolasi, atau telah tertumpah, kadaluwarsa

atau terkontaminasi.

- Limbah citotoksik: bahan yang terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi

dengan obat citotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi

citotoksik.

- Kontainer di bawah tekanan: seperti yang digunakan untuk peragaan atau

pengajaran, tabung yang mengandung gas dan aerosol yang dapat meledak bila

diinsinerasi atau bila mengalami kerusakan karena kecelakaan, misalnya

tertusuk.

- Limbah berpotensi menularkan penyakit (infectious): mengandung

mikroorganisme patogen yang bila terpapar dengan manusia akan dapat

menimbulkan penyakit. Misalnya jaringan dan stok dari agen-agen infeksi dari

ruang bedah, dari autopsi pasien yang mempunyai penyakit menular , dari

pasien yang diisolasi, atau materi yang berkontak dengan pasien (tabung, filter,

serbet, jarumsuntik, sarung tangan)

Sehingga selanjutnya limbah tersebut diatas digolongkan menjadi:

a) limbah benda tajam

o jarum, pipet,kaca,pisau bedah yang tidak hanya tajam, namun

juga berpotensi menularkan penyakit

b) limbah infeksius

o berasal dari laboratorium, kamar isolasi, kamar operasi, kamar

perawatan, klinik, ruang gawat darurat yang berpotensi menularkan

penyakit.

c) limbah jaringan tubuh

o darah, nanah, amputasi kaki, amputasi tangan, cairan tubuh,

plasenta, rambut, kuku, tinja dan urine

d) limbah sitotoksik

o sisa obat anti sel kanker

Page 15: laporan skenario 2

e) limbah farmasi

o obat kadaluwarsa, obat terkontaminasi, obat yang dikembalikan

penderita, obat yang tidak dipakai, dan lain-lain

f) limbah kimia

o obat atau sisa obat yang terdapat di apotik, bangsal, poliklinik,

laboratorium patologi klinik, laboratorium patologi anatomi,

laboratorium mikrobiologi, laboratorium farmakologi, laboratorium

medical forensic, dan sejenisnya. Limbah ini ada yang berbahaya dan

ada juga yang tidak berbahaya. Ada yang mudah meledak, mudah

terbakar, mudah menguap, korosif dan sebagainya. Limbah B-3 ini

harus dikelola sesuai petunjuk.

g) limbah radioaktif

o adalah bahan-bahan yang terkontaminasi radio-isotop, sehingga

pengelolaan limbah radio-aktif harus dilakukan sesuai Peraturan

Pemerintah tentang Limbah B-3 dan Nuklir.

h) Limbah Genotoksik

o Limbah genotoksik sangat berbahaya dan bersifat mutagenic,

tetratogenik, atau karsinogenik. Obat-obatan sitotoksik

(antineoplastik), sebagai substannsi pokok dalam kategori ini,

memiliki kemampuan untuk membunuh atau menghentikan

pertumbuhan sel tertentu dan digunakan dalam kemoterapi

kanker.selain itu obat-obatan ini juga banyak digunakan sebagai agens

imunosupresif dalam transplantasi organ.

Dalam kaitan dengan pengelolaannya, limbah medis dikelompokkan menjadi

lima (5), yaitu (Adisamito, 2009:133):

a. Golongan A, terdiri dari; Seluruh jaringan tubuh manusia, bangkai/jaringan

hewan dari laboratorium dan hal-hal lain yang berkaitan dengan swab dan

dressing.

b. Golongan B terdiri dari : syrenge bekas, jarum, cartride, pecahan gelas dan

benda tajam lainnya.

c. Golongan C terdiri dari : limbah dari laboratorium dan post partum, (kecuali

yang termasuk dalam gol. A)

Page 16: laporan skenario 2

d. Golongan D terdiri dari : limbah bahan kimia dan bahan farmasi tertentu.

e. Golongan E terdiri dari : pelapis bed-pan, disposable, urinoir,

incontinencepad dan stamag bags.

2) Limbah Non Medis

Jenis limbah non medis tersebut antara lain, limbah cair dari kegiatan loundry,

limbah domestik cair dan sampah padat (Adisasmito, 2009:135).

Limbah Padat Non-medis

Sampah padat non medis adalah semua sampah padat diluar sampah padat

medis yang dihasilkan dari berbagai kegiatan, seperti berikut (Anies, 2006: 43) :

a. Kantor/administrasi

b. Unit perlengkapan

c. Ruang tunggu

d. Ruang inap

e. Unit gizi atau dapur

f. Halaman parkir dan taman

g. Unit pelayanan

Limbah Cair Non-medis

Limbah ini dapat berasal dari :

a. Kotoran manusia seperti tinja dan air kemih

b. Air bekas cucian yang berasal dari lavatory ruangan – ruangan di rumah

sakit

4. Pengelolaanan Limbah Rumah Sakit

Pada dasarnya dalam melaksanakan pengelolaan limbah medis perlu

menganut prinsip-prinsip dasar berdasarkan kesepakatan internasional, yakni :

(1) The “Polluter Pays” principle (prinsip “pencemar yang membayar”).

Artinya bahwa melaului prinsip tersebut diatas bahwa semua penghasil

limbah secara hukum dan financial bertanggungjawab untuk menggunakan

metode yang aman dan ramah lingkungan dalam pengelolaan limbah.

(2) The  “Precautionary” principle (prinsip “Pencegahan”) merupakan

prinsip kunci yang mengatur perlindungan kesehatan dan keselamatan

Page 17: laporan skenario 2

melalui upaya penanganan yang secepat mungkin dengan asumsi risikonya

dapat menjadi cukup signifikan.

(3) The “duty of care” principle (prinsip “kewajiban untuk waspada”) bagi

yang menangani atau mengelola limbah berbahaya karena secara etik

bertanggung jawab untuk menerapkan kewaspadaan tinggi.

(4) The “proximity” principle (prinsip “kedekatan”) dalam penanganan

limbah berbahaya untuk meminimalkan risiko dalam pemindahan.

Tahap Pengelolaan Limbah Medis

Dalam pengelolaan limbah medis terdapat beberapa tahap yang harus dilakukan

antara lain:

1. Meminimasi limbah

Meminimasi limbah merupakan upaya untuk mengurangi volume,

konsentrasi, toksisitas, dan tingkat bahaya limbah yang berasal dari proses

produksi, dengan cara reduksi pada sumbernya dan atau pemanfaatan limbah

berupa reuse, recycle, dan recovery. Menurut kepmenkes RI No. 1204 tahun

2001 menyebutkan bahwa minimasi limbah merupakan salah satu upaya

untuk mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan oleh kegiatan pelayanan

kesehata. Jadi minimasi limbah medis yaitu upaya untuk mengurangi volume,

konsentrasi, toksisitas, dan tingkat bahaya limbah yang berasal dari kegiatan

rumah sakit. Berikut upaya untuk meminimalisasi limbah dengan cara reduksi

pada sumber yaitu:

1. Melakukan housekeeping, yaitu dengan menjaga kebersihan lingkungan

dengan mencegah terjadinya ceceran, tumpahan atau kebocoran bahan

serta menangani limbah yang terjadi dengan sebaik mungkin seperti

mangutamakan metodw pembersihan secara fisik daripada secara kimiawi,

menggunakan sedikit mungkin bahan kimia.

2. Pemilihan atau segregasi limbah, yakni memisahkan berbagai jenis limbah

menurut jenis komponen, konsentrasi atau keadaannya, sehingga dapat

mempermudah, mengurangi volume atau mengurangi biaya pengolahan

limbah.

Page 18: laporan skenario 2

3. Pemeliharaan pencegahan, yaitu pemeliharaan atau penggantian alat atau

bagian alat menurut waktu yang telah diwajibkan. Ujuan dari metode ini

untuk melindungi asset dan meningkatkan keandalan sistem, mengurangi

biaya penggantian, mengurangi cedera. Tempat pewadahan limbah

infeksius segera dibersihkan dengan larutan desinfektan apabila akan

dipergunakan kembali.

4. Pemilihan teknologi dan proses, yakni pemilihan teknologi dan proses

yang tepat untuk mengeluarkan limbah B3 denga efisien yang cukup

tinggi, sebaiknya dilakukan sejak awal pengembangan rumah sakit baru

atau penggantian sebagai untinya.

5. Pengelolaan bahan, yaitu agar persediaan bahan selalu cukup untuk

menjamin kelancaran proses kegiatan, namun tidak berlebihan sehingga

tidak menimbulkan gangguan lingkungan, sedangkan penyimpanan agar

tetap rapi dan terkontrol. Pengelolaan bahan sangat tepat untuk dilakukan

di unit farmasi dan laboratorium rumah sakit seperti manajemen

persediaan yang cermat dan menyeluruh sehingga dapat menurunkan

kuantitas limbah yang dihasilkan.

6. Pengaturan kondisi proses dan operasi yang baik, pengoperasian alat

sesuai kondisi yang optimum sehingga dapat meningkatkan efisiensi

dalam mengurangi terjadinya limbah.

7. Memodifikasi bahan, mengganti bahan-bahan yang dapat mengurangi

terjadinya limbah berbahaya dan baha-bahan yang tidak menghasilkan

banyak limbah

8. Penggunaan teknologi bersih, menggunakan teknologi yang tidak atau

kurang memiliki potensi untuk menghasilkan limbah B3 dengan efisiensi

yang cukp tinggi.

2. Pemanfaatan limbah

Pemanfaatan limbah medis yaitu upaya mengurangi volume, konsentrasi,

toksisitas, dan tingkat bahaya yang menyebar di lingkunga, dengan cara

reuse, recycle, dan recovery. Pemanfaatan limbah dilakukan setelah

melakukan uapaya reduksi pada sumber.

Page 19: laporan skenario 2

1. Reuse (penggunaan kembali), merupakan upaya penggunaan barang atau

limbah untuk digunakan kembali untuk kepentingan yang sama tanpa

mengalami proses pengolahan atau perubahan bentuk. Reus dapat

mengurangi biaya pembelian dan mengurangi limbah dari kegiatan

perawatan pasien. Berikut ini fasilitas kesehatan yang dapat direuse

diantaranya linen yang dapat digunakan kembali, perawatan seperti pispot,

cekungan muntah, dan peralatan makan. Sebaiknya jarum suntik tidak

digunakan kembali karena dapat membahayakan kesehatan, walaupun

dapat digunakan kembali, rumah sakit harus mengeluarkan biaya untuk

membersihkan dan mensterilkan peralatan tersebut.

2. Recycle (daur ulang) merupakan upaya pemanfaatan limbah dengan cara

proses daur ulang melalui perubahan fisik atau kimia, baik untuk

menghasilkan produk yang sama maupun produk yang berlainan dengan

maksud kegunaan yang lebih. Limbah padat yang dapat didaur ulang yaitu

kertas, kardus, kaca, plastik, kayu, logam, sisa makanan, daun, dan limbah

pekarangan, dan berbagai bahan campuran.

3. (recovery (perolehan kembali), merupakan upaya pemanfaatan limbah

dengan cara memproses untuk memperoleh kembali materi atau energi

yang terkandung di dalamnya atau merupakan suatu proses pemulihan.

Misalnya pengambilan perak dari fixing-bath yang digunakan dalam

pengolahan foto rontgen.

3. Pemisahan Limbah Medis

Untuk memudahkan mengenal jenis limbah yang akan dimusnahkan, perlu

dilakukan penggolongan limbah. Dalam kaitan dengan pengelolaan, limbah

klinis dikategorikan menjadi 5 golongan sebabagi berikut :

1. Golongan A :

Dressing bedah, swab dan semua limbah terkontaminasi dari kamar bedah.

Bahan-bahan kimia dari kasus penyakit infeksi.

Seluruh jaringan tubuh manusia (terinfeksi maupun tidak),

bangkai/jaringan  hewan dari laboratorium dan hal-hal lain yang berkaitan

dengan swab dan dreesing.

Page 20: laporan skenario 2

2. Golongan B :

Syringe bekas, jarum, cartridge, pecahan gelas dan benda-benda tajam

lainnya.

3. Golongan C :

Limbah dari ruang laboratorium dan postpartum kecuali yang termasuk

dalam golongan A.

4. Golongan D :

Limbah bahan kimia dan bahan-bahan farmasi tertentu.

5. Golongan E :

Pelapis Bed-pan Disposable, urinoir, incontinence-pad, dan stomach.

cara yang paling tepat dalam pengelolaan limbah medis adalah dengan

melakukan pemilihan limbah berdasrkan warna kantong atau kontainer

plastik yang digunakan. Hal ini dapat meminimalkan volume limbah medis

yang infeksius dan mengurangi biaya untuk pembuangan limbah tersebut.

Berikut contoh warna kantong menurut DepKes RI :

Kantong hitam untuk limbah umum

Kantong kuning untuk limbah yang harus diinsinerasi

Kantong kuning untuk limbah yang sebaiknya diinsinerasi, tetapi dapat

dibuang ke landfill.

Kantong biru muda untuk limbah yang harus disterilisasi

Pemisahan limbah

Page 21: laporan skenario 2

Tabel Jenis Wadah dan label Limbah Medis Padat Sesuai Kategorinya

4. Pengumpulan Limbah Medis

Pada tahap pengumpulan limbah, maksimal 2/3 bak sampah yang sudah tersisi

harus diambil, atau kontainer harus diangkat jika sudah tiga perempat penuh.

Kantong plastik yang belum terisi penug dapat disegel dengan cara membuat

disimpul ikatan di bagian lehernya. Untung kantong yang terisi penuh mungkin

perlu diikat denga menggunakan labeel plastik pengikat dan tidak boleh ditutup

dengan cara distaples. Rumah sakit harus mempunyai program rutin untuk

pengumpulan limbah karena limbah tidak boleh menumpuk di satu titik

pengumpulan. Limbah harus dikumpulkan setiap hari dan diangku ke tempat

penampungan yang telah ditentukan. Persediaan akntong plastik dan kontainer

harus tersedia di semua tempat yang menghasilkan limbah.

5. Pengangkutan Limbah Medis

Setelah proses pengumpulan, tahap selanjutnya adalah pengangkutan limbah.

Pengangkutan limbah dilakukan oleh petugas kebersihan dari sumber penghasil

limbah. Pengangkutan limbah medis harus menggunakan alat angkut berupa

kereta, gerobak, atau troli. Alat angkut tersebut harus didesain sedemikian rupa

Page 22: laporan skenario 2

sehingga permukaan harus licin, rata dan tidak tembus; tidak akan menjadi

sarang serangga dan mudah dibersihan dan dikeringkan.

Dalam proses pengangkutan limbah medis, disarankan menggunakan alat

angkut yang terpisahkan antara limbah domestik dan tidak boleh digunakan

untuk mengangkut materi lainnya. Limbah benda tajam dan limbah medis

lainnya yang tekah terisi penuh kemudiaan diangkut secara rutin menggunakan

troli khusus dengan wadah tertutup yang kokoh dan kuat dibawa ke tempat

pembuangan. Pengangkutan limbah dari ruangan atau unit yang ada dalam

rumah sakit ke tempat penampungan limbah sementara melalui rute yang

paling cepat yang harus direncanakan sebelum perjalanan atau yang sudah

ditetapkan.

Jika pengangkutan menggunakan lift, disarankan jangan menggunakan lift

yang sama untuk lift pasien atau pengunjung atau makanan dalam

pengangkutan limbah medis. Kendaraan pengangkut limbah medis harus

dibersihkan dan didesinfeksi setiap hari dengan menggunakan desinfektan

yang tepat yaitu dengan 0,5% klorin kemudian dibilas dengan air bersih.

6. Penyimpanan Limbah Medis

Setelah pengumpulan dari sumber penghasil limbah kemudian ditempatkan

pada tempat penampungan sementara. Tempat penampungan limbah harus

memiliki lantai yang kokoh dengan dilengkapi drainase yang baik dan mudah

dibersihkan serya didesinfeksi. Selain itu, tidak boleh berada dekat dengan

lokasi penyimpanan bahan makanan atau dapur. Harus ada pencahayaan yang

baik serta kemudahan akses untuk kendaraan pengumpul limbah. Lokasi untuk

tempat penyimpanan limbah yang berbahaya dan beracun minimum berjarak

50 meter dari lokasi fasilitas umum dan daerah bebas banjir sehingga aman

dari kemungkinan terkena banjir.

Tempat penyimpanan limbah juga harus dilengkapi dengan penutup, menjaga

agar areya penyimpanan limbah medis tidak bercampur dengan limbah non

Page 23: laporan skenario 2

medis, membatasi akses sehingga hanya orang tertentu yang dapat memasuki

area penampungan.

7. Pemusnahan Limbah Medis

Setelah limbah medis ditampung pada tempat penampungan sementara, proses

selanjutnya yaitu pengolahan limbah medis yaitu pemusnahan dan

pembuangan akhir.

Pengelolaan Limbah Padat Non-Medis

a. Pemilahan Limbah Padat Non-Medis

1. Dilakukan pemilahan limbah padat non-medis antara limbah yang dapat

dimanfaatkan dengan limbah yang tidak dapat dimanfaatkan kembali

2. Dilakukan pemilahan limbah padat non-medis antara limbahbasah dan

limbah kering.

b. Tempat Pewadahan Limbah padat Non-Medis

1. Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air, dan

mempunyai permukaan yang mudah dibersihkan pada bagian dalamnya,

misalnya fiberglass.

2. Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa mengotori

tangan.

3. Terdapat minimal 1 (satu) buah untuk setiap kamar atau sesuai dengan

kebutuhan.

4. Limbah tidak boleh dibiarkan dalam wadahnya melebihi 3 x 24 jam atau

apabila 2/3 bagian kantong sudah terisi oleh limbah, maka harus diangkut

supaya tidak menjadi perindukan vektor penyakit atau binatang

pengganggu.

c. Pengangkutan

Pengangkutan limbah padat domestik dari setiap ruangan ke tempat

penampungan sementara menggunakan troli tertutup.

d. Tempat Penampungan Limbah Padat Non-Medis Sementara

1. Tersedia tempat penampungan limbah padat non-medis sementara

dipisahkan antara limbah yang dapat dimanfaatkan dengan limbah yang

Page 24: laporan skenario 2

tidak dapat dimanfaatkan kembali. Tempat tersebut tidak merupakan

sumber bau, dan lalat bagi lingkungan sekitarnya dilengkapi saluran untuk

cairan lindi.

2. Tempat penampungan sementara limbah padat harus kedap air, bertutup

dan selalu dalam keadaan tertutup bila sedang tidak diisi serta mudah

dibersihkan.

3. Terletak pada lokasi yang muah dijangkau kendaraan pengangkut limbah

padat.

4. Dikosongkan dan dibersihkan sekurang-kurangnya 1 x 24 jam.

e. Pengolahan Limbah Padat

Upaya untuk mengurangi volume, mengubah bentuk atau memusnahkan

limbah apdat dilakukan pada sumbernya. Limbah yang masih dapat

dimanfaatkan hendaknya dimanfaatkan kembali untuk limbah padat organik

dapat diolah menajdi pupuk.

f. Lokasi Pembuangan Limbah Padat Akhir

Limbah padat umum (domestik) dibuang ke lokasi pembuangan akhir yang

dikelola oleh pemerintah daerah (Pemda), atau badan lain sesuai dengan

peraturan perundangan yang berlaku.

Prinsip kerja insenerator

Proses insenerasi akan berlangsung melalui 3 tahapan yaitu:

1. Tahapan pertama limbah atau sampah akan dikeringkan dengan diambil

uang airnya sehingga limbah siap untuk dibakar.

2. Selanjutnya terjadi proses pirolisis, yaitu pembakaran tidak

sempurna,dimana temperature belum terlalu tinggi.

3. Fase berikutnya adalah pembakaran sempurna. Ruang bakar pertama

digunakan sebagai pembakar limbah, suhu dikendalikan antara 400oC –

600oC. Ruang bakar kedua digunakan sebagai pembakar asap dan bau

dengan suhu antara 600oC-1200oC.

Page 25: laporan skenario 2

Pengelolaan Limbah Cair

Limbah cair harus dikumpulkan dalam kontainer yang sesuai dengan

karakteristik bahan kimia dan radiologi, volume, dan prosedur penanganan dan

penyimapangannya.

1. Saluran pembuangan limbah harus menggunakan sistem saluran tertutup,

kedap air, dan limbah harus mengalir dengan lancar, serta terpisah dengan

saluran air hujan.

2. Rumah sakit harus memiliki instalasi pengolahan limbah cair sendiri atau

bersama-sama secara kolektif dengan bangunan disekitarnya yang

memenuhi persyaratan teknis, apabila belum ada atau tidak terjangkau

sistem pengolahan air limbah perkotaan.

3. Perlu dipasang alat pengukur debit limbah cair untuk mengetahui debit

harian limbah yang dihasilkan.

4. Air limbah dari dapur harus dilengkapi penangkap lemak dan saluran air

limbah harus dilengkapi/ditutup dengan gril.

5. Air limbah yang berasal dari laboratorium harus diolah di Instalasi

Pengolahan Air Limbah (IPAL), bila tidak mempunyai IPAL harus

dikelola sesuai kebutuhan yang berlaku melalui kerjasam dengan pihak

lain atau pihak yang berwenang.

6. Frekuensi pemeriksaan kualitas limbah cair terolah (effluent) dilakukan

setiap bulan sekali untuk swapantau dan minimal 3

7. bulan sekali uji petik sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

8. Rumah sakit yang menghasilkan limbah cair yang mengandung atau

terkena zat radioaktif, pengelolaannya dilakukan sesuai ketentuan

BATAN.

Untuk mengolah air yang mengandung senyawa organuk, umumnya

menggunakan teknologi pengolahan air limbah secra biologis atau gabungan

antara proses biologis dengan proses kimia-fisika. Proses secara biologi

tersebut dapat dilakukan pada kondisi aerobic dengan udara), kondisi

anaerobic (tanpa udara), atau kombinasi dari keduanya.

Page 26: laporan skenario 2

9. Parameter radioaktif diberlakukan bagi rumah sakit sesuai dengan bahan

radioaktif yang dipergunakan oleh rumah sakit yang bersangkutan.

Pengelolaan Limbah Gas

1. Monitoring limbah gas berupa NO2, So2, logam berat, dan dioksin

dilakukan minimal 1 (satu) kali setahun

2. Suhu pembakaran minimum 1.000° C untuk pemusnahan bakteri patogen,

virus, dioksin, dan mengurangi jelaga.

3. Dilengkapi alat untuk mengurangi emisi gas dan debu.

4. Melakukan penghijauan dengan menanam pohon yang banyak

memproduksi gas oksigen dan dapat menyerap debu.

Alat Pelindung Diri (APD)

Penggunaan alat pelindung diri sudah diatur dalam Undang-Undang No.1

Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, khususnya pasal 9, 12, dan 14, yang

mengatur penyediaan dan penggunaan alat pelindung diri di tempat kerja, baik

bagi pengusaha maupun bagi tenaga kerja.

Pengertian Alat Pelindung Diri (APD)

Menurut Budiono (2003), alat pelindung diri adalah seperangkat alat yang

digunakan tenaga kerja untuk melindungi sebagia atau seluruh tubuhnya dari

adanya potensi bahaya atau kecelakaan kerja.

Persyaratan Alat Pelindung Diri (APD)

Menurut Suma’mur (1996), syarat-syarat alat pelindung diri yang baik

antara lain :

a. Alat pelindung diri tersebut harus enak dipakai.

b. Alat pelindung diri tersebut harus tidak boleh mengganggu pekerjaannya.

c. Memberikan perlindungan yang efektif terhadap bahaya yang dihadapinya.

Alat Pelindung Diri (APD) pada Pengolahan Limbah Puskesmas

Dalam pengelolaan limbah padat di puskesmas, alat pelindung diri yang

digunakan untuk melindungi diri terhadap faktor bahaya percikan pembakaran

sampah, debu dan benda-benda kecil beterbangan menurut Sumak’mur (1996)

adalah :

Page 27: laporan skenario 2

1) Mata, dengan menggunakan Googles, penutup mata

Alat Pelindung Mata berupa Googles

2) Alat pernafasan, menggunakan respirator atau masker khusus

Masker Respirator

Masker Pernafasan untuk Polusi Udara

3) Lengan, tangan, dan jari dengan menggunakan sarung tangan dan pakaian

berlengan panjang

Page 28: laporan skenario 2

Sarung Tangan Bahan Karet

4) Tungkai dan kaki, dengan menggunakan pelindung-pelindung betis,

tungkai dan mata kaki. Dalam hal ini dapat menggunakan sepatu boots.

Sepatu Boots

5. Dampak yang Ditimbulkan Limbah Rumah Sakit

Pengaruh limbah rumah sakit terhadap kualitas lingkungan dan kesehatan dapat

menimbulkan berbagai masalah seperti:

1) Gangguan kenyamanan dan estetika, berupa warna yang berasal dari

sedimen, larutan, bau phenol, eutrofikasi dan rasa dari bahan kimia

organic, yang menyebabkan estetika lingkungan menjadi kurang sedap

dipandang.

Page 29: laporan skenario 2

2) Kerusakan harta benda, dapat disebabkan oleh garam-garam yang terlarut

(korosif dan karat) air yang berlumpur dan sebagainya yang dapat

menurunkan kualitas bangunan disekitar rumah sakit.

3) Resiko tertular penyakit

Resiko tertular penyakit melalui kontak langsung dengan limbah medis

dapat ditularkan kepada kelompok masyarakat rumah sakit yang rentan

yaitu dokter, perawat, pasien rawat inap atau berobat jalan, pengunjung

atau pengantarorang sakit, karyawan rumah sakit, serta masyarakat di

sekitar rumah sakit. Selain itu pemulung yang mengumpulkan limbah

untuk didaur ulang dari tempat pembuangan akhir limbah berisiko kontak

langsung dengan bahan infeksius.

Resiko tertular penyakit yang berasal dari limbah medis karena

mengandung agen penyakit berupa limbah yang bersifat infeksius, bahan

kimia toksik, dan radioaktif. Agen tersebut dapat masuk ke dalam tubuh

manusia melalui empat jalur yaitu, kulit, selaput lendir, saluran

pernapasan, dan saluran pencernaan. Pemaparan dapat terjadi melalui

percikan cairan yang mengandung kuman masuk ke dalam selaput lendir

(selaput lendir mata, hidung, dan mulut).

4) Resiko kecelakaan atau cedera

Petugas yang mengelola limbah medis akan beresiko mengalami

kecelakaan kerja seperti tertusuk benda tajam saan mengangkut atau

memindahkan limbah. Resiko tersebut terus ada setiap proses penanganan

limbah yaitu selama limbah dibuang, dikumpulkan, dipindahkan untuk

dimusnahkan.

5) Resiko terhadap lingkungan

Limbah medis selain menimbulkan dampak buruk terhadap pencemaran

lingkungan meliputi pencemaran air (water borne diseases), pencemaran

tanah (soil borne siseases) seperti pembuangan limbah secara terbuka yang

menimbulkan bahaya lingkungan terhadap masyarakat, dan pencemaran

udara (air borne diseases) seperti pemusnahan limbah medis dengan cara

dibakar dengan menggunakan insinerator engan suhu rendah dapat

menghasilkan emisi gas yang beracun.

Page 30: laporan skenario 2

6) Menyebabkan terjadinya perselisihan warga dengan pengelola limbah

apabila pengelolaan limbah salah atau limbah menumpuk.

7) Gangguan/ kerusakan tanaman dan binatang, dapat disebabkan oleh virus,

senyawa nitrat, bahan kimia, pestisida, logam nutrient tertentu dan fosfor.

8) Gangguan terhadap kesehatan manusia, dapat disebabkan oleh berbagai

jenis bakteri, virus, senyawa-senyawa kimia, pestisida, serta logam berat

seperti Hg, Pb dan Cd yang bersal dari bagian kedokteran gigi.

9) Gangguan genetic dan reproduksi.

10) Pengelolaan sampah rumah sakit yang kurang baik akan menjadi tempat

yang baik bagi vector penyakit seperti lalat dan tikus.

11) Kecelakaan kerja pada pekerja atau masyarakat akibat tercecernya jarum

suntik atau benda tajam lainnya.

12) Insiden penyakit demam berdarah dengue meningkat karena vector

penyakit hidup dan berkembangbiak dalam sampah kaleng bekas atau

genangan air.

13) Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme akan menghasilkan gas-

gas tertentu yang menimbulkan bau busuk.

14) Adanya partikel debu yang berterbangan akan mengganggu pernafasan,

menimbulkan pencemaran udara yang akan menyebabkan kuman penyakit

mengkontaminasi peralatan medis dan makanan rumah sakit.

15) Apabila terjadi pembakaran sampah rumah sakit yang tidak saniter

asapnya akan mengganggu pernafasan, penglihatan dan penurunan kualitas

udara

6. Kebijakan Pemerintah terhadap Limbah Rumah Sakit dan

Pengelolaannya

Kebijakan pemerintah tentang limbah menurut KEPUTUSAN MENTERI

NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 58/ MENLH / 12 / 1995

TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KESEHATAN RUMAH

SAKIT menerangkan bahwa :

Pasal 1

Page 31: laporan skenario 2

(3) Baku Mutu limbah cair rumah sakit adalah batas maksimum limbah cair

yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari suatu kegiatan rumah

sakit

Pasal 7

a. Melakukan pengolahan limbah cair sebelum dibuang ke lingkungan

sehingga mutu limbah cair yang dibuang ke lingkungan tidak melampaui

Baku Mutu Limbah Cair yang telah ditetapkan

b. Membuat saluran pembuangan limbah cair tertutup dan kedap ir sehingga

tidak terjadi perembesan ke tanah serta terpisah denga saluran limpahan air

hujan

c. Memasang alat ukur debit laju limbah cair dan melakukan pencatatan debit

harian limbah cair tersebut

d. Memeriksa kadar parameter Baku Mutu Limbah Cair sebagaimana

tersebut dalam Lampiran Keputusan ini kepada laboratorium yang

berwenang sekurang –kurangnya satu kali dalam sebulan

e. Menyampaikan laporan tentang catatan debit harian dan kadar parameter

Baku Mutu Limbah Cair sebagaimana dimaksud huruf c dan d sekurang –

kurangnya tiga bulan sekali kepada Gubernur dengan tembusan Menteri,

Kepala Bapedal, Jendral Badan Atom Nasional,instansi teknis yang

membidangi rumah sakit serta instansi lain yang dianggap perlu sesuai

dengan peraturan perundang undangan yang berlaku

Pasal 8

(1) Bagi kegiatan rumah sakit yang menghasilakn limbah cair yang

mengandung atau terkena zat radioaktif pengolahannya dilakukan sesuai

dengan ketentuan Badan Tenaga Atom Nasional

(2) Komponen parameter radioaktivitas yang diberlakukan pada rumah sakit

sesuai dengan bahan radioaktif yang dipergunakan oleh rumah sakit yang

bersangkutan

(3) Bagi rumah sakit yang tidak menggunakan bahan radioaktif dalam

kegiatannya, tidak diberlakukan kelompok parameter radioaktivitas dalam

pemeriksaan limbah cair rumah sakit yang bersangkutan.

Page 32: laporan skenario 2

Peraturan menteri kesehatan No.986/Menkes/PER/XI/1992 tentang persyaratan

kesehatan rumah sakit (hal ini berkaitan dengan limbah medis yang dihasilkan

oleh rumah sakit dan segala macam pelanggaran terhadap peraturan)

Kebijakan dan Langkah-langkah yang akan dilaksanakan oleh Provinsi

Di Indonesia adalah sebagai berikut :

1. Kewenangan penanganan limbah berada pada daerah atau Rumah Sakit yang

bersangkutan, dengan pembinaan teknis dari Kantor Departemen Kesehatan

DT II dan Kantor wilayah Kesehatan di DT I.

2.   Sesuai dengan edaran Dirjen Pelayanan Medis Nomor PM 01.05.6.1.01353

tentang Limbah Rumah Sakit, maka :

a. Setiap Rumah Sakit harus mempunyai IPAL.

b. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang telah ada agar dilola dengan

baik.

c. Efluen IPAL dipantau secara berkala. Minimal 1 (satu) bulan sekali

diperiksa di laboratorium yang telah ditunjuk dan yang belum memenuhi

syarat harus segera diperbaiki.

d. IPAL harus direncalakan dengan baik dan disertai studi kelayakan.

e. Tenaga pengelola IPAL didayagunakan seoptimal mungkin. Kualitas tenaga

tergantung dari kelas Rumah Sakit. Kelas A & B serendah-rendahnya S1 di

bidang kesehatan lingkungan : teknik penyehatan, kimia, teknik sipil. Kelas

C serendah-rendahnya D3 di bidang kesehatan : lingkungan, teknik

penyehatan, biologi, teknik kimia, teknik lingkungan dan teknik sipil. Kelas

D Paramedik di bidang kesehatan lingkungan, teknik penyehatan, kimia,

teknik sipil.

f. Bagi Rumah Sakit yang belum mempunyai tenaga-tenaga tersebut agar

dipersiapkan antara lain mengikuti pelatihan.

3.    Teknis Pengelolaan

Secara teknik, cukup banyak cara yang dapat dipergunakan untuk

mengelola limbah padat dan cari, namun pada dasarnya merupakan rangkaian

unit pengelola limbah. Teknis pengelolaan limbah tersebut mengacu kepada

pedoman Mente ri Kesehatan tentang Peng elolaan Limbah Klinis, antara lain

: tentang Standardisasi kantong dan kontainer pembuangan limbah.

Page 33: laporan skenario 2

Keseragaman standar kantong dan kon tainer mempunyai keuntungan sebagai

berikut : mengurangi biaya dan waktu pelatihan staf, meningkatkan

keamanan secara umum, pengurangan biaya produksi kantong dan kontainer.

DAFTAR PUSTAKA

Subekti, S. Tidak Ada Tahun. Jurnal Pengaruh Dan Dampak Limbah Cair Rumah

Sakit Terhadap Kesehatan Serta Lingkungan. Semarang: Fakultas Teknik,

Teknik Lingkungan Universitas Pandanaran Semarang

Rahno, D. Dkk. 2015. Jurnal Pengelolaan Limbah Medis Padat Di Puskesmas

Borong Kabupaten Manggarai Timur Propinsi Nusa Tenggara Timur J-

Pal, Vol. 6, No. 1. Malang: Universitas Brawijaya

Kepmenkes RI No. 1204/MENKES/SK/X/2004. Persyaratan Kesehatan

Lingkungan Rumah Sakit

Asmadi.2013.Pengelolaan Limbah Medis Rumah Sakit. Gosyen

Publishing:Yogyakarta

Arifin, M., 2008. Pengaruh Limbah Rumah Sakit Terhadap Kesehatan. Jakarta:

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Hindarko ,. Ir. 2003. Mengolah Limbah Supaya Tidak Mencemari Orang Lain.

Jakarta.

Keraf, sonny. Dr . 2000. Analisis Dampak Lingkungan Hidup, Rencana

Rengelolah Lingkungan. Jakarta.

BAPEDAL. 1999. Peraturan tentang Pengendalian Dampak Lingkungan.

Kusminarno, K. 2004. Manajemen Limbah Rumah Sakit. Jakarta

Nainggolan, R., Elsa, Musadad A. 2008. Kajian Pengelolaan Limbah Padat

Medis Rumah Sakit. Jakarta