laporan program gizi 1

10
BAB I PEDOMAN PELAYANAN GIZI RUMAH SAKIT A. LATAR BELAKANG Dalam melaksanakan pelayanan gizi di rumah sakit diperlukan sumber daya manusia yang kompoten, sarana dan prasarana yang memadai, agar pelayanan gizi yang di laksanakan memenuhi standar yang telah di tetapkan. Pelayanan gizi merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan di rumah sakit, yang saling menunjang dan tidak dipisahkan dengan pelayanan. Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting karena secara langsung berpengaruh terhadap kualitas SDM di suatu negara, yang digambarkan melalui pertumbuhan ekonomi, umur harapan hidup dan tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan yang tinggi hanya dapat dicapai oleh orang yang sehat dan berstatus gizi baik. Masalah gizi klinis adalah masalah gizi yang ditinjau secara individual mengenai apa yang terjadi dalam tubuh seseorang, yang seharusnya ditanggulangi secara individu. Demikian pula masalah gizi pada berbagai keadaan sakit yang secara langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi proses penyembuhan, harus diperhatikan

Upload: erick-gautama-putra

Post on 11-Jul-2016

219 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

laporan gizi

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Program Gizi 1

BAB IPEDOMAN PELAYANAN GIZI RUMAH SAKIT

A. LATAR BELAKANG

Dalam melaksanakan pelayanan gizi di rumah sakit diperlukan sumber daya

manusia yang kompoten, sarana dan prasarana yang memadai, agar pelayanan gizi

yang di laksanakan memenuhi standar yang telah di tetapkan. Pelayanan gizi

merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan di rumah sakit, yang saling

menunjang dan tidak dipisahkan dengan pelayanan. Kesehatan dan gizi merupakan

faktor penting karena secara langsung berpengaruh terhadap kualitas SDM di suatu

negara, yang digambarkan melalui pertumbuhan ekonomi, umur harapan hidup dan

tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan yang tinggi hanya dapat dicapai oleh orang

yang sehat dan berstatus gizi baik.

Masalah gizi klinis adalah masalah gizi yang ditinjau secara individual mengenai apa

yang terjadi dalam tubuh seseorang, yang seharusnya ditanggulangi secara individu.

Demikian pula masalah gizi pada berbagai keadaan sakit yang secara langsung

ataupun tidak langsung mempengaruhi proses penyembuhan, harus diperhatikan

secara individual. Adanya kecendrungan peningkatan kasus penyakit yang terkait

dengan nutrition related disease pada semua kelompok rentan dari ibu hamil, bayi,

anak, remaja, dewasa dan usia lanjut, semakin dirasakan perlunya penanganan

khusus. Semua ini memerlukan pelayanan gizi yang bermutu untuk mempertahankan

status gizi yang optimal, sehingga tidak terjadi kurang gizi dan untuk mempercepat

penyembuhan.

Resiko kurang gizi akan muncul secara klinis pada orang sakit, terutama pada

penderita anoreksia, kondisi mulut/gigi geligi buruk serta kesulitan menelan, penyakit

saluran cerna disertai mual, muntah dan diare, infeksi berat, usila tidak sadar dalam

waktu lama, kegagalan fungsi saluran cerna dan pasien yang mendapat kemoterapi.

Page 2: Laporan Program Gizi 1

Fungsi organ yang terganggu akan lebih terganggu lagi dengan adanya penyakit dan

kekurangan gizi. Disamping itu masalah gizi lebih dan obesitas yang erat hubungannya

dengan penyakit degeneratif, seperti diabetes melitus, penyakit jantung koroner dan

darah tinggi, penyakit kanker, memerlukan terapi gizi medis untuk penyembuhan

Pelayanan gizi di rumah sakit merupakan hak setiap orang, memerlukan adanya

sebuah pedoman agar diperoleh hasil pelayanan yang bermutu. Pelayanan gizi yang

bermutu di rumah sakit akan membantu mempercepat proses penyembuhan pasien,

yang berarti pula memperpendek lama hari rawat sehingga dapat menghemat biaya

pengobatan. Keuntungan lain jika pasien cepat sembuh adalah mereka dapat segera

kembali mencari nafkah untuk diri dan keluarganya. Sehingga pelayanan gizi yang

disesuaikan keadaan pasien dan berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status

metabolisme tubuhnya. Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses

penyembuhan penyakit, sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh

terhadap keadaan gizi pasien. Sering terjadi kondisi klien/ pasien semakin buruk

karena tidak di perhatikan keadaan gizi.

Terapi gizi menjadi salah satu faktor penunjang utama penyembuhan tentunya

harus diperhatikan agar pemberian tidak tidak melebihi kemampuan organ tubuh untuk

melaksanakan fungsi metabolisme. Terapi gizi harus selalu disesuaikan seiring dengan

perubahan fungsi organ selama proses penyembuhan. Dengan kata lain, pemberian

diet pasien harus dievaluasi dan diperbaiki sesuai dengan perubahan keadaan klinis

dan hasil pemeriksaan laboratorium, baik pasien rawat inap maupun rawat jalan.

Upaya peningkatan status gizi dan kesehatan masyarakat baik di dalam maupun di luar

rumah sakit, merupakan tugas dan tanggung- jawab tenaga kesehatan, terutama

tenaga yang bergerak di bidang gizi.

B. RUANG LINGKUP

Page 3: Laporan Program Gizi 1

Ruang lingkup kegiatan pokok pelayanan gizi di rumah sakit terdiri dari :

1. Asuhan Gizi Pasien Rawat Jalan

2. Asuhan Gizi Pasien Rawat Inap

3. Penyelenggaraan Makanan

Untuk meningkatkan pelayanan paripurna kepada pasien, maka perlu dibentuk Tim

Asuhan Gizi yang bertugas menyelenggarakan rawat inap dan rawat jalan, termasuk

pelayanan Klinik Gizi yang merupakan bagian dari Instalasi Rawat Jalan.

C. TUJUAN PELAYANAN GIZI RUMAH SAKIT

C.1. Tujuan Umum

Tujuan umum pelayanan gizi rumah sakit adalah terciptanya sistem pelayanan gizi di

rumah sakit dengan memperhatikan berbagai aspek gizi dam penyakit, serta

merupakan bagian dari pelayanan kesehatan secara menyeluruh untuk meningkatkan

dan mengembangkan mutu pelayanan gizi di rumah sakit.

C.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus yang ingin di capai adalah adanya peningkatan pelayanan gizi yang

mencakup :

1. Penegakan diagnosis gangguan gizi dan metabolisme zat gizi berdasarkan

anamnesis, antropometri, gejala klinis, dan biokimia tubuh (laboratorium).

2. Penyelenggaraan pengkajian dietetik dan pola makan berdasarkan

anamnesis diet dan pola makan.

3. Penentuan kebutuhan gizi sesuai keadaan pasien.

Penentuan bentuk pembelian bahan makanan, pemilihan bahan makanan,

jumlah pemberian serta cara pengelolaan bahan makanan.

5. Penyelenggaraan evaluasi terhadap preskripsi diet yang diberikan sesuai

perubahan keadaan klinis, status gizi dan status laboratorium

Page 4: Laporan Program Gizi 1

6. Penterjemahan preskripsi diet, penyediaan dan pengolahan sesuai dengan

kebutuhan dan keadaan penyakit

7. Penciptaan standar diet khusus sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi yang dapat membantu penyembuhan penyakit.

8. Penyelenggaraan penyuluhan dan konseling tentang pentingnya diet pada

klien/ pasien dan keluarga.

Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan tenaga pelayanan gizi yang mempunyai

kompetensi dan kemampuan sebagai berikut:

1. Menegakkan diagnosis gangguan gizi dan metabolisme zat gizi berdasarkan

hasil pemeriksaan yang dilakukan.

2. Menentukan kebutuhan zat gizi, bentuk makanan, jumlah serta pemberian

makanan yang sesuai dengan keadaan klinis dan metabolisme pasien.

3. Melakukan pengkajian diet dan pola makan dengan cara anamnesa diet

( sistim recall dan record)

4. Mengubah dan menterjemahkan perskripsi diet, dari mulai perencanaan

menu sampai menyajikan makanan sesuai dengan keadaan pasien.

5. MenyelenggaraKAN ADMINISTRASI PELAYANAN GIZI.

6. Memberikan pelayanan dan penyuluhan gizi dan konseling gizi pada pasien

dan keluarganya.

D. BATASAN OPERASIONAL

Batasan Operasional ini merupakan batasan istilah, sesuai dengan kerangka

konsep pelayanan gizi di rumah sakit yang tertuang didalam pedoman pelayanan gizi

1. Pelayanan Gizi Rumah Sakit : adalah kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit

untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat rumah sakit baik rawat inap maupun rawat

jalan, untuk keperluan metabolisme tubuh, peningkatan kesehatan, maupun

Page 5: Laporan Program Gizi 1

mengoreksi kelainan metabolisme, dalam rangka upaya preventif, kuratif, rehabilitatif,

dan promotif.

2. Pelayanan Gizi : adalah rangkaian kegiatan terapi gizi medis yang dilakukan

di institusi kesehatan (rumah sakit), puskesmas dan institusi kesehatan lain untuk

memenuhi kebutuhan gizi klien/ pasien. Pelayanan gizi merupakan upaya promotif

preventif, kuratif dan rehabilitatif dalam rangka meningkatkan kesehatan klien/

pasien.

3. Tim Asuhan Gizi : adalah sekelompok petugas rumah sakit yang terkait

dengan pelayanan gizi terdiri dari dokter/ dokter spesialis, nutrisionst/dietisien, dan

perawat dari setiap unit pelayanan bertugas menyelenggarakan asuhan gizi ( nutrition

care) untuk mencapai pelayanan paripurna yang bermutu.

4. Terapi Gizi Medis : adalah pelayanan gizi khusus untuk peyembuhan

penyakit baik akut maupun kronis atau kondisi luka- luka, serta merupakan suatu

penilaian terhadap kondisi klien/ pasien sesuai dengan intervensi yang telah diberikan,

agar klien/pasien serta keluarganya dapat menerapkan rencana diet yang telah

disusun.

5. Terapi Gizi : adalah pelayanan gizi yang diberikan kepada klien/pasien untuk

penyembuhan penyakit sesuai dengan hasil diagnosis, termasuk konseling, baik

sebelum perawatan dalam dan sesudah perawatan.

6. Terapi Diet : adalah pelayanan dietetik yang merupakan bagian dari terapi

gizi.

7. Preskripsi Diet atau Rencana Diet : adalah kebutuhan zat gizi klien/ pasien

yang dihitung berdasarkan status gizi, degenerasi penyakit dan kondisi kesehatannya.

Preskripsi diet dibuat oleh dokter sedangkan Rencana diet dibuat oleh

nutrisionis/dietisien.

Page 6: Laporan Program Gizi 1

8. Konseling Gizi : adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi 2

(dua) arah untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap, dan perilaku

sehingga membantu klien/ pasien mengenali dan mengatasi masalah gizi,

dilaksanakan oleh nutrisionis/dietisien.

9. Nutrisionis : seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang

secara penuh oleh pejabat berwenang untuk melakukan kegiatan teknis fungsional di

bidang pelayanan gizi, makanan, dan dietetik, baik di masyarakat maupun rumah sakit,

dan unit pelaksana kesehatan lainnya, berpendidikan dasar akademi gizi.

10. Dietisien : adalah seorang nutrisionis yang telah mendalami pengetahuan

dan keterampilan dietetik, baik melalui lembaga pendidikan formal maupun

pengalaman bekerja dengan masa kerja minimal satu tahun, atau yang mendapat

sertifikasi dari Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI), dan bekerja di unit pelayanan

yang menyelenggarakan terapi dietetik.

11. Food Model : adalah bahan makanan atau contoh makanan yang terbuat

dari bahan sintetis atau asli yang diawetkan, dengan ukuran dan satuan tertentu sesuai

dengan kebutuhan, yang digunakan untuk konseling gizi, kepada pasien rawat inap

maupun pengunjung rawat jalan

Klien : adalah pengunjung poliklinik rumah sakit, dan atau pasien rumah

sakit yang sudah berstatus rawat jalan.

13. Nutrition related disease : penyakit- penyakit yang berhubungan dengan

masalah gizi dan dalam tindakan serta pengobatan memerlukan terapi gizi.

E. LANDASAN HUKUM

Sebagai acuan dan dasar pertimbangan dalam penyelenggaraan pelayanan gizi di

rumah sakit diperlukan perundang- undangan pendukung (legal aspect). Beberapa

ketentuan perundang- undangan yang digunakan adalah sebagai berikut :

Page 7: Laporan Program Gizi 1

1. Undang – Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan

2. Undang- Undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1333 tahun 1999 tentang Standar

Pelayanan Rumah Sakit

4. Keputusan Menteri Penertiban Aparatur Negara nomor 23/Kep/ M.

PAN/4/2001 tentang Jabatan Fungsional Nutrisionis dan Angka Kredi