laporan kelompok !(1)
DESCRIPTION
dTRANSCRIPT
LAPORAN SURVEY PEDUKUHAN MOJOSARI, KECAMATAN SAPTOSARI, KABUPATEN GUNUNG KIDUL – KKN 63 SAPTOSARI
Oleh :
Amadeus Okky Suryono / 090417557
Fera Yuliana / 090417868
Sophia Maria Swadesi / 090113167
Depris Rolan Sirait / 080509863
Anak Agung Gede Putra Aditya N. / 090903809
Aradea L. Tobing / 090317888
Dea Prasetya Utama / 091217964
Elida Dora Tarigan / 091217995
Jaclin Agustina Liang / 100213449
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
2013
1. Gambaran Umum Daerah Pedukuhana. Lokasi pedukuhan berada di pedukuhan Mojosari kecamatan Saptosari, kabupaten
Gunung Kidul.
b. Adapun luas wilayah pedukuhan adalah 75115,8 m2 dengan batas-batas wilayah
sebagai berikut :
1) Sebelah utara berbatasan dengan pedukuhan Ngelo
2) Sebelah selatan berbatasan dengan pedukuhan Dilatan
3) Sebelah barat berbatasan dengan pedukuhan Sawah
4) Sebelah timur berbatasan dengan pedukuhan Sawah
Dari luas tanah diatas, secara geografis 90 % meliputi tanah tegalan berupa
pegunungan seribu yang berbukit-bukit dan berbatu serta sebagian kecil lahan
persawahan tadah hujan. Letak geografis Pedukuhan Mojosari berada pada
7o46’ LS- 8o09 LS dan 110o21’BT-110o50’ BT. Dengan luas wilayah 75115,8
m2. Terdiri dari: Tega l an , 4 buah Telaga, dengan curah hujan 2250/1800mm/t.
Penggunaan lahan di Pedukuhan Mojosari adalah sebagian besar untuk
membangun rumah, kandang ternak, ladang jati, bertani, menanam kacang, jagung
ataupun ketela. Adapun iklim di wilayah pedukuhan adalah iklim tropis, dimana
terdapat dua musim, yakni musim penghujan dan musim kemarau. Musim
penghujan terjadi pada bulan Desember hingga Juni, dan kemarau pada bulan Juli
hingga November. Secara garis besar, tanah yang terdapat di wilayah Pedukuhan
adalah tanah merah berbatu, dimana struktur bebatuan di dominasi oleh batu
kapur, mengingat bahwa Pedukuhan Mojosari terletak 12 km dari wilayah pantai.
2. Keadaan muka bumi pada suatu kawasan atau daerah
a. Jarak
Jarak yang ditempuh kelompok 21 adalah sejauh 46 km, dimana rute yang
dilalui adalah Yogya => Pathuk => Playen => Paliyan => Saptosari. Jarak ini
dapat ditempuh dalam waktu 1,5 jam dengan mengendarai sepeda motor.
b. Kondisi jalan
Terdapat dua kondisi jalan dalam rute perjalanan dari Yogya menuju
kecamatan saptosari. Kondisi pertama adalah kondisi jalan yang beraspal dari
Yogya hingga masuk ke dalam kecamatan Saptosari, dan kondisi kedua adalah
kondisi jalan yang tak beraspal dan hanya berupa rabat dimana merupakan jalan
lokal dari dukuh Mojosari yang kami tinggali.
c. Kondisi sarana dan prasarana :
Jenis sarana dan prasarana yang ada :
Adapun pedukuhan Mojosari hanya memiliki PAUD (Pendidikan Anak Usia
Dini) dimana PAUD dalam dukuh Mojosari terletak di RT 2 yang terletak di
salah satu rumah warga yang secara sukarela berkenan mengabdikan waktu,
tenaga, pikiran, dan tempat tinggalnya untuk dijadikan sebagai sarana
mendidik anak – anak usia dini.
Sarana dan prasarana agama
Di dalam pedukuhan Mojosari, terdapat 2 tempat yang mereka gunakan untuk
ibadah, yakni sebuah masjid yang terletak di wilayah RT 5 dan sebuah
mushola yang terletak di wilayah RT 2.
Sarana dan prasarana keamanan
Pada awalnya, dukuh Mojosari tidak memiliki sistem keamanan berupa ronda
atau siskamling karena mereka beranggapan bahwa mereka saling percaya
satu dengan yang lain. Seiring berjalannya waktu, karang taruna dari dukuh
Mojosari tetap menganggap perlu diadakan siskamling atau ronda bergilir
meskipun tidak terjadi peristiwa kriminalitas dari pedukuhan Mojosari itu
sendiri. Hingga hari ini, siskamling ataupun ronda diadakan setiap hari secara
bergilir.
Sarana dan prasarana transportasi
Penduduk Pedukuhan Mojosari dapat menggunakan ojek yang dapat mereka
temukan di sekitar pasar Trowono. Beberapa warga juga memiliki sepeda
maupun sepeda motor, dan 1-2 orang yang telah memiliki mobil yang biasa
digunakan untuk mengantar hasil usaha mereka baik pertanian maupun
meubeler.
3. Data Demografi
a. Jumlah penduduk yang ada dalam Pedukuhan Mojosari ± 268 jiwa.
b. Menurut data terakhir yang dicatat oleh pihak administrasi Pedukuhan, dalam
pedukuhan Mojosari terdapat 135 kepala keluarga yang terdaftar dan menetap di
Mojosari. RT 01 terdapat 25 KK, RT 02 terdapat 22 KK, RT 03 terdapat 33 KK,
RT 04 terdapat 38 KK, dan RT 05 terdapat 17 KK. Daerah Pedukuhan Mojosari
hanya memiliki 1 RW dan terbagi lagi ke dalam 5 RT.
c. Pedukuhan Mojosari dipimpin atau dikepalai oleh Kepala Dukuh yang bernama
Tukijan. Kepala Dukuh sendiri membawahi langsung organisasi atau kumpulan-
kumpulan yang ada di desa seperti PKK dan Karang Taruna. Kepala Dukuh
sendiri membawahi ketua RW. Menurut survei yang kami lakukan, posisi kepala
dukuh lebih tinggi dibandingkan ketua RW, hal ini tentunya berbeda dengan
daerah lainnya contohnya saja daerah perkotaan dimana sudah tidak memiliki
kepala dukuh. Kepala dukuh dipilih langsung oleh warga melalui penghitungan
suara. Warga desa memilih secara langsung kepala dukuh yang menurut mereka
sesuai dengan posisi yang ada. Kepala Dukuh adalah orang yang sangat dihormati
oleh seluruh warga desa. Apa yang dikatakan atau diperintahkan oleh kepala
dukuh maka warga yang ada dalam pedukuhan harus mematuhi dan
menghormatinya. Tugas dari kepala dukuh sendiri adalah melaksanakan kegiatan
pemerintahan, pembangunan, kemasyarakatan, ketentraman dan ketertiban
diwilayah kerjanya, menyelenggarakan kegiatan penyuluhan, pembinaan dan
kerukunan warga diwilayah kerjanya. Kepala dukuh dinilai memiliki peran
strategis dalam pembangunan dalam tingkatan paling bawah untuk mencapai
keberhasilan pembangunan daerah.
Ketua RW di Mojosari tugasnya tidaklah terlalu berat dikarenakan daerah
Mojosari telah memiliki kepala dukuh. Ketua RW hanya bertugas untuk
mendukung dan membantu melaksanakan keputusan dan kebijakan yang diambil
oleh kepala dukuh. Dengan kata lain ketua RW layaknya wakil dari kepala dukuh.
Sedangkan ketua RT sendiri bertugas menjaga dan mengatur dalam lingkup yang
lebih kecil yaitu lingkungan RT nya masing-masing. Ketua RT juga dapat
diartikan perwakilan dari warga dari daerah yang ada, sehingga jika ada
keputusan-keputusan ataupun pengumuman maka kepala dukuh memberitahu
kepala RT yang kemudian akan mesosialisasikan atau memberitahu warga di
lingkungannya masing-masing. Dibawah RT terdapat yang dinamakan SUB,
disini Sub berperan sebagai bagian administrasi, sekretaris, dan bendahara dari RT
masing-masing. Tiap RT memilik satu sub dimana data-data kependudukan dan
lainnya disimpan oleh SUB. Sub sendiri dipegang satu orang. (struktur organisasi
berupa bagan terdapat di halaman lampiran).
4. Potensi Sumber Daya Alam RT 1 - RT 5
a. Tambang
Mojosari merupakan pedukuhan yang berada di kecamatan Saptosari
dimana sebagian besar kegiatan para warganya sehari-hari adalah bertani.
Berdasarkan hasil survei baik RT 1, RT 2, RT 3, RT 4 maupun RT 5 tidak
terdapat potensi pertambangan yang dapat diolah warga, tetapi penduduk
Mojosari biasa memanfaatkan potensi alam seperti batu yang dibakar
kemudian digunakan sebagai campuran bahan bangunan.
b. Per ikanan dan Kelautan
Pedukuhan Mojosari tidak memiliki potensi kelautan. Hal tersebut
dikarenakan Mojosari letaknya jauh dari laut. Sedangkan potensi
perikanan seperti budidaya lele masih belum diperjual belikan dan warga
lebih memilih untuk mengkonsumsi lele tersebut. Untuk RT 1, RT 4 dan
RT 5, potensi pemeliharaan lele untuk konsumsi masih belum ada, namun
di RT 2 sudah terdapat warga yang memelihara ikan lele untuk konsumsi
tidak untuk dijual. Sedangkan di RT 3 pun mendapat kendala yang sama
tidak ada warga yang memelihara lele karena terkendala oleh air warga
hanya menunggu hujan turun. Warga yang memelihara lele tersebut
biasanya menggunakan lahan kosong yang tanahnya kemudian dikeruk,
kemudian ditutupi dengan terpal, sehingga air yang dituangkan kedalam
kolam tersebut tidak meresap kedalam tanah. Kurangnya minat warga
untuk memelihara dan memanfaatkan lele dikarenakan masalah air yang
kurang memadai dan warga lebih memilih bertani, berladang serta
mengurus ternak sebagai pekerjaan utama mereka.
c. Peternakan
Berternak merupakan kerja sampingan bagi para warga Mojosari selain
bertani dan berladang. Hampir setiap warga atau setiap kepala keluarga
memiliki satu atau dua sapi, maupun kambing. Pada umumnya, sapi
maupun kambing yang biasa diletakkan warga di sebelah rumah mereka
bukan merupakan sapi maupun kambing milik warga. Mereka diberi tugas
untuk merawat sapi maupun kambing dari pemilik asli dari hewan tersebut
dan diberikan upah sesuai dengan porsi kerja mereka. Selain sapi dan
kambing warga juga memelihara ayam, tetapi ayam sendiri tidak diberikan
kandang tetapi hanya dibiarkan di alam bebas. Di RT 2 dan 5 sendiri
perkembangbiakan ternak menggunakan cara suntik karena cara alami
memiliki resiko yang besar yaitu antara lain, jika terjadi sesuatu dengan
ternak yang dikawinkan maka yang bertanggungjawab adalah yang
mengawinkan ternak tersebut selain itu mengawinkan dengan cara alami
pun mengeluarkan biaya yang besar sehingga di gunakan cara suntik yang
memiliki resiko kecil.
d. Potensi Pertanian
Dukuh Mojosari mempunyai potensi Pertanian yang besar dan dalam
jumlah yang banyak sehingga sebagian besar masyarakat setempat bermata
pencaharian sebagai petani. Pertanian yang dimiliki Gunung kidul
khususnya pedukuhan Mojosari, Desa Monggol, Kecamatan Saptosari
umumnya adalah lahan kering tadah hujan (± 90 %) yang tergantung pada
daur iklim khususnya curah hujan.
Masyarakat tani dukuh Mojosari umumnya memanfaatkan padi
berumur pendek dan singkong untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari –
hari, sedangkan hasil pertanian lainnya, terutama jagung, kedelai dan
kacang tanah, biasanya dimanfaatkan sebagai komoditas perdagangan.
Sesuai dengan kondisi alam Gunung Kidul, budidaya pertanian di
pedukuhan Mojosari dalam satu tahun hanya bisa menanam dua kali,
dengan cara tumpang sari karena ketergantungan pada curah hujan.
Cara penanaman tumpang sari yang disukai oleh masyarakat adalah
dengan mengkombinasikan antara palawija dan padi lahan kering (gogo
rancah). Pada musim tanam pertama biasanya tanaman yang ditanam
adalah padi, kacang tanah, jagung dan singkong, yang setelah berumur 3-4
bulan padi, kacang dan jagung dapat dipanen berurutan. Kemudian pada
musim tanam kedua padi, kedelai dan jagung ditanam kembali yang 3-4
bulan kemudian panen, sedangkan tanaman singkong dipanen setelah
berumur 9-10 bulan.
Masyarakat menjual langsung hasil pertaniannya kepada tengkulak
yang ada di pasar setempat yakni Pasar Trowono. Masyarakat tidak
menjual hasil panennya semua, namun ada yang di pakai untuk kebutuhan
pangan sehari-hari. Menurut pengakuan warga di desa Mojosari tidak ada
unit usaha tani (koperasi unit tani). Hal tersebut menjadikan masyarakat
sendiri yang langsung menjualnya kepada tengkulak dan dengan harga
yang tidak sebanding (sangat murah).
Masalah utama yang saat ini dihadapi adalah terbatasnya produktifitas
beras dan rendahnya harga singkong. Dalam situasi demikian, pemilihan
jenis padi yang ditanam dan ketersediaan benihnya merupakan hal yang
perlu mendapat perhatian agar kebutuhan masyarakat setempat dapat
dipenuhi. Hal lain yang berkaitan dengan padi adalah gagal panennya
sangat besar, gagal panen tersebut dikarenakan banyaknya hama yang
menyerang sedangkan untuk mendapatkan obat yang dapat membunuh
maupun mengurangi adanya hama tersebut diperlukan sumber daya
finansial yang tak sedikit. Masalah yang dihadapi untuk produk singkong
adalah harga jual yang fluktuatif. Selain itu dalam rangka pembasmian
hama seperti walang sangit, Petani khususnya di RT 2 dan 5 tidak
menggunakan penyemprotan pestisida pembasmi hama dikarenakan para
petani takut akan meracuni pakan untuk ternak, selain itu hasil tani juga
untuk kebutuhan sehari-hari. Menurut mereka akan berbahaya bagi
kesehatan jika menggunakan pestisida.
Mata pencarian utama dari warga RT 1 hingga RT 5 adalah dengan
bertani. Tanaman utama yang selalu ditanam antara lain: jagung, ketela,
kacang dan padi. Padi biasanya di tanam hanya untuk di makan sedangkan
jagung dan ketela biasanya untuk di jual. Penjualannya dilakukan di Pasar
Trowono.
e. Potensi Limbah
Setiap rumah di pedukuh Mojosari memiliki ternak sapi, maupun
kambing. Dapat di simpulkan bahwa potensi limbah kotoran ternak baik di
RT 1 hingga RT 5 sangat potensial yang dapat di manfaatkan sebagai
bahan pupuk kompos. Pemanfaatan limbah kotoran sapi ini juga dapat
dimanfaatkan sebagai biogas alami. Selain kotoran hewan ternak, juga
terdapat limbah dari hasil pertanian yaitu kulit jagung, biasanya warga
memanfaatkan sebagai pakan ternak maupun pupuk urea. Namun jika di
lakukan pengolahan secara baik dan teliti, limbah kulit jagung dapat di
manfaatkan sebagai bahan kerajinan tangan. Selain kulit jagung di RT 1
hingga RT 5 menggunakan bonggol jagung atau yang sering disebut
janggel dimanfaatkan oleh penduduk sebagai bahan bakar dalam
memasak. Daun-daun kering akibat meranggasnya pohon jati milik warga
juga termasuk potensi limbah yang dapat di manfaatkan menjadi bahan
biopori maupun pupuk urea. Sedangkan untuk limbah plastik yang tidak
bisa terurai biasanya langsung dibakar tetapi bisa juga dijual pada
penadah.
f. Potensi Kehutanan
Potensi kehutanan yang ada di pedukuhan Mojosari khususnya di RT 2
yaitu warga biasanya menanam pohon jati dan pohon mahoni, pohon jati
sendiri yang sudah berumur lebih dari 20 tahun dengan panjang 4 meter
biasanya dihargai 7 juta. Sedangkan untuk RT 3 kayu jati sendiri biasanya
di jual atau digunakan sendiri, yang berukuran besar biasanya di jual
dengan harga ± 10 juta dengan waktu panen di atas 20 tahun. Selain pohon
jati ada juga kayu akasia yang biasanya dipanen lebih cepat dari kayu jati
dengan harga jual yang lebih murah antara 300 - 500 ribu. Penduduk
menjual kayu tersebut sebagai penghasilan dan kadang-kadang dipakai
untuk kebutuhan sehari-hari seperti untuk membuat meja, lemari, dan lain-
lain.
g. Potensi Perkebunan
Untuk potensi perkebunan hanya terdapat di RT 3 yaitu warga hanya
menanam melinjo, pisang dan kelapa untuk di jual ke Pasar Trowono.
5. Potensi Sumber Daya Manusia
a. Komposisi penduduk berdasar mata pencaharian
Penduduk yang ada di Mojosari sendiri semuanya berorientasi pada mata
pencaharian sebagai petani yaitu dengan bercocok tanam berupa jagung, kacang,
kedelai, ketela dan padi.
b. Organisasi pedukuhan
Kelompok berdasarkan unit usaha.
Dalam Pedukuhan Mojosari terdapat organisasi unit usaha tani, dimana
organisasi ini bertugas sebagai penyalur benih – benih tanaman warga seperti padi
yang diberikan secara cuma – cuma oleh pemerintah daerah setempat setiap tahunnya.
Hal ini dapat membantu meringankan warga dimana sebagian besar mengalami
kesulitan finansial untuk membeli benih padi.
Kelompok Agama (belum teridentifikasi)
Kelompok seni dan Budaya RT 1 hingga RT 4
Kelompok seni dan budaya yang terdapat di pedukuhan Mojosari antara lain
solawatan, dan rasulan, kelompok seni budaya ini berpusat di pedukuhan sehingga
tidak ada perbedaan antar masing-masing RT. Solawatan diadakan secara rutin oleh
warga Mojosari ketika ada acara hajatan pernikahan atau sunatan. Biasanya solawatan
diadakan di rumah orang yang punya hajat sebagai doa bagi keluarga dan acara yang
akan dilangsungkan pagi harinya. Seni dan budaya yang kedua adalah Rasulan.
Rasulan merupakan tradisi yang dilakukan warga Mojosari khususnya dan sebagian
besar warga Gunungkidul pada umumnya sebagai wujud syukur atas panen yang telah
berhasil. Warga berbondong-bondong menyiapkan nasi uduk, ayam utuh, dan lauk
pauk untuk dikirim ke warga desa yang lain, kemudian pada kesempatan yang lain
warga yang dikirim juga akan mengirim balik hasil bumi berupa makanan kepada
desa yang telah memberi sebelumnya. Kegiatan Rasulan ini dikelola dan dilaksanakan
setiap selesai hari raya Idul Fitri.
6. Kondisi Pedukuhan
a. Pariwisata
Pedukuhan Mojosari menurut hasil survei dan pengamatan kelompok, tidak
terdapat kegiatan ataupun lokasi di bidang pariwisata.
b. Kondisi Pertahanan dan keamanan
Dalam menjaga kondisi pertahanan dan keamanan pedukuhan Mojosari
membentuk Linmas dan membangun siskamling di setiap RT nya. Namun Linmas
tersebut tidak di kelola dengan baik akibatnya koordinator bagian linmas tidak ada,
sehingga sistem ronda keliling setiap malamnya tidak berjalan. Namun, Menurut
pengakuan kepala dukuh Mojosari dan beberapa warga di setiap RT, secara umum
kondisi pertahanan dan keamanan relatif aman bahwa selama bertahun-tahun tidak
pernah ditemukan kasus kehilangan barang berharga di wilayahnya meskipun barang
berharga seperti kendaraan bermotor diletakkan di luar jangkauan pengawasan
pemilik. Sedangkan untuk RT 2 sendiri ada beberapa karang taruna yang sering
berkumpul untuk ngeronda dari jam 8 malam – 12 malam atau jam 10 malam - jam 1
pagi.
c. Kondisi sosial masyarakat secara umum
Dilihat dari kondisi sosial masyarakat Pedukuhan Mojosari, kehidupan sosial
di Pedukuhan ini tergolong kehidupan masyarakat yang patut dicontoh, karena
kehidupan saling berdampingan masih sangat kental dan bisa dirasakan setiap warga
RW yang terdiri dari 5 RT tersebut. Dilihat dari kerjasama saling menjaga ketertiban
lingkungan dan kebersihan di sekitar lingkungan tempat tinggal warga masing-
masing. Selain itu ketertiban juga dapat dibuktikan dari keamanaan barang-barang
berharga, misal sepeda motor yang aman walau hanya diparkir di depan teras rumah
tanpa pengaman tambahan.
Namun demikian, untuk menjaga keberlangsungan keamaan desa ini,
siskambling masih diterapkan. Siskambling dilakukan secara bergantian oleh
penduduk desa Mojosari ini, dimana setiap malam, 2 kepala keluarga (pria)
berkeliling desa pada malam hari. Selain itu, Karang Taruna juga berperan penting
dalam kondisi sosial masyarakat secara umum di Desa Mojosari. Kegiatan yang
dilakukan oleh Karang Taruna seperti pembuatan basecamp untuk tempat
berkumpulnya para pemuda-pemudi desa. Misalnya tempat untuk pertemuan
persiapan kegiatan karang taruna ang diadakan menjelang bulan puasa. Sehingga hal
tersebut menjadi media yang baik untuk berkumpul dan bersatunya setiap warga
karang taruna yang meningkatkan rasa solidaritas sesama.
d. Kondisi Ekonomi
Kegiatan ekonomi di Desa Mojosari ini didominasi dari hasil pertanian.
Mayoritas hasil pertanian yang dihasilkan di daerah ini adalah kacang, padi, jagung,
dan telon. Namun, ada tradisi di Desa Mojosari ini agar petani yang menanam padi
tidak menjual hasil panen padi yang dihasilkan, namun hasil padi tersebut dikonsumsi
sendiri oleh petani dan sanak keluarga. Sedangkan hasil pertanian lainnya seperti
jagung dan kacang tanah dijual ke produsen lainnya. Sebenarnya hal ini disebabkan
karena keadaan alam dan struktur tanah yang ada di desa Mojosari. Pada umumnya,
padi hanya ditanam dan dipanen sekali setahun, sedangkan kacang tanah dan jagung
juga telon bisa ditanam dan dipanen 2 sampai 3 kali dalam setahun.
Selain menjadi petani, sebagian penduduk didesa ini bermata pencarian di kebun. Dan
hanya beberapa orang saja yang bermata pencaharian sebagai pegawai negeri sipil
atau PNS.
e. Seni dan Budaya
Seni dan budaya yang masih sangat terasa di daerah ini adaah bahasa daerah
( jawa) yang digunakan sebagai bahasa pengantar sehari-hari oleh warga Desa
Mojosari. Dapat dikatakan bahwa Bahasa Indonesia adalah bahasa kedua yang
digunakan dalam keseharian warga desa ini.
Selain bahasa jawa yang masih sangat kental, budaya lain yang masih sering
dilakukan adalah kegiatan wayang da reog. Pertunjukan wayang ini dilakukan
biasanya pada saat lebaran, dimana setiap warga desa berkumpul bersama di rumah
pak dukuh atau tempat yang sudah disepakati dan menikmati pertunjukan wayang
tersebut. Biaya untuk pertunjukan wayang ini diambil dari kutipan dari setiap kepala
keluarga Desa Mojosari, namun dalam pengutipan uang iuran tersebut ada perbedaan
jumlah nominal antara penduduk yang mampu, kurang mampu dan tidak mampu.
Kebijakan ini dilakukan oleh perangkat desa agar pertunjukan wayang ini tidak
menjadi beban bagi warga yang tidak mampu dan juga menerapkan rasa solidaritas
dan saling tolong menolong diantara warga Pedukuhan Mojosari.
7. Permasalahan di Pedukuhan
a. Permasalahan yang sedang di hadapi
SDA
Permasalahan SDA lebih fokus terhadap masalah kegagalan panen di wilayah
tersebut. Keberhasilan panen hasil bumi seperti ketela, padi, dan jagung sangat
ditentukan oleh curah hujan. Petani megandalkan datangnya hujan untuk menanam
jenis tanaman,bila curah hujan stabil (tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit)
maka besar kemungkinan panen akan berhasil. Namun bila curah hujan tidak stabil
dapat berakibat gagal panen. Hal lain yang menyebabkan gagal panen adalah karena
hama yang susah basmi meskipun sudah dilakukan pestisida. Hama yang ada seperti
seperti wereng, belalang, walangsangit, uret.
Permasalahan lain yang muncul dari sumberdaya alam di bidang pertanian adalah
adanya monyet liar. Seperti yang di ketahui dukuh Mojosari sangat dekat dengan
Suaka Marga Satwa Paliyan, Gunung Kidul. Kondisi tersebut membuat warga yang
bermata pencaharian sebagai petani kerap resah. Pasalnya satwa-satwa liar terutama
monyet ekor panjang selalu menyatroni ladang mereka ketika siang hari. Hal tersebut
membuat petani menjadi gagal panen. Bahkan warga (terutama wanita) trauma karena
diserang monyet-monyet tersebut. Masyarakat berharap petugas suaka marga satwa
dan dinas terkait dapat mencari solusi untuk warga yang ladangnya terancam oleh
para satwa yang di lindungi.
Pendidikan
Masalah pendidikan pun sedang menghantui masyarakat dukuh Mojosari terutama
di tingkat pendidikan usia dini (PAUD), karena kurangnya sumber daya manusia
khususnya tenaga pengajar. Pemerintah telah membantu mendirikan gedung sekolah
untuk PAUD, dan saat ini sedang di lakukan proses pembangunan. Sebelumnya
PAUD ini di laksanakan di rumah sub RT 01, yakni Ibu Eny.
Masalah lain ada pada tingginya anak-anak warga yang hanya mengecam
pendidikan sampai SMP saja. Hal ini dikarenakan kondisi perekonomian warga yang
tidak sanggup lagi untuk membiayai anak-anaknya sekolah ketingkat selanjutnya.
Administrasi
Masalah administrasi yang dihadapi oleh warga Mojosari adalah adanya
beberapa warga yang belum memiliki akta kelahiran khususnya bagi orang – orang
tua. Hal ini terjadi karena dahulu sebelum penertiban identitas termasuk akta
kelahiran, warga Pedukuhan wonosari menganut sebuah kebudayaan dimana seorang
penduduk yang telah menikah harus mengganti nama kecilnya, sehingga berakibat
munculnya 2 buah nama yakni sebelum dan setelah mereka menikah. Hingga saat ini,
budaya tersebut telah memudar, dan warga Mojosari telah tertib dalam kepemilikan
akta kelahiran meskipun masih terdapat beberapa warga dengan dual identitas.
SDM
SDM yang ada saat ini di pedukuhan Mojosari masih sangat terbatas. Hal ini
berkaitan dengan kondisi perekonomian dan tingkat pendidikan warga Mojosari.
Kebanyakan warga yang telah menempuh pendidikan hingga SMP memilih untuk
merantau dan bekerja sebagai buruh kasar di luar daerah. Namun selain SDM yang
mengenyam pendidikan sampai bangku SMP, ada juga warga yang mengeyam
pendidikan hingga bangku SMA dan perguruan tinggi meskipun jumlahnya sangat
sedikit. Di RT 5 sendiri, terdapat 1 orang yang mencoba berprofesi selain sebagai
petani yakni penjahit.
Kebersihan dan Kesehatan
Sebagian besar warga memiliki sistem pembuangan limbah pribadi. Setiap
rumah memiliki tempat pembuangan yang berupa tanah yang digali kurang lebih
berdiameter 1 meter sebagai tempat mengumpulkan sampah rumah tangga. Seluruh
warga memeriksakan kesehatannya di puskesmas. Sejauh ini penyakit yang dihadapi
warga Mojosari khususnya RT 1 masih dapat ditanggulangi oleh puskesmas setempat.
Untuk warga RT 3 sendiri penyakit yang sering dikeluhkan adalah penyakit pada
kaki.
b. Permasalahan Mengenai Potensi yang belum berkembang
Sumber daya alam yang di miliki sangat banyak begitu pula potensi-potensi
yang dapat berkembang di pedukuhan Mojosari. Kita mengetahui bahwa daerah
Gunung Kidul khususnya Saptosari merupakan kawasan karst. Kegiatan
penambangan batu granit atau batu kapur mungkin saja di lakukan. Namun di dukuh
Mojosari hal tersebut belum dilakukan oleh warga, di karenakan keterbatasan Sumber
daya manusia, pengetahuan dan teknologi. Di pedukuhan Mojosari seharusnya ada
kegiatan sosialisasi tentang pemberdayaan potensi pertambangan batu kapur atau batu
granit.
c. Permasalahan Pokok di Pedukuhan
Warga di pedukuhan Mojosari mempunyai tiga permasaahan yang sangat
mendasar. Pertama, di bidang administrasi yaitu kepemilikan akta kelahiran yang sah.
Kepemilikan akta kelahiran ini tidak semua warga mempunyai terutama anak-anak
mereka. Kedua, bidang pendidikan, pendidikan Usia dini pun tak luput dari
permasalahan di pedukuhan. Warga berharap pendidikan mendapat perhatian serius
dari dinas pendidikan dan kebudayaan setempt. Ketiga, permasalahan di bidang
kesehatan. Warga di pedukuhan ini mengeluh karena kurangnya sumberdaya manusia
khususnya di bidang kesehatan.
d. Program Kerja Desa yang sedang berjalan
(belum teridentifikasi)
e. Program Kerja Pedukuhan yang sedang berjalan
Pedukuhan Mojosari sedang menjalankan beberapa program yaitu pembangunan
gedung pendidikan usia dini yang berlokasi di RT 02 pedukuhan ini.
f. Program kerja KKN yang harus di lanjutkan
Warga meminta peserta KKN yang menempati wilayah pedukuhan Mojosari, agar
melanjutkan program KKN yang di lakukan oleh peserta sebelumnya. Program kerja
tersebut diantaranya, bidang pendidikan (PAUD), dan kesehatan ( meningkatkan
kualitas kesehatan warga Pedukuhan Mojosari
NARASI ANGGOTA KELOMPOK 21 :
Amadeus Okky Suryono
Sabtu, 25 Mei 2013 merupakan hari kesepakatan kelompok 21 unit F untuk
sejenak ikut merasakan bagaimana tinggal di rumah seorang kepala dukuh yang
menjadi lokasi KKN kami. Kami berencana untuk berkumpul di kampus ekonomi
pada pukul 09.00 dan berangkat pukul 09.30. Antusiasme anggota kelompok menjadi
suatu pewarna alami untuk memulai kegiatan kami pagi itu, dan semangat pagi itupun
tak berkurang meskipun pada akhirnya kami baru bisa melakukan perjalanan pada
pukul 10.30 dikarenakan adanya halangan sebelum perjalanan dari anggota kelompok
kami. Dan kami pun membelah langit biru jogja..
Perjalanan menuju pedukuhan Mojosari membutuhkan kira – kira 1,5 jam
dengan menggunakan motor. Perjalanan yang lumayan jauh bagi kami yang terlalu
sering ditempa rute kos-kampus-kos. Dalam obrolan ringan di atas motor yang dibalut
angin putih dan sejenak meninggalkan keabu – abuan udara kota Jogja, hijaunya
pepohonan dan sawah yang masih terasa asri yang menjadi pendamping bagi gunung
yang terduduk angkuh menjadikan mereka sebagai pelepas penat sejati dan pengalih
perhatian dari jarak yang kami tempuh..
Setelah melewati jalan menuju rumah kepala dukuh yang berbatu, kami
sampai tujuan dengan disambut senyum dan jabat tangan hangat dari bapak Tukijan
dan sang istri. Kami beristirahat sejenak dan tanpa membuang waktu, kami langsung
melakukan persinggahan menuju rumah – rumah perangkat desa untuk memastikan
kembali proker – proker apa yang pada akhirnya kita berikan kepada masyarakat.
Hingga sore menjelang, kami hanya berhasil bertemu dengan ketua organisasi tani
yang bernama PAMOR dan merupakan bapak dari ketua RW. Sedikitnya pertemuan
dengan para perangkat desa mulai dari ketua – ketua RT 2,3, dan 5 disebabkan pada
hari itu merupakan hari dimana para warga termasuk ketua – ketua RT berbondong –
bondong untuk ikut serta berbahagia akan pernikahan salah seorang warga yang
merupakan bagian dari RT 5. Sedangkan ketua RT 1 dan 4 sudah dapat kami temui
pada minggu survei sebelumnya. Dikarenakan waktu yang tak memungkinkan, kami
mengakhiri senja di Mojosari dengan memutuskan untuk sedikit merasakan deburan
ombak pantai ngrenehan dan uyahan. Dan kami bercumbu dengan semilirnya angin
pantai, putihnya pasir, dan menikmati nuansa pura yang juga menjadi daya tarik
tersendiri dari pantai itu.. hingga akhirnya kami menutup senja dengan berbekal tawa
dan kamipun pulang ke rumah pak Tukijan..
Saat malam menyambut melalui kesenduan yang berteriak dalam tarian air
hujan, kami meringkuk dalam kehangatan kreasi masakan ala kami dan mengisi
kekosongan perut kami. Kamipun menyempatkan diri untuk berkunjung ke hajatan
yang terletak tak jauh dari rumah pak Tukijan sembari secara santai membuat janji
dengan ketua – ketua RT yang belum sempat kami kunjungi perihal pertemuan kami
dengan beliau keesokan harinya. Di lokasi hajatan, kami juga bertemu dengan
beberapa anak muda karang taruna yang mengaku merupakan seseorang yang mengisi
jabatan ketua selama periode kekosongan jabatan akibat meninggalnya salah seorang
ketua mereka secara mendadak. Setelah acara berkunjung selesai, kamipun pulang,
berusaha merajut mimpi di balik kasur keras dan berdesak – desakan..kami
mengucapkan selamat tinggal pada malam..
Pagi harinya, kami dibangunkan dengan aroma embun pagi dan pelukan udara
segar yang cukup dingin bagi kami yang terlalu sering mencicipi panasnya udara di
kota. Setelah persiapan cepat dan tanpa membuang waktu, pada pukul 7 pagi kami
membagi tugas untuk menuju rumah ketua RT 2,3, dan 5. Tugas pengumpulan data
potensi pun selesai pada pukul 09.00. kamipun memberikan laporan informal secara
lisan kepada mas Wahyu, ADPL kami yang kebetulan datang berkunjung ke unit yang
ia dampingi.. sekitar pukul 11 siang, kami memutuskan untuk pulang..diiringi dengan
doa – doa dari pak Tukijan beserta warga dukuh Mojosari..dalam hati kami berjanji
untuk dengan sepenuh hati melayani warga Mojosari melalui proker – proker yang
akan kami tampilkan di bulan Juli..
Fera Yuliana
Sophia Maria Swadesi
Anak Agung Gede Putra Aditya N.
Kegiatan live-in di lokasi KKN tepatnya Pedukuhan Mojosari, desa monggol,
kecamatan Saptosari Gunung Kidul, telah dilakukan pada Hari Sabtu - Minggu, 25-
26 Mei 2013. Saya bersama dengan teman-teman kelompok berangkat hari sabtu pagi
pukul 10.00 WIB. Kami awalnya memilih berangkat sore, namun untuk efesienkan
waktu dan kegiatan di Pedukuhan terkait dengan survei yang belum terselesaikan,
kami akhirnya memutuskan untuk berangkat ke lokasi pagi hari. Setelah menunggu
anggota kelompok kumpul di kampus III UAJY, kami berangkat menuju lokasi pukul
10.30 WIB, itu pun ada 2 anggota kelompok yang menyusul dikarenakan ada masalah
dengan ban motornya.
Pukul 12.00 WIB kami sampai di rumah kepala dukuh Mojosari, Bapak
Tukijan. Kami disambut oleh keluarga di sana, tetapi Pak Tukijan dan ibu sedang
berada di tetangganya yang mengadakan hajatan pernikahan. Elip anak Pak Tukijan
memberitahukan kepada bapaknya, bahwa kami sudah datang. Tak lama kami Pak
Tukijan dan ibu datang. Mereka pun berbincang bersama kami. Bu Tukijan
memberitahukan kami agar datang ke acara pernikahan tetangganya, kami pun
sepakat untuk datang malam hari atau pagi besok hari.
Teman kami yang menyusul, Ara dan Dora pun tiba. Pukul 13.30 WIB, setelah
beristirahat sejenak, kami meminta ijin kepada Pak Tukijan, bermaksud untuk
berkeliling Pedukuhan untuk menemui ketua RT yang belum kami temui, yakni RT
02, RT 03, dan RT 05 serta ketua kelompok tani Pedukuhan Mojosari. Kelompok
dibagi menjadi dua team, team satu terdiri dari Dea, Ara, Dora, dan Oky pergi
menuju ketua kelompok tani. Team dua terdiri dari, Saya, Fera, Sophie, dan Jacklin
pergi menuju ketua RT 02. Kedua team berpisah di persimpangan jalan. Selama
kegiatan KKN saya bertugas untuk mendokumentasikan berupa foto semua aktifitas
kelompok.
Setelah sampai di depan rumah ketua RT 02 saya mengetuk pintu seorang ibu-
ibu membukakan pintu. Saya memperkenalkan diri atas nama kelompok KKN yang
akan tinggal di Pedukuhan ini. namun bapak ketua RT 02 sedang tidak ada di rumah
beliau pergi ke acara hajatan di RT 05. Kami memutuskan untuk menyusul team satu
di rumah ketua kelompok tani. Setelah tiba di rumah kelompok tani, team dua berbaur
dengan team satu untuk bertanya-tanya tentang kelompok tani yang ada di Pedukuhan
Mojosari. Anggota kelompok terutama saya baru mengetahui adanya kelompok tani
di Pedukuhan ini yang bernama kelompok tani “PAMOR”, saya lupa singkatan dari
apa, karena menggunakan bahasa jawa dan saya tidak mengerti. Selama dua jam (dari
pukul 13.45-15.45 WIB)kami mengobrol dengan ketua kelompok tani yang sudah
sepuh ini. setelah cukup mendapatkan informasi mengenai pertanian, kami
memutuskan untuk kembali ke rumah Pak Tukijan
Pukul 16.00 kami tiba kembali di rumah Pak Tukijan. Saya mengajak semua
anggota kelompok pergi ke pantai Ngobaran. Kami pun sepakat untuk ke Pantai
Ngobaran. Pikirku, “akhirnya bisa juga sembahyang di Pura Kejawen,Pantai
Ngobaran”.dari Pedukuhan menempuh jarak ±11 Km untuk sampai ke Pantai
Ngobaran yang berada di desa Kanigoro.
Setelah melewati jalan yang berliuk-liuk seta tanjakan dan turunan, pukul
16.45 kami tiba di pantai Ngobaran. Saya langsung menuju ke Pura untuk
sembahyang, dan teman-teman yang lain menuju ke arah pantai. Kepekaan yang saya
miliki bereaksi, bulu kuduk merinding ketika saya melangkahkan kaki melewati pintu
masuk ke area Pura, seperti ada yang menyambut kedatangan saya. Setelah
menghaturkan beberapa sesajen yang saya bawa dari Jogja, saya mulai berkonsentrasi
dan berpikir positif untuk memulai persembahyang.setelah selesai sembahyang di
Pura tersebut saya bergegas menyusul teman-teman yang ada di Pantai. Rupanya
mereka sedang asik berjalan di pinggir pantai sambil berfoto dan
bercengkrama.setelah setengah jam kami berada di pantai, hari pun menjelang gelap
dan langit mendung kelabu, kami kembali ke Pedukuhan agar tidak kehujanan di
jalan.
Pukul 18.00, kami tiba di rumah Pak Tukijan. Saat itu diantara kami ada yang
mandi, bersih-bersih diri dan mengobrol. Perut saya terasa lapar, saya, fera, dan
jecklin ke dapur untuk memasak mie instan yang kami bawa. Anggota yang lain
masih pada asik mengobrol di depan rumah. menu makan malam saya dan teman-
teman saat itu mie instan dengan telur dan nasi.
Setelah makan malam, hujuan pun mulai reda, kami pergi untuk menemui
ketua RT O5. Namun sesampainya di rumah ketua RT 05, ternyata kami mendapati
ketua RT 05 sedang tidak ada di rumah. Menurut istrinya, bapak sedang berada di
rumah tetangga yang hajatan. Kami memutuskan untuk datang ke hajatan tersebut,
bermaksud untuk membuat janji bertemu besok pagi dengan Pak Ketua RT 05. Kami
datang disambut oleh keluarga mempelai wanita. Saya, Oky, dan Sophie berbicara
kepada pak ketua RT05 yang pada saat itu menyambut kami juga. Kami bertiga
membuat janji untuk bertemu sembari mengobrol santai. Anggota kelompok yang lain
mengajak ngobrol mempelai wanita yang sedang berbahagia menyambut hari
pernikahannya,tawa canda mreka membuat warga yang ada di sana senang. Sebelum
pulang kami dipersilakan untuk menyantap makan malam yang telah disediakan oleh
keluarga di sana. Setelah makan selesai, kami berpamitan karena malam semakin
larut.
Saya bertemu dengan pengurus karang taruna di Pedukuhan Mojosari. Saya
mengajak Ara dan Oky untuk ikut mengobrol dengan pengurus Karang Taruna.
Setelah obrolan selesai dan mata kami mulai mengantuk, kami mohon ijin kepada
mereka untuk pamit pulang ke rumah Pak Tukijan. Sesampainya kami di rumah kami
menyusun jadwal kegiatan untuk esok harinya.jadwal kegiatan beres kami
melanjutkan untuk beristirahat. Pak Tukijan menyediakan kamar, didalamnya terdapat
dua ranjang yang di satukan, disanalah kami berdelapan tidur. Walaupun di campur,
kami semua saling menjaga diri supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Suasana tidur kami sangat berisik karena suara musik dan wayangan di rumah
tetangga yang hajatan non stop sampai menjelang subuh. Seperti itulah adat di
pedesaan terutama Pedukuhan Mojosari. Walaupun berisik, kami semua berusaha
memejamkan mata agar bisa tertidur, karena hari esok masih panjang. Jam 02.00 dini
hari ketika saya tertidur rupanya Ara, Oky, Sophie dan Pak Tukijan asik menyaksikan
Final liga Champion Munich VS Borussia Dortmund. Saya tidak ikut menyaksikan
karena saat itu saya baru bisa tertidur.
Minggu 26 Mei 2013, pagi hari di Pedukuhanmojosari terasa dingin karena
semalam suntuk diguyur hujan. Kami semua bersiap untuk melakukan kegiatan yang
telah disusun. Pukul 07.30 sesuai janji dengan bapak ketua RT 05 kami menemuinya.
Untuk efesien waktu, kelompok dibagi menjadi dua team. Team satu berjalan menuju
ketua RT 05, dan team dua, saya, fera, jacklin dan sophie berjalan menuju rumah
ketua RT 03. Sesampainya di rumah ketua RT 03 kami di sambut olehtuan rumah dan
dipersilakan masuk ke dalam rumah. Kami memulai mencari informasi tentang warga
yang ada di RT 03 untuk dijadikan sebagai data survei yang belum lengkap. Setelah
satu jam kami mengbrol, kami pamit pulang kepada bapak ketua RT 03 untuk kembali
melakukan kegiatan selanjutnya. Team dua merapat ke rumah bapak ketua RT 05 dan
bertemu dengan team satu.
Setelah selesai mengobrol dengan bapak ketua RT 05, kami memutuskan
untuk berkunjung ke rumah ketua RT 02 yang letaknya di dekat gedung PAUD
Pedukuhan Mojosari. Sesampainya di rumah kami di sambut oleh bapak ketua RT 02.
Dan di persilahkan masuk. Kami semua mengobrol selama hampir satu jam. Setelah
cukup mendapatkan informasi, kami berpamitan kepada bapak nya untuk kembali ke
rumah Pak Tukijan.
Saat di perjalanan kami melewati rumah warga RT 05 yang hajatan. Rupanya
hari minggu itu acara resepsi pernikahan. Keluarga mempelai memberitahu agar kami
bisa datang ke acara resepsi tersebut. Sesampainya di rumah Pak Tukijan kami
beristirahat sejenak, kemudian kami membereskan barang bawaan untuk kembali ke
Jogja. Sembari membereskan barang-barang kami mengobrol dengan mas wahyu
ADPL unit kami.pukul 11.30 WIB, kami menuju pulang ke Jogja. Sampai di jogja
tepatnya kampus III UAJY pukul 12.30, kami pulang kerumah masing-masing.
Walaupun hanya sehari semalam, menurut saya kegiatan live-in ini sangat
berarti menjelang kegiatan KKN yang satu bulan. Saya mulai terbiasa dengan suasana
di desa termasuk adat istiadat warga di sana. Tidak ada kompor gas, yang ada hanya
tungkuu itu tak jadi masalah bagi saya ketika memasak, karena hal tersebut sering
saya lakukan ketika berkegiatan mendaki gunung. Memasak,mandi serta minum
dengan air tadah hujan gerimis pun tak menjadi permasalahan bagi saya, karena saya
pernah meminum air yang lebih kotor dari itu, sebut saja air sungai hutan Wanagama
ketika seleksi masuk menjadi anggota Pecinta Alam Universitas Atma Jaya
(PALAWA). Demikian, sekilas cerita tentang Live-in di lokasi KKN bagi saya.
Aradea L. Tobing
Pada hari Sabtu tanggal 25 Mei 2013, kami dari kelompok 21 Mojosari
berangkat buat live in di rumah pedukuhan kami sekaligus melengkapi data survei
yang belum lengkap. Kami janji berkumpul di kampus 3 ekonomi pada pukul jam
setengah 10 pagi dan bila telat maka kami menetapkan akan diberi denda 10 ribu bagi
yang telat. Saya dijemput teman saya Elida Dora, tetapi karena dia tersesat mencari
kos saya, dan juga ban motornya yang bocor kami ber2 akhirnya telat. Saya
menghubunginya berkali-kali tetapi HP nya malah mati karena lowbat, saya pun panik
karena tidak enak sama teman-teman yang lain yang sudah menunggu kami 1 jam
lebih di kampus.
Akhirnya saya cari Elida berkeliling sekitar kost dan bengkel, dan ketemu
Elida lagi numpang ngecast hp nya di rumah warga. Dia kelihatan nampak panik juga,
akhirnya saya menghubungi teman saya yang lain dan ketua kelompok supaya mereka
pergi berangkat duluan dan kami biar pergi berdua sambil nunggu ban motor Elida
siap diganti. Mau tidak mau saya dan Elida akhirnya kena denda masing-masing 10
ribu untuk dimasukin ke kas kelompok. Setelah ban motor Elida siap diperbaiki, kami
berdua lalu pergi kepedukuhan melalui jalan Wonosari. Tidak ada halangan di
perjalanan karena kami berdua juga sudah hafal jalan menuju rumah pak dukuh. Kami
di sms oleh Dea bahwa mereka sudah sampai di rumah pak Tukijan dukuh Mojosari,
dan 15 menit kemudian setelah dapat sms dari Dea akhirnya saya dan Elida sampai
juga di rumah Pak dukuh.
Akhirnya kami lengkap berdelapan ngumpul di rumah pak dukuh, seharusnya
kami ada bersembilan tetapi 1 orang teman kami Depris tidak bisa ikut live in karena
sakit, kami mendoakan supaya Depris cepat sembuh dan bisa bergabung bersama
kami lagi. Setelah beristirahat sejenak kami lalu memakai baju KKN kami untuk
bersiap-siap menuju rumah pak RW dimana bapaknya ketua RW merupakan ketua
kelompok tani. Sesampai di rumah pak RW kami disuguhi teh manis hangat dan
kacang serta kerupuk. Kami bercerita panjang lebar sambil bergurau dan tertawa, ibu
ketua kelompok tani ini sangat akrab sama kami terutama kepada Elida yang heboh.
Setelah selesai bertanya-tanya kepada ketua kelompok tani, kami berpamitan
pulang. Kami lanjutkan ke ketua RT 2,3 dan 5 tetapi karena ada acara mantenan di
tetangga sebelah dan semua ketua RT datang kesana, maka kami buat janji kepada
ketua RT 5 supaya ketemuan besok pagi untuk melengkapi data kami. Setelah itu
kami istirahat di rumah karena hari hujan. Setelah itu sekiranya pukul 16.00 kami
minta izin kepada bapak dan ibu dukuh untuk refreshing sejenak ke pantai Ngobaran.
Bapak dan ibu dukuh mengizinkan kami dan menyuruh kami supaya jangan pulang
terlalu malam. Lalu kami pergi ke pantai dan sesampai di pantai kami bermain dengan
senangnya. Sekitar jam 6 sore kami balik menuju rumah pak dukuh. Sesampai di
rumah pak dukuh kami masak mie untuk makan malam kami. Air yang dipakai yaitu
air tadah hujan yang ditampung dalam bak berisi ikan-ikan. Sungguh tantangan yang
sangat mengagumkan bagi kami karena ini baru pertama kali masak mie
menggunakan air hujan.
Setelah makan dan sudah kenyang kami menunggu hujan reda untuk
melanjutkan survey kami, tetapi lagi-lagi ketua RT nya tidak ada dan belum pulang
dari acara mantenan. Akhirnya kami diajak ke rumah pengantin ceweknya, disana
kami disuruh makan lagi. Perut kami terasa sudah sangat Kenyang tetapi demi
menjaga hati warga akhirnya kami makan lagi, dan wah rasanya nikmat sekali makan
daging diselingi dengan kue bolu. Kemudian setelah puas bercerita dengan warga dan
pengantin wanitanya, kami permisi untuk balik ke rumah pak dukuh. Tetapi sebelum
mau balik, kami berjumpa dengan para karang tarunanya. Kami mampirkan sejenak
dan bercerita bersama karang taruna, setelah itu kami balik ke rumah pak dukuh. Di
rumah pak dukuh kami cuci muka, ada yang mandi dan cuma gosok gigi kemudian
kami tidur. Kami tidur 1 ranjang isi 8 orang, sempit-sempitan dan kayak ikan pepes,
akhirnya saya pindah ke ruang tengah dan tidur sendiri di ruang tengah menggunakan
tikar dan sarung.
Pada pukul 6.00 alarm hp kami berbunyi dan kami bersiap-siap cuci muka
serta gosok gigi. Setelah disuguhi teh hangat dan makan roti kami melanjutkan survey
kami ke RT 5, RT 2 dan RT 3. Kami membagi tugas, saya, Oki, Elida dan Dea ke RT
5 sedangkan Sofi, Adit, Fera, dan Jaclin ke RT 3 setelah siap semua kami berdelapan
sama-sama ke RT 2. Setelah siap semua dan data sudah didapatkan semua akhirnya
kami balik ke rumah pak Dukuh untuk makan siang. Tiba-tiba ADPL kami mas
Wahyu datang mengunjungi kami, disusul oleh kelompok Dilatan dan Baros lor.
Suasana semakin akrab dan hangat sehingga kami sekelompok sangat puas dan
senang. Setelah melengkapi semua data-data kami juga data yang diberikan pak
dukuh serta saran-saran dari pak dukuh, tepatnya pukul 11.00 hari Minggu tanggal 26
Mei 2013, kami sekelompok pamit kepada ibu dukuh, pak dukuh, dan anaknya untuk
balik kembali ke Jogja. Kami juga minta maaf dan minta izin melalui pak dukuh tidak
bisa ikut ke akad nikah tetangga sebelah karena masing-masing anggota kelompok
kami akan pergi ibadah ke Gereja. Dan kami sampai di Jogja pada pukul 12.45. Itulah
refleksi live in dari saya Aradea L.Tobing yang sangat senang dan gokil terhadap
teman-teman kelompok 21 Mojosari. Saya pribadi merasa sangat puas dan bahagia
karena baru 1 hari live in saja kami banyak mendapat pengalaman dan cerita-cerita
yang sangat berkesan. Akhir kata Semangat buat Kelompok 21 Mojosari dan sukses
buat kita semua, Tuhan memberkati.
Dea Prasetya Utama
Pada hari pertama live in kami datang menggunakan motor berdelapan, karena
ada satu teman kami yang berhalangan hadir. Perjalanan menempuh waktu 1,5 jam.
Tiba di lokasi live in yaitu pedukuan Mojosari kami beristirahat sejenak kemudian
melanjutkan survey dengan mendatangi RT 02, 03, 05 yang sebelumnya belum dapat
kami jumpai. Namun ternyata dikarenakan adanya hajatan didaerah Mojosari, para
ketua RT berkumpul dan menghadiri hajatan sehingga tidak bisa untuk diwawancarai.
Oleh karena itu, kami berinisiatif untuk jalan-jalan ke pantai ngobaran. Sepulangnya
kami dari pantai ngobaran, kami berusaha untuk menemui ketua RT namun ketua RT
masih menghadiri hajatan yang ada. Kemudian kami mencoba untuk menemui ketua
RT di hajatan. Ternyata kami berhasil menemui ketua RT 05 namun tidak berhasil
untuk mewawancarainya. Dia berkata akan lebih enak jika kami datang lagi besok
pagi dirumahnya. Selama dihajatan kami berbincang-bincang dengan pengantin
wanita dan keluarganya serta dihidangkan makanan. Selepas dari hajatan kami pulang
ke rumah pak dukuh dan beristirahat.
Keesokan paginya kami bangun jam 06.00 WIB kemudian kami membagi dua
kelompok untuk bertemu ketua RT 05 dan 03. Selanjutnya kami bersama-sama
menemui ketua RT 02. Sesudah berhasil mewawancarai ketua RT yang ada kami
mewawancarai pak dukuh untuk mendapatkan informasi tambahan. Akhirnya tugas
kami sudah selesai dan pulang ke jogja.
Elida Dora Tarigan
Mengunjungi Desa Mojosari bukanlah hal baru bagi saya, karena sebelumnya
di minggu-minggu yang lalu, kelompok kami sudah mengadakan survei 2 kali.
Namun, pagi itu, tepatnya tanggal 25 Mei, kelompok kami bukan hanya sekedar
survei di desa namun menghabiskan semalam untuk tinggal bersama dengan keluarga
pak dukuh.
Kelompok kami tiba di rumah pak dukuh sekitar jam 12.00 wib, dan
kedatangan kami langsung disambut oleh beberapa anggota keluarga pak dukuh
karena pak dukuh sendiri sedang tidak berada dirumah. Setelah berbincang-bincang
tentang perjalanan bersama salah satu anak pak dukuh sambil menikmati teh hangat
dan kacang rebus, kelompok kami memutuskan untuk menemui pak RT dan RW.
Rumah pak RW menjadi rumah pertama yang kami kunjungi. Berbicara
panjang lebar tentang situasi dan kondisi desa. Kebetulan juga, rumah pak RW
bersebelahan dengan rumah ketua kelompok tani padukuhan tersebut. Dari
perbincangan dengan ketua kelompok tani, ada beberapa info yang menjadi
pertimbangan kelompok kami tentang proker sesuai dengan info dari ketua tani.
Misalnya saja, masih banyak warga yang belum bisa membasmi hama untuk
pertanian, kurangnya modal dari petani untuk memperbanyak benih tanaman dan
kurangnya kemampuan petani untuk menyadari simpan pinjam yang diberikan
pemerintah.
Setelah dari rumah ketua tani, kami melanjutkan perjalanan kami ke rumah
pak RT. Pada saat kami survei, kami sudah bertemu dengan beberapa RT, dan info
yang kami dapatkan dari RT satu dengan yang lain kurang lebih sama, misalnya
masih adanya masalah penduduk yang tidak memiliki akte kelahiran.
Sebelum pulang ke rumah pak dukuh, kelompok kami memutuskan untuk
mengunjungi salah satu rumah warga yang sedang mengadakan acara pernikahan.
Setelah berbicara panjang lebar, kelompok kami terkejut mendengar pengakuan dari
mempelai wanita bahwa dia baru berusia 18 tahun begitu juga dengan pengantin pria.
Selain itu mereka hanya mengecap pendidikan sampai tingakat SMP. Hal ini akan
menjadi pr kelompok kami untuk memberi penyuluhan kepada warga tentang betapa
pentingnya melanjutkan pendidikan dan mengurangi pernikahan usia dini. Karena
hanya dengan pendidikanlah sebuah perekonomian masyarakat bisa ditingkatkan,
sesuai dengan tema kkn ntuk mengurangi tingkat kemiskinan.
Jaclin Agustina Liang
Live in Kuliah Kerja Nyata dilaksanakan pada tanggal 25-26 Mei 2013.
Lokasi live in bertempat di Pedukuhan Mojosari Desa Monggol Kecamatan Saptosari
Gunung Kidul. Dari kelompok kami hanya 8 orang yang mengikuti live in
dikarenakan salah seorang teman kami sedang sakit, sehingga tidak bisa mengikuti
kegiatan live in ini.
Pada sabtu 25 Mei 2013 kami memulai live in dengan bangun pagi, kami
berjanji untuk bertemu di terminal kampus 3 Bonaventura pukul 09.00 tetapi kami
baru bisa berangkat sekitar jam 10.30. Dua orang teman kami ada yang datang
terlambat ke kampus dikarenakan ban motornya bocor. Sekitar pukul 10.30 kami ber-
6 berangkat duluan tanpa kak Dora dan kak Ara. Ketika di Jalan Wonosari kami
mampir sebentar ke pom bensin untuk mengisi bensin persiapan perjalanan pergi dan
pulang.
Sesampainya di rumah Pak Dukuh sekitar pukul 12.00 kami disambut oleh
anak, menantu serta cucu Pak Dukuh. Kebetulan waktu itu Pak Dukuh dan Bu Dukuh
sedang mengurusi hajatan di rumah warga Pedukuhan Mojosari. Tetapi anak Pak
Dukuh memberitahukan pada Pak Dukuh dan Bu Dukuh bahwa kami sudah tiba di
rumah sehingga mereka pulang untuk menyambut kami di rumahnya. Kami disuguhi
teh panas dan kacang rebus sambil bercerita pengalaman kami selama perjalanan
menuju rumah Pak Dukuh serta sambil menunggu teman kami yang masih dalam
perjalanan. Sambil menunggu teman kami, kak Adit dan kak Sophie pergi ke
Alfamart untuk membeli minum dan mie bekal makan malam di rumah Pak Dukuh.
Setelah beberapa saat kemudian teman kami yang berangkatnya belakangan akhirnya
sampai dengan selamat. Kami kemudian memutuskan untuk pergi menemui Ketua RT
2, RT 3, RT 5 dan Pak RW yang belum kami temui pada waktu survey minggu lalu.
Kami membagi menjadi 2 kelompok agar survey dapat berjalan dengan cepat.
Kelompok saya sendiri pergi untuk menemui Ketua RT 2 dan kelompok yang satunya
pergi menemui Ketua RW, sesampainya di RT 2 ternyata Pak RT juga sedang
mengikuti hajatan di RT 3. Akhirnya kelompok kami memutuskan untuk pergi
mengikuti kelompok yang lain di rumah Pak RW, di sana kami hanya menemui ketua
kelompok tani, sedangkan Pak RW yang merupakan anak dari ketua kelompok tani
tidak berada di tempat saat itu, kami bercerita sampai kira-kira pukul 3 sore.
Karena sebelumnya Pak Dukuh mengatakan bahwa semua Ketua RT sedang
berkumpul di acara hajatan, jadi kami pun memutuskan untuk kembali ke rumah.
Kami berencana untuk pergi lagi keesokan harinya. Sesampainya di rumah kami
memutuskan untuk pergi ke pantai. Lalu kami pun berangkat menuju pantai. Di Pantai
Ngobaran kami bermain air dan berfoto bersama sambil menunggu kak Adit yang
sedang berdoa di Pura sampai sore hari menjelang malam kami pun balik kerumah.
Sesampainya di rumah kami istirahat sambil bercerita banyak hal tentang pengalaman
kami masing-masing. Setelah itu ada beberapa teman yang sudah mandi dan makan
ada yang masih beristirahat sambil bercerita.
Hari semakin malam dan kami memutuskan untuk mencoba mengunjungi
ketua RT 5, sampai di rumah pak RT kami hanya bertemu dengan istri pak RT, karena
ternyata pak RT masih berada di rumah hajatan, kami pun memutuskan untuk ke
tempat hajatan dengan maksud bersilaturahmi dan memberikan selamat kepada
pengantin sekalian membuat janji dengan pak RT untuk bertemu keesokan harinya. Di
tempat hajatan kami disuguhi makan, setelah makan dan bercerita bersama kami
akhirnya pulang kembali ke rumah Pak Dukuh sedangkan teman-teman cowok pergi
untuk bersilaturahmi dengan karang taruna pedukuhan Mojosari. Setelah itu kami pun
berkumpul bersama untuk bercerita dan sekitar jam 11 an kami memutuskan untuk
tidur.
Keesokan harinya kami bangun pagi sekitar jam 06.30 kemudian cuci muka
dan memutuskan untuk pergi melakukan survey ke RT 2, RT 3 dan RT 5 dengan cara
yang sama yaitu membagi kelompok menjadi 2. Setelah survey berjalan dengan lancar
kami kembali kerumah untuk beristirahat dan membereskan barang-barang kami
bersiap kembali ke Yogya. Sebelum kembali kami diberikan sarapan oleh anak Pak
Dukuh. Rumah Pak Dukuh juga di datangi oleh kelompok lain dari unit F. akhirnya
sekitar pukul 11 siang kami balik ke Yogyakarta dan sampai di rumah dengan
selamat.