laporan penelitian pemanfaatan ekowisata sungai …eprints.ulm.ac.id/8242/1/5. pemanfaatan ekowisata...

66
LAPORAN PENELITIAN PEMANFAATAN EKOWISATA SUNGAI MARTAPURA KOTA BANJARMASIN SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS Oleh : Ketua: Prof. Dr. Ersis Warmansyah Abbas, M.Pd. (0007065605) Anggota: Muhammad Adhitya Hidayat Putra, M.Pd. Muhammad Rezky Noor Handy, M.Pd. Noorya Tasya Febrylia Witari Hadi Anggie Riska Agustina Abdurrahim UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPS BANJARMASIN 2020

Upload: others

Post on 07-Feb-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • LAPORAN PENELITIAN

    PEMANFAATAN EKOWISATA SUNGAI MARTAPURA KOTA

    BANJARMASIN SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS

    Oleh :

    Ketua:

    Prof. Dr. Ersis Warmansyah Abbas, M.Pd. (0007065605)

    Anggota:

    Muhammad Adhitya Hidayat Putra, M.Pd.

    Muhammad Rezky Noor Handy, M.Pd.

    Noorya Tasya Febrylia Witari Hadi

    Anggie Riska Agustina Abdurrahim

    UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPS

    BANJARMASIN

    2020

  • ii

    LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL PENELITIAN

    PEMANFAATAN EKOWISATA SUNGAI MARTAPURA KOTA

    BANJARMASIN SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS

    1. Program Studi : Pendidikan IPS

    2. Fakultas : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

    Alamat : Jl. Brigjen H. Hasan Basry Banjarmasin

    Telpon : 0511-3304914

    Fax : 0511-3304914

    Email : ips.fkip.unlam.ac.id

    3. Koordinator Program Studi : Prof. Dr. Ersis Warmansyah Abbas, M.Pd.

    4. Ketua Pelaksana : Prof. Dr. Ersis Warmansyah Abbas, M.Pd.

    5. Anggota : Muhammad Adhitya Hidayat Putra, M.Pd.

    Muhammad Rezky Noor Handy, M.Pd.

    Noorya Tasya Febrylia Witari Hadi

    Anggie Riska Agustina

    Abdurrahim

    6. Biaya : Rp 20.000.000 (Dua Puluh Lima Juta

    Rupiah)

    7. Sumber Dana : DIPA (PNBP) FKIP ULM 2019

    Banjarmasin, Januari 2020

    Mengetahui,

    Dekan FKIP ULM Ketua Pelaksana,

    Dr. Chairil Faif Pasani, M.Si Prof. Dr. Ersis Warmanysah Abbas, M.Pd.

    NIP. 19650808 199303 1 003 NIP. 19560607 198303 1 002

    Menyetujui,

    Ketua Lemabaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat,

    Prof. Dr. Ir. Danang Biyatmoko, M.Si

    NIP. 19680507 199303 1 0020

  • iii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur diucapkan kepada Allah S.W.T karena atas Berkat dan Rahmat

    Nya penelitian telah rampung dalam waktu yang ditetapkan. Penelitian ini berjudul

    “PEMANFAATAN EKOWISATA SUNGAI MARTAPURA KOTA

    BANJARMASIN SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS” yang bertujuan untuk

    1) Mendeskripsikan tentang ekowisata Sungai Martapura Kota Banjarmasin dan 2)

    Mendeskripsikan pembelajaran IPS berbasis ekologi dari ekowisata sungai

    Martapura Kota Banjarmasin, dengan diintergrasikan sebagai sumber pembelajaran

    IPS.

    Peneliti mengucapkan terima kasih kepada Fakultas Keguruan dan Ilmu

    Pendidikan (FKIP) Universitas Lambung Mangkurat dan semua pihak yang telah

    mendukung dan memfasilitasi penelitian ini baik dari segi materiil dan teknis.

    Penelitian ini tentu masih memiliki berbagai kekurangan dalam beberapa hal.

    Demikian, diperlukan saran dan kritik yang membangun.

    Banjarmasin, Januari 2020

    Peneliti

  • iv

    ABSTRAK

    Sungai sebagai salah satu dari bentuk ekosistem dengan potensi besar untuk

    digunakan sebagai tempat wisata untuk menarik turis lokal maupun turis

    mancanegara sendiri ke Indonesia. Peningkatan dari sector pariwisata sungai

    sendiri dengan ekosistem sungai yang mempunyai pesona yang sangat tinggi

    sehingga progress dan kapasistas dari sektor wisata di Indonesia sebagai tempat

    rekreasi untuk keluarga terutama dalam wisata alam ataupun ekowisata. karena

    wisata menjadi salah satu penyumbang dari devisa negara terbesar hingga sekarang

    ini, khususnya tujuan penelitian ini tentang potensi wisata lingkungan dengan

    ekowisata di kota Banjarmasin dengan sungai Martapura sebagai sarananya.

    Tujuan penelitian mendeskripsikan tentang ekowisata Sungai Martapura Kota

    Banjarmasin dan Mendeskripsikan pembelajaran IPS berbasis ekologi dari

    ekowisata sungai Martapura Kota Banjarmasin, dengan diintergrasikan sebagai

    sumber pembelajaran IPS. Pendekatan kualitatif digunakan dalam penelitian.

    Teknik pengumpulan data meliputi; wawancara, observasi, dan dokumentasi.

    Analisis data dimulai dari reduksi, penyajian, dan verifikasi data.

    Hasil Penelitian dideskripsikan: 1) tentang ekowisata Sungai Martapura Kota

    Banjarmasin yang banyak diketahui oleh masyarakat Banjar adalah sungai dan

    Pasar Terapung yang menggunakan sungai sebagai media tempat jual-beli yang

    membantu peningkatan perekonomian masyarakat sekitar, sungai juga menjadi

    saran transportasi masyarakat Banjar, pemerintah juga dalam tahap berusaha

    menggunakan media sungai sebagai ikon kota seribu sungai dengan pasar terapung

    Siring Tendean yang menjadi primadonanya; 2) mengintegrasikan pembelajaran

    IPS melalui sarana ekowisata Sungai Martapura Kota Banjarmasin, dengan berbasis

    pada ekologi memasukkan konten kearifan lokal dalam pembelajaran IPS sehingga

    memudahkan para gudu di sekolah karena pembelajaran IPS yang bersifat tematik.

    Kata Kunci: Ekowisata, Sungai Martapura, Sumber Belajar IPS

  • v

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

    HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL PENELITIAN ...................... ii

    KATA PENGANTAR .................................................................................... iii

    ABSTRAK ..................................................................................................... iv

    DAFTAR ISI .................................................................................................. v

    BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1

    A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

    B. Rumusan Penelitian .............................................................................. 3

    C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 3

    D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 4

    BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 5

    A. Wisata .................................................................................................. 5

    a. Sungai ................................................................................................. 6

    b. Ekowisata ............................................................................................ 7

    B. Sumber Belajar IPS .............................................................................. 9

    BAB III. METODE PENELITIAN ............................................................. 13

    A. Pendekatan Penelitian .......................................................................... 13

    B. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 14

    C. Objek Penelitian ................................................................................... 14

    D. Subjek Penelitian .................................................................................. 14

    E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 15

    F. Instrumen Penelitian ............................................................................ 17

    G. Keabsahan Data .................................................................................... 18

    H. Teknik Analisis Data ............................................................................ 18

    I. Uji Keabsahan Data .............................................................................. 20

    BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ 23

    A. Ekowisata Sungai Martapura Kota Banjarmasin ................................ 25

    a. Ekowisata Sungai Martapura Kota Banjarmasin ............................. 25

    b. Ekonomi Masyarakat Pada Daerah Ekowisata Sungai Martapura

    Kota Banjarmasin ................................................................................ 34

    c. Peran Pemerintah Kota Banjarmasin dalam Ekowisata Sungai

    Martapura Kota Banjarmasin .............................................................. 37

    B. Integrasi Ekowisata Sungai Martapura Kota Banjarmasin Sebagai

    Sumber Belajar IPS .............................................................................. 41

    a. Ekologi dan Sumber Belajar IPS ...................................................... 41

    b. Integrasi Ekowisata Sebagai Sumber Belajar IPS ........................... 44

  • vi

    BAB V. PENUTUP ......................................................................................... 49

    A. Kesimpulan ......................................................................................... 49

    B. Saran ..................................................................................................... 50

    DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 51

    DAFTAR NARASUMBER .......................................................................... 53

    LAMPIRAN ................................................................................................... 54

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Sungai sebagai salah satu dari bentuk ekosistem dengan potensi besar

    untuk digunakan sebagai tempat wisata untuk menarik turis lokal maupun turis

    mancanegara sendiri ke Indonesia. Peningkatan dari sector pariwisata sungai

    sendiri dengan ekosistem sungai yang mempunyai pesona yang sangat tinggi

    sehingga progress dan kapasistas dari sektor wisata di Indonesia sebagai tempat

    rekreasi untuk keluarga terutama dalam wisata alam ataupun ekowisata. karena

    wisata menjadi salah satu penyumbang dari devisa negara terbesar hingga

    sekarang ini. Dikutip menurut Richard Khan (2010) dalam Dasman (2015)

    Pendidikan terus-menerus terkait erat dengan ruang dan waktu dimana relasi

    antara manusia dengan lingkungan alam mendapat tempatnya secara nyata.

    Terminologi Richard Khan, manusia yang adalah homo sapiens menyadari diri

    sebagai homo ecologicus terus mentranformasi diri melalui pendidikan sebagai

    homo educans.

    Menurut Toynbee (1935) dalam Supriatna (2016) melihat kondisi

    seperti demikian merupakan cerminan dari konsep Challenge and Respons.

    Pada teori-teori yang diungkapkan makhluk hidup yaitu manusia senantiasa

    berusaha bagaimana mereka mempertahankan hidup dengan tindakan-tindakan

    yang dapat mereka lakukan dari tantangan alam yang mereka hadapi. Pada

    dasarnya sanggahan yang rendah akan apa yang dihadapi manusia maka

    hasilnya juga sama rendahnya, tetapi sebaliknya sanggahan yang tinggi akan

  • 2

    tantangan dan tidak adanya kemauan untuk maju kedepan sendiri maka akan

    punahlah peradaban manusia itu sendiri akibat tidak adanya kemauan untuk

    mempertahankan eksistensinya. Manusia sebagai makhluk sosial sendiri ini

    yang sifatnya selalu bergerak maju kedepan untuk mempertahankan diri mereka

    dari tantangan alam yang selalu berubah-ubah.

    Menurut Prideaux & Cooper (2009) dalam Aulia (2017) dari

    penggunaan fungsi sungai yang mendalam dan padat khususnya dalam

    eksploitasi aliran sungai yang berlebihan, ditakutkan bakal sangat berdampak

    besar akan kelangsungan dari ekosistem sungai itu. Kegiatan dari

    pendayagunaan yang di luar kemampuan dari ekosistem sungai pada saat daya

    tampung akan kunjungan yang berlebihan tersebut berdampak terhadap

    penurunan kualitas sungai baik dari kualitas air ataupun keadaan alamnya

    sekitar dari sungai. Secara sosial, pendayagunaan aliran sungai secara

    mendalam dapat berpengaruh terhadap bagaimana kehidupan dari masyarakat

    lokal saat mendayagunakan aliran sungai untuk menyokong aktivitas

    keseharian mereka.

    Hingga sekarang, cara peningkatan potensi wisata untuk mengurangi

    beban sungai dari kegiatan sehari-hari masyarakat yang memanfaatkan sungai

    tetapi lebih kearah eksploitasi alam khususnya sungai berupa membuang

    sampah sembarangan hingga membuang kotoran di sungai yang mengakibatkan

    munculnya virus e-coli (Escherichia coli), hingga saat ini masih belum

    maksimal dilakukan karena keterbatasan data dan informasi. Pengembangan

    yang mungkin bisa dilakukan adalah antara lain: observasi terhadap hewan dan

  • 3

    tanaman, pencarian potensi-potensi kawasan tinggal dan kebun-kebun punya

    masyarakat, atau bentuk wisata edukatif yang bermanfaat lainnya yang

    dilakukan di sepanjang aliran sungai.

    Sungai Martapura di Kota Banjarmasin adalah salah satu sumber daya

    alam yang saat ini telah dimanfaatkan dalam perjalanan sejarahnya sebagai

    sarana transportasi masyarakat, sarana perdagangan, kegiatan sehari-hari

    seperti mandi, buang air dan lainnya, sehingga menjadi salah satu potensi wisata

    yang bisa dikembangkan oleh pemerintah Kota Banjarmasin ataupun

    masyarakat Banjarmasin sendiri, potensi kehidupan masyarakat yang banyak

    menggunakan sungai juga bisa menjadikan ini sebagai salah satu langkah yang

    bisa dilakukan oleh pemerintahan Kota Banjarmasin untuk mengembangkan

    sektor pariwisata khususnya berkaitan dengan ekowisata dan bisa menjadi

    bagian dari pembelajaran lingkungan dan ekologi di sekolah-sekolah dengan

    kearifan lokal.

    B. Rumusan Masalah

    1. Bagaimana ekowisata sungai Martapura Kota Banjarmasin?

    2. Bagaimana pemanfaatan ekowisata sungai Martapura Kota Banjarmasin

    sebagai sumber belajar IPS?

    C. Tujuan Penelitian

    1. Mendeskripsikan tentang ekowisata Sungai Martapura Kota

    Banjarmasin.

  • 4

    2. Mendeskripsikan pembelajaran IPS berbasis ekologi dari ekowisata

    sungai Martapura Kota Banjarmasin, dengan diintergrasikan sebagai

    sumber pembelajaran IPS.

    D. Manfaat Penelitian

    Penelitian ini dapat memberikan manfaat baik yang bersifat teoritis

    maupun yang bersifat praktis.

    1. Manfaat teoritis

    Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber referensi untuk penelitian

    lebih lanjut mengenai pembelajaran yang efektif dengan memanfaatkan

    wisata-wisata yang berada di sekitar.

    2. Manfaat praktis

    a. Sebagai pengetahuan bagi masyarakat umumnya dan akademsi

    khususnya mengenai pembelajaran IPS berbasis ekologi dengan

    ekowisata kota Banjarmasin sebagai sumber belajar.

    b. Bagi pemerintah kota Banjarmasin sebagai informasi tentang potensi-

    potensi ekowisata sungai Martapura Kota Banjarmasin, khususnya

    dalam pengembangan wisata-wisata kota Banjarmasin yang terkenal

    dengan wisata sungainya.

  • 5

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    A. Wisata

    Menurut UU Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 menjelaskan

    tentang kegiatan wisata adalah aktivitas kunjungan manusia baik secara

    individu maupun secara grup untuk menuju tempat tertentu bertujuan tamasya,

    mengeksplorasi dari daerah wisata, peningkatan potensi diri dan lainnya baik

    dalam waktu yang singkat ataupun dalam jangka waktu yang pendek dalam

    kegiatan wisata tersebut.

    Fennell (2008) there is no acknowledged definition of what comprises the

    [tourism] business; any definition risks either overestimating or thinking little

    of financial action. At its least complex, the industry is one that gets individuals

    from their home to elsewhere (and back), and which gives cabin and

    nourishment to them while they are away. However, that doesn't get you far.

    For instance, if every one of the offers of eateries were considered travel and

    the travel industry, the figure would be artificially inflated by deals to local

    people. However, to reject all eatery deals would be similarly as deceiving.

    Proceeds from before Mathieson and Wall (1982) at Fennell (2008), who

    consider the travel industry to be containing three fundamental components:

    (1) a unique component, which includes travel to a chose goal; (2) a static

    component, which includes a stay at the goal; and (3) a weighty component,

    coming about because of the over two, which is worried about the

    consequences for the financial, social and physical subsystems with which the

  • 6

    visitor is legitimately or in a roundabout way in contact. Others, including Mill

    and Morrison, define the travel industry as an arrangement of interrelated parts.

    The framework is 'like a bug catching network's – contact one piece of it and

    resonations will be felt all through' (Mill and Morrison 1985: xix). Incorporated

    into their travel industry framework are four sections, including Market

    (arriving at the commercial center), Travel (the acquisition of movement

    items), Destination (the state of movement request) and Marketing (the selling

    of movement). Berkaitan dengan berbagai macam wisata yang terkait salah

    satunya adalah mengenai ekowisata atau lebih dikenal dengan nama

    ecotourism.

    A. Sungai

    Ahira (2011) menjelaskan sungai adalah air alami yang berjalan

    dengan jalur mengikuti keadaan kontur tanah bergerak menuju ke samudera,

    danau-danau, lautan atau kesungai yang lain. Dalam beberapa studi, sebuah

    sungai secara sederhana mengalir menembus ke dalam tanah sebelum

    menemukan sumber air utama lainnya saat mereka menembus tanah

    tersebut. Sungai menjadi salah satu media yang sering menjadi lanjutan air

    hujan yang turun ke darat hingga mengalir ke lautan ataupun danau yang

    menjadi tempat menampung air dengan skala besar.

    Sungai sendiri terbagi atas beberapa bentuk, diawali dengan sumber

    air yang menkeluar lalu menuju ke anak sungai. Kemudian sebagian besar

    dari anak sungai tersebut akan menciptakan sungai besar atau sungai utama.

    Aliran air ini pada dasarnya akan membentuk saluran dasar dan tebing juga

  • 7

    bantaran sungai pada kedua sisinya. Pada ujung dari sungai saat bertemu

    dengan bibir laut itu dinamai dengan muara sungai. Kegunaan dari sungai

    adalah untuk pertanian khususnya sistem irigasi, sebagai sumber air minum,

    sebagai tempat penampungan dari air hujan dan juga limbah dari berbagai

    macam seperti limbah rumah tangga, limbah home industry, limbah pabrik

    dan lainnya, hingga pada akhirnya sungai sendiri sangat berpotensi besar

    dijadikan sebagai tempat wisata berbasis sungai.

    Normelani (2016) River is one of the important ecosystem in

    Kalimantan Island. The ecological function of river has been describes by

    numerous authors. The roles of river can be classified into three basic

    categories namely rivers as natural resources as habitat for biota, a media

    for connectivity, energy, materials, and organisms exchange, and an

    geomorphical agent for change and disturbance. Rivers ecosystem

    contributes significantly in the high level of biodiversity in Kalimantan

    Island, especially aquatic biodiversity. Rivers also maintain wet

    environment of Kalimantan’s land which area crucial for numerous plant

    species.

    B. Ekowisata (Eco-tourism)

    Definisi ekowisata atau eco-tourism yang pertama diperkenalkan

    oleh organisasi The Ecotourism Society (1990) “Ecotourism is a form of

    travel to natural area conducted with the aim to conserve the environment

    and preserve the life and well-being of the local population. Originally

    ecotourism done by tourists, nature lovers who want a in the tourist

  • 8

    destination remains intact and sustainable, in addition to the culture and

    welfare of the people remain awake”.

    Kelanjutan dari ekowisata saat ini mengembang disebabkan sangat

    disenangi oleh para wisatawan. Wisatawan yang mau menuju tempat yang

    lebih natural, sehingga menghasilkan usaha-usaha dari masyarakat

    setempat. Ekowisata kemudian didefinisikan sebagai berikut: Ecotourism is

    a new form of travel responsibility to natural area and an adventure which

    can create the tourism industry (Eplerwood, 1999). Kedua pernyataan

    tersebut bahwa kegiatan ekowisata dunia dewasa ini sangat berkembang

    dengan cepat. Kenyataannya sebagian tujuan wisata alam dari taman

    nasional Indonesia sukses ketika mengembangkan sektor ekowisata.

    The International Ecotourism Society (TIES) at Honey (2008), TIES

    the world’s first ecotourism organization, the meaning of ecotourism:

    "Dependable travel to characteristic zones that saves the environment and

    improves the prosperity of neighborhood individuals". Ecotourism is ofter

    professed to be the most quickly extending division of the travel industry,

    yet when its development is estimated, ecotourism is regularly lumped

    together with nature, untamed life, and experience the travel industry. Truth

    be told, ecotourism ought to be seen as particular from these different

    classifications. Nature the travel industry includes travel to pristine spots to

    involvement and appreciate nature. It normally includes moderate and safe

    types of activity, for example, climbing, biking, cruising, and outdoors.

    Untamed life the travel industry includes travel to watch creatures, fowls,

  • 9

    and fish their local territories. Experience the travel industry is nature the

    travel industry with a kick: it requires physical expertise and continuance

    (rope climbing, remote ocean jumping, bicycling, or kayaking) and includes

    a level of hazard taking, regularly in the little-diagrammed landscape.

    Though nature, untamed life, and experience traveler, ecotourism is

    characterized too by a set of rules that incorporate its advantages to both

    preservation and individuals in the host nation, "genuine ecotourism,"

    composes visit administrator Kurt Kutay, "Is more than movement to

    appreciate or acknowledge nature".

    B. Sumber Belajar IPS

    Pendidikan IPS Menurut Sapriya (2012) Ilmu Pengetahuan Sosial

    atau IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di tingkat

    sekolah dasar dan menengah yang meliputi disiplin ilmu-ilmu sosial seperti

    tata negara, sosiologi, antropologi, ekonomi, sejarah, dan geografi. Di

    tingkat pendidikan dasar, IPS merupakan mata pelajaran yang berdiri

    sendiri sebagai integrasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu sosial,

    humaniora, sains bahkan berbagai isu masalah sosial kehidupan. Ciri khas

    dari IPS sebagai mata pelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan

    menengah adalah sifat terpadu (integrated) dari sejumlah mata pelajaran

    dengan tujuan agar mata pelajaran ini lebih bermakna bagi peserta didik

    sehingga pengorganisasian materi/bahan pelajaran disesuaikan dengan

    lingkungan, karakteristik, dan kebutuhan siswa.

  • 10

    Menurut Suwarma Al Muchtar (2015) mengemukakan bahwa

    sumber daya belajar perlu dilakukan transformasi sikap dan perilaku dari

    kebiasaan menggunakan sumber daya belajar terbatas pada buku pelajaran

    sebagai satu-satunya sumber kepada penggunaan aneka media, dari

    kebiasaan tatap muka di kelas kearah optimalisasi sumber daya belajar yang

    ada dilingkungan sekolah dan peserta didik, perlu dibudayakan menjadikan

    masyarakat sebagai sumber media belajar.

    Jenis-jenis sumber belajar IPS menurut AECT (1977), antara lain

    sebagai berikut:

    1. Sumber belajar yang sudah disusun: seluruh sumber yang secara

    spesifik telah dikembangkan sebagai bagian perintah untuk

    memberikan kemudahan dalam belajar yang terorganisir dan

    bersifat resmi, juga disusun demi kepentingan pembelajaran yang

    akan dilaksanakan, seperti penyediaan buku-buku teks pembelajaran

    bagi peserta didik, multimedia dan juga lainnya.

    2. Sumber belajar karena kegunaannya: Sumber belajar yang tidak

    secara spesifik dibentuk demi kepentingan pembelajaran umum

    peserta didik. Akan tetapi dapat dipraktikkan dan digunakan demi

    keperluan belajar-mengajar juga memiliki implikasi terhadap

    sumber-sumber belajar yang nanti dimanfaatkan oleh peserta didik.

    Teknis penggunaannya memadai dengan berbagai unsur-unsur:

    tujuan pengajaran, bahan belajar, karakteristik peserta belajar, dan

    kemudahan dalam menggunakan bahan belajar.

  • 11

    Definisi Sumber belajar secara luas dapat diartikan sebagai buku

    atau bahan ajar dalam bentuk cetak lainnya, seperti jurnal ilmiah, koran,

    buletin, majalah, dan lain-lain. Selanjutnya definisi sumber belajar secara

    khusus, adalah sumber belajar dimaknai sebagai segala jenis sarana

    pembelajaran yang dapat memaparkan pesan yang bisa didengarkan

    menggunakan indera pengdengaran (audio) maupun yang dapat dilihat oleh

    indera penglihatan peserta didik (visual) saja, bisa juga gabungan dari

    keduanya yaitu audio-visual seperti video sebagai sumber belajar, dengan

    unsur-unsur sumber belajar IPS sebagai berikut:

    1. Pesan (Message), yaitu keterangan yang ada pada sumber belajar yang

    mempunyai arti.

    2. Orang (People), yaitu komponen-komponen yang secara langsung atau

    tidak langsung berpartisipasi pada jalannya pembelajaran.

    3. Bahan (Material), yaitu hal-hal yang memerlukan alat untuk ditampilkan,

    seperti peta dunia, diorama dan lainnya.

    4. Peralatan (Tools), yaitu seluruh instrumen yang dimanfaatkan untuk

    menyokong proses pembelajaran dikelas, seperti Tape Recorder, Over Head

    Projector dan lainnya.

    5. Teknik (Technique), yaitu semua langkah, metode dan strategi yang

    digunakan untuk mngungkapkan makna dalam pembelajaran demi bisa

    diterima dengan baik oleh masyarakat luas dengan efektif dan efisien.

  • 12

    6. Lingkungan (Environtment), yaitu tempat bagi para peserta didik belajar,

    seperti ruangan kelas, perpustakaan sekolah ataupun perpustakaan daerah,

    laboratorium sains, masyarakat dan alam sekitar dari para peserta didik.

  • 13

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Pendekatan Penelitian

    Moleong (2004) ditilik dari berbagai macam bentuk data-data, maka

    strategi yang digunakan penelitian yang nantinya akan dilakukan pada saat

    dalam penelitian adalah pendekatan kualitatif. Akan halnya yang menjadi

    implikasi dengan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk

    memahami berbagai kejadian tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian

    secara menyeluruh, dan melalui cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan

    bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan

    berbagai metode ilmiah. Adapun bentuk pendekatan penelitian ini adalah

    deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk

    menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data.

    Jenis penelitian deskriptif kualitatif yang digunakan pada penelitian ini

    dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai aktivitas-aktivitas yang

    dilaksanakan di Siring Sungai Martapura Kota Banjarmasin, disamping itu juga

    menelusuri bantaran sungai Martapura juga beberapa destinasi wisata yang

    berada di Sungai Martapura, termasuk pasar terapung Lok Baintan, Kecamatan

    Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan. Selain itu,

    dengan pendekatan kualitatif diharapkan dapat diungkapkan situasi

    pembelajaran di masyarakat secara holistik (menyuluruh).

  • 14

    B. Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian tentang aktivitas masyarakat pada obyek wisata sungai yang

    dilaksanakan di sekitar pinggiran siring sungai Martapura, Menara Siring

    Pandang Jalan Kapten Pierre Tendean, hingga juga mungkin melakukan

    wawancara dengan beberapa instansi pemerintah Kota Banjarmasin dan

    menuju Pulau Kembang dilaksanakan di tepian Sungai Martapura Kota

    Banjarmasin. Kegiatan penelitian ini dimulai sejak diterima pengajuan

    proposal penelitian serta surat ijin penelitian, yaitu bulan Oktober s.d.

    Desember 2019.

    C. Objek Penelitian

    Menurut Sugiyono (2014) pokok penelitian dapat dikonkretkan menjadi

    situasi sosial penelitian yang ingin diketahui apa yang terjadi di dalamnya. Pada

    obyek penelitian ini, peneliti dapat mengamati secara mendalam aktivitas

    (activity) orang-orang (actors) yang ada pada tempat (place) tertentu. Obyek

    dari penelitian ini adalah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Banjarmasin,

    masyarakat Kota Banjarmasin, wisatawan Pasar Terapung Lok Baintan dan

    Pasar Terapung Siring Menara Pandang Banjarmasin.

    D. Subjek Penelitian

    Dikutip dari Arikunto (2004) Subjek penelitian merupakan sumber-

    sumber data yang dimintai informasinya sesuai dengan masalah-masalah

    penelitian. Mengenai apa yang menjadi tendensi sumber-sumber data pada

    penelitian adalah subjek berasal dari mana data-data tersebut didapatkan.

    Kemudian selanjutnya, bagaimana mendapatkan data-data yang tepat maka

  • 15

    perlu diperjelas akan informan yang memiliki kompetensi yang sesuai dengan

    kebutuhan data (purposive).

    E. Teknik Pengumpulan Data

    Burhan (2003), memaparkan tentang metode dari pengumpulan data-data

    adalah “menggunakan cara apa dan bagaimana data-data tersebut

    dimanfaatkan setelah dihimpun sampai pada hasil akhir dari penelitian dapat

    disuguhi informasi yang sah (valid) dan dapat diandalkan (reliable).

    Suharsimi Arikunto (2002), dengan konsep yang sama yaitu “langkah-langkah

    dalam pelaksanaan penelitian adalah beraneka ragam langkah yang

    dilaksanakan oleh peneliti pada saat menghimpun data penelitiannya”.

    Langkah-langkah tersebut adalah observasi, wawancara, dan studi

    dokumentasi. Berikut paparan setiap langkah pengumpulan data:

    1. Observasi

    Observasi yang dilakukan oleh peneliti untuk menghimpun data yang

    bisa digunakan dengan sifat penelitian karena mengadakan pengamatan

    secara langsung atau disebut pengamatan terlibat dimana peneliti juga

    menjadi instrumen atau alat dalam penelitian sehingga peneliti harus mencari

    data sendiri dengan terjun langsung atau mengamati dan mencari langsung

    ke beberapa informan yang telah ditentukan sebagai sumber data. Metode

    observasi tersebut peneliti memilih jenis observasi partisipatif adalah

    observasi yang sekaligus melibatkan diri selaku orang dalam pada situasi

    tertentu. Hal ini agar mempermuudahkan peneliti dalam mendapatkan data

    atau informasi dengan mudah dan leluasa. Peneliti sudah melakukan

  • 16

    observasi lapangan pada Pasar Terapung Lok Baintan dan Pasar Terapung

    Menara Siring Pandang Banjarmasin.

    2. Wawancara

    Wawancara adalah cara menghimpun bahan keterangan yang dilakukan

    dengan tanyajawab secara lisan secara sepihak berhadapan muka, dan dengan

    arah serta tujuan yang telah ditetapkan. Terdapat beberapa kelebihan

    penghimpunan data melalui metode wawancara, antara lain pewawancara bisa

    melakukan kontak langsung dengan orang-orang yang mungkin mengetahui

    sumber ataupun data yang diperlukan dalam penelitian, data diperoleh secara

    komprehensif, bisa mengungkapkan isi hatinya secara lebih luas, pertanyaan

    yang tidak jelas bisa ditanyakan kembali dan diarahkan yang lebih bermakna

    (Moleong, 2004). Wawancara dilaksanakan dengan intensif dan tidak

    terstruktur kepada subjek-subjek dari penelitian dengan pedoman wawancara

    yang telah disusun. Peneliti sudah melakukan wawancara dengan para

    pedagang Pasar Terapung baik yang berada di Lok Baintan dan juga Pasar

    Terapung Menara Siring Pandang Banjarmasin, wisatawan yang mengunjungi

    pasar terapung dan juga Satgas Sadar Wisata dari Dinas Kebudayaan dan

    Pariwisata Kota Banjarmasin.

    3. Studi Dokumentasi

    Menurut Arikunto (2009) penggunaan metode dokumentasi ini

    bertujuan mengumpulkan data-data yang berupa buku, suluh, majalah, jurnal

    ilmiah, babad, prasasti, notulen hasil rapat, artikel-artikel dan lainnya. Studi

    dokumentasi adalah langkah dari penghimpunan data-data menggunakan

  • 17

    warisan-warisan dalam bentuk tulisan terutama berupa arsip-arsip penting dan

    termasuk teori-teori dalam buku-buku, pernyataan yang berkaitan dari

    masalah pada penelitian.

    Dokumentasi dilakukan oleh peneliti dengan mengambil foto terhadap

    obyek-obyek yang diperlukan oleh peneliti seperti dokumentasi terhadap para

    pedagang di pasar terapung Lok Baintan dan Menara Siring Pandang, selain

    itu juga transkrip hasil wawancara dengan para naras umber.

    F. Instrumen Penelitian

    Instrumen penelitian kualitatif adalah si peneliti itu sendiri. Penelitian

    diharuskan mempunyai kemampuan pada saat melakukan pengumpulan dari

    data-data berupa tingkahlaku dari penampkan yang nyata pada sumber data,

    melakukan pencatatan terhadap hasil sumber data tanpa harus menambahkan

    dari tafsiran pemikiran sendiri, pendapat dan pandangan dari pemikiran

    sendiri. Sengan dibantu instrumen lain yaitu seperti pedoman wawancara dan

    pedoman dari observasi lapangan. Penelii yang menjadi instrumen utama

    karena hanya peneliti yang bisa bertindak sebagai alat ada dan responsif

    terhadap keadaan nyata dari penelitian tersebut karena bersifat rumit.

    Moleong (2004) Peneliti adalah penyusun, penghimpun data penelitian,

    penelaah, pengulas data-data penelitian, peneliti juga merupakan yang

    menyampaikan dari hasil penelitian mereka sendiri. Pengertian instrumen atau

    perangkat penelitian menjadi segalanya dan keseluruhan proses penelitian.

    Instrumen penelitian ditujukan sebagai perangkat pengumpulan data. Unsur-

    unsur yang umum d a r i manusia sebagai instrumen penelitian mencakup segi

  • 18

    kepekaan dari peneliti, mampu menempatkan diri, memfokuskan diri pada

    integritas, mengasakan diri sendiri atas pengetahuan, memproses dan

    merekapitulasi selain menggunakan berbagai peluang yang tidak lazim atau

    idiosinkratik.

    G. Keabsahan Data

    Burhan (2001) dalam penelitian kualitatif mencari kebenaran yang

    objektif. Oleh sebab itu keabsahan data dalam berbagai penelitian kualitatif itu

    sangat penting. Melalui keabsahan data kredibilitas (kepercayaan) penelitian

    kualitatif bisa berhasil. Penelitian ini untuk mendapatkan keabsahan data

    dilakukan dengan cara triangulasi. Triangulasi adalah teknik pengecekkan

    mengenai keabsahan data yang menggunakan berbagai bentuk lain di luar data-

    data tersebut demi kepentingan pengecekan atau sebagai pembeda dari data

    tersebut. Dalam memenuhi keabsahan data penelitian ini dilakukan triangulasi

    dengan sumber. Patton berpendapat dalam Sugiyono (2014), triangulasi

    menggunakan sumber dengan tujuan membandingkan dan mlihat kembali

    tingkat kepercayaan dari informasi yang telah didapatkan melalui waktu dan

    alat yang berbagai macam bentuknya yang terdapat pada penelitian kualitatif.

    Triangulasi menggunakan sumber yang dilaksanakan pada penelitian ini yaitu

    membandingkan hasil dari wawancara terhadap berbagai dokumen-dokumen

    yang saling berkaitan satu dengan lainnya.

    H. Teknik Analisis Data

    Mulyana (2001) menjelaskan penelitian ini adalah penelitian deskriptif,

    dengan lebih banyak bersifat uraian dari hasil wawancara dan studi

  • 19

    dokumentasi. Data-data yang dihasilkan pada saat pengumpulan data,

    berikutnya olah melalui analisis secara kualitatif serta dijabarkan kedalam

    bentuk deskriptif. Analisis data adalah proses mengatur urutan data,

    mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan uraian dasar. Definisi

    tersebut memberikan gambaran tentang betapa pentingnya kedudukan analisis

    data dilihat dari segi tujuan penelitian. Prinsip pokok penelitian kualitatif adalah

    menemukan teori dari data. Teknik analisis data yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah menggunakan langkah-langkah seperti yang

    dikemukakan oleh Burhan Bungin (2003), yaitu sebagai berikut:

    1. Reduksi Data (Data Reduction)

    Reduksi data, diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian

    pada penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-

    catatan tertulis di lapangan. Reduksi dilakukan sejak pengumpulan data dimulai

    dengan membuat ringkasan, mengkode, menelusur tema, membuat gugus-

    gugus, menulis memo dan sebagainya dengan maksud menyisihkan

    data/informasi yang tidak relevan.

    2. Penyajian Data (Data Display)

    Penyajian (display) data-data yang bertujuan untuk mempermudah peneliti

    pada saat melihat keterangan-keterangan secara menyeluruh ataupun pada

    komponen-komponen tertentu dari penelitian tersebut, yaitu penyajian data-

    data yang sudah didapatkan dan direduksi tersebut ditampilkan dalam bentuk

    deskripsi-deskripsi melalui tulisan pada pembahasan hasil lapangan.

  • 20

    3. Verifikasi (Conclution Drawing and Verification)

    Verifikasi data dilaksanakan dengan berkelanjutan sepanjang proses

    penelitian berlangsung yaitu dengan memasuki lokasi penelitian dan selama

    pada saat proses pengumpulan data-data di lapangan (lokasi penelitian), peneliti

    berupaya menganalisa dan mencari makna dari data-data yang telah terkumpul

    tersebut dengan mencari pola, tema, hubungan persamaan, hal-hal yang sering

    muncul, hipotesis, dan lain sebagainya yang nantinya akan dituangkan dalam

    kesimpulan yang masih bersifat tentative, akan tetapi dengan bertambah data-

    data melalui proses verifikasi yang berlangsung terus menerus, maka akan

    diperoleh kesimpulan yang bersifat “grounded”, bisa diartikan dengan kata lain

    setiap kesimpulan senantiasa terus dilakukan verifikasi selama penelitian

    tersebut berlangsung.

    I. Uji Keabsahan Data

    Uji keabsahan data dalam Penelitian ini menggunakan uji kredibilitas data

    (validitas internal) antara lain dilakukan dengan:

    Triangulasi dapat diartikan sebagai penelaahan data-data yang didapatkan

    dari berbagai sumber dengan berbagai langkah dan cara, dan waktu. Menurut

    Sugiyono (2014) triangulasi terbagi menjadi tiga yaitu triangulasi sumber,

    triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu. Triangulasi sumber, artinya

    untuk mengkaji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang

    telah diperoleh melalui beberapa sumber. Data tersebut dideskripsikan,

    dikategorisasikan, mana pandangan yang sama, yang berbeda, dan mana

    spesifik dari tiga sumber data tersebut. Data yang telah dianalisis oleh peneliti

  • 21

    sehingga menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan

    (member check) dengan tiga sumber data tersebut.

    Triangulasi sumber yang dilakukan oleh peneliti adalah pengecekan data-

    data yang didapatkan dengan data informan atau narasumber yang berbeda-

    beda namun dengan data sumber yang sama yaitu pedoman wawancara seperti

    informan pertama, kedua, ketiga dan keempat diberi pertanyaan yang sama.

    Triangulasi teknik, artinya untuk mengkaji integritas keaslian dan

    keabsahan dari sumber-sumber data dengan dilakukan dengan cara

    mencocokkan data dari berbagai sumber-sumber yang sama ataupun berbeda

    menggunakan teknik lain untuk kepastian data yang akan digunakan. Misalnya

    data diperoleh dengan wawancara, lalu diperiksa menggunakan teknik

    pengamatan (observasi), studi dokumentasi terhadap berbagai macam arsip.

    Jika ketiga teknik pengujian kredibilitas data tersebut, menghasilkan data yang

    berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber

    data yang bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data mana yang

    dianggap benar. Atau barangkali semuanya benar, disebabkan perspektif dari

    si narasumber tersebut berlainnya satu dengan lainnya.

    Triangulasi waktu, artinya waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas

    akan data yang didapatkan. Ketika kerangka pengujian kredibilitas data dapat

    dilaksanakan menggunakan langkah-langkah melakukan identifikasi terhadap

    hasil dari wawancara, pengamatan atau proses lain saat pengumpulan data

    dalam waktu juga keadaan yang tidak sama persis. Apabila hasil uji

    menghasilkan data-data yang berlainnya satu dengan lainnya, oleh sebab itu

  • 22

    akan dilaksanakan secara terus-menerus sampai batasan kejenuhan didapatkan

    kejelasan terhadap datanya. Triangulasi juga bisa menggunakan langkah

    memeriksa hasil-hasil penelitian, dari kelompok peneliti lain yang diberikan

    arahan utuk melakukan penghimpunan data-data.

  • 23

    BAB IV

    HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN

    Desa Lok Baintan yang terdapat di provinsi Kalimantan Selatan pada

    Kecamatan Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar, daerah ini sangat terkenal dengan

    wisata alam berbasis sungai dengan kebudayaan sungai masyarakat Banjar yaitu

    Pasar Terapung Lok Baintan, selain itu juga melakukan penelitian di tempat wisata

    pasar terapung modern yang terletak pada Kawasan Siring Menara Pandang, Jalan

    Pierre Tendean, Kecamatan Banjarmasin Tengah, Kota Banjarmasin.

    Desa Lok Baintan bisa ditempuh dengan menggunakan transportasi darat

    ataupun air lewat sungai Martapura yang bertujuan langsung pada wisata pasar

    terapung tradisional dengan masyarakat yang bermata pencaharian sebagai petani

    juga pedagang pada pasar terapung tersebut atapun melakukan penyambangan hasil

    bumi, sedangkan kawasan Siring Menara Pandang bisa dituju lewat jalur darat

    menggunakan transportasi darat, sebagai tempat wisata yang menggunakan sungai

    ataupun bantaran sungai, masyarakatnya banyak mendapatkan keuntungan

    ekonomi dari hasil perdagangan dari para wisatawan, dengan tujuan memanfaatkan

    sungai sebagai sumber belajar IPS berbasis lingkungan.

    Untuk menuju ke lokasi Pasar Terapung Siring dinilai cukup mudah bagi

    para pengunjung ataupun wisatawan yang datang ke Banjarmasin. Karena letaknya

    yang strategi yaitu langsung berada di pusat kota. Hanya berjarak kurang lebih 5

    kilometer dari gedung perkantoran pemerintah Kota Banjarmasin. Dan tepat

    berseberangan dengan lokasi titik 0 (nol) kilometer Kota Banjarmasin. Terdapat

    empat pintu masuk untuk wisatawan atau yang akan berkunjung ke Kota

  • 24

    Banjarmasin, yaitu dengan tersedianya bandara internasional yang berjarak kurang

    lebih 20 kilometer dari pusat Kota Banjarmasin, terdapat Pelabuhan Trisakti yang

    berjarak kurang lebih 10 kilometer, adanya terminal “Pal 6” untuk trayek antarkota

    dan antarprovinsi yang berjarak kurang lebih 10 kilometer dari pusat kota, serta

    akses jalan raya dengan kondisi jalan yang layak dilalui untuk menunjang akses

    darat dan beberapa disediakan pula akses sungai yang melayani rute dalam kota

    untuk tujuan pariwisata, Pasar terapung Siring ramai ketika hari sabtu dan minggu,

    hari sabtu berjualan mulai jam 12.00 – 00.00 dan hari minggu mulai dari jam 05.00

    – 12.00. ketika berjualan dari hari sabtu sampai hari minggu.

    Ekowisata sepanjang sungai Martapura baik yang berada di Kota

    Banjarmasin hingga hulu sungainya yang menuju ke Kabupaten Banjar, terdapat

    wisata yang menggunakan sungai sebagai tempat berlangsungnya kegiatan

    destinasi dan kunjungan terhadap pasar terapung yang terletak di Lok Baintan

    dengan budaya berdagang di atas sungai, sungai yang menjadi jalur wisata ini

    sangatlah kuat dengan budaya masyarakat Banjar, khususnya yang berada di Kota

    Banjarmasin ini. Berbeda halnya dengan pemanfaatan sungai sebagai objek wisata

    di Kota Banjarmasin yang berfokus pada pasar terapung modern yang terdapat di

    kawasan wisata Menara Siring Pandang, para pedagang pasar terapung di sini.

    Bertujuan awal terhadap edukasi kepada masyarakat bahwa sungai

    Martapura ini menjadi wisata alam yang lebih bermanfaat terhadap masyarakat

    luas. Manfaat yang dimaksudkan adalah edukasi-edukasi mengenai keadaan

    lingkungan yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk melakukan kegiatan

    ekonomi yang juga menarik minat dari para wisatawan untuk datang dan juga

  • 25

    membantu keadaan ekonomi masyarakat sekitarnya. Selain itu dengan

    menggunakan implikasi ekologi terhadap kegiatan yang dilakukan oleh manusia

    dan juga masyarakat, yang dimana pada sungai Martapura ini masyarakat

    sekitarnya menggunakan sebagai tempat jual beli juga transportasi menggunakan

    sungai, dengan kegiatan tersebut sehingga muncullah pasar terapung khususnya di

    desa Lok Baintan.

    Langkah berikutnya adalah yang nantinya akan dilakukan adalah mengenai

    hasil penelitian ini sebagai sumber belajar IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial),

    mengintergrasikannya sebagai sumber belajar bagi peserta didik, baik sebagai

    materi pembelajaran di sekolah menengah pertama (SMP) dan sederajat. Data-data

    yang telah dikumpulkan nantinya diolah kembali dengan mengedepankan konsep-

    konsep yang mungkin bisa dimasukkan kedalam materi ajar berbasis lingkungan

    juga kearifan lokal masyarakat Banjar.

    A. Ekowisata Sungai Martapura

    a. Ekowisata Sungai Martapura Kota Banjarmasin

    Normelani (2016) memberikan penjelasan mengenai sungai sebagai daya

    Tarik wisata yaitu dengan pengembangan sungai sebagai daya tarik wisata harus

    mengikuti prinsip ekologi dan sosial. Karena sungai merupakan ekosistem dan

    habitat yang rapuh bagi masyarakat yang wilayahnya bergantung pada sungai.

    Pemanfaatan sungai secara berkelanjutan sebagai daya tarik wisata mengikuti

    tiga prinsip pembangunan, yaitu mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi dan

    lingkungan dalam pengembangan sungai. Pengembangan sungai sebagai daya

    tarik wisata harus mengikuti prinsip ekologi dan sosial. Karena sungai

  • 26

    merupakan ekosistem dan habitat yang rapuh bagi masyarakat yang wilayahnya

    bergantung pada sungai. Pemanfaatan sungai secara berkelanjutan sebagai daya

    tarik wisata mengikuti tiga prinsip pembangunan, yaitu mempertimbangkan

    aspek sosial, ekonomi dan lingkungan dalam pengembangan sungai.

    Menurut Idwar Saleh (1991) proses sejarah dalam perjalanan

    pembentukan khas kebudayaan sungai kelompok Banjar ini adalah akibat

    lingkungan alam Kalimantan Selatan yang penuh sungai, adaptasi lingkungan

    oleh tiap kelompok, sifat masyarakat yang datang dari generasi ke generasi dan

    kejiwaan grup yang dimunculkan sejarahnya. Kebudayaan masyarakat

    Kalimantan Selatan khususnya Urang Banjar yang tinggal di Banjarmasin adalah

    kebudayaan sungai dimana hampir segala aktifitas masyarakatnya berlangsung

    di atas sungai, dimana terlihat sampai sekarang masih bergeraknya

    perekonomian masyarakat dengan Pasar Terapung baik yang di Muara Kuin

    ataupun di Lok Baintan, selain itu juga aktifitas transportasi sungai dengan

    menggunakan jukung atau disebut perahu.

    Budaya masyarakat Banjar khususnya Urang Banjar Kuala1 adalah

    Budaya sungai, Urang Banjar yang sejak dari zaman Kerajaan Dipa

    menggunakan jalur air sebagai sarana ekonomi, transportasi dan lainnya. Lambat

    laun kebudayaan ini mulai terusik ketika di mulainya pembangunan darat di

    Kalimantan. Kota Banjarmasin yang dijuluki sebagai Kota Seribu Sungai, sudah

    menjadi ciri khasnya dengan banyaknya sungai-sungai baik yang besar ataupun

    1 Urang Banjar Kuala adalah masyarakat Banjar yang mendiami sekitar daerah

    Banjarmasin, Martapura, Banjarbaru, Marabahan dan sekitarnya.

  • 27

    kecil yang mengalir.Konsep kebudayaan yang dilahirkan oleh masyarakat

    Banjar karena lingkungan sekitarnya ini menghasilkan kebudayaan air

    khususnya sungai dari keadaan morfologi tempat tinggalnya. Salah satu hasil

    dari kebudayaan sungai ini adalah Pasar Terapung atau Pasar Apung di atas

    sungai Martapura yang salah satunya berada di kota Banjarmasin di daerah

    Muara Kuin, Pasar Terapung adalah pasar yang dimana para pedagangnya

    melakukan aktivitas perdagangannya dengan menggunakan perahu atau jukung,

    ataupun kelotok baik sebagai alat transportasi menuju tempat berkumpul

    ataupun sarana mengangkut barang dagangan, selain itu jukung-jukung itu juga

    digunakan para wisatawan lokal ataupun mancanegara menuju pasar dari

    pelabuhan-pelabuhan seperti masjid Sultan Suriansyah ataupun didepan Makam

    Sultan Suriansyah daerah Pangeran, sekarang terdapat pasar terapung yang

    disiapkan oleh pemerintah kota Banjarmasin didaerah Banjarmasin Tengah yaitu

    pada Jalan Kapten Pierre Tendean.

    Konsep kebudayaan yang dilahirkan oleh masyarakat Banjar karena

    lingkungan sekitarnya ini menghasilkan kebudayaan air khususnya sungai dari

    keadaan morfologi tempat tinggalnya. Salah satu hasil dari kebudayaan sungai

    ini adalah Pasar Terapung atau Pasar Apung di atas sungai Martapura yang salah

    satunya berada di kota Banjarmasin di daerah Muara Kuin, Pasar Terapung

    adalah pasar yang dimana para pedagangnya melakukan aktivitas

    perdagangannya dengan menggunakan perahu atau jukung, ataupun kelotok baik

    sebagai alat transportasi menuju tempat berkumpul ataupun sarana mengangkut

    barang dagangan, selain itu jukung-jukung itu juga digunakan para wisatawan

  • 28

    lokal ataupun mancanegara menuju pasar dari pelabuhan-pelabuhan seperti

    masjid Sultan Suriansyah ataupun didepan Makam Sultan Suriansyah daerah

    Pangeran.

    Ideham (2015) menjelaskan tentang keterampilan membuat perahu-

    perahu tradisional, kemudi, Kapal bermotor merupakan sebuah teknologi

    pelayaran tradisional dan modern yang dimana merupakan memang keahlian

    orang-orang yang berbudayakan tinggal di daerah perairan (sungai, laut ataupun

    danau), sampai tahun 1950-an keahlian dalam keluarga Kampung Tambak Bitin,

    Nagara, Kabupaten Hulu Sungai Selatan menghasilkan perahu-perahu dalam

    jenis dan bentuk sesuai dengan keperluannya: transportasi manusia (tambangan),

    maupun transportasi barang-barang dagangan dan hasil-hasil pertanian (parahan,

    babanciran, perahu gundul, undaan, pangkuh, bagiwas). Perahu-perahu yang

    dikayuh atau ditajak tenaga manusia ini.

    Teknologi yang masuk sejak tahun 1950-an itu, memekanis alat-alat

    transportasi sungai. Renovasi mesin pompa air menjadi mesin kelotok,

    menyisihkan banyak dari perahu-perahu tradisional tersebut. Ahli-ahli perahu

    Nagara ini, kemudian melanjutkan bakat dan keterampilan mereka ke industri

    perkapalan bermotor. Badan kapal-kapal motor yang menjelajahi pesisir,

    maupun yang laik laut yang menghubungkan pulau ke pulau, kapal-kapal

    nelayan laut, dibuat di galangan-galangan di tepi-tepi Sungai Antasan-bagi yang

    tonase kecil, Sungai Martapura, Sungai Alalak, Sungai Barito bagi yang lebih

    besar. Mesin-mesin pengerak masih didatangkan dari luar. Budaya sungai masih

    mendominasi cara hidup masyarakat. Sungai dan perahu memberikan bentuk

  • 29

    pedagangan antar penduduk khususnya yang bermukim di tepi dan di lingkungan

    sekitar sungai.

    Keadaan ekowisata sungai Martapura Kota Banjarmasin dewasa ini

    mengalami adanya perkembangan, sungai di Banjarmasin dalam sejarahnya

    hingga saat ini masih menjadi sarana transportasi, hingga kegiatan keseharian

    mereka yang sangat bergantung pada sungai seperti mandi, mencuci pakaian,

    minum dan lainnya. Modal keadaan lingkungan khususnya sungai oleh

    masyarakat Banjar, terlebih masyarakat kota Banjarmasin yang mendapat

    julukan ‘Kota Seribu Sungai’. Pada akhirnya sungai ini menjadi ikon tersendiri

    yang dalam perkembangan budayanya melahirkan pasar terapung yang berada

    di Lok Baintan dan juga Kuin, sekarang pemerintah kota Banjarmasin juga

    membuka pasar terapung yang terletak di kawasan bantaran sungai Martapura

    yang terletak pada daerah kota yaitu daerah Siring Menara Pandang, jalan

    Kapten Piere Tendean, Kelurahan Kampung Gadang, Banjarmasin Tengah.

    Sangat riskan kita mendengar tentang sungai Martapura Kota

    Banjarmasin yang sangat kotor disebabkan oleh perilaku masyarakat yang sering

    membuang sampah sembarangan, membuang limbah rumah tangga ke sungai,

    juga tingkat kepedulian masyarakat yang sangat rendah akan kebersihan sungai.

    Tetapi sekarang dengan berkembangnya wisata-wisata khususnya pemanfaatan

    sungai sebagai sarananya, pemerintah kota Banjarmasin sangat mengharapkan

    tumbuhnya rasa peduli akan lingkungan sekitar mereka, karena kehidupan

    masyarakat Banjar sendiri dengan budaya sungainya terlebih adanya wisata

    pasar terapung sendiri.

  • 30

    Ekowisata yang menjadi fokus sekarang ini adalah pemanfaatan sungai

    baik aliran sungai, bantaran sungai, hingga wilayah sekitar yang dilewati oleh

    aliran sungai sebagai sarana wisata oleh wisatawan dan juga masyarakat.

    Sangatlah penting menjaga keadaan lingkungan khususnya sungai Martapura

    kota Banjarmasin, dengan berfokus pada pengembangan sungai sebagai sarana

    wisata juga untuk mendekatkan masyarakat sebagai sarana edukasi dengan

    lingkungan sekitar mereka, menghindari pembuangan limbah rumah tangga

    (sampah, kotoran dan lainnya) ke sungai, pencegahan pembuangan limbah

    pabrik, hingga pemanfaatan kawasan sekitaran bantaran sungai oleh masyarakat

    baik sebagi tempat tinggalnya ataupun sebagai tempat bercocok tanam padi

    ataupun berkebun seperti limau (jeruk), manggis, rambutan, pisang, kasturi,

    manga dan lainnya banyak terdapat di sekitar aliran sungai Martapura apabila

    melewatinya menggukan klotok kita bisa perhatikan baik sebelum menuju ke

    Pasar Terapung Lok Baintan, ataupun sesudah dari Pasar Terapung Lok Baintan.

    Barang-barang yang didagangkan juga sama dengan apa yang

    diungkapkan oleh acil2 Hasanah (46 tahun), berbagai macam Kata beliau barang

    daganganya rata-rata hasil dari beli dari orang lain dan kemudian di jual kembali

    oleh beliau di pasar terapung seperti buah limau (jeruk), rambutan, asam, kasturi

    dan tempakin. Buah-buah ini sebetulnya jual tergantung musimnya saja seperti

    sekarang musim rambutan. Bukan mebeli dari orang dagangan ibu hasanah juga

    ada yang di bikin ibu sendiri seperi ikan kering yang di mana bilau membuatnya

    2 Acil (Banjar) = bibi, tante (biasanya diperuntukkan perempuan yang lebih tua setara

    dengan orang tua, terlebih biasanya juga untuk menyebutkan ibu-ibu yang berdagang atau

    berjualan).

  • 31

    sendiri dan di jual juga saat di pasae terapung. Yang di mana itu akan menambah

    hasil pendapatkan. Karena kita tahu bahwa buah-buah yang di jual juga

    merupakan hasil dari beli dan kemudian di jual kembali dengan untung yang

    sangat sedikit.

    Sebagai tempat destinasi wisata, banyak dari wisatawan baik lokal

    ataupun mancanegara tertarik untuk datang ke Banjarmasin, melihat bagaimana

    kebudayaan masyarakat Banjar yang sangat kental dengan kehidupan sungainya,

    pasar terapung yang menjadi budaya kehidupan sungai masyarakatnya sendiri

    dengan menggunakan sungai sebagai tempat berdagang mereka, apabila sungai

    sendiri menjadi tercemar maka bisa membuat masyarakat yang menggunakan

    sungai sebagai sarana kehidupan sehari-harinya akan sulit untuk melakukan

    kegiatan sehari-hari.

    Selain dari pada itu wawancara dengan Muthia Sari (25 tahun) wisatawan

    lokal dari luar kota Banjarmasin dan berprofesi sebagai guru, menuturkan

    tentang wisata sungai yang terkenal di Banjarmasin menurutnya adalah Pasar

    Terapung, karena menurutnya wisata tersebut memang khasnya dari

    Banjarmasin, setiap kali tujuan orang jika ingin berwisata sungai pasti selalu

    tujuannya pasar terapung yang dituju setiap subuh hari biasanya yang terletak di

    Lok Baintan.

    Muthia juga mengungkapkan mengenai peran pemerintah terhadap

    wisata sungai Martapura di Banjarmasin ini sudah bagus, karena pemerintah

    sudah membantu mengembangkan potensi wisata sungai disini, hal itu juga

    memberikan dampak yang besar terhadap lapangan pekerjaan, karena peran

  • 32

    pemerintah tersebutlah semua dapat bekerja, seperti paman perahu (klotok) yang

    sekarang tidak sepi lagi, dan juga adanya tambahan pasar terapung di siring, dan

    banyak lagi destinasi yang dibuka oleh pemerintah yang dapat membantu

    perekonomian masyarakat meningkat dengan adanya wisata tersebut. Dia juga

    mengungkapkan tantangan terbesar jaman sekarang menurutnya adalah

    teknologi, karena jaman sekarang orang-orang lebih menikmati gadgetnya

    daripada menikmati alamnya. Dia juga mengatakan bahwa kita harus bisa

    berinovasi terus dan meningkatkan kreativitas untuk mengembangkan potensi

    wisata sungai di Kota Banjarmasin ini, agar kita tidak kalah bersaing dengan

    orang-orang diluar sana yang sekarang juga banyak wisata sungai dibuat seperti

    floating market di Bandung.

    Aulia Rahmawati (17 tahun) wisatawan dari kota Kandangan dan

    sekarang sebagai mahasiswi disalah satu perguruan tinggi di Kota Banjarmasin,

    menuturkan dari hasil wawancara dengannya, keunikan dari kota Banjarmasin

    sendiri memiliki wisata sungai, karena wisata di daerah asalnya sangat berbeda

    sekali, sungai menjadi awalnya pasar terapung dijadikan sekedar pekerjaan

    interaksi jual beli sekarang pasar terapung bisa dijadikan objek wisata kota

    Banjarmasin dan menghasilkan lapangan pekerjaan untuk para pedagang dan

    warga sekitarnya, pada era saat ini tantangan yang dihadapi pada jaman sekarang

    memang sulit karena kita bersaing dengan teknologi, tetapi tidak menutup

    kemungkinan kita juga mampu bersaing, dengan wisata-wisata yang

    menghasilkan lapangan pekerjaan dan tidak kalah bersaingnya dengan

  • 33

    mempertahankan budaya-budaya Banjar yang mengadaptasi dengan era milenial

    sekarang.

    Wawancara dengan Bapak Rudy (51 tahun) seorang tenaga kerja badan

    statistik salah satu pengunjung pasar terapung siring tendean mengungkapkan

    kalau pasar terapung siring tendean merupakan tempat untuk menghibur diri

    dimana saya rutin setiap seminggu sekali, dan kebetulan pasar ini adanya di akhir

    pekan sabtu dan minggu. Biasanya beliau datang ke Pasar Terapung Siring

    Tendean bersama dengan keluarganya, beliau juga menuturkan bahwa ini (Pasar

    Terapung Siring Tendean) adalah merupakan ciri khasnya urang Banjar atau

    lebih tepatnya kita sebagai masyarakat sungai yang memiliki sungai sebagai

    sarana dan prasarana tentu tempat ini sangat bagus, untuk mengajarkan bahwa

    kebudayaan masyarakat Banjar khususnya yang berada di Kota Banjarmasin

    masih sangat lekat dengan kehidupan masyarakat sungainya, maka dari pada itu

    pemerintah luar biasa memanfaatkan sungai sebagai sarana wisata juga edukasi

    kepada para pemudanya.

    Bapak Rudy juga mengatakan "tempat ini bagus, ini ciri kita atau

    khasnya urang kita (Banjar) ". Pasar terapung siring tendean ini sangat banyak

    manfaatnya salah satunya membantu dari sektor perekonomian,"coba lihat,

    disini ada jual beli sehingga mem bantu lagi perekonomian di banua kita" ujar

    rudy. Di pasar terapung ini jua kita bisa mengajari anak cucu kita, dimana

    terdapat buah-buahan khas dari Banjar, tapi jarang terlihat sekarang, sehingga

    banyak yang tidak tau nama buah-buah khas dari Banjar. Bapak Rudy juga

    mengatakan "Jualan yang ada di sini sangat bagus, misal ada kapul, ramania,

  • 34

    bularan dan yang lain, kakanakan wayahni banyak yang kada tahu, nah dipasar

    sini sambil mengajarkan kakanakan akan banyaknya buah khas kita yang perlu

    dikenal karna manfaatnya yang banyak."

    b. Ekonomi Masyarakat Pada Daerah Ekowisata Sungai Martapura Kota

    Banjarmasin

    Berbicara bagaimana tentang ekonomi masyarakat yang terletak di

    sekitar daerah wisata sungai sangatlah dinamis, kita bisa melihat bagaimana

    perkembangan perekonomian warga sekitar tempat wisata sungai ini, seperti

    yang terdapat pada Pasar Terapung Menara Siring Pandang Banjarmasin,

    masyarakat sekitar diberikan akses oleh pemerintah kota Banjarmasin untuk

    membuka usaha seperti membuka warung baik yang menjual makanan khas

    Banjar ataupun lainnya (sebagian tenda disediakan oleh pemerintah kota

    Banjarmasin dan melakukan pembayaran retribusi, biasanya setiap hari sabtu

    dan minggu, karena banyak wisatawan yang datang) sebagian besar dari mereka

    adalah warga Kampung Gadang, Banjarmasin Tengah.

    Perlu diketahui Penjual di pasar terapung tidak tentu menjual hasil

    kebunnya sendiri, kebanyakan mereka menjual hasil penyambangan.

    Penyambangan dilakukan pada pagi petang menjelang adzan subuh secara

    beramai-ramai di dermaga dimana pada saat itu semua yang hendak di jual sudah

    disiapkan dalam keranjang oleh para pemilik kebun. Kemudian siap dibawa ke

    pasar Lok Baintan untuk dijual kepada pengunjung atau wisatawan baik lokal

    ataupun mancanegara.

    Dulunya pasar Lok Baintan merupakan pasar masyarakat untuk

    berbelanja kebutuhan, karena adanya perkembangan pasar Lok Baintan ini

  • 35

    berkembang menjadi tempat wisata berkembang dalam kurun waktu relative

    singkat, serta menarik banyak wisatawan dari luar Kota Banjarmasin. Karena

    keunikannya pasar terapung resmi menjadi satu tempat wisata kota Banjarmasin.

    Bukan hanya hasil kebun yang dijual di pasar terapung, ada kain,

    makanan berat, makanan berat, gorengan, dan wadai-wadai khas Banjar. Bahkan

    ada pula yang keliling meminta sumbangan menggunakan jukung. Meskipun

    sudah menjadi tempat wisata pasar terapung masih mempertahankan eksistensi

    budaya yang ada, acil penjual menggunakan pupur dingin, bermain pantun, dan

    bharter barang pada sebagian penjual, dengan harga yang sama. Penyambangan

    sebagai kebiasaan pun tidak dihilangkan, padahal bisa saja barang dagang

    tersebut diambil dari pasar darat atau tempat lain disiang hari dan lainnya.

    Banyak pedagang dari Pasar Terapung Siring Tendean Banjarmasin

    adalah dari wilayah Lok Baintan dan sekitarnya untuk berjualan di sana. Bagi

    pedagang yang memang sudah diminta Pemerintah untuk berjualan di pasar

    terapung Siring, tidak ada pungutan biaya sama sekali. Tempat yang digunakan

    untuk berjualan pun tidak berpindah-pindah dan para pedagang juga di berikan

    payung besar untuk berjualan namun untuk jukung masih banyak yang

    menggunakan milik pribadi bukan diberikan oleh Pemerintah. Kebanyakan

    pedagang yang berjualan di Siring berasal dari Lok Baintan, dan orang-orang

    yang berjualan sudah di tentukan oleh Pemerintah jadi bagi orang baru yang

    ingin berjualan di pasar terapung Siring tidak bisa. Para pedagang yang berjualan

    diminta KTP (Kartu Tanda Penduduk) mereka untuk didata dan terdaftar sebagai

    pedagang di pasar terapung Siring. Ketika ada acara besar acil-acil yang

  • 36

    berjualan di pasar terapung Siring akan melakukan atraksi jukung yang diminta

    oleh Pemerintah, dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan sendiri oleh

    pemerintah kota Banjarmasin.

    Para pedagang di Pasar Terapung salah satunya adalah Acil Fatimah (40

    tahun) biasa juga dipanggil dengan Acil Ipat dari hasil wawancara dengan beliau

    bahwa barang-barang yang diperjualbelikan antara lain menjual berbagai macam

    buah-buahan, bakul, pupur dingin, hintalu jaruk (telur asin), dan lain-lain

    tersusun diatas jukung. Barang dagangan acil Ipat ada sebagian punya beliau,

    dan sebagian beli di pedagang-pedagang lain yang juga berjualan di pasar

    terapung Lok Baintan, atau biasanya disebut dengan manyambang. Selain

    manjualakan ampun urang, ada jua yang bajualan wadai wan makanan lainnya

    nang kaya nasi kuning wan lainnya lanjut acil Fatimah.

    Selain itu juga dari wawancara dengan acil Salamah (50 tahun),

    komoditas barang-barang yang dijual disana adalah buah-buahan baik dari

    kebun sendiri ataupun menyambang, dengan menggunakan jukung ditarik oleh

    kapal bermesin hingga sampai ke pasar terapung Siring Tendean, Selain

    berjualan di pasar terapung Siring pada hari sabtu dan minggu, acil Salamah juga

    berjualan buah di Sungai Lulut. Berjualan di pasar terapung Siring memiliki

    beberapa peraturan yang sudah di atur oleh pemerintah, pada hari sabtu sore

    boleh berjualan diatas lanting, minggu pagi berjualan di atas jukung dan siang

    harinya kembali lagi ke atas berjualan diatas lanting.

    Pasar terapung siring tendean dimana penjual disana sering disebut

    denga Acil. Salah satu penjual disana bernama Aluh Asiah (57 tahun)

  • 37

    mengungkapkan "bajualan disini banyak acil-acil, aku bajualan disini sudah

    lawas maampat tahunan mulai balum maju sampai rami wayahni". Pasar

    terapung siring tendean ini adanya di hari sabtu dan minggu "kami bajualan hari

    sabtu lawan minggu, biasanya kami bamalam". Acil Aluh Asiah

    mengungkapkan "berjualan di Pasar Terapung Siring Tendean disini lumayan

    haja kulihan, kawa haja maongkosi anak lawan cucu badua" ujar acil aluh.

    Dalam kegiatan jual beli dipasar terapung yang dimana berjualan dalam satu

    minggu cuma di hari sabtu dan minggu bisa menghasilkan penghasilan kurang

    lebih sekitar Rp. 4.000.000,00.- ini lah yang diungkapkan oleh Acil Asiah.

    Wilayah sekitar dari Pasar Terapung Siring Tendean sendiri, sangat

    banyak membantu masyarakat sekitarnya antaralain adanya pemberian izin

    kepada masyarakat sekitar dari kampung Gadang dan Sungai Mesa untuk

    berdagang di tempat yang diberikan izin oleh Pemkot Banjarmasin, akan tetapi

    mereka tidak diperbolehkan untuk berdagang di kawanan khusus pasar

    terapungnya terserbut, karena dikhususkan untuk para pedagang dari Lok

    Baintan yang sudah terdaftar dan diminta khusus oleh pemkot Banjarmasin

    untuk berdagang disana, apabila ada yang memaksa untuk berdagang di area

    khusus tersebut akan ditegur oleh satgas dan relawan yang berafiliasi dengan

    pemkot Banjarmasin, khususnya dengan Dinas Kebudayaan, Pariwisata dan

    Olahraga Kota Banjarmasin.

    c. Peran Pemerintah Kota Banjarmasin dalam Ekowisata Sungai

    Martapura Kota Banjarmasin

    Peran dari pemerintah kota Banjarmasin terhadap pariwisata, khususnya

    terhadap ekowisata berbasis sungai sendiri dalam pemaparan hasil wawancara

  • 38

    dengan Fathul Hadi (45 tahun) yang menjadi Satgas Dinas Kebudayaan,

    Pariwisata dan Keolahragaan Kota Banjarmasin menjelaskan bahwa pemerintah

    kota Banjarmasin sendiri dari tahun 2013 hingga sekarang masih berusaha

    membangkitkan wisata, khususnya yang berkaitan dengan wisata berbasis

    sungai yang juga dimana masyarakat ingin dikenalkan bagaimana aktivitas

    kehidupan masyarakat Banjar yang kesehariannya sangat tergantung kepada

    sungai yang juga menimbulkan kebudayaan sungai pada masyarakat Banjar

    Kuala.

    Kegiatan dari pendayagunaan sungai oleh masyarakat Banjar yang di

    luar kemampuan dari ekosistem sungai pada saat daya tampung akan kunjungan

    yang berlebihan tersebut berdampak terhadap penurunan kualitas sungai baik

    dari kualitas air ataupun keadaan alamnya sekitar dari sungai. Secara sosial,

    pendayagunaan aliran sungai secara mendalam dapat berpengaruh terhadap

    bagaimana kehidupan dari masyarakat lokal saat mendayagunakan aliran sungai

    untuk menyokong aktivitas keseharian mereka.

    Pemerintah pusat melalui Kementrian Pariwisata (Kemenpar) juga

    berupaya mengembangkan ekowisata berbasis sungai dengan mengadakan FGD

    (Forum Discussion Group) di kota Palangkaraya pada 09-11 Mei 20193 kemarin

    dengan sasaran pengembangan ekowisata berbasis sungai baik dari pemerintah

    pusat, pemerintah daerah hingga para stakeholder di daerah wisata tersebut, Isu

    lingkungan Daerah Aliran Sungai (DAS) selalu mengemuka. Sebab, masih

    3 Putri, Nabilla. 01 Mei 2019. Kemenpar Diskusikan Pengembangan Ekowisata Berbasis

    Sungai. Di akses pada laman https://travel.detik.com/travel-news/d-4532330/kemenpar-diskusikan-

    pengembangan-ekowisata-berbasis-sungai

  • 39

    banyak masyarakat yang memiliki kesadaran rendah akan fungsi dan peran

    sungai. Walaupun dalam agenda utamanya untuk wilayah Kalimantan Tengah4.

    Tidak memungkinkan juga daerah sekitarnya khususnya Kalimantan

    Selatan juga ikut berkembang, terlebih kota Banjarmasin yang mendapat julukan

    Kota Seribu Sungai (Thousand River City), The Sustainability Leaders Project

    (SLP) dari Indonesia Ecotourism Network (INDECON), Bapak Ary Suhandi

    mengatakan sungai memiliki multifungsi dan berpotensi besar untuk

    dimanfaatkan bagi kesejahteraan masyarakat yang tinggal di sepanjang sungai

    tersebut.Ary memaparkan, beberapa contoh seperti Pasar Terapung (Floating

    Market). Ini merupakan bagian dari sejarah wisata sungai sebagai salah satu daya

    tarik wisata bagi wisatawan asing maupun domestik. Tahun 2013, Kemenpar

    pernah memberikan perhatian untuk pengembangan wisata susur sungai di

    Banjarmasin, khususnya untuk sungai Martapura dan sungai Barito, serta anak-

    anak sungai lainnya, susur sungai juga menjadi agenda tahunan dari Program

    Studi Pendidikan IPS (PIPS) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan dengan

    sebutan Susuban (Susur Sungai Banjarmasin) untuk memberikan edukasi kepada

    para mahasiswanya tentang potensi wisata kota Banjarmasin, khususnya

    pemanfaatan sungai oleh masyarakat kota Banjarmasin dan sekitarnya yang

    sangat terkenal dengan budaya kehidupan sungainya.

    Menurut bapak Fathul Hadi (45 tahun) untuk mengembangkan

    kebudayaan masyarakat sungai Banjar yang sangat terkenal hingga saat ini

    4 Nasrulhak, Arief. 10 Mei 2019. Pentingnya Menjaga Daerah Aliran Sungai untuk Sarana

    Ekowisata. Di akses pada laman https://travel.detik.com/travel-news/d-4544749/pentingnya-

    menjaga-daerah-aliran-sungai-untuk-sarana-ekowisata

  • 40

    adalah pasar terapung, menjadi ikon Kota Banjarmasin sebagai destinasi wisata

    baik bagi wisatawan local, nasional maupun internasional, pemerintah kota

    Banjarmasin sangat berupaya untuk meningkatkan kedatangan wisatawan ke

    kota Banjarmasin. Senada dengan pernyataan dari Ary Suhandi sebelumnya

    bahwa pemerintah kota Banjarmasin dari tahun 2013 sudah memulai usaha

    untuk mengembangkan sektor pariwisata khususnya memanfaatkan sungai

    sebagai sarananya, mengembangkan budaya masyarakat sungainya dengan

    membuka kembali Pasar Terapung yang berada di tengah kota dengan daerah

    siring menjadi pusat pengembangannya.

    Selain pada pasar terapung, pemerintah kota Banjarmasin juga

    mengembangkan susur sungai, dimana masyarakat diajak untuk menyusuri

    sungai-sungai di kota Banjarmasin, khususnya Sungai Martapura. Dengan tujuan

    tadi untuk mengedukasi kepada masyarakat dan mengenalkan kepada

    masyarakat luas mengenai kebudayaan sungai masyarakat Banjar yang tinggal

    di sekitar sungai Martapura, hingga mengembangkan potensi wisata tersebut,

    dengan focus tersebut juga mengajak masyarakat peduli terhadap sungai sebagai

    lingkungan tempat hidup dan kegiatan sehari-hari mereka.

    Dalam peranan pemerintah Kota Banjarmasin dalam mengembangkan

    potensi wisata khususnya pada wisata sungai Martapura yaitu pasar terapung

    beliau mengungkapkan bahwa pemerintah sudah banyak membantu dalam usaha

    beliau. Lapak dagangan yang beliau tempati itu merupakan lapak gratis yang

    diberikan pemerintah kepada pedagang disana, dan lapak tersebut sudah

    terdaftar dipemerintah, sehingga beliau mengungkapkan jika ada yang

  • 41

    mengambil lapak jualan beliau maka akan ditegur oleh pihak berwajib yang

    mengawasi pasar terapung siring tersebut.

    Bantuan lain yang diberikan oleh pemerintah diungkapkan oleh acil

    Mar’odah (60 tahun), karena beliau sudah merasa cukup karena diberikan lapak

    dagang untuk pekerjaan mereka dan bisa membuat beliau berdagang mencari

    nafkah di pasar terapung Siring Tendean, tetapi jika ada acara-acara yang

    diadakan oleh pemerintah yang melibatkan pedagang pasar terapung tersebut

    pemerintah memberikan bayaran yang cukup untuk kebutuhan beliau.

    Para pedagang yang berada di Pasar Terapung Siring Tendean sendiri

    banyak berasal dari pasar terapung Lok Baintan, dimana para pedagang ini

    diminta langsung oleh Pemkot Banjarmasin untuk datang dan berdagang disana,

    antara lain seperti acil Salamah, acil Fatimah, acil Mar’odah, dan lainnya.

    Mereka yang tidak mendapatkan izin dari pemkot Banjarmasin tidak

    diperbolehkan untuk berdagang di bagian Pasar Terapung Siring Tendean, warga

    sekitarnya yaitu kampong Gadang dan Sungai Mesa kecuali berdagang di bagian

    yang diizinkan oleh Pemkot Banjarmasin. Selain itu dari wawancara dengan para

    wisatawan sendiri memberikan paparan mereka tentang peran pemkot

    Banjarmasin yang sangat luar biasa, menjadikan pasar terapung sebagai destinasi

    wisata yang mudah diakses oleh wisatawan.

    B. Integrasi Ekowisata Sungai Martapura Sebagai Sumber Belajar IPS

    a. Ekologi dan sumber belajar IPS

    Rochgiyanti dkk (2014) menjelaskan mengenai pembelajaran IPS yaitu

    studi sosial yang merupakan kajian terpadu (terintegrasi) dari ilmu-ilmu sosial

  • 42

    dan humaniora untuk mengembangkan kemampuan warganegara. Melalui

    program-program pengajaran di sekolah, studi sosial menyediakan kajian

    sistematik yang bersumber pada berbagai disiplin seperti antropologi, arkelogi,

    ekonomi, sejarah, hokum, filsafat, politik, psikologi, agama dan sosiologi,

    demikian juga bahan-bahan (konten-konten) yang layak bersumber kepada

    humaniora, matematika dan IPA.

    Sumber belajar IPS disini yang akan digunakan adalah Lingkungan

    (Environtment), yaitu tempat bagi para peserta didik belajar, seperti ruangan

    kelas, perpustakaan sekolah ataupun perpustakaan daerah, laboratorium sains,

    masyarakat dan alam sekitar dari para peserta didik. Sumber belajar IPS disini

    adalah bagaimana ekologi menjadi salah satu bagian pokok dalam

    pengembangan sumber belajar IPS pada penelitian ini bisa kita lihat dengan

    adanya pengembangan wisata melalui ekowisata berbasis sungai yang telah

    diterapkan oleh pemerintah kota Banjarmasin.

    Selanjutnya ekologi menurut Sumaatmadja (2005) menjelaskan bahwa

    Secara lebih formal, ekologis adalah studi tentang struktur dan fungsi alam atau

    studi tentang hubungan diantara organisme hidup dan keseluruhan faktor fisikal

    serta biological yang membentuk lingkungannya, yang dimana ekologi berarti

    ilmu tentang makhluk hidup dalam rumahnya yang di mana rumahnya tersebut

    adalah alam lingkungan sekitarnya.

    Ekologi pendidikan, dikutip dari Dian Permata Suri (2006) dalam

    Raharja (2010), adalah sebuah ekosistem pendidikan yang meliputi beberapa

    macam komponen lingkungan anak. Dewasa ini sekolah adalah semata-mata

  • 43

    menjadi satu-satunya komponen dari keberhasilan pendidikan Indonesia. Pada

    dasarnya ekologi pendidikan membeberkan ternyata sekolah bukan menjadi

    satu-satunya komponen keberhasilan dari pendidikan, jadinya dengan harapan

    membawa kontribusi besar pada pendidikan karena bersifat kurikuler. Praksis

    pendidikan berwawasan ekologi diharapkan sebagai segenap aktivitas yang

    dilakukan oleh pelaksana pendidikan yang bisa mempengaruhi hasil dari

    penyelenggaraan pendidikan itu ditinjau dari kondisi keadaan lingkungan

    sekitarnya yang meliputi keluarga, sekolah, masyarakat, daerah dan

    geografisnya, sejarah masyarakatnya, politik negaranya, ilmu dan teknologi di

    sekelilingnya, dan masyarakat globalnya.

    Hungerford & Volk (1991) menyusun sejumlak rancangan utama dari

    ekologi yang krusial untuk disusun kepada peningkatan program pendidikan

    lingkungan. Pengembangan mengenai rancangan ini diharapkan dapat

    membantu individu terhadap lingkunganya seperti tidak buta huruf atau mampu

    membaca, yang dimana bahwa si individu ini mampu dan cakap dalam

    mengambil keputusan terhadap lingkungan sekitarnya yang konsisten dengan

    baik kualitas kehidupan manusianya ataupun juga mampu mempunyai

    sinergisitas terhadap kualitas sama baiknya dari lingkungan sekitar dari individu

    tersebut. Berikut adalah konsepsi mengenai program tersebut:

    a. Individu dan populasi.

    b. Interaksi dan saling ketergantungan.

    c. Pengaruh lingkungan dan faktor pembatas.

    d. Aliran energi dan siklus gizi.

    e. Komunitas dan konsep ekosistem.

    f. Homeostasis.

    g. Suksesi.

    h. Manusia sebagai anggota ekosistem.

  • 44

    i. Implikasi ekologi pada kegiatan manusia dan masyarakat.

    Pemahaman akan ekologis ini mampu menjadi bagian terpenting dalam

    tujuan pendidikan. Pendidikan diharuskan mampu membangun peserta didik

    yang mempunyai pendidikan yang memiliki karakter dan kesadaran tentang

    alam atau lingkungan, bukan diarahkan supaya mereka ini mendapatkan

    pendidikan menjadi peserta didik yang pragmatismaterialis, dan berpengaruh

    pada terbentuknya pola-pola yang terjebak dalam kekacauan pemikiran

    pembangunan yang keliru (maldevelopment) dengan memandang alam sebagai

    obyek semata, mekanistis, tercerai-berai, terpisah dari manusia lainya sehingga

    mudah dipengaruhi dan diperas keadaan alam mereka.

    b. Integrasi Ekowisata Sebagai Sumber Belajar IPS

    Sumber belajar IPS dengan memanfaatkan ekowisata sungai Martapura

    Kota Banjarmasin adalah dengan penguatan pada pembelajaran IPS berbasis

    pada ekologi, mengedepankan materi-materi tentang lingkungan, harapan

    dengan berpacu pada menumbuhkan nilai peduli lingkungan pada diri peserta

    didik di sekolah. Selain itu ekowisata sungai Martapura ini juga dikembangkan

    dengan adanya pasar terapung sendiri menjadi pengembangan materi ajar IPS

    dalam basis budaya masyarakat, ini juga bisa dimasukkan ke dalam materi kuliah

    pendidikan IPS sebagai sumber belajar pada materi kuliah Manusia, Tempat dan

    Lingkungan, Kehidupan Masyarakat Sungai, Masyarakat dan Kebudayaan

    Banjar dan lainnya.

    Dikutip dari Yunansah (2017) melain itu juga dengan pengembangan

    berbaasis ecopedagody pada pembelajaran diharapkan bisa mengembangkan

  • 45

    wawasan ekologi dalam pembelajaran IPS di sekolah, mengenai ekopedagogi

    Secara terminologi mengenai ekopedagogik (ecopedagogy) bermula dari dua

    buah kata, yaitu ekologi (ecology) yang memempunyai makna ilmu yang

    menganalisa mengenai kaitan antara makhluk hidup dan lingkungan sekitarnya,

    dan pedagogik (pedagogy) yang bermakna ilmu pendidikan, baik secara teoritis

    maupun praksis yang didasarkan pada nilai-nilai filosofis. Berdasarkan tinjauan

    tersebut, maka dapat dipahami, bahwa ekopedagogik merupakan sebuah

    pendekatan untuk membangun kesadaran ekologi, berdasarkan refleksi kritis

    atas kondisi kehidupan yang yang tidak sesuai dengan harapan, guna

    membangun masa depan kehidupan yang lebih baik. Pada pemikiran mengenai

    ekopedagogik adalah sebuah manuver dengan orientasi menuju masa yang akan

    datang “demi memajukan mengenai pemahaman yang cakap terhadap potensi

    yang hebat manusia dan demi meningkatkan kesamarataan dalam bidang sosial

    disegenap penjuru dunia nantinya akan memunculkan kesadaran-kesadaran pada

    masyarakat dunia terhadap pentingnya ekoliterasi kritis (kesadaran akan

    lingkungan secara serius)”.

    Mengenai pemahaman tersebut memiliki kedekatan dengan konsep yang

    dijelaskan oleh Nana Supriatna (2016) dia menganggap bahwa ekopedagogi

    sebagai manuver manusia kembali ke alam lingkungan dengan menelaah

    kembali nilai-nilai yang terdapat pada warisan budaya mengenai pelestarian

    alam dan lingkungan sekitar dari peserta didik. Nana Supriatna (2016) juga

    menambahkan mengenai ecopedagogy “In an ecopedagogical setting, society

    development is important to hinder industrialism and forestall abuse of common

  • 46

    assets. For this situation, ecopedagogy can be considered as an enemy of

    commercialization development planned to counteract or diminish industrialism

    degree. The decrease of commercialization may decidedly influence the misuse

    of assets of the planet. Utilization decrease will diminish emanation or waste

    that may sully the earth.”

    Ekowisata adalah wisata ke wilayah yang mempunyai kondisi alam yang

    seimbang, tidak terkontaminasi limbah-limbah. Bersandar pada kegiatan dari

    individu-individu untuk mengenal alam sekitar mereka maka kegiatan ekowisata

    ini sangat cocok untuk belajar bagi para peserta didik, selain itu juga Heimstra

    (1978), menjelaskan bahwa dengan mendatangi tempat wisata adalah salah satu

    cara pembentukan karakter diri manusia yang baik, membentuk personalitas

    secara sosial yang dapat menguatkan peserta didik agar bisa meningkatkan

    teamwork (kerjasama), meningkatkan potensi untuk prestasi mereka.

    Muhaimin (2015) memberikan penekanan dalam metode belajar dengan

    prinsip belajar dari alam dengan melakukan eksplorasi fakta-fakta lingkungan

    hidup di sekitar. Siswa belajar langsung berbagai permasalahan lingkungan

    hidup disekitarnya dengan melakukan investiga lapangan (inkuiri) yang dapat

    menumbuhkan kesadaran dan kepedulian lingkungan hidup nyata. Raharja

    (2010) menambahkan dengan menyelenggarakan pengajaran alam sekitar,

    mengembangkan sikap kritis dan peduli lingkungan pada para siswa,

    memelihara lingkungan, serta memanfaatkan lingkungan sebagai sumber

    belajar. Pendidikan ekologis dapat dilakukan dengan pendekatan karakter

  • 47

    ekologis, yang mampu menyentuh sisi psikologis manusia dalam hubungannya

    dengan alam dan lingkungannya.

    Martinho dkk (2010) sebagai warga negara yang baik untuk mengajar

    nilai-nilai dan praktik-praktik yang tepat untuk prestasi keberlanjutan melalui

    perubahan-perubahan perilaku-perilaku pribadi, menjadi warga negara yang

    bertanggungjawab terhadap lingkungan; berdisiplin yang “baik”, berperilaku

    “hijau”, dan lebih banyak menekankan hak-hak lingkungan. Selanjutnya Dobson

    (2010) menyatakan “perilaku pro-lingkungan, secara publik dan pribadi,

    digerakkan oleh suatu keyakinan keadilan terhadap distribusi dari kebaikan-

    kebaikan lingkungan, dalam partisipasi dan mengkreasi bersama kebijakan

    berkelanjutan.”

    Pembelajaran IPS yang bersifat Tematik ini menjadikan ekowisata bias

    dimasukkan pada Materi Kelas VII Semester 2, salah satunya memasukkan pada

    Interaksi Manusia dengan Lingkungan Sekitar dengan pembagian subbab

    materi sebagai berikut:

    • Hakikat Interaksi Manusia dan Lingkungan

    • Sosialisasi sebagai Bentuk Hubungan Antarkomponen Lingkungan

    • Lingkungan Alam Akibat Aktivitas Manusia

    • Lingkungan Ekonomi Akibat Aktivitas Manusia

    • Lingkungan Sosial Budaya Akhibat Aktivitas Manusia

    Aktivitas manusia dengan berbagai aktivitas manusia, khususnya dengan

    adanya kegiatan ekowisata sungai Martapura kota Banjarmasin, menggunakan

    sungai sebagai media wisata juga mengajarkan kepada peserta didik untuk

    melestarikan lingkungan sekitar. Melihat dari pemanfaatan ekowisata ini

    dengan mengedepankan kegiatan masyarakat juga di mana akhirnya perpaduan

  • 48

    antara lingkungan masyarakat sungai Banjar dengan budaya masyarakat Banjar

    salah satunya yaitu muncul pasar terapung baik yang muncul dari kegiatan

    ekonomi mereka ataupun yang akhirnya dari pemerintah kota Banjarmasin

    dengan membuat tempat khusus mengajak para pedagang dari Lok Baintan

    yang juga terdapat Pasar Terapung ke Siring Tendean. Peserta didik diajak

    untuk bagaimana melihat harmonisasi antara manusia dengan lingkungan

    sekitar, mengedepankan bagaimana lingkungan harus dijaga, dilestarikan dan

    dimanfaatkan.

    Disamping itu juga ekowisata ini juga mengajarkan kepada para peserta

    didik untuk mengedepankan konsepsi kesadaran lingkungan pada peserta didik,

    dengan pemanfaatan ekowisata ini juga menjadi salah satu bagaimana

    lingkungan dimanfaatkan menjadi sumber belajar IPS, dengan berpaku pada

    interaksi manusia dengan lingkungannya, ekowisata mengajarkan kepada para

    peserta didik bagaimana mencintai lingkungan, khususnya peserta didik untuk

    menjaga sungai sebagai tempat kehidupan sehari-hari masyarakat Banjar.

    Materi Kelas VII Semester 2, juga Keragaman Sosial dan Budaya

    Indonesia, khususnya pada subbab Keragaman Budaya sebagai Aset

    Perekonomian Bangsa Indonesia, berfokus pada pasar terapung sebagai aset

    kebudayaan masyarakat Indonesia, khususnya pada masyarakat Banjar,

    perkembangan perekonomian mereka yang mengedepankan potensi budaya ini

    dikembangkan oleh pemerintah kota Banjarmasin, mengembangkan potensi

    budaya dan menjaganya menjadikan peserta didik harus membantu

    perkembangan pasar terapung tersebut.

  • 49

    BAB V

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    1. Ekowisata yang terdapat di Kota Banjarmasin adalah yang menggunakan

    sungai sebagai sarana lingkungan yang tonjolkan oleh pemerintah,

    kebanyakan dari masyarakat Kalimantan Selatan mengenal wisata berbasis

    lingkungan di Banjarmasin adalah Sungai Martapura, yang juga terdapat

    pasar terapung baik yang berada di Lok Baintan, Kabupaten Banjar ataupun

    Pasar Terapung Siring Tendean, Kota Banjarmasin, baik pemerintah ataupun

    para relawan yang bergerak untuk melestarikan sungai sebagai sarana wisata

    di Banjarmasin. Terlepas dari itu potensi ekowisata berbasis sungai di

    Banjarmasin juga mengedukasikan kepada masyarakat bahwa sungai