laporan kinerja badan ketahanan pangan tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/draft lakin bkp...

150
Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016 1

Upload: ngokhue

Post on 25-Mar-2018

259 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

1

Page 2: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas izinNya Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2016 selesai disusun sesuai yang direncanakan. Laporan Kinerja ini disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban Kepala Badan Ketahanan Pangan kepada Menteri Pertanian atas pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran Badan Ketahanan Pangan Tahun 2016.

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah merupakan alat penilai kinerja secara kuantitatif, sebagai wujud akuntabilitas pelaksanaan tugas dan fungsi unit organisasi dan transparansi serta pertanggungjawaban kepada masyarakat. Selain itu, laporan kinerja ini merupakan alat kendali dan alat pemacu peningkatan kinerja setiap unit organisasi. Semua indikator sasaran yang ditargetkan dapat dicapai bahkan melebihi target yang ditetapkan, kecuali penurunan jumlah penduduk rawan pangan dan koefisien varian komoditas cabai merah. Capaian kinerja tersebut merupakan dampak dari pelaksanaan program dan kegiatan tahun 2016 yang telah dilaksanakan Badan Ketahanan Pangan Pusat dan daerah, serta pemangku kepentingan mulai dari pusat hingga ke tingkat lapang, baik institusi Pemerintah, Swasta, maupun Petani.

Dalam penyusunan laporan ini tentunya masih banyak kekurangan maupun kesalahan, sehingga kami berharap adanya saran, kritik dan masukan yang konstruktif guna menyempurnakan penyusunan laporan di waktu mendatang. Terima kasih kami sampaikan kepada berbagai pihak atas bantuannya sehingga laporan ini dapat terselesaikan. Semoga laporan ini bermanfaat.

Jakarta, Februari 2017

Plt. Kepala Badan Ketahanan Pangan

Dr. Ir. Spudnik Sujono Kamino, MM

2

Page 3: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...................................................................................................... i

Ringkasan Eksekutif ............................................................................................... ii

Daftar Isi ................................................................................................................ v

Daftar Tabel............................................................................................................ vi

Daftar Grafik............................................................................................................ viii

Daftar Lampiran........................................................................................................ ix

Daftar Gambar........................................................................................................ x

BAB I : PENDAHULUAN.................................................................................. 1

A. Latar Belakang............................................................................ 1

B. Maksud dan Tujuan...................................................................... 4

C. Tugas Fungsi dan Struktur Organisasi......................................... 4

BAB II : PERENCANAAN KINERJA………………………................................. 10

A. Rencana Strategis…................................................................... 10

B. Perjanjian Kinerja…..................................................................... 16

BAB III : AKUNTABILITAS KINERJA................................................................. 20

A. Capaian Kinerja Organisasi……………….................................... 20

B. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja Sasaran.......................... 26

C. Capaian Kinerja Lainnya………………………….......................... 74

D. Realisasi Anggaran……............................................................... 85

E. Dukungan Instansi Lain…............................................................ 89

BAB IV : PENUTUP............................................................................................. 90

A. Simpulan Umum............................................................................ 90

B. Permasalahan, dan Upaya dan Tindak Lanjut.............................. 91

3

Page 4: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran BKP pada Renstra BKP

2015 – 2019..................................................................................... 10

Tabel 2 Target Indikator Kinerja Program (IKP) BKP 2015 - 2019 ............ 12

Tabel 3. Pendanaan APBN Kegiatan BKP Tahun 2015 - 2019 ................. 16

Tabel 4. Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2016 Badan Ketahanan Pangan

Awal ................................................................................................. 17

Tabel 5. Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2016 Badan Ketahanan Pangan Revisi III ...................................................................... 18

Tabel 6. Keselarasan Indikator Kinerja Renstra dengan Penetapan Kinerja.. 19

Tabel 7. Penjelasan Hasil Perhitungan Keberhasilan Pencapaian Kinerja Badan Ketahanan Pangan……………………………………………………... 20

Tabel 8. Pencapaian Sasaran Badan Ketahanan Pangan Tahun 2016 ....... 23

Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor PPH.. 28

Tabel 10. Angka Rawan Pangan Tahun 2012 – 2016 ..................................... 32

Tabel 11. Perkembangan Dana Bansos dan Realisasi Kawasan Mandiri Pangan

Tahun 203 – 2016 ………………………………………....................... 34

Tabel 12. Perkembangan Harga GKP, GKG, dan Beras Tingkat Petani Berdasarkan Pantauan BPS Tahun 2016 ........................................ 41

Tabel 13. Perkembangan Harga Gabah Tingkat Petani Tahun 2016 …….. ..... 42

Tabel 14. Rata-rata Harga Pembelian Gabah dan Beras Tingkat LDPM.... ...... 43

Tabel 15. Perkembangan Harga Pangan Strategis Tingkat Konsumen Tahun 2016 Berdasarka BPS........................................................................ 48

Tabel 16. Perkembangan Sasaran Penguatan LDPM Tahun 2012 – 2016......... 51

Tabel 17. Perbandingan Tingkat Harga dan Fluktuasi Harga GKP Tahun 2012.Tingkat Gapoktan LDPM .................................................................. 53

Tabel 18. Progres Kegiatan PUPM dan TTI tahun 2015 – 2016……………..... 57

Tabel 19. Transaksi Kegiatan PUPM dan TTI di 32 Provinsi………………….... 58

4

Page 5: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

Tabel 20. Perkembangan Target Konsumsi Energi tahun 2012 - 2016........... 60

Tabel 21. Rata-rata Perkembangan Konsumsi Pangan Penduduk Indonesia Tahun 2012 - 2016........ 61

Tabel 22. Konsumsi Pangan Hewani Tahun 2016……………………………... 64

Tabel 23. Perkembangan Skor PPH 2011 – 2015........................................... 65

Tabel 24. Perbandingan Percepatan Penyelesaian KN BKP Th. 2012–2016.. 77

Tabel 25. Pegawai Fungsional Khusus di BKP ………………………………… 80

Tabel 26. Komponen dan Nilai Budaya Kerja BKP Tahun 2016………........... 82

Tabel 27. Perbandingan Nilai Budaya Kerja BKP tahun 2015 – 2016……….. 82

Tabel 28. Indeks Penerapan Nilai Dasar Budaya Kerja per eselon II.............. 83

Tabel 29. Ringkasan Hasil Penilaian per Eselon II….….................................. 83

Tabel 30. Pagu dan realisasi Anggaran Per Kegiatan….................................. 86

Tabel 31. Pagu dan Realisasi Anggaran Berdasarkan Kewenangan…............ 87

Tabel 32. Pagu dan Realisasi Anggaran per Jenis Belanja……………............. 87

Tabel 33. Alokasi Anggaran Badan Ketahanan Pangan Tahun 2012 – 2016... 88

5

Page 6: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. Ketersediaan Energi ........................................................................... 28

Grafik 2. Ketersediaan Protein ……................................................................... 29

Grafik 3. Skor PPH Ketersediaan….................................................................... 29

Grafik 4. Perkembangan Kerawanan Pangan di Indonesia Th 2012 – 2016….. 32

Grafik 5. Produksi Rata-rata Responden tahun 2015 – 2016 Kegiatan Solid.... 38

Grafik 6. Dampak Peningkatan Pendapatan Kelompok Solid…………………... 38

Grafik 7. Durasi Kekurangan Pangan yang Dialami oleh Kelompok Solid…....... 39

Grafik 8. Harga Gabah di Tingkat Produsen Th 2012–2016 Berdasarkan BPS.. 40

Grafik 9. Perkembangan Harga GKP, GKG dan Beras Tk. Petani……………… 40

Grafik 10. Perkembangan Panel Harga Gabah di Tingkat Petani/Produsen…..... 42

Grafik 11. Kondisi Rata-rata Harga Pembelian Gabah dan Beras di Provinsi Pelaksana LDPM………………………………………………….……..... 45

Grafik 12. Perkembangan LDPM Tingkat Penumbuhan, Pengembangan dan Kemandirian………………………………………………………………… 52

Grafik 13. Realisasi Anggaran Dibandingkan dengan Renstra dan Pagu Anggaran Tahunan BKP Tahun 2012 - 2016…….……………….…..... 89

6

Page 7: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Sruktur Organisasi Badan Ketahanan Pangan ………………………... 97

Lampiran 2. Indikator Kinerja Kegiatan BKP Tahun 2010 – 2014 ………………..... 98

Lampiran 3. Matrik Kinerja dan Pendanaan BKP Tahun 2015 – 2019……….…..... 100

Lampiran 4. Perjanjian Kinerja Revisi II Tahun 2016…………………………............ 103

Lampiran 5. Perjanjian Kinerja Revisi III Tahun 2016…………………………............ 104

Lampiran 6. Perkembangan Panel Harga Pangan Strategis Tk. Produsen .….. 98

Lampiran 7. Perkembangan Harga Gabah Tk. LUPM di 9 Prov. Sample...…. 106

Lampiran 8. Pemantauan Capaian Kinerja PK Triwulanan Tahun 2016….…... 100

Lampiran 9. Rata-rata Harga Beras di Tingkat PUPM dan TTI Tahun 2016…... 106

Lampiran 10. Transaksi Kegiatan Gapoktan dan TTI di 32 Provinsi….…….…... 117

Lampiran 11. Rata-rata Konsumsi Energi dan Protein Tahun 2016…..…….…... 109

Lampiran 12. Dukungan Instansi Lain………………………………………….…... 110

7

Page 8: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kriteria Penerima Toko Tani Indonesia……......………………………... 52

Gambar 2. Kerangka Pikir Pelaksanaan Toko Tani Indonesia...................……..... 53

Gambar 3. Alasan Utama Belanja ke TTI Center………………...................……..... 56

8

Page 9: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu program Kementerian Pertanian yang sedang digalakkan adalah

mewujudkan kedaulatan pangan, melalui program utama yaitu Swasembada Pangan

yang didukung oleh program lainnya. Untuk menuju kedaulatan pangan, ketahanan

pangan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan bangsa karena

pemenuhan pangan merupakan hak azasi setiap manusia. Selain itu, ketahanan

pangan juga merupakan salah satu pilar ketahanan nasional suatu bangsa, dan

menunjukkan eksistensi kedaulatan bangsa. Terkait dengan hal tersebut, ketahanan

pangan tidak akan dapat terwujud dengan hanya melibatkan satu komponen bangsa,

tapi harus melibatkan seluruh komponen bangsa, baik pemerintah maupun masyarakat,

harus bersama-sama membangun ketahanan pangan secara sinergi. Hal inilah yang

kemudian dijabarkan dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan.

yang merumuskan ketahanan pangan sebagai “kondisi terpenuhinya pangan bagi

rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun

mutunya, aman, halal. merata, dan terjangkau” dan ketahanan pangan merupakan

tanggungjawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Undang-undang tentang

Pangan tersebut kemudian dijabarkan dalam berbagai Peraturan Pemerintah untuk

diimplementasikan dalam keputusan Pimpinan Pemerintah.

Sejalan dengan amanat Undang-Undang Pangan tersebut, Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 memprioritaskan peningkatan

kedaulatan pangan sebagai salah satu sub agenda prioritas untuk mewujudkan agenda

pembangunan nasional yakni kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-

sektor strategis ekonomi domestik. Dalam rangka meningkatkan dan memperkuat

kedaulatan pangan tersebut. maka kebijakan umum dalam RPJMN 2015-2019

diarahkan pada: (1) pemantapan ketahanan pangan menuju kemandirian pangan

dengan peningkatan produksi pangan pokok; (2) stabilisasi harga pangan; (3) perbaikan

9

Page 10: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

kualitas konsumsi pangan dan gizi masyarakat; (4) mitigasi gangguan terhadap

ketahanan pangan; dan (5) peningkatan kesejahteraan pelaku usaha pangan.

Dalam rangka pemantapan ketahanan pangan, pada tahun 2015 - 2019 Kementerian

Pertanian fokus pada peningkatan produksi pangan pokok strategis, yaitu : padi,

jagung, kedelai, gula (tebu) dan daging sapi-kerbau serta komoditas pertanian lainnya,

untuk memenuhi kebutuhan pangan di dalam negeri. Pemantapan ketahanan pangan

tersebut, berlandaskan kemandirian dan kedaulatan pangan yang didukung oleh

subsistem ketersediaan, distribusi, dan konsumsi pangan yang terintegrasi.

Dalam rangka mencapai ketahanan pangan yang mantap dan berkesinambungan, ada

3 (tiga) komponen pokok yang harus diperhatikan: (1) Ketersediaan pangan yang

cukup dan merata; (2) Keterjangkauan pangan yang efektif dan efisien; serta (3)

Konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, aman dan halal. Ketiga komponen

tersebut perlu diwujudkan sampai tingkat rumah tangga, dengan : (1) Memanfaatkan

potensi sumberdaya lokal yang beragam untuk peningkatan ketersediaan pangan

dengan teknologi spesifik lokasi dan ramah lingkungan; (2) Mendorong masyarakat

untuk mau dan mampu mengkonsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan

aman untuk kesehatan; (3) Mengembangkan perdagangan pangan regional dan antar

daerah, sehingga menjamin pasokan pangan ke seluruh wilayah dan terjangkau oleh

masyarakat dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI); (4)

Memanfaatkan pasar pangan internasional secara bijaksana bagi pemenuhan

konsumen yang beragam; serta (5) Memberikan jaminan bagi masyarakat miskin di

perkotaan dan perdesaan dalam mengakses pangan yang bersifat pokok.

Dewasa ini ketahanan pangan merupakan isu strategis dalam pemenuhan kebutuhan

konsumsi dan kesejahteraan masyarakat karena akan menentukan kestabilan ekonomi,

social, dan politik dalam suatu negara. Pemenuhan kebutuhan pangan menjadi

tantangan tersendiri bagi Indonesia yang merupakan negara kepulauan. Upaya

memantapkan ketahanan pangan yang dilandasi kedaulatan dan kemandirian pangan,

masih menghadapi berbagai tantangan dan permasalahan baik dalam aspek:

ketersediaan pangan, kerawanan pangan, distribusi pangan, penyediaan cadangan

pangan, penganekaragaman konsumsi pangan, penanganan keamanan pangan,

10

Page 11: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

kelembagaan ketahanan pangan, maupun manajemen ketahanan pangan. Tantangan

dan permasalahan tersebut antara lain : (1) Sistem pertanian pangan yang dilakukan

oleh petani saat ini sebagian besar belum memberikan kesejahteraan dan keuntungan

yang memadai; (2) Pendapatan masyarakat masih rendah dibandingkan harga

kebutuhan pangan secara umum, sehingga menurunnya daya beli masyarakat; (3)

Jumlah penduduk yang besar dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi

(1.39%/tahun); (4) Konsumsi beras per kapita cenderung turun, tetapi konsumsi

gandum (terigu) cenderung meningkat; (5) Belum maksimalnya teknologi pengolahan

pangan lokal; (6) Kampanye dan promosi penganekaragaman konsumsi pangan masih

kurang; (7) Beras sebagai komoditas superior ketersediaannya masih terjamin dengan

harga yang murah, sementara pemanfaatan dan produksi sumber-sumber pangan

lokal seperti aneka umbi, jagung, dan sagu masih rendah; (8) Kualitas konsumsi

pangan masih rendah, kurang beragam dan masih didominasi pangan sumber

karbohidrat, serta masih rendahnya konsumsi protein hewani, umbi-umbian, aneka

kacang, serta sayur dan buah; (9) Hingga saat ini masih berkembangnya konsep

makan “belum makan kalau belum makan nasi”; (10) Bencana alam dan perubahan

iklim yang sangat ekstrim. sehingga mempengaruhi produksi pangan.(11) Konversi

lahan pertanian yang terus berlanjut; (12) Perluasan lahan pertanian di luar Jawa masih

terkendala kualitas tanah maupun kepemilikan lahan; serta (13) Agribisnis pangan yang

belum optimal sangat mempengaruhi tingkat kesejahteraan petani. Sementara itu.

situasi ekonomi dan perdagangan bebas di dunia internasional, berpengaruh cukup

kuat terhadap ketahanan pangan di dalam negeri, terutama harga dan pasokan pangan

yang begitu dinamis mempengaruhi ketersediaan pangan di dalam negeri.

Badan Ketahanan Pangan berupaya mengatasi permasalahan dan mewujudkan

ketahanan pangan tersebut. Untuk itu. Badan Ketahanan Pangan (BKP) sebagai salah

satu unit kerja Eselon I Kementerian Pertanian yang memiliki tugas yaitu :

"Melaksanakan pengkajian, pengembangan, dan koordinasi di bidang pemantapan

ketahanan pangan", telah menjabarkan berbagai program dan kegiatan pembangunan

ketahanan pangan, serta dilaksanakan secara berkesinambungan baik pusat dan

daerah melalui Sistem Akuntabilitas Kinerja (SAKIP) Badan Ketahanan Pangan yaitu

11

Page 12: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

mulai dari perencanaan kinerja, pengukuran kinerja, pelaporan kinerja, evaluasi kinerja,

hingga capaian kinerja.

Guna mengetahui kinerja pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan ketahanan

pangan tersebut selama tahun 2016, disusunlah Laporan Kinerja Badan Ketahanan

Pangan Tahun 2016. Penyusunan Laporan Kinerja tersebut didasarkan pada : (1) UU

no 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara; (2) Peraturan Pemerintah No. 8/2006

tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah; (3) Peraturan

Pemerintah No 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi

Pelaksanaan Rencana Pembangunan; (4) Peraturan Presiden No 29 Tahun 2014

tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; (5) Instruksi Presiden No. 7

Tahun 1999; (6) Permenpan dan RB Nomor 53 tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis

Perjanjian Kinerja. Pelaporan Kinerja. dan Tata Cara Review Atas Laporan Kinerja

Instansi Pemerintah; dan (7) Permentan No 50 tahun 2016 tentang Pengelolaan Sistem

Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pertanian.

B. Maksud dan Tujuan

Laporan Kinerja tahun 2016 disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban kinerja

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian kepada Menteri Pertanian selaku

pimpinan tertinggi Kementerian Pertanian.

Tujuan penyusunan laporan ini adalah untuk : (1) Mengetahui sejauhmana kinerja

Badan Ketahanan Pangan tahun 2016; (2) Memenuhi kewajiban Badan Ketahanan

Pangan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya selama tahun 2016; dan (3) Sebagai

salah satu bahan penyusunan laporan kinerja Kementerian Pertanian.

C. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi

Sesuai dengan Peraturan Presiden No 45 tahun 2015 tentang Kementerian Pertanian.

Badan Ketahanan Pangan mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi,

perumusan dan pelaksanaan kebijakan dibidang peningkatan diversifikasi dan

12

Page 13: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

pemantapan ketahanan pangan. Pelaksanaan tugas diselenggarakan secara efektif

dan efisien berdasarkan prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (good governance).

Badan Ketahanan Pangan menyelenggarakan fungsi:

1. Koordinasi, pengkajian, penyusunan kebijakan, pemantauan dan pemantapan di

bidang ketersediaan pangan, penurunan kerawanan pangan, pemantapan

distribusi pangan dan akses pangan, penganekaragaman konsumsi pangan, dan

peningkatan keamanan pangan segar;

2. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang ketersediaan

pangan, penurunan kerawanan pangan, pemantapan distribusi pangan dan akses

pangan, penganekaragaman konsumsi pangan, dan peningkatan keamanan

pangan segar;

3. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi di bidang ketersediaan pangan,

penurunan kerawanan pangan, pemantapan distribusi pangan dan akses pangan,

penganekaragaman konsumsi pangan. dan peningkatan keamanan pangan segar;

4. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang ketersediaan pangan, penurunan

kerawanan pangan, pemantapan distribusi pangan dan akses pangan,

penganekaragaman konsumsi pangan, dan peningkatan keamanan pangan segar;

5. Pelaksanaan administrasi Badan Ketahanan Pangan; dan

6. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

Struktur organisasi Badan Ketahanan Pangan terdiri atas:

1. Sekretariat Badan;

2. Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan;

3. Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan; dan

4. Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan.

Sekretariat Badan mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis dan administrasi

kepada seluruh unit organisasi di lingkungan Badan Ketahanan Pangan. Sekretariat

Badan menyelenggarakan fungsi:

13

Page 14: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

1. Koordinasi, penyusunan rencana dan program, anggaran, serta kerja sama di

bidang ketahanan pangan;

2. pengelolaan urusan keuangan dan perlengkapan;

3. evaluasi dan penyempurnaan organisasi, tata laksana, pengelolaan urusan

kepegawaian, dan penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan, serta

pelaksanaan hubungan masyarakat dan informasi publik;

4. evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang ketahanan pangan;

5. pelaksanaan urusan tata usaha Badan Ketahanan Pangan; dan

6. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala Badan Ketahanan Pangan.

Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan mempunyai tugas melaksanakan

koordinasi, pengkajian, penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang

ketersediaan dan penurunan kerawanan pangan. Pusat Ketersediaan dan Kerawanan

Pangan menyelenggarakan fungsi:

1. koordinasi di bidang ketersediaan pangan, akses pangan dan penurunan

kerawanan pangan;

2. pengkajian di bidang ketersediaan pangan, akses pangan dan penurunan

kerawanan pangan;

3. penyiapan perumusan kebijakan di bidang ketersediaan pangan, akses pangan

dan penurunan kerawanan pangan;

4. pelaksanaan kebijakan di bidang ketersediaan pangan, akses pangan dan

penurunan kerawanan pangan;

5. pelaksanaan pemantapan di bidang ketersediaan pangan, akses pangan dan

penurunan kerawanan pangan;

6. penyusunan norma, standar, prosedur. dan kriteria di bidang ketersediaan

pangan, akses pangan dan penurunan kerawanan pangan;

14

Page 15: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

7. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang ketersediaan pangan, akses

pangan dan penurunan kerawanan pangan;

8. pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang

ketersediaan pangan, akses pangan dan penurunan kerawanan pangan; dan

9. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala Badan Ketahanan Pangan.

Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan mempunyai tugas melaksanakan koordinasi,

pengkajian, penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang distribusi dan

cadangan pangan. Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan menyelenggarakan fungsi:

1. koordinasi di bidang distribusi pangan, harga pangan dan cadangan pangan;

2. pengkajian di bidang distribusi pangan, harga pangan dan cadangan pangan;

3. penyiapan perumusan kebijakan di bidang distribusi pangan, harga pangan dan

cadangan pangan;

4. pelaksanaan kebijakan di bidang distribusi pangan, harga pangan dan cadangan

pangan;

5. pelaksanaan pemantapan di bidang distribusi pangan, harga pangan dan

cadangan pangan;

6. penyusunan norma. Standar, prosedur, dan kriteria di bidang distribusi pangan,

harga pangan dan cadangan pangan;

7. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang distribusi pangan, harga

pangan dan cadangan pangan;

8. pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang distribusi

pangan, harga pangan dan cadangan pangan; dan

9. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala Badan Ketahanan Pangan.

Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan mempunyai tugas

melaksanakan koordinasi. pengkajian. penyiapan perumusan dan pelaksanaan

15

Page 16: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

kebijakan di bidang penganekaragaman konsumsi dan keamanan pangan. Pusat

Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan menyelenggarakan fungsi:

1. koordinasi di bidang konsumsi pangan, penganekaragaman pangan, dan

keamanan pangan segar;

2. pengkajian di bidang konsumsi pangan, penganekaragaman pangan, dan

keamanan pangan segar;

3. penyiapan perumusan kebijakan di bidang konsumsi pangan, penganekaragaman

pangan, dan keamanan pangan segar;

4. pelaksanaan kebijakan di bidang konsumsi pangan, penganekaragaman pangan,

dan keamanan pangan segar;

5. pelaksanaan pemantapan di bidang konsumsi pangan, penganekaragaman

pangan, dan keamanan pangan segar;

6. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang konsumsi pangan,

penganekaragaman pangan, dan keamanan pangan segar;

7. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang konsumsi pangan,

penganekaragaman pangan, dan keamanan pangan segar;

8. pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang konsumsi pangan,

penganekaragaman pangan, dan keamanan pangan segar; dan

9. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala Badan Ketahanan Pangan.

Bagan struktur organisasi BKP berdasarkan Permentan Nomor

43/Permentan/OT.010/8/2015 sebagaimana pada Lampiran 1.

Mengingat luasnya substansi dan banyaknya pelaku yang berperan dalam

pembangunan ketahanan pangan, maka sangat diperlukan kerjasama yang sinergis

dan terarah antar institusi dan komponen masyarakat serta koordinasi program dan

kegiatan berbagai subsektor dan sektor. Guna mewujudkan sinergi dan harmonisasi

kebijakan dan program, serta memperkuat koordinasi peningkatan ketahanan pangan

antar sektor, antar wilayah, dan antar waktu, dibentuk Dewan Ketahanan Pangan (DKP)

yang bertugas merumuskan kebijakan serta melaksanakan evaluasi dan pengendalian

dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional melalui Keppres Nomor 132 Tahun

16

Page 17: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

2001 yang disempurnakan dengan Perpres Nomor 83 Tahun 2006 tentang Dewan

Ketahanan Pangan (DKP), menetapkan BKP secara ex-officio sebagai Sekretariat DKP

yang diketuai oleh Presiden dan Ketua Harian oleh Menteri Pertanian.

BKP selaku Sekretariat DKP memfasilitasi pelaksanaan tugas Menteri Pertanian selaku

Ketua Harian DKP dalam membantu Presiden RI untuk : (1) Merumuskan kebijakan

dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional; dan (2) Melaksanakan evaluasi

dan pengendalian dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional.

17

Page 18: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

BAB II

PERENCANAAN KINERJA

A. Rencana Strategis

Dalam penyusunan Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2016, Rencana

Strategis (Renstra) yang dipergunakan adalah Renstra Badan Ketahanan Pangan

(BKP) Tahun 2015 – 2019 yang memuat visi, misi, tujuan, sasaran serta program BKP.

Visi, misi, tujuan, dan sasaran tersebut pada tabel di bawah ini.

Tabel 1. Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015-2019

VISI MISI TUJUAN SASARAN

Terwujudnya ketahanan pangan yang berlandaskan Kedaulatan dan Kemandirian Pangan

1. Memantapkan ketersediaan dan

penanganan kerawanan pangan

1. Memperkuat penyediaan pangan

yang beragam berbasis sumber daya lokal

1. Meningkatnya ketersediaan pangan yang

beragam

2. Menurunkan jumlah

penduduk rawan pangan

2. Menurunnya jumlah

penduduk rawan pangan

2. Meningkatkan

keterjangkauan masyarakat

terhadap pangan

3. Memperkuat sistem

distribusi pangan

3. Stabilinya harga pangan

pokok di tingkat produsen dan konsumen

3. Mewujudkan penganekaragaman

konsumsi pangan masyarakat

berbasis sumber daya, kelembagaan

dan budaya lokal

4. Meningkatkan konsumsi pangan

masyarakat untuk memenuhi kecukupan

gizi yang bersumber dari pangan lokal

4. Meningkatnya kuantitas dan kualitas konsumsi

pangan masyarakat

4. Mewujudkan pangan segar yang

aman dan bermutu

5. Meningkatkan keamanan dan mutu

pangan segar

5. Meningkatnya pangan segar yang aman dan

bermutu

18

Page 19: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

Dalam rangka mengukur kinerja Badan Ketahanan Pangan untuk mencapai tujuan

strategis tersebut di atas maka ditetapkan indikator kinerja tujuan dan target kinerja

jangka menengah yang harus dicapai pada akhir tahun kelima (2019). Indikator kinerja

tersebut merupakan indikator kinerja utama Badan Ketahanan Pangan, yaitu:

1. Meningkatnya ketersediaan pangan yang beragam sehingga mencapai skor Pola

Pangan Harapan (PPH) ketersediaan sebesar 96,32 pada tahun 2019;

2. Penurunan jumlah penduduk rawan pangan sebesar 1% setiap tahun;

3. Stabilnya harga gabah kering panen (GKP) di tingkat produsen (Rp/Kg) lebih besar

atau sama dengan Harga Pembelian Pemerintah;

4. Koefisien variasi pangan di tingkat konsumen (cv) dengan cv beras kurang dari

10%, cabe merah kurang dari 25%, bawang merah kurang dari 15% pada tahun

2019;

5. Konsumsi energi sebesar 2.150 kkal/kap/hr pada tahun 2019;

6. Konsumsi pangan hewani sebesar 225 kkal/kap/hr pada tahun 2019;

7. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) konsumsi sebesar 92,50 pada tahun 2019;

8. Rasio konsumsi pangan lokal non beras terhadap beras sebesar 6,23% pada tahun

2019;

9. Peningkatan produk pangan segar yang terdaftar dan/atau tersertifikasi sebesar

10%;

10.Tingkat keamanan pangan segar yang diuji lebih besar atau sama dengan 80%.

Sasaran strategis merupakan indikator kinerja dalam pencapaian tujuan yang telah

ditetapkan oleh Badan Ketahanan Pangan tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut:

1. Meningkatnya ketersediaan pangan yang beragam;

2. Menurunnya jumlah penduduk rawan pangan;

3. Stabilnya harga pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen;

4. Meningkatnya kuantitas dan kualitas konsumsi pangan masyarakat;

5. Meningkatnya pangan segar yang aman dan bermutu.

19

Page 20: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

Target kinerja “Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat” Badan Ketahanan Pangan tahun 2015-2019, setiap tahun dapat dilihat

pada tabel dibawah ini.

Tabel 2. Target Indikator Kinerja Program (IKP) Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015–2019

No. Rincian IKP 2015 2016 2017 2018 2019

1. Skor Pola Pangan Harapan (PPH)

Ketersediaan

87,52 89,71 92,04 94,25 96,32

2. Penurunan jumlah penduduk rawan pangan (%/Tahun)

1 1 1 1 1

3. Harga gabah kering panen (GKP) di tingkat

produsen (Rp/Kg)

≥ HPP ≥ HPP ≥ HPP ≥ HPP ≥ HPP

4. Koefisien variasi pangan di tingkat konsumen (CV)

- Beras ≤ 10% ≤ 10% ≤ 10% ≤ 10% ≤ 10%

- Cabe Merah ≤ 29% ≤ 28% ≤ 27% ≤ 26% ≤ 25%

- Bawang Merah ≤ 19% ≤ 18% ≤ 17% ≤ 16% ≤ 15%

5. Konsumsi Energi (kkal/kap/hr) 2.004 2.040 2.077 2.113 2.150

6. Konsumsi Pangan Hewani (kkal/kap/hr) 191 200 208 217 225

7. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi 84,1 86,2 88,4 90,5 92,5

8. Rasio konsumsi pangan lokal non beras

terhadap beras (%)

5,54 5,70 5,87 6,05 6,23

9. Peningkatan produk pangan segar yang terdaftar dan/atau tersertifikasi (%)

10 10 10 10 10

10. Tingkat keamanan pangan segar yang diuji

(%)

≥ 80 ≥ 80 ≥ 80 ≥ 80 ≥ 80

Sumber: Badan Ketahanan Pangan

Sedangkan target kinerja kegiatan adalah tingkat sasaran kinerja spesifik yang akan

dicapai oleh Badan Ketahanan Pangan dalam periode 2015-2019 yang berupa output.

Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) tersebut dapat diperhatikan pada lampiran 2.

20

Page 21: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

Memperhatikan indikator kinerja diatas dan arah kebijakan ketahanan pangan, serta

mempertimbangkan penanganan ketahanan pangan lintas pelaku dan wilayah, maka

dirumuskan “Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat”. Program tersebut diwujudkan melalui koordinasi dan sinkronisasi dalam

perencanaan dan penyiapan program, partisipasi pemangku kepentingan dan

masyarakat, identifikasi dan intervensi pangan dan gizi, serta pengembangan model

kebijakan guna pencapaian sasaran pemantapan ketahanan pangan masyarakat

sampai tingkat perseorangan.

Untuk menyelenggarakan Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan

Masyarakat, maka akan dilaksanakan 4 (empat) kegiatan sesuai dengan tugas dan

fungsi Badan Ketahanan Pangan yang meliputi:

1. Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan;

2. Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan;

3. Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Keamanan Pangan;

4. Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya pada Badan Ketahanan Pangan.

Rencana aksi dalam rangka mencapai sasaran diatas dibagi dalam beberapa sub

kegiatan yang akan menghasilkan beberapa output sebagai sarana untuk mencapai

sasaran program (outcome). Kegiatan beserta sub kegiatannya diuraikan berikut ini :

1. Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Rawan PanganKegiatan ini dimaksudkan untuk mengkoordinasikan upaya memantapkan ketersediaan

pangan yang bersumber dari produksi dalam negeri sekaligus pengurangan jumlah

penduduk rawan pangan.

Sasaran output kegiatan adalah (1) meningkatnya ketersediaan pangan yang beragam

dan menurunnya jumlah penduduk rawan pangan setiap tahun; serta (2) Meningkatnya

ketahanan pangan keluarga melalui pengembangan model pemberdayaan

masyarakat /Smallholder Livelihood Development (SOLID).

Untuk mencapai sasaran output pertama. ada 6 (enam) sub kegiatan. yaitu: (1) Analisis

Neraca Bahan Makanan; (2) Penguatan sistem kewaspadaan pangan dan gizi; (3)

Kajian Responsif dan Antisipatif Ketersediaan dan Kerawanan Pangan; (4) Peta

21

Page 22: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

ketahanan dan kerentanan pangan (Peta FSVA); (5) Kawasan Mandiri Pangan; dan (6)

Pemantauan ketersediaan dan kerawanan pangan.

Sedangkan untuk mencapai sasaran output kedua. ada 4 (empat) sub kegiatan yang

dilaksanakan bekerja sama dengan International Food for Agricultural Development

(IFAD) di 11 kabupaten di provinsi Maluku dan Maluku Utara, yaitu: (1) Pemberdayaan

petani kecil dan gender; (2) Dukungan produksi pertanian dan pemasaran; (3)

Pengembangan rantai nilai tanaman perkebunan; dan (4) Dukungan manajemen dan

administrasi SOLID.

2. Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan Kegiatan ini ditujukan untuk mendorong pengembangan sistem distribusi dan stabilitas

harga pangan dalam rangka meningkatkan keterjangkauan pangan masyarakat. dan

antisipasi kebutuhan pangan.

Sasaran output kegiatan adalah meningkatnya kemampuan kelembagaan distribusi dan

cadangan pangan serta stabilitas harga pangan

Kegiatan ini terdiri dari 7 (tujuh) sub kegiatan. yaitu: (1) Pengembangan Usaha Pangan

Masyarakat/Toko Tani Indonesia; (2) Lembaga distribusi pangan masyarakat; (3)

Lumbung pangan masyarakat; (4) Panel harga pangan nasional dan pemantauan harga

dan pasokan pangan HBKN; (5) Pemantauan pasokan, harga, distribusi dan cadangan

pangan; (6) Kajian Responsif dan Antisipatif Distribusi Pangan; dan (7) Kajian Distribusi

Pangan.

3. Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Keamanan Pangan

Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas konsumsi pangan dan

memasyarakatkan pola konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang dan aman

(B2SA) dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lokal.

Sasaran output kegiatan adalah meningkatnya pemantapan penganekaragaman

konsumsi pangan dan keamanan pangan segar.

22

Page 23: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

Kegiatan ini terdiri dari 6 (enam) sub kegiatan, yaitu: (1) Pemberdayaan pekarangan

pangan; (2) Pemantauan penganekaragaman konsumsi pangan; (3) Gerakan

Diversifikasi Pangan; (4) Analisis pola dan kebutuhan konsumsi pangan; (5) Model

pengembangan pangan pokok lokal; dan (6) Pengawasan keamanan dan mutu pangan;

4. Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya Badan Ketahanan PanganKegiatan ini dimaksudkan untuk memfasilitasi dan melayani administrasi, keuangan dan

asset terhadap penyelenggaraan operasional kantor.

Sasaran output kegiatan adalah (1) Terselenggaranya pelayanan administrasi dan

pelayanan teknis lainnya secara profesional dan berintegritas di lingkungan Badan

Ketahanan Pangan; dan (2) Meningkatnya koordinasi perumusan kebijakan, evaluasi

dan pengendalian ketahanan pangan melalui Dewan Ketahanan Pangan.

Untuk mencapai sasaran output pertama. ada 4 (empat) sub kegiatan, yaitu: (1)

Perencanaan, penganggaran, dan kerja sama ketahanan pangan; (2) Pelayanan

keuangan dan perlengkapan; (3) Pemantauan dan evaluasi program dan kegiatan

ketahanan pangan; (4) Penanganan organisasi, kepegawaian, humas, tata usaha, dan

hukum.

Sedangkan untuk mencapai sasaran output kedua. hanya ada satu sub kegiatan, yaitu:

koordinasi perumusan kebijakan, evaluasi dan pengendalian ketahanan pangan melalui

Dewan Ketahanan Pangan.

Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan dibutuhkan pendanaan yang sangat

besar. Sumber pendanaan tidak hanya berasal dari APBN. namun perlu ditunjang dari

sumber pendanaan lain diantaranya Pemerintah Daerah melalui APBD prov/kab/kota,

keterlibatan swasta, perbankan (skim kredit dan kredit komersial) serta dari swadaya

masyarakat. Selain itu, tidak menutup kemungkinan terhadap pendanaan yang

bersumber dari kerjasama dengan internasional. Dukungan pendanaan dibutuhkan

untuk memfasilitasi proses koordinasi, supervise, pelaksanaan, pemantauan dan

evaluasi program/kegiatan.

23

Page 24: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

Program dan kegiatan pemantapan ketahanan pangan lingkup Badan Ketahanan

Pangan 2015-2019 yang dibiayai APBN, adalah prioritas nasional. Kebutuhan anggaran

Badan Ketahanan Pangan tahun 2015 adalah sebesar Rp 635,25 milyar. Sedangkan

kebutuhan anggaran tahun 2019 diperkirakan sebesar Rp 1.439,90 milyar. Kebutuhan

anggaran tersebut untuk membiayai kegiatan kajian, analisis dan perumusan kebijakan

ketahanan pangan serta pengembangan model pemberdayaan untuk meningkatkan

ketahanan pangan masyarakat terutama di lokasi rentan ketahanan pangan. Rencana

pendanaan tahunan tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 3. Pendanaan APBN Kegiatan Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015-2019

No KegiatanALOKASI (Milyar Rupiah)

2015 2016 2017 2018 2019

1814 Pengembangan Sistem Distribusi dan

Stabilitas Harga Pangan

107,26 285,41 466,02 675,59 1.081,80

1815 Pengembangan ketersediaan dan penanganan rawan pangan

111,61 268,43 285,36 320,38 71,261

1816 Pengembangan Penganekaragaman

Konsumsi dan Keamanan Pangan

132,89 125,71 98,52 138,60 149,08

1817 Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya Badan Ketahanan Pangan

283,49 103,49 113,84 125,23 137,75

TOTAL 635,25 783,06 963,76 1.259,82 1.439,90

Sumber: BKP. Kementan

Secara lengkap target dan anggaran Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan

Pangan Masyarakat 2015-2019 ditampilkan Matrik Kinerja dan Pendanaan Badan

Ketahanan Pangan pada Lampiran 3. Rencana pendanaan tersebut akan disesuaikan

dengan arah kebijakan nasional dan Kementerian Pertanian pada tahun berjalan.

B. Perjanjian Kinerja

Sebagai tindaklanjut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Reformasi Birokrasi No. 53 Tahun 2014 tentang Pedoman Teknis Perjanjian Kinerja

24

Page 25: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

dan Pelaporan dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Badan

Ketahanan Pangan telah menyusun Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2016 Kepala Badan

Ketahanan Pangan hingga Eselon IV lingkup Badan Ketahanan Pangan. Dalam

penyusunan laporan kinerja ini merupakan Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan,

maka perjanjian kinerja yang disusun sebagai acuan tolok ukur evaluasi akuntabilitas

kinerja yang akan dicapai pada tahun 2016. Perjanjian Kinerja Badan Ketahanan

Pangan mengalami beberapa perubahan karena adanya perubahan fokus kegiatan,

sasaran, dan perubahan anggaran. Pada awal tahun 2016, Perjanjian Kinerja Badan

Ketahanan Pangan mendapat alokasi anggaran sebesar Rp. 783,06 Milyar, selanjutnya

mengalami perubahan Perjanjian Kinerja hingga 3 kali yaitu Perjanjian Kinerja (Revisi I)

dengan alokasi anggaran sebesar Rp. 728,93 Milyar. Perjanjian Kinerja (Revisi II)

dengan alokasi anggaran sebesar 705,86 Milyar. dan Perjanjian Kinerja (Revisi III)

dengan alokasi anggaran sebesar 671,86 Milyar. Perjanjian Kinerja Awal dan

Perubahan (Revisi III) seperti pada tabel dibawah ini, sedangkan Perjanjian Kinerja

Awal dan Perubahan (Revisi I dan II) dapat dilihat pada lampiran 4 dan 5.

Tabel 4. Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2016 Badan Ketahanan Pangan Awal

SASARAN PROGRAM INDIKATOR TARGET1. Peningkatan ketersediaan

pangan yang beragam1. Skor PPH Ketersediaan 89.71

2. Penurunan jumlah penduduk rawan pangan

2. Penurunan jumlah penduduk rawan pangan

1%

3. Stabilitas harga pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen

3. Harga gabah kering panen (GKP) di tingkat produsen (Rp/Kg)

≥ HPP

4. Koefisien variasi pangan (beras) di tingkat konsumen (Cv) < 10%

4. Peningkatan kuantitas dan kualitas konsumsi pangan masyarakat

5. Konsumsi Energi 2.040 Kkal/Kap/hr6. Konsumsi Pangan Hewani 200 Kkal/Kap/hr7. Skor PPH Konsumsi 86,2

5. Peningkatan pangan segar yang aman dan bermutu

8. Peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi

10%

9. Tingkat keamanan pangan segar yang diuji

≥ 80%

Kegiatan Anggaran

25

Page 26: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan Rp 268.476.500.000.-

Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan Rp 285.414.000.000.-

Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Rp 125.717.388.000.-

Dukungan Manajemen & Teknis Lainnya pada Badan Ketahanan Pangan Rp 103.456.432.000.-

JUMLAH Rp 783.064.320.000.-

Tabel 5. Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2016 Badan Ketahanan Pangan III

SASARAN PROGRAM INDIKATOR TARGET

2. Peningkatan ketersediaan pangan yang beragam

1. Skor PPH Ketersediaan 89.71

3. Penurunan jumlah penduduk rawan pangan

2. Penurunan jumlah penduduk rawan pangan

1%

4. Stabilitas harga pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen

3. Harga gabah kering panen (GKP) di tingkat produsen (Rp/Kg)

≥ HPP

4. Koefisien variasi pangan di tingkat konsumen (Cv)

- Beras- Cabai merah- Bawang merah

< 10%< 28 %< 18 %

6. Peningkatan kuantitas dan kualitas konsumsi pangan masyarakat

5. Konsumsi Energi 2.040 Kkal/Kap/hr6. Konsumsi Pangan Hewani 200 Kkal/Kap/hr7. Skor PPH Konsumsi 86,2

7. Peningkatan pangan segar yang aman dan bermutu

8. Peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi

10%

9. Tingkat keamanan pangan segar yang diuji

≥ 80%

Kegiatan Anggaran

Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan Rp 193.188.170.000.-

Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan Rp 244.304.341.000.-

Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan

Rp 149.451.632.000.-

Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya pada Badan Ketahanan Pangan

Rp 84.912.321.000.-

JUMLAH Rp 671.856.464.000.-

26

Page 27: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

Penetapan Kinerja sudah selaras dengan Renstra Badan Ketahanan Pangan

Tahun 2015 – 2019 Edisi Revisi, seperti pada tabel dibawah ini.

Tabel 6. Keselarasan Indikator Kinerja Renstra dengan Penetapan Kinerja.

SASARAN PROGRAM

Indikator Renstra Tahun 2015 – 2019

Target 2016

Indikator Penetapan Kinerja tahun 2016

Target

1. Peningkatan ketersediaan pangan yang beragam

Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan

89,71 Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan

89,71

4. Penurunan jumlah penduduk rawan pangan

Penurunan jumlah penduduk rawan pangan (%/Tahun)

1 Penurunan jumlah penduduk rawan pangan (%/Tahun)

1

5. Stabilitas harga pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen

Harga gabah kering panen (GKP) di tingkat produsen (Rp/Kg)

≥ HPP Harga gabah kering panen (GKP) di tingkat produsen (Rp/Kg)

≥ HPP

Koefisien variasi pangan di tingkat konsumen (CV)

Koefisien variasi pangan di tingkat konsumen (CV)

- Beras ≤ 10% - Beras ≤ 10%

- Cabe Merah ≤ 28% - Cabe Merah ≤ 28%

- Bawang Merah ≤ 18% - Bawang Merah ≤ 18%

6. Peningkatan kuantitas dan kualitas konsumsi pangan masyarakat

Konsumsi Energi (kkal/kap/hr)

2.040 Konsumsi Energi (kkal/kap/hr)

2.040

Konsumsi Pangan Hewani (kkal/kap/hr)

200 Konsumsi Pangan Hewani (kkal/kap/hr)

200

Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi

86.2 Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi

86.2

7. Peningkatan pangan segar yang aman dan bermutu

Rasio konsumsi pangan lokal non beras terhadap beras (%)

5.70 Rasio konsumsi pangan lokal non beras terhadap beras (%)

5.70

Peningkatan produk pangan segar yang terdaftar dan/atau tersertifikasi (%)

10 Peningkatan produk pangan segar yang terdaftar dan/atau tersertifikasi (%)

10

Tingkat keamanan pangan segar yang diuji (%)

≥ 80 Tingkat keamanan pangan segar yang diuji (%)

≥ 80

27

Page 28: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

A. Capaian Kinerja Organisasi

Metode penghitungan keberhasilan pencapaian kinerja adalah realisasi indikator dibandingkan dengan target indikator dikalikan 100 persen. Kriteria keberhasilan pencapaian kinerja dalam akuntabilitas kinerja dalam laporan ini diindikasikan dengan nilai pencapaian sebagai berikut:

1. Sangat berhasil : jika capaian kinerja>100%2. Berhasil : 80-100%3. Cukup Berhasil : 60-79%4. Tidak Berhasil : <60%

Tabel 7. Penjelasan Hasil Penghitungan Keberhasilan Pencapaian Kinerja Badan Ketahanan Pangan

INDIKATOR TARGET REALISASIKETERANGAN

1. Skor PPH Ketersediaan 89.71 - - Semakin besar capaian keberhasilan Skor PPH Ketersediaan. maka ketersediaan pangan sudah terpenuhi bagi masyarakat. sehingga capaian kinerja semakin baik.

2. Penurunan jumlah penduduk rawan pangan

1% - - Capaian tahun berjalan dikurangi capaian tahun sebelumnya.

- Semakin besar selisih penurunan jumlah penduduk rawan pangan. maka semakin sedikit jumlah penduduk rawan pangan. sehingga capaian kinerja semakin baik.

3. Harga gabah kering panen (GKP) di tingkat produsen (Rp/Kg)

≥ HPP - - Berdasarkan HPP Rp. 3.700- Semakin tinggi harga gabah diatas HPP. maka

semakin tinggi pendapatan petani. sehingga capaian kinerja semakin baik. Diharapkan kesejahteraan petani semakin baik.

4. Koefisien variasi pangan di tingkat konsumen (Cv) Beras

Cabe Merah

Bawang Merah

< 10%

< 28 %

< 18 %

---

- Semakin kecil CV pangan dibawah CV pangan ketetapan. maka capaian kinerja semakin baik. semakin stabil harga beras. cabai merah. dan bawang merah ditingkat konsumen.

28

Page 29: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

INDIKATOR TARGET REALISASIKETERANGAN

5. Konsumsi Energi 2.040 Kkal/Kap/hr -

- Semakin besar capaian keberhasilan konsumsi energi. maka tingkat konsumsi energi sudah terpenuhi bagi masyarakat. sehingga capaian kinerja semakin baik. Diharapkan terjadi penurunan konsumsi beras yang diimbangi konsumsi umbi-umbian.

6. Konsumsi Pangan Hewani

200 Kkal/Kap/hr -

- Semakin besar capaian keberhasilan konsumsi pangan hewani. maka tingkat konsumsi pangan hewani sudah terpenuhi bagi masyarakat. sehingga capaian kinerja semakin baik. Diharapkan terjadi peningkatan konsumsi pangan hewani yang diimbangi konsumsi pangan nabati.

7. Skor PPH Konsumsi 86.2 - - Semakin besar capaian keberhasilan Skor PPH Konsumsi. maka semakin beragam dan seimbang konsumsi pangan masyarakat. sehingga capaian kinerja semakin baik.

8. Rasio konsumsi pangan lokal non beras terhadap beras

5. 70% - - Semakin besar capaian rasio konsumsi pangan local non beras terhadap beras. maka tingkat konsumsi energi yang bersumber dari pangan local non beras sudah terpenuhi bagi masyarakat. sehingga capai kinerja semakin baik. Diharapkan terjadi penurunan konsumsi beras yang diimbangi konsumsi umbi-umbian.

9. Peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi

10% - - Semakin banyak produk pangan segar yang tersertifikasi. maka pelaku pertanian semakin paham tingkat keamanan produk pangan segar. sehingga capaian kinerja semakin baik.

10. Tingkat keamanan pangan segar yang diuji

≥ 80% - - Semakin tinggi prosentase keamanan pangan segar yang diuji. maka semakin aman pangan segar di masyarakat. sehingga capaian kinerja semakin baik.

Berdasarkan Indikator Kinerja Utama Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian

pada tahun 2016, sasaran Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan

Masyarakat BKP, yaitu meningkatnya ketahanan pangan melalui pengembangan

ketersediaan, distribusi, konsumsi dan keamanan pangan, dengan sasaran kegiatan

29

Page 30: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

utama yaitu: (1) Meningkatnya pemantapan penganekaragaman konsumsi pangan dan

keamanan pangan; (2) Meningkatnya pemantapan distribusi dan harga pangan; (3)

Meningkatnya pemantapan ketersediaan pangan dan penanganan rawan pangan; (4)

Meningkatnya manajemen dan pelayanan administrasi dan keuangan secara efektif dan

efisien dalam mendukung pengembangan dan koordinasi kebijakan ketahanan pangan.

Masing-masing sasaran tersebut selanjutnya diukur dengan menggunakan indikator

kinerja. Pengukuran tingkat capaian kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2016

dilakukan dengan cara membandingkan antara target indikator kinerja sasaran dengan

realisasinya.

Keberhasilan Badan Ketahanan Pangan dalam menjalankan Program Peningkatan

Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat diukur berdasarkan pencapaian

outcome. Pengukuran tersebut dilakukan mengingat outcome merupakan hasil dari

berfungsinya output yang telah dilaksanakan unit kerja Eselon II yaitu Pusat

Ketersediaan dan Kerawanan Pangan, Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan, Pusat

Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan, serta Sekretariat Badan

Ketahanan Pangan. Pengukuran capaian kinerja Badan Ketahanan Pangan tersebut

dilaksanakan secara bulanan, triwulanan dan tahunan, sedangkan pengukuran realisasi

keuangan dan fisik output kegiatan dipantau secara mingguan, bulanan dan triwulanan

melalui Laporan Sistem Monitoring Anggaran Terpadu (SMART) secara online, Laporan

Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (SPAN), Laporan Kegiatan Utama dan

Strategis, Laporan Penetapan Kinerja (PK) dan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Badan

Ketahanan Pangan dan Kementerian Pertanian, serta Laporan Rencana Aksi Hak Asasi

Manusia (RANHAM) Kementerian Hukum dan Ham.

Pengukuran kinerja didasarkan pada indikator kinerja yang terstandarisasi agar mampu

menghasilkan hasil evaluasi kinerja yang relevan dan reliabel sebagai bahan

pertimbangan perencanaan selanjutnya. Hasil pengukuran menjadi dasar untuk

menyimpulkan kemajuan kinerja, mengambil tindakan dalam rangka mencapai target

kinerja yang ditetapkan dan menyesuaikan strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran.

Rincian tingkat capaian kinerja masing-masing indikator sasaran tersebut dapat dilihat

pada tabel dibawah ini.

30

Page 31: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

Tabel 8. Pencapaian Sasaran Badan Ketahanan Pangan Tahun 2016

SASARAN PROGRAM INDIKATOR TARGET REALISASI CAPAIAN

1. Peningkatan ketersediaan pangan yang beragam

1. Skor PPH Ketersediaan 89.71 85.24 - Berhasil (95 %)- Capaian keberhasilan

Skor PPH Ketersediaan hampir mendekati target. maka ketersediaan pangan sudah terpenuhi bagi masyarakat. sehingga capaian kinerja semakin baik.

2. Penurunan jumlah penduduk rawan pangan

2. Penurunan jumlah penduduk rawan pangan

1% 0.27 % - Krg Berhasil (27 %)- Sudah terjadi

penurunan jumlah penduduk rawan pangan. namun penurunan masih kurang berhasil.

3. Stabilitas harga pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen

3. Harga gabah kering panen (GKP) di tingkat produsen (Rp/Kg)

≥ HPP 4.268 - HPP Rp. 3.700 (Sangat Berhasil 115,35 %)

- Harga gabah sudah diatas HPP. maka semakin tinggi pendapatan petani. sehingga capaian kinerja semakin baik. Diharapkan kesejahteraan petani semakin baik.

4. Koefisien variasi pangan di tingkat konsumen (Cv) Beras

Cabe Merah

Bawang Merah

< 10%

< 28 %

< 18 %

1.74 %

23.57 %

23.90 %

- CV harga beras sangat berhasil (574,71 %) yi sudah sangat rendah/jauh dari target sehingga harga beras ditingkat konsumen sangat stabil.

- CV harga cabai merah lebih rendah dari target yi sangat berhasil (118,79 %),

31

Page 32: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

SASARAN PROGRAM INDIKATOR TARGET REALISASI CAPAIAN

namun hampir mendekati target sehingga harga cabai merah kurang stabil.

- CV harga bawang merah lebih tinggi dari target yi cukup berhasil (75,31 %), sehingga harga bawang merah belum stabil.

5. Peningkatan kuantitas dan kualitas konsumsi pangan masyarakat

5. Konsumsi Energi 2.040 Kkal/Kap/hr

2.147 Kkal/Kap/Hr

- Sangat Berhasil (105,2 %). Konsumsi energi. sudah melebihi target, maka konsumsi energi sudah sangat baik, sehingga capaian kinerja semakin baik.

6. Konsumsi Pangan Hewani

200 Kkal/Kap/hr

211 Kkal/Kap/Hr

- Sangat Berhasil (105.5 %)Konsumsi pangan hewani. sudah melebihi target, maka konsumsi pangan hewani semakin banyak, sehingga capaian kinerja semakin baik.

7. Skor PPH Konsumsi 86.2 86.00 - Berhasil (99 %)- Capaian keberhasilan

Skor PPH Konsumsi. hampir mendekati target. maka konsumsi pangan masyarakat semakin beragam dan seimbang. sehingga capaian kinerja semakin baik.

8. Rasio konsumsi pangan lokal non beras terhadap beras

5. 70% 6.30%

- Sangat Berhasil (110 %). Rasio konsumsi pangan lokal non beras terhadap beras,

32

Page 33: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

SASARAN PROGRAM INDIKATOR TARGET REALISASI CAPAIAN

sudah melebihi target, maka konsumsi pangan non beras semakin banyak, sehingga capaian kinerja semakin baik.

6. Peningkatan pangan segar yang aman dan bermutu

9. Peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi

10% 26.04 % - Sangat Berhasil (260 %)

- Capaian kinerja sudah diatas target. berarti banyak produk pangan segar yang tersertifikasi, maka pelaku pertanian semakin paham tingkat keamanan produk pangan segar, sehingga capaian kinerja semakin baik.

10. Tingkat keamanan pangan segar yang diuji

≥ 80% 99.61 % - Sangat berhasil (124 %)

- Capaian kinerja keamanan pangan segar yang diuji, sudah diatas target, maka semakin aman pangan segar di masyarakat, sehingga capaian kinerja semakin baik.

Sumber : Badan Ketahanan Pangan

Dari tabel diatas dapat diketahui, bahwa capaian kinerja Perjanjian Kinerja Tahun

2016 adalah : dari 10 indikator, yang mencapai nilai pencapaian diatas 100 persen

(Sangat Berhasil) sebanyak 6 indikator, nilai pencapaian 80 – 100 persen

(Berhasil) sebanyak 2 indikator yaitu PPH Ketersediaan dan Skor PPH Konsumsi,

dan nilai pencapaian dibawah 60 persen kurang sebanyak 1 indikator yaitu

penurunan rawan pangan, meskipun mengalami penurunan jumlah penduduk

rawan pangan. Sedangkan untuk indikator koefisien variasi harga beras jauh

dibawah target sehingga harga beras stabil, cabai merah meskipun sudah

33

Page 34: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

dibawah target namun hampir mendekati target, sehingga harga cabai merah

kurang stabil, sedangkan harga bawang merah diatas target sehingga harga

bawang merah belum stabil.

B. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja Sasaran.

Analisis dan evaluasi capaian kinerja diperoleh dari hasil pengukuran kinerja

kegiatan yang mendukung tercapainya sasaran. Beberapa sasaran dapat

dilaksanakan melalui beberapa kegiatan yang saling terkait untuk mencapai

sasaran tersebut. Hasil analisis dan evaluasi capaian kinerja tahun 2016 Badan

Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Skor PPH Ketersediaan

Definisi PPH Ketersediaan adalah susunan beragam pangan atau kelompok

pangan yang didasarkan atas sumbangan energinya, baik secara absolut atau

relative terhadap total energi, baik dalam hal ketersediaan maupun konsumsi

pangan, yang mampu mencukupi kebutuhan dengan mempertimbangkan

aspek-aspek sosial, ekonomi, budaya, agama, dan cita rasa.

Dalam menghitung PPH Ketersediaan tersebut, dengan cara :

a. Mengelompokkan konsumsi energi bahan pangan dalam 9 kelompok PPH,

b. Menjumlahkan energi pangan dalam satu kelompok bahan pangan,

c. Menghitung prosentase AKE kelompok bahan pangan dengan cara

membandingkan konsumsi energi aktual dengan tingkat kecukupan gizi

(AKG),

d. Menghitung skor AKE kelompok bahan pangan dengan cara prosentase

AKE dikalikan dengan bobot kelompok bahan pangan,

e. Menghitung skor PPH kelompok bahan pangan dengan cara

membandingkan skor AKE kelompok bahan pangan dengan skor

maksimal kelompok bahan pangan,

f. Menghitung skor PPH dengan cara menjumlahkan skor dari setiap

kelompok bahan pangan.

34

Page 35: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

Ketersediaan pangan merupakan aspek penting dalam mewujudkan

ketahanan pangan. Penyediaan pangan diperlukan untuk memenuhi

kebutuhan pangan bagi masyarakat, rumah tangga, dan perseorangan secara

berkelanjutan. Untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat dan

meningkatkan kuantitas serta kualitas konsumsi pangan, diperlukan target

pencapaian angka ketersediaan pangan per kapita per tahun sesuai dengan

angka kecukupan gizinya. Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) X

tahun 2014 merekomendasikan kriteria ketersediaan pangan ditetapkan

minimal 2.400 kkal/kapita/hari untuk energi dan minimal 63 gram/kapita/hari

untuk protein.

Ketersediaan energi selama kurun waktu 2012 - 2016 sudah jauh di atas

rekomendasi WNPG X tahun 2012 dengan rata–rata 3.890 kkal/kapita/hari.

Ketersediaan energi tersebut mengalami peningkatan rata-rata 0,63 persen

per tahun. Kecenderungan peningkatan ketersediaan energi selama periode

ini disebabkan terjadinya peningkatan ketersediaan energi yang cukup besar

pada periode 2012 - 2016 karena adanya peningkatan produksi beberapa

komoditas pangan. Kondisi tersebut di atas menunjukkan bahwa ketersediaan

energi secara umum sudah cukup baik. Kelebihan ketersediaan pangan

tersebut dapat dimanfaatkan sebagai stok atau cadangan maupun untuk

diekspor.

Seperti halnya ketersediaan energi, tingkat ketersediaan protein pada periode

2012 - 2016 juga sudah melebihi rekomendasi angka kecukupan gizi WNPG X

tahun 2012 dengan ketersediaan protein rata-rata 89,66 gram/kapita/hari.

Namun ketersediaan protein tersebut mengalami penurunan rata-rata 1,19

persen per tahun. Upaya dalam peningkatan ketersediaan protein antara lain :

(1) berkoordinasi dengan instansi terkait dalam upaya peningkatan produksi

komoditas yang mengandung protein nabati dan hewani, (2) sosialisasi dan

promosi terkait dengan ketersediaan protein di tingkat rumah tangga.

Jika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok pangan hewani

memberikan porsi sumbangan dengan jumlah yang jauh lebih besar

35

Page 36: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

dibandingkan kelompok pangan nabati. Secara nasional, ketersediaan energi

dan protein per kapita per tahun dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein serta Skor PPH Ketersediaan Tahun 2012–2016

TahunEnergi (Kalori/Hari) Protein (Gram/Hari) Skor PPH

Total Nabati Hewani Total Nabati Hewani Ketersediaan

2012 3.896

3.707 188 88.99 73.19 15.79 83.5

2013 3.867

3.586 280 89.55 71.82 17.73 90.85

2014 3.834

3.662 172 91.83 74.06 17.78 89.3

2015 3.835

3.658 177 94.85 76.53 18.32 89.72

2016* 4.017

3.854 163 83.07 65.73 17.33 85.24

Total Pertumbhn 0.032 0.041 0.054 -0.060 -0.095 0.102 0.026

Rata2 Pertumbhn (%) 0.635 0.821 1.072 -1.191 -1.906 2.040 0.515

Rata-rata 3.890

3.693 196 89.66 72.27 17.39 87.72

Keterangan : NBM 2016 PerkiraanSumber: Badan Ketahanan Pangan (BKP). Kementerian Pertanian

2012 2013 2014 2015 2016* Rata-rata -

500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 4,000 4,500

Ketersediaan Energi (Kalori/Hari)

Energi (Kalori/Hari) Total Energi (Kalori/Hari) Nabati Energi (Kalori/Hari) Hewani

Grafik 1. Ketersediaan Energi Tahun 2012 – 2016

36

Page 37: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

2012 2013 2014 2015 2016* Rata-rata0

102030405060708090

100

Ketersediaan Protein (Gram/Hari)

Protein (Gram/Hari) Total Protein (Gram/Hari) Nabati Protein (Gram/Hari) Hewani

Grafik 2. Ketersediaan Protein Tahun 2012 – 2016

2012 2013 2014 2015 2016* Rata-rata78

80

82

84

86

88

90

92

Skor PPH

Grafik 3. Skor PPH Ketersediaan Pangan Tahun 2012 – 2016

Tingkat ketersediaan pangan selain dilihat dari kecukupan gizinya, baik energi

dan protein, juga dinilai dari sisi keberagaman ketersediaan gizi berdasarkan

Pola Pangan Harapan (PPH). PPH tingkat ketersediaan dihitung berdasarkan

ketersediaan energi Neraca Bahan Makanan (NBM). Keberagaman

ketersediaan pangan akan mendukung pencapaian keberagaman konsumsi

pangan sehingga dapat dicapai sasaran konsumsi pangan yang diharapkan.

Perkembangan skor PPH tingkat ketersediaan berdasarkan Neraca Bahan

Makanan tahun 2012 – 2016 menunjukkan skor rata-rata 87,72 persen

dengan kecenderungan meningkat rata-rata 0,51 persen per tahun.

37

Page 38: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

Skor PPH tingkat ketersediaan dari NBM tahun 2016 adalah 85,24, apabila

dibandingkan tahun 2015 mengalami penurunan sebesar 4,48 persen.

Sedangkan apabila dibandingkan capaian keberhasilan Skor PPH

Ketersediaan tahun 2016 dengan target, maka telah tercapai sebesar 95

persen dari target sebesar 89,71 persen atau kategori berhasil/hampir

mendekati target, maka ketersediaan pangan sudah terpenuhi bagi

masyarakat, sehingga capaian kinerja semakin baik. Apabila dibandingkan

terhadap target Skor PPH Ketersediaan tahun 2019 (akhir RPJMN tahun 2015

– 2019) sebesar 92,32 persen, maka capaian tahun 2016 hampir mencapai

target 2019 (sebesar 97,17 persen).

Penurunan tersebut disebabkan oleh : (1) mulai tahun 2014 perhitungan

angka PPH ketersediaan telah menggunakan angka ketersediaan energi

2.400 kkal/kapita/hari sesuai dengan rekomendasi WNPG X tahun 2012.

sebelumnya angka ketersediaan energi 2.200 kkal/kap/hari; (2) pemindahan

kandungan gizi komoditas rumput laut yang sebelumnya masuk ke dalam

kelompok hewani, di masukan ke kelompok nabati. Untuk mencapai

keberagaman ketersediaan pangan yang ideal dan memenuhi Angka

Kecukupan Gizi (AKG) tingkat ketersediaan yang dianjurkan, maka yang perlu

ditingkatkan lagi selama tahun 2012 - 2016 adalah ketersediaan kelompok

pangan hewani serta sayuran dan buah.

Kegiatan Badan Ketahanan Pangan dalam mendukung pencapaian PPH

Ketersediaan adalah Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat,

Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat karena kegiatan tersebut

mendukung pendapatan anggota kelompok dan sebagai cadangan pangan

masyarakat.

Kegiatan yang dilaksanakan oleh Badan Ketahanan Pangan dalam

mendukung capaian PPH Ketersediaan Pangan adalah kegiatan (a)

Pengembangan Desa/Kawasan Mandiri Pangan di 192 kawasan, (b) Sistem

Kewaspadaan Pangan dan Gizi di 35 lokasi, (c) Pengembangan Lembaga

38

Page 39: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

Distribusi Pangan Masyarakat di 341 gapoktan, (d) Pengembangan Lumbung

Pangan Masyarakat di 54 kelompok pada lokasi kegiatan yang diprioritaskan

di daerah rawan pangan dan sebagai cadangan pangan masyarakat, (d)

Peningkatan Kesejahteraan Petani Kecil (SOLID) di Maluku dan Maluku Utara

pada 11 kabupaten melalui Pemberdayaan petani kecil dan gender di 33.600

KK, dan kegiatan yang mendukung produksi pertanian dan pemasaran di

26.880 KK.

Total anggaran yang dialokasikan untuk mencapai keberhasilan indikator Skor

PPH Ketersediaan adalah sebesar Rp. 250.064.227.000 dengan realisasi

anggaran sebesar Rp. 244.304.341.000 atau 91,57 persen.

2. Penurunan Penduduk Rawan Pangan

Definisi penurunan jumlah penduduk rawan pangan per tahun adalah

persentase jumlah penduduk dengan konsumsi kalori per hari kurang dari 70

persen dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) pada tahun tertentu (y) dikurangi

dengan tahun sebelumnya (y-1). Persentase penurunan tersebut ditetapkan

sebesar 1 persen tiap tahun searah dengan kebijakan Suitanable

Development Goals (SDG’s) pada tahun 2030.

Dalam menghitung penurunan jumlah penduduk rawan pangan, dengan cara :

persentase penduduk rawan pangan pada tahun y-1 dikurangi jumlah

penduduk rawan pangan pada tahun y. Satuan penurunan jumlah penduduk

rawan pangan adalah persen/tahun

Kemiskinan dan kerawanan pangan merupakan dua fenomena yang saling

terkait, bahkan dipandang sebagai hubungan sebab akibat. Kondisi ketahanan

pangan yang rentan menjadi sumber kemiskinan, sebaliknya kemiskinan bisa

menjadi penyebab seseorang menjadi rawan pangan.

Tingkat perkembangan penduduk rawan pangan ditunjukkan dengan Angka

Rawan Pangan yang merupakan gambaran situasi tingkat aksesibilitas

pangan masyarakat dicerminkan dari tingkat kecukupan gizi masyarakat, yang

diukur dari Angka Kecukupan Gizi (AKG). Data dasar yang digunakan untuk

39

Page 40: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

mengukur tingkat kerawanan pangan adalah data hasil Susenas (Survei

Sosial Ekonomi Nasional) berdasarkan pangsa pengeluaran dan konsumsi

pangan yang dilaksanakan oleh BPS dimana angka kecukupan konsumsi

kalori penduduk Indonesia per kapita per hari berdasarkan Widyakarya

Nasional Pangan dan Gizi VIII (WNPG) 2004 adalah 2000 kkal.

Persentase rawan pangan berdasar angka kecukupan gizi (AKG) suatu

daerah, dihitung dengan menjumlahkan penduduk dengan konsumsi kalori

kurang dari 1400 kkal (70% AKG) perkapita dibagi dengan jumlah penduduk

pada golongan pengeluaran tertentu. Angka rawan pangan sejak tahun 2012–

2016 ditunjukkan pada Tabel dan Grafik dibawah ini.

Tabel 10. Angka Rawan Pangan Tahun 2012 - 2016.

TahunJumlah Penduduk

Sangat Rawan Pangan

(< 70% AKG)%

Jumlah Penduduk Rawan

Pangan (70%-89.9% AKG)

%Jumlah

Penduduk Tahan Pangan (>=90% AKG)

%

2012 47.842.490 19,52 80.832.494 32,97 116.463.438 47,512013 46.399.355 18,68 84.091.618 33,84 117.956.185 47,482014 43.739.341 16,94 84.823.188 33,16 122.825.321 49,902015 33.030.182 12,96 72.813.600 28,57 149.052.869 58,482016 32.734.074 12,69 70.039.317 27,16 155.116.930 60,15

Sumber: Data Susenas BPS berdasarkan pangsa pengeluaran dan konsumsi pangan dengan jumlah kecukupan gizi 2000 kkal/hari sesuai dengan WNPG VIII tahun 2004. Keterangan: Sangat rawan : (a) Konsumsi kalori perkapita perhari kurang < 70% dari AKG; Rawan Pangan : (b) Konsumsi kalori perkapita perhari 70-90% dari AKG; Tahan pangan : (c) Kosumsi kalori perkapita perhari > 90% dari AKG.

40

Page 41: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

2012 2013 2014 2015 20160.00

10.0020.0030.0040.0050.0060.0070.00

Perkembangan Kerawanan Pangan di Indonesia Tahun 2012-2016

pers

en

Grafik 4. Persentase Perkembangan Kerawanan Pangan

Berdasarkan perkembangan angka rawan pangan pada tabel dan grafik diatas

yang merupakan angka gabungan yang dihitung berdasarkan jumlah seluruh

sampel data susenas pada tahun tersebut, terlihat bahwa penduduk rawan

pangan mengalami penurunan sejak tahun 2012 - 2016. Persentase angka

sangat rawan pangan pada 2012 sebesar 19,52 persen; 2013 sebesar 18,68

persen; 2014 sebesar 16,94 persen; 2015 sebesar 12,96 persen; dan tahun

2016 turun menjadi 12,69 persen. Namun apabila dibandingkan tahun 2015,

tahun 2016 sudah terjadi penurunan jumlah penduduk rawan pangan.

Sehingga capaian keberhasilan Penurunan Jumlah Penduduk Rawan Pangan

sebesar 0,27 persen dari target sebesar 1 persen atau kategori kurang

berhasil, sehingga capaian kinerja kurang baik. Apabila dibandingkan

terhadap target Penurunan Jumlah Penduduk Rawan Pangan tahun 2019

(akhir RPJMN tahun 2015 – 2019) sebesar 1 persen, maka capaian tahun

2016 masih dibawah mencapai target 2019.

Kegiatan yang dilaksanakan oleh Badan Ketahanan Pangan dalam

mendukung penurunan rawan pangan adalah kegiatan (a) Pengembangan

Desa/Kawasan Mandiri Pangan, (b) Penanganan Daerah Rawan Pangan

melalui Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi serta Peta Kerawanan dan

Kerentanan Pangan (FSVA), (c) Peningkatan Kesejahteraan Petani Kecil

(SOLID) di Maluku dan Maluku Utara, (d) Pengembangan Lumbung Pangan

41

Page 42: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

Masyarakat di 54 kelompok pada lokasi kegiatan yang diprioritaskan di daerah

rawan pangan dan sebagai cadangan pangan masyarakat, serta (e) Kawasan

Rumah Pangan Lestari (KRPL) di 4.869 desa, KRPL dalam rangka

peningkatan gizi rumah tangga dan peningkatan pendapatan masyarakat.

a. Kawasan Mandiri Pangan

Dalam rangka pengurangan kemiskinan dan penanggulangan

kerawanan pangan khususnya rawan pangan kronis. BKP

mengembangkan kegiatan Kawasan Mandiri Pangan yang menjadi

salah satu kegiatan strategis di BKP. Kawasan Mandiri Pangan (KMP)

adalah kawasan yang dibangun dengan melibatkan keterwakilan

masyarakat yang berasal dari desa-desa atau kampung-kampung

terpilih (terdiri dari 5 kampung/desa), untuk menegakkan masyarakat

miskin di daerah rawan pangan menjadi kaum mandiri. Tujuan umum

kegiatan KMP adalah mewujudkan ketahanan pangan masyarakat

berlandaskan kemandirian dan kedaulatan pangan. Secara

keprograman, kegiatan KMP dilaksanakan melalui 5 tahapan yang

meliputi: Tahap Persiapan, Penumbuhan, Pengembangan,

Kemandirian dan Keberlanjutan (Exit Strategy). Untuk mendukung

kegiatan pemberdayaan dalam KMP maka dialokasikan dana bantuan

sosial bansos/bantuan pemerintah (banper), serta anggaran pembinaan

dan pendampingan bagi daerah.

Kegiatan Kawasan Mandiri Pangan dimulai pada tahun 2013 di

Kawasan Perbatasan, Kepulauan, serta Papua dan Papua Barat yang

bertujuan untuk: (1) mengembangkan perekonomian kawasan adat di

Papua-Papua Barat; (2) mengembangkan perekonomian kawasan

perbatasan antar negara; dan (3) mengembangkan cadangan pangan

masyarakat kawasan kepulauan.

42

Page 43: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

Tabel 11. Perkembangan Dana Bansos dan Realisasi Kawasan Mandiri Pangan Tahun 2013–2016

Tahun 2013 2014 2015 2016 Total Rata-rata/ tahun

Bansos/Banper (juta) 21.800 21.400 20.600 7.800 71.60014.320

Penerima Manfaat 109 107 188 181 585146

Sumber : Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan

Sasaran kegiatan Kawasan Mandiri Pangan di tahun 2016 berada di

192 kawasan di 145 Kabupaten/Kota pada 31 Provinsi yang terdiri dari

107 Kawasan Kepulauan, Perbatasan, Papua dan Papua Barat serta

85 KMP di provinsi lainnya. Untuk pelaksanaan kegiatan KMP tahun

2016 (yakni KMP yang dimulai pada tahun 2015) terdapat perbedaan

antara target dan capaian, dimana target pelaksanaan KMP diawal

tahun 2016 adalah sebanyak 192 kawasan dan terealisasi sebanyak

181 kawasan atau 94,27% (yang terdiri dari 103 Kawasan Kepulauan.

Perbatasan, Papua dan Papua Barat dan 78 KMP di provinsi lainnya).

Penyebab terjadinya hal tersebut antara lain karena:

1. Terjadi pemekaran di salah satu wilayah Provinsi Kalimantan

Timur menjadi Provinsi Kalimanatan Utara sehingga berpengaruh

terhadap kesiapan provinsi baru dalam proses administrasi

pencairan bansos dan pembinaan kegiatan;

2. Tantangan dari segi geografis di beberapa daerah di mana jarak

antar lokasi yang jauh dan tidak hanya dihubungkan oleh daratan

(tetapi juga perairan) sehingga dibutuhkan sumber daya (termasuk

keuangan) yang besar untuk pelaksanaan monev oleh aparat

kabupaten dan provinsi;

3. Kapasitas SDM/aparat yang masih kurang di tingkat kabupaten;

4. Terdapat daerah yang tidak melakukan survei Data Dasar Rumah

tangga (DDRT) pada Tahap Persiapan;

5. Penetapan lokasi pelaksanaan kegiatan yang tidak sesuai dengan

arahan yang sudah ditentukan. misalnya terdapat lokasi di mana

43

Page 44: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

masyarakatnya menerima bantuan lain seperti bantuan

Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaaan (PUAP).

Selain itu tantangan lain yang dihadapi adalah: terjadinya refocusing

kegiatan dan anggaran, mutasi pejabat/pegawai, serta pendamping

yang tinggal diluar desa binaan.

b. Penanganan Daerah Rawan Pangan

Kegiatan penanganan daerah rawan pangan lebih difokuskan pada

pencegahan dini daerah rawan melalui optimalisasi kegiatan FSVA

(Food Security and Vulnerability Atlas/Peta Ketahanan dan Kerentanan

Pangan) dan SKPG (Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi) yang

dilaksanakan dengan tujuan mendapatkan informasi tentang kantong-

kantong kerawanan pangan tingkat wilayah.

FSVA disusun pada tingkat wilayah dengan menggunakan indikator

yang sifatnya statis dan perubahannya jangka panjang periode

pengambilan data setiap 2 - 3 tahun. Untuk memperkuat analisis FSVA

dilakukan sistem pemantauan dan deteksi dini dalam mengantisipasi

kejadian kerawanan pangan secara berjenjang dan dilakukan secara

periodik (bulanan) dan terus menerus.

SKPG merupakan serangkaian proses untuk mengantisipasi kejadian

kerawanan pangan dan gizi melalui pengumpulan, pemrosesan,

penyimpanan, analisis, dan penyebaran informasi situasi pangan dan

gizi bulanan dan tahunan. Data bulanan dan tahunan tersebut

menginformasikan tentang 3 (tiga) indikator utama yaitu ketersediaan,

akses, dan pemanfaatan pangan yang menjadi dasar untuk

menginformasikan situasi pangan dan gizi di suatu daerah. Meskipun

kegiatan SKPG sangat bagus sebagai upaya pencegahan rawan

pangan, namun kegiatan SKPG kurang berjalan sesuai dengan target,

karena (i) Daerah tidak optimal dalam melaksanakan dan

memanfaatkan hasil analisis SKPG; (ii) Tingginya tingkat mutasi aparat

44

Page 45: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

sehingga petugas sering berganti; (iii) Tidak optimalnya peran Tim

Pokja SKPG; (iv) Kurangnya kesadaran aparat terkait pentingnya

kegiatan pemantauan pangan dan gizi melalui SKPG; dan (v)

Penghematan anggaran.

c. Peningkatan Kesejahteraan Petani Kecil (SOLID) di Maluku dan Maluku UtaraPeningkatan Kesejahteraan Petani Kecil (SOLID) di Maluku dan Maluku

Utara. Kegiatan tersebut antara lain Pemberdayaan Petani Kecil dan

Gender, dan kegiatan rumah tangga yang mendukung produksi

pertanian dan pemasaran.

Program SOLID dilaksanakan di 224 desa dan dirasakan manfaatnya

oleh 217 desa atau 92,72 %, yang terdiri dari 33.600 KK (100 % dari

target sasaran 33.600 KK) dan tergabung kedalam 26.363 Kelompok

Mandiri (KM) (98 % dari target sasaran 26.880 KM). Fasilitas

permodalan dalam bentuk dana hibah prestasi (MF) dan dana bergulir

(RF) diberikan kepada KM untuk membiayai usaha produktif yang

dijalankan oleh KM maupun anggota KM. Sampai dengan akhir tahun

2016, total dana MF dan RF yang disalurkan kepada KM masing-

masing sebesar Rp. 30.352 Milyar dan Rp. 72.840 Milyar.

Selain Fasilitasi permodalan. pada tahun 2016 KM menerima fasilitasi

pelatihan-pelatihan teknis, demplot, sekolah lapang, anjang karya, serta

bantuan sarana dan pra sarana untuk KM. Fasilitasi permodalan.

pelatihan pengembangan kapasitas serta sarana dan prasarana yang

diberikan kepada KM berpengaruh terhadap perkembangan kegiatan

produktif yang diusahakan oleh KM.

Berdasarkan hasil survey tahun 2016, peningkatan hasil produksi

pertanian dialami oleh hampir semua responden SOLID. Peningkatan

produksi pertanian responden tersebut terjadi pada hampir semua

komoditi/produk yang diusahakan, kecuali produk olahan pala.

45

Page 46: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

Peningkatan tersebut terkait dengan penggunaan teknologi baru,

teknologi perbanyakan benih. teknik budidaya tanaman, dan lain-lain.

Meskipun produksinya dilaporkan meningkat. hanya 59% responden

yang menyatakan bahwa pendapatan mereka naik dibandingkan

dengan tahun sebelumnya. Jumlah peningkatan produksi dan

pendapatan petani dapat dilihat pada grafik dibawah ini

Grafik 5. Produksi rata-rata per responden pada tahun 2015 dan 2016

Grafik 6. Dampak Peningkatan Pendapatan Kelompok Solid dibandingkan dengan tahun sebelumnya

Adanya peningkatan produksi pertanian dan pendapatan tersebut

berpengaruh terhadap situasi ketahanan pangan responden SOLID.

Dari seluruh responden, hanya 25% yang melaporkan mengalami

kekurangan pangan selama 12 bulan terakhir. Akan tetapi. responden

46

59%32%

9%

Lebih Tinggi Sama

Lebih Rendah

Page 47: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

tersebut sebagian besar mengalami kekurangan kekurangan pangan

selama 1-2 minggu (Grafik A), relatif lebih singkat apabila dibandingkan

dengan durasi kekurangan pangan yang dialami oleh sebagian besar

responden pada tahun 2012 dan 2014 (Grafik B).

Grafik 7. Durasi kekurangan pangan yang dialami oleh responden survey tahun 2016 (A) dan survey benchmark dan midterm dampak (B).

Kendala SOLID : (1) Beberapa kegiatan yang harusnya dilakukan di awal

tahun harus tertunda karena adanya pemblokiran; (2) Pencairan dana ditahun

2015 masih disalurkan ditahun 2016; (3) Proses identifikasi yang agak

terlambat karena belum siapnya masyarakat dalam penyusunan Rencana

Usaha.

Total anggaran yang dialokasikan untuk mencapai keberhasilan indikator

penurunan jumlah penduduk rawan pangan adalah sebesar Rp.

250.064.227.000 dengan realisasi anggaran sebesar Rp. 244.304.341.000

atau 91,57 persen.

3. Stabilnya Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat Produsen

Definisi harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat Produsen yaitu besaran

harga gabah kering panen (GKP) di tingkat produsen/petani lebih besar atau

47

A B

Page 48: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

sama dengan harga pembelian pemerintah (HPP). Satuan harga gabah kering

panen di tingkat produsen yaitu Rp/Kg.

Dalam menghitung harga gabah kering panen di tingkat produsen, dengan

cara : menghitung rata-rata harga harga gabah kering panen di tingkat

produsen pada 34 provinsi.

Stabilitas pasokan dan harga merupakan indikator penting yang menunjukkan

kinerja subsistem distribusi pangan. Stabilnya harga pangan sangat

dipengaruhi beberapa aspek antara lain kemampuan memproduksi bahan

pangan, kelancaran arus distribusi pangan, dan pengaturan impor pangan.

Ketidakstabilan harga pangan dapat memicu tingginya harga pangan di dalam

negeri sehingga aksesibilitas masyarakat terhadap pangan secara ekonomi

akan menurun yang pada akhirnya dapat meningkatkan angka kerawanan

pangan. Berikut perkembangan harga gabah di tingkat produsen tahun 2012 –

2016, dapat dilihat pada grafik dibawah ini.

Grafik 8. Harga Gabah di Tingkat Produsen Tahun 2012 – 2016 Berdasarkan Pantauan BPS

48

Page 49: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

Januari

FebruariMaret

April MeiJuni

Juli

Agustus

September

Oktober

November

Desember0

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

Perkembangan Harga GKP, GKG dan Beras di Tingkat Petani

Harga (Rp/Kg) GKP di Petani Harga (Rp/Kg) GKG d PenggilinganHarga (Rp/Kg) Beras Medium di Penggilingan

Grafik 9. Perkembangan Harga GKP, GKG dan Beras Tingkat Petani Tabel 12. Perkembangan Harga GKP, GKG dan Beras Tingkat Petani

Berdasarkan Pantauan BPS Tahun 2016

BulanHarga (Rp/Kg)

GKP di Petani GKG d PenggilinganBeras Medium di

PenggilinganJanuari 5.206 5.805 9.548Februari 5.211 5.869 9.622Maret 4.703 5.622 9.444April 4.262 5.593 8.959Mei 4.440 5.600 8.836Juni 4.501 5.526 8.973Juli 4.376 5.473 8.932Agustus 4.480 5.514 8.901September 4.537 5.397 8.965Oktober 4.905 5.413 8.981November 5.070 5.426 9.050Desember 5.117 5.551 9.069Rata-Rata 4.734 5.566 9.107Maksimal 5.211 5.869 9.622Minimal 4.262 5.397 8.836Pertb/bl (%) (0,02) (0,39) (0,45)CV (%) 7,36 2,65 2,96

Sumber : BPS yang diolah BKP

49

Page 50: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

Berdasarkan capaian kinerja sasaran Stabilnya Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat Produsen melalui Panel Harga Badan ketahanan Pangan yaitu Rp. 4.268/kg atau Sangat Berhasil 115,35 persen. Harga gabah sudah diatas HPP yaitu Rp. 3.700/kg, maka semakin tinggi pendapatan petani, sehingga capaian kinerja Badan Ketahanan Pangan semakin baik. Apabila dibandingkan terhadap target Stabilnya Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat Produsen tahun 2019 (akhir tahun RPJMN tahun 2015 – 2019) > HPP, maka capaian tahun 2016 telah mencapai diatas target.

Pola perkembangan harga GKP di petani selama tahun 2012 – 2016 memiliki pola yang hampir sama setiap tahunnya. Data harga gabah kering panen (GKG) diambil dari data harga di 22 provinsi sentra produksi padi (panel harga pangan BKP). Selama Tahun 2016 sebagian besar petani di lokasi panel menjual gabah dalam bentuk GKP dan GKG. Harga Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani berkisar antara Rp 4.057/kg s.d Rp 4.659/kg. Harga tertinggi terjadi pada bulan Januari 2016 senilai Rp. 4.659/kg, sedangkan harga terendah terjadi pada Bulan April 2016 senilai Rp. 4.057/kg. Perubahan harga GKP di tingkat petani relatif kecil, yaitu turun 0,71 persen dan harga GKP tahun 2016 cenderung stabil koefisien varian (CV) sebesar 4,15 persen.

Harga Gabah Kering Giling (GKG) di tingkat penggilingan berkisar antara Rp

5.032/kg s.d Rp 5.548/kg. Harga tertinggi terjadi pada bulan Januari 2016

senilai Rp. 5.548/kg dan harga terendah pada bulan Juni 2016 senilai Rp.

5.032/kg. Sama halnya dengan perubahan harga GKP, harga GKG di tingkat

penggilingan relatif kecil, yaitu turun 0,51 persen dan harga GKG tahun 2016

relatif stabil koefisien varian (CV) 3,01 persen.

Harga beras medium di tingkat penggilingan berkisar antara Rp 8.554/kg s.d

Rp 9.018/kg. Harga tertinggi terjadi pada bulan Februari 2016 senilai Rp.

9.018/kg dan harga terendah pada bulan September 2016 senilai Rp.

8.554/kg. Perubahan harga GKG di tingkat penggilingan relatif kecil, yaitu

turun 0,24 persen dan harga beras medium tahun 2016 relatif stabil dengan

koefisien varian (CV) sebesar 1,74 persen. Harga gabah dan beras dikatakan

berfluktuasi apabila koefisien varian diatas 5 persen dalam periode tertentu.

50

Page 51: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

Perkembangan harga gabah berdasarkan panel harga BKP tahun 2016 dapat

dilihat pada grafik dan tabel dibawah ini.

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec 3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

9,000

10,000

Harga GKP di Petani Harga GKG di Penggilingan Harga Beras Medium di Penggilingan

Harg

a (R

p/Kg

)

Grafik 10. Perkembangan Panel Harga Gabah di Tingkat Petani/Produsen

Tabel 13. Perkembangan Harga Gabah di Tingkat Petani/Produsen

BulanHarga Komoditas Pangan Strategis (Rp/Kg)

Harga GKP di Petani Harga GKG di Penggilingan

Harga Beras Medium di Penggilingan

Jan 4.659 5.548 8.992Feb 4.555 5.441 9.018Mar 4.196 5.187 8.809Apr 4.057 5.077 8.62May 4.104 5.074 8.598Jun 4.135 5.032 8.572Jul 4.168 5.087 8.709

Aug 4.226 5.119 8.673Sep 4.24 5.111 8.554Oct 4.281 5.154 8.651Nov 4.305 5.173 8.706Dec 4.292 5.236 8.754

Rata-Rata 4.268 5.187 8.721Maksimal 4.659 5.548 9.018Minimal 4.057 5.032 8.554

Pertb/bl (%) (0,71) (0,51) (0,24)CV (%) 4,15 3,01 1,74

Sumber : Panel Harga BKP

51

Page 52: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

Sedangkan perkembangan harga komoditas strategis di tingkat produsen

dapat dilihat pada lampiran 6.

Apabila dibandingkan harga LDPM, berdasarkan laporan 2 bulanan mulai

bulan Februari sampai dengan bulan Agustus tahun 2016 yang disampaikan

oleh provinsi pelaksana kegiatan Penguatan-LDPM, rata-rata harga pembelian

Gapoktan adalah gabah Rp. 4.799.- dan beras Rp. 8.306.- ini menunjukkan

bahwa rata-rata pembelian Gapoktan lebih tinggi dibandingkan HPP (gabah

3.700 dan beras Rp. 7.300.-). Rincian Rata-rata harga pembelian Gabah dan

Beras dimasing-masing provinsi dapat dilihat pada tabel berikut ini

52

Page 53: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

Tabel 14. Rata-rata harga pembelian Gabah dan Beras tingkat LDPM

Gabah Beras Gabah Beras Gabah Beras Gabah Beras Gabah Beras1 Aceh 4.320 7.388 4.334 7.389 4.312 7.389 4.313 7.389 4.320 7.389 2 Sumut 4.792 8.309 4.435 5.800 4.612 8.073 5.167 8.521 4.752 7.676 3 Sumbar 4.216 7.436 3.823 7.782 3.623 7.404 3.532 7.442 3.799 7.516 4 Riau 3.112 8.047 4.902 7.059 - 7.275 4.644 7.944 4.219 7.581 5 Kepri 7.500 - 7.500 10.000 7.500 10.000 7.379 10.000 7.470 10.000 6 Jambi 4.618 9.868 4.537 9.645 5.025 9.939 5.167 8.521 4.837 9.493 7 Bengkulu 4.450 10.055 3.843 7.432 - 6.963 5.000 - 4.431 8.150 8 Sumsel 4.536 9.540 5.025 9.939 3.971 8.106 3.971 8.106 4.376 8.923 9 Lampung - 8.645 5.152 7.794 4.440 8.566 4.035 8.161 4.542 8.291

10 Banten 5.000 8.500 5.000 8.500 4.973 8.500 5.000 8.500 4.993 8.500 11 DIY 4.900 8.450 4.790 7.918 4.987 8.082 4.922 8.404 4.900 8.214 12 Jabar 5.499 - 4.729 - 4.626 - 4.881 - 4.934 - 13 Jateng 4.929 8.567 4.929 8.567 4.972 8.530 4.846 8.530 4.919 8.549 14 Jatim 4.424 7.223 4.437 7.032 4.509 7.281 - 7.281 4.457 7.204 15 Bali 3.914 8.459 3.914 8.459 3.914 8.459 3.914 8.459 3.914 8.459 16 NTB 6.253 9.675 6.234 9.720 6.234 9.754 6.366 8.546 6.272 9.424 17 NTT - - - - 6.598 8.190 4.592 7.900 5.595 8.045 18 Kalbar 4.527 7.031 5.463 6.729 4.505 8.421 4.633 8.822 4.782 7.750 19 Kalsel - - 5.429 - 5.429 - 4.077 - 4.979 - 20 Sulsel 5.213 7.459 3.767 7.489 4.344 7.874 4.028 7.582 4.338 7.601 21 Sulbar - - - - - - - - - -22 Sulteng - 8.493 - 6.838 - 7.294 - 7.245 - 7.467 23 Sultra 4.344 8.282 3.721 8.387 3.700 8.000 4.029 8.459 3.949 8.282 24 Sulut - 8.769 - 9.603 - 9.130 - 9.146 - 9.162 25 Gorontalo - 8.159 - 9.449 - 9.327 - 9.318 - 9.063 26 Maluku - - - - - - - - - -

4.808 8.418 4.798 8.168 4.857 8.298 4.725 8.299 4.799 8.306 Harga rata-rata

No. ProvinsiBulan Harga rata-rataFebruari April Juni Agt

Sumber : Pusat Distribusi dan Cadangan PanganDari Tabel di atas dapat digambarkan kondisi rata-rata harga pembelian

gabah dan beras di masing-masing provinsi, dimana harga rata-rata

pembelian gabah tertinggi terdapat di provinsi Kepulauan Riau sebesar Rp.

7.470 per kg hal ini karena harga pembelian yang disampaikan merupakan

harga gabah kering giling, sedangkan harga gabah terendah terdapat di

provinsi Sumatera Barat sebesar Rp. 3.799.- per kg. Sementara itu untuk

53

Page 54: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

pembelian beras harga tertinggi di Kepulauan Riau sebesar Rp. 10.000.- per

kg dan harga pembelian beras terendah terdapat di provinsi Jawa Timur Rp.

7.204.- per kg. Kondisi rata-rata harga pembelian gabah dan beras di masing-

masing provinsi dapat dilihat pada gambar berikut ini

Grafik 11. Kondisi rata-rata harga pembelian gabah dan beras di provinsi

Aceh

Sumbar

Kepri

Bengku

lu

Lampung DIY

Jaten

gBali NTT

Kalsel

Sulbar

Sultra

Gorontalo

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

GABAHBERAS

Apabila dibandingkan dengan harga di tingkat produsen berdasarkan panel

harga BKP yaitu Rp. 4.268/Kg, maka rata-rata harga gabah di tingkat LDPM

lebih tinggi yaitu Rp. 4.799/Kg atau selisih Rp. 531/Kg. Indikasi perbedaan

tersebut disebabkan oleh : (a) Waktu pengambilan data, (b) Jumlah Gapoktan

yang disample.

Namun, apabila dibandingkan dengan rata-rata harga gabah di 9 provinsi

sample (lampiran 7) tingkat LUPM sebesar Rp. 4.416/Kg. tertinggi Rp.

5.433/Kg yaitu Provinsi Sumbar dan terendah Rp. 3.400 yaitu Provinsi Banten,

maka rata-rata harga gabah di tingkat LUPM lebih rendah dengan rata-rata

harga panel BKP yaitu Rp. 4.268/Kg atau selisih Rp. 148/Kg.

54

Page 55: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

Sehingga dapat disimpulkan bahwa harga gabah di tingkat produsen pada

tahun 2016, sangat stabil namun masih diatas Harga Pembelian Pemerintah

(HPP) sebesar Rp. 3.700/Kg.

Kegiatan yang dilaksanakan oleh Badan Ketahanan Pangan dalam

mendukung capaian stabilisasi harga gabah di tingkat produsen adalah

kegiatan (a) Pengembangan Desa/Kawasan Mandiri Pangan di 192 kawasan,

(b) Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi di 35 lokasi, (c) Pengembangan

Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat di 341 gapoktan, (d) Pengembangan

Lumbung Pangan Masyarakat di 54 kelompok pada lokasi kegiatan yang

diprioritaskan di daerah rawan pangan dan sebagai cadangan pangan

masyarakat, (e) Panel Harga Pangan Nasional dan Pemantauan Harga dan

Pasokan Pangan (HBKN) di 35 lokasi.

Total anggaran yang dialokasikan untuk mencapai keberhasilan indikator

harga gabah kering panen (GKP) di tingkat produsen adalah sebesar Rp.

201.550.444.000 dengan realisasi anggaran sebesar Rp. 193.188.170.000

atau 91,46 persen.

4. Koefisien Variasi Harga Pangan di Tingkat Konsumen

Definisi koefisien variansi (CV) adalah perbandingan antara simpangan

standar harga (STD) di tingkat konsumen dengan nilai rata-rata (average)

yang dinyatakan dengan persentase (%).

Koefisien variansi (CV) harga pangan (beras, cabe merah, bawang merah)

untuk melihat sebaran harga di tingkat konsumen pada suatu wilayah dari

rata-rata harga.

Harga beras di tingkat konsumen dikatakan stabil apabila CV < 10 persen,

harga cabe merah di tingkat konsumen dikatakan stabil apabila CV < 29

persen, harga bawang merah stabil di tingkat konsumen dikatakan stabil

apabila CV < 19 persen.

55

Page 56: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

Dalam menghitung koefisien variansi (CV) di tingkat konsumen, dengan cara :

menghitung rata-rata harga pangan di tingkat konsumen/pedagang pada 34

provinsi.

a. Koefisien Variasi Harga Beras

Berdasarkan data panel harga pangan BKP, rata-rata harga GKP tingkat

petani pada TW IV (Okt-Des) sebesar Rp. 4.333/kg atau 17,10% diatas HPP

(Rp. 3.700). Harga GKP pada TW IV mengalami kenaikan dibanding TW III

karena sdh lewat masa panen. Sedangkan TW III (Juli-Sept 2016), CV harga

beras medium ditingkat konsumen (eceran) 0.30% yang berarti harga sangat

stabil, bahkan jauh lebih stabil dibanding TW II. Kisaran harga GKP tingkat

petani Okt-Des sebesar Rp. 3.150- Rp. 5.324/Kg, dengan harga tertinggi di

Prov. Kalteng (43,90% diatas HPP) dan terendah di Sulteng(14,86% dibawah

HPP). Harga GKP Triwulan IV relatif stabil dengan coefisien variasi (CV)

0,48%, namun disparitas antar wilayah relatif besar yaitu 0,46-6,73% dengan

Prov Jabar paling stabil dan Prov Sulteng paling fluktuasi.

Capaian kinerja koefisien variasi harga beras sudah sangat rendah/jauh yaitu

1,74 persen dari target yaitu < 10 persen, sehingga beras di tingkat konsumen

sangat stabil atau capaian kinerja semakin baik. Apabila dibandingkan

terhadap target koefisien variasi harga beras pada tahun 2019 (akhir RPJMN

tahun 2015 – 2019) sebesar < 10 persen, maka capaian tahun 2016 telah

mencapai target, artinya harga beras di tingkat konsumen, sangat stabil.

Perkembangan harga pangan strategis periode Januari - Desember 2016

dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

56

Page 57: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

Tabel 15. Perkembangan Harga Pangan Strategis Tingkat Konsumen Th. 2016 Berdasarkan BPS

Beras Umum

Migor Curah

Gula Pasir

Daging Sapi

Daging Ayam

Telur Ayam

Cabai Rawit

Cabai Merah

Bawang Merah

Kedelai

Januari 13.319 13.144 13.191 113.803 36.499 24.134 36.469 37.831 33.104 11.351 Februari 13.376 13.292 13.401 114.936 33.744 23.105 27.371 40.549 27.455 11.351 Maret 13.316 13.715 13.569 115.071 30.910 20.632 44.688 48.654 40.332 11.360 April 13.127 14.204 13.717 114.326 30.282 19.909 33.312 33.151 41.663 11.373 Mei 13.034 14.798 14.840 113.888 30.846 20.153 27.567 28.486 41.365 11.373 Juni 13.103 14.988 15.966 115.876 33.635 22.486 26.951 28.101 36.986 11.373 Juli 13.174 14.815 16.694 117.096 34.880 21.706 35.696 31.431 41.748 11.373 Agustus 13.168 14.883 16.419 116.493 33.343 21.557 40.553 32.668 38.328 11.373 September 13.140 15.401 15.976 117.268 32.386 20.458 34.721 41.231 38.414 11.373 Oktober 13.153 15.172 15.688 116.551 31.314 19.736 34.122 54.062 34.695 11.373 November 13.185 15.162 15.327 116.345 30.605 19.313 49.855 64.263 42.702 11.373 Desember 13.201 15.549 15.134 116.516 32.324 21.461 61.634 51.329 36.845 11.373 Rata-Rata 13.191 14.594 14.993 115.681 32.564 21.221 37.745 40.980 37.803 11.369 Maksimal 13.376 15.549 16.694 117.268 36.499 24.134 61.634 64.263 42.702 11.373 Minimal 13.034 13.144 13.191 113.803 30.282 19.313 26.951 28.101 27.455 11.351 Pertb/bl (%) (0,08) 1,56 1,32 0,22 (0,96) (0,86) 8,46 4,70 2,40 0,02 CV (%) 0,75 5,57 8,27 1,06 5,88 6,91 27,08 27,85 11,68 0,08 Sumber: BPS diolah BKP Kementan

BulanHarga Pangan Strategis (Rp/Kg)

Apabila dibandingkan rata-rata harga beras di tingkat konsumen berdasarkan

panel harga BKP yaitu Rp. 11.034/Kg dan BPS 13.191/kg, dengan rata-rata

harga beras di tingkat LUPM sebesar Rp. 8.649/kg dan Toko Tani Indonesia

sebesar Rp. 7.842/Kg, maka harga beras di LUPM dan TTI lebih rendah.

Uraian harga beras di tingkat LUPM dan TTI dapat dilihat pada lampiran 9. Sehingga dengan adanya kegiatan Pengembangan Usaha Pangan

Masyarakat melalui Toko Tani Indonesia memberikan dampak terhadap

stabilisasi harga dan akses pangan masyarakat lebih terjangkau.

b. Koefisien Harga Bawang Merah

Stabilnya harga bawang merah ditandai dengan koefisien harga (CV) bawang

merah. Berdasarkan panel harga BKP tahun 2016, target CV harga bawang

57

Page 58: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

merah adalah dibawah 18 persen, dan capaian keberhasilan stabilnya harga

bawang merah lebih tinggi dari target yaitu 23,90 persen, sehingga harga

cabai merah belum stabil. Apabila dibandingkan terhadap target koefisien

variasi harga bawang merah pada tahun 2019 (akhir RPJMN tahun 2015 –

2019) sebesar < 15 persen, maka capaian tahun 2016 belum mencapai

target, artinya harga bawang merah di tingkat konsumen, masih belum stabil.

Berdasarkan pantauan BPS, rata-rata harga bawang merah 37.803/kg. Harga

tertinggi terjadi pada bulan November 2016 adalah Rp. 42.702/kg dan harga

terendah pada bulan Februari 2016 adalah Rp. 27.455/kg. Pertumbuhan harga

bawang merah sebesar 2,40 persen per bulan dan harga bawang merah

tahun 2016 sedikit berfluktuasi karena koefisien harga sebesar 23,57 persen.

Harga bawang merah dikatakan berfluktuasi apabila koefisien varian diatas 18

persen.

Sedangkan harga bawang merah di tingkat konsumen melalui Toko Tani

Indonesia Center sebesar Rp. 25.000 – Rp. 32.000 per kilogram, perubahan

harga tersebut disebabkan oleh ketersediaan produksi bawang merah.

c. Koefisien Harga Cabai Merah

Stabilnya harga cabai merah ditandai dengan koefisien harga (CV) cabai

merah. Pada tahun 2016, target CV harga cabai merah adalah dibawah 28

persen, dan capaian keberhasilan stabilnya harga cabai merah sudah dibawah

target yaitu 23,57 persen, namun hampir mendekati target sehingga harga

cabai merah kurang stabil. Apabila dibandingkan terhadap target koefisien

variasi harga cabai merah pada tahun 2019 (akhir RPJMN tahun 2015 – 2019)

sebesar < 25 persen, maka capaian tahun 2016 telah mencapai

target/dibawah target, namun demikian mendekati target artinya harga cabai

merah di tingkat konsumen, kurang stabil.

Berdasarkan pantauan BPS, rata-rata harga cabai merah 28.101/kg. Harga

tertinggi terjadi pada bulan November 2016 adalah Rp. 64.263/kg dan harga

terendah pada bulan Juni 2016 adalah Rp. 28.101/kg. Pertumbuhan harga

58

Page 59: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

cabai merah sebesar 4,70 persen per bulan dan harga cabai merah tahun

2016 sedikit berfluktuasi karena koefisien harga (CV) sebesar 23,57 persen.

Harga cabai merah dikatakan berfluktuasi apabila koefisien varian diatas 28

persen.

Sedangkan harga cabai merah di tingkat konsumen melalui Toko Tani

Indonesia Center sebesar Rp. 30.000 – 36.000 per kilogram, perubahan harga

tersebut disebabkan oleh ketersediaan produksi bawang merah.

Dalam mendukung stabilisasi harga beras, cabai merah, dan bawang merah

tersebut, Badan Ketahanan Pangan telah melaksanakan kegiatan Penguatan

LDPM, Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat, dan Pengembangan

Usaha Pangan Masyarakat (PUPM) melalui Toko Tani Indonesia (TTI), dan

Panel Harga Pangan Nasional dan Pemantauan Harga dan Pasokan Pangan

(HBKN).

a. Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM).Kegiatan Penguatan LDPM dilaksanakan secara bertahap mulai dari

Tahap Penumbuhan, Tahap Pengembangan, Tahap Kemandirian dan

Tahap Pasca Kemandirian. Pada tahun 2016 dukungan dana Bantuan

Pemerintah diberikan kepada Gapoktan Tahap Penumbuhan dan

Pengembangan. yaitu pada tahun pertama sebesar Rp 150 juta dan tahun

kedua sebesar Rp 75 juta. Untuk tahun ketiga Tahap Kemandirian.

dukungan yang diberikan berupa pendampingan dan pembinaan dari

pendamping, Tim Teknis dan Tim Pembina.

Pada tahun 2016 (revisi), target kelembagaan distribusi pangan

masyarakat yang diberdayakan (tahap penumbuhan dan pengembangan)

adalah sebanyak 303 Gapoktan. Jumlah tersebut terdiri dari 100

Gapoktan Tahap Penumbuhan dan 203 Gapoktan Tahap Pengembangan.

Meskipun untuk Gapoktan Tahap Kemandirian sudah tidak menerima

bantuan dana bantuan pemerintah, tetapi masih dilakukan pembinaan

yang didanai APBN maupun APBD. Berdasarkan Pedoman Kegiatan

59

Page 60: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

Penguatan LDPM 2016, setiap Gapoktan pelaksana kegiatan Penguatan

LDPM pada tahun kedua akan dinilai kelayakan dan kesiapannya oleh

Tim Pembina Provinsi untuk melaksanakan Tahap Pengembangan dan

menerima dana bansos tahap pengembangan.

Realisasi pemberdayaan Gapoktan selaku lembaga distribusi pangan

pada tahun 2016 adalah 287 Gapoktan atau mencapai 94,71 persen dari

target 303 Gapoktan. Realisasi kegiatan Penguatan-LDPM tidak

mencapai 100 persen disebabkan adanya revisi anggaran.

Tahap Penumbuhan yang semula ditargetkan 100 Gapoktan direvisi

menjadi 98 Gapoktan sedangkan Tahap Pengembangan yang semula

ditargetkan 203 Gapoktan direvisi menjadi 189 Gapoktan. Provinsi yang

melakukan revisi yaitu pada tahap Penumbuhan provinsi yang melakukan

revisi adalah Kalimantan Selatan 1 Gapoktan dan Kalimantan Tengah.

seadangkan tahap Pengembangan provinsi yang melakukan revisi adalah

Provinsi Sumatera Barat 3 Gapoktan. Riau 1 Gapoktan. Lampung 1

Gapoktan. Jawa Timur 5 Gapoktan. Nusa Tenggara Barat 1 Gapoktan.

Kalimantan Selatan 2 Gapoktan dan Sulawesi Utara 1 Gapoktan.

Perkembangan target dan realisasi bansos LDPM tahap penumbuhan,

pengembangan, dan kemandirian, selama tahun 2012-2016 terlihat pada

tabel dibawah ini.

Tabel 16. Perkembangan LDPM Tahap Penumbuhan, Pengembangan, dan Kemandirian Tahun 2012-2016

Tahun

Target (Gapoktan) Realisasi (Gapoktan) Persentase (%)

Penum-buhan

Pengem-

bangan

Keman-dirian

Penum-

buhan

Pengem-

bangan

Keman-dirian

Penum-buhan

Pengem-

bangan

Keman-dirian

2012 281 235 220 281 224 220 100.00 95.32 100.002013 75 281 224 74 210 224 98.67 74.73 100.002014 38 117 219 38 102 210 100.00 87.18 100.002015 203 38 102 203 36 102 100.00 94.74 100.002016 100 203 38 98 189 38 98.00 93.10 100.00

Total 697 874 803 694 761 794 99.57 87.07 98.88

60

Page 61: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

Sumber : Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan

Taha

p Pe

num

-buh

an

Taha

p Pe

ngem

-ban

gan

Taha

p Ke

man

-diri

an

Taha

p Pe

num

-buh

an

Taha

p Pe

ngem

-ban

gan

Taha

p Ke

man

-diri

an

Taha

p Pe

num

-buh

an

Taha

p Pe

ngem

-ban

gan

Taha

p Ke

man

-diri

an

Target (Gapoktan) Realisasi (Gapoktan) Persentase (%)

0

200

400

600

800

Perkembangan LDPM Tahap Penumbuhan Pengembangan, Kemandirian, dan Pasca Kemandirian Tahun 2012-2016

2012 2013 2014 2015 2016 Total

Grafik 12. Perkembangan LDPM Tahap Penumbuhan, Pengembangan, dan Kemandirian Tahun 2012-2016

Seperti dalam penjelasan stabilisasi harga di tingkat produsen, apabila

dilihat dari rata-rata harga gabah di tingkat gapoktan LDPM periode bulan

April sebesar Rp. 3.483 per kg dan hamper mendekati harga HPP atau 94

persen karena pada bulan tersebut terjadi panen raya, hingga bulan

Agustus sebesar Rp. 3.788 per kg atau diatas HPP atau 102 persen

karena pada bulan-bulan berikutnya mengalami musim tanam dan

produksi menurun. Hal tersebut dapat diartikan bahwa harga gabah di

tingkat LDPM mengalami tetap stabil, tidak terjadi fluktuasi harga secara

signifikan.

Berdasarkan Kajian Evaluasi Dampak Penguatan LDPM Tahun 2013

dapat disimpulkan jika dukungan pemerintah dalam bentuk Bansos

Penguatan-LDPM terbukti dapat menjaga stabilitas harga pangan

ditingkat petani sebagaimana ditampilkan pada tabel dibawah ini.Harga

GKP pada Gapoktan pelaksana Penguatan-LDPM juga relatif lebih stabil

dibandingkan dengan harga GKP petani pada umumnya yang ditunjukkan

61

Page 62: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

dari nilai CV yang jauh lebih rendah dari nilai CV harga GKP petani

umumnya.

Tabel 17. Perbandingan Tingkat Harga dan Fluktuasi Harga GKP Tahun 2012 Tingkat Gapoktan LDPM.

Uraian Harga Rata-Rata (Rp/Kg) CV (%)

GKP Gapoktan LDPM 3.695.50 3.00

GKP Petani 3.371.83 7.76

Sumber : Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan

Ket.: HPP GKP tahun 2013 adalah Rp 3.700.- di tk petani (Berdasarkan Inpres No 3/2013)

Dampak kegiatan Penguatan-LDPM juga terlihat dari peningkatan peran

Gapoktan dalam pengelolaan cadangan panga, yang meningkatkan

kemudahan petani (anggota) dalam mengakses pangan pada saat terjadi

kelangkaan pangan. Berpengaruh positif dalam membangun perspektif

anggota Gapoktan dalam pengembangan agribisnis. Keberadaan saldo

akhir ini merupakan indikator utama bahwa Gapoktan peserta Penguatan

LDPM sampai saat ini masih berjalan dengan baik. Dapat memberikan

pekerjaan kepada ibu-ibu rumah tangga dan laki-laki. Dari kegiatan yang

diinisiasi Badan Ketahanan Pangan melalui penguatan – LDPM, ternyata

tidak hanya mampu melindungi dan memberdayakan petani, tetapi para

petani dan Gapoktan telah mampu meningkatkan kesejahteraan

keluarganya. Di sisi lain, masyarakat sekitar Gapoktan juga telah

memperoleh dampak ikutan, berupa mata pencaharian. Semua ini, tentu

berkontribusi nyata dalam meningkatkan ketahanan pangan keluarga.

b. Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat (LPM)Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Cadangan Pangan Masyarakat

yang di biayai melalui dana dekonsentrasi dilaksanakan dalam 3 (tiga)

tahapan yaitu tahap penumbuhan, tahap pengembangan, dan tahap

kemandirian. Tahap penumbuhan mencakup identifikasi lokasi dan

pembangunan fisik lumbung melalui DAK Bidang Pertanian, tahap

62

Page 63: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

pengembangan mencakup identifikasi kelompok lumbung pangan dan

pengisian cadangan pangan. sedangkan tahap kemandirian mencakup

penguatan modal untuk pengembangan usaha kelompok. Alokasi bansos

tahap pengembangan sebesar 20 juta untuk pengisian cadangan pangan

dan tahap kemandirian sebesar 20 juta untuk pengembangan usaha.

Pada tahun 2016, untuk tahap penumbuhan tidak dilaksanakan karena

alokasi DAK bidang Pertanian diperuntukkan untuk pembangunan gudang

cadangan pemerintah, dan pembelian RMU serta pembangunan lantai

jemur untuk lumbung yang belum mempunyai lantai jemur. Tahap

pengembangan sebanyak 54 kelompok yang tersebar di 4 provinsi.

dengan alokasi anggaran untuk kegiatan pengembangan lumbung pangan

adalah sebesar 1.08 milyar. Sampai dengan 31 Desember Realisasi dana

Bansos kegiatan pengembangan lumbung pangan hanya mencapai 1.02

milyar (94.44 %).

Provinsi yang Realisasi dana bansosnya tidak mencapai 100 % terdapat

di Provinsi Lampung sebanyak 2 (dua) unit lumbung, dan 1 (satu) unit di

Provinsi Sumatera Utara, karena tidak memenuhi persyaratan sesuai

dengan pedoman.

Mengingat tahun 2016 sudah tidak ada dana pemanfaatan pada tahap

Kemandirian, maka Badan Ketahanan Pangan hanya memantau

perkembangan pemanfaatan cadangan pangan masyarakat pada tahun

2015.

Mengingat lokasi sasaran kegiatan Pengembangan LPM sebagian besar

berada di di daerah rawan pangan dan perbatasan, maka kegiatan

tersebut sangat mendukung dalam penanganan rawan pangan dan

membantu cadangan pangan masyarakat, meskipun jangkauannya masih

terbatas di beberapa provinsi.

c. Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat melalui Toko Tani Indonesia

63

Page 64: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

Dalam menciptakan stabilitas harga pangan di tingkat produsen dan

konsumen. Kementerian Pertanian melalui Badan Ketahanan Pangan

telah melaksanakan kegiatan Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat

melalui Toko Tani Indonesia (TTI). Untuk kegiatan Toko Tani Indonesia

(TTI) mulai dilaksanakan tahun 2015, berupa kerjasama antara

Kementerian Pertanian dan Perum Bulog dengan melakukan terobosan

untuk solusi permanen yaitu : (1) menyerap produk pertanian, (2)

memperpendek rantai distribusi pemasaran, dan (3) memberikan

kemudahan akses konsumen/masyarakat. Kriteria TTI dapat dilihat pada

gambar di bawah ini.

64

Gambar 1.KriteriaPenerima Kegiatan Toko Tani Indonesia

STAKEHOLDERSTAKEHOLDERSTAKEHOLDERSTAKEHOLDERSTAKEHOLDERSTAKEHOLDERSTAKEHOLDERSTAKEHOLDERSTAKEHOLDERSTAKEHOLDERSTAKEHOLDERSTAKEHOLDERSTAKEHOLDERSTAKEHOLDERSTAKEHOLDERSTAKEHOLDERSTAKEHOLDERSTAKEHOLDERSTAKEHOLDERSTAKEHOLDERSTAKEHOLDERSTAKEHOLDERSTAKEHOLDERSTAKEHOLDERSTAKEHOLDERSTAKEHOLDERSTAKEHOLDERSTAKEHOLDERSTAKEHOLDERSTAKEHOLDERSTAKEHOLDERSTAKEHOLDERSTAKEHOLDERSTAKEHOLDERSTAKEHOLDERSTAKEHOLDERSTAKEHOLDERSTAKEHOLDERSTAKEHOLDERSTAKEHOLDERSTAKEHOLDERSTAKEHOLDERSTAKEHOLDERSTAKEHOLDERSTAKEHOLDERSTAKEHOLDERSTAKEHOLDERSTAKEHOLDERSTAKEHOLDERSTAKEHOLDERSTAKEHOLDERSTAKEHOLDERSTAKEHOLDERSTAKEHOLDERSTAKEHOLDERSTAKEHOLDERSTAKEHOLDERSTAKEHOLDERSTAKEHOLDERSTAKEHOLDERSTAKEHOLDERSTAKEHOLDERSTAKEHOLDERSTAKEHOLDERSTAKEHOLDERSTAKEHOLDER

Page 65: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

Gambar2. Kerangka Pikir Pelaksanaan Toko Tani Indonesia

Sasaran kegiatan pelaksanaan PUPM melalui TTI pada tahun 2016 sebesar 500

LUPM di 32 provinsi kecuali provinsi DKI dan Kalimantan Utara, dan 1.000 TTI.

Realisasi pelaksanaan kegiatan PUPM melalui TTI telah tercapai 493 LUPM atau

98,60 persen. Hal tersebut disebabkan ada LUPM di 3 (tiga) provinsi yang tidak

mencairkan seluruhnya yaitu Kepulauan Riau sebanyak 3 (tiga). Sulawesi Utara

sebanyak 2 (dua), dan Kalimantan Selatan sebanyak 2 (dua). Penyebabnya

adalah : (a) Seleksi CPCL oleh Tim Teknis Kab/Kota dan Provinsi yang belum

optimal, (b) Lokasi LUPM ke TTI sangat jauh. (b) Harga tidak sesuai atau biaya

operasional tidak sesuai.

Sedangkan permasalahan PUPM melalui TTI secara umum adalah : (a) Harga

gabah diatas HPP, (b) Kemasan dibongkar oleh TTI dan dijual dalam bentuk

literan, (c) Gambar/branding kemasan diubah, (d) Anggaran dipotong oleh

oknum aspirasi atau adanya indikasi penyimpangan dana oleh Tim Teknis

Kabupaten dan Provinsi, (e) Dana dipinjam pengurus bukan kepentingan PUPM,

(f) Hasil penjualan TTI tidak segera disetorkan ke Gapoktan atau LUPM, (g)

Pendamping tidak melakukan tugas pendampingan ke Gapoktan - TTI

sebagaimana mestinya, serta Pendamping tidak rutin & tidak tepat waktu dalam

mengirimkan laporan mingguan, (h) Penggunaaan Dana Operasional Bantuan

Pemerintah diluar biaya transportasi, sortasi, dan kemasan, serta (i) Jumlah

perputaran penjualan beras TTI minim dikarenakan lokasi yang tidak strategis.

Progres kegiatan PUPM dan TTI Tahun 2015 dan 2016 dapat dilihat pada table

dibawah ini.

65

Page 66: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

Tabel 18. Progres Kegiatan PUPM dan TTI Tahun 2015 - 2016

No ProvinsiGAPOTAN TOKO TANI INDONESIA

2015 2016 2015 2016T R T R T R T R

1 Aceh 10 10 20 202 Sumatera Utara 30 30 60 613 Riau 8 8 16 164 Jambi 8 8 16 195 Sumatera Barat 14 14 28 286 Sumatera Selatan 16 16 32 487 Lampung 20 20 40 528 Bengkulu 8 8 16 169 Bangka Belitung 5 5 10 10

10 Banten 33 33 9 66 74DKI JAKARTA*) 2 22

11 Jawa Barat 77 77 6 154 322DKI JAKARTA**) 3 28

12 Jawa Tengah 58 58 3 116 13913 D.I Yogyakarta 10 10 1 20 3914 Jawa Timur 68 68 8 136 13615 Bali 6 6 12 2916 Nusa Tenggara Barat 10 10 20 2717 Nusa Tenggara Timur 6 6 12 1218 Kalimantan Barat 8 8 16 1619 Kalimantan Tengah 8 8 16 1620 Kalimantan Selatan 14 12 24 3121 Kalimantan Timur 6 6 12 1222 Sulawesi Utara 8 6 12 1223 Gorontalo 4 4 8 824 Sulawesi Barat 6 6 12 1225 Sulawesi Selatan 30 30 5 60 6326 Sulawesi Tengah 8 8 16 1627 Sulawesi Tenggara 8 8 16 1628 Kepulauan Riau 3 - - -29 Maluku 3 3 6 630 Maluku Utara 3 3 6 631 Papua 2 2 4 4

32 Papua Barat 2 2 4 4

66

Page 67: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

Total 500 493 39 1.000 1.320Sumber : Sekretariat TTI

Tabel 19. Transaksi Kegiatan PUPM dan TTI di 32 Provinsi sampai Minggu ke-4 (29 Desember 2016)

Ton

Provinsi Akumulasi Sept s.d Kamis. 29 Desember 2016

Total Volume Beli Gabah Dari Petani

Kumulatif Penjualan Beras Tingkat TTI

Wilayah I 7.456.66 3.593.51

Wilayah II 9.610.66 4.191.38

Wilayah III 2.927.91 2.070.93

Wilayah IV 17.768.44 8.159.44

Grand Total 37.763.67 18.015.26

Sumber: SITANI-BKP (2016)Keterangan :Wilayah I : Riau, Jambi, Kep. Bangka Babel, Lampung, Jateng, Katim, Sulteng, PapbarWilayah II : Jawa Barat, Bali, Kalimantan Selatan, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi SelatanWilayah III : Aceh, Sumut, Sumsel, Kalbar, NTT, Gorontalo, Sultra, Maluku, PapuaWilayah IV : Sumbar, Kep. Riau, Bengkulu, DIY, Jatrim, Kalteng, Sulbar, Sulut, Mal Utara

Capaian transaksi beras pada LUPM dan TTI tahun 2016 per provinsi dapat

dilihat dapat lampiran 10.

Selain itu dalam mendukung stabilisasi harga, Badan Ketahanan Pangan

membuka model Toko Tani Indenesia Center di Pasar Minggu Provinsi DKI

Jakarta. Komoditas pangan yang dijual TTI Center antara lain : beras premium

dengan harga Rp 7.900/kilogram, daging sapi Rp 75.000/kilogram, daging

kerbau Rp 65.000/ kilogram, bawang merah Rp 25.000/kilogram, cabe merah

keriting Rp 30.000/kilogram, gula pasir Rp 12.500/ kilogram, daging ayam Rp

30.000/kilogram, dan minyak goreng Rp 12.500/liter.

67

Page 68: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

Hasil survei lainnya menunjukkan bahwa yang menjadi daya tarik masyarakat

untuk berkunjung/belanja ke TTI mayoritas sebesar 44% karena harga yang

murah, selanjutnya diikuti 18% karena tempat yang nyaman, 16% karena

lokasi terjangkau, 8% produk yang bervariasi, 6 % masa promosi dan sisanya

lain-lain (Gambar 3).

44%

8%

16%

18%

6%7%

1%

Alasan utama belanja ke TTI Center

Harga MurahProduk yang bervariasiLokasi terjangkauTempat yang nyamanMasa PromosiKualitas produk yang bagusLain - lain

Gambar 3. Alasan Utama Belanja ke TTI Center

Berdasarkan penjelasan dari tabel dan gambar tersebut diatas, menunjukkan

bahwa animo masyarakat untuk berkunjung serta belanja di TTI Center sangat

tinggi, maka keberadaan TTI Center sangat diperlukan. Untuk itu, maka baik

jumlah maupun cakupan TTI Center perlu diperluas serta bila memungkinkan

ditambah jumlahnya. bukan hanya di DKI Jakarta akan tetapi di daerah lain

yang menjadi barometer fluktuasi harga pangan pokok strategis.

Dengan mengacu panel harga konsumen dan TTI, maka dapat disimpulkan

bahwa harga beras di tingkat konsumen pada tahun 2016, sangat stabil.

5. Konsumsi Energi Definisi konsumsi energy per kapita per hari adalah nilai pangan yang

dikonsumsi per kapita tiap hari dengan satuan kkal, dengan memperhatikan

68

Page 69: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

rekomendasi Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi/WNPG ke X Tahun

2012, yaitu Angka Kecukupan Energi/EKE 2.150 kkal/kapita/hari.

Dalam menghitung konsumsi energy per kapita per hari, dengan cara : jumlah

konsumsi energi rumah tangga per hari dibagi jumlah angka rumah tangga

(ART).

Capaian konsumsi energi dalam kkal/kap/hari pada tahun 2016 sebesar

2.147 kkal/kap/hari atau telah melampaui target yaitu 105,2 persen atau 48

kkal/kap/hari dari tahun 2015, artinya konsumsi pangan masyarakat telah

terpenuhi secara kuantitas sehingga capaian kinerja semakin baik. Apabila

dibandingkan terhadap target konsumsi energi pada tahun 2019 (akhir

RPJMN tahun 2015 – 2019) sebesar 2.150 kkal/kap/hari, maka capaian

tahun 2016 telah mendekati target, yaitu 99,86 persen .

Konsumsi energi sejak tahun 2012 mengalami peningkatan sampai tahun

2016 yaitu dari 1.944 kkal/kap/hari menjadi 2.147 kkal/kap/hari. Capaian ini

masih dalam batas normal, dengan kisaran diatas 90% AKE (berdasarkan

Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi/WNPG X tahun 2012 : AKE = 2.150

kkal/kap/hari) Standar Angka Kecukupan. Berdasarkan rekomendasi

Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) ke-X Tahun 2012 terjadi

peningkatan capaian konsumsi pangan penduduk secara kuantitatif pada

periode 2012 - 2016 menunjukkan tingkat konsumsi energi yang berfluktuasi

dan cenderung meningkat, dengan laju peningkatan rata-rata sebesar 2,5

persen per tahun. Konsumsi energi tahun 2012 – 2014 masih dibawah

standar Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi yaitu 2.000 kkal/kap/hari,

namun mulai tahun 2015 telah melebihi standar seperti pada tabel dibawah

ini.

Tabel 20. Perkembangan Konsumsi Energi tahun 2012 – 2016

Uraian 2012 2013 2014 2015 2016

Konsumsi Energi (kkal/kap/hari) 1.944 1.930 1.949 2.099 2.147

Sumber : Susenas 2012 – 2016; BPS.diolah dan dijustifikasi dengan pendekatan pengeluaran oleh BKP

69

Page 70: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

Secara nasional, sumber konsumsi energi pada tahun 2016 masih didominasi

dari konsumsi padi-padian sebesar 1.274 kkal/kap/hari dibandingkan

dibanding tahun 2015 sebesar 1.252 kkal/kapita/hari. Berdasarkan

rekomendasi WNPG X Tahun 2012, terjadi peningkatan AKE rata – rata

penduduk Indonesia. AKE rata-rata sebelumnya adalah 2000 kkal/kap/hari

menjadi 2150 kakl/kap/hari, hal ini dikarenakan adanya perubahan struktur

penduduk Indonesia ke arah yang lebih tua, sehingga menyebabkan

kebutuhan rata-rata kalori penduduk juga meningkat. Mempertimbangkan hal

tersebut, maka padi-padian sebagai penyumbang terbesar dari kebutuhan

energi cenderung tetap untuk menutupi peningkatan kebutuhan energi.

Konsumsi energi per kelompok pangan belum mencapai kondisi ideal, yang

ditandai dengan masih tingginya konsumsi padi-padian terutama beras dan

terigu, serta masih rendahnya konsumsi pangan hewani, umbi-umbian, serta

sayur dan buah. Perkembangan Konsumsi Energi Penduduk Indonesia Tahun

2012-2016 seperti pada tabel dibawah ini.

Tabel 21. Perkembangan Konsumsi Pangan Penduduk Indonesia Rata-rata Tahun 2012 - 2016

Kelompok Bahan Pangan 2012 2013 2014 2015 2016

I. Padi-padian 1223.01154.

8 1164.0 1252.6 1274.0II. Umbi-umbian 54.0 41.0 38.7 48.3 49.5III. Pangan Hewani 185.9 182.5 174.0 201.0 211.5IV. Minyak dan Lemak 231.5 241.2 232.8 256.8 264.7V. Buah/biji berminyak 47.5 43.0 39.0 44.3 42.1VI. Kacang-kacangan 60.9 58.9 58.0 57.1 60.1VII. Gula 104.9 90.7 93.1 101.5 111.4VIII. Sayuran dan buah 104.3 100.4 95.5 98.9 96.5IX. Lain-lain 35.8 32.0 35.4 38.0 37.1

Total Energi 2047.81944.

4 1930.5 2098.5 2146.9Tk.Konsumsi Energi (TKE) 102.4 97.2 96.5 104.9

Skor PPH 85.6 83.5 81.4 85.2  86,2

70

Page 71: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

Sedangkan uraian capai konsumsi energi dan protein dapat dilihat pada

lampiran 11. Untuk mencapai konsumsi energi yang ideal perlu diimbangi

dengan peningkatan konsumsi umbi-umbian dan sumber karbohidrat lainnya.

Meskipun tren konsumsi umbi-umbian mengalami peningkatan, namun

konsumsi beras masih mendominasi kontribusi energi dari pangan sumber

karbohidrat. Hal ini menyebabkan jumlah agregat kebutuhan konsumsi beras

masyarakat masih tinggi. Kondisi ini menunjukkan konsumsi energi penduduk

masih belum memenuhi kaidah gizi seimbang yang dianjurkan. Untuk itu, di

masa mendatang pola konsumsi pangan masyarakat diarahkan pada pola

konsumsi pangan Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman.

Upaya pemerintah dalam rangka penurunan konsumsi beras melalui

peningkatan konsumsi pangan sumber karbohidrat lain seperti umbi-umbian

masih mengalami hambatan, antara lain : (a) produksi umbi-umbian masih

belum stabil, sehingga mempengaruhi harga umbi-umbian dipasar; (b)

keterlibatan swasta dan pemerintah dalam teknologi pengolahan pangan

lokal/umbi-umbian (seperti tepung-tepungan. berasan/butiran. dan lain-lain)

belum memasuki tahap industrialisasi (scaling up production). sehingga harga

pangan lokal sumber karbohidrat masih tinggi di tingkat pasaran dan

masyarakat belum mampu mengaksesnya; (c) teknologi penyimpanan pangan

lokal/umbi-umbian dalam jangka waktu yang panjang belum banyak dan

belum tersosialisasikan ke masyarakat; dan (d) berbagai produk olahan

pangan lokal belum tersosialisasi dengan baik di masyarakat dan masih

dianggap sebagai pangan inferior.

Total anggaran yang dialokasikan untuk mencapai keberhasilan indikator rasio

konsumsi energy adalah sebesar Rp. 156.908.913.000 dengan realisasi

anggaran sebesar Rp. 144.328.828.000 atau 91,98 persen.

6. Konsumsi Pangan HewaniDefinisi konsumsi pangan hewani per kapita per hari adalah nilai pangan

hewani yang dikonsumsi per kapita tiap hari dengan satuan kkal, dengan

71

Page 72: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

memperhatikan rekomendasi Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi/WNPG

ke X Tahun 2012, yaitu Angka Kecukupan Energi/EKE 2.150 kkal/kapita/hari.

Dalam menghitung konsumsi pangan hewani per kapita per hari, dengan

cara : jumlah konsumsi pangan hewani rumah tangga per hari dibagi jumlah

angka rumah tangga (ART).

Capaian konsumsi pangan hewani dalam kkal/kap/hari telah melampaui

target yaitu 211 kak/kap/hari atau 105,5 persen dari target yaitu 200

kak/kap/hari. Artinya konsumsi pangan hewani sudah terpenuhi bagi

masyarakat sehingga capaian kinerja semakin baik. Apabila dibandingkan

terhadap target konsumsi energi pada tahun 2019 (akhir RPJMN tahun 2015

– 2019) sebesar 225 kkal/kap/hari, maka capaian tahun 2016 telah

mendekati target, yaitu 93,78 persen.

Dilihat dari aspek konsumsi pangan, ke depan perlu didorong

keanekaragaman konsumsi pangan dengan kualitas gizi yang semakin

meningkat berbasiskan konsumsi pangan hewani. Setiap daerah mempunyai

pola konsumsi pangan hewani dengan menu yang spesifik dan sudah

membudaya serta tercermin di dalam tatanan menu sehari-hari. Menu yang

tersedia biasanya kurang memenuhi standar gizi yang dibutuhkan, sehingga

perlu ditingkatkan kualitasnya dengan tidak mengubah karakteristiknya agar

tetap dapat diterima oleh masyarakat.

Konsumsi Pangan Hewani sebagai salah satu indikator kinerja Badan

Ketahanan Pangan, karena untuk mengetahui keanekaragaman dan

kecukupan konsumsi pangan hewani keluarga yang akan mempengarui

dengan kualitas sumberdaya manusia keluarga. Konsumsi pangan hewani

sebagian besar masih belum beragam sesuai dengan Pola Pangan Harapan,

dan masih di dominansi pangan hewani ruminansia sedangkan konsumsi

pangan hewani lain belum mendukung. Uraian capaian konsumsi pangan

hewani dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

72

Page 73: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

Tabel 22. Konsumsi Pangan Hewani Tahun 2016

KomoditasEnergi Protein Gram Kilogram

Kkal/HariGram/Hari Per Hari Per Thn

Pangan Hewani 211,5 19,3 102,0 37,2 Daging Ruminansia 12,7 0,7 5,1 1,9 Daging Unggas 68,6 5,2 20,1 7,3 Telur 27,4 2,2 17,9 6,5 Susu 41,3 1,6 7,3 2,7 Ikan 61,5 9,6 51,6 18,8 Subtotal Pangan Hewani 211,5 19,3 102,0 37,2Sumber : Susenas 2016, BPS diolah dengan pendekatan pengeluaran oleh BKP

Faktor-faktor yang mempengaruhi capaian konsumsi pangan hewani, antara

lain : pengaruh kondisi sosial-budaya, ekonomi dan ketersediaan pangan

hewani. Keanekaragaman sosial ekonomi masyarakat menjadi peluang dan

potensi untuk mengembangkan pangan yang beragam, dan keanekaragaman

pola makan dipengaruhi ketersediaan pangan. Pembangunan sistem pangan

merupakan bagian pembangunan nasional yang strategis untuk meningkatkan

kualitas sumberdaya manusia. Keberhasilan dalam proses pembentukan SDM

terletak pada keberhasilan memenuhi kecukupan pangan dan perbaikan pola

konsumsi pangan.

Total anggaran yang dialokasikan untuk mencapai keberhasilan indikator

Konsumsi Energi adalah sebesar Rp. 156.908.913.000 dengan realisasi

anggaran sebesar Rp. 144.328.828.000 atau 91,98 persen.

Total anggaran yang dialokasikan untuk mencapai keberhasilan indikator rasio

konsumsi pangan hewani adalah sebesar Rp. 156.908.913.000 dengan

realisasi anggaran sebesar Rp. 144.328.828.000 atau 91,98 persen.

7. Skor Pola Pangan Harapan (PPH)

73

Page 74: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

Definisi PPH Konsumsi adalah proporsi kelompok pangan yang

menggambarkan keragaman dan keseimbangan pangan dalam kondisi

konsumsi pangan. Jumlah skor PPH Konsumsi mansksimal 100.

Dalam menghitung Skor PPH Konsumsi, dengan cara : mengkalikan antara

presentase Angka Kecukupan Energi (AKE) tingkat konsumsi dengan bobot

setiap kelompok pangan yang sudah ditetapkan.

Capaian keberhasilan Skor PPH Konsumsi tahun 2016 yaitu 86 atau hampir

mendekati target yaitu 86,2, maka konsumsi pangan masyarakat semakin

beragam dan seimbang, sehingga capaian kinerja semakin baik. Apabila

dibandingkan terhadap target skor PPH Konsumsi pada tahun 2019 (akhir

RPJMN tahun 2015 – 2019) sebesar 92,5, maka capaian tahun 2016 telah

mendekati target, yaitu 92,97 persen.

Salah satu indikator untuk mengetahui pencapaian konsumsi pangan secara

kualitatif adalah melalui pencapaian skor PPH, konsumsi pangan yang ideal

digambarkan dengan skor PPH 100. Gambaran situasi konsumsi pangan.

ditunjukkan dalam tabel dibawah ini :

Tabel 23. Perkembangan Skor PPH 2011 – 2015.

Uraian2012 2013 2014 2015 2016

T R T R T R T R T R

Skor Pola Pangan Harapan (PPH)

89.8 83.5 91.5 81.4 82.5 83.4 84.1 85.2 86.2 86.0

Sumber: Susenas 2012-2016 BPS. diolah dan dijustifikasi dengan pendekatan pengeluaran oleh BKP

Keterangan : Target berdasarkan Renstra Revisi BKP 2010 – 2014 dan Renstra BKP 2015 - 2019

Berdasarkan tabel, kualitas konsumsi pangan yang ditunjukkan dengan skor

PPH, tahun 2012-2016 berfluktuatif antar tahun. Tahun 2012-2013 mengalami

penurunan dari 83.5 menjadi 81,4, dan kembali meningkat menjadi 86,0 pada

tahun 2016. Realisasi capaian skor PPH di tahun 2012-2013 mempunyai

kesenjangan yang cukup besar dengan target yang ditetapkan. Adanya

kesenjangan tersebut telah dievaluasi dan ditindaklanjuti dengan review target

74

Page 75: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

sasaran merujuk pada Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi X tahun 2012

yaitu merekomendasikan pencapaian target skor PPH sebesar 95 menjadi

target capaian tahun 2025 yang sebelumnya (sesuai Perpres 22 tahun 2009).

dijadikan target capaian tahun 2015. Dengan demikian, telah dilakukan

penghitungan ulang terhadap target pencapaian kualitas konsumsi pangan

dengan baseline data tahun 2013 (skor PPH sebesar 81.4). menghasilkan

target skor PPH 82.5 tahun 2014. dan 84.1 tahun 2015. Setelah dilakukan

perubahan terhadap target skor PPH tersebut. capaian kualitas konsumsi

pada tahun 2014 dan 2015 telah melebihi target yang ditetapkan. bahkan

persentase pencapaian skor PPH cenderung meningkat dari tahun 2014 yaitu

sebesar 101.1%. menjadi 101.3% pada tahun 2015. Tahuan 2016 pencapaian

Skor PPH sementara menunjukan kenaikan dari tahun 2015 yaitu dari 85.2

menjadi 86,0. Skor PPH ini telah memenuhi 99.7 % dari target skor PPH tahun

2016 sebesar 86,2.

Total anggaran yang dialokasikan untuk mencapai keberhasilan indikator Skor

PPH Konsumsi adalah sebesar Rp. 156.908.913.000 dengan realisasi

anggaran sebesar Rp. 144.328.828.000 atau 91,98 persen.

8. Rasio konsumsi pangan lokal non beras terhadap berasDefinisi rasio konsumsi pangan lokal non beras terhadap beras adalah jumlah

konsumsi energi pangan local yang dihitung dari konsumsi energi singkong,

ubi jalar, kentang, sagu, umbi lainnya dan jagung dibandingkan dengan

konsumsi energy beras pada kurun waktu tertentu.

Dalam menghitung rasio konsumsi pangan local non beras terhadap beras,

dengan cara : jumlah konsumsi energy pangan local yang dihitung dari

konsumsi energy singkong, ubi jalar, kentang, sagu, umbi lainnya dan jagung

dibagi jumlah energy beras

Manusia dengan segala kemampuannya selalu berusaha untuk mencukupi

berbagai kebutuhanya dengan berbagai cara. Kebutuhan pangan yang relatif

terpengaruh dengan tingkat pendapatan. Bagi masyarakat yang memiliki

penghasilan rendah, sebagian pendapatannya digunakan untuk mencukupi

75

Page 76: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

kebutuhan pangan, sehingga persentase pengeluaran untuk pangan akan

relatif besar. Oleh karena itu, penganekaragaman pangan (diversifikasi

pangan) merupakan jalan keluar yang saat ini dianggap paling baik untuk

memecahkan masalah dalam pemenuhan kebutuhan pangan. Melalui

penataan pola makan yang tidak hanya bergantung pada satu sumber pangan

memungkinkan masyarakat dapat menetapkan pangan pilihan sendiri.

Diversifikasi konsumsi pangan ini tidak sebatas hanya diartikan sebagai

penganekaragaman konsumsi karbohidrat saja, akan tetapi juga sumber

pangan zat gizi lainnya yang diarahkan pada terpenuhinya kebutuhan pangan

dan gizi tubuh secara seimbang, baik ditinjau dari segi kuantitas maupun

kualitas konsumsi pangannya.

Diversifikasi pangan merupakan salah satu upaya untuk mengatasi masalah

ketergantungan pada beras yang hendaknya dan mengalihkan ke makanan

yang berasal dari non beras. Diversifikasi atau penganekaragaman pangan

beras dan non beras adalah upaya peningkatan konsumsi aneka ragam

pangan non beras dengan prinsip gizi seimbang. Gizi seimbang adalah gizi

yang mengandung cukup sumber karbonhidrat, protein, lemak dan mencukupi

kebutuhan kalori sesuai standart kebutuhan 2200 kkal/kap/hari.

Untuk mengetahui kebutuhan konsumsi pangan non beras di tingkat rumah

tangga, maka diperlukan suatu rasio konsumsi pangan local non beras

terhadap beras. Rasio konsumsi pangan lokal non beras terhadap beras

adalah jumlah konsumsi energi pangan local yang dihitung dari konsumsi

energi singkong, ubi jalar, kentang, sagu, umbi lainnya dan jagung

dibandingkan dengan konsumsi energy beras pada kurun waktu tertentu.

Data yang digunakan bersumber dari Susenas Badan pusat Statistik (BPS)

yang diolah oleh Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan

Pangan.

Capaian rasio konsumsi pangan lokal non beras terhadap beras tahun 2016

sebesar 6,30 persen atau telah melebihi target yaitu 5,70 persen. Artinya

konsumsi karbohodrat yang bersumber dari pangan lokal yaitu umbi-umbian

76

Page 77: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

dan jagung di tingkat masyarakat sudah baik, sehingga capaian kinerja

semakin baik. Apabila dibandingkan terhadap target konsumsi energi pada

tahun 2019 (akhir RPJMN tahun 2015 – 2019) sebesar 225 kkal/kap/hari,

maka capaian tahun 2016 telah mendekati target, yaitu 93,78 persen .

Total anggaran yang dialokasikan untuk mencapai keberhasilan indikator rasio

konsumsi pangan local non beras terhadap beras adalah sebesar Rp.

156.908.913.000 dengan realisasi anggaran sebesar Rp. 144.328.828.000

atau 91,98 persen.

Meskipun dalam mencapai dan mewujudkan pemenuhan konsumsi energi,

konsumsi pangan hewani, PPH, dan rasio konsumsi pangan lokal non beras

terhadap beras merupakan kegiatan lintas sektor yang dipengaruhi oleh

kinerja berbagai unit kerja/instansi lain. Namun, Badan Ketahanan Pangan

juga mendukung pencapaian konsumsi energi, konsumsi pangan hewani,

PPH, dan rasio konsumsi pangan lokal non beras terhadap beras melalui

pelaksanaan kegiatan : (a) Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan

(P2KP) berbasis Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) dalam bentuk

kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan pada 4.869 desa (tahap

penumbuhan dan pengembangan, (b) Model Pengembangan Pangan Pokok

Lokal (MP3L) di 30 unit, (c) Sosialisasi dan Promosi P2KP pada 35 lokasi, (d)

Gerakan Diversifikasi Pangan pada 35 lokasi, dan (e) Pemantauan

Penganekaragaman Konsumsi Pangan pada 35 provinsi. Selain itu juga,

diperlukan replikasi kegiatan agar dapat memberikan dampak yang lebih luas

di masyarakat. Selain itu. untuk meningkatkan keberagaman pangan juga

diperlukan dukungan sosialisasi/promosi tentang pentingnya

penganekaragaman pangan.

Untuk mempercepat terwujudnya konsumsi pangan masyarakat menuju

beragam dan bergizi seimbang masih diperlukan upaya: 1) Peningkatan

pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam mengonsumsi pangan

Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman (B2SA) melalui Komunikasi, Informasi.

Edukasi – KIE (penyusunan KIT dan Modul Penyuluhan di tingkat lapangan,

77

Page 78: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

Lomba Cipta Menu, serta penyebarluasan informasi melalui media cetak dan

elektronik); 2) Upaya penurunan konsumsi beras dilakukan dengan

meningkatkan produksi serta konsumsi pangan karbohidrat berbasis

sumberdaya lokal; 3) Peningkatan konsumsi melalui penyediaan sayuran.

Buah, pangan hewani, kacang-kacangan yang cukup dan dapat diakses oleh

seluruh anggota keluarga. Upaya diatas merupakan daya ungkit yang cukup

besar untuk dapat meningkatkan skor PPH.

Berdasarkan hasil Kajian Dampak Kegiatan Percepatan Penganekaragaman

Konsumsi Pangan (P2KP) pada tahun 2013 pada 7 provinsi sample. Bahwa

telah terjadi rata-rata penurunan konsumsi nasi sebesar 26,90 gram (atau

setara dengan 0,0269 kg). Secara keseluruhan bahwa secara agregat

terdapat perbedaan skor PPH antar program P2KP dengan Non P2KP.

Besaran perbedaan Skor PPH tersebut 5,77 point lebih tinggi program P2KP

dibandingkan dengan Non P2KP. Untuk kegiatan Kajian Dampak Kegiatan

P2KP terhadap Skor PPH pada tahun 2015 dan 2016 tidak dilaksanakan

karena terjadi penghematan anggaran.

Kualitas konsumsi pangan yang lebih baik dapat dicapai dengan peningkatan

konsumsi umbi-umbian, pangan hewani, kacang-kacangan, serta sayur dan

buah. Meskipun kecenderungan konsumsi beras mengalami penurunan,

namun konsumsi beras masih mendominasi kontribusi energi dari pangan

sumber karbohidrat. Hal ini menyebabkan jumlah agregat kebutuhan konsumsi

beras masyarakat masih tinggi. Kondisi ini menunjukkan konsumsi pangan

penduduk masih belum memenuhi kaidah gizi seimbang yang dianjurkan.

Untuk itu di masa mendatang pola konsumsi pangan masyarakat diarahkan

pada pola konsumsi pangan Beragam, Bergizi Seimbang, dan Aman.

Belum tercapainya keberagaman dan keseimbangan konsumsi pangan

masyarakat, ditunjukkan dari konsumsi sayur dan buah, pangan hewani.

kacang-kacangan, serta umbi-umbian yang masih rendah. Hal ini dipengaruhi

oleh berbagai faktor antara lain: (a) perilaku masyarakat belum cukup dalam

perkembangan dan perubahan skor PPH dari masyarakat; (b) masih

78

Page 79: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

rendahnya daya beli masyarakat. rendahnya pengetahuan dan kesadaran

masyarakat akan pola pangan beragam dan bergizi seimbang.dan masih

adanya keterbatasan aksesibilitas terhadap pangan; (c) kurang

berkembangnya teknologi untuk memproduksi maupun mengolah bahan

pangan terutama pangan lokal non beras dan non terigu; (d) produksi umbi-

umbian masih belum stabil, sehingga mempengaruhi harga umbi-umbian di

pasar; (d) keterlibatan swasta dan pemerintah dalam teknologi pengolahan

pangan lokal/umbi-umbian (seperti tepung-tepungan, berasan/butiran, dan

lain-lain) belum memasuki tahap industrialisasi (scaling up production),

sehingga harga pangan lokal sumber karbohidrat masih tinggi di tingkat

pasaran dan masyarakat belum mampu mengaksesnya; (e) teknologi

penyimpanan pangan lokal/umbi-umbian dalam jangka waktu yang panjang

belum banyak dan belum tersosialisasikan ke masyarakat; (f) berbagai produk

olahan pangan lokal belum tersosialisasi dengan baik di masyarakat dan

masih dianggap sebagai pangan inferior; (g) komitmen aparat dalam

mengimplementasi program dan kegiatan diversifikasi dirasa masih belum

kuat; dan (h) belum optimalnya kerjasama antar kementerian/lembaga serta

lemahnya partisipasi masyarakat.

Ke depan pencapaian sasaran IKU tersebut perlu introduksi komponen

kegiatan di dalam dan di luar lahan pekarangan untuk pengembangan umbi-

umbian. Upaya selanjutnya untuk meningkatkan skor PPH di masyarakat

diperlukan ketersediaan produk pangan pokok lokal seperti umbi-umbian yang

memadai, dan pengelolaan distribusi yang baik, sehingga harga di pasar

dapat ditekan. Untuk itu diperlukan pengembangan usaha pengolahan pangan

pokok lokal lainnya dengan nilai ekonomis yang memadai. Selain itu kegiatan

penumbuhan usaha pengolahan pangan berbasis tepung-tepungan dapat

tercapai secara berkelanjutan, karena kelompok sudah termotivasi dan

mempunyai kemampuan kerja sama usaha kelompok yang didukung kegiatan

Model PengembanganPangan Pokok Lokal (MP3L).

79

Page 80: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

Total anggaran yang dialokasikan untuk mencapai keberhasilan indikator rasio

konsumsi pangan lokal non beras terhadap beras adalah sebesar Rp.

156.908.913.000 dengan realisasi anggaran sebesar Rp. 144.328.828.000

atau 91,98 persen.

9. Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi

Definisi peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi adalah jumlah

pangan segar yang telah diberikan jaminan tertulis oleh lembaga yang telah

diakreditasi pada tahun tertentu (y) dibandingkan dengan tahun sebelumnya

(y-1). Peningkatan produk pangan segar tiap tahun ditetapkan sebesar 10

persen.

Dalam menghitung jumlah peningkatan produk pangan segar yang

tersertifikasi pada tahun tertentu, dengan cara : jumlah pangan segar pada

tahun tertentu dikurangi dengan jumlah pangan segar pada tahun

sebelumnya, selanjutnya dibagi jumlah pangan segar pada tahun sebelumnya

dikalikan 100 persen.

Capaian kinerja peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi sudah

mencapai 26 persen (260 persen) atau diatas target yaitu 10 persen, berarti

banyak produk pangan segar yang tersertifikasi, maka pelaku pertanian

semakin paham tingkat keamanan produk pangan segar, sehingga capaian

kinerja Badan Ketahanan Pangan semakin baik. Apabila dibandingkan

terhadap target peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi pada

tahun 2019 (akhir RPJMN tahun 2015 – 2019) sebesar 10 persen, maka

capaian tahun 2016 telah melebihi target yaitu 260 persen.

Pengawasan pangan segar yang dilakukan oleh Badan Ketahanan Pangan

pada tahun 2016, salah satunya adalah pengawasan pada proses produksi

(On Farm), yaitu dengan melakukan sertifikasi prima 1, 2 dan 3 serta

surveilens oleh Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah/Pusat

(OKKPD/OKKPP) kepada petani/kelompok tani/pelaku usaha. Sertifikasi prima

80

Page 81: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

3 diberikan kepada produk pertanian yang memenuhi persyaratan dilihat dari

aspek keamanan pangan; sedangkan untuk prima 2 dilihat dari aspek

keamanan dan mutu pangan; dan prima 1 dari aspek keamanan dan mutu

pangan serta sosial dan lingkungan.

Hasil pengawasan pada proses produksi (sertifikat Prima 1, 2, 3), registrasi

PD/PL, packing house pada tahun 2016 meningkat 26,04% dari target sasaran

yang telah ditetapkan sebesar 10% bila dibandingkan dengan tahun 2015.

Sedangkan hasil pengawasan pangan segar di peredaran yang dilakukan

melalui monitoring/inspeksi baik dipasar tradisional maupun ritail modern pada

tahun 2016 menunjukkan bahwa 99,61% aman dikonsumsi.

Selain melakukan pengawasan keamanan pangan segar dengan sertifikasi

prima, dilakukan juga pengawasan pangan segar di rumah kemas (packing

house) dan pelaku usaha melalui pendaftaran rumah kemas dan pendaftaran

Pangan Segar Asal Tumbuhan (PSAT) oleh OKKPD/OKKPP. Pengawasan ini

bersifat sukarela, dimana hanya rumah kemas/pelaku usaha yang

menginginkan produknya didaftar.

Total anggaran yang dialokasikan untuk mencapai keberhasilan indikator rasio

konsumsi pangan local non beras terhadap beras adalah sebesar Rp.

156.908.913.000 dengan realisasi anggaran sebesar Rp. 144.328.828.000

atau 91,98 persen.

10. Tingkat Keamanan Pangan segar yang Diuji

Definisi tingkat keamanan pangan segar yang diuji adalah jumlah sample

pangan yang aman dikonsumsi dibandingkan dengan total sample pangan

disuatu tempat pada kurun waktu tertentu. Tingkat keamanan pangan segar

yang aman adalah diatas atau sama dengan 80 persen dari kondisi yang ada.

Dalam menghitung tingkat keamanan pangan segar yang diuji, dengan cara :

jumlah sampel pangan yang aman dikonsumsi di suatu tempat sesuai standar

yang berlaku dalam kurun waktu tertentu, dibagi jumlah total sampel pangan

81

Page 82: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

yang diambil di suatu tempat dalam kurun waktu tertentu, dikalikan 100

persen.

Capaian kinerja keamanan pangan segar yang diuji, sudah mencapai 99,61

persen atau diatas target yaitu 80 persen, maka semakin aman pangan segar

di masyarakat, sehingga capaian kinerja Badan Ketahanan Pangan semakin

baik. Apabila dibandingkan terhadap target keamanan pangan segar yang diuji

pada tahun 2019 (akhir RPJMN tahun 2015 – 2019) sebesar > 80 persen,

maka capaian tahun 2016 telah melebihi target 124 persen.

Badan Ketahanan Pangan telah melakukan beberapa kegiatan terkait

pengawasan keamanan pangan segar, antara lain pengambilan contoh

pangan segar dan pengujian di laboratorium. Objek pengawasan keamanan

pangan segar yang dilakukan oleh BKP difokuskan pada pangan segar asal

tumbuhan di peredaran. Dalam pengawasan tersebut, Badan ketahanan

Pangan bekerjasama dengan instansi lain. Mandat pengawasan keamanan

pangan segar juga dilakukan oleh Badan Karantina Pertanian (Barantan)

khususnya dalam mengawal lalu lintas pangan segar asal tumbuhan dari dan

ke luar negeri. Pengawasan keamanan pangan segar asal hewan secara

khusus dilakukan oleh Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan

(Keswan) melalui Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner.

Ruang lingkup pengujian adalah residu pestisida, mikroba dan logam berat.

Pengujian residu pestisida sudah dilaksanakan sejak tahun 2005.

Mengingat keamanan pangan sangat penting dalam peningkatan kualitas

manusia. maka diperlukan petugas/SDM di bidang pengawasan keamanan

pangan yang memiliki kompetensi yang terstandarkan. Beberapa kompetensi

untuk petugas yang menangani keamanan pangan segar sudah merujuk pada

Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) sebagai standar

komptensi profesi, yaitu SKKNI Pengawas Keamanan Pangan Segar dan

SKKNI Petugas Pengambil Contoh (PPC) pangan segar.Untuk memenuhi

kompetensi petugas yang menangani keamanan pangan. BKP telah melatih

82

Page 83: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

petugas dengan berbagai kompetensi dari tahun ke tahun, hingga tahun 2016

petugas yang menangani keamanan pangan. sebagai berikut : (1) PPC

sebanyak 295 orang; (2) Auditor sebanyak 92 orang; (3) Inspektor sebanyak

36 orang; (4) PMHP sebanyak 20 orang; (5) PPNS sebanyak 20 orang; dan

(6) Pengawas sebanyak 61 orang.

Dalam menyelenggarakan fungsi pengawasan keamanan pangan segar di

Indonesia, banyak tantangan yang dihadapi oleh Badan Ketahanan Pangan,

antara lain : (1) Cakupan wilayah pengawasan yang sangat luas; (2) jumlah

dan jenis pangan segar cukup beragam; (3) Rendahnya pengetahuan dan

keterampilan produsen untuk memproduksi pangan yang aman dan bermutu;

(4) Kesadaran konsumen dan retail yang masih perlu ditingkatkan; dan (5)

Keterbatasan jumlah dan kompetensi pengawas keamanan pangan segar.

Dari kelima tantangan tersebut, butir ke 1 dan 2 menunjukkan bahwa

diperlukan penguatan sarana dan prasarana pengawasan yang memadai.

Untuk mendukung hal tersebut.diperlukan kendaraan operasional yang dapat

dimanfaatkan dalam kegiatan pengawasan keamanan pangan segar seperti

pengambilan sampel dan wahana respon cepat terhadap kejadian

ketidakamanan pangan (seperti terjadinya kasus keracunan pangan segar)

serta sarana pendukung untuk penyebaran informasi tentang keamanan

pangan di daerah.

Total anggaran yang dialokasikan untuk mencapai keberhasilan indikator rasio

konsumsi pangan local non beras terhadap beras adalah sebesar Rp.

156.908.913.000 dengan realisasi anggaran sebesar Rp. 144.328.828.000

atau 91,98 persen.

C. Capaian Kinerja Lainnya

1. Analisis atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya Terhadap Kegiatan

Prioritas.

a) Pemeriksaan Hasil Auditor

83

Page 84: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

Capaian kinerja Badan Ketahanan Pangan tidak lepas dari efisiensi

penggunaan sumberdaya, baik sumberdaya keuangan maupun pegawai.

Penilaian capaian kinerja atas keuangan tidak hanya dari aspek realisasi

keuangan tetapi juga hasil pemeriksaan dari auditor baik dari Inspektorat

Jenderal Kementerian Pertanian, maupun dari Badan Pemeriksa

Keuangan (BPK). Pemeriksaan dilakukan melalui proses identifikasi

masalah, analisis, dan evaluasi secara independen, objektif, dan

professional berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai kebenaran,

kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai pengelolaan

dan tanggung jawab keuangan Negara.

Dalam laporan kinerja ini, arah kebijakan pemeriksaan terhadap

pelaksanaan program/kegiatan Badan Ketahanan Pangan hingga tahun

2014 difokuskan pada seluruh kegiatan dan anggaran yang tertuang

dalam DIPA dan POK, dengan melihat dari aspek efektivitas, efisiensi dan

kerugian negara. Sedangkan pada tahun tahun 2016 arah kebijakan

pemeriksaan oleh Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian yaitu (a)

Fokus pada Program Peningkatan Kedaulatan Pangan, (b) Sebagai motor

dalam Penyelenggaraan SPIP, dan (c) Audit Kegiatan Periode Lalu dan

Pengawalan (SPI) Kegiatan Tahun Berjalan. Dengan menerapkan :

Integrasi Lini Pengawasan. Proses Pengendalian Integral Dengan

Kegiatan. dan Penerapan Kualitas Manajemen (Quality Manajemen).

Berdasarkan hasil Laporan Hasil Pemeriksaan Inspektorat Jenderal

Kementerian Pertanian Tahun 2016 terhadap kegiatan Badan Ketahanan

Pangan pada 5 Provinsi yaitu : (a) Kepulauan Riau, (b) Riau, (c) Bangka

Belitung, (d) Jawa Tengah, dan (e) Jawa Timur. Dalam pemeriksaan

tersebut, ruang lingkup pelaksanaan audit kinerja Ketahanan Pangan

meliputi : (a) Capaian kinerja program peningkatan Ketahanan Pangan,

(b) Ketaatan terhadap Standar Operasional Prosedur (SOP), (c) Ketaatan

84

Page 85: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

terhadap perundang undangan, (d) Monitoring terhadap tindak lanjut

temuan hasil audit sebelumnya.

Secara umum, temuan Hasil Pemeriksaan tersebut terdapat kelemahan-

kelemahan sebagai berikut :

1) Kepala Satker belum sepenuhnya mengimplementasikan aspek SPI

pada unit kerjanya,

2) Belum adanya standar satuan biaya secara internal,

3) Penanggungjawab kegiatan belum sepenuhnya memperhatikan

pentingnya juklak/juknis kegiatan sebagai acuan pelaksanaan dan

belum memperhatikan simpul kritis dalam pelaksanaan kegiatan,

4) Satlak PI masih kurang optimal dalam melaksanakan tugas dan

fungsinya,

5) Sosialisasi SPI belum dilakukan keseluruh Satker Daerah

Propinsi/Kabupaten,

6) Kerangka Acuan Kerja/TOR masih banyak yang tidak buat sehingga

tidak ada penjabaran lebih lanjut mengenai metodollogi atau

langkah-langkah yang harus dikerjakan dalam pelaksanaan

operasional,

7) Kepengurusan Gapoktan belum dilengkapi dengan Tim Pengawas

sebagaimana ditetapkan dalam Pedum,

8) Meningkatkan pengendalian dan pengawasan terhadap pelaksanaan

kegiatan sehingga tujuan dan sasaran kegiatan dapat tercapai,

9) Penanggungjawab kegiatan dalam merencanakan dan

melaksanakan kegiatan belum diterapkan SPI secara memadai serta

belum efektifnya pengendalian dan pengawasan dari KPA maupun

PPK. akibatnya kegiatan belum dapat menyajikan kinerja gapoktan

secara lengkap,

10) Gapoktan belum membuat aturan dan sanksi secara tertulis bagi

anggota yang menyangkut pemanfaatan sumber daya dan dana.

serta belum adanya pemupukan modal atau tabungan untuk

cadangan pangan,

85

Page 86: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

11) Penanggungjawab kegiatan agar lebih cermat dalam merencanakan

dan melaksanakan kegiatan,

12) Penanggungjawab dan Pelaksana Kegiatan agar meningkatkan

koordinasi dengan penanggungjawab kegiatan di Kabupaten dalam

melakukan pembinaan dan pengendalian terhadap pelaksanaan

kegiatan di lapangan baik secara teknis maupun adiministratif,

13) Petugas pendamping masih belum melaksanakan pendampingan

secara optimal dan meningkatkan pembinaan serta pendampingan

baik dalam manajemen administrasi keuangan maupun dalam upaya

operasional kelompok,

14) Kurang optimalnya pengendalian dan pengawasan kegiatan dari

KPA dan PPK terutama dalam pelaksanaan dan penggunaan

anggaran yang tidak memperhatikan prinsip efektif dan ekonomis.

Dengan adanya kondisi tersebut diatas mengakibatkan terjadinya

Kerugian Negara di 4 provinsi yaitu Provinsi Riau. Bangka Belitung. Jawa

Tengah dan Jawa Timur dengan total Kerugian negara sebesar Rp.

381.184.423.- penyelesaian sebesar Rp.349.105.573.- sisa Kerugian

Negara sampai 31 Desember 2016 sebesar Rp. 32.078.850. Upaya yang

telah dilaksanakan oleh Badan Ketahanan Pangan dalam rangka

percepatan penyelesaian sisa Kerugian Negara adalah menyampaikan

surat teguran dan pemberitahuan ke daerah agar menindaklanjuti hasil

temuan dan secepatnya menyelesaian kerugian negara tersebut. Selain

itu Badan Ketahanan Pangan juga melaksanakan pengawalam ke provinsi

tersebut.

Tabel 24. Perbandingan percepatan penyelesaian KN BKP Tahun 2012 – 2016

No URAIAN TAHUN

2012 2013 2014 2015 2016

1 KN Temuan Itjen Kementan

43.168.714 10.4247.985 322.469.973 75.000.000 97.217.000

86

Page 87: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

2 KN Temuan BPKP

60.446.818 426.330.500 489.893.183 474.097.504

TOTAL 43.168.714 164.694.803 748.800.473 564.893.183 571.314.504

Sedangkan evaluasi kegiatan PIDRA dan SOLID Badan Ketahanan

Pangan terhadap Laporan Hasil Pemeriksaan Badan Pengawasan dan

Pembanguanan (BPKP) yang terdapat di Provinsi NTB, Maluku, Maluku

Utara dan DKI (BKP Pusat) terdapat Kerugian Negara seluruhnya sebesar

Rp. 1.513.751.005.- penyelesaian sampai tahun 2016 sebesar

Rp.556.696.437.- Sisa kerugian negara program SOLID sampai 31

Desember 2016 sebesar Rp. 957.054.568. Upaya yang telah

dilaksanakan oleh Badan Ketahanan Pangan dalam rangka percepatan

penyelesaian sisa Kerugian Negara adalah Upaya yang telah

dilaksanakan oleh Badan Ketahanan Pangan dalam rangka percepatan

penyelesaian sisa Kerugian Negara adalah menyampaikan surat teguran

dan pemberitahuan ke daerah agar menindaklanjuti hasil temuan dan

secepatnya menyelesaian kerugian negara tersebut. Selain itu Badan

Ketahanan Pangan juga melaksanakan pengawalam ke provinsi tersebut.

b) Capaian Kinerja Pegawai Badan Ketahanan Pangan

Keberhasilan penyelenggaraan dan pelaksanaan tugas serta berbagai

kegiatan program pembangunan ketahanan pangan yang dikelola Badan

Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, tidak lepas dari kemampuan

sumberdaya manusia aparat yang tersedia. Efisiensi penggunaan

sumberdaya manusia/pegawai Badan Ketahanan Pangan, merupakan

dukungan yang tidak kalah penting dalam pencapaian target program dan

kegiatan Badan ketahanan Pangan Tahun 2016. Sumberdaya

manusia/pegawai yang tersedia dan berkualitas sangat menentukan bagi

keberhasilan penyelenggaraan dan pelaksanaan tugas dan kegiatan

Badan Ketahanan Pangan dan Sekretariat DKP.

87

Page 88: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

Pada tahun 2016, BKP Kementerian Pertanian didukung oleh 322

pegawai, dengan komposisi yang beragam adalah :

1. Tingkat pendidikan: SLTA ke bawah sebanyak 93 orang atau 28,89

persen. Diploma-3 dan Sarjana Muda 8 orang atau 2,38 persen,

Strata Satu 123 orang atau 38,20 persen. strata dua 86 orang atau

26,70 persen, dan strata tiga 10 orang atau 3,10 persen.

2. Kepangkatan: golongan I sebanyak 1 orang atau 0,33 persen.

golongan II sebanyak 26 orang atau 8,07 persen, golongan III

sebanyak 239 orang atau 74,22 persen, dan golongan IV sebanyak

56 orang atau 17,39 persen.

3. Usia pegawai: 21-25 sebanyak 1 orang atau 0,31 persen, 26-35

tahun sebanyak 65 orang atau 20,19 persen, 36-45 tahun 111 orang

atau 34,47 persen, 46-50 tahun 29 orang atau 9,01 persen, dan lebih

dari 51 tahun 116 orang atau 36,02 persen.

Kualifikasi pegawai BKP Kementerian Pertanian yang masih aktif pada

tahun 2012 - 2016 berdasarkan tingkat pendidikan, kepangkatan, dan

usia, seperti dalam lampiran 12.

Jumlah pegawai Badan Ketahanan Pangan Tahun 2016 sebanyak 322

pegawai. Data tersebut berdasarkan perhitungan, dari awal hingga akhir

tahun 2016. Pegawai Badan Ketahanan Pangan berkurang sejumlah 5

orang yang disebabkan karena pensiun, mutasi pindah tugas dan

meninggal dunia. Sedangkan jumlah pengawai baru yang masuk ke

Badan Ketahanan Pangan sebanyak 7 pegawai, yang terdiri dari CPNS

berjumlah 6 pegawai, pindahan dari Ditjen Hortikultura 1 pegawai. Bila

dilihat dari komposisi jumlah pegawai berdasarkan tingkat pendidikan,

bahwa pegawai di Badan Ketahanan Pangan lebih didominasi dengan

tenaga teknis dan selebihnya adalah tenaga administrasi.

Dalam rangka meningkatkan kemampuan, pengetahuan, ketrampilan, dan

kualitas aparatur dalam penyelenggaraan berbagai tugas dan fungsi

Badan Ketahanan Pangan. pada tahun 2016 telah dilakukan program

88

Page 89: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

tugas belajar sebanyak 12 orang, terdiri dari 6 pegawai mengikuti

pendididikan S3 dan 19 pegawai mengikuti pendidikan S2.

Dalam rangka pelaksanaan reformasi birokrasi dan pengembangan

sumber daya manusia, pengembangan karir melalui jabatan fungsional

sebagai upaya peningkatan produktivitas sumber daya manusia dan

memberikan kejelasan dan kepastian karier pegawai. Jabatan fungsional

merupakan jabatan yang pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian

dan/atau keterampilan tertentu. serta bersifat mandiri. Hingga tahun 2016.

Badan Ketahanan Pangan telah memiliki 11 jabatan fungsional dengan,

jumlah pegawai yang telah memiliki jabatan fungsional sebanyak 65 orang

pegawai, secara rinci dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 26. Pegawai dengan Jabatan Fungsional Khusus di Badan Ketahanan Pangan

No. Jabatan Fungsional Jumlah(OrangPegawai)

1 Pranata Komputer 3

2 Analis Kepegawaian 3

3 Statistisi 4

4 Pranata Humas 2

5 Analis Pasar Hasil Pertanian (APHP) 7

6 Pengawas Mutu Hasil Pertanian (PMHP) 9

7 Arsiparis 7

8 Pustakawan 1

9 Perencana 1

10 Pengelola Pengadaan Barang/Jasa 1

11 Analis Ketahanan Pangan 27

Total 65Sumber : data Subbag Kepegawaian Badan Ketahanan Pangan

89

Page 90: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

Mengacu dari undang-undang Nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara dan peraturan-peraturan kepegawaian lainnya, pegawai pemerintah diarahkan sebagai fungsional khusus yang memiliki keahlian khusus. Kedepan, kegiatan-kegiatan yang bersifat teknis hanya akan dilakukan oleh pegawai yang mempunyai kemampuan teknis yang arahnya adalah pejabat fungsional tertentu. Dalam satu bidang unsur pelaksana hanya akan dilakukan oleh pejabat fungsional yang membidangi fungsi masing-masing. Selain itu dalam rangka mengikuti perkembangan informasi yang semakin pesat sudah dilaksanakan secara online atau melalui media online, maka pegawai Badan Ketahanan Pangan dituntut harus memiliki ketrampilan khusus baik dari segi komputerisasi maupun analisis.

Sejak tahun 2014, penilaian capaian kinerja pegawai dengan tahun sudah menggunakan Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) yang menekankan output pekerjaan pegawai dan kehadiran pegawai, sedangkan untuk melihat kinerja pegawai melalui budaya kerja.

Dalam rangka penilaian indikator kinerja individu/pegawai. telah dilaksanakan Penilaian Standar Kinerja Pegawai (SKP) sebagai pengganti Daftar Penilaian Pelaksanaan Kerja PNS (DP3) kepada seluruh pegawai Badan Ketahanan Pangan. Dalam Penilaian Prestasi sudah terlihat kinerja pegawai dengan nilai 91-100 (A = Sangat Baik) sebanyak 35 pegawai; 76-90 (B = Baik) sebanyak 264 pegawai; 61-75 (C = Cukup) sebanyak 1 pegawai; 51-60 (D = Kurang) sebanyak 0 pegawai; dan < 50 (E = Buruk) sebanyak 0 pegawai.

Pada tahun 2016, Badan Ketahanan Pangan juga telah mensosialisasikan

aplikasi e-Personal yang bekerjasama dengan Biro Organisasi dan

Kepegawaian Kementan, serta Pusat Data dan Sistem Informasi

Pertanian. Kementan. Aplikasi e-Personal digunakan untuk mencatat

setiap aktivitas kedinasan pegawai. E-personal ini lebih bersifat sebagai

buku harian setiap pegawai. Dengan adanya e-personal, unsur pimpinan

bisa melihat aktifitas sehari-hari pegawai yang pembinaannya ada

dibawahnya. Selain itu, e-Personal juga berfungsi sebagai alat kontrol

yang memuat data dan informasi Aparatur Sipil Negara (ASN) di

90

Page 91: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

Lingkungan Kementerian Pertanian, baik yang berada di kantor pusat

maupun Unit Pelaksana Teknis (UPT). Aplikasi e-Personal telah

terintegrasi dengan Sistem Informasi Manajemen Aparatur Sipil Negara

(SIM ASN) Kementerian Pertanian. dengan tujuan untuk menciptakan

keterpaduan dan validitas data khususnya mengenai data kepegawaian.

Selain mensosialisasikan e-Personal, Badan Ketahanan Pangan juga

mensosialisasikan e-Kinerja yang bekerjasama dengan Biro Organisasi

dan Kepegawaian Kementan, serta Pusat Data dan Sistem Informasi

Pertanian, Kementan.

Tujuan e-Kinerja adalah (1) Untuk meningkatan kinerja organisasi dan

aparatur; (2) Menjadi salah satu instrumen dalam penataan dan

penyempurnaan organisasi; (3) Sebagai alat ukur prestasi kerja organisasi

dan aparatur; (4) Untuk meningkatkan kesejahteraan aparatur dengan

mengacu pada prinsip keadilan "equal job for equal pay"; (5) Mendorong

terciptanya kompetisi yang sehat diantara aparatur; (6) Meningkatkan

kompetensi SDM; (7) Menumbuhkan kreatifitas dan inovasi kerja yang

lebih tinggi; (8) Merekam pekerjaan harian aparatur sesuai dengan

jabatan dan beban kerja;

Pada tahun 2016 hasil pengukuran IPNBK Badan Ketahanan Pangan

adalah 3,51 nilai konversi IPNBK 87,86 dengan klasifikasi kualitas budaya

kerja A (Sangat Baik) mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2015.

Pada tahun 2015, hasil pengukuran IPNBK Badan Ketahanan Pangan

adalah 3,46 dengan nilai kualitas budaya kerja 86,38.

Nilai budaya kerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2016 sebagai berikut

- Nilai Rata-Rata Budaya Kerja : 3,51

- Kualitas Budaya Kerja : 87,86

- Kualifikasi Kualitas Budaya Kerja : A (Sangat Baik)

Tabel 27. Komponen dan Nilai Budaya Kerja BKP Tahun 2016

NO KOMPONEN PERTANYAAN NILAI KONVERSI

91

Page 92: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

1 Komitmen 1,1. - 1,8. 3,44 86,122 Keteladanan 2,1. - 2,6. 3,48 87,09

3 Profesionalisme 3,1. - 3,6. 3,50 87,41

4 Integritas 4,1. - 4,5. 3,53 88,16

5 Disiplin 5,1. - 5,4. 3,62 90,53

NILAI KUALITAS BUDAYA KERJA (IPNBK) 3,51 87,86

Tabel 28. Perbandingan Nilai Budaya Kerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015 dan Tahun 2016 adalah sebagai berikut :

No Budaya Kerja Tahun 2015 Tahun 20161 Nilai rata-rata budaya kerja 3.46 3.51

2 Kualitas Budaya Kerja 86.38 87.86

3 Kualifikasi Budaya Kerja A (Sangat Baik) A ( Sangat Baik)

Dari 4 (empat) unit kerja eselon II lingkup Badan Ketahanan Pangan, yang

mencapai nilai tertinggi kualitas budaya kerja adalah Sekretariat Badan

Ketahanan Pangan dengan nilai 3,56 dengan kualitas budaya kerja 88,98

dengan klasifikasi A (Sangat Baik), Pusat Penganekaragaman Konsumsi

dan Keamanan Pangan dengan nilai 3,50 dengan kualitas budaya kerja

87,50 dengan klasifikasi A (Sangat Baik) , Pusat Distribusi dan Cadangan

Pangan dengan nilai 3,49 dengan kualitas budaya kerja 87,20 dengan

klasifikasi A (Sangat Baik) dan Pusat Ketersediaan dan Cadangan Pangan

dengan nilai 3,48 dengan kualitas budaya kerja 86,92 dengan klasifikasi A

(Sangat Baik). Hasil pengukuran IPNBK pada masing-masing unit kerja

eselon II lingkup Badan Ketahanan Pangan seperti pada tabel dibawah ini.

Tabel 29. Indeks Penerapan NilaI Dasar Budaya Kerja per Eselon II

NO NILAI DASAR SETBAPUSAT

KETERSEDIAAN DAN KP

PUSAT DISTRIBUSI

DAN CP

PUSAT PENGANEKA-

RAGAMAN & KP1. Komitmen 3.45 3.39 3.47 3.46

2. Keteladanan 3.56 3.46 3.42 3.49

3. Profesionalisme 3.57 3.46 3.43 3.52

92

Page 93: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

4. Integritas 3.54 3.45 3.53 3.58

5. Disiplin 3.68 3.61 3.58 3.61

I P N D B K 3.56 3.48 3.49 3.50

Tabel 30. Ringkasan hasil penilaian per Eselon II

NO UNIT KERJA NILAI KUALITAS KUALIFIKASI

1 Sekretariat Badan 3.56 88.98 Sangat Baik

2 Pusat Ketersediaan dan Kerawanan

Pangan

3.48 86.92 Sangat Baik

3 Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan 3.49 87.20 Sangat Baik

4 Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan

Keamanan Pangan

3.50 87.50 Sangat Baik

Dari hasil pengolahan data IPNBK lingkup Badan Ketahanan Pangan dari

5 (lima) indikator nilai tertinggi ada pada Indikator Disiplin. Hasil ini sejalan

dengan meningkatnya disiplin seluruh pegawai karena adanya pemberian

tunjangan kinerja. Mengacu dengan pemberlakuan Peraturan Pemerintah

53 tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil, apabila melanggar

tampa alasan yang jelas akan dipotong tunjangan kinerjanya, dikenakan

pula sanksi administrasi sesuai dengan Peraturan Pemerintah 53 tahun

2010 tersebut. Pemberlakuan sanksi untuk akumulasi datang dan pulang

terlambat efektip dalam meningkatkan disiplin pegawai. Tahun 2016

disiplin pegawai lingkup Badan Ketahanan Pangan mengalami

peningkatan, yang diikuti peningkatan kinerja pegawai berdasarkan hasil

(output ) pekerjaan yang terukur. Sedangkan, 2 (dua) komponen nilai

budaya kerja yang masih perlu diperbaiki yaitu sebagai berikut : (a)

Komitmen terhadap visi, misi dan tujuan organisasi; dan (b) Keteladanan.

93

Page 94: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

Dalam rangka meningkatkan kemampuan, pengetahuan, ketrampilan, dan

kualitas aparatur dalam penyelenggaraan berbagai tugas dan fungsi

Badan Ketahanan Pangan. pada tahun 2016 telah dilakukan: (a) program

tugas belajar dan ijin belajar dengan biaya dari pemerintah, maupun biaya

sendiri, kursus/pelatihan teknis aplikatif dan administratif, serta

workshop/seminar; (b) pembinaan motivasi dan disiplin; (c) penyelesaian

administrasi kenaikan pangkat dan kenaikan gaji berkala; (d) pemberian

penghargaan dan Tanda Kehormatan Satya Lencana Karya Satya; (e)

sosialisasi Reformasi Birokrasi; dan melanjutkan rencana perubahan

jabatan fungsional pegawai termasuk rencana penyusunan jabatan

fungsional analisis ketahanan pangan sesuai dengan amanah undang-

undang ASN.

2. Capaian Pelaksanaan Kegiatan Lainnya

Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan secara nasional. Badan Ketahanan Pangan juga melaksanakan tugas secara insidentil/diluar rencana berdasarkan perintah pimpinan, salah satunya adalah dukungan swasembada pangan startegis melalui Upaya Khusus Peningkatan Produksi Padi. Jagung. Kedelai; serta kebijakan lainnya yang dianggap penting. Kegiatan tersebut lebih banyak bersifat koordinasi atau dukungan terhadap pelaksanaan kegiatan intansi terkait baik di dalam maupun luar Kementerian Pertanian; serta di tingkat Internasional yang dikoordinasikan oleh Food and Agriculture Organization (FAO). United Nations World Food Programme (WFP), maupun forum lainnya. Selama 5 tahun, beberapa prestasi Badan Ketahanan Pangan, serta apresiasi dari masyarakat, pemerintah daerah, dan tingkat internasional kepada Badan Ketahanan Pangan di Pusat dan Daerah, seperti :

1. Sejak tahun 2011 hingga sekarang. Badan Ketahanan Pangan melaksanakan kegiatan promosi penganekaragaman konsumsi pangan maupun kegiatan yang terkait dengan upaya perubahan pemanfaatan substitusi pangan dari umbi-umbian.

94

Page 95: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

2. Melaksanakan kegiatan sosialisasi dan penyebaran berita tentang ketahanan pangan melalui berbagai media cetak dan elektronik termasuk media sosial.

3. Melaksanakan sosialisasi Program TTI dan Pangan Murah Berkualitas pada berbagai event seperti Car Free Day. maupun Kementerian lain.

4. Badan Ketahanan Pangan bersama dengan Eselon I dalam upaya stabilisasi harga pangan strategis khususnya cabai merah melalui Pencanangan Gerakan Tanam Cabai 50 juta ha. yang ditindaklanjuti oleh pemerintah daerah.

5. Meningkatnya kesadaran pentingnya aspek ketahanan pangan dalam pembangunan daerah yang berkelanjutan dari lembaga legislatif di provinsi dan kabupaten/kota. Hampir setiap bulan Badan Ketahanan Pangan mendapatkan kunjungan dari DPRD provinsi dan kabupaten/kota yang ingin mendiskusikan ketahanan panga. .khususnya tentang kebijakan. program dan kegiatan. serta kelembagaan.

6. Kegiatan Vegetables Go To School (VGtS) merupakan kerjasama dengan AVDRC Taiwan dalam bentuk hibah. Kegiatan tersebut dalam bentuk penyusunan baseline data. selanjutnya Tim AVDRC Taiwan yang akan menyusun kajian dan analisis.

7. Badan Ketahanan Pangan mendapatkan juara Harapan 1 (urutan ke empat) dalam lomba website Kementerian Pertanian.

8. Dalam uji Maturitas SPI. Skor SPIP Badan Ketahanan Pangan sebesar 3.007 tersebut dikatagorikan pada level “terdefinisi”. artinya telah melaksanakan praktik pengendalian intern dan terdokumentasi dengan baik. Namun evaluasi atas pengendalian intern dilakukan tanpa dokumentasi yang memadai.

9. Terlibat dalam kegiatan Organisasi Aksi Solidaritas Era Kabinet Kerja yaitu Pengembangan Desa Lestari. Kegiatan tersebut mengembangkan wilayah/desa tertinggal yang melibatkan seluruh sub sector yaitu Desa Kohod Kabupaten Tangerang. Provinsi Banten. Badan Ketahanan Pangan mengembangkan KRPL.

95

Page 96: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

D. Realisasi Anggaran

Pada tahun 2016, Badan Ketahanan Pangan (BKP) memperoleh alokasi

anggaran sebesar Rp. 782 milyar, namun pada bulan Februari berubah menjadi

Rp. 705,86 milyar setelah pagu refokusing, sedangkan pagu setelah self blocking

senilai Rp. 671.86 milyar untuk kegiatan di pusat, propinsi, dan kabupaten/kota.

Seluruh anggaran tahun 2016 dialokasikan dalam 48 satker, berupa : (a) Dana

Sentralisasi di Pusat Rp. 103,24 milyar atau 15,37 persen; (b) Dana

Dekonsentrasi (Dekon) di 34 propinsi Rp. 376,47 milyar atau 56,03 persen; (c)

Dana Tugas Pembantuan 2 (dua) provinsi dan 11 kabupaten/kota sebesar Rp.

192,15 milyar atau 28,60 persen. Untuk kabupaten/kota yang tidak berdiri

sendiri/satker mandiri. anggarannya masuk dalam provinsi melalui dana

dekonsentrasi.

Alokasi anggaran per kegiatan utama pada tahun 2016 sebelum dan sesudah

refocusing adalah pada tabel dibawah ini.

Tabel 31. Pagu dan Realisasi Anggaran Per Kegiatan

NO KEGIATAN PAGU AWALPAGU SETELAH

BLOKIRREALISASI PER 27

JANUARI 2017% PAGU

AWAL

% SETELAH BLOKIR

1Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan

201.550.444.000 193.188.170.000 184.346.418.192 91,46 95,42

2Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan

250.064.227.000 244.304.341.000 228.991.719.899 91,57 93,73

3Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan

156.908.913.000 149.451.632.000 144.328.828.795 91,98 96,57

4Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya Badan Ketahanan Pangan

97.332.880.000 84.912.321.000 80.917.968.221 83,14 95,30

705.856.464.000 671.856.464.000 638.584.935.107 90,47 95,05 TOTAL

Sumber : SPAN. Aplikasi PMK 249. Badan Ketahanan Pangan

Tabel 32. Pagu dan Realisasi Anggaran Berdasarkan Kewenangan

SATKER PAGU AWAL PAGU SETELAH BLOKIR REALISASI % PAGU

AWAL% PAGU STLH

BLOKIR

KANTOR PUSAT 123.752.961.000 103.242.024.000 93.571.271.121 75.61 90.63

96

Page 97: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

DEKONSENTRASI 387.103.628.000 376.467.735.000 358.475.429.341 92.60 95.22TUGAS PEMBANTUAN 194.999.875.000

192.146.705.000178.364.623.755 91.47

92.83TUGAS PEMBANTUAN PROPINSI

16.875.055.000 16.875.055.000

15.821.554.700 93.7693.76

TUGAS PEMBANTUAN KABUPATEN

178.124.820.000 175.271.650.000

162.543.069.055 91.2592.74

TOTAL 705.856.464.000 671.856.464.000 630.411.324.21

7 89.31 93.83

Sumber data : SPAN dan Aplikasi PMK 249. Badan Ketahanan Pangan

Tabel 33. Pagu dan Realisasi Anggaran per Jenis Belanja

JENIS BELANJA PAGU AWAL PAGU SETELAH BLOKIR

REALISASI 2 JANUARI 2017

% PAGU AWAL

% PAGU SETELAH BLOKIR

BELANJA PEGAWAI21.304.141.000 21.304.141.000 20.639.307.631 96.88 96.88

BELANJA BARANG682.920.588.000 648.960.588.000

608.397.411.878 89.09 93.75

BELANJA MODAL1.631.735.000 1.591.735.000

1.374.604.70884.24 86.36

TOTAL 705.856.464.000 671.856.464.000 630.411.324.217 89.31 93.83Sumber : SPAN dan Aplikasi PMK 249. Badan Ketahanan Pangan

Rendahnya penyerapan anggaran tersebut disebabkan oleh :

1. Seringnya terjadi revisi DIPA yang mengakibatkan perubahan POK.

2. Mutasi pegawai atau pejabat pengelola keuangan.

3. Terlambatnya penerbitan SK Pengelola Keuangan (KPA. PPK.

Bendahara Pengeluaran).

4. Pegawai pindahan kurang memahami mekanisme pencairan

anggaran dan adanya kehati-hatian dalam pengelolaan anggaran;

5. Mutasi dan serah terima jabatan tidak disertai dengan serah terima

berkas/dokumen pelaksanaan kegiatan;

97

Page 98: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

6. Keterlambatan proses adminsitrasi di kab/kota yang masuk dana

Dekonsentrasi.

7. Perubahan sasaran akibat perubahan anggaran dan tidak sesuai

dengan pedoman/kriteria sasaran.

8. Lokasi sasaran yang jauh dari penduduk.

9. Infrastruktur dan kondisi alam.

10. Kendala SOLID : (1) Beberapa kegiatan yang harusnya dilakukan di

awal tahun harus tertunda karena adanya pemblokiran, (2) pencairan

dana ditahun 2015 masih disalurkan ditahun 2016, (3) Beberapa

kegiatan yang harusnya dilakukan diawal tahun harus tertunda

karena adanya pemblokiran, dan (4) proses identifikasi yang agak

terlambat karena blm siapnya masyarakat dalam penyusunan

Rencana Usaha.

Tabel 34. Alokasi Anggaran Badan Ketahanan Pangan Th.2012 – 2016

Rp. Milyar

2012 2013 2014 2015 2016

Renstra 722.27 829.86 940.92 635.26 783.06Pagu 687.84 647.16 458.55 635.26 671.86Realisasi 621.25 605.93 419.93 563.65 638.58

Tahun

Sumber : Badan Ketahanan PanganTahun 2016 berdasarkan pagu self blocking

Grafik 13. Realisasi Anggaran dibandingkan dengan Pagu Renstra dan Pagu Anggaran Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun 2012 – 2016

98

Page 99: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

2012 2013 2014 2015 2016Tahun

0100200300400500600700800900

1000

Realisasi Anggaran 2012-2016

RenstraPaguRealisasi

Rp. M

iliya

r

E. Dukungan Instansi Lain.

Keberhasilan pencapaian pembangunan ketahanan pangan nasional, dipengaruhi

pula oleh peranserta unit kerja eselon I lingkup Kementerian Pertanian dan

Kementerian lainnya, serta pemangku kepentingan lainnya yang peduli terhadap

ketahanan pangan. Dukungan instansi tersebut tertuang dalam Peraturan Presiden

(Perpres) nomor 22 tahun 2009 dan Peraturan Menteri Pertanian (Permentan)

nomor 43 Tahun 2009, instansi tersebut juga sebagai anggota Dewan Ketahanan

Pangan. Adapun kegiatan instansi lain yang mendukung keberhasilan ketahanan

pangan seperti pada lampiran 13.

99

Page 100: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan Umum

Pelaksanaan program diversifikasi dan ketahanan pangan masyarakat tahun 2016,

secara khusus telah berhasil menimbulkan perubahan di wilayah/kelompok sasaran.

Program tersebut berhasil : (a) membangun kesadaran kelompok sasaran untuk

mendukung pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang dan aman; (b)

mendukung mewujudkan stabilitasi harga gabah/ beras, dan jagung di wilayah

gapoktan dan masyarakat melalui Penguatan LDPM, Lumbung Pangan Masyarakat,

dan Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat/Toko Tani Indonesia; (c) membantu

dalam pemenuhan kebutuhan pangan tingkat rumah tangga/kelompok masyarakat;

serta (d) mendukung dalam menurunkan KK miskin di Desa/Kawasan Mandiri

Pangan.

Capaian IKU dan sasaran kegiatan utama secara umum sudah sesuai dengan

Renstra kecuali pada tahun – tahun terakhir sebagai akibat kebijakan pemotongan

anggaran dan refocusing program BKP. Refocusing diarahkan pada peningkatan

kegiatan PUPM/TTI dengan merealokasi anggaran pada kegiatan yang lain

(P2KP/KRPL, Demapan, LDPM, dan LPM).

100

Page 101: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

Berdasarkan indikator kinerja, capaian kinerja Perjanjian Kinerja Tahun 2016 adalah

dari 10 indikator, yang mencapai nilai pencapaian diatas 100 persen (Sangat

Berhasil) sebanyak 6 indikator, nilai pencapaian 80 – 100 persen (Berhasil)

sebanyak 2 indikator yaitu PPH Ketersediaan dan Skor PPH Konsumsi, dan nilai

pencapaian dibawah 60 persen kurang sebanyak 1 indikator yaitu penurunan rawan

pangan, meskipun mengalami penurunan jumlah penduduk rawan pangan.

Sedangkan untuk indikator koefisien variasi harga beras jauh dibawah target

sehingga harga beras stabil, cabai merah meskipun sudah dibawah target namun

hampir mendekati target, sehingga harga cabai merah kurang stabil, sedangkan

harga bawang merah diatas target sehingga harga bawang merah belum stabil.

Indikator lainnya belum tercapai sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Hal

tersebut disebabkan oleh berbagai hambatan/masalah baik secara umum maupun

teknis pelaksanaan kegiatan ketahanan pangan. Upaya perbaikan yang telah

dilakukan dengan meningkatkan koordinasi dengan SKPD daerah dan pihak-pihak

terkait, mengoptimalkan sumber daya yang ada, serta memperbaiki fungsi

manajemen mulai dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan

evaluasi.

B. Permasalahan dan Upaya dan Tindak Lanjut

1. Permasalahan

Dalam rangka mewujudkan diversifikasi pangan terkait erat dengan perilaku

masyarakat/manusia. Secara umum hambatan dan kendala yang dihadapi dalam

mewujudkan diversifikasi pangan pada tahun 2016 adalah : (1) pendapatan

masyarakat masih rendah dibandingkan harga kebutuhan pangan secara umum.

sehingga menurunnya daya beli masyarakat disebabkan oleh kenaikan harga

pangan daripada masalah ketersediaan; (2) konsumsi beras per kapita

cenderung turun.tetapi konsumsi gandum (terigu) cenderung meningkat; (3)

teknologi pengolahan pangan lokal masih rendah; (4) kampanye dan promosi

penganekaragaman konsumsi pangan masih kurang; (5) beras sebagai

101

Page 102: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

komoditas superior ketersediaannya masih terjamin dengan harga yang murah;

(6) kualitas konsumsi pangan masih rendah. kurang beragam dan masih

didominasi pangan sumber karbohidrat; (7) terdapatnya konsep makan“belum

makan kalau belum makan nasi” yang salah dalam masyarakat; (8) pemanfaatan

dan produksi sumber-sumber pangan lokal seperti aneka umbi, jagung, dan sagu

masih rendah; dan (9) bencana alam dan perubahan iklim yang sangat ekstrim.

Berdasarkan aspek ketahanan pangan, permasalahan dalam capaian kinerja

program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat tahun

2016 adalah :

a. Aspek Ketersediaan Pangan

1) Produksi dan kapasitas produksi pangan nasional semakin terbatas.

2) Jumlah permintaan pangan semakin meningkat seiring dengan

peningkatan jumlah penduduk, pemenuhan kebutuhan bahan baku

industri. dan berkembangnya penggunaan pangan seiring maraknya

perkembangan pariwisata, hotel, dan restoran.

3) Adanya persaingan penggunaan bahan pangan untuk bio energi dan

pakan ternak.

4) Kerawanan pangan karena adanya kemiskinan. terbatasnya penyediaan

infrastruktur dasar pedesaan, potensi sumber daya pangan yang rendah.

rentannya kesehatan masyarakat di daerah terpencil, dan sering

terjadinya bencana alam.

b. Aspek Keterjangkauan Pangan

1) Sifat produksi yang musiman, berpengaruh terhadap harga pangan.

2) Melonjaknya harga pangan dunia karena ketergantungan terhadap ekspor

pangan tertentu.

3) Terbatasnya dan/atau kurang memadainya sarana dan prasarana

transportasi, kondisi iklim yang tidak menentu yang dapat mengganggu

transportasi bahan pangan.

102

Page 103: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

4) Permasalahan teknis dalam proses distribusi ini berdampak terhadap

melonjaknya ongkos angkut, mengakibatkan aksesibilitas konsumen

secara ekonomi menurun.

5) Walaupun pemerintah telah menjamin kecukupan stok beras, namun

kecukupan stok pangan tersebut tidak dapat menjamin stok pangan di

pasar.

c. Aspek Konsumsi Pangan

1) Keterbatasan kemampuan ekonomi atau daya beli dari keluarga;

2) Keterbatasan pengetahuan dan kesadaran tentang pangan dan gizi, serta

teknologi pengolahan pangan lokal untuk meningkatkan kepraktisan

dalam pengolahan, nilai gizi, nilai ekonomi, nilai social, citra, dan daya

terima;

3) Adanya kecenderungan penurunan proporsi konsumsi pangan berbasis

sumber daya local, karena pengaruh globalisasi industri pangan siap saji,

dan berkurangnya produksi sumber pangan lokal;

4) Adanya pengaruh nilai-nilai budaya kebiasaan makan yang tidak selaras

dengan prinsip konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang, dan aman;

5) Berbagai kasus gangguan kesehatan manusia akibat mengkonsumsi

pangan yang tidak aman;

6) Belum efektifnya penanganan dan pengawasan keamanan pangan.

karena sistem yang dikembangkan, SDM, serta penerapan saksi yang

tegas;

7) Koordinasi lintas sektor dan subsektor terkait dengan keamanan pangan

belum optimal;

8) Kurangnya kesadaran pihak pengusaha/pengelola pangan untuk

menerapkan peraturan/standar yang telah ada.

d. Dukungan Kelembagaan dan Manajemen Ketahanan Pangan.

1) Perubahan arah kebijakan yang berdampak pada refokusing kegiatan,

sasaran dan anggaran.

103

Page 104: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

2) Rotasi pimpinan dan staf Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)

pegawai sering;

3) Komitmen dan langkah nyata pemerintah daerah masih rendah untuk

membangun ketahanan pangan berkelanjutan;

4) Pelaksanaan monitoring dan pelaporan program ketahanan pangan

kurang optimal. baik secara online dan manual;

5) Hasil analisis ketahanan pangan belum dimanfaatkan secara maksimal

sebagai dasar perencanaan dan pelaksanaan program;

6) Belum sepenuhnya terlaksananya kegiatan ketahanan pangan yang

sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Ketahanan

Pangan.

7) Belum optimalnya peran dan fungsi Dewan Ketahanan Pangan (DKP)

sebagai lembaga fungsional koordinator dalam penanganan ketahanan

pangan di daerahnya;

Secara teknis program dan kegiatan ketahanan pangan, hambatan dan kendala

yang dihadapi adalah :

1. Revisi DIPA dan POK baik di pusat maupun daerah.

2. Terlambatnya penerbitan SK Pengelola Keuangan (KPA. PPK. Bendahara

Pengeluaran).

3. Mutasi pegawai atau pejabat pengelola keuangan, pegawai pindahan kurang

memahami mekanisme pencairan anggaran dan adanya kehati-hatian dalam

pengelolaan anggaran;

4. Mutasi dan serah terima jabatan tidak disertai dengan serah terima

berkas/dokumen pelaksanaan kegiatan;

5. Keterlambatan proses adminsitrasi di kab/kota yang masuk dana

Dekonsentrasi.

6. Satuan harga yang diterapkan sering tidak sesuai kebutuhan riil;

7. Sasaran tidak sesuai dengan Pedoman,

8. Infrastruktur dan kondisi alam,

104

Page 105: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

9. Kurang optimalnya partisipasi aparat provinsi dan kabupaten/kota dalam

pembinaan dan pemenuhan kebutuhan peralatan yang diperlukan kelompok

unit usaha kecil untuk pengembangan tepung-tepungan sebagai bahan baku

olahan pangan lokal di lokasi penerima manfaat.

2. Upaya dan Tindak Lanjut

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, perlu dilakukan upaya dan tindak lanjut

sebagai berikut:

1) BKP Pusat telah menghimbau kepada Badan/Dinas/Instansi/Unit Kerja

Ketahanan Pangan di Provinsi dan Kab/Kota dalam rangka percepatan

pelaksanaan kegiatan dan anggaran.

2) BKP berupaya memberikan informasi dan sosialisasi tentang perubahan

nomenklatur dan penghematan kepada daerah.

3) Pendampingan dan pembinaan dalam rangka mengawal pelaksanaan

kegiatan dan prtoses administrasi dengan membentuk Tim Pembinaan dan

Percepatan Kegiatan dan Anggaran Ketahanan Pangan

4) Fasilitasi kepada kelompok penerima manfaat untuk pengembangan bisnis

pangan lokal dan makanan tradisional.

5) Mendorong peran aktif swasta dan dunia usaha dalam pengembangan

industri dan bisnis pangan lokal.

6) Peningkatan kerjasama antara Perguruan Tinggi dengan institusi yang

menangani Ketahanan Pangan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota serta

pemangku kepentingan (stakeholders) lainnya.

7) Sinkronisasi kebijakan baik antarkementerian maupun dengan pihak swasta

yang diwujudkan dalam bentuk programdan kegiatan sesuai kewenangan

masing-masing namun saling mendukung.

8) Mengembangkan dan atau relikasi kegiatan prioritas seperti KRPL,

Kawasan Mapan, Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat, Pengembangan

Usaha Pangan Masyarakat melalui Toko Tani Indonesia, Lumbung Pangan

Masyarakat.

105

Page 106: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

9) Melaksanakan kegiatan Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal

(MP3L).

10) Mendorong upaya kampanye, promosi, sosialisasi, gerakan secara

terstruktur dan komprehensif guna mempercepat terjadinya diversifikasi

pangan.

11) Meningkatkan peran swasta dalam memanfaatkan keragaman sumberdaya

lokal.

12) Mengembangkan bisnis dan industri pangan lokal, melalui:fasilitasi UMKM

untuk pengembangan bisnis pangan lokal, industri bahan baku, industri

pangan olahandan pangan siap saji yang aman berbasis sumberdaya lokal

dan advokasi, sosialisasi dan penerapan standar keamanan dan mutu

pangan bagi pelakuusaha pangan terutama usaha rumah tanggadan

UMKM.

13) Meningkatkan investasi agroindustri pangan berbasis pangan lokal

dilakukan melalui pengembangan bisnis pangan lokal bagi UKM,

pengembangan kemitraan dengan dunia usaha, pengembangan gerai atau

outlet pangan lokal, pengembangan teknologi pengolahan pangan lokal

(bekerja sama dengan Balitbang dan Perguruan Tinggi) dan memastikan

peningkatan keanekaragaman pangan sesuai karakteristik daerah.

106

Page 107: Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Draft Lakin BKP 2016.docx · Web viewJika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2016

107