laporan penelitian pemanfaatan ekowisata sungai …eprints.ulm.ac.id/8242/1/5. pemanfaatan ekowisata...
TRANSCRIPT
-
LAPORAN PENELITIAN
PEMANFAATAN EKOWISATA SUNGAI MARTAPURA KOTA
BANJARMASIN SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS
Oleh :
Ketua:
Prof. Dr. Ersis Warmansyah Abbas, M.Pd. (0007065605)
Anggota:
Muhammad Adhitya Hidayat Putra, M.Pd.
Muhammad Rezky Noor Handy, M.Pd.
Noorya Tasya Febrylia Witari Hadi
Anggie Riska Agustina Abdurrahim
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPS
BANJARMASIN
2020
-
ii
LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL PENELITIAN
PEMANFAATAN EKOWISATA SUNGAI MARTAPURA KOTA
BANJARMASIN SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS
1. Program Studi : Pendidikan IPS
2. Fakultas : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Alamat : Jl. Brigjen H. Hasan Basry Banjarmasin
Telpon : 0511-3304914
Fax : 0511-3304914
Email : ips.fkip.unlam.ac.id
3. Koordinator Program Studi : Prof. Dr. Ersis Warmansyah Abbas, M.Pd.
4. Ketua Pelaksana : Prof. Dr. Ersis Warmansyah Abbas, M.Pd.
5. Anggota : Muhammad Adhitya Hidayat Putra, M.Pd.
Muhammad Rezky Noor Handy, M.Pd.
Noorya Tasya Febrylia Witari Hadi
Anggie Riska Agustina
Abdurrahim
6. Biaya : Rp 20.000.000 (Dua Puluh Lima Juta
Rupiah)
7. Sumber Dana : DIPA (PNBP) FKIP ULM 2019
Banjarmasin, Januari 2020
Mengetahui,
Dekan FKIP ULM Ketua Pelaksana,
Dr. Chairil Faif Pasani, M.Si Prof. Dr. Ersis Warmanysah Abbas, M.Pd.
NIP. 19650808 199303 1 003 NIP. 19560607 198303 1 002
Menyetujui,
Ketua Lemabaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat,
Prof. Dr. Ir. Danang Biyatmoko, M.Si
NIP. 19680507 199303 1 0020
-
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kepada Allah S.W.T karena atas Berkat dan Rahmat
Nya penelitian telah rampung dalam waktu yang ditetapkan. Penelitian ini berjudul
“PEMANFAATAN EKOWISATA SUNGAI MARTAPURA KOTA
BANJARMASIN SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS” yang bertujuan untuk
1) Mendeskripsikan tentang ekowisata Sungai Martapura Kota Banjarmasin dan 2)
Mendeskripsikan pembelajaran IPS berbasis ekologi dari ekowisata sungai
Martapura Kota Banjarmasin, dengan diintergrasikan sebagai sumber pembelajaran
IPS.
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (FKIP) Universitas Lambung Mangkurat dan semua pihak yang telah
mendukung dan memfasilitasi penelitian ini baik dari segi materiil dan teknis.
Penelitian ini tentu masih memiliki berbagai kekurangan dalam beberapa hal.
Demikian, diperlukan saran dan kritik yang membangun.
Banjarmasin, Januari 2020
Peneliti
-
iv
ABSTRAK
Sungai sebagai salah satu dari bentuk ekosistem dengan potensi besar untuk
digunakan sebagai tempat wisata untuk menarik turis lokal maupun turis
mancanegara sendiri ke Indonesia. Peningkatan dari sector pariwisata sungai
sendiri dengan ekosistem sungai yang mempunyai pesona yang sangat tinggi
sehingga progress dan kapasistas dari sektor wisata di Indonesia sebagai tempat
rekreasi untuk keluarga terutama dalam wisata alam ataupun ekowisata. karena
wisata menjadi salah satu penyumbang dari devisa negara terbesar hingga sekarang
ini, khususnya tujuan penelitian ini tentang potensi wisata lingkungan dengan
ekowisata di kota Banjarmasin dengan sungai Martapura sebagai sarananya.
Tujuan penelitian mendeskripsikan tentang ekowisata Sungai Martapura Kota
Banjarmasin dan Mendeskripsikan pembelajaran IPS berbasis ekologi dari
ekowisata sungai Martapura Kota Banjarmasin, dengan diintergrasikan sebagai
sumber pembelajaran IPS. Pendekatan kualitatif digunakan dalam penelitian.
Teknik pengumpulan data meliputi; wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Analisis data dimulai dari reduksi, penyajian, dan verifikasi data.
Hasil Penelitian dideskripsikan: 1) tentang ekowisata Sungai Martapura Kota
Banjarmasin yang banyak diketahui oleh masyarakat Banjar adalah sungai dan
Pasar Terapung yang menggunakan sungai sebagai media tempat jual-beli yang
membantu peningkatan perekonomian masyarakat sekitar, sungai juga menjadi
saran transportasi masyarakat Banjar, pemerintah juga dalam tahap berusaha
menggunakan media sungai sebagai ikon kota seribu sungai dengan pasar terapung
Siring Tendean yang menjadi primadonanya; 2) mengintegrasikan pembelajaran
IPS melalui sarana ekowisata Sungai Martapura Kota Banjarmasin, dengan berbasis
pada ekologi memasukkan konten kearifan lokal dalam pembelajaran IPS sehingga
memudahkan para gudu di sekolah karena pembelajaran IPS yang bersifat tematik.
Kata Kunci: Ekowisata, Sungai Martapura, Sumber Belajar IPS
-
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL PENELITIAN ...................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
ABSTRAK ..................................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................. v
BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Penelitian .............................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 3
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 5
A. Wisata .................................................................................................. 5
a. Sungai ................................................................................................. 6
b. Ekowisata ............................................................................................ 7
B. Sumber Belajar IPS .............................................................................. 9
BAB III. METODE PENELITIAN ............................................................. 13
A. Pendekatan Penelitian .......................................................................... 13
B. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 14
C. Objek Penelitian ................................................................................... 14
D. Subjek Penelitian .................................................................................. 14
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 15
F. Instrumen Penelitian ............................................................................ 17
G. Keabsahan Data .................................................................................... 18
H. Teknik Analisis Data ............................................................................ 18
I. Uji Keabsahan Data .............................................................................. 20
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ 23
A. Ekowisata Sungai Martapura Kota Banjarmasin ................................ 25
a. Ekowisata Sungai Martapura Kota Banjarmasin ............................. 25
b. Ekonomi Masyarakat Pada Daerah Ekowisata Sungai Martapura
Kota Banjarmasin ................................................................................ 34
c. Peran Pemerintah Kota Banjarmasin dalam Ekowisata Sungai
Martapura Kota Banjarmasin .............................................................. 37
B. Integrasi Ekowisata Sungai Martapura Kota Banjarmasin Sebagai
Sumber Belajar IPS .............................................................................. 41
a. Ekologi dan Sumber Belajar IPS ...................................................... 41
b. Integrasi Ekowisata Sebagai Sumber Belajar IPS ........................... 44
-
vi
BAB V. PENUTUP ......................................................................................... 49
A. Kesimpulan ......................................................................................... 49
B. Saran ..................................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 51
DAFTAR NARASUMBER .......................................................................... 53
LAMPIRAN ................................................................................................... 54
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sungai sebagai salah satu dari bentuk ekosistem dengan potensi besar
untuk digunakan sebagai tempat wisata untuk menarik turis lokal maupun turis
mancanegara sendiri ke Indonesia. Peningkatan dari sector pariwisata sungai
sendiri dengan ekosistem sungai yang mempunyai pesona yang sangat tinggi
sehingga progress dan kapasistas dari sektor wisata di Indonesia sebagai tempat
rekreasi untuk keluarga terutama dalam wisata alam ataupun ekowisata. karena
wisata menjadi salah satu penyumbang dari devisa negara terbesar hingga
sekarang ini. Dikutip menurut Richard Khan (2010) dalam Dasman (2015)
Pendidikan terus-menerus terkait erat dengan ruang dan waktu dimana relasi
antara manusia dengan lingkungan alam mendapat tempatnya secara nyata.
Terminologi Richard Khan, manusia yang adalah homo sapiens menyadari diri
sebagai homo ecologicus terus mentranformasi diri melalui pendidikan sebagai
homo educans.
Menurut Toynbee (1935) dalam Supriatna (2016) melihat kondisi
seperti demikian merupakan cerminan dari konsep Challenge and Respons.
Pada teori-teori yang diungkapkan makhluk hidup yaitu manusia senantiasa
berusaha bagaimana mereka mempertahankan hidup dengan tindakan-tindakan
yang dapat mereka lakukan dari tantangan alam yang mereka hadapi. Pada
dasarnya sanggahan yang rendah akan apa yang dihadapi manusia maka
hasilnya juga sama rendahnya, tetapi sebaliknya sanggahan yang tinggi akan
-
2
tantangan dan tidak adanya kemauan untuk maju kedepan sendiri maka akan
punahlah peradaban manusia itu sendiri akibat tidak adanya kemauan untuk
mempertahankan eksistensinya. Manusia sebagai makhluk sosial sendiri ini
yang sifatnya selalu bergerak maju kedepan untuk mempertahankan diri mereka
dari tantangan alam yang selalu berubah-ubah.
Menurut Prideaux & Cooper (2009) dalam Aulia (2017) dari
penggunaan fungsi sungai yang mendalam dan padat khususnya dalam
eksploitasi aliran sungai yang berlebihan, ditakutkan bakal sangat berdampak
besar akan kelangsungan dari ekosistem sungai itu. Kegiatan dari
pendayagunaan yang di luar kemampuan dari ekosistem sungai pada saat daya
tampung akan kunjungan yang berlebihan tersebut berdampak terhadap
penurunan kualitas sungai baik dari kualitas air ataupun keadaan alamnya
sekitar dari sungai. Secara sosial, pendayagunaan aliran sungai secara
mendalam dapat berpengaruh terhadap bagaimana kehidupan dari masyarakat
lokal saat mendayagunakan aliran sungai untuk menyokong aktivitas
keseharian mereka.
Hingga sekarang, cara peningkatan potensi wisata untuk mengurangi
beban sungai dari kegiatan sehari-hari masyarakat yang memanfaatkan sungai
tetapi lebih kearah eksploitasi alam khususnya sungai berupa membuang
sampah sembarangan hingga membuang kotoran di sungai yang mengakibatkan
munculnya virus e-coli (Escherichia coli), hingga saat ini masih belum
maksimal dilakukan karena keterbatasan data dan informasi. Pengembangan
yang mungkin bisa dilakukan adalah antara lain: observasi terhadap hewan dan
-
3
tanaman, pencarian potensi-potensi kawasan tinggal dan kebun-kebun punya
masyarakat, atau bentuk wisata edukatif yang bermanfaat lainnya yang
dilakukan di sepanjang aliran sungai.
Sungai Martapura di Kota Banjarmasin adalah salah satu sumber daya
alam yang saat ini telah dimanfaatkan dalam perjalanan sejarahnya sebagai
sarana transportasi masyarakat, sarana perdagangan, kegiatan sehari-hari
seperti mandi, buang air dan lainnya, sehingga menjadi salah satu potensi wisata
yang bisa dikembangkan oleh pemerintah Kota Banjarmasin ataupun
masyarakat Banjarmasin sendiri, potensi kehidupan masyarakat yang banyak
menggunakan sungai juga bisa menjadikan ini sebagai salah satu langkah yang
bisa dilakukan oleh pemerintahan Kota Banjarmasin untuk mengembangkan
sektor pariwisata khususnya berkaitan dengan ekowisata dan bisa menjadi
bagian dari pembelajaran lingkungan dan ekologi di sekolah-sekolah dengan
kearifan lokal.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana ekowisata sungai Martapura Kota Banjarmasin?
2. Bagaimana pemanfaatan ekowisata sungai Martapura Kota Banjarmasin
sebagai sumber belajar IPS?
C. Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan tentang ekowisata Sungai Martapura Kota
Banjarmasin.
-
4
2. Mendeskripsikan pembelajaran IPS berbasis ekologi dari ekowisata
sungai Martapura Kota Banjarmasin, dengan diintergrasikan sebagai
sumber pembelajaran IPS.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat memberikan manfaat baik yang bersifat teoritis
maupun yang bersifat praktis.
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber referensi untuk penelitian
lebih lanjut mengenai pembelajaran yang efektif dengan memanfaatkan
wisata-wisata yang berada di sekitar.
2. Manfaat praktis
a. Sebagai pengetahuan bagi masyarakat umumnya dan akademsi
khususnya mengenai pembelajaran IPS berbasis ekologi dengan
ekowisata kota Banjarmasin sebagai sumber belajar.
b. Bagi pemerintah kota Banjarmasin sebagai informasi tentang potensi-
potensi ekowisata sungai Martapura Kota Banjarmasin, khususnya
dalam pengembangan wisata-wisata kota Banjarmasin yang terkenal
dengan wisata sungainya.
-
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Wisata
Menurut UU Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 menjelaskan
tentang kegiatan wisata adalah aktivitas kunjungan manusia baik secara
individu maupun secara grup untuk menuju tempat tertentu bertujuan tamasya,
mengeksplorasi dari daerah wisata, peningkatan potensi diri dan lainnya baik
dalam waktu yang singkat ataupun dalam jangka waktu yang pendek dalam
kegiatan wisata tersebut.
Fennell (2008) there is no acknowledged definition of what comprises the
[tourism] business; any definition risks either overestimating or thinking little
of financial action. At its least complex, the industry is one that gets individuals
from their home to elsewhere (and back), and which gives cabin and
nourishment to them while they are away. However, that doesn't get you far.
For instance, if every one of the offers of eateries were considered travel and
the travel industry, the figure would be artificially inflated by deals to local
people. However, to reject all eatery deals would be similarly as deceiving.
Proceeds from before Mathieson and Wall (1982) at Fennell (2008), who
consider the travel industry to be containing three fundamental components:
(1) a unique component, which includes travel to a chose goal; (2) a static
component, which includes a stay at the goal; and (3) a weighty component,
coming about because of the over two, which is worried about the
consequences for the financial, social and physical subsystems with which the
-
6
visitor is legitimately or in a roundabout way in contact. Others, including Mill
and Morrison, define the travel industry as an arrangement of interrelated parts.
The framework is 'like a bug catching network's – contact one piece of it and
resonations will be felt all through' (Mill and Morrison 1985: xix). Incorporated
into their travel industry framework are four sections, including Market
(arriving at the commercial center), Travel (the acquisition of movement
items), Destination (the state of movement request) and Marketing (the selling
of movement). Berkaitan dengan berbagai macam wisata yang terkait salah
satunya adalah mengenai ekowisata atau lebih dikenal dengan nama
ecotourism.
A. Sungai
Ahira (2011) menjelaskan sungai adalah air alami yang berjalan
dengan jalur mengikuti keadaan kontur tanah bergerak menuju ke samudera,
danau-danau, lautan atau kesungai yang lain. Dalam beberapa studi, sebuah
sungai secara sederhana mengalir menembus ke dalam tanah sebelum
menemukan sumber air utama lainnya saat mereka menembus tanah
tersebut. Sungai menjadi salah satu media yang sering menjadi lanjutan air
hujan yang turun ke darat hingga mengalir ke lautan ataupun danau yang
menjadi tempat menampung air dengan skala besar.
Sungai sendiri terbagi atas beberapa bentuk, diawali dengan sumber
air yang menkeluar lalu menuju ke anak sungai. Kemudian sebagian besar
dari anak sungai tersebut akan menciptakan sungai besar atau sungai utama.
Aliran air ini pada dasarnya akan membentuk saluran dasar dan tebing juga
-
7
bantaran sungai pada kedua sisinya. Pada ujung dari sungai saat bertemu
dengan bibir laut itu dinamai dengan muara sungai. Kegunaan dari sungai
adalah untuk pertanian khususnya sistem irigasi, sebagai sumber air minum,
sebagai tempat penampungan dari air hujan dan juga limbah dari berbagai
macam seperti limbah rumah tangga, limbah home industry, limbah pabrik
dan lainnya, hingga pada akhirnya sungai sendiri sangat berpotensi besar
dijadikan sebagai tempat wisata berbasis sungai.
Normelani (2016) River is one of the important ecosystem in
Kalimantan Island. The ecological function of river has been describes by
numerous authors. The roles of river can be classified into three basic
categories namely rivers as natural resources as habitat for biota, a media
for connectivity, energy, materials, and organisms exchange, and an
geomorphical agent for change and disturbance. Rivers ecosystem
contributes significantly in the high level of biodiversity in Kalimantan
Island, especially aquatic biodiversity. Rivers also maintain wet
environment of Kalimantan’s land which area crucial for numerous plant
species.
B. Ekowisata (Eco-tourism)
Definisi ekowisata atau eco-tourism yang pertama diperkenalkan
oleh organisasi The Ecotourism Society (1990) “Ecotourism is a form of
travel to natural area conducted with the aim to conserve the environment
and preserve the life and well-being of the local population. Originally
ecotourism done by tourists, nature lovers who want a in the tourist
-
8
destination remains intact and sustainable, in addition to the culture and
welfare of the people remain awake”.
Kelanjutan dari ekowisata saat ini mengembang disebabkan sangat
disenangi oleh para wisatawan. Wisatawan yang mau menuju tempat yang
lebih natural, sehingga menghasilkan usaha-usaha dari masyarakat
setempat. Ekowisata kemudian didefinisikan sebagai berikut: Ecotourism is
a new form of travel responsibility to natural area and an adventure which
can create the tourism industry (Eplerwood, 1999). Kedua pernyataan
tersebut bahwa kegiatan ekowisata dunia dewasa ini sangat berkembang
dengan cepat. Kenyataannya sebagian tujuan wisata alam dari taman
nasional Indonesia sukses ketika mengembangkan sektor ekowisata.
The International Ecotourism Society (TIES) at Honey (2008), TIES
the world’s first ecotourism organization, the meaning of ecotourism:
"Dependable travel to characteristic zones that saves the environment and
improves the prosperity of neighborhood individuals". Ecotourism is ofter
professed to be the most quickly extending division of the travel industry,
yet when its development is estimated, ecotourism is regularly lumped
together with nature, untamed life, and experience the travel industry. Truth
be told, ecotourism ought to be seen as particular from these different
classifications. Nature the travel industry includes travel to pristine spots to
involvement and appreciate nature. It normally includes moderate and safe
types of activity, for example, climbing, biking, cruising, and outdoors.
Untamed life the travel industry includes travel to watch creatures, fowls,
-
9
and fish their local territories. Experience the travel industry is nature the
travel industry with a kick: it requires physical expertise and continuance
(rope climbing, remote ocean jumping, bicycling, or kayaking) and includes
a level of hazard taking, regularly in the little-diagrammed landscape.
Though nature, untamed life, and experience traveler, ecotourism is
characterized too by a set of rules that incorporate its advantages to both
preservation and individuals in the host nation, "genuine ecotourism,"
composes visit administrator Kurt Kutay, "Is more than movement to
appreciate or acknowledge nature".
B. Sumber Belajar IPS
Pendidikan IPS Menurut Sapriya (2012) Ilmu Pengetahuan Sosial
atau IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di tingkat
sekolah dasar dan menengah yang meliputi disiplin ilmu-ilmu sosial seperti
tata negara, sosiologi, antropologi, ekonomi, sejarah, dan geografi. Di
tingkat pendidikan dasar, IPS merupakan mata pelajaran yang berdiri
sendiri sebagai integrasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu sosial,
humaniora, sains bahkan berbagai isu masalah sosial kehidupan. Ciri khas
dari IPS sebagai mata pelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah adalah sifat terpadu (integrated) dari sejumlah mata pelajaran
dengan tujuan agar mata pelajaran ini lebih bermakna bagi peserta didik
sehingga pengorganisasian materi/bahan pelajaran disesuaikan dengan
lingkungan, karakteristik, dan kebutuhan siswa.
-
10
Menurut Suwarma Al Muchtar (2015) mengemukakan bahwa
sumber daya belajar perlu dilakukan transformasi sikap dan perilaku dari
kebiasaan menggunakan sumber daya belajar terbatas pada buku pelajaran
sebagai satu-satunya sumber kepada penggunaan aneka media, dari
kebiasaan tatap muka di kelas kearah optimalisasi sumber daya belajar yang
ada dilingkungan sekolah dan peserta didik, perlu dibudayakan menjadikan
masyarakat sebagai sumber media belajar.
Jenis-jenis sumber belajar IPS menurut AECT (1977), antara lain
sebagai berikut:
1. Sumber belajar yang sudah disusun: seluruh sumber yang secara
spesifik telah dikembangkan sebagai bagian perintah untuk
memberikan kemudahan dalam belajar yang terorganisir dan
bersifat resmi, juga disusun demi kepentingan pembelajaran yang
akan dilaksanakan, seperti penyediaan buku-buku teks pembelajaran
bagi peserta didik, multimedia dan juga lainnya.
2. Sumber belajar karena kegunaannya: Sumber belajar yang tidak
secara spesifik dibentuk demi kepentingan pembelajaran umum
peserta didik. Akan tetapi dapat dipraktikkan dan digunakan demi
keperluan belajar-mengajar juga memiliki implikasi terhadap
sumber-sumber belajar yang nanti dimanfaatkan oleh peserta didik.
Teknis penggunaannya memadai dengan berbagai unsur-unsur:
tujuan pengajaran, bahan belajar, karakteristik peserta belajar, dan
kemudahan dalam menggunakan bahan belajar.
-
11
Definisi Sumber belajar secara luas dapat diartikan sebagai buku
atau bahan ajar dalam bentuk cetak lainnya, seperti jurnal ilmiah, koran,
buletin, majalah, dan lain-lain. Selanjutnya definisi sumber belajar secara
khusus, adalah sumber belajar dimaknai sebagai segala jenis sarana
pembelajaran yang dapat memaparkan pesan yang bisa didengarkan
menggunakan indera pengdengaran (audio) maupun yang dapat dilihat oleh
indera penglihatan peserta didik (visual) saja, bisa juga gabungan dari
keduanya yaitu audio-visual seperti video sebagai sumber belajar, dengan
unsur-unsur sumber belajar IPS sebagai berikut:
1. Pesan (Message), yaitu keterangan yang ada pada sumber belajar yang
mempunyai arti.
2. Orang (People), yaitu komponen-komponen yang secara langsung atau
tidak langsung berpartisipasi pada jalannya pembelajaran.
3. Bahan (Material), yaitu hal-hal yang memerlukan alat untuk ditampilkan,
seperti peta dunia, diorama dan lainnya.
4. Peralatan (Tools), yaitu seluruh instrumen yang dimanfaatkan untuk
menyokong proses pembelajaran dikelas, seperti Tape Recorder, Over Head
Projector dan lainnya.
5. Teknik (Technique), yaitu semua langkah, metode dan strategi yang
digunakan untuk mngungkapkan makna dalam pembelajaran demi bisa
diterima dengan baik oleh masyarakat luas dengan efektif dan efisien.
-
12
6. Lingkungan (Environtment), yaitu tempat bagi para peserta didik belajar,
seperti ruangan kelas, perpustakaan sekolah ataupun perpustakaan daerah,
laboratorium sains, masyarakat dan alam sekitar dari para peserta didik.
-
13
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Moleong (2004) ditilik dari berbagai macam bentuk data-data, maka
strategi yang digunakan penelitian yang nantinya akan dilakukan pada saat
dalam penelitian adalah pendekatan kualitatif. Akan halnya yang menjadi
implikasi dengan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk
memahami berbagai kejadian tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian
secara menyeluruh, dan melalui cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan
bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan
berbagai metode ilmiah. Adapun bentuk pendekatan penelitian ini adalah
deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk
menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data.
Jenis penelitian deskriptif kualitatif yang digunakan pada penelitian ini
dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai aktivitas-aktivitas yang
dilaksanakan di Siring Sungai Martapura Kota Banjarmasin, disamping itu juga
menelusuri bantaran sungai Martapura juga beberapa destinasi wisata yang
berada di Sungai Martapura, termasuk pasar terapung Lok Baintan, Kecamatan
Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan. Selain itu,
dengan pendekatan kualitatif diharapkan dapat diungkapkan situasi
pembelajaran di masyarakat secara holistik (menyuluruh).
-
14
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian tentang aktivitas masyarakat pada obyek wisata sungai yang
dilaksanakan di sekitar pinggiran siring sungai Martapura, Menara Siring
Pandang Jalan Kapten Pierre Tendean, hingga juga mungkin melakukan
wawancara dengan beberapa instansi pemerintah Kota Banjarmasin dan
menuju Pulau Kembang dilaksanakan di tepian Sungai Martapura Kota
Banjarmasin. Kegiatan penelitian ini dimulai sejak diterima pengajuan
proposal penelitian serta surat ijin penelitian, yaitu bulan Oktober s.d.
Desember 2019.
C. Objek Penelitian
Menurut Sugiyono (2014) pokok penelitian dapat dikonkretkan menjadi
situasi sosial penelitian yang ingin diketahui apa yang terjadi di dalamnya. Pada
obyek penelitian ini, peneliti dapat mengamati secara mendalam aktivitas
(activity) orang-orang (actors) yang ada pada tempat (place) tertentu. Obyek
dari penelitian ini adalah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Banjarmasin,
masyarakat Kota Banjarmasin, wisatawan Pasar Terapung Lok Baintan dan
Pasar Terapung Siring Menara Pandang Banjarmasin.
D. Subjek Penelitian
Dikutip dari Arikunto (2004) Subjek penelitian merupakan sumber-
sumber data yang dimintai informasinya sesuai dengan masalah-masalah
penelitian. Mengenai apa yang menjadi tendensi sumber-sumber data pada
penelitian adalah subjek berasal dari mana data-data tersebut didapatkan.
Kemudian selanjutnya, bagaimana mendapatkan data-data yang tepat maka
-
15
perlu diperjelas akan informan yang memiliki kompetensi yang sesuai dengan
kebutuhan data (purposive).
E. Teknik Pengumpulan Data
Burhan (2003), memaparkan tentang metode dari pengumpulan data-data
adalah “menggunakan cara apa dan bagaimana data-data tersebut
dimanfaatkan setelah dihimpun sampai pada hasil akhir dari penelitian dapat
disuguhi informasi yang sah (valid) dan dapat diandalkan (reliable).
Suharsimi Arikunto (2002), dengan konsep yang sama yaitu “langkah-langkah
dalam pelaksanaan penelitian adalah beraneka ragam langkah yang
dilaksanakan oleh peneliti pada saat menghimpun data penelitiannya”.
Langkah-langkah tersebut adalah observasi, wawancara, dan studi
dokumentasi. Berikut paparan setiap langkah pengumpulan data:
1. Observasi
Observasi yang dilakukan oleh peneliti untuk menghimpun data yang
bisa digunakan dengan sifat penelitian karena mengadakan pengamatan
secara langsung atau disebut pengamatan terlibat dimana peneliti juga
menjadi instrumen atau alat dalam penelitian sehingga peneliti harus mencari
data sendiri dengan terjun langsung atau mengamati dan mencari langsung
ke beberapa informan yang telah ditentukan sebagai sumber data. Metode
observasi tersebut peneliti memilih jenis observasi partisipatif adalah
observasi yang sekaligus melibatkan diri selaku orang dalam pada situasi
tertentu. Hal ini agar mempermuudahkan peneliti dalam mendapatkan data
atau informasi dengan mudah dan leluasa. Peneliti sudah melakukan
-
16
observasi lapangan pada Pasar Terapung Lok Baintan dan Pasar Terapung
Menara Siring Pandang Banjarmasin.
2. Wawancara
Wawancara adalah cara menghimpun bahan keterangan yang dilakukan
dengan tanyajawab secara lisan secara sepihak berhadapan muka, dan dengan
arah serta tujuan yang telah ditetapkan. Terdapat beberapa kelebihan
penghimpunan data melalui metode wawancara, antara lain pewawancara bisa
melakukan kontak langsung dengan orang-orang yang mungkin mengetahui
sumber ataupun data yang diperlukan dalam penelitian, data diperoleh secara
komprehensif, bisa mengungkapkan isi hatinya secara lebih luas, pertanyaan
yang tidak jelas bisa ditanyakan kembali dan diarahkan yang lebih bermakna
(Moleong, 2004). Wawancara dilaksanakan dengan intensif dan tidak
terstruktur kepada subjek-subjek dari penelitian dengan pedoman wawancara
yang telah disusun. Peneliti sudah melakukan wawancara dengan para
pedagang Pasar Terapung baik yang berada di Lok Baintan dan juga Pasar
Terapung Menara Siring Pandang Banjarmasin, wisatawan yang mengunjungi
pasar terapung dan juga Satgas Sadar Wisata dari Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kota Banjarmasin.
3. Studi Dokumentasi
Menurut Arikunto (2009) penggunaan metode dokumentasi ini
bertujuan mengumpulkan data-data yang berupa buku, suluh, majalah, jurnal
ilmiah, babad, prasasti, notulen hasil rapat, artikel-artikel dan lainnya. Studi
dokumentasi adalah langkah dari penghimpunan data-data menggunakan
-
17
warisan-warisan dalam bentuk tulisan terutama berupa arsip-arsip penting dan
termasuk teori-teori dalam buku-buku, pernyataan yang berkaitan dari
masalah pada penelitian.
Dokumentasi dilakukan oleh peneliti dengan mengambil foto terhadap
obyek-obyek yang diperlukan oleh peneliti seperti dokumentasi terhadap para
pedagang di pasar terapung Lok Baintan dan Menara Siring Pandang, selain
itu juga transkrip hasil wawancara dengan para naras umber.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian kualitatif adalah si peneliti itu sendiri. Penelitian
diharuskan mempunyai kemampuan pada saat melakukan pengumpulan dari
data-data berupa tingkahlaku dari penampkan yang nyata pada sumber data,
melakukan pencatatan terhadap hasil sumber data tanpa harus menambahkan
dari tafsiran pemikiran sendiri, pendapat dan pandangan dari pemikiran
sendiri. Sengan dibantu instrumen lain yaitu seperti pedoman wawancara dan
pedoman dari observasi lapangan. Penelii yang menjadi instrumen utama
karena hanya peneliti yang bisa bertindak sebagai alat ada dan responsif
terhadap keadaan nyata dari penelitian tersebut karena bersifat rumit.
Moleong (2004) Peneliti adalah penyusun, penghimpun data penelitian,
penelaah, pengulas data-data penelitian, peneliti juga merupakan yang
menyampaikan dari hasil penelitian mereka sendiri. Pengertian instrumen atau
perangkat penelitian menjadi segalanya dan keseluruhan proses penelitian.
Instrumen penelitian ditujukan sebagai perangkat pengumpulan data. Unsur-
unsur yang umum d a r i manusia sebagai instrumen penelitian mencakup segi
-
18
kepekaan dari peneliti, mampu menempatkan diri, memfokuskan diri pada
integritas, mengasakan diri sendiri atas pengetahuan, memproses dan
merekapitulasi selain menggunakan berbagai peluang yang tidak lazim atau
idiosinkratik.
G. Keabsahan Data
Burhan (2001) dalam penelitian kualitatif mencari kebenaran yang
objektif. Oleh sebab itu keabsahan data dalam berbagai penelitian kualitatif itu
sangat penting. Melalui keabsahan data kredibilitas (kepercayaan) penelitian
kualitatif bisa berhasil. Penelitian ini untuk mendapatkan keabsahan data
dilakukan dengan cara triangulasi. Triangulasi adalah teknik pengecekkan
mengenai keabsahan data yang menggunakan berbagai bentuk lain di luar data-
data tersebut demi kepentingan pengecekan atau sebagai pembeda dari data
tersebut. Dalam memenuhi keabsahan data penelitian ini dilakukan triangulasi
dengan sumber. Patton berpendapat dalam Sugiyono (2014), triangulasi
menggunakan sumber dengan tujuan membandingkan dan mlihat kembali
tingkat kepercayaan dari informasi yang telah didapatkan melalui waktu dan
alat yang berbagai macam bentuknya yang terdapat pada penelitian kualitatif.
Triangulasi menggunakan sumber yang dilaksanakan pada penelitian ini yaitu
membandingkan hasil dari wawancara terhadap berbagai dokumen-dokumen
yang saling berkaitan satu dengan lainnya.
H. Teknik Analisis Data
Mulyana (2001) menjelaskan penelitian ini adalah penelitian deskriptif,
dengan lebih banyak bersifat uraian dari hasil wawancara dan studi
-
19
dokumentasi. Data-data yang dihasilkan pada saat pengumpulan data,
berikutnya olah melalui analisis secara kualitatif serta dijabarkan kedalam
bentuk deskriptif. Analisis data adalah proses mengatur urutan data,
mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan uraian dasar. Definisi
tersebut memberikan gambaran tentang betapa pentingnya kedudukan analisis
data dilihat dari segi tujuan penelitian. Prinsip pokok penelitian kualitatif adalah
menemukan teori dari data. Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah menggunakan langkah-langkah seperti yang
dikemukakan oleh Burhan Bungin (2003), yaitu sebagai berikut:
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data, diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-
catatan tertulis di lapangan. Reduksi dilakukan sejak pengumpulan data dimulai
dengan membuat ringkasan, mengkode, menelusur tema, membuat gugus-
gugus, menulis memo dan sebagainya dengan maksud menyisihkan
data/informasi yang tidak relevan.
2. Penyajian Data (Data Display)
Penyajian (display) data-data yang bertujuan untuk mempermudah peneliti
pada saat melihat keterangan-keterangan secara menyeluruh ataupun pada
komponen-komponen tertentu dari penelitian tersebut, yaitu penyajian data-
data yang sudah didapatkan dan direduksi tersebut ditampilkan dalam bentuk
deskripsi-deskripsi melalui tulisan pada pembahasan hasil lapangan.
-
20
3. Verifikasi (Conclution Drawing and Verification)
Verifikasi data dilaksanakan dengan berkelanjutan sepanjang proses
penelitian berlangsung yaitu dengan memasuki lokasi penelitian dan selama
pada saat proses pengumpulan data-data di lapangan (lokasi penelitian), peneliti
berupaya menganalisa dan mencari makna dari data-data yang telah terkumpul
tersebut dengan mencari pola, tema, hubungan persamaan, hal-hal yang sering
muncul, hipotesis, dan lain sebagainya yang nantinya akan dituangkan dalam
kesimpulan yang masih bersifat tentative, akan tetapi dengan bertambah data-
data melalui proses verifikasi yang berlangsung terus menerus, maka akan
diperoleh kesimpulan yang bersifat “grounded”, bisa diartikan dengan kata lain
setiap kesimpulan senantiasa terus dilakukan verifikasi selama penelitian
tersebut berlangsung.
I. Uji Keabsahan Data
Uji keabsahan data dalam Penelitian ini menggunakan uji kredibilitas data
(validitas internal) antara lain dilakukan dengan:
Triangulasi dapat diartikan sebagai penelaahan data-data yang didapatkan
dari berbagai sumber dengan berbagai langkah dan cara, dan waktu. Menurut
Sugiyono (2014) triangulasi terbagi menjadi tiga yaitu triangulasi sumber,
triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu. Triangulasi sumber, artinya
untuk mengkaji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang
telah diperoleh melalui beberapa sumber. Data tersebut dideskripsikan,
dikategorisasikan, mana pandangan yang sama, yang berbeda, dan mana
spesifik dari tiga sumber data tersebut. Data yang telah dianalisis oleh peneliti
-
21
sehingga menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan
(member check) dengan tiga sumber data tersebut.
Triangulasi sumber yang dilakukan oleh peneliti adalah pengecekan data-
data yang didapatkan dengan data informan atau narasumber yang berbeda-
beda namun dengan data sumber yang sama yaitu pedoman wawancara seperti
informan pertama, kedua, ketiga dan keempat diberi pertanyaan yang sama.
Triangulasi teknik, artinya untuk mengkaji integritas keaslian dan
keabsahan dari sumber-sumber data dengan dilakukan dengan cara
mencocokkan data dari berbagai sumber-sumber yang sama ataupun berbeda
menggunakan teknik lain untuk kepastian data yang akan digunakan. Misalnya
data diperoleh dengan wawancara, lalu diperiksa menggunakan teknik
pengamatan (observasi), studi dokumentasi terhadap berbagai macam arsip.
Jika ketiga teknik pengujian kredibilitas data tersebut, menghasilkan data yang
berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber
data yang bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data mana yang
dianggap benar. Atau barangkali semuanya benar, disebabkan perspektif dari
si narasumber tersebut berlainnya satu dengan lainnya.
Triangulasi waktu, artinya waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas
akan data yang didapatkan. Ketika kerangka pengujian kredibilitas data dapat
dilaksanakan menggunakan langkah-langkah melakukan identifikasi terhadap
hasil dari wawancara, pengamatan atau proses lain saat pengumpulan data
dalam waktu juga keadaan yang tidak sama persis. Apabila hasil uji
menghasilkan data-data yang berlainnya satu dengan lainnya, oleh sebab itu
-
22
akan dilaksanakan secara terus-menerus sampai batasan kejenuhan didapatkan
kejelasan terhadap datanya. Triangulasi juga bisa menggunakan langkah
memeriksa hasil-hasil penelitian, dari kelompok peneliti lain yang diberikan
arahan utuk melakukan penghimpunan data-data.
-
23
BAB IV
HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN
Desa Lok Baintan yang terdapat di provinsi Kalimantan Selatan pada
Kecamatan Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar, daerah ini sangat terkenal dengan
wisata alam berbasis sungai dengan kebudayaan sungai masyarakat Banjar yaitu
Pasar Terapung Lok Baintan, selain itu juga melakukan penelitian di tempat wisata
pasar terapung modern yang terletak pada Kawasan Siring Menara Pandang, Jalan
Pierre Tendean, Kecamatan Banjarmasin Tengah, Kota Banjarmasin.
Desa Lok Baintan bisa ditempuh dengan menggunakan transportasi darat
ataupun air lewat sungai Martapura yang bertujuan langsung pada wisata pasar
terapung tradisional dengan masyarakat yang bermata pencaharian sebagai petani
juga pedagang pada pasar terapung tersebut atapun melakukan penyambangan hasil
bumi, sedangkan kawasan Siring Menara Pandang bisa dituju lewat jalur darat
menggunakan transportasi darat, sebagai tempat wisata yang menggunakan sungai
ataupun bantaran sungai, masyarakatnya banyak mendapatkan keuntungan
ekonomi dari hasil perdagangan dari para wisatawan, dengan tujuan memanfaatkan
sungai sebagai sumber belajar IPS berbasis lingkungan.
Untuk menuju ke lokasi Pasar Terapung Siring dinilai cukup mudah bagi
para pengunjung ataupun wisatawan yang datang ke Banjarmasin. Karena letaknya
yang strategi yaitu langsung berada di pusat kota. Hanya berjarak kurang lebih 5
kilometer dari gedung perkantoran pemerintah Kota Banjarmasin. Dan tepat
berseberangan dengan lokasi titik 0 (nol) kilometer Kota Banjarmasin. Terdapat
empat pintu masuk untuk wisatawan atau yang akan berkunjung ke Kota
-
24
Banjarmasin, yaitu dengan tersedianya bandara internasional yang berjarak kurang
lebih 20 kilometer dari pusat Kota Banjarmasin, terdapat Pelabuhan Trisakti yang
berjarak kurang lebih 10 kilometer, adanya terminal “Pal 6” untuk trayek antarkota
dan antarprovinsi yang berjarak kurang lebih 10 kilometer dari pusat kota, serta
akses jalan raya dengan kondisi jalan yang layak dilalui untuk menunjang akses
darat dan beberapa disediakan pula akses sungai yang melayani rute dalam kota
untuk tujuan pariwisata, Pasar terapung Siring ramai ketika hari sabtu dan minggu,
hari sabtu berjualan mulai jam 12.00 – 00.00 dan hari minggu mulai dari jam 05.00
– 12.00. ketika berjualan dari hari sabtu sampai hari minggu.
Ekowisata sepanjang sungai Martapura baik yang berada di Kota
Banjarmasin hingga hulu sungainya yang menuju ke Kabupaten Banjar, terdapat
wisata yang menggunakan sungai sebagai tempat berlangsungnya kegiatan
destinasi dan kunjungan terhadap pasar terapung yang terletak di Lok Baintan
dengan budaya berdagang di atas sungai, sungai yang menjadi jalur wisata ini
sangatlah kuat dengan budaya masyarakat Banjar, khususnya yang berada di Kota
Banjarmasin ini. Berbeda halnya dengan pemanfaatan sungai sebagai objek wisata
di Kota Banjarmasin yang berfokus pada pasar terapung modern yang terdapat di
kawasan wisata Menara Siring Pandang, para pedagang pasar terapung di sini.
Bertujuan awal terhadap edukasi kepada masyarakat bahwa sungai
Martapura ini menjadi wisata alam yang lebih bermanfaat terhadap masyarakat
luas. Manfaat yang dimaksudkan adalah edukasi-edukasi mengenai keadaan
lingkungan yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk melakukan kegiatan
ekonomi yang juga menarik minat dari para wisatawan untuk datang dan juga
-
25
membantu keadaan ekonomi masyarakat sekitarnya. Selain itu dengan
menggunakan implikasi ekologi terhadap kegiatan yang dilakukan oleh manusia
dan juga masyarakat, yang dimana pada sungai Martapura ini masyarakat
sekitarnya menggunakan sebagai tempat jual beli juga transportasi menggunakan
sungai, dengan kegiatan tersebut sehingga muncullah pasar terapung khususnya di
desa Lok Baintan.
Langkah berikutnya adalah yang nantinya akan dilakukan adalah mengenai
hasil penelitian ini sebagai sumber belajar IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial),
mengintergrasikannya sebagai sumber belajar bagi peserta didik, baik sebagai
materi pembelajaran di sekolah menengah pertama (SMP) dan sederajat. Data-data
yang telah dikumpulkan nantinya diolah kembali dengan mengedepankan konsep-
konsep yang mungkin bisa dimasukkan kedalam materi ajar berbasis lingkungan
juga kearifan lokal masyarakat Banjar.
A. Ekowisata Sungai Martapura
a. Ekowisata Sungai Martapura Kota Banjarmasin
Normelani (2016) memberikan penjelasan mengenai sungai sebagai daya
Tarik wisata yaitu dengan pengembangan sungai sebagai daya tarik wisata harus
mengikuti prinsip ekologi dan sosial. Karena sungai merupakan ekosistem dan
habitat yang rapuh bagi masyarakat yang wilayahnya bergantung pada sungai.
Pemanfaatan sungai secara berkelanjutan sebagai daya tarik wisata mengikuti
tiga prinsip pembangunan, yaitu mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi dan
lingkungan dalam pengembangan sungai. Pengembangan sungai sebagai daya
tarik wisata harus mengikuti prinsip ekologi dan sosial. Karena sungai
-
26
merupakan ekosistem dan habitat yang rapuh bagi masyarakat yang wilayahnya
bergantung pada sungai. Pemanfaatan sungai secara berkelanjutan sebagai daya
tarik wisata mengikuti tiga prinsip pembangunan, yaitu mempertimbangkan
aspek sosial, ekonomi dan lingkungan dalam pengembangan sungai.
Menurut Idwar Saleh (1991) proses sejarah dalam perjalanan
pembentukan khas kebudayaan sungai kelompok Banjar ini adalah akibat
lingkungan alam Kalimantan Selatan yang penuh sungai, adaptasi lingkungan
oleh tiap kelompok, sifat masyarakat yang datang dari generasi ke generasi dan
kejiwaan grup yang dimunculkan sejarahnya. Kebudayaan masyarakat
Kalimantan Selatan khususnya Urang Banjar yang tinggal di Banjarmasin adalah
kebudayaan sungai dimana hampir segala aktifitas masyarakatnya berlangsung
di atas sungai, dimana terlihat sampai sekarang masih bergeraknya
perekonomian masyarakat dengan Pasar Terapung baik yang di Muara Kuin
ataupun di Lok Baintan, selain itu juga aktifitas transportasi sungai dengan
menggunakan jukung atau disebut perahu.
Budaya masyarakat Banjar khususnya Urang Banjar Kuala1 adalah
Budaya sungai, Urang Banjar yang sejak dari zaman Kerajaan Dipa
menggunakan jalur air sebagai sarana ekonomi, transportasi dan lainnya. Lambat
laun kebudayaan ini mulai terusik ketika di mulainya pembangunan darat di
Kalimantan. Kota Banjarmasin yang dijuluki sebagai Kota Seribu Sungai, sudah
menjadi ciri khasnya dengan banyaknya sungai-sungai baik yang besar ataupun
1 Urang Banjar Kuala adalah masyarakat Banjar yang mendiami sekitar daerah
Banjarmasin, Martapura, Banjarbaru, Marabahan dan sekitarnya.
-
27
kecil yang mengalir.Konsep kebudayaan yang dilahirkan oleh masyarakat
Banjar karena lingkungan sekitarnya ini menghasilkan kebudayaan air
khususnya sungai dari keadaan morfologi tempat tinggalnya. Salah satu hasil
dari kebudayaan sungai ini adalah Pasar Terapung atau Pasar Apung di atas
sungai Martapura yang salah satunya berada di kota Banjarmasin di daerah
Muara Kuin, Pasar Terapung adalah pasar yang dimana para pedagangnya
melakukan aktivitas perdagangannya dengan menggunakan perahu atau jukung,
ataupun kelotok baik sebagai alat transportasi menuju tempat berkumpul
ataupun sarana mengangkut barang dagangan, selain itu jukung-jukung itu juga
digunakan para wisatawan lokal ataupun mancanegara menuju pasar dari
pelabuhan-pelabuhan seperti masjid Sultan Suriansyah ataupun didepan Makam
Sultan Suriansyah daerah Pangeran, sekarang terdapat pasar terapung yang
disiapkan oleh pemerintah kota Banjarmasin didaerah Banjarmasin Tengah yaitu
pada Jalan Kapten Pierre Tendean.
Konsep kebudayaan yang dilahirkan oleh masyarakat Banjar karena
lingkungan sekitarnya ini menghasilkan kebudayaan air khususnya sungai dari
keadaan morfologi tempat tinggalnya. Salah satu hasil dari kebudayaan sungai
ini adalah Pasar Terapung atau Pasar Apung di atas sungai Martapura yang salah
satunya berada di kota Banjarmasin di daerah Muara Kuin, Pasar Terapung
adalah pasar yang dimana para pedagangnya melakukan aktivitas
perdagangannya dengan menggunakan perahu atau jukung, ataupun kelotok baik
sebagai alat transportasi menuju tempat berkumpul ataupun sarana mengangkut
barang dagangan, selain itu jukung-jukung itu juga digunakan para wisatawan
-
28
lokal ataupun mancanegara menuju pasar dari pelabuhan-pelabuhan seperti
masjid Sultan Suriansyah ataupun didepan Makam Sultan Suriansyah daerah
Pangeran.
Ideham (2015) menjelaskan tentang keterampilan membuat perahu-
perahu tradisional, kemudi, Kapal bermotor merupakan sebuah teknologi
pelayaran tradisional dan modern yang dimana merupakan memang keahlian
orang-orang yang berbudayakan tinggal di daerah perairan (sungai, laut ataupun
danau), sampai tahun 1950-an keahlian dalam keluarga Kampung Tambak Bitin,
Nagara, Kabupaten Hulu Sungai Selatan menghasilkan perahu-perahu dalam
jenis dan bentuk sesuai dengan keperluannya: transportasi manusia (tambangan),
maupun transportasi barang-barang dagangan dan hasil-hasil pertanian (parahan,
babanciran, perahu gundul, undaan, pangkuh, bagiwas). Perahu-perahu yang
dikayuh atau ditajak tenaga manusia ini.
Teknologi yang masuk sejak tahun 1950-an itu, memekanis alat-alat
transportasi sungai. Renovasi mesin pompa air menjadi mesin kelotok,
menyisihkan banyak dari perahu-perahu tradisional tersebut. Ahli-ahli perahu
Nagara ini, kemudian melanjutkan bakat dan keterampilan mereka ke industri
perkapalan bermotor. Badan kapal-kapal motor yang menjelajahi pesisir,
maupun yang laik laut yang menghubungkan pulau ke pulau, kapal-kapal
nelayan laut, dibuat di galangan-galangan di tepi-tepi Sungai Antasan-bagi yang
tonase kecil, Sungai Martapura, Sungai Alalak, Sungai Barito bagi yang lebih
besar. Mesin-mesin pengerak masih didatangkan dari luar. Budaya sungai masih
mendominasi cara hidup masyarakat. Sungai dan perahu memberikan bentuk
-
29
pedagangan antar penduduk khususnya yang bermukim di tepi dan di lingkungan
sekitar sungai.
Keadaan ekowisata sungai Martapura Kota Banjarmasin dewasa ini
mengalami adanya perkembangan, sungai di Banjarmasin dalam sejarahnya
hingga saat ini masih menjadi sarana transportasi, hingga kegiatan keseharian
mereka yang sangat bergantung pada sungai seperti mandi, mencuci pakaian,
minum dan lainnya. Modal keadaan lingkungan khususnya sungai oleh
masyarakat Banjar, terlebih masyarakat kota Banjarmasin yang mendapat
julukan ‘Kota Seribu Sungai’. Pada akhirnya sungai ini menjadi ikon tersendiri
yang dalam perkembangan budayanya melahirkan pasar terapung yang berada
di Lok Baintan dan juga Kuin, sekarang pemerintah kota Banjarmasin juga
membuka pasar terapung yang terletak di kawasan bantaran sungai Martapura
yang terletak pada daerah kota yaitu daerah Siring Menara Pandang, jalan
Kapten Piere Tendean, Kelurahan Kampung Gadang, Banjarmasin Tengah.
Sangat riskan kita mendengar tentang sungai Martapura Kota
Banjarmasin yang sangat kotor disebabkan oleh perilaku masyarakat yang sering
membuang sampah sembarangan, membuang limbah rumah tangga ke sungai,
juga tingkat kepedulian masyarakat yang sangat rendah akan kebersihan sungai.
Tetapi sekarang dengan berkembangnya wisata-wisata khususnya pemanfaatan
sungai sebagai sarananya, pemerintah kota Banjarmasin sangat mengharapkan
tumbuhnya rasa peduli akan lingkungan sekitar mereka, karena kehidupan
masyarakat Banjar sendiri dengan budaya sungainya terlebih adanya wisata
pasar terapung sendiri.
-
30
Ekowisata yang menjadi fokus sekarang ini adalah pemanfaatan sungai
baik aliran sungai, bantaran sungai, hingga wilayah sekitar yang dilewati oleh
aliran sungai sebagai sarana wisata oleh wisatawan dan juga masyarakat.
Sangatlah penting menjaga keadaan lingkungan khususnya sungai Martapura
kota Banjarmasin, dengan berfokus pada pengembangan sungai sebagai sarana
wisata juga untuk mendekatkan masyarakat sebagai sarana edukasi dengan
lingkungan sekitar mereka, menghindari pembuangan limbah rumah tangga
(sampah, kotoran dan lainnya) ke sungai, pencegahan pembuangan limbah
pabrik, hingga pemanfaatan kawasan sekitaran bantaran sungai oleh masyarakat
baik sebagi tempat tinggalnya ataupun sebagai tempat bercocok tanam padi
ataupun berkebun seperti limau (jeruk), manggis, rambutan, pisang, kasturi,
manga dan lainnya banyak terdapat di sekitar aliran sungai Martapura apabila
melewatinya menggukan klotok kita bisa perhatikan baik sebelum menuju ke
Pasar Terapung Lok Baintan, ataupun sesudah dari Pasar Terapung Lok Baintan.
Barang-barang yang didagangkan juga sama dengan apa yang
diungkapkan oleh acil2 Hasanah (46 tahun), berbagai macam Kata beliau barang
daganganya rata-rata hasil dari beli dari orang lain dan kemudian di jual kembali
oleh beliau di pasar terapung seperti buah limau (jeruk), rambutan, asam, kasturi
dan tempakin. Buah-buah ini sebetulnya jual tergantung musimnya saja seperti
sekarang musim rambutan. Bukan mebeli dari orang dagangan ibu hasanah juga
ada yang di bikin ibu sendiri seperi ikan kering yang di mana bilau membuatnya
2 Acil (Banjar) = bibi, tante (biasanya diperuntukkan perempuan yang lebih tua setara
dengan orang tua, terlebih biasanya juga untuk menyebutkan ibu-ibu yang berdagang atau
berjualan).
-
31
sendiri dan di jual juga saat di pasae terapung. Yang di mana itu akan menambah
hasil pendapatkan. Karena kita tahu bahwa buah-buah yang di jual juga
merupakan hasil dari beli dan kemudian di jual kembali dengan untung yang
sangat sedikit.
Sebagai tempat destinasi wisata, banyak dari wisatawan baik lokal
ataupun mancanegara tertarik untuk datang ke Banjarmasin, melihat bagaimana
kebudayaan masyarakat Banjar yang sangat kental dengan kehidupan sungainya,
pasar terapung yang menjadi budaya kehidupan sungai masyarakatnya sendiri
dengan menggunakan sungai sebagai tempat berdagang mereka, apabila sungai
sendiri menjadi tercemar maka bisa membuat masyarakat yang menggunakan
sungai sebagai sarana kehidupan sehari-harinya akan sulit untuk melakukan
kegiatan sehari-hari.
Selain dari pada itu wawancara dengan Muthia Sari (25 tahun) wisatawan
lokal dari luar kota Banjarmasin dan berprofesi sebagai guru, menuturkan
tentang wisata sungai yang terkenal di Banjarmasin menurutnya adalah Pasar
Terapung, karena menurutnya wisata tersebut memang khasnya dari
Banjarmasin, setiap kali tujuan orang jika ingin berwisata sungai pasti selalu
tujuannya pasar terapung yang dituju setiap subuh hari biasanya yang terletak di
Lok Baintan.
Muthia juga mengungkapkan mengenai peran pemerintah terhadap
wisata sungai Martapura di Banjarmasin ini sudah bagus, karena pemerintah
sudah membantu mengembangkan potensi wisata sungai disini, hal itu juga
memberikan dampak yang besar terhadap lapangan pekerjaan, karena peran
-
32
pemerintah tersebutlah semua dapat bekerja, seperti paman perahu (klotok) yang
sekarang tidak sepi lagi, dan juga adanya tambahan pasar terapung di siring, dan
banyak lagi destinasi yang dibuka oleh pemerintah yang dapat membantu
perekonomian masyarakat meningkat dengan adanya wisata tersebut. Dia juga
mengungkapkan tantangan terbesar jaman sekarang menurutnya adalah
teknologi, karena jaman sekarang orang-orang lebih menikmati gadgetnya
daripada menikmati alamnya. Dia juga mengatakan bahwa kita harus bisa
berinovasi terus dan meningkatkan kreativitas untuk mengembangkan potensi
wisata sungai di Kota Banjarmasin ini, agar kita tidak kalah bersaing dengan
orang-orang diluar sana yang sekarang juga banyak wisata sungai dibuat seperti
floating market di Bandung.
Aulia Rahmawati (17 tahun) wisatawan dari kota Kandangan dan
sekarang sebagai mahasiswi disalah satu perguruan tinggi di Kota Banjarmasin,
menuturkan dari hasil wawancara dengannya, keunikan dari kota Banjarmasin
sendiri memiliki wisata sungai, karena wisata di daerah asalnya sangat berbeda
sekali, sungai menjadi awalnya pasar terapung dijadikan sekedar pekerjaan
interaksi jual beli sekarang pasar terapung bisa dijadikan objek wisata kota
Banjarmasin dan menghasilkan lapangan pekerjaan untuk para pedagang dan
warga sekitarnya, pada era saat ini tantangan yang dihadapi pada jaman sekarang
memang sulit karena kita bersaing dengan teknologi, tetapi tidak menutup
kemungkinan kita juga mampu bersaing, dengan wisata-wisata yang
menghasilkan lapangan pekerjaan dan tidak kalah bersaingnya dengan
-
33
mempertahankan budaya-budaya Banjar yang mengadaptasi dengan era milenial
sekarang.
Wawancara dengan Bapak Rudy (51 tahun) seorang tenaga kerja badan
statistik salah satu pengunjung pasar terapung siring tendean mengungkapkan
kalau pasar terapung siring tendean merupakan tempat untuk menghibur diri
dimana saya rutin setiap seminggu sekali, dan kebetulan pasar ini adanya di akhir
pekan sabtu dan minggu. Biasanya beliau datang ke Pasar Terapung Siring
Tendean bersama dengan keluarganya, beliau juga menuturkan bahwa ini (Pasar
Terapung Siring Tendean) adalah merupakan ciri khasnya urang Banjar atau
lebih tepatnya kita sebagai masyarakat sungai yang memiliki sungai sebagai
sarana dan prasarana tentu tempat ini sangat bagus, untuk mengajarkan bahwa
kebudayaan masyarakat Banjar khususnya yang berada di Kota Banjarmasin
masih sangat lekat dengan kehidupan masyarakat sungainya, maka dari pada itu
pemerintah luar biasa memanfaatkan sungai sebagai sarana wisata juga edukasi
kepada para pemudanya.
Bapak Rudy juga mengatakan "tempat ini bagus, ini ciri kita atau
khasnya urang kita (Banjar) ". Pasar terapung siring tendean ini sangat banyak
manfaatnya salah satunya membantu dari sektor perekonomian,"coba lihat,
disini ada jual beli sehingga mem bantu lagi perekonomian di banua kita" ujar
rudy. Di pasar terapung ini jua kita bisa mengajari anak cucu kita, dimana
terdapat buah-buahan khas dari Banjar, tapi jarang terlihat sekarang, sehingga
banyak yang tidak tau nama buah-buah khas dari Banjar. Bapak Rudy juga
mengatakan "Jualan yang ada di sini sangat bagus, misal ada kapul, ramania,
-
34
bularan dan yang lain, kakanakan wayahni banyak yang kada tahu, nah dipasar
sini sambil mengajarkan kakanakan akan banyaknya buah khas kita yang perlu
dikenal karna manfaatnya yang banyak."
b. Ekonomi Masyarakat Pada Daerah Ekowisata Sungai Martapura Kota
Banjarmasin
Berbicara bagaimana tentang ekonomi masyarakat yang terletak di
sekitar daerah wisata sungai sangatlah dinamis, kita bisa melihat bagaimana
perkembangan perekonomian warga sekitar tempat wisata sungai ini, seperti
yang terdapat pada Pasar Terapung Menara Siring Pandang Banjarmasin,
masyarakat sekitar diberikan akses oleh pemerintah kota Banjarmasin untuk
membuka usaha seperti membuka warung baik yang menjual makanan khas
Banjar ataupun lainnya (sebagian tenda disediakan oleh pemerintah kota
Banjarmasin dan melakukan pembayaran retribusi, biasanya setiap hari sabtu
dan minggu, karena banyak wisatawan yang datang) sebagian besar dari mereka
adalah warga Kampung Gadang, Banjarmasin Tengah.
Perlu diketahui Penjual di pasar terapung tidak tentu menjual hasil
kebunnya sendiri, kebanyakan mereka menjual hasil penyambangan.
Penyambangan dilakukan pada pagi petang menjelang adzan subuh secara
beramai-ramai di dermaga dimana pada saat itu semua yang hendak di jual sudah
disiapkan dalam keranjang oleh para pemilik kebun. Kemudian siap dibawa ke
pasar Lok Baintan untuk dijual kepada pengunjung atau wisatawan baik lokal
ataupun mancanegara.
Dulunya pasar Lok Baintan merupakan pasar masyarakat untuk
berbelanja kebutuhan, karena adanya perkembangan pasar Lok Baintan ini
-
35
berkembang menjadi tempat wisata berkembang dalam kurun waktu relative
singkat, serta menarik banyak wisatawan dari luar Kota Banjarmasin. Karena
keunikannya pasar terapung resmi menjadi satu tempat wisata kota Banjarmasin.
Bukan hanya hasil kebun yang dijual di pasar terapung, ada kain,
makanan berat, makanan berat, gorengan, dan wadai-wadai khas Banjar. Bahkan
ada pula yang keliling meminta sumbangan menggunakan jukung. Meskipun
sudah menjadi tempat wisata pasar terapung masih mempertahankan eksistensi
budaya yang ada, acil penjual menggunakan pupur dingin, bermain pantun, dan
bharter barang pada sebagian penjual, dengan harga yang sama. Penyambangan
sebagai kebiasaan pun tidak dihilangkan, padahal bisa saja barang dagang
tersebut diambil dari pasar darat atau tempat lain disiang hari dan lainnya.
Banyak pedagang dari Pasar Terapung Siring Tendean Banjarmasin
adalah dari wilayah Lok Baintan dan sekitarnya untuk berjualan di sana. Bagi
pedagang yang memang sudah diminta Pemerintah untuk berjualan di pasar
terapung Siring, tidak ada pungutan biaya sama sekali. Tempat yang digunakan
untuk berjualan pun tidak berpindah-pindah dan para pedagang juga di berikan
payung besar untuk berjualan namun untuk jukung masih banyak yang
menggunakan milik pribadi bukan diberikan oleh Pemerintah. Kebanyakan
pedagang yang berjualan di Siring berasal dari Lok Baintan, dan orang-orang
yang berjualan sudah di tentukan oleh Pemerintah jadi bagi orang baru yang
ingin berjualan di pasar terapung Siring tidak bisa. Para pedagang yang berjualan
diminta KTP (Kartu Tanda Penduduk) mereka untuk didata dan terdaftar sebagai
pedagang di pasar terapung Siring. Ketika ada acara besar acil-acil yang
-
36
berjualan di pasar terapung Siring akan melakukan atraksi jukung yang diminta
oleh Pemerintah, dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan sendiri oleh
pemerintah kota Banjarmasin.
Para pedagang di Pasar Terapung salah satunya adalah Acil Fatimah (40
tahun) biasa juga dipanggil dengan Acil Ipat dari hasil wawancara dengan beliau
bahwa barang-barang yang diperjualbelikan antara lain menjual berbagai macam
buah-buahan, bakul, pupur dingin, hintalu jaruk (telur asin), dan lain-lain
tersusun diatas jukung. Barang dagangan acil Ipat ada sebagian punya beliau,
dan sebagian beli di pedagang-pedagang lain yang juga berjualan di pasar
terapung Lok Baintan, atau biasanya disebut dengan manyambang. Selain
manjualakan ampun urang, ada jua yang bajualan wadai wan makanan lainnya
nang kaya nasi kuning wan lainnya lanjut acil Fatimah.
Selain itu juga dari wawancara dengan acil Salamah (50 tahun),
komoditas barang-barang yang dijual disana adalah buah-buahan baik dari
kebun sendiri ataupun menyambang, dengan menggunakan jukung ditarik oleh
kapal bermesin hingga sampai ke pasar terapung Siring Tendean, Selain
berjualan di pasar terapung Siring pada hari sabtu dan minggu, acil Salamah juga
berjualan buah di Sungai Lulut. Berjualan di pasar terapung Siring memiliki
beberapa peraturan yang sudah di atur oleh pemerintah, pada hari sabtu sore
boleh berjualan diatas lanting, minggu pagi berjualan di atas jukung dan siang
harinya kembali lagi ke atas berjualan diatas lanting.
Pasar terapung siring tendean dimana penjual disana sering disebut
denga Acil. Salah satu penjual disana bernama Aluh Asiah (57 tahun)
-
37
mengungkapkan "bajualan disini banyak acil-acil, aku bajualan disini sudah
lawas maampat tahunan mulai balum maju sampai rami wayahni". Pasar
terapung siring tendean ini adanya di hari sabtu dan minggu "kami bajualan hari
sabtu lawan minggu, biasanya kami bamalam". Acil Aluh Asiah
mengungkapkan "berjualan di Pasar Terapung Siring Tendean disini lumayan
haja kulihan, kawa haja maongkosi anak lawan cucu badua" ujar acil aluh.
Dalam kegiatan jual beli dipasar terapung yang dimana berjualan dalam satu
minggu cuma di hari sabtu dan minggu bisa menghasilkan penghasilan kurang
lebih sekitar Rp. 4.000.000,00.- ini lah yang diungkapkan oleh Acil Asiah.
Wilayah sekitar dari Pasar Terapung Siring Tendean sendiri, sangat
banyak membantu masyarakat sekitarnya antaralain adanya pemberian izin
kepada masyarakat sekitar dari kampung Gadang dan Sungai Mesa untuk
berdagang di tempat yang diberikan izin oleh Pemkot Banjarmasin, akan tetapi
mereka tidak diperbolehkan untuk berdagang di kawanan khusus pasar
terapungnya terserbut, karena dikhususkan untuk para pedagang dari Lok
Baintan yang sudah terdaftar dan diminta khusus oleh pemkot Banjarmasin
untuk berdagang disana, apabila ada yang memaksa untuk berdagang di area
khusus tersebut akan ditegur oleh satgas dan relawan yang berafiliasi dengan
pemkot Banjarmasin, khususnya dengan Dinas Kebudayaan, Pariwisata dan
Olahraga Kota Banjarmasin.
c. Peran Pemerintah Kota Banjarmasin dalam Ekowisata Sungai
Martapura Kota Banjarmasin
Peran dari pemerintah kota Banjarmasin terhadap pariwisata, khususnya
terhadap ekowisata berbasis sungai sendiri dalam pemaparan hasil wawancara
-
38
dengan Fathul Hadi (45 tahun) yang menjadi Satgas Dinas Kebudayaan,
Pariwisata dan Keolahragaan Kota Banjarmasin menjelaskan bahwa pemerintah
kota Banjarmasin sendiri dari tahun 2013 hingga sekarang masih berusaha
membangkitkan wisata, khususnya yang berkaitan dengan wisata berbasis
sungai yang juga dimana masyarakat ingin dikenalkan bagaimana aktivitas
kehidupan masyarakat Banjar yang kesehariannya sangat tergantung kepada
sungai yang juga menimbulkan kebudayaan sungai pada masyarakat Banjar
Kuala.
Kegiatan dari pendayagunaan sungai oleh masyarakat Banjar yang di
luar kemampuan dari ekosistem sungai pada saat daya tampung akan kunjungan
yang berlebihan tersebut berdampak terhadap penurunan kualitas sungai baik
dari kualitas air ataupun keadaan alamnya sekitar dari sungai. Secara sosial,
pendayagunaan aliran sungai secara mendalam dapat berpengaruh terhadap
bagaimana kehidupan dari masyarakat lokal saat mendayagunakan aliran sungai
untuk menyokong aktivitas keseharian mereka.
Pemerintah pusat melalui Kementrian Pariwisata (Kemenpar) juga
berupaya mengembangkan ekowisata berbasis sungai dengan mengadakan FGD
(Forum Discussion Group) di kota Palangkaraya pada 09-11 Mei 20193 kemarin
dengan sasaran pengembangan ekowisata berbasis sungai baik dari pemerintah
pusat, pemerintah daerah hingga para stakeholder di daerah wisata tersebut, Isu
lingkungan Daerah Aliran Sungai (DAS) selalu mengemuka. Sebab, masih
3 Putri, Nabilla. 01 Mei 2019. Kemenpar Diskusikan Pengembangan Ekowisata Berbasis
Sungai. Di akses pada laman https://travel.detik.com/travel-news/d-4532330/kemenpar-diskusikan-
pengembangan-ekowisata-berbasis-sungai
-
39
banyak masyarakat yang memiliki kesadaran rendah akan fungsi dan peran
sungai. Walaupun dalam agenda utamanya untuk wilayah Kalimantan Tengah4.
Tidak memungkinkan juga daerah sekitarnya khususnya Kalimantan
Selatan juga ikut berkembang, terlebih kota Banjarmasin yang mendapat julukan
Kota Seribu Sungai (Thousand River City), The Sustainability Leaders Project
(SLP) dari Indonesia Ecotourism Network (INDECON), Bapak Ary Suhandi
mengatakan sungai memiliki multifungsi dan berpotensi besar untuk
dimanfaatkan bagi kesejahteraan masyarakat yang tinggal di sepanjang sungai
tersebut.Ary memaparkan, beberapa contoh seperti Pasar Terapung (Floating
Market). Ini merupakan bagian dari sejarah wisata sungai sebagai salah satu daya
tarik wisata bagi wisatawan asing maupun domestik. Tahun 2013, Kemenpar
pernah memberikan perhatian untuk pengembangan wisata susur sungai di
Banjarmasin, khususnya untuk sungai Martapura dan sungai Barito, serta anak-
anak sungai lainnya, susur sungai juga menjadi agenda tahunan dari Program
Studi Pendidikan IPS (PIPS) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan dengan
sebutan Susuban (Susur Sungai Banjarmasin) untuk memberikan edukasi kepada
para mahasiswanya tentang potensi wisata kota Banjarmasin, khususnya
pemanfaatan sungai oleh masyarakat kota Banjarmasin dan sekitarnya yang
sangat terkenal dengan budaya kehidupan sungainya.
Menurut bapak Fathul Hadi (45 tahun) untuk mengembangkan
kebudayaan masyarakat sungai Banjar yang sangat terkenal hingga saat ini
4 Nasrulhak, Arief. 10 Mei 2019. Pentingnya Menjaga Daerah Aliran Sungai untuk Sarana
Ekowisata. Di akses pada laman https://travel.detik.com/travel-news/d-4544749/pentingnya-
menjaga-daerah-aliran-sungai-untuk-sarana-ekowisata
-
40
adalah pasar terapung, menjadi ikon Kota Banjarmasin sebagai destinasi wisata
baik bagi wisatawan local, nasional maupun internasional, pemerintah kota
Banjarmasin sangat berupaya untuk meningkatkan kedatangan wisatawan ke
kota Banjarmasin. Senada dengan pernyataan dari Ary Suhandi sebelumnya
bahwa pemerintah kota Banjarmasin dari tahun 2013 sudah memulai usaha
untuk mengembangkan sektor pariwisata khususnya memanfaatkan sungai
sebagai sarananya, mengembangkan budaya masyarakat sungainya dengan
membuka kembali Pasar Terapung yang berada di tengah kota dengan daerah
siring menjadi pusat pengembangannya.
Selain pada pasar terapung, pemerintah kota Banjarmasin juga
mengembangkan susur sungai, dimana masyarakat diajak untuk menyusuri
sungai-sungai di kota Banjarmasin, khususnya Sungai Martapura. Dengan tujuan
tadi untuk mengedukasi kepada masyarakat dan mengenalkan kepada
masyarakat luas mengenai kebudayaan sungai masyarakat Banjar yang tinggal
di sekitar sungai Martapura, hingga mengembangkan potensi wisata tersebut,
dengan focus tersebut juga mengajak masyarakat peduli terhadap sungai sebagai
lingkungan tempat hidup dan kegiatan sehari-hari mereka.
Dalam peranan pemerintah Kota Banjarmasin dalam mengembangkan
potensi wisata khususnya pada wisata sungai Martapura yaitu pasar terapung
beliau mengungkapkan bahwa pemerintah sudah banyak membantu dalam usaha
beliau. Lapak dagangan yang beliau tempati itu merupakan lapak gratis yang
diberikan pemerintah kepada pedagang disana, dan lapak tersebut sudah
terdaftar dipemerintah, sehingga beliau mengungkapkan jika ada yang
-
41
mengambil lapak jualan beliau maka akan ditegur oleh pihak berwajib yang
mengawasi pasar terapung siring tersebut.
Bantuan lain yang diberikan oleh pemerintah diungkapkan oleh acil
Mar’odah (60 tahun), karena beliau sudah merasa cukup karena diberikan lapak
dagang untuk pekerjaan mereka dan bisa membuat beliau berdagang mencari
nafkah di pasar terapung Siring Tendean, tetapi jika ada acara-acara yang
diadakan oleh pemerintah yang melibatkan pedagang pasar terapung tersebut
pemerintah memberikan bayaran yang cukup untuk kebutuhan beliau.
Para pedagang yang berada di Pasar Terapung Siring Tendean sendiri
banyak berasal dari pasar terapung Lok Baintan, dimana para pedagang ini
diminta langsung oleh Pemkot Banjarmasin untuk datang dan berdagang disana,
antara lain seperti acil Salamah, acil Fatimah, acil Mar’odah, dan lainnya.
Mereka yang tidak mendapatkan izin dari pemkot Banjarmasin tidak
diperbolehkan untuk berdagang di bagian Pasar Terapung Siring Tendean, warga
sekitarnya yaitu kampong Gadang dan Sungai Mesa kecuali berdagang di bagian
yang diizinkan oleh Pemkot Banjarmasin. Selain itu dari wawancara dengan para
wisatawan sendiri memberikan paparan mereka tentang peran pemkot
Banjarmasin yang sangat luar biasa, menjadikan pasar terapung sebagai destinasi
wisata yang mudah diakses oleh wisatawan.
B. Integrasi Ekowisata Sungai Martapura Sebagai Sumber Belajar IPS
a. Ekologi dan sumber belajar IPS
Rochgiyanti dkk (2014) menjelaskan mengenai pembelajaran IPS yaitu
studi sosial yang merupakan kajian terpadu (terintegrasi) dari ilmu-ilmu sosial
-
42
dan humaniora untuk mengembangkan kemampuan warganegara. Melalui
program-program pengajaran di sekolah, studi sosial menyediakan kajian
sistematik yang bersumber pada berbagai disiplin seperti antropologi, arkelogi,
ekonomi, sejarah, hokum, filsafat, politik, psikologi, agama dan sosiologi,
demikian juga bahan-bahan (konten-konten) yang layak bersumber kepada
humaniora, matematika dan IPA.
Sumber belajar IPS disini yang akan digunakan adalah Lingkungan
(Environtment), yaitu tempat bagi para peserta didik belajar, seperti ruangan
kelas, perpustakaan sekolah ataupun perpustakaan daerah, laboratorium sains,
masyarakat dan alam sekitar dari para peserta didik. Sumber belajar IPS disini
adalah bagaimana ekologi menjadi salah satu bagian pokok dalam
pengembangan sumber belajar IPS pada penelitian ini bisa kita lihat dengan
adanya pengembangan wisata melalui ekowisata berbasis sungai yang telah
diterapkan oleh pemerintah kota Banjarmasin.
Selanjutnya ekologi menurut Sumaatmadja (2005) menjelaskan bahwa
Secara lebih formal, ekologis adalah studi tentang struktur dan fungsi alam atau
studi tentang hubungan diantara organisme hidup dan keseluruhan faktor fisikal
serta biological yang membentuk lingkungannya, yang dimana ekologi berarti
ilmu tentang makhluk hidup dalam rumahnya yang di mana rumahnya tersebut
adalah alam lingkungan sekitarnya.
Ekologi pendidikan, dikutip dari Dian Permata Suri (2006) dalam
Raharja (2010), adalah sebuah ekosistem pendidikan yang meliputi beberapa
macam komponen lingkungan anak. Dewasa ini sekolah adalah semata-mata
-
43
menjadi satu-satunya komponen dari keberhasilan pendidikan Indonesia. Pada
dasarnya ekologi pendidikan membeberkan ternyata sekolah bukan menjadi
satu-satunya komponen keberhasilan dari pendidikan, jadinya dengan harapan
membawa kontribusi besar pada pendidikan karena bersifat kurikuler. Praksis
pendidikan berwawasan ekologi diharapkan sebagai segenap aktivitas yang
dilakukan oleh pelaksana pendidikan yang bisa mempengaruhi hasil dari
penyelenggaraan pendidikan itu ditinjau dari kondisi keadaan lingkungan
sekitarnya yang meliputi keluarga, sekolah, masyarakat, daerah dan
geografisnya, sejarah masyarakatnya, politik negaranya, ilmu dan teknologi di
sekelilingnya, dan masyarakat globalnya.
Hungerford & Volk (1991) menyusun sejumlak rancangan utama dari
ekologi yang krusial untuk disusun kepada peningkatan program pendidikan
lingkungan. Pengembangan mengenai rancangan ini diharapkan dapat
membantu individu terhadap lingkunganya seperti tidak buta huruf atau mampu
membaca, yang dimana bahwa si individu ini mampu dan cakap dalam
mengambil keputusan terhadap lingkungan sekitarnya yang konsisten dengan
baik kualitas kehidupan manusianya ataupun juga mampu mempunyai
sinergisitas terhadap kualitas sama baiknya dari lingkungan sekitar dari individu
tersebut. Berikut adalah konsepsi mengenai program tersebut:
a. Individu dan populasi.
b. Interaksi dan saling ketergantungan.
c. Pengaruh lingkungan dan faktor pembatas.
d. Aliran energi dan siklus gizi.
e. Komunitas dan konsep ekosistem.
f. Homeostasis.
g. Suksesi.
h. Manusia sebagai anggota ekosistem.
-
44
i. Implikasi ekologi pada kegiatan manusia dan masyarakat.
Pemahaman akan ekologis ini mampu menjadi bagian terpenting dalam
tujuan pendidikan. Pendidikan diharuskan mampu membangun peserta didik
yang mempunyai pendidikan yang memiliki karakter dan kesadaran tentang
alam atau lingkungan, bukan diarahkan supaya mereka ini mendapatkan
pendidikan menjadi peserta didik yang pragmatismaterialis, dan berpengaruh
pada terbentuknya pola-pola yang terjebak dalam kekacauan pemikiran
pembangunan yang keliru (maldevelopment) dengan memandang alam sebagai
obyek semata, mekanistis, tercerai-berai, terpisah dari manusia lainya sehingga
mudah dipengaruhi dan diperas keadaan alam mereka.
b. Integrasi Ekowisata Sebagai Sumber Belajar IPS
Sumber belajar IPS dengan memanfaatkan ekowisata sungai Martapura
Kota Banjarmasin adalah dengan penguatan pada pembelajaran IPS berbasis
pada ekologi, mengedepankan materi-materi tentang lingkungan, harapan
dengan berpacu pada menumbuhkan nilai peduli lingkungan pada diri peserta
didik di sekolah. Selain itu ekowisata sungai Martapura ini juga dikembangkan
dengan adanya pasar terapung sendiri menjadi pengembangan materi ajar IPS
dalam basis budaya masyarakat, ini juga bisa dimasukkan ke dalam materi kuliah
pendidikan IPS sebagai sumber belajar pada materi kuliah Manusia, Tempat dan
Lingkungan, Kehidupan Masyarakat Sungai, Masyarakat dan Kebudayaan
Banjar dan lainnya.
Dikutip dari Yunansah (2017) melain itu juga dengan pengembangan
berbaasis ecopedagody pada pembelajaran diharapkan bisa mengembangkan
-
45
wawasan ekologi dalam pembelajaran IPS di sekolah, mengenai ekopedagogi
Secara terminologi mengenai ekopedagogik (ecopedagogy) bermula dari dua
buah kata, yaitu ekologi (ecology) yang memempunyai makna ilmu yang
menganalisa mengenai kaitan antara makhluk hidup dan lingkungan sekitarnya,
dan pedagogik (pedagogy) yang bermakna ilmu pendidikan, baik secara teoritis
maupun praksis yang didasarkan pada nilai-nilai filosofis. Berdasarkan tinjauan
tersebut, maka dapat dipahami, bahwa ekopedagogik merupakan sebuah
pendekatan untuk membangun kesadaran ekologi, berdasarkan refleksi kritis
atas kondisi kehidupan yang yang tidak sesuai dengan harapan, guna
membangun masa depan kehidupan yang lebih baik. Pada pemikiran mengenai
ekopedagogik adalah sebuah manuver dengan orientasi menuju masa yang akan
datang “demi memajukan mengenai pemahaman yang cakap terhadap potensi
yang hebat manusia dan demi meningkatkan kesamarataan dalam bidang sosial
disegenap penjuru dunia nantinya akan memunculkan kesadaran-kesadaran pada
masyarakat dunia terhadap pentingnya ekoliterasi kritis (kesadaran akan
lingkungan secara serius)”.
Mengenai pemahaman tersebut memiliki kedekatan dengan konsep yang
dijelaskan oleh Nana Supriatna (2016) dia menganggap bahwa ekopedagogi
sebagai manuver manusia kembali ke alam lingkungan dengan menelaah
kembali nilai-nilai yang terdapat pada warisan budaya mengenai pelestarian
alam dan lingkungan sekitar dari peserta didik. Nana Supriatna (2016) juga
menambahkan mengenai ecopedagogy “In an ecopedagogical setting, society
development is important to hinder industrialism and forestall abuse of common
-
46
assets. For this situation, ecopedagogy can be considered as an enemy of
commercialization development planned to counteract or diminish industrialism
degree. The decrease of commercialization may decidedly influence the misuse
of assets of the planet. Utilization decrease will diminish emanation or waste
that may sully the earth.”
Ekowisata adalah wisata ke wilayah yang mempunyai kondisi alam yang
seimbang, tidak terkontaminasi limbah-limbah. Bersandar pada kegiatan dari
individu-individu untuk mengenal alam sekitar mereka maka kegiatan ekowisata
ini sangat cocok untuk belajar bagi para peserta didik, selain itu juga Heimstra
(1978), menjelaskan bahwa dengan mendatangi tempat wisata adalah salah satu
cara pembentukan karakter diri manusia yang baik, membentuk personalitas
secara sosial yang dapat menguatkan peserta didik agar bisa meningkatkan
teamwork (kerjasama), meningkatkan potensi untuk prestasi mereka.
Muhaimin (2015) memberikan penekanan dalam metode belajar dengan
prinsip belajar dari alam dengan melakukan eksplorasi fakta-fakta lingkungan
hidup di sekitar. Siswa belajar langsung berbagai permasalahan lingkungan
hidup disekitarnya dengan melakukan investiga lapangan (inkuiri) yang dapat
menumbuhkan kesadaran dan kepedulian lingkungan hidup nyata. Raharja
(2010) menambahkan dengan menyelenggarakan pengajaran alam sekitar,
mengembangkan sikap kritis dan peduli lingkungan pada para siswa,
memelihara lingkungan, serta memanfaatkan lingkungan sebagai sumber
belajar. Pendidikan ekologis dapat dilakukan dengan pendekatan karakter
-
47
ekologis, yang mampu menyentuh sisi psikologis manusia dalam hubungannya
dengan alam dan lingkungannya.
Martinho dkk (2010) sebagai warga negara yang baik untuk mengajar
nilai-nilai dan praktik-praktik yang tepat untuk prestasi keberlanjutan melalui
perubahan-perubahan perilaku-perilaku pribadi, menjadi warga negara yang
bertanggungjawab terhadap lingkungan; berdisiplin yang “baik”, berperilaku
“hijau”, dan lebih banyak menekankan hak-hak lingkungan. Selanjutnya Dobson
(2010) menyatakan “perilaku pro-lingkungan, secara publik dan pribadi,
digerakkan oleh suatu keyakinan keadilan terhadap distribusi dari kebaikan-
kebaikan lingkungan, dalam partisipasi dan mengkreasi bersama kebijakan
berkelanjutan.”
Pembelajaran IPS yang bersifat Tematik ini menjadikan ekowisata bias
dimasukkan pada Materi Kelas VII Semester 2, salah satunya memasukkan pada
Interaksi Manusia dengan Lingkungan Sekitar dengan pembagian subbab
materi sebagai berikut:
• Hakikat Interaksi Manusia dan Lingkungan
• Sosialisasi sebagai Bentuk Hubungan Antarkomponen Lingkungan
• Lingkungan Alam Akibat Aktivitas Manusia
• Lingkungan Ekonomi Akibat Aktivitas Manusia
• Lingkungan Sosial Budaya Akhibat Aktivitas Manusia
Aktivitas manusia dengan berbagai aktivitas manusia, khususnya dengan
adanya kegiatan ekowisata sungai Martapura kota Banjarmasin, menggunakan
sungai sebagai media wisata juga mengajarkan kepada peserta didik untuk
melestarikan lingkungan sekitar. Melihat dari pemanfaatan ekowisata ini
dengan mengedepankan kegiatan masyarakat juga di mana akhirnya perpaduan
-
48
antara lingkungan masyarakat sungai Banjar dengan budaya masyarakat Banjar
salah satunya yaitu muncul pasar terapung baik yang muncul dari kegiatan
ekonomi mereka ataupun yang akhirnya dari pemerintah kota Banjarmasin
dengan membuat tempat khusus mengajak para pedagang dari Lok Baintan
yang juga terdapat Pasar Terapung ke Siring Tendean. Peserta didik diajak
untuk bagaimana melihat harmonisasi antara manusia dengan lingkungan
sekitar, mengedepankan bagaimana lingkungan harus dijaga, dilestarikan dan
dimanfaatkan.
Disamping itu juga ekowisata ini juga mengajarkan kepada para peserta
didik untuk mengedepankan konsepsi kesadaran lingkungan pada peserta didik,
dengan pemanfaatan ekowisata ini juga menjadi salah satu bagaimana
lingkungan dimanfaatkan menjadi sumber belajar IPS, dengan berpaku pada
interaksi manusia dengan lingkungannya, ekowisata mengajarkan kepada para
peserta didik bagaimana mencintai lingkungan, khususnya peserta didik untuk
menjaga sungai sebagai tempat kehidupan sehari-hari masyarakat Banjar.
Materi Kelas VII Semester 2, juga Keragaman Sosial dan Budaya
Indonesia, khususnya pada subbab Keragaman Budaya sebagai Aset
Perekonomian Bangsa Indonesia, berfokus pada pasar terapung sebagai aset
kebudayaan masyarakat Indonesia, khususnya pada masyarakat Banjar,
perkembangan perekonomian mereka yang mengedepankan potensi budaya ini
dikembangkan oleh pemerintah kota Banjarmasin, mengembangkan potensi
budaya dan menjaganya menjadikan peserta didik harus membantu
perkembangan pasar terapung tersebut.
-
49
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Ekowisata yang terdapat di Kota Banjarmasin adalah yang menggunakan
sungai sebagai sarana lingkungan yang tonjolkan oleh pemerintah,
kebanyakan dari masyarakat Kalimantan Selatan mengenal wisata berbasis
lingkungan di Banjarmasin adalah Sungai Martapura, yang juga terdapat
pasar terapung baik yang berada di Lok Baintan, Kabupaten Banjar ataupun
Pasar Terapung Siring Tendean, Kota Banjarmasin, baik pemerintah ataupun
para relawan yang bergerak untuk melestarikan sungai sebagai sarana wisata
di Banjarmasin. Terlepas dari itu potensi ekowisata berbasis sungai di
Banjarmasin juga mengedukasikan kepada masyarakat bahwa sungai