laporan skenario 2
DESCRIPTION
limbah medisTRANSCRIPT
SKENARIO II. LIMBAH MEDIS
(Dr. Ristya Widi Endah Yani, drg., M.Kes)
(drg. Hestieyonini Hadnyanawati, M.Kes)
(drg. Kiswaluyo, M.Kes)
Sebuah Koran di Kota Maju Kecamatan Maju Makmur mengabarkan
bahwa sering ditemukannya mainan anak-anak berupa jarum suntik bekas yang
diperjual belikan di pasaran. Jarum suntik tersebut masih beraroma obat-obatan.
Jarum suntik merupakan salah satu limbah medis yang berdampak negatif bagi
kesehatan lingkungan dan masyarakat, karena dapat menyebabkan pencemaran
lingkungan. Sebuah rumah sakit menghasilkan limbah medis dan non medis.
Rumah sakit harus memiliki alat pengelolaan limbah medis. Ijin rumah sakit bisa
dikeluarkan jika memiliki alat tersebut. Terkait dengan itu, Dinas Kesehatan terus
melakukan pendataan dan pengawasan terhadap operasional rumah sakit di kota
tersebut.
STEP 1
1. Limbah Medis: limbah yang berasal dari instalasi kesehatan (perawatan dan
penelitian) rumah sakit yang sudah tidak digunakan/ diperlukan lagi biasanya
bersifat infeksius dapat berupa padat, cair maupun gas dan berdampak negatif
jika tidak diolah dengan baik.
2. Operasional: kegiatan rutin yang dilakukan oleh rumah sakit yang dapat
berdampak pada limbah rumah sakitnya.
3. Limbah Non Medis: limbah yang berasal dari non medis seperti berkas-berkas
dari kantin, administrasi, dan lain-lain yang tidak bersifat infeksius dimana
pengolahannya tidak perlu disendirikan tetapi harus tetap disesuaikan.
4. Pencemaran: segala sesuatu yang dapat merusak keseimbangan ekosistem
lingkungan baik di tanah, air maupun udara.
5. Jarum Suntik: limbah medis benda tajam dimana bekerjanya dengan
memasukkan ataupun mengambil cairan tubuh.
6. Ijin Rumah sakit: syarat yang digunakan rumah sakit dalam pengadaan kualitas
maupun untuk beroperasinya rumah sakit.
STEP 2
1. Apa saja dampak yang dapat ditimbulkan dari limbah medis maupun non
medis?
2. Bagaimana pengolahan dari limbah medis tersebut?
3. Bagaimana peran pemerintah terhadap masalah yang ada pada skenario
tersebut?
4. Apa saja syarat yang diperlukan agar dikeluarkannya ijin rumah sakit?
5. Apa saja alat pengolahan limbah medis maupun non medis?
6. Apa saja jenis limbah rumah sakit?
7. Apa saja dampak negatif yang ditimbulkan dari limbah jarum suntik terhadap
lingkungan dan masyarakat?
STEP 3
1. Dampak negatif akan timbul jika limbah tersebut tidak diolah dengan baik,
diantaranya:
- menimbulkan gangguan keyamanan dan estetika
- menimbulkan pencemaran lingkungan baik air, tanah maupun udara. Untuk
pencemaran udara contohnya oleh gas CO, sedangkan tanah dibagi menjadi
secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung contohnya adanya
bau busuk yang dihasilkan oleh limbah dan secara tidak langsung contohnya
lingkungan yang kumuh.
- mengganggu keadaan alam
- mengganggu reproduksi atau genetik pada manusia
- terjadi penularan penyakit
- terjadi peningkatan penyakit pada daerah sekitar limbah
- resiko terjadinya cedera
Sedangkan dampak positifnya seperti adanya bank sampah dimana limbah sampah
tersebut dapat ditukarkan dengan sejumlah uang.
2. Pengolahan limbah dapat dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu
1. pemisahan
- medis
- non medis
2. penyimpanan. Dapat disimpan didalam kantong yang kuat dan anti bocor
3. pengangkutan. Dapat digunakan truk, gerobak maupun kereta dimana harus
dalam keadaan tertutup dan licin
4. penanganan.
- dapat didaur ulang. Dapat digunakan sistem 3R (reuse, recycle, remake)
- tidak dapat didaur ulang. Dapat dilakukan sterilisasi yang selanjutnya
dibakar
5. pembuangan.
3. Peran pemerintah terhadap adanya limbah, diantaranya:
- rumah sakit yang bersangkutan dapat diberi sanksi
- pemerintah melakukan penyelidikan dan mengetahui bagaimana pengolahan
limbah rumah sakit
- melakukan penarikan terhadap limbah-limbah tersebut
- memberikan penyuluhan-penyuluhan dan pelatihan terhadap perangkat rumah
sakit.
4. Syarat-syarat yang dibutuhkan diantaranya:
- sudah memiliki alat pengelolaan limbah, contohnya: incinerator
5. Alat-alat pengolahan limbah rumah sakit diantaranya:
- incinerator. Memerlukan waktu 2-3 jam dengan suhu diatas 1000º C
- tabung. Digunankan untuk limbah yang bersifat gas
- autoclave. Digunakan untuk peralatan laboratorium
- kantong-kantong yang diberi label.
6. Jenis-jenis limbah diantaranya:
- limbah medis (padat, cair, dan gas), diantaranya:
- limbah benda tajam: jarum suntik, scalpel, dll.
- limbah infesius: bakteri, jamur, virus, dll.
- limbah kimia: limbah farmasi (obat-obatan)
- limbah radioaktif: berasal dari nukleotida
- limbah patologis: organ atau jaringan tubuh.
- limbah non medis (padat, cair, dan gas)
7. Dampak negatif dari limbah jarum suntik diantaranya:
- dapat menimbulkan cedera
- menimbulkan penularan penyakit
STEP 4
Kepmenkes
Dinkes
BLH
Cair GasPadat CairGasPadat
Limbah Non MedisLimbah Medis
Aktivitas Rumah Sakit
Kebijakan Pemerintah
Tidak DiolahDiolah
Dampak negatif :Pencemaran lingkungan
Penularan penyakit
PemisahanPenyimpananPengangkutanPenangananPembuangan
Tidak sempurnaSempurna
STEP 5
1. Mampu mengetahui, memahami, dan menjelaskan pengertian lingkungan
2. Mampu mengetahui, memahami, dan menjelaskan pencemaran lingkungan
3. Mampu mengetahui, memahami, dan menjelaskan klasifikasi limbah rumah
sakit
4. Mampu mengetahui, memahami, dan menjelaskan pengelolaan limbah rumah
sakit
5. Mampu mengetahui, memahami, dan menjelaskan dampak yang ditimbukan
dari limbah rumah sakit
6. Mampu mengetahui, memahami, dan menjelaskan kebijakan pemerintah
terhadap limbah rumah sakit
STEP 7
1. Pengertian Lingkungan
Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan
sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna
yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang
meliputi ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan
fisik tersebut.
Lingkungan atau sering juga disebut lingkungan hidup adalah jumlah semua
benda hidup dan benda mati serta seluruh kondisi yang ada di dalam ruang yang
kita tempati. Secara garis besar ada 2 (dua) macam lingkungan yaitu lingkungan
fisik dan lingkungan biotik. Pertama, lingkungan fisik adalah segala benda mati
dan keadaan fisik yang ada di sekitar individu misalnya batu-batuan, mineral, air,
udara, unsur-unsur iklim, kelembaban, angin dan lain-lain. Lingkungan fisik ini
berhubungan erat dengan makhluk hidup yang menghuninya, sebagai contoh
mineral yang dikandung suatu tanah menentukan kesuburan yang erat
hubungannya dengan tanaman yang tumbuh di atasnya. Kedua, lingkungan biotik
adalah segala makhluk hidup yang ada di sekitar individu baik manusia, hewan
dan tumbuhan. Tiap unsur biotik, berinteraksi antar biotik dan juga dengan
lingkungan fisik atau lingkungan abiotik.
Lingkungan biotik maupun abiotik selalu mengalami perubahan, baik secara
tiba-tiba maupun secara perlahan. Perubahan ini berhubungan erat dengan
ekosistemnya yang mempunyai stabilitas tertentu. Semakin besar aneka ragam
ekosistem semakin besar daya stabilitasnya, misalnya hutan di daerah tropis yang
mengandung begitu banyak ragam tumbuh-tumbuhan dan hewan, walaupun tanpa
perawatan tetap akan dapat mempertahankan stabilitas kehidupannya. Sebaliknya,
sawah atau ladang yang hanya terdiri dari beberapa jenis tumbuh-tumbuhan,
mempunyai stabilitas yang
Pengertian Lingkungan Menurut Para Ahli
Emil Salim
Menurut Emil Salim, lingkungan diartikan sebagai benda, kondisi, keadaan dan
pengaruh yang terdapat dalam ruang yang kita tempati dan mempengaruhi hal
yang hidup termasuk kehidupan manusia. Definisi lingkungan menurut Emil
Salim dapat dikatakan cukup luas. Apabila batasan tersebut disederhanakan, ruang
lingkungan hidup dibatasi oleh faktor-faktor yang dapat dijangkau manusia,
misalnya faktor alam, politik, ekonomi dan sosial.
Soedjono
Soedjono mengartikan lingkungan sebagai lingkungan fisik atau jasmani yang
terdapat di alam. Pengertian ini menjelaskan bahwa manusia, hewan dan tumbuh-
tumbuhan dilihat dan dianggap sebagai perwujudan fisik jasmani. Menurut
definisi Soedjono, lingkungan mencakup lingkungan hidup manusia, hewan dan
tumbuh-tumbuhan yang ada di dalamnya.
Munadjat Danusaputro
Lingkungan adalah semua benda dan daya serta kondisi termasuk didalamnya
manusia dan tingkah perbuatannya yang terdapat dalam ruang dimana manusia
berada dan mempengaruhi kelangsungan hidup yang lain. dengan demikian,
lingkungan mencakup dua lingkungan, yaitu lingkungan fisik dan lingkungan
budaya.
Otto Soemarwoto
Otto Soemarwoto berpendapat bahwa lingkungan merupakan semua benda dan
kondisi yang ada dalam ruang kita tempati dan mempengaruhi kehidupan kita.
Menurut batasan tersebut secara teoritis ruang yang dimaksud tidak terbatas
jumlahnya. Adapun secara praktis ruang yang dimaksud selalu dibatasi menurut
kebutuhan yang dapat ditentukan.
Sambas Wirakusumah
Lingkungan merupakan semua aspek kondisi eksternal biologis, dimana
organisme hidup dan ilmu-ilmu lingkunga menjadi studi aspek lingkungan
organisme itu.
Definisi mengenai lingkungan tidak hanya datang dari para ahli, tetapi
definisi tersebut dituangkan pula dalam undang-undang, yaitu Undang-Undang
Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Di dalam undang-undang ini, lingkungan hidup diartikan sebagai kesatuan, dan
mahluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan kesejahteraan manusia serta
mahluk hidup lainnya.
Menurut Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tersirat bahwa lingkungan
hiduplah yang mempengaruhi mahluk hidup, termasuk di dalamnya manusia.
Manusia hendaknya menyadari kalau alamlah yang memberi kehidupan dan
penghidupan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
2. Pencemaran Lingkungan
Pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk
hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya
tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas
lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan
menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya
(Undang-undang Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 1982).
Menurut tingkat pencemarannya, pencemaran dibedakan menjadi sebagai
berikut.
a. Pencemaran ringan, yaitu pencemaran yang dimulai menimbulkan
gangguan ekosistem lain. Contohnya pencemaran gas kendaraan bermotor.
b. Pencemaran kronis, yaitu pencemaran yang mengakibatkan penyakit
kronis. Contohnya pencemaran Minamata, Jepang.
c. Pencemaran akut, yaitu pencemaran yang dapat mematikan seketika.
Contohnya pencemaran gas CO dari knalpot yang mematikan orang di
dalam mobil tertutup, dan pencemaran radioaktif.
Jenis-Jenis Pencemaran
1) Pencemaran Air
Air yang sudah tercemar memiliki ciri-ciri tertentu, yaitu:
a. Adanya perubahan suhu air
b. Adanya perubahan warna, bau, dan rasa
c. Adanya endapan dan bahan terlarut
d. Adanya mikroorganisme
2) Pencemaran Udara
Udara terdiri atas sejumlah unsur dengan susunan atau komposisi
tertentu. Unsur-unsur tersebut di antaranya adalah nitrogen (78,09%), oksigen
(21,94%), Argon (0,93%), karbon dioksida (0,032%) dan lain-lain. Jika ke
dalam udara tersebut masuk atau dimasukkan zat asing yang berbeda dengan
penyusun udara dalam keadaan normal tadi, maka dikatakan bahwa udara
tersebut telah tercemar.
Banyak sekali bahan-bahan atau zat-zat asing yang mencemari udara,
namun yang paling banyak berpengaruh dalam pencemaran udara adalah
karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NO2), belerang oksida (SO2), hidro
karbon (HC), dan lain-lain.
3) Pencemaran Daratan
Pencemaran daratan terjadi jika ada bahan-bahan asing, baik organic
maupun anorganik, yang menyebabkan dartan rusak. Sampah atau limbah
yang bersifat organic dapat dengan mudah terurai oleh mikroorganisme,
sehingga menjadi bahan yang mudah menyatu kembali dengan alam.
Sedangkan sampah anorganik sulit untuk diurai atau dipecah oleh
mikroorganisme, sehingga memerlukan waktu yang sangat lama untuk hancur
dan menyatu kembali dengan alam. Sebagain gambaran, menurut Miller
(1975) sampah plastic akan hancur dalam waktu 240 tahun jika ditimbun
dalam tanah.
3. Klasifikasi Limbah Rumah Sakit
Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang
dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Apabila
dibanding dengan kegiatan instansi lain, maka dapat dikatakan bahwa jenis
sampah dan limbah rumah sakit dapat dikategorikan kompleks. Secara umum
sampah dan limbah rumah sakit dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu sampah
atau limbah klinis dan non klinis baik padat maupun cair. Limbah klinis adalah
yang berasal dari pelayanan medis, perawatan, gigi, veterinari, farmasi atau
sejenis, pengobatan, perawatan, penelitian atau pendidikan yang menggunakan
bahan-bahan beracun, infeksius berbahaya atau bisa membahayakan kecuali jika
dilakukan pengamanan tertentu.Bentuk limbah klinis bermacam-macam dan
berdasarkan potensi yang terkandung di alamnya dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
a) Limbah infeksius
Adalah limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit
menular (perawatan intensif), limbah laboratorium yang berkaitan dengan
pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik dan ruang perawatan/isolasi penyakit
menular, limbah yang berasal dari kamar bedah.
b) Limbah jaringan tubuh
Limbah jaringan tubuh meliputi organ, anggota badan, darah dan cairan tubuh,
biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau otopsi.
c) Limbah benda tajam
Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung
atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit seperti jarum
hipodermik, per lengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan gelas, pisau bedah.
Semua benda tajam ini memiliki potensi bahaya dan dapat menyebabkan cedera
melalui sobekan atau tusukan. Benda-benda tajam yang terbuang mungkin
terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan beracun atau
radio aktif.
d) Limbah farmasi
Limbah farmasi ini dapat berasal dari obat-obat kadaluwarsa, obat-obat yang
terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang
terkontaminasi, obat- obat yang dibuang oleh pasien atau dibuang oleh
masyarakat, obat-obat yang sangkutan dan limbah yang dihasilkan selama
produksi obat- obatan.
e) Limbah kimia
Limbah kimia adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia dalam
tindakan medis, veterinari, laboratorium, proses sterilisasi, dan riset.
f) Limbah sitotoksik
Limbah sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin
terkontaminasi dengan obat sitotoksik selama peracikan, pengangkutan atau
tindakan terapi sitotoksik.
g) Limbah radioaktif
Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang
berasal dari penggunaan medis atau riset radio nukleida. Misal berasal dari rotgen
yang berupa limbah cair maupun limbah padat.
1) Limbah Medis
Limbah medis dapat diartikan sebagai segala sesuatu hasil buangan dari
kegiatan-kegiatan medis, seperti kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang
lainnya. Apabila limbah medis ini dibuang ke air dapat menimbulkan berbagai
dampak. Karena limbah medis mempunyai jenis-jenis-jenis dan dampak yang
berbeda maupun adapula yang sama terhadap lingkungan, tetapi tetap saja dapat
menimbulkan pencemaran lingkungan. Pencemaran yang ditimbulkan sebenarnya
tidak hanya di air melainkan dapat pula pada tanah, udara maupun suara. Berikut
limbah yang dihasilkan rumah sakit :
- Limbah umum: limbah yang tidak membutuhkan penanganan khusus atau tidak
membahayakan pada kesehatan manusia dan lingkungan misal bahan
pengemas.
- Limbah patologis: terdiri dari jaringan-jaringan, organ, bagian tubuh, plasenta,
bangkai binatang, darah dan cairan tubuh.
- Limbah radioaktif: dapat berfase padat, cair atau gas yang terkontaminasi
dengan radionuklisida.
- Limbah kimiawi: dapat berupa padatan, cairan atau gas misalnya berasal dari
prosedurprosedur medis. Pertimbangan terhadap limbah ini dapat ditinjau dari
sudut: toksik, korosif, mudah terbakar (flammable), reaktif (eksplosif, reaktif
terhadap air, dan shock sensitive), genotoxic (carcinogenic, mutagenic,
teratogenic dan lain-lain), misalnya obatobatan cytotoxic. Limbah kimiawi
yang tidak berbahaya adalah seperti gula, asam- asam amino.
- Benda-benda tajam yang biasa digunakan dalam kegiatan rumah sakit: jarum
suntik, syring, gunting, pisau, kaca pecah, gunting kuku dan sebagainya yang
dapat menyebabkan orang tertusuk (luka) dan terjadi infeksi. Benda-benda ini
mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi atau
bahan citotoksik.
- Limbah farmasi (obat-obatan): obat-obatan dan bahan kimiawi yang
dikembalikan dari ruangan pasien isolasi, atau telah tertumpah, kadaluwarsa
atau terkontaminasi.
- Limbah citotoksik: bahan yang terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi
dengan obat citotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi
citotoksik.
- Kontainer di bawah tekanan: seperti yang digunakan untuk peragaan atau
pengajaran, tabung yang mengandung gas dan aerosol yang dapat meledak bila
diinsinerasi atau bila mengalami kerusakan karena kecelakaan, misalnya
tertusuk.
- Limbah berpotensi menularkan penyakit (infectious): mengandung
mikroorganisme patogen yang bila terpapar dengan manusia akan dapat
menimbulkan penyakit. Misalnya jaringan dan stok dari agen-agen infeksi dari
ruang bedah, dari autopsi pasien yang mempunyai penyakit menular , dari
pasien yang diisolasi, atau materi yang berkontak dengan pasien (tabung, filter,
serbet, jarumsuntik, sarung tangan)
Sehingga selanjutnya limbah tersebut diatas digolongkan menjadi:
a) limbah benda tajam
o jarum, pipet,kaca,pisau bedah yang tidak hanya tajam, namun
juga berpotensi menularkan penyakit
b) limbah infeksius
o berasal dari laboratorium, kamar isolasi, kamar operasi, kamar
perawatan, klinik, ruang gawat darurat yang berpotensi menularkan
penyakit.
c) limbah jaringan tubuh
o darah, nanah, amputasi kaki, amputasi tangan, cairan tubuh,
plasenta, rambut, kuku, tinja dan urine
d) limbah sitotoksik
o sisa obat anti sel kanker
e) limbah farmasi
o obat kadaluwarsa, obat terkontaminasi, obat yang dikembalikan
penderita, obat yang tidak dipakai, dan lain-lain
f) limbah kimia
o obat atau sisa obat yang terdapat di apotik, bangsal, poliklinik,
laboratorium patologi klinik, laboratorium patologi anatomi,
laboratorium mikrobiologi, laboratorium farmakologi, laboratorium
medical forensic, dan sejenisnya. Limbah ini ada yang berbahaya dan
ada juga yang tidak berbahaya. Ada yang mudah meledak, mudah
terbakar, mudah menguap, korosif dan sebagainya. Limbah B-3 ini
harus dikelola sesuai petunjuk.
g) limbah radioaktif
o adalah bahan-bahan yang terkontaminasi radio-isotop, sehingga
pengelolaan limbah radio-aktif harus dilakukan sesuai Peraturan
Pemerintah tentang Limbah B-3 dan Nuklir.
h) Limbah Genotoksik
o Limbah genotoksik sangat berbahaya dan bersifat mutagenic,
tetratogenik, atau karsinogenik. Obat-obatan sitotoksik
(antineoplastik), sebagai substannsi pokok dalam kategori ini,
memiliki kemampuan untuk membunuh atau menghentikan
pertumbuhan sel tertentu dan digunakan dalam kemoterapi
kanker.selain itu obat-obatan ini juga banyak digunakan sebagai agens
imunosupresif dalam transplantasi organ.
Dalam kaitan dengan pengelolaannya, limbah medis dikelompokkan menjadi
lima (5), yaitu (Adisamito, 2009:133):
a. Golongan A, terdiri dari; Seluruh jaringan tubuh manusia, bangkai/jaringan
hewan dari laboratorium dan hal-hal lain yang berkaitan dengan swab dan
dressing.
b. Golongan B terdiri dari : syrenge bekas, jarum, cartride, pecahan gelas dan
benda tajam lainnya.
c. Golongan C terdiri dari : limbah dari laboratorium dan post partum, (kecuali
yang termasuk dalam gol. A)
d. Golongan D terdiri dari : limbah bahan kimia dan bahan farmasi tertentu.
e. Golongan E terdiri dari : pelapis bed-pan, disposable, urinoir,
incontinencepad dan stamag bags.
2) Limbah Non Medis
Jenis limbah non medis tersebut antara lain, limbah cair dari kegiatan loundry,
limbah domestik cair dan sampah padat (Adisasmito, 2009:135).
Limbah Padat Non-medis
Sampah padat non medis adalah semua sampah padat diluar sampah padat
medis yang dihasilkan dari berbagai kegiatan, seperti berikut (Anies, 2006: 43) :
a. Kantor/administrasi
b. Unit perlengkapan
c. Ruang tunggu
d. Ruang inap
e. Unit gizi atau dapur
f. Halaman parkir dan taman
g. Unit pelayanan
Limbah Cair Non-medis
Limbah ini dapat berasal dari :
a. Kotoran manusia seperti tinja dan air kemih
b. Air bekas cucian yang berasal dari lavatory ruangan – ruangan di rumah
sakit
4. Pengelolaanan Limbah Rumah Sakit
Pada dasarnya dalam melaksanakan pengelolaan limbah medis perlu
menganut prinsip-prinsip dasar berdasarkan kesepakatan internasional, yakni :
(1) The “Polluter Pays” principle (prinsip “pencemar yang membayar”).
Artinya bahwa melaului prinsip tersebut diatas bahwa semua penghasil
limbah secara hukum dan financial bertanggungjawab untuk menggunakan
metode yang aman dan ramah lingkungan dalam pengelolaan limbah.
(2) The “Precautionary” principle (prinsip “Pencegahan”) merupakan
prinsip kunci yang mengatur perlindungan kesehatan dan keselamatan
melalui upaya penanganan yang secepat mungkin dengan asumsi risikonya
dapat menjadi cukup signifikan.
(3) The “duty of care” principle (prinsip “kewajiban untuk waspada”) bagi
yang menangani atau mengelola limbah berbahaya karena secara etik
bertanggung jawab untuk menerapkan kewaspadaan tinggi.
(4) The “proximity” principle (prinsip “kedekatan”) dalam penanganan
limbah berbahaya untuk meminimalkan risiko dalam pemindahan.
Tahap Pengelolaan Limbah Medis
Dalam pengelolaan limbah medis terdapat beberapa tahap yang harus dilakukan
antara lain:
1. Meminimasi limbah
Meminimasi limbah merupakan upaya untuk mengurangi volume,
konsentrasi, toksisitas, dan tingkat bahaya limbah yang berasal dari proses
produksi, dengan cara reduksi pada sumbernya dan atau pemanfaatan limbah
berupa reuse, recycle, dan recovery. Menurut kepmenkes RI No. 1204 tahun
2001 menyebutkan bahwa minimasi limbah merupakan salah satu upaya
untuk mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan oleh kegiatan pelayanan
kesehata. Jadi minimasi limbah medis yaitu upaya untuk mengurangi volume,
konsentrasi, toksisitas, dan tingkat bahaya limbah yang berasal dari kegiatan
rumah sakit. Berikut upaya untuk meminimalisasi limbah dengan cara reduksi
pada sumber yaitu:
1. Melakukan housekeeping, yaitu dengan menjaga kebersihan lingkungan
dengan mencegah terjadinya ceceran, tumpahan atau kebocoran bahan
serta menangani limbah yang terjadi dengan sebaik mungkin seperti
mangutamakan metodw pembersihan secara fisik daripada secara kimiawi,
menggunakan sedikit mungkin bahan kimia.
2. Pemilihan atau segregasi limbah, yakni memisahkan berbagai jenis limbah
menurut jenis komponen, konsentrasi atau keadaannya, sehingga dapat
mempermudah, mengurangi volume atau mengurangi biaya pengolahan
limbah.
3. Pemeliharaan pencegahan, yaitu pemeliharaan atau penggantian alat atau
bagian alat menurut waktu yang telah diwajibkan. Ujuan dari metode ini
untuk melindungi asset dan meningkatkan keandalan sistem, mengurangi
biaya penggantian, mengurangi cedera. Tempat pewadahan limbah
infeksius segera dibersihkan dengan larutan desinfektan apabila akan
dipergunakan kembali.
4. Pemilihan teknologi dan proses, yakni pemilihan teknologi dan proses
yang tepat untuk mengeluarkan limbah B3 denga efisien yang cukup
tinggi, sebaiknya dilakukan sejak awal pengembangan rumah sakit baru
atau penggantian sebagai untinya.
5. Pengelolaan bahan, yaitu agar persediaan bahan selalu cukup untuk
menjamin kelancaran proses kegiatan, namun tidak berlebihan sehingga
tidak menimbulkan gangguan lingkungan, sedangkan penyimpanan agar
tetap rapi dan terkontrol. Pengelolaan bahan sangat tepat untuk dilakukan
di unit farmasi dan laboratorium rumah sakit seperti manajemen
persediaan yang cermat dan menyeluruh sehingga dapat menurunkan
kuantitas limbah yang dihasilkan.
6. Pengaturan kondisi proses dan operasi yang baik, pengoperasian alat
sesuai kondisi yang optimum sehingga dapat meningkatkan efisiensi
dalam mengurangi terjadinya limbah.
7. Memodifikasi bahan, mengganti bahan-bahan yang dapat mengurangi
terjadinya limbah berbahaya dan baha-bahan yang tidak menghasilkan
banyak limbah
8. Penggunaan teknologi bersih, menggunakan teknologi yang tidak atau
kurang memiliki potensi untuk menghasilkan limbah B3 dengan efisiensi
yang cukp tinggi.
2. Pemanfaatan limbah
Pemanfaatan limbah medis yaitu upaya mengurangi volume, konsentrasi,
toksisitas, dan tingkat bahaya yang menyebar di lingkunga, dengan cara
reuse, recycle, dan recovery. Pemanfaatan limbah dilakukan setelah
melakukan uapaya reduksi pada sumber.
1. Reuse (penggunaan kembali), merupakan upaya penggunaan barang atau
limbah untuk digunakan kembali untuk kepentingan yang sama tanpa
mengalami proses pengolahan atau perubahan bentuk. Reus dapat
mengurangi biaya pembelian dan mengurangi limbah dari kegiatan
perawatan pasien. Berikut ini fasilitas kesehatan yang dapat direuse
diantaranya linen yang dapat digunakan kembali, perawatan seperti pispot,
cekungan muntah, dan peralatan makan. Sebaiknya jarum suntik tidak
digunakan kembali karena dapat membahayakan kesehatan, walaupun
dapat digunakan kembali, rumah sakit harus mengeluarkan biaya untuk
membersihkan dan mensterilkan peralatan tersebut.
2. Recycle (daur ulang) merupakan upaya pemanfaatan limbah dengan cara
proses daur ulang melalui perubahan fisik atau kimia, baik untuk
menghasilkan produk yang sama maupun produk yang berlainan dengan
maksud kegunaan yang lebih. Limbah padat yang dapat didaur ulang yaitu
kertas, kardus, kaca, plastik, kayu, logam, sisa makanan, daun, dan limbah
pekarangan, dan berbagai bahan campuran.
3. (recovery (perolehan kembali), merupakan upaya pemanfaatan limbah
dengan cara memproses untuk memperoleh kembali materi atau energi
yang terkandung di dalamnya atau merupakan suatu proses pemulihan.
Misalnya pengambilan perak dari fixing-bath yang digunakan dalam
pengolahan foto rontgen.
3. Pemisahan Limbah Medis
Untuk memudahkan mengenal jenis limbah yang akan dimusnahkan, perlu
dilakukan penggolongan limbah. Dalam kaitan dengan pengelolaan, limbah
klinis dikategorikan menjadi 5 golongan sebabagi berikut :
1. Golongan A :
Dressing bedah, swab dan semua limbah terkontaminasi dari kamar bedah.
Bahan-bahan kimia dari kasus penyakit infeksi.
Seluruh jaringan tubuh manusia (terinfeksi maupun tidak),
bangkai/jaringan hewan dari laboratorium dan hal-hal lain yang berkaitan
dengan swab dan dreesing.
2. Golongan B :
Syringe bekas, jarum, cartridge, pecahan gelas dan benda-benda tajam
lainnya.
3. Golongan C :
Limbah dari ruang laboratorium dan postpartum kecuali yang termasuk
dalam golongan A.
4. Golongan D :
Limbah bahan kimia dan bahan-bahan farmasi tertentu.
5. Golongan E :
Pelapis Bed-pan Disposable, urinoir, incontinence-pad, dan stomach.
cara yang paling tepat dalam pengelolaan limbah medis adalah dengan
melakukan pemilihan limbah berdasrkan warna kantong atau kontainer
plastik yang digunakan. Hal ini dapat meminimalkan volume limbah medis
yang infeksius dan mengurangi biaya untuk pembuangan limbah tersebut.
Berikut contoh warna kantong menurut DepKes RI :
Kantong hitam untuk limbah umum
Kantong kuning untuk limbah yang harus diinsinerasi
Kantong kuning untuk limbah yang sebaiknya diinsinerasi, tetapi dapat
dibuang ke landfill.
Kantong biru muda untuk limbah yang harus disterilisasi
Pemisahan limbah
Tabel Jenis Wadah dan label Limbah Medis Padat Sesuai Kategorinya
4. Pengumpulan Limbah Medis
Pada tahap pengumpulan limbah, maksimal 2/3 bak sampah yang sudah tersisi
harus diambil, atau kontainer harus diangkat jika sudah tiga perempat penuh.
Kantong plastik yang belum terisi penug dapat disegel dengan cara membuat
disimpul ikatan di bagian lehernya. Untung kantong yang terisi penuh mungkin
perlu diikat denga menggunakan labeel plastik pengikat dan tidak boleh ditutup
dengan cara distaples. Rumah sakit harus mempunyai program rutin untuk
pengumpulan limbah karena limbah tidak boleh menumpuk di satu titik
pengumpulan. Limbah harus dikumpulkan setiap hari dan diangku ke tempat
penampungan yang telah ditentukan. Persediaan akntong plastik dan kontainer
harus tersedia di semua tempat yang menghasilkan limbah.
5. Pengangkutan Limbah Medis
Setelah proses pengumpulan, tahap selanjutnya adalah pengangkutan limbah.
Pengangkutan limbah dilakukan oleh petugas kebersihan dari sumber penghasil
limbah. Pengangkutan limbah medis harus menggunakan alat angkut berupa
kereta, gerobak, atau troli. Alat angkut tersebut harus didesain sedemikian rupa
sehingga permukaan harus licin, rata dan tidak tembus; tidak akan menjadi
sarang serangga dan mudah dibersihan dan dikeringkan.
Dalam proses pengangkutan limbah medis, disarankan menggunakan alat
angkut yang terpisahkan antara limbah domestik dan tidak boleh digunakan
untuk mengangkut materi lainnya. Limbah benda tajam dan limbah medis
lainnya yang tekah terisi penuh kemudiaan diangkut secara rutin menggunakan
troli khusus dengan wadah tertutup yang kokoh dan kuat dibawa ke tempat
pembuangan. Pengangkutan limbah dari ruangan atau unit yang ada dalam
rumah sakit ke tempat penampungan limbah sementara melalui rute yang
paling cepat yang harus direncanakan sebelum perjalanan atau yang sudah
ditetapkan.
Jika pengangkutan menggunakan lift, disarankan jangan menggunakan lift
yang sama untuk lift pasien atau pengunjung atau makanan dalam
pengangkutan limbah medis. Kendaraan pengangkut limbah medis harus
dibersihkan dan didesinfeksi setiap hari dengan menggunakan desinfektan
yang tepat yaitu dengan 0,5% klorin kemudian dibilas dengan air bersih.
6. Penyimpanan Limbah Medis
Setelah pengumpulan dari sumber penghasil limbah kemudian ditempatkan
pada tempat penampungan sementara. Tempat penampungan limbah harus
memiliki lantai yang kokoh dengan dilengkapi drainase yang baik dan mudah
dibersihkan serya didesinfeksi. Selain itu, tidak boleh berada dekat dengan
lokasi penyimpanan bahan makanan atau dapur. Harus ada pencahayaan yang
baik serta kemudahan akses untuk kendaraan pengumpul limbah. Lokasi untuk
tempat penyimpanan limbah yang berbahaya dan beracun minimum berjarak
50 meter dari lokasi fasilitas umum dan daerah bebas banjir sehingga aman
dari kemungkinan terkena banjir.
Tempat penyimpanan limbah juga harus dilengkapi dengan penutup, menjaga
agar areya penyimpanan limbah medis tidak bercampur dengan limbah non
medis, membatasi akses sehingga hanya orang tertentu yang dapat memasuki
area penampungan.
7. Pemusnahan Limbah Medis
Setelah limbah medis ditampung pada tempat penampungan sementara, proses
selanjutnya yaitu pengolahan limbah medis yaitu pemusnahan dan
pembuangan akhir.
Pengelolaan Limbah Padat Non-Medis
a. Pemilahan Limbah Padat Non-Medis
1. Dilakukan pemilahan limbah padat non-medis antara limbah yang dapat
dimanfaatkan dengan limbah yang tidak dapat dimanfaatkan kembali
2. Dilakukan pemilahan limbah padat non-medis antara limbahbasah dan
limbah kering.
b. Tempat Pewadahan Limbah padat Non-Medis
1. Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air, dan
mempunyai permukaan yang mudah dibersihkan pada bagian dalamnya,
misalnya fiberglass.
2. Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa mengotori
tangan.
3. Terdapat minimal 1 (satu) buah untuk setiap kamar atau sesuai dengan
kebutuhan.
4. Limbah tidak boleh dibiarkan dalam wadahnya melebihi 3 x 24 jam atau
apabila 2/3 bagian kantong sudah terisi oleh limbah, maka harus diangkut
supaya tidak menjadi perindukan vektor penyakit atau binatang
pengganggu.
c. Pengangkutan
Pengangkutan limbah padat domestik dari setiap ruangan ke tempat
penampungan sementara menggunakan troli tertutup.
d. Tempat Penampungan Limbah Padat Non-Medis Sementara
1. Tersedia tempat penampungan limbah padat non-medis sementara
dipisahkan antara limbah yang dapat dimanfaatkan dengan limbah yang
tidak dapat dimanfaatkan kembali. Tempat tersebut tidak merupakan
sumber bau, dan lalat bagi lingkungan sekitarnya dilengkapi saluran untuk
cairan lindi.
2. Tempat penampungan sementara limbah padat harus kedap air, bertutup
dan selalu dalam keadaan tertutup bila sedang tidak diisi serta mudah
dibersihkan.
3. Terletak pada lokasi yang muah dijangkau kendaraan pengangkut limbah
padat.
4. Dikosongkan dan dibersihkan sekurang-kurangnya 1 x 24 jam.
e. Pengolahan Limbah Padat
Upaya untuk mengurangi volume, mengubah bentuk atau memusnahkan
limbah apdat dilakukan pada sumbernya. Limbah yang masih dapat
dimanfaatkan hendaknya dimanfaatkan kembali untuk limbah padat organik
dapat diolah menajdi pupuk.
f. Lokasi Pembuangan Limbah Padat Akhir
Limbah padat umum (domestik) dibuang ke lokasi pembuangan akhir yang
dikelola oleh pemerintah daerah (Pemda), atau badan lain sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku.
Prinsip kerja insenerator
Proses insenerasi akan berlangsung melalui 3 tahapan yaitu:
1. Tahapan pertama limbah atau sampah akan dikeringkan dengan diambil
uang airnya sehingga limbah siap untuk dibakar.
2. Selanjutnya terjadi proses pirolisis, yaitu pembakaran tidak
sempurna,dimana temperature belum terlalu tinggi.
3. Fase berikutnya adalah pembakaran sempurna. Ruang bakar pertama
digunakan sebagai pembakar limbah, suhu dikendalikan antara 400oC –
600oC. Ruang bakar kedua digunakan sebagai pembakar asap dan bau
dengan suhu antara 600oC-1200oC.
Pengelolaan Limbah Cair
Limbah cair harus dikumpulkan dalam kontainer yang sesuai dengan
karakteristik bahan kimia dan radiologi, volume, dan prosedur penanganan dan
penyimapangannya.
1. Saluran pembuangan limbah harus menggunakan sistem saluran tertutup,
kedap air, dan limbah harus mengalir dengan lancar, serta terpisah dengan
saluran air hujan.
2. Rumah sakit harus memiliki instalasi pengolahan limbah cair sendiri atau
bersama-sama secara kolektif dengan bangunan disekitarnya yang
memenuhi persyaratan teknis, apabila belum ada atau tidak terjangkau
sistem pengolahan air limbah perkotaan.
3. Perlu dipasang alat pengukur debit limbah cair untuk mengetahui debit
harian limbah yang dihasilkan.
4. Air limbah dari dapur harus dilengkapi penangkap lemak dan saluran air
limbah harus dilengkapi/ditutup dengan gril.
5. Air limbah yang berasal dari laboratorium harus diolah di Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL), bila tidak mempunyai IPAL harus
dikelola sesuai kebutuhan yang berlaku melalui kerjasam dengan pihak
lain atau pihak yang berwenang.
6. Frekuensi pemeriksaan kualitas limbah cair terolah (effluent) dilakukan
setiap bulan sekali untuk swapantau dan minimal 3
7. bulan sekali uji petik sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
8. Rumah sakit yang menghasilkan limbah cair yang mengandung atau
terkena zat radioaktif, pengelolaannya dilakukan sesuai ketentuan
BATAN.
Untuk mengolah air yang mengandung senyawa organuk, umumnya
menggunakan teknologi pengolahan air limbah secra biologis atau gabungan
antara proses biologis dengan proses kimia-fisika. Proses secara biologi
tersebut dapat dilakukan pada kondisi aerobic dengan udara), kondisi
anaerobic (tanpa udara), atau kombinasi dari keduanya.
9. Parameter radioaktif diberlakukan bagi rumah sakit sesuai dengan bahan
radioaktif yang dipergunakan oleh rumah sakit yang bersangkutan.
Pengelolaan Limbah Gas
1. Monitoring limbah gas berupa NO2, So2, logam berat, dan dioksin
dilakukan minimal 1 (satu) kali setahun
2. Suhu pembakaran minimum 1.000° C untuk pemusnahan bakteri patogen,
virus, dioksin, dan mengurangi jelaga.
3. Dilengkapi alat untuk mengurangi emisi gas dan debu.
4. Melakukan penghijauan dengan menanam pohon yang banyak
memproduksi gas oksigen dan dapat menyerap debu.
Alat Pelindung Diri (APD)
Penggunaan alat pelindung diri sudah diatur dalam Undang-Undang No.1
Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, khususnya pasal 9, 12, dan 14, yang
mengatur penyediaan dan penggunaan alat pelindung diri di tempat kerja, baik
bagi pengusaha maupun bagi tenaga kerja.
Pengertian Alat Pelindung Diri (APD)
Menurut Budiono (2003), alat pelindung diri adalah seperangkat alat yang
digunakan tenaga kerja untuk melindungi sebagia atau seluruh tubuhnya dari
adanya potensi bahaya atau kecelakaan kerja.
Persyaratan Alat Pelindung Diri (APD)
Menurut Suma’mur (1996), syarat-syarat alat pelindung diri yang baik
antara lain :
a. Alat pelindung diri tersebut harus enak dipakai.
b. Alat pelindung diri tersebut harus tidak boleh mengganggu pekerjaannya.
c. Memberikan perlindungan yang efektif terhadap bahaya yang dihadapinya.
Alat Pelindung Diri (APD) pada Pengolahan Limbah Puskesmas
Dalam pengelolaan limbah padat di puskesmas, alat pelindung diri yang
digunakan untuk melindungi diri terhadap faktor bahaya percikan pembakaran
sampah, debu dan benda-benda kecil beterbangan menurut Sumak’mur (1996)
adalah :
1) Mata, dengan menggunakan Googles, penutup mata
Alat Pelindung Mata berupa Googles
2) Alat pernafasan, menggunakan respirator atau masker khusus
Masker Respirator
Masker Pernafasan untuk Polusi Udara
3) Lengan, tangan, dan jari dengan menggunakan sarung tangan dan pakaian
berlengan panjang
Sarung Tangan Bahan Karet
4) Tungkai dan kaki, dengan menggunakan pelindung-pelindung betis,
tungkai dan mata kaki. Dalam hal ini dapat menggunakan sepatu boots.
Sepatu Boots
5. Dampak yang Ditimbulkan Limbah Rumah Sakit
Pengaruh limbah rumah sakit terhadap kualitas lingkungan dan kesehatan dapat
menimbulkan berbagai masalah seperti:
1) Gangguan kenyamanan dan estetika, berupa warna yang berasal dari
sedimen, larutan, bau phenol, eutrofikasi dan rasa dari bahan kimia
organic, yang menyebabkan estetika lingkungan menjadi kurang sedap
dipandang.
2) Kerusakan harta benda, dapat disebabkan oleh garam-garam yang terlarut
(korosif dan karat) air yang berlumpur dan sebagainya yang dapat
menurunkan kualitas bangunan disekitar rumah sakit.
3) Resiko tertular penyakit
Resiko tertular penyakit melalui kontak langsung dengan limbah medis
dapat ditularkan kepada kelompok masyarakat rumah sakit yang rentan
yaitu dokter, perawat, pasien rawat inap atau berobat jalan, pengunjung
atau pengantarorang sakit, karyawan rumah sakit, serta masyarakat di
sekitar rumah sakit. Selain itu pemulung yang mengumpulkan limbah
untuk didaur ulang dari tempat pembuangan akhir limbah berisiko kontak
langsung dengan bahan infeksius.
Resiko tertular penyakit yang berasal dari limbah medis karena
mengandung agen penyakit berupa limbah yang bersifat infeksius, bahan
kimia toksik, dan radioaktif. Agen tersebut dapat masuk ke dalam tubuh
manusia melalui empat jalur yaitu, kulit, selaput lendir, saluran
pernapasan, dan saluran pencernaan. Pemaparan dapat terjadi melalui
percikan cairan yang mengandung kuman masuk ke dalam selaput lendir
(selaput lendir mata, hidung, dan mulut).
4) Resiko kecelakaan atau cedera
Petugas yang mengelola limbah medis akan beresiko mengalami
kecelakaan kerja seperti tertusuk benda tajam saan mengangkut atau
memindahkan limbah. Resiko tersebut terus ada setiap proses penanganan
limbah yaitu selama limbah dibuang, dikumpulkan, dipindahkan untuk
dimusnahkan.
5) Resiko terhadap lingkungan
Limbah medis selain menimbulkan dampak buruk terhadap pencemaran
lingkungan meliputi pencemaran air (water borne diseases), pencemaran
tanah (soil borne siseases) seperti pembuangan limbah secara terbuka yang
menimbulkan bahaya lingkungan terhadap masyarakat, dan pencemaran
udara (air borne diseases) seperti pemusnahan limbah medis dengan cara
dibakar dengan menggunakan insinerator engan suhu rendah dapat
menghasilkan emisi gas yang beracun.
6) Menyebabkan terjadinya perselisihan warga dengan pengelola limbah
apabila pengelolaan limbah salah atau limbah menumpuk.
7) Gangguan/ kerusakan tanaman dan binatang, dapat disebabkan oleh virus,
senyawa nitrat, bahan kimia, pestisida, logam nutrient tertentu dan fosfor.
8) Gangguan terhadap kesehatan manusia, dapat disebabkan oleh berbagai
jenis bakteri, virus, senyawa-senyawa kimia, pestisida, serta logam berat
seperti Hg, Pb dan Cd yang bersal dari bagian kedokteran gigi.
9) Gangguan genetic dan reproduksi.
10) Pengelolaan sampah rumah sakit yang kurang baik akan menjadi tempat
yang baik bagi vector penyakit seperti lalat dan tikus.
11) Kecelakaan kerja pada pekerja atau masyarakat akibat tercecernya jarum
suntik atau benda tajam lainnya.
12) Insiden penyakit demam berdarah dengue meningkat karena vector
penyakit hidup dan berkembangbiak dalam sampah kaleng bekas atau
genangan air.
13) Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme akan menghasilkan gas-
gas tertentu yang menimbulkan bau busuk.
14) Adanya partikel debu yang berterbangan akan mengganggu pernafasan,
menimbulkan pencemaran udara yang akan menyebabkan kuman penyakit
mengkontaminasi peralatan medis dan makanan rumah sakit.
15) Apabila terjadi pembakaran sampah rumah sakit yang tidak saniter
asapnya akan mengganggu pernafasan, penglihatan dan penurunan kualitas
udara
6. Kebijakan Pemerintah terhadap Limbah Rumah Sakit dan
Pengelolaannya
Kebijakan pemerintah tentang limbah menurut KEPUTUSAN MENTERI
NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 58/ MENLH / 12 / 1995
TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KESEHATAN RUMAH
SAKIT menerangkan bahwa :
Pasal 1
(3) Baku Mutu limbah cair rumah sakit adalah batas maksimum limbah cair
yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari suatu kegiatan rumah
sakit
Pasal 7
a. Melakukan pengolahan limbah cair sebelum dibuang ke lingkungan
sehingga mutu limbah cair yang dibuang ke lingkungan tidak melampaui
Baku Mutu Limbah Cair yang telah ditetapkan
b. Membuat saluran pembuangan limbah cair tertutup dan kedap ir sehingga
tidak terjadi perembesan ke tanah serta terpisah denga saluran limpahan air
hujan
c. Memasang alat ukur debit laju limbah cair dan melakukan pencatatan debit
harian limbah cair tersebut
d. Memeriksa kadar parameter Baku Mutu Limbah Cair sebagaimana
tersebut dalam Lampiran Keputusan ini kepada laboratorium yang
berwenang sekurang –kurangnya satu kali dalam sebulan
e. Menyampaikan laporan tentang catatan debit harian dan kadar parameter
Baku Mutu Limbah Cair sebagaimana dimaksud huruf c dan d sekurang –
kurangnya tiga bulan sekali kepada Gubernur dengan tembusan Menteri,
Kepala Bapedal, Jendral Badan Atom Nasional,instansi teknis yang
membidangi rumah sakit serta instansi lain yang dianggap perlu sesuai
dengan peraturan perundang undangan yang berlaku
Pasal 8
(1) Bagi kegiatan rumah sakit yang menghasilakn limbah cair yang
mengandung atau terkena zat radioaktif pengolahannya dilakukan sesuai
dengan ketentuan Badan Tenaga Atom Nasional
(2) Komponen parameter radioaktivitas yang diberlakukan pada rumah sakit
sesuai dengan bahan radioaktif yang dipergunakan oleh rumah sakit yang
bersangkutan
(3) Bagi rumah sakit yang tidak menggunakan bahan radioaktif dalam
kegiatannya, tidak diberlakukan kelompok parameter radioaktivitas dalam
pemeriksaan limbah cair rumah sakit yang bersangkutan.
Peraturan menteri kesehatan No.986/Menkes/PER/XI/1992 tentang persyaratan
kesehatan rumah sakit (hal ini berkaitan dengan limbah medis yang dihasilkan
oleh rumah sakit dan segala macam pelanggaran terhadap peraturan)
Kebijakan dan Langkah-langkah yang akan dilaksanakan oleh Provinsi
Di Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Kewenangan penanganan limbah berada pada daerah atau Rumah Sakit yang
bersangkutan, dengan pembinaan teknis dari Kantor Departemen Kesehatan
DT II dan Kantor wilayah Kesehatan di DT I.
2. Sesuai dengan edaran Dirjen Pelayanan Medis Nomor PM 01.05.6.1.01353
tentang Limbah Rumah Sakit, maka :
a. Setiap Rumah Sakit harus mempunyai IPAL.
b. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang telah ada agar dilola dengan
baik.
c. Efluen IPAL dipantau secara berkala. Minimal 1 (satu) bulan sekali
diperiksa di laboratorium yang telah ditunjuk dan yang belum memenuhi
syarat harus segera diperbaiki.
d. IPAL harus direncalakan dengan baik dan disertai studi kelayakan.
e. Tenaga pengelola IPAL didayagunakan seoptimal mungkin. Kualitas tenaga
tergantung dari kelas Rumah Sakit. Kelas A & B serendah-rendahnya S1 di
bidang kesehatan lingkungan : teknik penyehatan, kimia, teknik sipil. Kelas
C serendah-rendahnya D3 di bidang kesehatan : lingkungan, teknik
penyehatan, biologi, teknik kimia, teknik lingkungan dan teknik sipil. Kelas
D Paramedik di bidang kesehatan lingkungan, teknik penyehatan, kimia,
teknik sipil.
f. Bagi Rumah Sakit yang belum mempunyai tenaga-tenaga tersebut agar
dipersiapkan antara lain mengikuti pelatihan.
3. Teknis Pengelolaan
Secara teknik, cukup banyak cara yang dapat dipergunakan untuk
mengelola limbah padat dan cari, namun pada dasarnya merupakan rangkaian
unit pengelola limbah. Teknis pengelolaan limbah tersebut mengacu kepada
pedoman Mente ri Kesehatan tentang Peng elolaan Limbah Klinis, antara lain
: tentang Standardisasi kantong dan kontainer pembuangan limbah.
Keseragaman standar kantong dan kon tainer mempunyai keuntungan sebagai
berikut : mengurangi biaya dan waktu pelatihan staf, meningkatkan
keamanan secara umum, pengurangan biaya produksi kantong dan kontainer.
DAFTAR PUSTAKA
Subekti, S. Tidak Ada Tahun. Jurnal Pengaruh Dan Dampak Limbah Cair Rumah
Sakit Terhadap Kesehatan Serta Lingkungan. Semarang: Fakultas Teknik,
Teknik Lingkungan Universitas Pandanaran Semarang
Rahno, D. Dkk. 2015. Jurnal Pengelolaan Limbah Medis Padat Di Puskesmas
Borong Kabupaten Manggarai Timur Propinsi Nusa Tenggara Timur J-
Pal, Vol. 6, No. 1. Malang: Universitas Brawijaya
Kepmenkes RI No. 1204/MENKES/SK/X/2004. Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit
Asmadi.2013.Pengelolaan Limbah Medis Rumah Sakit. Gosyen
Publishing:Yogyakarta
Arifin, M., 2008. Pengaruh Limbah Rumah Sakit Terhadap Kesehatan. Jakarta:
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Hindarko ,. Ir. 2003. Mengolah Limbah Supaya Tidak Mencemari Orang Lain.
Jakarta.
Keraf, sonny. Dr . 2000. Analisis Dampak Lingkungan Hidup, Rencana
Rengelolah Lingkungan. Jakarta.
BAPEDAL. 1999. Peraturan tentang Pengendalian Dampak Lingkungan.
Kusminarno, K. 2004. Manajemen Limbah Rumah Sakit. Jakarta
Nainggolan, R., Elsa, Musadad A. 2008. Kajian Pengelolaan Limbah Padat
Medis Rumah Sakit. Jakarta
Shofyan, M. 2010. Jenis Limbah Rumah Sakit dan Dampaknya Terhadap
Kesehatan Serta Lingkungan. Bandung: UPI