laporan pendahuluan abortus

25
LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP ABORTUS A. KONSEP TEORI 1. PENGERTIAN Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa gestasi belum mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500gr (Derek liewollyn&Jones, 2002). Terdapat beberapa macam kelainan dalam kehamilan dalam hal ini adalah abortus yaitu abortus spontan, abortus buatan, dan terapeutik.Abortus spontan terjadi karena kualitas sel telur dan sel sperma yang kurang baik untuk berkembang menjadi sebuah janin. Abortus buatan merupakan pengakhiran kehamilan dengan disengaja sebelum usia kandungan 28 minggu.Pengguguran kandungan buatan karena indikasi medik disebut abortus terapeutik (Prawirohardjo, S, 2002). Abortus terjadi pada usisa kehamilan kurang dari 8 minggu, janin dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua secara mendalam.Pada kehamilan 8–14 minggu villi koriales menembus desidua secara mendalam, plasenta tidak dilepaskan sempurna sehingga banyak perdarahan. Pada kehamilan diatas 14 minggu, setelah ketubah pecah janin yang telah mati akan dikeluarkan dalam bentuk kantong amnion kosong dan kemudian plasenta (Prawirohardjo, S, 2002).

Upload: jody-andy-kumara

Post on 27-Dec-2015

409 views

Category:

Documents


31 download

DESCRIPTION

baca

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN PENDAHULUAN abortus

LAPORAN PENDAHULUAN

ASKEP ABORTUS

A. KONSEP TEORI

1. PENGERTIAN

Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa gestasi

belum mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500gr (Derek

liewollyn&Jones, 2002).

Terdapat beberapa macam kelainan dalam kehamilan dalam hal ini adalah abortus

yaitu abortus spontan, abortus buatan, dan terapeutik.Abortus spontan terjadi karena

kualitas sel telur dan sel sperma yang kurang baik untuk berkembang menjadi sebuah

janin. Abortus buatan merupakan pengakhiran kehamilan dengan disengaja sebelum usia

kandungan 28 minggu.Pengguguran kandungan buatan karena indikasi medik disebut

abortus terapeutik (Prawirohardjo, S, 2002).

Abortus terjadi pada usisa kehamilan kurang dari 8 minggu, janin dikeluarkan

seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua secara mendalam.Pada

kehamilan 8–14 minggu villi koriales menembus desidua secara mendalam, plasenta

tidak dilepaskan sempurna sehingga banyak perdarahan. Pada kehamilan diatas 14

minggu, setelah ketubah pecah janin yang telah mati akan dikeluarkan dalam bentuk

kantong amnion kosong dan kemudian plasenta (Prawirohardjo, S, 2002).

2. KLASIFIKASI

a. Abortus spontanea (abortus yang berlangsung tanpa tindakan), yaitu :

1) Abortus imminens : Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada

kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus,

dan tanpa adanya dilatasiserviks.

2) Abortus insipiens : Peristiwa perdarahanuterus pada kehamilan sebelum 20

minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil

konsepsi masih dalam uterus.

3) Abortus inkompletus : Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan

sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.

Page 2: LAPORAN PENDAHULUAN abortus

4) Abortus kompletus : Semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.

b. Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat)

Yaitu:Menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada

umumnya dianggap bayi belum dapat hidup diluar kandungan apabila kehamilan

belum mencapai umur 28 minggu, atau berat badanbayi belum 1000 gram,

walaupun terdapat kasus bahwa bayi dibawah 1000 gram dapat terus hidup.

3. ETIOLOGI

Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab yaitu :

a. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasanya menyebabkan abortus pada

kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah :

1) Kelainan kromosom, terutama trimosoma dan monosoma X

2) Lingkungan sekitar tempat impaltasi kurang sempurna

3) Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan temabakau dan alcohol

b. Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi

menahun

c. Faktor maternal seperti pneumonia, typus, anemia berat, keracunan dan

toksoplasmosis.

d. Kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada

trimester kedua), retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.

Penyebab dari segi Maternal

Penyebab secara umum:

a. Infeksi akut

1) virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis.

2) Infeksibakteri, misalnya streptokokus.

3) Parasit, misalnya malaria.

Page 3: LAPORAN PENDAHULUAN abortus

b. Infeksi kronis

1) Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.

2) Tuberkulosis paru aktif.

3) Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.

4) Penyakit kronis, misalnya :

a) hipertensi

b) nephritis

c) diabetes

d) anemia berat

e) penyakit jantung

f) toxemia gravidarum

5) Gangguan fisiologis, misalnya Syok, ketakutan, dll.

6) Trauma fisik.

Penyebab yang bersifat lokal:

a. Fibroid, inkompetensia serviks.

b. Radang pelvis kronis, endometrtis.

c. Retroversikronis.

d. Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga menyebabkan

hiperemia dan abortus

Penyebab dari segi Janin

a. Kematian janin akibat kelainan bawaan.

b. Mola hidatidosa.

c. Penyakit plasenta dan desidua, misalnya inflamasi dan degenerasi.

Page 4: LAPORAN PENDAHULUAN abortus

4. PATOFISIOLOGI

Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan nerkrosis jaringan

sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam

uterus.Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.

Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua secara

dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya.Pada kehamilan 8 sampai 14

minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan

menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin

dikeluarkan terlebih dahulu daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti

kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes

ovum),janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau

fetus papiraseus.

5. MANIFESTASI KLINIS

a. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu

b. Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun, tekanan

darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan

normal atau meningkat

c. Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi

d. Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang akibat

kontraksi uterus

e. Pemeriksaan ginekologi :

1) Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi,

tercium bau busuk dari vulva

2) b.Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah

tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau

jaringan berbau busuk dari ostium.

3) Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak

jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia

kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa,

cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.

Page 5: LAPORAN PENDAHULUAN abortus

6. KOMPLIKASI

a. Perdarahan, perforasi, syok dan infeksi

b. Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan

pembekuan darah

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Tes Kehamilan

b. Positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus

c. Pemeriksaaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup

d. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion.

8. DIAGNOSA BANDING

Kehamilan etopik terganggu, mola hidatidosa, kemamilan dengan kelainan

serviks.Abortion imiteins perlu dibedakan dengan perdarahan implantasi yang biasanya

sedikit, berwarna merah, cepat terhenti, dan tidak disertai mules-mules.

9. PENATALAKSANAAN

Abortus dapat dibagi dalam 2 golongan, yaitu :

a. Abortus spontaneous

Yaitu abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis atau

medisinalis, tetapi karena faktor alamiah. Aspek klinis abortus spontaneus meliputi :

1) Abortus Imminens

Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada

kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan

tanpa adanya dilatasi serviks.Diagnosis abortus imminens ditentukan apabila

terjadi perdarahan pervaginam pada paruh pertama kehamilan.Yang pertama kali

muncul biasanya adalah perdarahan, dari beberapa jam sampai beberapa hari

kemudian terjadi nyeri kram perut.Nyeri abortus mungkin terasa di anterior dan

jelas bersifat ritmis, nyeri dapat berupa nyeri punggung bawah yang menetap

disertai perasaan tertekan di panggul, atau rasa tidak nyaman atau nyeri tumpul di

garis tengah suprapubis.Kadang-kadang terjadi perdarahan ringan selama

Page 6: LAPORAN PENDAHULUAN abortus

beberapa minggu.Dalam hal ini perlu diputuskan apakah kehamilan dapat

dilanjutkan.

Sonografi vagina,pemeriksaan kuantitatif serial kadar gonadotropin

korionik (hCG) serum, dan kadar progesteron serum, yang diperiksa tersendiri

atau dalam berbagai kombinasi, untuk memastikan apakah terdapat janin hidup

intrauterus. Dapat juga digunakan tekhnik pencitraan colour and pulsed Doppler

flow per vaginam dalam mengidentifikasi gestasi intrauterus hidup. Setelah

konseptus meninggal, uterus harus dikosongkan.Semua jaringan yang keluar

harus diperiksa untuk menentukan apakah abortusnya telah lengkap.Kecuali

apabila janin dan plasenta dapat didentifikasi secara pasti, mungkin diperlukan

kuretase. Ulhasonografi abdomen atau probe vagina Dapat membantu dalam

proses pengambilan keputusan ini. Apabila di dalam rongga uterus terdapat

jaringan dalam jumlah signifikan, maka dianjurkan dilakukan kuretase.

Penanganan abortus imminens meliputi :

a) Istirahat baring. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan,

karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan

berkurangnya rangsang mekanik.

b) Terapi hormon progesteron intramuskular atau dengan berbagai zat

progestasional sintetik peroral atau secara intramuskular.Walaupun bukti

efektivitasnya tidak diketahui secara pasti.

c) Pemeriksaan ultrasonografi untuk menentukan apakah janin masih hidup.

2) Abortus Insipiens

Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20

minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat tetapi hasil konsepsi

masih dalam uterus. Dalam hal ini rasa mules menjadi lebih sering dan kual

perdarahan bertambah. Pengeluaran hasil konsepsi dapat dilaksanakan dengan

kuret vakum atau dengan cunam ovum, disusul dengan kerokan.

Page 7: LAPORAN PENDAHULUAN abortus

Penanganan Abortus Insipiens meliputi :

a) Jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus dengan

aspirasi vakum manual. Jika evaluasi tidak dapat, segera lakukan:

(1) Berikan ergomefiin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang setelah 15 menit

bila perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang sesudah 4 jam

bila perlu).

(2) Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.

b) Jika usia kehamilan lebih 16 minggu :

(1) Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa hasil

konsepsi.

(2) Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan intravena

(garam fisiologik atau larutan ringer laktat dengan kecepatan 40 tetes

permenit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi.

c) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan

3) Abortus lnkompletus

Abortus Inkompletus adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada

kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.

Apabila plasenta (seluruhnya atau sebagian) tertahan di uterus, cepat atau lambat

akan terjadi perdarahan yang merupakan tanda utama abortus inkompletus. Pada

abortus yang lebih lanjut, perdarahan kadang-kadang sedemikian masif sehingga

menyebabkan hipovolemia berat.

Penanganan abortus inkomplit :

a) Jika perdarahant idak seberapab anyak dan kehamilan kurang 16 minggu,

evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk

mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan

berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuskulera taum iso prostol4 00 mcg per

oral.

b) Jika perdarahanb anyak atau terus berlangsungd an usia kehamilan kurang 16

minggu, evaluasi hasil konsepsi dengan :

Page 8: LAPORAN PENDAHULUAN abortus

(1) Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang terpilih.

Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi

vakum manual tidak tersedia.

(2) Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera beri ergometrin 0,2 mg

intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400

mcg peroral (dapat diulang setelah 4 jam bila perlu).

c) Jika kehamilan lebih dari 16 minggu:

(1) Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena (garam

fisiologik atau ringer laktat) dengan k ecepatan 40 tetes permenit sampai

terjadi ekspulsi hasil konsepsi

(2) Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4 jam sampai

terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg)

(3) Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.

d) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.

4) Abortus Kompletus

Pada abortus kompletus semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.Pada

penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus

sudah banyak mengecil.Diagnosis dapat dipermudah apabila hasil konsepsi dapat

diperiksa dan dapat dinyatakan bahwa semuanya sudah keluar dengan lengkap.

Penderita dengan abortus kompletus tidak memerlukan pengobatan

khusus, hanya apabila penderita anemia perlu diberikan tablet sulfas ferrosus 600

mg perhari atau jika anemia berat maka perlu diberikan transfusi darah.

5) Abortus Servikalis

Pada abortus servikalis keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangi oleh ostium

uteri eksternum yang tidak membuka, sehingga semuanya terkumpul dalam

kanalis servikalis dan serviks uteri menjadi besar, kurang lebih bundar, dengan

dinding menipis.Padap emeriksaand itemukan serviks membesar dan di atas

ostium uteri eksternum teraba jaringan.Terapi terdiri atas dilatasi serviks dengan

Page 9: LAPORAN PENDAHULUAN abortus

busi Hegar dan kerokan untuk mengeluarkan hasil konsepsi dari kanalis

servikalis.

6) Missed Abortion

Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi

janin yang telah mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. Etiologi

missed abortion tidak diketahui, tetapi diduga pengaruh hormone progesterone.

Pemakaian Hormone progesterone pada abortus imminens mungkin juga dapat

menyebabkan missed abortion.

Diagnosis

Missed abortion biasanya didahului oleh tanda-tanda abortus imminens

yang kemudian menghilang secara spontan atau setelah pengobatan.Gejala

subyektif kehamilan menghilang, mamma agak mengendor lagi, uterus tidak

membesar lagi malah mengecil, tes kehamilan menjadi negatif. Dengan

ultrasonografi dapat ditentukan segera apakah janin sudah mati dan besamya

sesuai dengan usia kehamilan. Perlu diketahui pula bahwa missed abortion

kadang-kadang disertai oleh gangguan pembekuan darah karena

hipofibrinogenemia, sehingga pemeriksaan ke arah ini perlu dilakukan.

Penanganan

Setelah diagnosis missed abortion dibuat, timbul pertanyaan apakah hasil

konsepsi perlu segera dikeluarkan. Tindakan pengeluaran itu tergantung dari

berbagai faktor, seperti apakah kadar fibrinogen dalam darah sudatr mulai turun.

Hipofibrinogenemia dapat terjadi apabila janin yang mati lebih dari I bulan tidak

dikeluarkan. Selain itu faktor mental penderita perlu diperhatikan karena tidak

jarang wanita yang bersangkutan merasa gelisah, mengetahui ia mengandung

janin yang telah mati, dan ingin supaya janin secepatnya dikeluarkan.

7) Abortus Habitualis

Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut

turut.Pada umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil, tetapi kehamilannya

berakhir sebelum 28 minggu.

Page 10: LAPORAN PENDAHULUAN abortus

B. KONSEP ASUHAN KEPERWATAN

Proses keperawatan adalah metode kerja dalam pemberian pelayanan keperawatan untuk

menganalisa masalah pasien secara sistematis, menentukan cara pemecahannya, melakukan

tindakan dan mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilaksanakan.

Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan,

merencanakan danmelaksanakan pelayanan keperawatan dalam rangka membantu klien

untuk mencapai dan memelihara kesehatannya seoptimal mungkin. Tindakan keperawatan

tersebut dilaksanakan secara berurutan, terus menerus, saling berkaitan dan dinamis.

1. PENGKAJIAN

Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisanya

sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi klien.

Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :

a. Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur,

agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- ,

lamanya perkawinan dan alamat

b. Keluhan utama : Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan

pervaginam berulang

c. Riwayat kesehatan , yang terdiri atas :

1) Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah

Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus

haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.

2) Riwayat kesehatan masa lalu

a) Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami

oleh klien, jenis pembedahan , kapan , oleh siapa dan di mana tindakan

tersebut berlangsung.

b) Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit yang

pernah dialami oleh klien misalnya DM , jantung , hipertensi , masalah

ginekologi/urinary , penyakit endokrin , dan penyakit-penyakit lainnya.

Page 11: LAPORAN PENDAHULUAN abortus

c) Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram dan

dari genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan

dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.

d) Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji tentang mennorhoe, siklus

menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya

dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan

yang menyertainya

e) Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas : Kaji bagaimana keadaan anak

klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan

kesehatan anaknya.

f) Riwayat seksual : Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis

kontrasepsi yang digunakan serta keluahn yang menyertainya.

g) Riwayat pemakaian obat : Kaji riwayat pemakaian obat-

obatankontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.

h) Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit,

eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik

sebelum dan saat sakit.

Pemeriksaan fisik, meliputi :

Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas pada

penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidung.

Hal yang diinspeksi antara lain : mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan

warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan

kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya

keterbatasan fifik, dan seterusnya

Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan jari.

Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan

tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.

Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi

janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.

Page 12: LAPORAN PENDAHULUAN abortus

Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang

abnormal

Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada permukaan

tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau jaringan yang ada

dibawahnya.

Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang menunjukkan ada

tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.

Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks/gerakan pada

kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut atau

tidak

Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan stetoskop

dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang terdengar. Mendengar :

mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi

jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin.(Johnson &

Taylor, 2005 : 39)

Pemeriksaan laboratorium :

Darah dan urine serta pemeriksaan penunjang : rontgen, USG, biopsi, pap smear.

Keluarga berencana : Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB, apakah klien

setuju, apakah klien menggunakan kontrasepsi, dan menggunakan KB jenis apa.

Data lain-lain :

a) Kaji mengenai perawatan dan pengobatan yang telah diberikan selama dirawat

di RS.Data psikososial.

b) Kaji orang terdekat dengan klien, bagaimana pola komunikasi dalam keluarga,

hal yang menjadi beban pikiran klien dan mekanisme koping yang digunakan.

c) Status sosio-ekonomi : Kaji masalah finansial klien

d) Data spiritual : Kaji tentang keyakinan klien terhadap Tuhan YME, dan

kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan.

Page 13: LAPORAN PENDAHULUAN abortus

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Devisit Volume Cairan s.d perdarahan

b. Gangguan Aktivitas s.d kelemahan, penurunan sirkulasi

c. Gangguan rasa nyaman: Nyeri s.d kerusakan jaringan intrauteri

d. Resiko tinggi Infeksi s.d perdarahan, kondisi vulva lembab

e. Cemas s.d kurang pengetahuan

3. INTERVENSI KEPERAWATAN

a. Devisit Volume Cairan s.d Perdarahan

Tujuan :Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output baik

jumlah maupun kualitas.

Intervensi :

1) Kaji kondisi status hemodinamik.

Rasional : Pengeluaran cairan pervaginal sebagai akibat abortus memiliki

karekteristik bervariasi

2) Ukur pengeluaran haria

Rasional : Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah

dengan jumlah cairan yang hilang pervaginal

3) Berikan sejumlah cairan pengganti harian

Rasional : Tranfusi mungkin diperlukan pada kondisi perdarahan massif

4) Evaluasi status hemodinamika

Rasional : Penilaian dapat dilakukan secara harian melalui pemeriksaan fisik.

b. Gangguan Aktivitas s.d kelemahan, penurunan sirkulasi

Tujuan : Klien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi

Intervensi :

1) Kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas

Rasional : Mungkin klien tidak mengalami perubahan berarti, tetapi perdarahan

masif perlu diwaspadai untuk menccegah kondisi klien lebih buruk

Page 14: LAPORAN PENDAHULUAN abortus

2) Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi uterus/kandungan

Rasional : Aktivitas merangsang peningkatan vaskularisasi dan pulsasi organ

reproduksi

3) Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari

Rasional : Mengistiratkan klilen secara optimal

4) Bantu klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan/kondisi klien

Rasional : Mengoptimalkan kondisi klien, pada abortus imminens, istirahat

mutlak sangat diperlukan

5) Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitas

Rasional : Menilai kondisi umum klien

c. Gangguan rasa nyaman : Nyeri s.d Kerusakan jaringan intrauteri

Tujuan : Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami

Intervensi :

1) Kaji kondisi nyeri yang dialami klien

Rasional : Pengukuran nilai ambang nyeri dapat dilakukan dengan skala maupun

deskripsi.

2) Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya

Rasional : Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance mengatasi

nyeri

3) Kolaborasi pemberian analgetika

Rasional : Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan pemberian

analgetika oral maupun sistemik dalam spectrum luas/spesifik

Page 15: LAPORAN PENDAHULUAN abortus

d. Resiko tinggi Infeksi s.d perdarahan, kondisi vulva lembab

Tujuan : Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan

Intervensi :

1) Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan bau

Rasional : Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji setiap saat dischart keluar.

Adanya warna yang lebih gelap disertai bau tidak enak mungkin merupakan

tanda infeksi

2) Terangkan pada klien pentingnya perawatan vulva selama masa perdarahan

Rasional : Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan genital yang lebih

luar

3) Lakukan pemeriksaan biakan pada dischart

Rasional : Berbagai kuman dapat teridentifikasi melalui dischart

4) Lakukan perawatan vulva

Rasional : Inkubasi kuman pada area genital yang relatif cepat dapat

menyebabkan infeksi.

5) Terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda inveksi

Rasional : Berbagai manivestasi klinik dapat menjadi tanda nonspesifik infeksi;

demam dan peningkatan rasa nyeri mungkin merupakan gejala infeksi

6) Anjurkan pada suami untuk tidak melakukan hubungan senggama se;ama masa

perdarahan

Rasional : Pengertian pada keluarga sangat penting artinya untuk kebaikan ibu;

senggama dalam kondisi perdarahan dapat memperburuk kondisi system

reproduksi ibu dan sekaligus meningkatkan resiko infeksi pada pasangan.

e. Cemas s.d kurang pengetahuan

Tujuan : Tidak terjadi kecemasan, pengetahuan klien dan keluarga terhadap penyakit

meningkat

Intervensi :

1) Kaji tingkat pengetahuan/persepsi klien dan keluarga terhadap penyakit

Rasional : Ketidaktahuan dapat menjadi dasar peningkatan rasa cemas

Page 16: LAPORAN PENDAHULUAN abortus

2) Kaji derajat kecemasan yang dialami klien

Rasional : Kecemasan yang tinggi dapat menyebabkan penurunan penialaian

objektif klien tentang penyakit

3) Bantu klien mengidentifikasi penyebab kecemasan

Rasional : Pelibatan klien secara aktif dalam tindakan keperawatan merupakan

support yang mungkin berguna bagi klien dan meningkatkan kesadaran diri klien

4) Asistensi klien menentukan tujuan perawatan bersama

Rasional : Peningkatan nilai objektif terhadap masalah berkontibusi menurunkan

kecemasan

5) Terangkan hal-hal seputar aborsi yang perlu diketahui oleh klien dan keluarga

Rasional : Konseling bagi klien sangat diperlukan bagi klien untuk meningkatkan

pengetahuan dan membangun support system keluarga; untuk mengurangi

kecemasan klien dan keluarga.