laporan kelompok !(1)

40
LAPORAN SURVEY PEDUKUHAN MOJOSARI, KECAMATAN SAPTOSARI, KABUPATEN GUNUNG KIDUL – KKN 63 SAPTOSARI Oleh : Amadeus Okky Suryono / 090417557 Fera Yuliana / 090417868 Sophia Maria Swadesi / 090113167 Depris Rolan Sirait / 080509863 Anak Agung Gede Putra Aditya N. / 090903809 Aradea L. Tobing / 090317888 Dea Prasetya Utama / 091217964 Elida Dora Tarigan / 091217995 Jaclin Agustina Liang / 100213449

Upload: boby-shinigami

Post on 26-Dec-2015

40 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

d

TRANSCRIPT

LAPORAN SURVEY PEDUKUHAN MOJOSARI, KECAMATAN SAPTOSARI, KABUPATEN GUNUNG KIDUL – KKN 63 SAPTOSARI

Oleh :

Amadeus Okky Suryono / 090417557

Fera Yuliana / 090417868

Sophia Maria Swadesi / 090113167

Depris Rolan Sirait / 080509863

Anak Agung Gede Putra Aditya N. / 090903809

Aradea L. Tobing / 090317888

Dea Prasetya Utama / 091217964

Elida Dora Tarigan / 091217995

Jaclin Agustina Liang / 100213449

UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

2013

1. Gambaran Umum Daerah Pedukuhana. Lokasi pedukuhan berada di pedukuhan Mojosari kecamatan Saptosari, kabupaten

Gunung Kidul.

b. Adapun luas wilayah pedukuhan adalah 75115,8 m2 dengan batas-batas wilayah

sebagai berikut :

1) Sebelah utara berbatasan dengan pedukuhan Ngelo

2) Sebelah selatan berbatasan dengan pedukuhan Dilatan

3) Sebelah barat berbatasan dengan pedukuhan Sawah

4) Sebelah timur berbatasan dengan pedukuhan Sawah

Dari luas tanah diatas, secara geografis 90 % meliputi tanah tegalan berupa

pegunungan seribu yang berbukit-bukit dan berbatu serta sebagian kecil lahan

persawahan tadah hujan. Letak geografis Pedukuhan Mojosari berada pada

7o46’ LS- 8o09 LS dan 110o21’BT-110o50’ BT. Dengan luas wilayah 75115,8

m2. Terdiri dari: Tega l an , 4 buah Telaga, dengan curah hujan 2250/1800mm/t.

Penggunaan lahan di Pedukuhan Mojosari adalah sebagian besar untuk

membangun rumah, kandang ternak, ladang jati, bertani, menanam kacang, jagung

ataupun ketela. Adapun iklim di wilayah pedukuhan adalah iklim tropis, dimana

terdapat dua musim, yakni musim penghujan dan musim kemarau. Musim

penghujan terjadi pada bulan Desember hingga Juni, dan kemarau pada bulan Juli

hingga November. Secara garis besar, tanah yang terdapat di wilayah Pedukuhan

adalah tanah merah berbatu, dimana struktur bebatuan di dominasi oleh batu

kapur, mengingat bahwa Pedukuhan Mojosari terletak 12 km dari wilayah pantai.

2. Keadaan muka bumi pada suatu kawasan atau daerah

a. Jarak

Jarak yang ditempuh kelompok 21 adalah sejauh 46 km, dimana rute yang

dilalui adalah Yogya => Pathuk => Playen => Paliyan => Saptosari. Jarak ini

dapat ditempuh dalam waktu 1,5 jam dengan mengendarai sepeda motor.

b. Kondisi jalan

Terdapat dua kondisi jalan dalam rute perjalanan dari Yogya menuju

kecamatan saptosari. Kondisi pertama adalah kondisi jalan yang beraspal dari

Yogya hingga masuk ke dalam kecamatan Saptosari, dan kondisi kedua adalah

kondisi jalan yang tak beraspal dan hanya berupa rabat dimana merupakan jalan

lokal dari dukuh Mojosari yang kami tinggali.

c. Kondisi sarana dan prasarana :

Jenis sarana dan prasarana yang ada :

Adapun pedukuhan Mojosari hanya memiliki PAUD (Pendidikan Anak Usia

Dini) dimana PAUD dalam dukuh Mojosari terletak di RT 2 yang terletak di

salah satu rumah warga yang secara sukarela berkenan mengabdikan waktu,

tenaga, pikiran, dan tempat tinggalnya untuk dijadikan sebagai sarana

mendidik anak – anak usia dini.

Sarana dan prasarana agama

Di dalam pedukuhan Mojosari, terdapat 2 tempat yang mereka gunakan untuk

ibadah, yakni sebuah masjid yang terletak di wilayah RT 5 dan sebuah

mushola yang terletak di wilayah RT 2.

Sarana dan prasarana keamanan

Pada awalnya, dukuh Mojosari tidak memiliki sistem keamanan berupa ronda

atau siskamling karena mereka beranggapan bahwa mereka saling percaya

satu dengan yang lain. Seiring berjalannya waktu, karang taruna dari dukuh

Mojosari tetap menganggap perlu diadakan siskamling atau ronda bergilir

meskipun tidak terjadi peristiwa kriminalitas dari pedukuhan Mojosari itu

sendiri. Hingga hari ini, siskamling ataupun ronda diadakan setiap hari secara

bergilir.

Sarana dan prasarana transportasi

Penduduk Pedukuhan Mojosari dapat menggunakan ojek yang dapat mereka

temukan di sekitar pasar Trowono. Beberapa warga juga memiliki sepeda

maupun sepeda motor, dan 1-2 orang yang telah memiliki mobil yang biasa

digunakan untuk mengantar hasil usaha mereka baik pertanian maupun

meubeler.

3. Data Demografi

a. Jumlah penduduk yang ada dalam Pedukuhan Mojosari ± 268 jiwa.

b. Menurut data terakhir yang dicatat oleh pihak administrasi Pedukuhan, dalam

pedukuhan Mojosari terdapat 135 kepala keluarga yang terdaftar dan menetap di

Mojosari. RT 01 terdapat 25 KK, RT 02 terdapat 22 KK, RT 03 terdapat 33 KK,

RT 04 terdapat 38 KK, dan RT 05 terdapat 17 KK. Daerah Pedukuhan Mojosari

hanya memiliki 1 RW dan terbagi lagi ke dalam 5 RT.

c. Pedukuhan Mojosari dipimpin atau dikepalai oleh Kepala Dukuh yang bernama

Tukijan. Kepala Dukuh sendiri membawahi langsung organisasi atau kumpulan-

kumpulan yang ada di desa seperti PKK dan Karang Taruna. Kepala Dukuh

sendiri membawahi ketua RW. Menurut survei yang kami lakukan, posisi kepala

dukuh lebih tinggi dibandingkan ketua RW, hal ini tentunya berbeda dengan

daerah lainnya contohnya saja daerah perkotaan dimana sudah tidak memiliki

kepala dukuh. Kepala dukuh dipilih langsung oleh warga melalui penghitungan

suara. Warga desa memilih secara langsung kepala dukuh yang menurut mereka

sesuai dengan posisi yang ada. Kepala Dukuh adalah orang yang sangat dihormati

oleh seluruh warga desa. Apa yang dikatakan atau diperintahkan oleh kepala

dukuh maka warga yang ada dalam pedukuhan harus mematuhi dan

menghormatinya. Tugas dari kepala dukuh sendiri adalah melaksanakan kegiatan

pemerintahan, pembangunan, kemasyarakatan, ketentraman dan ketertiban

diwilayah kerjanya, menyelenggarakan kegiatan penyuluhan, pembinaan dan

kerukunan warga diwilayah kerjanya. Kepala dukuh dinilai memiliki peran

strategis dalam pembangunan dalam tingkatan paling bawah untuk mencapai

keberhasilan pembangunan daerah.

Ketua RW di Mojosari tugasnya tidaklah terlalu berat dikarenakan daerah

Mojosari telah memiliki kepala dukuh. Ketua RW hanya bertugas untuk

mendukung dan membantu melaksanakan keputusan dan kebijakan yang diambil

oleh kepala dukuh. Dengan kata lain ketua RW layaknya wakil dari kepala dukuh.

Sedangkan ketua RT sendiri bertugas menjaga dan mengatur dalam lingkup yang

lebih kecil yaitu lingkungan RT nya masing-masing. Ketua RT juga dapat

diartikan perwakilan dari warga dari daerah yang ada, sehingga jika ada

keputusan-keputusan ataupun pengumuman maka kepala dukuh memberitahu

kepala RT yang kemudian akan mesosialisasikan atau memberitahu warga di

lingkungannya masing-masing. Dibawah RT terdapat yang dinamakan SUB,

disini Sub berperan sebagai bagian administrasi, sekretaris, dan bendahara dari RT

masing-masing. Tiap RT memilik satu sub dimana data-data kependudukan dan

lainnya disimpan oleh SUB. Sub sendiri dipegang satu orang. (struktur organisasi

berupa bagan terdapat di halaman lampiran).

4. Potensi Sumber Daya Alam RT 1 - RT 5

a. Tambang

Mojosari merupakan pedukuhan yang berada di kecamatan Saptosari

dimana sebagian besar kegiatan para warganya sehari-hari adalah bertani.

Berdasarkan hasil survei baik RT 1, RT 2, RT 3, RT 4 maupun RT 5 tidak

terdapat potensi pertambangan yang dapat diolah warga, tetapi penduduk

Mojosari biasa memanfaatkan potensi alam seperti batu yang dibakar

kemudian digunakan sebagai campuran bahan bangunan.

b. Per ikanan dan Kelautan

Pedukuhan Mojosari tidak memiliki potensi kelautan. Hal tersebut

dikarenakan Mojosari letaknya jauh dari laut. Sedangkan potensi

perikanan seperti budidaya lele masih belum diperjual belikan dan warga

lebih memilih untuk mengkonsumsi lele tersebut. Untuk RT 1, RT 4 dan

RT 5, potensi pemeliharaan lele untuk konsumsi masih belum ada, namun

di RT 2 sudah terdapat warga yang memelihara ikan lele untuk konsumsi

tidak untuk dijual. Sedangkan di RT 3 pun mendapat kendala yang sama

tidak ada warga yang memelihara lele karena terkendala oleh air warga

hanya menunggu hujan turun. Warga yang memelihara lele tersebut

biasanya menggunakan lahan kosong yang tanahnya kemudian dikeruk,

kemudian ditutupi dengan terpal, sehingga air yang dituangkan kedalam

kolam tersebut tidak meresap kedalam tanah. Kurangnya minat warga

untuk memelihara dan memanfaatkan lele dikarenakan masalah air yang

kurang memadai dan warga lebih memilih bertani, berladang serta

mengurus ternak sebagai pekerjaan utama mereka.

c. Peternakan

Berternak merupakan kerja sampingan bagi para warga Mojosari selain

bertani dan berladang. Hampir setiap warga atau setiap kepala keluarga

memiliki satu atau dua sapi, maupun kambing. Pada umumnya, sapi

maupun kambing yang biasa diletakkan warga di sebelah rumah mereka

bukan merupakan sapi maupun kambing milik warga. Mereka diberi tugas

untuk merawat sapi maupun kambing dari pemilik asli dari hewan tersebut

dan diberikan upah sesuai dengan porsi kerja mereka. Selain sapi dan

kambing warga juga memelihara ayam, tetapi ayam sendiri tidak diberikan

kandang tetapi hanya dibiarkan di alam bebas. Di RT 2 dan 5 sendiri

perkembangbiakan ternak menggunakan cara suntik karena cara alami

memiliki resiko yang besar yaitu antara lain, jika terjadi sesuatu dengan

ternak yang dikawinkan maka yang bertanggungjawab adalah yang

mengawinkan ternak tersebut selain itu mengawinkan dengan cara alami

pun mengeluarkan biaya yang besar sehingga di gunakan cara suntik yang

memiliki resiko kecil.

d. Potensi Pertanian

Dukuh Mojosari mempunyai potensi Pertanian yang besar dan dalam

jumlah yang banyak sehingga sebagian besar masyarakat setempat bermata

pencaharian sebagai petani. Pertanian yang dimiliki Gunung kidul

khususnya pedukuhan Mojosari, Desa Monggol, Kecamatan Saptosari

umumnya adalah lahan kering tadah hujan (± 90 %) yang tergantung pada

daur iklim khususnya curah hujan.

Masyarakat tani dukuh Mojosari umumnya memanfaatkan padi

berumur pendek dan singkong untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari –

hari, sedangkan hasil pertanian lainnya, terutama jagung, kedelai dan

kacang tanah, biasanya dimanfaatkan sebagai komoditas perdagangan.

Sesuai dengan kondisi alam Gunung Kidul, budidaya pertanian di

pedukuhan Mojosari dalam satu tahun hanya bisa menanam dua kali,

dengan cara tumpang sari karena ketergantungan pada curah hujan.

Cara penanaman tumpang sari yang disukai oleh masyarakat adalah

dengan mengkombinasikan antara palawija dan padi lahan kering (gogo

rancah). Pada musim tanam pertama biasanya tanaman yang ditanam

adalah padi, kacang tanah, jagung dan singkong, yang setelah berumur 3-4

bulan padi, kacang dan jagung dapat dipanen berurutan. Kemudian pada

musim tanam kedua padi, kedelai dan jagung ditanam kembali yang 3-4

bulan kemudian panen, sedangkan tanaman singkong dipanen setelah

berumur 9-10 bulan.

Masyarakat menjual langsung hasil pertaniannya kepada tengkulak

yang ada di pasar setempat yakni Pasar Trowono. Masyarakat tidak

menjual hasil panennya semua, namun ada yang di pakai untuk kebutuhan

pangan sehari-hari. Menurut pengakuan warga di desa Mojosari tidak ada

unit usaha tani (koperasi unit tani). Hal tersebut menjadikan masyarakat

sendiri yang langsung menjualnya kepada tengkulak dan dengan harga

yang tidak sebanding (sangat murah).

Masalah utama yang saat ini dihadapi adalah terbatasnya produktifitas

beras dan rendahnya harga singkong. Dalam situasi demikian, pemilihan

jenis padi yang ditanam dan ketersediaan benihnya merupakan hal yang

perlu mendapat perhatian agar kebutuhan masyarakat setempat dapat

dipenuhi. Hal lain yang berkaitan dengan padi adalah gagal panennya

sangat besar, gagal panen tersebut dikarenakan banyaknya hama yang

menyerang sedangkan untuk mendapatkan obat yang dapat membunuh

maupun mengurangi adanya hama tersebut diperlukan sumber daya

finansial yang tak sedikit. Masalah yang dihadapi untuk produk singkong

adalah harga jual yang fluktuatif. Selain itu dalam rangka pembasmian

hama seperti walang sangit, Petani khususnya di RT 2 dan 5 tidak

menggunakan penyemprotan pestisida pembasmi hama dikarenakan para

petani takut akan meracuni pakan untuk ternak, selain itu hasil tani juga

untuk kebutuhan sehari-hari. Menurut mereka akan berbahaya bagi

kesehatan jika menggunakan pestisida.

Mata pencarian utama dari warga RT 1 hingga RT 5 adalah dengan

bertani. Tanaman utama yang selalu ditanam antara lain: jagung, ketela,

kacang dan padi. Padi biasanya di tanam hanya untuk di makan sedangkan

jagung dan ketela biasanya untuk di jual. Penjualannya dilakukan di Pasar

Trowono.

e. Potensi Limbah

Setiap rumah di pedukuh Mojosari memiliki ternak sapi, maupun

kambing. Dapat di simpulkan bahwa potensi limbah kotoran ternak baik di

RT 1 hingga RT 5 sangat potensial yang dapat di manfaatkan sebagai

bahan pupuk kompos. Pemanfaatan limbah kotoran sapi ini juga dapat

dimanfaatkan sebagai biogas alami. Selain kotoran hewan ternak, juga

terdapat limbah dari hasil pertanian yaitu kulit jagung, biasanya warga

memanfaatkan sebagai pakan ternak maupun pupuk urea. Namun jika di

lakukan pengolahan secara baik dan teliti, limbah kulit jagung dapat di

manfaatkan sebagai bahan kerajinan tangan. Selain kulit jagung di RT 1

hingga RT 5 menggunakan bonggol jagung atau yang sering disebut

janggel dimanfaatkan oleh penduduk sebagai bahan bakar dalam

memasak. Daun-daun kering akibat meranggasnya pohon jati milik warga

juga termasuk potensi limbah yang dapat di manfaatkan menjadi bahan

biopori maupun pupuk urea. Sedangkan untuk limbah plastik yang tidak

bisa terurai biasanya langsung dibakar tetapi bisa juga dijual pada

penadah.

f. Potensi Kehutanan

Potensi kehutanan yang ada di pedukuhan Mojosari khususnya di RT 2

yaitu warga biasanya menanam pohon jati dan pohon mahoni, pohon jati

sendiri yang sudah berumur lebih dari 20 tahun dengan panjang 4 meter

biasanya dihargai 7 juta. Sedangkan untuk RT 3 kayu jati sendiri biasanya

di jual atau digunakan sendiri, yang berukuran besar biasanya di jual

dengan harga ± 10 juta dengan waktu panen di atas 20 tahun. Selain pohon

jati ada juga kayu akasia yang biasanya dipanen lebih cepat dari kayu jati

dengan harga jual yang lebih murah antara 300 - 500 ribu. Penduduk

menjual kayu tersebut sebagai penghasilan dan kadang-kadang dipakai

untuk kebutuhan sehari-hari seperti untuk membuat meja, lemari, dan lain-

lain.

g. Potensi Perkebunan

Untuk potensi perkebunan hanya terdapat di RT 3 yaitu warga hanya

menanam melinjo, pisang dan kelapa untuk di jual ke Pasar Trowono.

5. Potensi Sumber Daya Manusia

a. Komposisi penduduk berdasar mata pencaharian

Penduduk yang ada di Mojosari sendiri semuanya berorientasi pada mata

pencaharian sebagai petani yaitu dengan bercocok tanam berupa jagung, kacang,

kedelai, ketela dan padi.

b. Organisasi pedukuhan

Kelompok berdasarkan unit usaha.

Dalam Pedukuhan Mojosari terdapat organisasi unit usaha tani, dimana

organisasi ini bertugas sebagai penyalur benih – benih tanaman warga seperti padi

yang diberikan secara cuma – cuma oleh pemerintah daerah setempat setiap tahunnya.

Hal ini dapat membantu meringankan warga dimana sebagian besar mengalami

kesulitan finansial untuk membeli benih padi.

Kelompok Agama (belum teridentifikasi)

Kelompok seni dan Budaya RT 1 hingga RT 4

Kelompok seni dan budaya yang terdapat di pedukuhan Mojosari antara lain

solawatan, dan rasulan, kelompok seni budaya ini berpusat di pedukuhan sehingga

tidak ada perbedaan antar masing-masing RT. Solawatan diadakan secara rutin oleh

warga Mojosari ketika ada acara hajatan pernikahan atau sunatan. Biasanya solawatan

diadakan di rumah orang yang punya hajat sebagai doa bagi keluarga dan acara yang

akan dilangsungkan pagi harinya. Seni dan budaya yang kedua adalah Rasulan.

Rasulan merupakan tradisi yang dilakukan warga Mojosari khususnya dan sebagian

besar warga Gunungkidul pada umumnya sebagai wujud syukur atas panen yang telah

berhasil. Warga berbondong-bondong menyiapkan nasi uduk, ayam utuh, dan lauk

pauk untuk dikirim ke warga desa yang lain, kemudian pada kesempatan yang lain

warga yang dikirim juga akan mengirim balik hasil bumi berupa makanan kepada

desa yang telah memberi sebelumnya. Kegiatan Rasulan ini dikelola dan dilaksanakan

setiap selesai hari raya Idul Fitri.

6. Kondisi Pedukuhan

a. Pariwisata

Pedukuhan Mojosari menurut hasil survei dan pengamatan kelompok, tidak

terdapat kegiatan ataupun lokasi di bidang pariwisata.

b. Kondisi Pertahanan dan keamanan

Dalam menjaga kondisi pertahanan dan keamanan pedukuhan Mojosari

membentuk Linmas dan membangun siskamling di setiap RT nya. Namun Linmas

tersebut tidak di kelola dengan baik akibatnya koordinator bagian linmas tidak ada,

sehingga sistem ronda keliling setiap malamnya tidak berjalan. Namun, Menurut

pengakuan kepala dukuh Mojosari dan beberapa warga di setiap RT, secara umum

kondisi pertahanan dan keamanan relatif aman bahwa selama bertahun-tahun tidak

pernah ditemukan kasus kehilangan barang berharga di wilayahnya meskipun barang

berharga seperti kendaraan bermotor diletakkan di luar jangkauan pengawasan

pemilik. Sedangkan untuk RT 2 sendiri ada beberapa karang taruna yang sering

berkumpul untuk ngeronda dari jam 8 malam – 12 malam atau jam 10 malam - jam 1

pagi.

c. Kondisi sosial masyarakat secara umum

Dilihat dari kondisi sosial masyarakat Pedukuhan Mojosari, kehidupan sosial

di Pedukuhan ini tergolong kehidupan masyarakat yang patut dicontoh, karena

kehidupan saling berdampingan masih sangat kental dan bisa dirasakan setiap warga

RW yang terdiri dari 5 RT tersebut. Dilihat dari kerjasama saling menjaga ketertiban

lingkungan dan kebersihan di sekitar lingkungan tempat tinggal warga masing-

masing. Selain itu ketertiban juga dapat dibuktikan dari keamanaan barang-barang

berharga, misal sepeda motor yang aman walau hanya diparkir di depan teras rumah

tanpa pengaman tambahan.

Namun demikian, untuk menjaga keberlangsungan keamaan desa ini,

siskambling masih diterapkan. Siskambling dilakukan secara bergantian oleh

penduduk desa Mojosari ini, dimana setiap malam, 2 kepala keluarga (pria)

berkeliling desa pada malam hari. Selain itu, Karang Taruna juga berperan penting

dalam kondisi sosial masyarakat secara umum di Desa Mojosari. Kegiatan yang

dilakukan oleh Karang Taruna seperti pembuatan basecamp untuk tempat

berkumpulnya para pemuda-pemudi desa. Misalnya tempat untuk pertemuan

persiapan kegiatan karang taruna ang diadakan menjelang bulan puasa. Sehingga hal

tersebut menjadi media yang baik untuk berkumpul dan bersatunya setiap warga

karang taruna yang meningkatkan rasa solidaritas sesama.

d. Kondisi Ekonomi

Kegiatan ekonomi di Desa Mojosari ini didominasi dari hasil pertanian.

Mayoritas hasil pertanian yang dihasilkan di daerah ini adalah kacang, padi, jagung,

dan telon. Namun, ada tradisi di Desa Mojosari ini agar petani yang menanam padi

tidak menjual hasil panen padi yang dihasilkan, namun hasil padi tersebut dikonsumsi

sendiri oleh petani dan sanak keluarga. Sedangkan hasil pertanian lainnya seperti

jagung dan kacang tanah dijual ke produsen lainnya. Sebenarnya hal ini disebabkan

karena keadaan alam dan struktur tanah yang ada di desa Mojosari. Pada umumnya,

padi hanya ditanam dan dipanen sekali setahun, sedangkan kacang tanah dan jagung

juga telon bisa ditanam dan dipanen 2 sampai 3 kali dalam setahun.

Selain menjadi petani, sebagian penduduk didesa ini bermata pencarian di kebun. Dan

hanya beberapa orang saja yang bermata pencaharian sebagai pegawai negeri sipil

atau PNS.

e. Seni dan Budaya

Seni dan budaya yang masih sangat terasa di daerah ini adaah bahasa daerah

( jawa) yang digunakan sebagai bahasa pengantar sehari-hari oleh warga Desa

Mojosari. Dapat dikatakan bahwa Bahasa Indonesia adalah bahasa kedua yang

digunakan dalam keseharian warga desa ini.

Selain bahasa jawa yang masih sangat kental, budaya lain yang masih sering

dilakukan adalah kegiatan wayang da reog. Pertunjukan wayang ini dilakukan

biasanya pada saat lebaran, dimana setiap warga desa berkumpul bersama di rumah

pak dukuh atau tempat yang sudah disepakati dan menikmati pertunjukan wayang

tersebut. Biaya untuk pertunjukan wayang ini diambil dari kutipan dari setiap kepala

keluarga Desa Mojosari, namun dalam pengutipan uang iuran tersebut ada perbedaan

jumlah nominal antara penduduk yang mampu, kurang mampu dan tidak mampu.

Kebijakan ini dilakukan oleh perangkat desa agar pertunjukan wayang ini tidak

menjadi beban bagi warga yang tidak mampu dan juga menerapkan rasa solidaritas

dan saling tolong menolong diantara warga Pedukuhan Mojosari.

7. Permasalahan di Pedukuhan

a. Permasalahan yang sedang di hadapi

SDA

Permasalahan SDA lebih fokus terhadap masalah kegagalan panen di wilayah

tersebut. Keberhasilan panen hasil bumi seperti ketela, padi, dan jagung sangat

ditentukan oleh curah hujan. Petani megandalkan datangnya hujan untuk menanam

jenis tanaman,bila curah hujan stabil (tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit)

maka besar kemungkinan panen akan berhasil. Namun bila curah hujan tidak stabil

dapat berakibat gagal panen. Hal lain yang menyebabkan gagal panen adalah karena

hama yang susah basmi meskipun sudah dilakukan pestisida. Hama yang ada seperti

seperti wereng, belalang, walangsangit, uret.

Permasalahan lain yang muncul dari sumberdaya alam di bidang pertanian adalah

adanya monyet liar. Seperti yang di ketahui dukuh Mojosari sangat dekat dengan

Suaka Marga Satwa Paliyan, Gunung Kidul. Kondisi tersebut membuat warga yang

bermata pencaharian sebagai petani kerap resah. Pasalnya satwa-satwa liar terutama

monyet ekor panjang selalu menyatroni ladang mereka ketika siang hari. Hal tersebut

membuat petani menjadi gagal panen. Bahkan warga (terutama wanita) trauma karena

diserang monyet-monyet tersebut. Masyarakat berharap petugas suaka marga satwa

dan dinas terkait dapat mencari solusi untuk warga yang ladangnya terancam oleh

para satwa yang di lindungi.

Pendidikan

Masalah pendidikan pun sedang menghantui masyarakat dukuh Mojosari terutama

di tingkat pendidikan usia dini (PAUD), karena kurangnya sumber daya manusia

khususnya tenaga pengajar. Pemerintah telah membantu mendirikan gedung sekolah

untuk PAUD, dan saat ini sedang di lakukan proses pembangunan. Sebelumnya

PAUD ini di laksanakan di rumah sub RT 01, yakni Ibu Eny.

Masalah lain ada pada tingginya anak-anak warga yang hanya mengecam

pendidikan sampai SMP saja. Hal ini dikarenakan kondisi perekonomian warga yang

tidak sanggup lagi untuk membiayai anak-anaknya sekolah ketingkat selanjutnya.

Administrasi

Masalah administrasi yang dihadapi oleh warga Mojosari adalah adanya

beberapa warga yang belum memiliki akta kelahiran khususnya bagi orang – orang

tua. Hal ini terjadi karena dahulu sebelum penertiban identitas termasuk akta

kelahiran, warga Pedukuhan wonosari menganut sebuah kebudayaan dimana seorang

penduduk yang telah menikah harus mengganti nama kecilnya, sehingga berakibat

munculnya 2 buah nama yakni sebelum dan setelah mereka menikah. Hingga saat ini,

budaya tersebut telah memudar, dan warga Mojosari telah tertib dalam kepemilikan

akta kelahiran meskipun masih terdapat beberapa warga dengan dual identitas.

SDM

SDM yang ada saat ini di pedukuhan Mojosari masih sangat terbatas. Hal ini

berkaitan dengan kondisi perekonomian dan tingkat pendidikan warga Mojosari.

Kebanyakan warga yang telah menempuh pendidikan hingga SMP memilih untuk

merantau dan bekerja sebagai buruh kasar di luar daerah. Namun selain SDM yang

mengenyam pendidikan sampai bangku SMP, ada juga warga yang mengeyam

pendidikan hingga bangku SMA dan perguruan tinggi meskipun jumlahnya sangat

sedikit. Di RT 5 sendiri, terdapat 1 orang yang mencoba berprofesi selain sebagai

petani yakni penjahit.

Kebersihan dan Kesehatan

Sebagian besar warga memiliki sistem pembuangan limbah pribadi. Setiap

rumah memiliki tempat pembuangan yang berupa tanah yang digali kurang lebih

berdiameter 1 meter sebagai tempat mengumpulkan sampah rumah tangga. Seluruh

warga memeriksakan kesehatannya di puskesmas. Sejauh ini penyakit yang dihadapi

warga Mojosari khususnya RT 1 masih dapat ditanggulangi oleh puskesmas setempat.

Untuk warga RT 3 sendiri penyakit yang sering dikeluhkan adalah penyakit pada

kaki.

b. Permasalahan Mengenai Potensi yang belum berkembang

Sumber daya alam yang di miliki sangat banyak begitu pula potensi-potensi

yang dapat berkembang di pedukuhan Mojosari. Kita mengetahui bahwa daerah

Gunung Kidul khususnya Saptosari merupakan kawasan karst. Kegiatan

penambangan batu granit atau batu kapur mungkin saja di lakukan. Namun di dukuh

Mojosari hal tersebut belum dilakukan oleh warga, di karenakan keterbatasan Sumber

daya manusia, pengetahuan dan teknologi. Di pedukuhan Mojosari seharusnya ada

kegiatan sosialisasi tentang pemberdayaan potensi pertambangan batu kapur atau batu

granit.

c. Permasalahan Pokok di Pedukuhan

Warga di pedukuhan Mojosari mempunyai tiga permasaahan yang sangat

mendasar. Pertama, di bidang administrasi yaitu kepemilikan akta kelahiran yang sah.

Kepemilikan akta kelahiran ini tidak semua warga mempunyai terutama anak-anak

mereka. Kedua, bidang pendidikan, pendidikan Usia dini pun tak luput dari

permasalahan di pedukuhan. Warga berharap pendidikan mendapat perhatian serius

dari dinas pendidikan dan kebudayaan setempt. Ketiga, permasalahan di bidang

kesehatan. Warga di pedukuhan ini mengeluh karena kurangnya sumberdaya manusia

khususnya di bidang kesehatan.

d. Program Kerja Desa yang sedang berjalan

(belum teridentifikasi)

e. Program Kerja Pedukuhan yang sedang berjalan

Pedukuhan Mojosari sedang menjalankan beberapa program yaitu pembangunan

gedung pendidikan usia dini yang berlokasi di RT 02 pedukuhan ini.

f. Program kerja KKN yang harus di lanjutkan

Warga meminta peserta KKN yang menempati wilayah pedukuhan Mojosari, agar

melanjutkan program KKN yang di lakukan oleh peserta sebelumnya. Program kerja

tersebut diantaranya, bidang pendidikan (PAUD), dan kesehatan ( meningkatkan

kualitas kesehatan warga Pedukuhan Mojosari

NARASI ANGGOTA KELOMPOK 21 :

Amadeus Okky Suryono

Sabtu, 25 Mei 2013 merupakan hari kesepakatan kelompok 21 unit F untuk

sejenak ikut merasakan bagaimana tinggal di rumah seorang kepala dukuh yang

menjadi lokasi KKN kami. Kami berencana untuk berkumpul di kampus ekonomi

pada pukul 09.00 dan berangkat pukul 09.30. Antusiasme anggota kelompok menjadi

suatu pewarna alami untuk memulai kegiatan kami pagi itu, dan semangat pagi itupun

tak berkurang meskipun pada akhirnya kami baru bisa melakukan perjalanan pada

pukul 10.30 dikarenakan adanya halangan sebelum perjalanan dari anggota kelompok

kami. Dan kami pun membelah langit biru jogja..

Perjalanan menuju pedukuhan Mojosari membutuhkan kira – kira 1,5 jam

dengan menggunakan motor. Perjalanan yang lumayan jauh bagi kami yang terlalu

sering ditempa rute kos-kampus-kos. Dalam obrolan ringan di atas motor yang dibalut

angin putih dan sejenak meninggalkan keabu – abuan udara kota Jogja, hijaunya

pepohonan dan sawah yang masih terasa asri yang menjadi pendamping bagi gunung

yang terduduk angkuh menjadikan mereka sebagai pelepas penat sejati dan pengalih

perhatian dari jarak yang kami tempuh..

Setelah melewati jalan menuju rumah kepala dukuh yang berbatu, kami

sampai tujuan dengan disambut senyum dan jabat tangan hangat dari bapak Tukijan

dan sang istri. Kami beristirahat sejenak dan tanpa membuang waktu, kami langsung

melakukan persinggahan menuju rumah – rumah perangkat desa untuk memastikan

kembali proker – proker apa yang pada akhirnya kita berikan kepada masyarakat.

Hingga sore menjelang, kami hanya berhasil bertemu dengan ketua organisasi tani

yang bernama PAMOR dan merupakan bapak dari ketua RW. Sedikitnya pertemuan

dengan para perangkat desa mulai dari ketua – ketua RT 2,3, dan 5 disebabkan pada

hari itu merupakan hari dimana para warga termasuk ketua – ketua RT berbondong –

bondong untuk ikut serta berbahagia akan pernikahan salah seorang warga yang

merupakan bagian dari RT 5. Sedangkan ketua RT 1 dan 4 sudah dapat kami temui

pada minggu survei sebelumnya. Dikarenakan waktu yang tak memungkinkan, kami

mengakhiri senja di Mojosari dengan memutuskan untuk sedikit merasakan deburan

ombak pantai ngrenehan dan uyahan. Dan kami bercumbu dengan semilirnya angin

pantai, putihnya pasir, dan menikmati nuansa pura yang juga menjadi daya tarik

tersendiri dari pantai itu.. hingga akhirnya kami menutup senja dengan berbekal tawa

dan kamipun pulang ke rumah pak Tukijan..

Saat malam menyambut melalui kesenduan yang berteriak dalam tarian air

hujan, kami meringkuk dalam kehangatan kreasi masakan ala kami dan mengisi

kekosongan perut kami. Kamipun menyempatkan diri untuk berkunjung ke hajatan

yang terletak tak jauh dari rumah pak Tukijan sembari secara santai membuat janji

dengan ketua – ketua RT yang belum sempat kami kunjungi perihal pertemuan kami

dengan beliau keesokan harinya. Di lokasi hajatan, kami juga bertemu dengan

beberapa anak muda karang taruna yang mengaku merupakan seseorang yang mengisi

jabatan ketua selama periode kekosongan jabatan akibat meninggalnya salah seorang

ketua mereka secara mendadak. Setelah acara berkunjung selesai, kamipun pulang,

berusaha merajut mimpi di balik kasur keras dan berdesak – desakan..kami

mengucapkan selamat tinggal pada malam..

Pagi harinya, kami dibangunkan dengan aroma embun pagi dan pelukan udara

segar yang cukup dingin bagi kami yang terlalu sering mencicipi panasnya udara di

kota. Setelah persiapan cepat dan tanpa membuang waktu, pada pukul 7 pagi kami

membagi tugas untuk menuju rumah ketua RT 2,3, dan 5. Tugas pengumpulan data

potensi pun selesai pada pukul 09.00. kamipun memberikan laporan informal secara

lisan kepada mas Wahyu, ADPL kami yang kebetulan datang berkunjung ke unit yang

ia dampingi.. sekitar pukul 11 siang, kami memutuskan untuk pulang..diiringi dengan

doa – doa dari pak Tukijan beserta warga dukuh Mojosari..dalam hati kami berjanji

untuk dengan sepenuh hati melayani warga Mojosari melalui proker – proker yang

akan kami tampilkan di bulan Juli..

Fera Yuliana

Sophia Maria Swadesi

Anak Agung Gede Putra Aditya N.

Kegiatan live-in di lokasi KKN tepatnya Pedukuhan Mojosari, desa monggol,

kecamatan Saptosari Gunung Kidul, telah dilakukan pada Hari Sabtu - Minggu, 25-

26 Mei 2013. Saya bersama dengan teman-teman kelompok berangkat hari sabtu pagi

pukul 10.00 WIB. Kami awalnya memilih berangkat sore, namun untuk efesienkan

waktu dan kegiatan di Pedukuhan terkait dengan survei yang belum terselesaikan,

kami akhirnya memutuskan untuk berangkat ke lokasi pagi hari. Setelah menunggu

anggota kelompok kumpul di kampus III UAJY, kami berangkat menuju lokasi pukul

10.30 WIB, itu pun ada 2 anggota kelompok yang menyusul dikarenakan ada masalah

dengan ban motornya.

Pukul 12.00 WIB kami sampai di rumah kepala dukuh Mojosari, Bapak

Tukijan. Kami disambut oleh keluarga di sana, tetapi Pak Tukijan dan ibu sedang

berada di tetangganya yang mengadakan hajatan pernikahan. Elip anak Pak Tukijan

memberitahukan kepada bapaknya, bahwa kami sudah datang. Tak lama kami Pak

Tukijan dan ibu datang. Mereka pun berbincang bersama kami. Bu Tukijan

memberitahukan kami agar datang ke acara pernikahan tetangganya, kami pun

sepakat untuk datang malam hari atau pagi besok hari.

Teman kami yang menyusul, Ara dan Dora pun tiba. Pukul 13.30 WIB, setelah

beristirahat sejenak, kami meminta ijin kepada Pak Tukijan, bermaksud untuk

berkeliling Pedukuhan untuk menemui ketua RT yang belum kami temui, yakni RT

02, RT 03, dan RT 05 serta ketua kelompok tani Pedukuhan Mojosari. Kelompok

dibagi menjadi dua team, team satu terdiri dari Dea, Ara, Dora, dan Oky pergi

menuju ketua kelompok tani. Team dua terdiri dari, Saya, Fera, Sophie, dan Jacklin

pergi menuju ketua RT 02. Kedua team berpisah di persimpangan jalan. Selama

kegiatan KKN saya bertugas untuk mendokumentasikan berupa foto semua aktifitas

kelompok.

Setelah sampai di depan rumah ketua RT 02 saya mengetuk pintu seorang ibu-

ibu membukakan pintu. Saya memperkenalkan diri atas nama kelompok KKN yang

akan tinggal di Pedukuhan ini. namun bapak ketua RT 02 sedang tidak ada di rumah

beliau pergi ke acara hajatan di RT 05. Kami memutuskan untuk menyusul team satu

di rumah ketua kelompok tani. Setelah tiba di rumah kelompok tani, team dua berbaur

dengan team satu untuk bertanya-tanya tentang kelompok tani yang ada di Pedukuhan

Mojosari. Anggota kelompok terutama saya baru mengetahui adanya kelompok tani

di Pedukuhan ini yang bernama kelompok tani “PAMOR”, saya lupa singkatan dari

apa, karena menggunakan bahasa jawa dan saya tidak mengerti. Selama dua jam (dari

pukul 13.45-15.45 WIB)kami mengobrol dengan ketua kelompok tani yang sudah

sepuh ini. setelah cukup mendapatkan informasi mengenai pertanian, kami

memutuskan untuk kembali ke rumah Pak Tukijan

Pukul 16.00 kami tiba kembali di rumah Pak Tukijan. Saya mengajak semua

anggota kelompok pergi ke pantai Ngobaran. Kami pun sepakat untuk ke Pantai

Ngobaran. Pikirku, “akhirnya bisa juga sembahyang di Pura Kejawen,Pantai

Ngobaran”.dari Pedukuhan menempuh jarak ±11 Km untuk sampai ke Pantai

Ngobaran yang berada di desa Kanigoro.

Setelah melewati jalan yang berliuk-liuk seta tanjakan dan turunan, pukul

16.45 kami tiba di pantai Ngobaran. Saya langsung menuju ke Pura untuk

sembahyang, dan teman-teman yang lain menuju ke arah pantai. Kepekaan yang saya

miliki bereaksi, bulu kuduk merinding ketika saya melangkahkan kaki melewati pintu

masuk ke area Pura, seperti ada yang menyambut kedatangan saya. Setelah

menghaturkan beberapa sesajen yang saya bawa dari Jogja, saya mulai berkonsentrasi

dan berpikir positif untuk memulai persembahyang.setelah selesai sembahyang di

Pura tersebut saya bergegas menyusul teman-teman yang ada di Pantai. Rupanya

mereka sedang asik berjalan di pinggir pantai sambil berfoto dan

bercengkrama.setelah setengah jam kami berada di pantai, hari pun menjelang gelap

dan langit mendung kelabu, kami kembali ke Pedukuhan agar tidak kehujanan di

jalan.

Pukul 18.00, kami tiba di rumah Pak Tukijan. Saat itu diantara kami ada yang

mandi, bersih-bersih diri dan mengobrol. Perut saya terasa lapar, saya, fera, dan

jecklin ke dapur untuk memasak mie instan yang kami bawa. Anggota yang lain

masih pada asik mengobrol di depan rumah. menu makan malam saya dan teman-

teman saat itu mie instan dengan telur dan nasi.

Setelah makan malam, hujuan pun mulai reda, kami pergi untuk menemui

ketua RT O5. Namun sesampainya di rumah ketua RT 05, ternyata kami mendapati

ketua RT 05 sedang tidak ada di rumah. Menurut istrinya, bapak sedang berada di

rumah tetangga yang hajatan. Kami memutuskan untuk datang ke hajatan tersebut,

bermaksud untuk membuat janji bertemu besok pagi dengan Pak Ketua RT 05. Kami

datang disambut oleh keluarga mempelai wanita. Saya, Oky, dan Sophie berbicara

kepada pak ketua RT05 yang pada saat itu menyambut kami juga. Kami bertiga

membuat janji untuk bertemu sembari mengobrol santai. Anggota kelompok yang lain

mengajak ngobrol mempelai wanita yang sedang berbahagia menyambut hari

pernikahannya,tawa canda mreka membuat warga yang ada di sana senang. Sebelum

pulang kami dipersilakan untuk menyantap makan malam yang telah disediakan oleh

keluarga di sana. Setelah makan selesai, kami berpamitan karena malam semakin

larut.

Saya bertemu dengan pengurus karang taruna di Pedukuhan Mojosari. Saya

mengajak Ara dan Oky untuk ikut mengobrol dengan pengurus Karang Taruna.

Setelah obrolan selesai dan mata kami mulai mengantuk, kami mohon ijin kepada

mereka untuk pamit pulang ke rumah Pak Tukijan. Sesampainya kami di rumah kami

menyusun jadwal kegiatan untuk esok harinya.jadwal kegiatan beres kami

melanjutkan untuk beristirahat. Pak Tukijan menyediakan kamar, didalamnya terdapat

dua ranjang yang di satukan, disanalah kami berdelapan tidur. Walaupun di campur,

kami semua saling menjaga diri supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Suasana tidur kami sangat berisik karena suara musik dan wayangan di rumah

tetangga yang hajatan non stop sampai menjelang subuh. Seperti itulah adat di

pedesaan terutama Pedukuhan Mojosari. Walaupun berisik, kami semua berusaha

memejamkan mata agar bisa tertidur, karena hari esok masih panjang. Jam 02.00 dini

hari ketika saya tertidur rupanya Ara, Oky, Sophie dan Pak Tukijan asik menyaksikan

Final liga Champion Munich VS Borussia Dortmund. Saya tidak ikut menyaksikan

karena saat itu saya baru bisa tertidur.

Minggu 26 Mei 2013, pagi hari di Pedukuhanmojosari terasa dingin karena

semalam suntuk diguyur hujan. Kami semua bersiap untuk melakukan kegiatan yang

telah disusun. Pukul 07.30 sesuai janji dengan bapak ketua RT 05 kami menemuinya.

Untuk efesien waktu, kelompok dibagi menjadi dua team. Team satu berjalan menuju

ketua RT 05, dan team dua, saya, fera, jacklin dan sophie berjalan menuju rumah

ketua RT 03. Sesampainya di rumah ketua RT 03 kami di sambut olehtuan rumah dan

dipersilakan masuk ke dalam rumah. Kami memulai mencari informasi tentang warga

yang ada di RT 03 untuk dijadikan sebagai data survei yang belum lengkap. Setelah

satu jam kami mengbrol, kami pamit pulang kepada bapak ketua RT 03 untuk kembali

melakukan kegiatan selanjutnya. Team dua merapat ke rumah bapak ketua RT 05 dan

bertemu dengan team satu.

Setelah selesai mengobrol dengan bapak ketua RT 05, kami memutuskan

untuk berkunjung ke rumah ketua RT 02 yang letaknya di dekat gedung PAUD

Pedukuhan Mojosari. Sesampainya di rumah kami di sambut oleh bapak ketua RT 02.

Dan di persilahkan masuk. Kami semua mengobrol selama hampir satu jam. Setelah

cukup mendapatkan informasi, kami berpamitan kepada bapak nya untuk kembali ke

rumah Pak Tukijan.

Saat di perjalanan kami melewati rumah warga RT 05 yang hajatan. Rupanya

hari minggu itu acara resepsi pernikahan. Keluarga mempelai memberitahu agar kami

bisa datang ke acara resepsi tersebut. Sesampainya di rumah Pak Tukijan kami

beristirahat sejenak, kemudian kami membereskan barang bawaan untuk kembali ke

Jogja. Sembari membereskan barang-barang kami mengobrol dengan mas wahyu

ADPL unit kami.pukul 11.30 WIB, kami menuju pulang ke Jogja. Sampai di jogja

tepatnya kampus III UAJY pukul 12.30, kami pulang kerumah masing-masing.

Walaupun hanya sehari semalam, menurut saya kegiatan live-in ini sangat

berarti menjelang kegiatan KKN yang satu bulan. Saya mulai terbiasa dengan suasana

di desa termasuk adat istiadat warga di sana. Tidak ada kompor gas, yang ada hanya

tungkuu itu tak jadi masalah bagi saya ketika memasak, karena hal tersebut sering

saya lakukan ketika berkegiatan mendaki gunung. Memasak,mandi serta minum

dengan air tadah hujan gerimis pun tak menjadi permasalahan bagi saya, karena saya

pernah meminum air yang lebih kotor dari itu, sebut saja air sungai hutan Wanagama

ketika seleksi masuk menjadi anggota Pecinta Alam Universitas Atma Jaya

(PALAWA). Demikian, sekilas cerita tentang Live-in di lokasi KKN bagi saya.

Aradea L. Tobing

Pada hari Sabtu tanggal 25 Mei 2013, kami dari kelompok 21 Mojosari

berangkat buat live in di rumah pedukuhan kami sekaligus melengkapi data survei

yang belum lengkap. Kami janji berkumpul di kampus 3 ekonomi pada pukul jam

setengah 10 pagi dan bila telat maka kami menetapkan akan diberi denda 10 ribu bagi

yang telat. Saya dijemput teman saya Elida Dora, tetapi karena dia tersesat mencari

kos saya, dan juga ban motornya yang bocor kami ber2 akhirnya telat. Saya

menghubunginya berkali-kali tetapi HP nya malah mati karena lowbat, saya pun panik

karena tidak enak sama teman-teman yang lain yang sudah menunggu kami 1 jam

lebih di kampus.

Akhirnya saya cari Elida berkeliling sekitar kost dan bengkel, dan ketemu

Elida lagi numpang ngecast hp nya di rumah warga. Dia kelihatan nampak panik juga,

akhirnya saya menghubungi teman saya yang lain dan ketua kelompok supaya mereka

pergi berangkat duluan dan kami biar pergi berdua sambil nunggu ban motor Elida

siap diganti. Mau tidak mau saya dan Elida akhirnya kena denda masing-masing 10

ribu untuk dimasukin ke kas kelompok. Setelah ban motor Elida siap diperbaiki, kami

berdua lalu pergi kepedukuhan melalui jalan Wonosari. Tidak ada halangan di

perjalanan karena kami berdua juga sudah hafal jalan menuju rumah pak dukuh. Kami

di sms oleh Dea bahwa mereka sudah sampai di rumah pak Tukijan dukuh Mojosari,

dan 15 menit kemudian setelah dapat sms dari Dea akhirnya saya dan Elida sampai

juga di rumah Pak dukuh.

Akhirnya kami lengkap berdelapan ngumpul di rumah pak dukuh, seharusnya

kami ada bersembilan tetapi 1 orang teman kami Depris tidak bisa ikut live in karena

sakit, kami mendoakan supaya Depris cepat sembuh dan bisa bergabung bersama

kami lagi. Setelah beristirahat sejenak kami lalu memakai baju KKN kami untuk

bersiap-siap menuju rumah pak RW dimana bapaknya ketua RW merupakan ketua

kelompok tani. Sesampai di rumah pak RW kami disuguhi teh manis hangat dan

kacang serta kerupuk. Kami bercerita panjang lebar sambil bergurau dan tertawa, ibu

ketua kelompok tani ini sangat akrab sama kami terutama kepada Elida yang heboh.

Setelah selesai bertanya-tanya kepada ketua kelompok tani, kami berpamitan

pulang. Kami lanjutkan ke ketua RT 2,3 dan 5 tetapi karena ada acara mantenan di

tetangga sebelah dan semua ketua RT datang kesana, maka kami buat janji kepada

ketua RT 5 supaya ketemuan besok pagi untuk melengkapi data kami. Setelah itu

kami istirahat di rumah karena hari hujan. Setelah itu sekiranya pukul 16.00 kami

minta izin kepada bapak dan ibu dukuh untuk refreshing sejenak ke pantai Ngobaran.

Bapak dan ibu dukuh mengizinkan kami dan menyuruh kami supaya jangan pulang

terlalu malam. Lalu kami pergi ke pantai dan sesampai di pantai kami bermain dengan

senangnya. Sekitar jam 6 sore kami balik menuju rumah pak dukuh. Sesampai di

rumah pak dukuh kami masak mie untuk makan malam kami. Air yang dipakai yaitu

air tadah hujan yang ditampung dalam bak berisi ikan-ikan. Sungguh tantangan yang

sangat mengagumkan bagi kami karena ini baru pertama kali masak mie

menggunakan air hujan.

Setelah makan dan sudah kenyang kami menunggu hujan reda untuk

melanjutkan survey kami, tetapi lagi-lagi ketua RT nya tidak ada dan belum pulang

dari acara mantenan. Akhirnya kami diajak ke rumah pengantin ceweknya, disana

kami disuruh makan lagi. Perut kami terasa sudah sangat Kenyang tetapi demi

menjaga hati warga akhirnya kami makan lagi, dan wah rasanya nikmat sekali makan

daging diselingi dengan kue bolu. Kemudian setelah puas bercerita dengan warga dan

pengantin wanitanya, kami permisi untuk balik ke rumah pak dukuh. Tetapi sebelum

mau balik, kami berjumpa dengan para karang tarunanya. Kami mampirkan sejenak

dan bercerita bersama karang taruna, setelah itu kami balik ke rumah pak dukuh. Di

rumah pak dukuh kami cuci muka, ada yang mandi dan cuma gosok gigi kemudian

kami tidur. Kami tidur 1 ranjang isi 8 orang, sempit-sempitan dan kayak ikan pepes,

akhirnya saya pindah ke ruang tengah dan tidur sendiri di ruang tengah menggunakan

tikar dan sarung.

Pada pukul 6.00 alarm hp kami berbunyi dan kami bersiap-siap cuci muka

serta gosok gigi. Setelah disuguhi teh hangat dan makan roti kami melanjutkan survey

kami ke RT 5, RT 2 dan RT 3. Kami membagi tugas, saya, Oki, Elida dan Dea ke RT

5 sedangkan Sofi, Adit, Fera, dan Jaclin ke RT 3 setelah siap semua kami berdelapan

sama-sama ke RT 2. Setelah siap semua dan data sudah didapatkan semua akhirnya

kami balik ke rumah pak Dukuh untuk makan siang. Tiba-tiba ADPL kami mas

Wahyu datang mengunjungi kami, disusul oleh kelompok Dilatan dan Baros lor.

Suasana semakin akrab dan hangat sehingga kami sekelompok sangat puas dan

senang. Setelah melengkapi semua data-data kami juga data yang diberikan pak

dukuh serta saran-saran dari pak dukuh, tepatnya pukul 11.00 hari Minggu tanggal 26

Mei 2013, kami sekelompok pamit kepada ibu dukuh, pak dukuh, dan anaknya untuk

balik kembali ke Jogja. Kami juga minta maaf dan minta izin melalui pak dukuh tidak

bisa ikut ke akad nikah tetangga sebelah karena masing-masing anggota kelompok

kami akan pergi ibadah ke Gereja. Dan kami sampai di Jogja pada pukul 12.45. Itulah

refleksi live in dari saya Aradea L.Tobing yang sangat senang dan gokil terhadap

teman-teman kelompok 21 Mojosari. Saya pribadi merasa sangat puas dan bahagia

karena baru 1 hari live in saja kami banyak mendapat pengalaman dan cerita-cerita

yang sangat berkesan. Akhir kata Semangat buat Kelompok 21 Mojosari dan sukses

buat kita semua, Tuhan memberkati.

Dea Prasetya Utama

Pada hari pertama live in kami datang menggunakan motor berdelapan, karena

ada satu teman kami yang berhalangan hadir. Perjalanan menempuh waktu 1,5 jam.

Tiba di lokasi live in yaitu pedukuan Mojosari kami beristirahat sejenak kemudian

melanjutkan survey dengan mendatangi RT 02, 03, 05 yang sebelumnya belum dapat

kami jumpai. Namun ternyata dikarenakan adanya hajatan didaerah Mojosari, para

ketua RT berkumpul dan menghadiri hajatan sehingga tidak bisa untuk diwawancarai.

Oleh karena itu, kami berinisiatif untuk jalan-jalan ke pantai ngobaran. Sepulangnya

kami dari pantai ngobaran, kami berusaha untuk menemui ketua RT namun ketua RT

masih menghadiri hajatan yang ada. Kemudian kami mencoba untuk menemui ketua

RT di hajatan. Ternyata kami berhasil menemui ketua RT 05 namun tidak berhasil

untuk mewawancarainya. Dia berkata akan lebih enak jika kami datang lagi besok

pagi dirumahnya. Selama dihajatan kami berbincang-bincang dengan pengantin

wanita dan keluarganya serta dihidangkan makanan. Selepas dari hajatan kami pulang

ke rumah pak dukuh dan beristirahat.

Keesokan paginya kami bangun jam 06.00 WIB kemudian kami membagi dua

kelompok untuk bertemu ketua RT 05 dan 03. Selanjutnya kami bersama-sama

menemui ketua RT 02. Sesudah berhasil mewawancarai ketua RT yang ada kami

mewawancarai pak dukuh untuk mendapatkan informasi tambahan. Akhirnya tugas

kami sudah selesai dan pulang ke jogja.

Elida Dora Tarigan

Mengunjungi Desa Mojosari bukanlah hal baru bagi saya, karena sebelumnya

di minggu-minggu yang lalu, kelompok kami sudah mengadakan survei 2 kali.

Namun, pagi itu, tepatnya tanggal 25 Mei, kelompok kami bukan hanya sekedar

survei di desa namun menghabiskan semalam untuk tinggal bersama dengan keluarga

pak dukuh.

Kelompok kami tiba di rumah pak dukuh sekitar jam 12.00 wib, dan

kedatangan kami langsung disambut oleh beberapa anggota keluarga pak dukuh

karena pak dukuh sendiri sedang tidak berada dirumah. Setelah berbincang-bincang

tentang perjalanan bersama salah satu anak pak dukuh sambil menikmati teh hangat

dan kacang rebus, kelompok kami memutuskan untuk menemui pak RT dan RW.

Rumah pak RW menjadi rumah pertama yang kami kunjungi. Berbicara

panjang lebar tentang situasi dan kondisi desa. Kebetulan juga, rumah pak RW

bersebelahan dengan rumah ketua kelompok tani padukuhan tersebut. Dari

perbincangan dengan ketua kelompok tani, ada beberapa info yang menjadi

pertimbangan kelompok kami tentang proker sesuai dengan info dari ketua tani.

Misalnya saja, masih banyak warga yang belum bisa membasmi hama untuk

pertanian, kurangnya modal dari petani untuk memperbanyak benih tanaman dan

kurangnya kemampuan petani untuk menyadari simpan pinjam yang diberikan

pemerintah.

Setelah dari rumah ketua tani, kami melanjutkan perjalanan kami ke rumah

pak RT. Pada saat kami survei, kami sudah bertemu dengan beberapa RT, dan info

yang kami dapatkan dari RT satu dengan yang lain kurang lebih sama, misalnya

masih adanya masalah penduduk yang tidak memiliki akte kelahiran.

Sebelum pulang ke rumah pak dukuh, kelompok kami memutuskan untuk

mengunjungi salah satu rumah warga yang sedang mengadakan acara pernikahan.

Setelah berbicara panjang lebar, kelompok kami terkejut mendengar pengakuan dari

mempelai wanita bahwa dia baru berusia 18 tahun begitu juga dengan pengantin pria.

Selain itu mereka hanya mengecap pendidikan sampai tingakat SMP. Hal ini akan

menjadi pr kelompok kami untuk memberi penyuluhan kepada warga tentang betapa

pentingnya melanjutkan pendidikan dan mengurangi pernikahan usia dini. Karena

hanya dengan pendidikanlah sebuah perekonomian masyarakat bisa ditingkatkan,

sesuai dengan tema kkn ntuk mengurangi tingkat kemiskinan.

Jaclin Agustina Liang

Live in Kuliah Kerja Nyata dilaksanakan pada tanggal 25-26 Mei 2013.

Lokasi live in bertempat di Pedukuhan Mojosari Desa Monggol Kecamatan Saptosari

Gunung Kidul. Dari kelompok kami hanya 8 orang yang mengikuti live in

dikarenakan salah seorang teman kami sedang sakit, sehingga tidak bisa mengikuti

kegiatan live in ini.

Pada sabtu 25 Mei 2013 kami memulai live in dengan bangun pagi, kami

berjanji untuk bertemu di terminal kampus 3 Bonaventura pukul 09.00 tetapi kami

baru bisa berangkat sekitar jam 10.30. Dua orang teman kami ada yang datang

terlambat ke kampus dikarenakan ban motornya bocor. Sekitar pukul 10.30 kami ber-

6 berangkat duluan tanpa kak Dora dan kak Ara. Ketika di Jalan Wonosari kami

mampir sebentar ke pom bensin untuk mengisi bensin persiapan perjalanan pergi dan

pulang.

Sesampainya di rumah Pak Dukuh sekitar pukul 12.00 kami disambut oleh

anak, menantu serta cucu Pak Dukuh. Kebetulan waktu itu Pak Dukuh dan Bu Dukuh

sedang mengurusi hajatan di rumah warga Pedukuhan Mojosari. Tetapi anak Pak

Dukuh memberitahukan pada Pak Dukuh dan Bu Dukuh bahwa kami sudah tiba di

rumah sehingga mereka pulang untuk menyambut kami di rumahnya. Kami disuguhi

teh panas dan kacang rebus sambil bercerita pengalaman kami selama perjalanan

menuju rumah Pak Dukuh serta sambil menunggu teman kami yang masih dalam

perjalanan. Sambil menunggu teman kami, kak Adit dan kak Sophie pergi ke

Alfamart untuk membeli minum dan mie bekal makan malam di rumah Pak Dukuh.

Setelah beberapa saat kemudian teman kami yang berangkatnya belakangan akhirnya

sampai dengan selamat. Kami kemudian memutuskan untuk pergi menemui Ketua RT

2, RT 3, RT 5 dan Pak RW yang belum kami temui pada waktu survey minggu lalu.

Kami membagi menjadi 2 kelompok agar survey dapat berjalan dengan cepat.

Kelompok saya sendiri pergi untuk menemui Ketua RT 2 dan kelompok yang satunya

pergi menemui Ketua RW, sesampainya di RT 2 ternyata Pak RT juga sedang

mengikuti hajatan di RT 3. Akhirnya kelompok kami memutuskan untuk pergi

mengikuti kelompok yang lain di rumah Pak RW, di sana kami hanya menemui ketua

kelompok tani, sedangkan Pak RW yang merupakan anak dari ketua kelompok tani

tidak berada di tempat saat itu, kami bercerita sampai kira-kira pukul 3 sore.

Karena sebelumnya Pak Dukuh mengatakan bahwa semua Ketua RT sedang

berkumpul di acara hajatan, jadi kami pun memutuskan untuk kembali ke rumah.

Kami berencana untuk pergi lagi keesokan harinya. Sesampainya di rumah kami

memutuskan untuk pergi ke pantai. Lalu kami pun berangkat menuju pantai. Di Pantai

Ngobaran kami bermain air dan berfoto bersama sambil menunggu kak Adit yang

sedang berdoa di Pura sampai sore hari menjelang malam kami pun balik kerumah.

Sesampainya di rumah kami istirahat sambil bercerita banyak hal tentang pengalaman

kami masing-masing. Setelah itu ada beberapa teman yang sudah mandi dan makan

ada yang masih beristirahat sambil bercerita.

Hari semakin malam dan kami memutuskan untuk mencoba mengunjungi

ketua RT 5, sampai di rumah pak RT kami hanya bertemu dengan istri pak RT, karena

ternyata pak RT masih berada di rumah hajatan, kami pun memutuskan untuk ke

tempat hajatan dengan maksud bersilaturahmi dan memberikan selamat kepada

pengantin sekalian membuat janji dengan pak RT untuk bertemu keesokan harinya. Di

tempat hajatan kami disuguhi makan, setelah makan dan bercerita bersama kami

akhirnya pulang kembali ke rumah Pak Dukuh sedangkan teman-teman cowok pergi

untuk bersilaturahmi dengan karang taruna pedukuhan Mojosari. Setelah itu kami pun

berkumpul bersama untuk bercerita dan sekitar jam 11 an kami memutuskan untuk

tidur.

Keesokan harinya kami bangun pagi sekitar jam 06.30 kemudian cuci muka

dan memutuskan untuk pergi melakukan survey ke RT 2, RT 3 dan RT 5 dengan cara

yang sama yaitu membagi kelompok menjadi 2. Setelah survey berjalan dengan lancar

kami kembali kerumah untuk beristirahat dan membereskan barang-barang kami

bersiap kembali ke Yogya. Sebelum kembali kami diberikan sarapan oleh anak Pak

Dukuh. Rumah Pak Dukuh juga di datangi oleh kelompok lain dari unit F. akhirnya

sekitar pukul 11 siang kami balik ke Yogyakarta dan sampai di rumah dengan

selamat.