laporan praktikum kesuburan acara 3.docx

36
LAPORAN PRAKTIKUM KESUBURAN, PEMUPUKAN, DAN KESEHATAN TANAH ACARA III CARA PEMUPUKAN (TNR 12) Disusun oleh : 1. Lisa Saraswaty (11478) 2. Maslikatul Umami (11499) 3. Krisdian Adi N. (11511) 4. Josephin M.F.S (11519) 5. Valentina E.F.A (11525) 6. Aprilia Inayanti (11535) Gol/Kel : A2/4 Asisten : Meta Kurniasari LABORATORIUM KIMIA DAN KESUBURAN TANAH

Upload: sheena-t-gabriela-rombang

Post on 09-Nov-2015

173 views

Category:

Documents


17 download

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM KESUBURAN, PEMUPUKAN, DAN KESEHATAN TANAH

ACARA IIICARA PEMUPUKAN (TNR 12)

Disusun oleh :1. Lisa Saraswaty(11478)2. Maslikatul Umami(11499)3. Krisdian Adi N.(11511)4. Josephin M.F.S(11519)5. Valentina E.F.A(11525)6. Aprilia Inayanti(11535)Gol/Kel:A2/4Asisten:Meta Kurniasari

LABORATORIUM KIMIA DAN KESUBURAN TANAHJURUSAN TANAHFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS GADJAH MADAYOGYAKARTA (TNR 12 SPASI 1)2010ACARA IIICARA PEMUPUKAN (TNR 12)

Abstraksi

Praktikum Cara Pemupukan dilaksanakan di Laboratorium Kesuburan Tanah , Jurusan Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada Yogyakartadengan tujuan megenal berbagai cara pemupukan tanaman dan membuat dokumentasi bentuk digital.Praktikum cara pemupukan dilaksanakan di laboratorium pada tanggal 20 Oktober 2010 sedang di lapangan dilaksanakan pada tanggal 30 Oktober 2010. Kesimpulan dari praktikum ini yaitu ada beberapa cara pemupukan diantaranya dengan Broadcasting, Ring Placement, Spot Placement, Foliar aplication, dan Fertigation, hal-hal yang perlu diketahui untuk menentukan cara pemupukan yang tepat harus diketahui beberapa hal diantaranya jenis tanaman yang dibudidayakan, kondisi tanah, dan luas areal lahan, dan faktor-faktor yang mempengaruhi pemupukan antara lain tanah meliputi kondisi fisik (kelerengan, jeluk mempan perakaran, kadar lengas dan aerasi), kondisi kimiawi (hara tersedia, reaksi tanah, bahan organik tanah), dan kondisi biologis (patogen dan gulma), tanaman meliputi jenis umur dan hasil panen yang diharapkan, pupuk meliputi sifat, mutu, ketersediaan dan harga, iklim meliputi temperatur, curah hujan, panjang penyinaran dan angin.(SPASI 1)

I. PENDAHULUANA. Latar BelakangPemupukan pada umumnya bertujuan untuk memelihara atau memperbaiki kesuburan tanah dengan memberikan zat-zat kepada tanah yang langsung atau tidak langsung dapat menyumbangkan bahan makanan pada tanaman.Cara memberikan pupuk pada tanah yang mau dipupuk bergantung banyak pada jenis tanaman yang ditanam pada tanah tersebut. Pemilihan cara pemupukan yang terbaik, tergantung pada berbagai faktor, diantaranya jenis tanah, kadar lengas, daya semat tanah terhadap berbagai hara, pengolahan, macam tanaman, sistem perakaran tanaman, kemampuan tanaman mengekstraksi hara dalam tanah, dan macam pupuk yang digunakan. Tanaman dapat menggunakan pupuk hanya pada perakaran aktif dan sukar menyerap hara dari lapisan tanah yang agak kering.Oleh karena itu, penempatan pupuk harus tepat agar tanaman mudah menyerapnya dan mengurangi penyematan hara terutama P.Dalam pemberian pupuk perlu diperhatikan kebutuhan akan jenis maupun takarannya bagi setiap tumbuhan, agar tumbuhan tidak mendapat terlalu banyak zat makanan. Karena terlalu sedikit atau terlalu banyak jenis serta takarannya, dapat menurunkan vigor dan produktivitasnya, bahkan kelebihan hara jenis tertentu bisa membahayakan tumbuhan dan menyebabkan kematian. Tanaman sebagai makhluk hidup, sesuai dengan sifat genetiknya masing-masing, dengan analisa jaringan dan daun, dapat diketahui kemampuannya dalam mengangkut hara dari tanah.

B. TujuanMengenal berbagai cara pemupukan tanaman dan membuat dokumentasi dalam bentuk digital.

II. TINJAUAN PUSTAKAPemupukan merupakan usaha memasukan zat hara ke dalam tanah dengan maksud memberikan atau menambahkan zat tersebut untuk pertumbuhan tanaman agar didapatkan hasil (produksi) yang diharapkan. Cara penempatan pupuk dalam tanah dan pemberian secara tepat merupakan hal yang sangat penting. Pupuk dapat juga diberikan melalui batang atau daun sebagai larutan. Pupuk dapat diberikan melalui beberapa cara, antara lain dengan menggunkan alat penyebar pupuk. Alat atau mesin pemupukan mempunyai bentuk bermacam-macam. Konstruksi alat tersebut sangat tergantung dari macam pupuk yang diberikan. Beberapa faktor yang mempengaruhi jenis dan jumlah pupuk yang diberikan antara lain tanaman yang diusahakan dan sifat fisik dan kimia tanah (Anonim, 2008).Dalam arti luas, pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk mengubah sifat fisik, kimia, atau biologi tanah sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan tanaman. Termasuk dalam pengertian ini adalah pemberian bahan kapur dengan maksud untuk meningkatkan pH tanah yang asam, pemberian legin bersama benih tanaman kacang-kacangan, dan pemberian pembenah tanah (soil conditioner) untuk memperbaiki sifat fisik tanah (Brady, 1990).Penggunaan pupuk dan input lainnya diusahakan agar mempunyai efisiensi yang tinggi. Efisiensi pemupukan haruslah dilakukan karena kelebihan atau tidak tepatnya pemberian pupuk merupakan pemborosan yang berarti mempertinggi input. Pemupukan berimbang harus diterapkan artinya pemberian pupuk dengan memperhatikan jenis, jumlah, dosis, dan waktu pemupukan (Lestari, 1997).Jumlah pupuk yang diberikan berhubungan dengan kebutuhan tanaman, kandungan unsur hara dalam tanah dan kadar unsur hara pupuk, sedangkan waktu pemupukan berkaitan dengan sifat pupuk dalam melepaskan unsur hara. Pupuk yang bekerjanya cepat sebaiknya diberikan secara bertahap dan sebaliknya pupuk yang bekerjanya lambat diberikan pada awal pertanaman sekaligus (Raihanna et al., 1993).Untuk mendapatkan efisiensi pemupukan yang optimal pupuk harus diberikan dalam jumlah yang mencukupi kebutuhan tanaman, tidak berlebihan dan tidak kekurangan. Bila pupuk diberikan berlebihan maka besar kemungkunan tanaman tersebut akan mengalami keracunan, sebaliknya bila pupuk diberikan kurang dari yang seharusnya maka pengaruh pemupukan pada tanaman mungkun tidak nampak. Dengan waktu konsentrasi pemupukan yang tepat akan diperoleh produksi maksimum (Buckman, 1982).Untuk mendapatkan efisiensi pemupukan yang optimal pupuk harus diberikan dalam jumlah yang mencukupi tanaman, tidak berlebihan dan tidak kekurangan. Bila pupuk diberikan berlebihan maka besar kemungkinan tanaman tersebut akan mengalami keracunan, sebaliknya bila pupuk diberikan kurang dari yang seharusnya maka pengaruh pemupukan pada tanaman mungkin tidak nampak. Dengan waktu konsentrasi pemupukan yang tepat akan diperoleh produksi maksimum (Maas, 1996).

III. METODOLOGI

Pada praktikum Kesuburan, Pemupukan, dan Kesehatan Tanah acara 3 yang berjudul Cara Pemupukan diperkenalkan lima cara pemupukan yaitu Broadcasting, Ring Placement, Spot Placement,Foliar application, dan Fertigation. Kemudian dari salah satu cara tersebut dibuat dalam bentuk dokumentasi digital. Praktikum cara pemupukan dilaksanakan di laboratorium pada tanggal 20 Oktober 2010 sedang di lapangan dilaksanakan pada tanggal 30 Oktober 2010. Kelompok kami mendapat bagian membuat dokumentasi cara pemupukan fertigation. Cara fertigation dilakukan dengan cara disiramkan ke dalam media pertanaman yaitu yang berupa lahan jagung. Bahan yang digunakan adalah air dan catatan mengenai metode fertigation, sedangkan alat yang digunakan adalah kamera handphone, set peralatan pemupukan dengan metode fertigation, yaitupupuk cair, pengaduk, dan ember. Narasumber kami Bapak Suratmin dari kelompok tani Sukatani, Srimulyo, Sleman. Yogyakarta.

IV. HASIL PENGAMATAN

Hasil pengamatan berupa rekaman menggunakan handphone yang kemudian di burn dan dikumpulkan dalam bentuk Compact Disc. Isi rekaman berupa video cara melakukan pemupukan dengan cara yang berbeda-beda, antara lain Broadcasting, Ring Placement, Spot Placement, Foliar Application, dan Fertigation. Cara pemupukan tersebut diperagakan oleh anggota kelompok dan petani di lahan pertanian.

V. PEMBAHASAN

Pemupukan adalah setiap usaha pemberian pupuk yang bertujuan untuk menambah persediaan unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman untuk peningkatan produksi maupun mutu hasil tanaman, disamping itu pemupukan bertujuan untuk mengisi pembekalan zat makanan tanaman yang cukup dan memperbaiki atau memelihara keutuhan kondisi tanah dalam hal struktur, kondisi pH, potensi pengikat terhadap zat makanan dan sebagainya.Hal-hal yang perlu diketahui untuk menentukan cara pemupukan yang tepat harusdiketahui beberapa hal diantaranya jenis tanaman yang dibudidayakan, kondisi tanah, dan luas areal lahan.Ada beberapa cara pemupukan yang sudah umum dilakukan oleh petani, antara lain:1. BroadcastingPada pemberian pupuk dengan cara broadcasting atau disebar dapat dilakukan dengan dua cara yaitu top dressing dan side dressing. Pemupukan dengan cara disebar ini biasanya dilakukan sebelum tanam dan sesudah ada tanamanya.Cara ini dilakukan dengan menaburkan pupuk keseluruh areal, dilakukan sebelum tanam sebagai pupuk dasar atau sesudah tanam sebagai pupuk susulan, kemudian diinjak-injak agar pupuk terbenam kedalam tanah. Untuk pupuk organik biasanya dilakukan pada tanaman berumur pendek (semusim). Untuk pupuk anorganik yang mudah larut air, misalnya urea disebar merata dan dapat dibiarkan begitu saja atau dibenamkan tidak terlalu dalam karena peresapannya dibantu oleh air. Sedangkan untuk pupuk yang tidak larut atau sedikit larut air dan bagian utamanya terikat secara kimiawi seperti jenis fosfat (TSP) harus disebar merata kemudian dibenamkan dalam tanah.Metode ini cocok dilakukan untuk lahan sawah atau tanaman dengan jarak tanam yang rapat, perakaran merata pada tanah bagian atas dan pupuk diberikan pada jumlah yang besar. Cara ini mudah dilakukan, hemat biaya dan tenaga serta pemberian pupuk. Metode broadcasting sering digunakan karena dianggap lebih sederhana, hemat tenaga dan praktis.Kelemahan yang muncul dalam cara pemupukan seperti ini adalah antara lain sifatnya yang boros, kadar hara banyak mengalami pencucian dan akan hilang sebelum dimanfaatkan oleh tanaman, penyebaran atau percampuran pupuk tidak merata pada semua lapis olah, harus dalam jumlah yang besar dan pemberiannya terjamin pada saat tanam dengan menggunakan alat penabur pupuk dan benih dan arus menggunakan alat atau tangan. Dilihat dari sisi pertumbuhan gulma pemupukan dengan cara ini akan semakin memacu pertumbuhan gulma dengan cepat dimana pertumbuhan gulma dapat menekan populasi tanaman budidaya. Disamping itu sistem pemupukan ini dapat merusak tanaman yang peka, terutama tanaman di persemaian. Pemberian pupuk sebelum tanam atau pada waktu tanam tidak selamanya disukai petani. Oleh karena itu petani seringkali memberikan tambahan pupuk setelah ada tanaman yang disebut top dressing. Pemberian pupuk N sering dilakukan dengan cara top dressing pada tanaman jagung, tebu, sayur dan padi. Pemberian pupuk P dan K secara top dressing hanya dilakukan pada perumputan yang timbul setelah beberapa bulan. Pemberian pupuk susulan harus digunakan agar daun tanaman tidak basah, sebab jika basah dapat menyebabkan daun terbakar. Bahaya daun terbakar lebih besar pada pemberian pupuk N dan K daripada pupuk P. 2. Ring placement Cara ini dilakukan dengan menempatkan pupuk kedalam parit sedalam 10-15 cm yang menelilingi tanaman selebar tajuk terluar. Parit dibuat sedalam 10-15 cm karena tanah pada lapisan tersebut merupakan penyimpan unsur hara dan pertumbuhan akar paling baik adalah pada kedalaman tersebut. Ring placement dilakukan dengan tujuan menyeimbangkan pertumbuhan akar dengan pertumbuhan tanamannya (batang dan daun). Cara ini umumnya dilakukan pada tanaman yang ditanam secara teratur dengan jarak yang lebih leluasa. Keuntungan cara ini adalah perkembangan akar yang lebih cepat dan kehilangan unsur hara yang mudah menguap lebih dapat diatasi.Metode ini cocok dilakukan pada tanah yang kurang subur, lahan kering, tanaman renggang dengan perakaran sedikit dan pada tanaman tahunan. Keuntungan yang diperoleh dari pemberian pupuk dengan metode ini adalah kontak pupuk dengan tanamna dapat dikurangi, sehingga penyematan hara dapat ditekan, pengambilan hara oleh tanaman lebih mudah, terutama bagi tanaman yang perakarannya terbatas. 3. Spot placementTeknik Pemupukan dengan cara ini yaitu dengan membuat lubang pada baris tanaman sedalam 10-30 cm (tergantung jenis tanaman) yang letaknya persis dibawah tajuk disekitar batang, dengan tugal, kemudian masukan pupuk yang sudah disiapkan tersebut kedalam lubang dan tutup kembali dengan tanah.Pada cara ini pupuk ditempatkan pada suatu titik di kanan atau kiri tanaman. Cara ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa pupuk yang diberikan jumlahnya sedikit sehingga dapat menghindari pengikatan pupuk oleh tanah (pada pemupukan fosfat dan kalium pada tanah kering).4. Foliar applicationPemupukan dengan cara ini dilakukan untuk pupuk yang berbentuk cair. Pupuk cair tadi disemprotkan pada permukaan daun, cara ini dilakukan untuk melengkapi pemberian pupuk melalui tanah untuk segera mengatasi gejala kekahatan yang muncul, terutama hara mikro dan hara yang immobile dalam tubuh tanaman. Unsur hara yang berada dalam pupuk masuk kedalam tanaman melalui mulut stomata secara difusi atau osmosis.Teknik pemupukan dengan cara ini yaitu dengan menyiapkan satu liter larutan pupuk sesuai dengan takaran, kemudian masukan kedalam tabung penyemprotan dan lakukan pemupukan pada daun. Karena medianya daun maka tanaman akan menyerap unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah yang banyak dalam waktu yang lebih cepat dan lebih sempurna. Pupuk tersebut sebaiknya disemprotkan pada daun bagian bawah, karena daun bagian bawah ini lebih banyak mengandung stomata sehingga lebih maksimal dalam menyerap pupuk yang diberikan. Banyak petani yang mengembangkan dengan cara ini. penyemprotan pupuk yang lengkap dan tepat pada waktunya akan merangsang tanaman meningkatkan hasil. peningkatan hasil jauh lebih melampaui imbangan dengan hara yang dibutukan oleh tanaman. Cara ini dipandang cukup efektif karena tanaman lebih mudah menyerap pupuk dalam bentuk cair daripada bentuk padat. Beberapa keuntungan pemupukan lewat daun diantaranya ; Menyuburkan tanaman dalam keadaan kurang air Menaikkan jumlah dan memperbaiki mutu hasil panen. Dapat diberikan bersama-sama dengan penyemprotan pestisida yang berarti menghemat tenaga dan biaya atau secara ekonomi menguntungkan.Salah satu kelemahan dari pemupukan dengan cara ini adalah bahwa bila diberikan sendiri tanpa pestisida akan memerlukan jumlah air yang sangat banyak untuk satu areal pertanamannya. Selain itu kerugian dari penggunaan metode ini adalah pupuk akan lebih mudah hilang yang dapat diakibatkan oleh intensitas curah hujan yang tinggi. Pemupukan dengan cara ini banyak diterapkan pada tanaman sayur-sayuran, bunga-bungaan dan tanaman buah-buahan atau perkebunan.1. 2. 3. 4. 5. Fertigation Pada metode fertigation ini pemupukan dilakukan dengan memanfaatkan air irigasi. Adapun maksud dari fertigation ini yaitu melakukan pengairan sekaligus memberikan pupuk yang dilarutkan. Pupuk yang dilarutkan tersebut kemudian dialirkan atau disemprotkan ke lahan tersebut sehingga membasahi tanaman yang ada disekitarnya. Kelemahan metode ini adalah dapat mengganggu atau mencemari lingkungan sekitarnya dan dapat membunuh makhluk hidup sekitar sehingga menggangu keseimbangan ekologi yang ada.Disamping itu ada cara pemupukan selain yang dijelaskan di atas, yaitu :a. InjectionMetode Injection ini dapat dilakukan pada tanah.Sebagai contoh pupuk amoniak cair atau gas yang kadarnya sangat tinggi (83%) diberikan kedalam tanah dengan cara injeksi dengan maksud untuk mengurangi kehilangan N karena penguapan. Kedalaman injeksi umumnya 15-20 cm dari permukaan tanah. Tetap cara ini jarang sekali dilakukan oleh petani karena pada umumnya petani kita belum begitu familiar dengan metode yang satu ini dan selain itu dibutuhkan ketrampilan khusus untuk menggunakan alatnya.b. AerialMetode ini merupakan teknik pemupukan yang dilakukan melalui udara dengan bantuan pesawat udara. Pemupukan dengan cara ini biasanya dilakukan ada tanah yang curam sukar dilewati, pertanian dengan lahan yang sangat luas, atau pemupukan pada lahan hutan atau padang rumput.Pemupukan dengan cara ini membutuhkan banyak sekali biaya dan peralatan yang canggih. Metode aerial ini baru dilakukan pada negara maju seperti Amerika Serikat, Australia dan Selandia Baru.c. Dipending ( dikubur atau dibenamkan)Pada cara ini dilakukan dengan menggunakan alat atau mesin yang dapat meletakan pupuk padat dalam jalur dan menyemprotkan pupuk caian kedalam tanah sebelum tanam. Kemudian ditutup lagi dengan pembalikan tanah alur berikutnya. Dengan pembenaman lebih dalam, pupuk berada dalam tanah yang lembab tempat akar tanaman terkumpul sehingga tersedia hara bagi tanaman selama musim kering.Praktikum acara cara pemupukan ini bertujuan hanya pada tahap mengenal berbagai cara pemupukan saja namun tidak sampai pada tahap aplikasi (melakukannya) di lapangan, maka uraian panjang lebar tantang berbagai teknik pemupukan yang akan disampaikan pada pembahasan ini pun hanya kami kutip dari berbagai pustaka yang tersedia dan bukan berdasarkan pengalaman empiris dari praktikan sendiri.Banyak faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan jenis dan jumlah pupuk yang akan digunakan pada sebidang lahan bagi tanaman tertentu. Tidak cukup memberikan pupuk dengan jenis yang tetap dan jumlah yang memadai. Efisiensi pemberian pupuk ditentukan oleh waktu dan cara pemberian yang tepat. Waktu dan cara pemberian yang tepat sangat penting, terutama pada saat persediaan pupuk terbatas, maka penggunaan pupuk harus harus benar-benar dapat meningkatkan hasil seoptimal mungkin.Dalam melakukan pemupukan ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar pemupukan dapat sesuai dengan yang diharapkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemupukan antara lain :1. Tanah meliputi kondisi fisik (kelerengan, jeluk mempan perakaran, kadar lengas dan aerasi), kondisi kimiawi (hara tersedia, reaksi tanah, bahan organik tanah), dan kondisi biologis (patogen dan gulma).2. Tanaman meliputi jenis umur dan hasil panen yang diharapkan.3. Pupuk meliputi sifat, mutu, ketersediaan dan harga.4. Iklim meliputi temperatur, curah hujan, panjang penyinaran dan angin.

II. III. IV. V. VI. KESIMPULAN1. Ada beberapa cara pemupukan diantaranya dengan Broadcasting, Ring Placement, Spot Placement, Foliar aplication, dan Fertigation.2. Hal-hal yang perlu diketahui untuk menentukan cara pemupukan yang tepat harus diketahui beberapa hal diantaranya jenis tanaman yang dibudidayakan, kondisi tanah, dan luas areal lahan.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemupukan antara lain tanah meliputi kondisi fisik (kelerengan, jeluk mempan perakaran, kadar lengas dan aerasi), kondisi kimiawi (hara tersedia, reaksi tanah, bahan organik tanah), dan kondisi biologis (patogen dan gulma), tanaman meliputi jenis umur dan hasil panen yang diharapkan, pupuk meliputi sifat, mutu, ketersediaan dan harga, iklim meliputi temperatur, curah hujan, panjang penyinaran dan angin.

SARAN?????

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Fertigation for Soil Rreparation. . Diakses pada tanggal 28 November 2010.

Brady, N.C. 1990. The Nature and Properties of soil.Marmilan Publishing co. Inc, New york.

Buckman, H.O. 1982. Soil Management. John Wiley and sons,Inc, New York.

Lestari, A. S., Murdiyati, Djumali. 1997. Pengaruh dosis pupuk terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kapas. Jurnal Fakultas Pertanian UMY 5 : 9-12.

Maas, A. 1996. Ilmu Tanah dan Pupuk. APP,Yogyakarta.

Raihana Y., R.S.Simatupang, dan F. Nurul.1993.Pengaruh pemupukan N,P, dan K terhadap tanaman jagung pada lahan kering tekstur lempung.Balai Penelitian Tanaman Pangan Banjarbaru2: 141-151.

LAPORAN PRAKTIKUM KESUBURAN, PEMUPUKAN, DAN KESEHATAN TANAH

ACARA IVPEMBUATAN KOMPOS (TNR 12)

Disusun oleh :1. Lisa Saraswaty(11478)2. Maslikatul Umami(11499)3. Krisdian Adi N.(11511)4. Josephin M.F.S(11519)5. Valentina E.F.A(11525)6. Aprilia Inayanti(11535)Gol/Kel:A2/4Asisten:Meta Kurniasari

LABORATORIUM KIMIA DANKESUBURAN TANAHJURUSAN TANAHFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS GADJAH MADAYOGYAKARTA2010

ACARA IVPEMBUATAN KOMPOS

AbstraksiPraktikum Kesuburan, Pemupukan, dan Kesehatan Tanah acara 3 yang berjudul Pembuatan Kompos dilaksanakan pada tanggal 27 Oktober 2010 di Laboratorium Kesuburan Tanah, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Tujuan praktikum ini adalah mengenal pembuatan kompos dan mengamati perombakan kompos dari berbagai sampah organik. Pengomposan pada dasarnya merupakan upaya mengaktifkan kegiatan mikrobia agar mampu mempercepat proses dekomposisi bahan organic. Pada percobaan kompos ini menggunakan bahan organik yaitu dedaunan, air, jerami, tanah, pupuk kandang (kotoran sapi) dan EM-4. Pada percobaan yang telah dilakukan, kompos berbahan dasar kotoran hewan lebih cepat matang dibanding kompos berbahan dasar dedaunan dan jerami. Penggunaan kompos sebagai bahan pembenah tanah atau sebagai sumber hara memberikan keuntungan antara lain : memperbaiki kemampuan tanah untuk menahan lengas dan hara, meningkatkan kandungan hara makro dan mikro, memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah, serta meningkatkan produktivitas tanah

I. PENDAHULUANA. Latar BelakangPengomposan merupakan proses penguraian senyawa-senyawa yang terkandung dalam sisa-sisa bahan organik dengan suatu perlakuan khusus yang bertujuan agar tanaman lebih mudah memanfaatkannya. Hasil proses inilah yang lazim disebut pupuk kompos. Pengomposan juga merupakan salah satu cara pengolahan limbah yang mengandung bahan organik biodegradable (dapat diuraikan mikroorganisme). Proses perubahan sampah menjadi kompos dilakuakan secara aerobik (memerlukan oksigen). Dari berbagai macam sampah, yang dapat dijadikan kompos antara lain sampah dapur (kupasan sayur), potongan rumput, endapan teh atau kopi, sampah kebun, kulit buah-buahan, daun-daunan, sisa hidangan dan kertas serta pupuk kandang.Pada perombakan bahan-bahan organik selama pengomposan terjadi perubahan secara terus menerus karena aktivitas berbagai kelompok mikrobia. Tahap permulaan keadaan mesofil yang aktif mikrobia kelompok jamur dan bakteri pembentuk asam. Setelah suhu meningkat dari 400C kegiatan mikrobia pemula digamti oleh kelompok bakteri aktinimycetes dan jamur thermofil. Pada tahap selanjutnya setelah suhu mencapai 700C yang aktif bakteri pembentuk spora. Setelah suhu turun kembali jamur dan bakteri mesofil aktif kembali.Kualitas kompos sangat ditentukan oleh besarnya perbandingan antara jumlah karbon dan nitrogen (C/N ratio). Jika C/N rasio tinggi, berarti bahan penyusun kompos belum terurai secara sempurna. Bahan kompos dengan C/N ratio tinggi akan terurai atau membusuk lebih lama dibandingkan dengan bahan ber-C/N ratio rendah. Kualitas kompos dianggap baik jika memiliki C/N ratio antara 12-15. Ciri fisik kompos yang baik adalah berwarna cokelat kehitaman, agak lembab, gembur dan bahan pembentuknya sudah tidak tampak lagi.B. TujuanMengenal pembuatan kompos dan mengamati perombakan kompos dari berbagai sampah organik.

II. TINJAUAN PUSTAKAPupuk adalah suatu bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara bagi tanaman. Bahan tersebut berupa mineral atau organik, dihasilkan oleh kegiatan alam atau diolah oleh manusia di pabrik. Unsur hara yang diperlukan oleh tanaman adalah: C, H, O (ketersediaan di alam masih melimpah), N, P, K, Ca, Mg, S (hara makro, kadar dalam tanaman > 100 ppm), Fe, Mn, Cu, Zn, Cl, Mo, B (hara mikro, kadar dalam tanaman < 100 ppm) (Nasih, 2010).Pupuk digolongkan menjadi dua, yakni pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari sisa-sisa makhluk hidup yang diolah melalui proses pembusukan (dekomposisi) oleh bakteri pengurai. Contohnya adalah pupuk kompos dan pupuk kandang. Pupuk kompos berasal dari sisa-sisa tanaman, dan pupuk kandang berasal dari kotoran ternak. Pupuk organik mempunyai komposisi kandungan unsur hara yang lengkap, tetapi jumlah tiap jenis unsur hara tersebut rendah. Sesuai dengan namanya, kandungan bahan organik pupuk ini termasuk tinggi. Sedangkan pupuk anorganik atau pupuk buatan adalah jenis pupuk yang dibuat oleh pabrik dengan cara meramu berbagai bahan kimia sehingga memiliki prosentase kandungan hara yang tinggi. Menurut jenis unsur hara yang dikandungnya, pupuk anorganik dapat dibagi menjadi dua yakni pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pada pupuk tunggal, jenis unsur hara yang dikandungnya hanya satu macam. Biasanya berupa unsur hara makro primer, misalnya urea hanya mengandung unsur nitrogen (Anonim, 2010). Kompos merupakan pupuk yang dihasilkan dari pelapukan bahan-bahan yang berupa dedaunan, jerami, alang-alang, rerumputan, kotoran hewan, sampah kota dan lainnya melalui suatu proses dan proses pelapukan tersebut dapat dipercepat dengan bantuan manusia. Secara garis besar membuat kompos berarti merangsang perkembangan bakteri (jasad renik) melakukan penghancuran bahan-bahan yang dikomposkan sehingga terurai menjadi senyawa lain yang dibantu pula oleh suhu dan air. Hasil terpenting dari penguraian bahan itu ialah unsur hara yang terikat dalam senyawa organik yang sukar larut diubah menjadi senyawa organik yang larut sehingga berguna bagi tanaman menurut kadar C/N. Sedangkan pupuk hijau biasanya memanfaatkan bagian-bagian yang muda dari tanaman seperti daun-daun, tangkai dan batang dari tanaman tertentu. Bagian-bagian dari tanaman itu, diberikan begitu saja pada lahan untuk menambahkan bahan organik dan unsur hara dalam tanah (Hieronymus, 1992).Berdasarkan kandungan karbon dan nitrogen, kompos diklasifikasikan sebagai kompos matang dan tidak matang. Internasional industri kompos umumnya mengadopsi kompos dengan batas rasio C: N kurang dari 20 untuk kompos matang. Kompos matang umumnya memiliki kandungan ammonium rendah karena cepat terkonversi menjadi nitrat di bawah kondisi normal. Bezdicek dan Fauci menjelaskan hubungan kasar antara C: N rasio kompos dan tingkat pelepasan nitrogen organik menjadi nitrogen anorganik. Umumnya, kompos dengan rasio C:N lebih dari 25:1 melepaskan sedikit nitrogen anorganik secara instan karena karbon dengan jumlah tinggi mengikat nitrogen anorganik di dalam kompos. Kompos yang memiliki nisbah antara 15:1 sampai 25 :1 melepas nitrogen dalam jumlah sedang (Samudro et al., 2007). Pengomposan sampah hijau semakin dianggap sebagai pilihan yang menarik untuk pencapaian parsial target ini. Stabilitas kompos merupakan sesuatu yang penting, dan mungkin yang paling kontroversial, aspek kualitas kompos secara keseluruhan dalam hal definisi dan evaluasi. Dalam konteks ini, penting untuk lebih memahami dinamika proses dan menilai tingkat dan derajat organik dari dekomposisi (stabilitas kompos), untuk memfasilitasi rancangan sistem yang efisien dan menghasilkan kompos yang dapat dipasarkan. Proses pengomposan melibatkan mikroba dekomposisi aerobik eksotermik aerobik dari substrat awal yang menyebabkan perubahan suhu secara dinamis, kelembaban, konsentrasi substrat oksigen dan ketersediaan hara (Gazi et al., 2007).

Pembuatan kompos dengan cara menumpuk bahan organik dan membiarkannya terurai menjadi bahan-bahan yang mempunyai nilai nisbah C/N yang rendah sebelum digunakan sebagai pupuk. Bahan-bahan organik harus dikomposkan terlebih dahulu karena struktur bahan organik yang masih segar sangat kasar dan daya ikatnya terhadap air kecil. Bila langsung diberikan pada tanah, akibatnya tanah menjadi berderai, bila tanah cukup mengandung udara dan air, peruraian bahan organik itu akan berlangsung cepat. Akibatnya jumlah CO dalam tanah akan meningkat dengan cepat sehingga pertumbuhan tanaman menjadi terganggu. Di samping itu, jumlah NO dalam tanah justru berkurang karena pengikatan oleh jasad-jasad renik yang menguraikan bahan organik. Pada pembuatan kompos, biji-biji semak yang merugikan, hama dan penyakit tanaman, sebagian besar akan mati karena panas yang ditambahkan dalam tumpukan kompos (Sosrosedirejo et al., 1996).

III. METODOLOGIPraktikum Kesuburan, Pemupukan, dan Kesehatan Tanah acara 3 yang berjudul Pembuatan Kompos ini dilaksanakan pada tanggal 27 Oktober 2010 di Laboratorium Kesuburan Tanah, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Adapun bahan yang digunakan dalam pembuatan kompos ini yaitu pupuk kandang (kotoran sapi), seresah, jerami dan biang kompos (EM-4) .Dalam percobaan ini, dibuat tiga macam kompos yaitu kompos berbahan dasar dedaunan, jerami, dan pupuk kandang. Untuk kontrol, hanya ditambahkan sedikit air pada tiap-tiap jenis bahan dasar. Untuk perlakuan dengan penambahan tanah, dibtambahkan tanah secukupnya pada masing-masing jenis bahan dasar. Untuk perlakuan dengan penambahan EM4, dilakukan penambahan sedikit cairan EM4 dalam masing-masing jenis bahan dasar. Bahan-bahan di campur jadi satu, di aduk supaya merata. Selanjutnya setiap 1 minggu kompos di bolak balik dan bila terasa kering ditambahkan air secukupnya. Di tunggu beberapa minggu sampai kompos matang (kering dan tidak berbau).

IV. HASIL PENGAMATAN

1. Pengamatan Pertama (Minggu pertama)NoParameterBahan Utama

DedaunanJeramiPupuk Kandang

Kontrol+ Tanah+ EM 4Kontrol+ Tanah+ EM 4Kontrol+ Tanah+ EM 4

1Bau+++++++++++++++

2Warna+-++++++++

3Kadar Air++++++++++++

4Tingkat Terombak++++-+++++++++

2. Pengamatan Kedua ( Minggu kedua)NoParameterBahan Utama

DedaunanJeramiPupuk Kandang

Kontrol+ Tanah+ EM 4Kontrol+ Tanah+ EM 4Kontrol+ Tanah+ EM 4

1Bau++++++++++++++++++++++++

2Warna++++++++++++++++++

3Kadar Air+++++++++++++++++++

4Tingkat Terombak++++++++-++++++++++++++

+: tingkat kematanganTanah: Inceptisol Pakembinangun, Pakem, Sleman (TNR 12)

SERTAKAN TABEL PH DAN DHL..

V. PEMBAHASANKompos merupakan bahan organik, seperti daun-daunan, jerami, alang-alang, rerumputan, dedak padi, batang jagung, sulur, carang-carang, serta kotoran hewan yang telah mengalami proses dekomposisi oleh mikroorganisme pengurai, sehingga dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki sifat-sifat tanah. Kompos mengandung hara-hara mineral yang esensial bagi tanaman.Tempat pembuatan adalah sebidang tempat beralas tanah dan dibagi menjadi 4 bagian (lokasi 1, 2, 3, 4) sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan dan tempat tersebut ternaungi agar pupuk tidak terkena sinar matahari dan air hujan secara langsung. Bangunan tempat pembuatan. Sebaiknya dibuatkan tempat/bangunan khusus untuk membuat kompos, terutama bagi kandang kolektif. Lokasinya diusahakan agar tidak jauh dari kandang, untuk memudahkan pengumpulan kotorannya. Bangunan ini merupakan tempat pembuatan kompos sekaligus sebagai Gudang untuk penyimpanan kompos yang sudah jadi. Tempat pembuatan kompos terbagi dalam empat kotak. Ukurannya dapat disesuaikan dengan jumlah ternak yang dipelihara dan ketersediaan lahan tempat untuk membangun. Atap terbuat dari bahan asbes atau lainnya diusahakan agar tidak bocor kalau hujan. Tiang dan rangka atap dari kayu. Setiap tahapan proses pembuatan dilakukan pada masing-masing kotak; pada kotak 1 (pertama) bisa menampung kotoran ternak + bahan organik lainnya seberat 15 20 ton tergantung kadar airnya.Kompos yang baik memiliki beberapa ciri sebagai berikut: Berwarna coklat tua hingga hitam mirip dengan warna tanah, Tidak larut dalam air, meski sebagian kompos dapat membentuk suspensi, Nisbah C/N sebesar 10 20, tergantung dari bahan baku dan derajat humifikasinya, Berefek baik jika diaplikasikan pada tanah, Suhunya kurang lebih sama dengan suhu lingkungan, dan Tidak berbau.Maka yang perlu diperhatikan dalam pembuatan kompos yaitu sebagai berikut : Kelembaban timbunan bahan kompos. Kegiatan dan kehidupan mikrobia sangat dipengaruhi kelembapan yang cukup, tidak terlalu kering atau tidak terlalu basah. Aerasi timbunan. Aerasi timbunan berhubungan dengan kelengasan. Apabila terlalu anaerob maka mikrobia yang hidup hanya mikrobia anaerob saja, mikrobia aerob mati atau terhambat pertumbuhannya. Sedang apabila terlalu aerob udara bebas masuk ke dalam timbunan bahan yang dikomposkan sehingga menyebabkan hilangnya nitrogen relative banyak karena menguap berupa ammonia. Temperature harus dijaga agar tidak terlalu tinggi (maksimum 60C). selama proses pengomposan selalu timbul panas sehingga bahan organic yang dikomposkan temperaturnya naik; bahkan sering temperature mencapai 60C. Pada temperature tersebut, mikrobia matiatau sedikit sekali yang hidup. Untuk menurunkan temperature umumnya dilakukan pembalikan bakal kompos. Suasana: pada proses pengomposan kebanyakan menghasilkan asam-asam organic sehingga menyebabkan pH turun. Pembalikan timbunan mempunyai dampak netralisasi keasaman. Netralisasi keasaman misalnya dengan penambahan bahan kapur, dolomite atau abu. Selain itu, ada penambahan abu yang dapat menambah hara Ca, K, Mg dalam kompos yang dibuat. Kualitas kompos: untuk mempercepat dan meningkatkan kualitas kompos, timbunan diberi pupuk yang mengandung hara terutama P. Perkembangan mikrobia yang cepat memerlukan hara lain termasuk P. P disediakan agar perkembangan dan kegiatan mikrobia menjadi lebih cepat. Pemberian hara juga meningkatkan kualitas kompos. Pemberian hara P juga meningkatkan kualitas kompos karena kandungan hara P meningkat. Peningkatan ini disebabkan P sukar tercuci dan tidak menguapProses pembuatan granul meliputi pengayakan kompos sebagai bahan baku granul; pencampuran kompos halus dengan filler; proses pembuatan kompos granul; pengeringan kompos granul; pendinginan kompos granul; pengayakan kompos granul; pengayaan kompos granul dengan mikroba; dan pengemasan kompos granul. Untuk proses granulasi, bahan baku kompos harus halus dengan ukuran sekitar 80 mesh. Oleh karena itu, kompos yang digunakan terlebih dahulu harus diayak. Sebelum digranulkan, fraksi kompos halus perlu ditambah dengan bahan tambahan atau aditif seperti fosfat alam, dolomite, atau zeolite. Bahan-bahan tersebut dicampur dengan menggunakan mesin mixer sebelum masuk ke mesin pan granulator. Sejalan dengan pergerakan rotasi butiran-butiran kompos di dalam piringan lama-kelamaan akan menjadi bertambah besar ukurannya. Beberapa menit kemudian, granul dengan ukuran yang diinginkan akan terbentuk. Produk kompos granul yang keluar dari mesin granulasi umumnya relatif basah karena dalam proses pembuatannya disemprot dengan air. Oleh karena itu kompos granul perlu dikeringkan dengan rotary dryer. Kompos granul kering ukurannya masih beragam, untuk itu perlu diayak. Pengayakan dapat dilakukan sebacara manual atau dengan mesin pengayak. Kompos granul yang keluar dari mesin pengering kemudian didinginkan dengan cara diangin-anginkan dan sekalian dikayakan (enriched) dengan berbagai jenis mikroba yang bermanfaat seperti mikroba penambat N, mikroba pelarut P, dan sebagainya. Apabila kompos granul tersebut akan dijual, maka kantung kemasan sebaiknya diberi label yang baik yang menginformasikan nama produk, cara penggunaan, kandungan unsur hara, nama dan alamat perusahaan, dan kegunaannya.Pengomposan pada dasarnya merupakan upaya mengaktifkan kegiatan mikrobia agar mampu mempercepat proses dekomposisi bahan organic. Mikrobia tersebut adalah bakteri, fungi, jasad organic lainnya. Bahan baku yang dapat digunakan antara lain jerami, sampah kota, limbah pertanian, dll. Bahan organic untuk bahan baku kompos pada praktikum ini yaitu pupuk kandang. Pupuk kandang adalah campuran kotoran hewan ternak dan urine. Pupuk kandang dibagi menjadi dua yaitu pupuk kandang padat dan pupuk kandang cair. Kandungan hara pada pupuk kandang bervariasi bergantung pada macamnya dan jenis hewan ternaknya. Nilai pupuk kandang dipengaruhi oleh :a. makanan hewan yang bersangkutan b. fungsi hewan tersebut sebagai pembantu pekerjaan atau dibutuhkan dagingnya sajac. jenis atau macam hewand. jumlah dan jenis bahan yang digunakan sebagai alas kandang.Dalam percobaan pembuatan kompos, dilakukan pengamatan terhadap bau, warna, kadar air, dan tingkat terombak pupuk. Pengamatan dilakukan dua kali, seminggu sekali. Pengamatan tersebut untuk menunjukkan tingkat kematangan pupuk.Dari hasil pengamatan di minggu pertama, pada perlakuan kontrol dari pupuk kandang menunjukkan proses pematangan yang paling cepat, diikuti dengan kompos yang dibuat dari dedaunan, dan yang terkahir adalah kompos dengan bahan dasar jerami. Pada minggu kedua, kompos yang dibuat dari pupuk kandang menunjukkan tingkat kematangan hampir 100%, diikuti dengan kompos berbahan dasar dedaunan, dan yang terakhir adalah kompos berbahan dasar jerami. Hal ini ditunjukkan dari hasil pengamatan tingkat terombak dari kompos jerami dengan perlakuan kontrol yang menunjukkan bahwa pupuk tersebut tidak mengalami perombakan sama sekali.Dari hasil pengamatan antar perlakuan, kompos yang paling cepat matang adalah bahan-bahan dasar kompos yang diberi perlakuan dengan penambahan EM4 yang merupakan biang kompos diikuti pelakuan dengan penambahan tanah, sedangkan yang terakhir adalah kontrol yang hanya diberi tambahan sedikit air.Dalam hal ini, kompos dengan bahan dasar pupuk kandang paling cepat mengalami pematangan dikarenakan pupuk kandang yang diapakai sebagai bahan dasar kompos adalah pupuk kandang matang sehingga komposisi di dalamnya sudah terurai dengan baik dibanding bahan-bahan dasar lain yang masih mentah.Tanah yang digunakan untuk pembuatan pupuk kompos ini adalah inceptisol yang diambil di daerah Pakembinangun, Pakem, Sleman, DIY. Tanah jenis inceptisol adalah tanah yang memiliki kenampakan warna kelabu, struktur bergumpal, tekstur kasar, kelengasan kurang (kering) tidak banyak air.

VI. KESIMPULAN1. Kompos merupakan bahan organik yang telah mengalami proses dekomposisi oleh mikroorganisme pengurai, sehingga dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki sifat-sifat tanah.2. Kompos yang mengalami proses pematangan paling cepat adalah kompos berbahan dasar pupuk kandang diikuti dengan dedaunan, dan jerami3. Kompos yang baik memiliki beberapa ciri sebagai berikut: Berwarna coklat tua hingga hitam mirip dengan warna tanah, Tidak larut dalam air, meski sebagian kompos dapat membentuk suspensi, Nisbah C/N sebesar 10 20, tergantung dari bahan baku dan derajat humifikasinya, Berefek baik jika diaplikasikan pada tanah, Suhunya kurang lebih sama dengan suhu lingkungan, dan Tidak berbau.4. Yang perlu diperhatikan dalam pembuatan kompos yaitu sebagai berikut : Kelembaban timbunan bahan kompos. Aerasi timbunan. Aerasi timbunan berhubungan dengan kelengasan. Temperature harus dijaga agar tidak terlalu tinggi (maksimum 60C). Suasana: pada proses pengomposan kebanyakan menghasilkan asam-asam organik sehingga menyebabkan pH turun. Pembalikan timbunan mempunyai dampak netralisasi keasaman. Netralisasi keasaman misalnya dengan penambahan bahan kapur, dolomite atau abu. Kualitas kompos

SARANDari hasil pengamatan dari percobaan yang dilakukan, sebaiknya7. YG MN BHN YG MUDAH TEROMBAK????

SARAN????????????????

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2010.Jenis-jenis Pupuk dan Cara Aplikasinya. . Diakses tanggal 25 November 2010.

Gazi, AV, A. Kyricou, M. Kotsou, Ke Lasaridi.2007. Microbial community dynamics and stability assessment during green waste composting. Global Nest Journal 9: 35-41.

Hieronymus, B.S. 1992. Bawang Putih. Kanisius. Yogyakarta.

Nasih.2010.Pengertian Pupuk.. Diakses tanggal 25 November 2010.

Samudro, Ganjar and Joni Hermana. 2007. Denitrification efficiency in a compost bed with various carbon and nitrogen contents. Journal of Applied Sciences in Environmental Sanitation 2: 57-62.

Sosrosedirejo, R. Soeroto, B. RifaI dan S. Iskandar. 1996. Ilmu Memupuk II. CV Yasaguna,Jakarta.

LAMPIRAN (FOTO 1 GOLONGAN TIAP MINGGU)