laporan kelompok 1 stroke
DESCRIPTION
strokeTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Stroke adalah sindrom atau sekumpulan gejala klinis yang terjadi dan
berkembang dengan cepat akibat gangguan fungsi otak fokal maupun global,
gejala klinis bisa terjadi selama 24 jam atau lebih bahkan bisa menyebabkan
kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler.
Badan Kesehatan se-Dunia (WHO) memperkirakan sekitar 15 juta orang
terserang stroke setiap tahunnya. Stroke merupakan penyebab kematian utama
urutan kedua pada kelompok usia di atas 60 tahun, dan urutan kelima penyebab
kematian pada usia 15-59 tahun.
Di negara-negara maju, insidensi stroke cenderung mengalami penurunan
setiap tahunnya. Kondisi ini antara lain disebabkanoleh pembatasan peredaran
rokok melalui peningkatan bea cukai rokok, serta peningkatan kepatuhan
penderita hipertensi mengontrol tekanan darahnya. Meskipun demikian,
prevalensi penderita stroke terus bertambah seiring meningkatnya harapan hidup
di Negara maju.
Di Eropa diperkirakan terdapat 100-200 kasus stroke baru per 10.000
penduduk per tahun . Di Amerika diperkirakan terdapat lebih dari 700.000 insiden
stroke per tahun yang menyebabkna lebih dari 160.000 kematian per tahun
dengan 4,8 juta penderita yang bertahan hidup.
Sementara itu, di Negara-negara miskin dan berkembang, seperti Indonesia,
insidensi stroke cenderung meningkat setiap tahunnya meskipun sulit mendapat
data yang akurat.
Stroke menduduki posisi ketiga di Indonesia setelah penyakit jantung dan
kanker. Sebanyak 28,5 % penderita stroke meninggal dunia. Sisanya menderita
kelumpuhan sebagian maupun total dan hanya 15% saja yang dapat sembuh total
dari serangan stroke dan kecacatan. Yayasan stroke Indonesia (Yastroki)
menyebutkan bahwa 63,52 per 100 ribu penduduk Indonesia berumur di atas 65
tahun ditaksir menderita stroke.
B. Batasan Topik
Student Learning Objectives
1. Definisi dari Stroke
2. Klasifikasi Stroke
3. Epidemiologi dari Stroke
4. Patofisiologi dari Stroke
5. Faktor resiko terjadinya Stroke
6. Manifestasi klinis dari Stroke
7. Pemeriksaan diagnostik Stroke
8. Penatalaksanaan medis dari Stroke
9. Asuhan keperawatan dari Stroke
BAB II
PEMBAHASAN
Trigger
Mbah Parno usia 65 tahun adalah seorang pekerja pabrik bangunan di kawasan industri
terkenal. Ia baru saja bercerai dari istrinya sedangkan anak satu-satunya memilih ikut
ibunya. Mbah Parno suka sekali merokok dan minum kopi setiap saat. Biasanya ia
sarapan hanya dengan segelas kopi dan rokok lalu berangkat kerja, jarang makan siang
namun ia mengaku makan malamnya sangat banyak dan sebagian besar adalah daging
dan karbohidrat. Suatu pagi Mbah Parno mengeluh tidak bisa menggerakkan tangan dan
kakinya yang sebelah kanan.
Penjelasan
1. Definisi
Stroke adalah sindrom atau sekumpulan gejala klinis yang terjadi dan berkembang
dengan cepat akibat gangguan fungsi otak fokal maupun global, gejala klinis bisa terjadi
selama 24 jam atau lebih bahkan bisa menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab
lain yang jelas selain vaskuler.
Cedera vascular serebral (CVS), yang sering disebut stroke atau serangan otak,
adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah. Stroke didefinisikan
sebagai deficit (gangguan) fungsi system saraf yang terjadi mendadak dan disebabkan
oleh gangguan peredaran darah otak. Stroke terjadi akibat gangguan pembuluh darah di
otak. Gangguan peredaran darah otak dapat berupa tersumbatnya pembuluh darah otak
atau pecahnya pembuluh darah di otak. Otak yang seharusnya mendapat pasokan
oksigen dan zat makanan menjadi terganggu. Kekurangan pasokan oksigen ke otak ini
akan memunculkan gejala stroke.
Pada CVS, hipoksia serebral yang nenyebabkan cedera dan kematian sel neurin
terjadi. Inflamasi yang ditandai dengan pelepasan sitokin proinflamasi, produksi radikal
bebas oksigen, dan pembengkakakn serta edema ruang interstisial, terjadi pada
kerusakan sel dan menyebabkan situasi yang memburuk. Demikian pula, asidosis terjadi
akibat hipoksia dan mencederai otak lebih lanjut melalui kerusakan otak setelah stroke,
biasanya memuncak 24 sampai 72 jam setelah kematian sel neuron.
2. Klasifikasi
Berdasar kelainan patologis
1. Stroke Iskemik/nonhemoragik (penyumbatan)
Merupakan jenis stroke yang paling sering di jumpai sekitar 80 % kasus tergolong
kasus ini. Stroke Iskemik dibagi lagi berdasarkan lokasi penyumbatannya, yaitu :
a) Stroke Iskemik Trombotik
Terjadi karena adanya penggumpalan paa pembuluh darah di otak. Secara klinis
juga disebut dengan serebral thrombosis yang diuraikan lagi berasarkan jenis
pebuluh darah tempat terjadinya penyumbatan, antara lain :
1) Thrombosis pembuluh dara besar. Biasanya terjadi di pembuluh arteri
besar otak. Dalam banyak kasus, thrombosis pembuluh darah besar
diakibatkan oleh aterosklerosis yang diikuti oleh terbentuknya gumpalan
darah yang cepat dan didukung oleh tingginya kadar kolesterol jahat (LDL)
2) Thrombosis pembuluh darah kecil terjadi ketika aliran darah ke pembuluh
darah kecil terhambat, ini terkait dengan hipertensi dan merupakan
indikator penyakit aterosklerosis.
b) Stroke Iskemik Embolik
Penggumpalan terjadi di jantung sehingga darah tak bisa mengaliri oksigen dan
nutrisi ke otak. Kelainan pada jantung ini mengakibatkan curah jantung
berkurang atau tekanan perfusi yang menurun. Stroke ini biasanya muncul saat
sedang beraktivitas fisik, seperti olagraga.
c) Hipoperfusion sistemik
Merupakan jenis stroke yang disebabkan berkurangnya aliran darah keseluruh
bagian tubuh karena adanya gangguan denyut jantung.
2. Stroke Hemoragik (perdarahan)
Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah di otak atau pembuluh darah otak
bocor. Ini bisa terjadi karena tekanan darah ke otak tiba-tiba meninggi, sehingga
menekan pembuluh darah. Biasanya perdarahan otak terjadi di basal ganglia,
serebelum, brainstem (batang otak), koteks (selaput otak). Bila tekanan yang terjadi
di otak sangat tinggi maka akan menyebabkan pasien koma atau meninggal dunia.
Stoke ini juga dibagi berdasarkan lokasi serangan, antara lain :
1. Stroke Hemoragik Intraserebral
Banyak terjadi di dalam otak. Sebagian besar pasien yang mengalaminya bisa
menderita lumpuh dan susah diobati. Jika terkena di daerah thalamus, sering
penderitanya tidak dapat ditolong meskipun dilakukan tinakan operasi.
2. Stroke hemoragik Subaraknoid
Hampir sama dengan stroke Hemoragik Intraserebral, yang membedakan stroke
ini terjadi di pebuluh darah di luar otak, tapi masih di daerah kepala seperti
selaput otak atau bagian bawah otak. Walaupun tidak di dalam otak, perdarahan
itu bisa menean otak karena adanya aneurisma yang pecah ata AVM
(arterivenous malformation) yang pecah. Penyebab lainnya adalah cerebral
aneurysm (adanya penonjolan pembuluh darah seperti balon).pecahnya
pembuluh darah ini karena darah yang mengalir ke otak tidak teratur.
Berdasar waktu terjadinya
1. TIA ( Trans Iskemik Attack)
Gangguan neurologis setempat yang terjadi selama beberapa menit sampai
beberapa jam saja. Gejala yang timbul akan hilang dengan spontan dan sempurna
dalam waktu kurang dari 24 jam.
2. Stroke involusi
Stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan neurologis terlihat
semakin berat dan bertambah buruk. Proses dapat berjalan 24 jam atau beberapa
hari.
3. Stroke komplit
Stroke dimana gangguan neurologi yang timbul sudah menetap atau permanen .
Sesuai dengan istilahnya stroke komplit dapat diawali oleh serangan TIA berulang.
4. Epidemiologi
Kasus stroke baru terjadi pada 100 sampai 300 orang per 100.000 penduduk per
tahun. Stroke merupakan pembunuh nomor tiga setelah penyakit jantung dan kanker,
namun merupakan penyebab kecacatan nomor satu. Proporsi stroke sumbatan (infark)
pada umumnya mencapai 70% kasus, stroke perdarahan intraserebral 25%, dan
perdarahan subarachnoid 5%.
Di Amerika, stroke menempati posisi ketiga sebagai penyakit utama yang
menyebabkan kematian. Setiap tahunnya terdapat laporan 700.000 kasus stroke, sekitar
500.000 kasus serangan pertama dan sisanya merupakan serangan berulang. Sebanyak
75 % penderita stroke mengalamu kelumpuhan dan kehilangan pekerjaan. Pada tahun
2002, sebanyak 275.000 orang telah meninggal. Sementara itu, di eropa setiap tahunnya
terdapat 650.000 kasus. Yayasan Stroke Indonesia (YASTROKI) menyebutkan 63,52 per
100.000 penduduk Indonesia berumur >65 tahun ditaksir menderita stroke. Sedangkan
jumlah orang yang meninggal dunia diperkirakan 125.000 jiwa per tahun.
Sedangkan Badan Kesehatan se-Dunia (WHO) memperkirakan sekitar 15 juta orang
terserang stroke setiap tahunnya. Stroke merupakan penyebab kematian utama urutan
kedua pada kelompok usia di atas 60 tahun, dan urutan kelima penyebab kematian pada
usia 15-59 tahun.
Di negara-negara maju, insidensi stroke cenderung mengalami penurunan setiap
tahunnya. Kondisi ini antara lain disebabkanoleh pembatasan peredaran rokok melalui
peningkatan bea cukai rokok, serta peningkatan kepatuhan penderita hipertensi
mengontrol tekanan darahnya. Meskipun demikian, prevalensi penderita stroke terus
bertambah seiring meningkatnya harapan hidup di Negara maju.
Sementara itu, di Negara-negara miskin dan berkembang, seperti Indonesia,
insidensi stroke cenderung meningkat setiap tahunnya meskipun sulit mendapat data
yang akurat.
4. Patofisiologi
Faktor risiko stroke
Katup jantung rusak, miokard, infark,
fibrilasi, endokarditis.
Aneurisma, malformasi, arteriovenous
Aterosklerosis, hiperkoagulasi, artesis.
Penyumbatan pembuluh darah otak
oleh bekuan darah, lemak dan udara
Pendarahan intraserebral
Trombosis serebral
Emboli serebral Pembesaran darah ke dalam parenkim otak
Penekanan jaringan otak
Infark otak, edema dan herniasi otak
Pembuluh darah oklusi
Iskemik jaringan otak
Edema dan kongesti jaringan sekitar
Stroke serebrovaskular
Defisit neurologis
Risiko peningkatan
TIK
Kerusakan pada lobus
frontal
Kehilangan kontrol
volunter
Infark serebral Disfungsi bahasa dan komunikasi
5. Faktor Risiko
Disartria, afasia,
apraksia
Kerusakan fungsi kognitif
dan efek psikologis
Herniasi falks serebri dan ke
foramen magnum
Kompresi batang otak
Hemiplegi dan hemiparasis
Penurunan perfusi
jaringan serebral
Hambatan komunikasi
verbal
Ketidakefektifan koping
Ketidakefektifan pola seksualitas
Ketidakpatuhan
Konfusi akut
Kerusakan mobilitas fisik
Koma Depresi saraf kardiovaskular
dan pernapasan
Kegagalan kardiovaskular
dan pernapasan
Kematian
Kelemahan fisik umum
Defisit perawatan diri
Intake nutrisi tidak adekuat
Ketidakseimbangan nutrisi:
kurang dari kebutuhan
tubuh
Penurunan tingkat
kesadaran
Risiko cedera Penekanan jaringan
setempat
Risiko kerusakan
integritas kulit
Kemampuan batuk
menurun, kurang
mobilitas fisik dan produksi
sekret
Disfungsi kandung
kemih dan saluran
pernapasan
Ketidakefektifan bersihan jalan napas
Gangguan eliminasi urine
Gangguan pertukaran gas
Terdiri dari dua kategori, yaitu:
a. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi:
1) Usia
Risiko terkena stroke meningkat sejak usia 45 tahun. Setiap penambahan usia
tiga tahun akan meningkatkan risiko stroke sebesar 11-20%. Dari semua stroke,
orang yang berusia lebih dari 65 tahun memiliki risiko paling tinggi yaitu 71%,
sedangkan 25% terjadi pada orang yang berusia 65-45 tahun, dan 4% terjadi
pada orang berusia <45 tahun. Menurut penelitian Siregar F (2002) di RSUP
Haji Adam Malik Medan dengan desain case control, umur berpengaruh
terhadap terjadinya stroke dimana pada kelompok umur ≥45 tahun risiko
terkena stroke dengan OR: 9,451 kali dibandingkan kelompok umur < 45 tahun.
2) Jenis Kelamin
Menurut data dari 28 rumah sakit di Indonesia, ternyata laki-laki banyak
menderita stroke dibandingkan perempuan. Insiden stroke 1,25 kali lebih besar
pada laki-laki disbanding perempuan.
3) Ras/bangsa
Orang kulit hitam lebih banyak menderita stroke dari pada orang kulit putih.
Hal ini disebabkan oleh pengaruh lingkungan dan gaya hidup. Pada tahun 2004
di Amerika terdapat penderita stroke pada laki-laki yang berkulit putih sebesar
37,1% dan yang berkulit hitam sebesar 62,9% sedangkan pada wanita yang
berkulit putih sebesar 41,3% dan yang berkulit hitam sebesar 58,7%.
4) Hereditas
Gen berperan besar dalam beberapa faktor risiko stroke, misalnya hipertensi,
jantung, diabetes dan kelainan pembuluh darah. Riwayat stroke dalam
keluarga, terutama jika dua atau lebih anggota keluarga pernah mengalami
stroke pada usia kurang dari 65 tahun, meningkatkan risiko terkena stroke.
Menurut penelitian Tsong Hai Lee di Taiwan pada tahun 1997-2001 riwayat
stroke pada keluarga meningkatkan risiko terkena stroke sebesar 29,3%.
b. Faktor risiko yang dapat dirubah:
1) Hipertensi
Hipertensi merupakan faktor risiko utama terjadinya stroke. Hipertensi
meningkatkan risiko terjadinya stroke sebanyak 4 sampai 6 kali. Makin tinggi
tekanan darah kemungkinan stroke makin besar karena terjadinya kerusakan
pada dinding pembuluh darah sehingga memudahkan terjadinya
penyumbatan/perdarahan otak. Sebanyak 70% dari orang yang terserang
stroke mempunyai tekanan darah tinggi.
2) Diabetes Melitus
Diabetes melitus merupakan faktor risiko untuk stroke, namun tidak sekuat
hipertensi. Diabetes melitus dapat mempercepat terjadinya aterosklerosis
(pengerasan pembuluh darah) yang lebih berat sehingga berpengaruh
terhadap terjadinya stroke. Menurut penelitian Siregar F (2002) di RSUP Haji
Adam Malik Medan dengan desain case control, penderita diabetes melitus
mempunyai risiko terkena stroke dengan OR : 3,39. Artinya risiko terjadinya
stroke pada penderita diabetes mellitus 3,39 kali dibandingkan dengan yang
tidak menderita diabetes mellitus.
3) Penyakit Jantung
Penyakit jantung yang paling sering menyebabkan stroke adalah fibrilasi
atrium/atrial fibrillation (AF), karena memudahkan terjadinya penggumpalan
darah di jantung dan dapat lepas hingga menyumbat pembuluh darah di otak.
Di samping itu juga penyakit jantung koroner, kelainan katup jantung, infeksi
otot jantung, pasca operasi jantung juga memperbesar risiko stroke.3 Fibrilasi
atrium yang tidak diobati meningkatkan risiko stroke 4-7 kali.
4) Transient Ischemic Attack (TIA)
Sekitar 1 dari seratus orang dewasa akan mengalami paling sedikit 1 kali
serangan iskemik sesaat (TIA) seumur hidup mereka. Jika diobati dengan
benar, sekitar 1/10 dari para pasien ini kemudian akan mengalami stroke
dalam 3,5 bulan setelah serangan pertama, dan sekitar 1/3 akan terkena
stroke dalam lima tahun setelah serangan pertama. Risiko TIA untuk terkena
stroke 35-60% dalam waktu lima tahun.
5) Obesitas
Obesitas berhubungan erat dengan hipertensi, dislipidemia, dan diabetes
melitus. Obesitas meningkatkan risiko stroke sebesar 15%. Obesitas dapat
meningkatkan hipertensi, jantung, diabetes dan aterosklerosis yang semuanya
akan meningkatkan kemungkinan terkena serangan stroke.
6) Hiperkolesterolemia
Kondisi ini secara langsung dan tidak langsung meningkatkan faktor risiko,
tingginya kolesterol dapat merusak dinding pembuluh darah dan juga
menyebabkan penyakit jantung koroner. Kolesterol yang tinggi terutama Low
Density Lipoprotein (LDL) akan membentuk plak di dalam pembuluh darah dan
dapat menyumbat pembuluh darah baik di jantung maupun di otak. Kadar
kolesterol total > 200 mg/dl meningkatkan risiko stroke 1,31-2,9 kali.
7) Merokok
Berdasarkan penelitian Siregar F (2002) di RSUP Haji Adam Malik Medan
dengan desain case control, kebiasaan merokok meningkatkan risiko terkena
stroke sebesar 4 kali. Merokok menyebabkan penyempitan dan pengerasan
arteri di seluruh tubuh (termasuk yang ada di otak dan jantung), sehingga
merokok mendorong terjadinya aterosklerosis, mengurangi aliran darah, dan
menyebabkan darah mudah menggumpal.
8) Alkohol
Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat mengganggu metabolisme tubuh,
sehingga terjadi dislipidemia, diabetes melitus, mempengaruhi berat badan
dan tekanan darah, dapat merusak sel-sel saraf tepi, saraf otak dan lainlain.
Semua ini mempermudah terjadinya stroke. Konsumsi alcohol berlebihan
meningkatkan risiko terkena stroke 2-3 kali.
9) Stres
Hampir setiap orang pernah mengalami stres. Stres psiokososial dapat
menyebabkan depresi. Jika depresi berkombinasi dengan faktor risiko lain
(misalnya, aterosklerosis berat, penyakit jantung atau hipertensi) dapat
memicu terjadinya stroke. Depresi meningkatkan risiko terkena stroke sebesar
2 kali.
10) Penyalahgunaan Obat
Pada orang-orang yang menggunakan narkoba terutama jenis suntikan akan
mempermudah terjadinya stroke, akibat dari infeksi dan kerusakan dinding
pembuluh darah otak. Di samping itu, zat narkoba itu sendiri akan
mempengaruhi metabolisme tubuh, sehingga mudah terserang stroke. Hasil
pengumpulan data dari rumah sakit Jakarta tahun 2001 yang menangani
narkoba, didapatkan bahwa lebih dari 50% pengguna narkoba dengan suntikan
berisiko terkena stroke.
6. Manifestasi klinis
Gejala-gejala umum yang patut diwaspadai
1. Tulisan tiba-tiba menjadi jelek dan
tidak karuan
2. Tangan sering kali tidak menuruti
“perintah”
3. Benda yang di pegang dengan
sendirinya terlepas tanpa disadari
4. Sering gagal memasukkan kancing
baju
5. Kalu makan selalu berceceran
6. Tanpa disadari, alas kaki sering
terlepas saat berjalan
7. Tidak terampil mengenakan alas
kaki, harus dibantu dengan tangan
8. Rasa kebal atau tebal pada wajah
sesisi dengan atau tanpa diikuti
dengan rasa kebas pada anggota
gerak pada sisi yang sama
9. Jika membuka mata, merasa pusing
dan berputar yang sering disertai
mual dan muntah
Gejala-gejala khusus
Kehilangan Motorik
Hemiplegia, hemiparesis
Paralisis flaksid dan kehilangan atau penurunan reflex tendon profunda
(gambaran klinis awal)
Kehilangan komunikasi
Disartria
Disfagia atau afasia
Apraksia
Gangguan Perseptual
Homonimus hemia nopia (kehilangan setengah dari lapang pandang)
Gangguan dalam hubungan visual-spasial (seringkali terlihat pada pasien dengan
hemiplegia kiri)
Kehilangan sensori: Sedikit kerusakan pada sentuhan atau lebu buruk dengan
kehilagan propriosepsi, kesulitan dalam mengatur stimuli visual, taktil, dan
auditori.
Kerusakan Aktivitas Mental dan Efek Psikologis
Kerusakan lobus frontal: kapasitas belajar, memori, atau fungsi intelektual
kortikal yang lebih tinggi mungkin mengalami kerusakan. Disfungsi tersebut
mungkin tercermin dalam rentang perhatian terbatas, kesulitan dalam
komprehensi, cepat lupa, dan kurang motivasi.
Depresi, masalah-masalah psikologis lainnya: kelabilan emosional, bermusuhan,
frustasi, menarik diri, dan kurang kerjasama.
Disfungsi Kandung Kemih
Inkontinesa urinarius transien
Inkontinesa urinarius persisten atau retensi urine (mungkin simptomatik dari
kerusakan otak bilateral)
Inkontinensia urinarius dan defekasi berkelanjutan (dapat mencerminkan
kerusakan neurologis defekatif)
Gejala Stroke Non Hemoragik
a. Gejala akibat penyumbatan arteri karotis interna.
1) Buta mendadak (amaurosis fugaks)
2) Ketidakmampuan untuk berbicara atau mengerti bahasa lisan (disfasia) bila
gangguan terletak pada sisi dominan.
3) Kelumpuhan pada sisi tubuh yang berlawanan (hemiparesis kontralateral)
dan dapat disertai sindrom Horner pada sisi sumbatan.
b. Gejala akibat penyumbatan arteri serebri anterior.
1) Hemiparesis kontralateral dengan kelumpuhan tungkai lebih menonjol.
2) Gangguan mental
3) Gangguan sensibilitas pada tungkai yang lumpuh.
4) Ketidakmampuan dalam mengendalikan buang air.
5) Bisa terjadi kejang-kejang.
c. Gejala akibat penyumbatan arteri serebri media.
1) Bila sumbatan di pangkal arteri, terjadi kelumpuhan yang lebih ringan. Bila
tidak di pangkal maka lengan lebih menonjol.
2) Gangguan saraf perasa pada satu sisi tubuh.
3) Hilangnya kemampuan dalam berbahasa (aphasia).
d. Gejala akibat penyumbatan sistem vertebrobasilar.
1) Kelumpuhan di satu sampai keempat ekstremitas.
2) Meningkatnya refleks tendon.
3) Gangguan dalam koordinasi gerakan tubuh.
4) Gejala-gejala sereblum seperti gemetar pada tangan (tremor), kepala
berputar (vertigo).
5) Ketidakmampuan untuk menelan (disfagia).
6) Gangguan motoris pada lidah, mulut, rahang dan pita suara sehingga pasien
sulit bicara (disatria).
7) Kehilangan kesadaran sepintas (sinkop), penurunan kesadaran secara
lengkap (strupor), koma, pusing, gangguan daya ingat, kehilangan daya
ingat terhadap lingkungan (disorientasi).
8) Gangguan penglihatan, sepert penglihatan ganda (diplopia), gerakan arah
bola mata yang tidak dikehendaki (nistagmus), penurunan kelopak mata
(ptosis), kurangnya daya gerak mata, kebutaan setengah lapang pandang
pada belahan kanan atau kiri kedua mata (hemianopia homonim).
9) Gangguan pendengaran.
10) Rasa kaku di wajah, mulut atau lidah.
e. Gejala akibat penyumbatan arteri serebri posterior
1) Koma
2) Hemiparesis kontra lateral.
3) Ketidakmampuan membaca (aleksia).
4) Kelumpuhan saraf kranialis ketiga.
f. Gejala akibat gangguan fungsi luhur
1) Aphasia yaitu hilangnya kemampuan dalam berbahasa.
2) Alexia adalah hilangnya kemampuan membaca karena kerusakan otak.
3) Agraphia adalah hilangnya kemampuan menulis akibat adanya kerusakan
otak.
4) Acalculia adalah hilangnya kemampuan berhitung dan mengenal angka
setelah terjadinya kerusakan otak.
5) Right-Left Disorientation & Agnosia jari (Body Image) adalah sejumlah
tingkat kemampuan yang sangat kompleks, seperti penamaan, melakukan
gerakan yang sesuai dengan perintah atau menirukan gerakan-gerakan
tertentu.
6) Hemi spatial neglect (Viso spatial agnosia) adalah hilangnya kemampuan
melaksanakan bermacam perintah yang berhubungan dengan ruang.
7) Syndrome Lobus Frontal, ini berhubungan dengan tingkah laku akibat
kerusakan pada kortex motor dan premotor dari hemisphere
8) Amnesia adalah gangguan mengingat
9) Dementia adalah hilangnya fungsi intelektual
Gejala Stroke Hemoragik
a. Gejala Perdarahan Intraserebral (PIS)
Gejala yang sering djumpai pada perdarahan intraserebral adalah: nyeri kepala
berat, mual, muntah dan adanya darah di rongga subarakhnoid
b. Gejala Perdarahan Subarakhnoid (PSA)
Pada penderita PSA dijumpai gejala: nyeri kepala yang hebat, nyeri di leher dan
punggung, mual, muntah, fotofobia.
c. Gejala Perdarahan Subdural
Pada penderita perdarahan subdural akan dijumpai gejala: nyeri kepala, tajam
penglihatan mundur akibat edema papil yang terjadi, tanda-tanda defisit
neurologic.
7. Pemeriksaan Diagnostik
Berikut adalah pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosa
stroke :
Anamnesa
Tujuan dilakukannya anamnesa tergantung pada waktu terkena stroke. Bila 3-6
jam setelah terkena stroke, maka anamnesa bertujuan untuk menegakkan
diagnosa stroke, patologis dan tingkat keparahannya. Sedangkan bila sudah
lebih dari 6 jam, maka tujuan dilakukannya anamnesa adalah untuk
meminimalkan terjadinya stroke berulang dan komplikasi stroke. Informasi
yang harus didapatkan saat anamnesa antara lain :
1. Karakteristik tanda gejala
- Modalitas mana yang terlibat (motorik,sensorik, visual)
- Daerah anatomi mana yang terlibat
- Bagaimana kualitasnya
2. Bagaimana kecepatan onset dan perjalanan gejala neurologis
- Kapan kejadiannya
- Mendadak atau tidak
- Apakah gejala tersebut terlokalisir atau menyebar, hilang timbul atau
progresif
3. Apakah ada pemicu sebelum timbulnya gejala
4. Bagaimana gaya hidupnya (merokok, makan makanan yang tinggi kalori
dan kolesterol, kurang aktifitas, konsumsi alkohol)
5. Apakah ada riwayat penyakit terdahulu atau riwayat penyakit keluarga
yang relevan
- Apakah ada riwayat TIA atau stroke sebelumnya
- Apakah ada riwayat hipertensi, DM, hiperkolesterolemia, infark miokard
Pemeriksaan neurologis
1. Pemeriksaan fungsi visual
- Pemeriksaan lapang pandang dan tes konfrontasi
- Pemeriksaan pupil dan refleks cahaya
2. Fungsi faring dan lingual
- Dengan mendengarkan dan mengevaluasi cara bicara dan memeriksa
mulut
3. Fungsi motorik
Memeriksa gerakan pronator, kekuatan, tonus, kekuatan gerak jari tangan
dan kaki.
4. Fungsi sensoris
Memeriksa kemampuan pasien untuk mendeteksi sensoris dengan jarum,
rabaan , vibrasi, dan posisi.
5. Fungsi cerebelum
Melihat cara berjalan pasien dan disdiadokokinesis
6. Ataksia pada tungkai
Meminta pasien menyentuh jari kaki pasien ke tangan pemeriksa.
Pemeriksaan laboratorium :
Pungsi lumbal :
Menunjukkan adanya tekanan normal dan biasanya ada thrombosis,
emboli serebral, dan TIA (Transient Ischaemia Attack) atau serangan
iskemia otak sepintas. Tekanan meningkat dan cairan yang
mengandung darah menunjukkan adanya hemoragik subarakhnoid
atau perdarahan intra kranial. Kadar protein total meningkat pada
kasus thrombosis sehubungan dengan adanya proses inflamasi.
Pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang
masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih
normal
Pemerksaan darah rutin
Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akut dapat terjadi
hiperglikemia. Gula darah dapat mencapai 250 mg di dalam serum dan
kemudian berangsur-angsur turun kembali
Pemeriksaan darah lengkap : untuk mencari kelainan pada daerah itu
sendiri
Pencitraan :
1. Diagnostik CVS yang cepat sangat penting untuk meminimalkan kerusakan.
CT Scan adalah metode pilihan untuk pengkajian tanda akut CVS. CT Scan
sangat sensitive terhadap hemoragi, suatu pertimbangan penting karena
ada perbedaan vital pada terapi stroke iskemik dan stroke hemoragik. CT
Scan juga mudah diakses, bahkan pada rumah sakit kecil atau rumah sakit
pedesaan.
2. Sebagian besar alat MRI walaupun bahkan lebih sensitive daripada CT Scan
dalam mengidentifikasi kerusakan otak awal akibat stroke, lebih lambat
daripada CT sehingga jarang digunakan dalam situasi kedaruratan. Akan
tetapi. Setelah CT Scan awal, MRI direkomendasikan untuk menentukan
lokasi kerusakan yang tepat dan memantau lesi.
3. Pemeriksaan Angiografi, untuk mengetahuo apakah pembuluh darah yang
mengalami kerusakan dapat dioperasi atau diterapi dengan metode
lainnya.
4. Ultrasonofrafi (USG), untuk mengetahu stroke yang diakibatkan stenotis
kaotis interna, arteri serebralis media, maupun arteri basiler.
8. Penatalaksanaan
Secara umum, penatalaksanaan pada pasien stroke adalah :
1. Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi miring jika muntah dan boleh
dimulai mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil.
2. Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat, bila perlu
diberikan ogsigen sesuai kebutuhan
3. Tanda-tanda vital diusahakan stabil
4. Bed rest
5. Koreksi adanya hiperglikemia atau hipoglikemia
6. Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
7. Kandung kemih yang penuh dikosongkan, bila perlu lakukan kateterisasi.
8. Pemberian cairan intravena berupa kristaloid atau koloid dan hindari
penggunaan glukosa murni atau cairan hipotonik.
9. Nutrisi per oral hanya diberikan jika fungsi menelan baik. Jika kesadaran
menurun atau ada gangguan menelan sebaiknya dipasang NGT.
Pengelolaan berdasarkan penyebabnya
a. Stroke iskemik
- Memperbaiki aliran darah ke otak (reperfusi) : Pemberian obat trombolisis
missal rt-PA (recombinan tissue plasminogen activator) atau dengan cara
memperbaiki hemorheologi seperti obat pentoxifillin yang yang mengurangi
viskositas darah
- Prevensi terjadinya trombosis (antikoagualsi) : pengobatan yang tersedia
yaitu anti koagulan dan anti agregasi trombosit.
- Proteksi neuronal/sitoproteksi, obat-obatan yang biasanya digunakan antara
lain :
- CDP-Choline : memperbaiki membran sel dengan cara menambah sintesa
phospatidylcholine, menghambat terbentuknya radikal bebas dan juga
menaikkan sintesis asetilkolin suatu neurotransmiter untuk fungsi
kognitif.
- Piracetam diperkirakan memperbaiki integritas sel, memperbaiki fluiditas
membran dan menormalkan fungsi membrane.
- Statin : stabilisasi atherosklerosis sehingga mengurangi pelepasan plaque
tromboemboli
- Cerebrolisin, suatu protein otak bebas lemak dengan khasiat anti calpain,
penghambat caspase dan sebagai neurotropik
b. Stroke Hemoragik
- Pengelolaan konservatif Perdarahan Intra SerebralPemberian anti
perdarahan
- Pengelolaan konservatif Perdarahan Sub Arahnoid
Bed rest total selama 3 minggu dengan suasana yang tenang, pada pasien
yang sadar, penggunaan morphin
Vasospasme terjadi pada 30% pasien, dapat diberikan Calcium Channel
Blockers
- Pengelolaan operatif
1) Usia
Lebih 70 th tidak ada tindakan operasi
60 – 70 th pertimbangan operasi lebih ketat
Kurang 60 th operasi dapat dilakukan lebih aman
2) Tingkat kesadaran
Koma/sopor tak dioperasi
Sadar/somnolen tak dioperasi kecuali kesadaran atau keadaan
neurologiknya menurun
Perdarahan serebelum : operasi kadang hasilnya memuaskan walaupun
kesadarannya koma
3) Topis lesi
• Hematoma Lobar (kortical dan Subcortical)
Bila TIK tak meninggi tak dioperasi
Bila TIK meninggi disertai tanda tanda herniasi (klinis menurun)
operasi
• Perdarahan putamen
Bila hematoma kecil atau sedang tak dioperasi
Bila hematoma lebih dari 3 cm tak dioperasi, kecuali kesadaran
atau defisit neurologiknya memburuk
• Perdarahan talamus
Pada umumnya tak dioperasi, hanya ditujukan pada hidrocepalusnya
akibat perdarahan dengan VP shunt bila memungkinkan.
• Perdarahan serebelum
Bila perdarahannya lebih dari 3 cm dalam minggu pertama maka
operasi
Bila hematom kecil tapi disertai tanda tanda penekanan batang otak
operasi
c. Pencegahan serangan ulang
• Obat-obat anti platelet aggregasi
• Obat-obat untuk perbaikan fungsi jantung dari ahlinya
• Faktor resiko dikurangi seminimal mungkin
d. Rehabilitasi :
• Memperbaiki fungsi motorik
• Mencegah kontraktur sendi
• Agar penderita dapat mandiri
• Rehabilitasi sosial perlu dilakukan juga karena penderita biasanya jatuh dalam
keadaan depresi.
9. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
a) Biodata klien
Nama : mbah parno
Umur : 65 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Alamat : -
Status pernikahan : cerai
Pekerjaan : pekerja pabrik bangunan
b) Status kesehatan saat ini
Keluhan utama : tidak bisa menggerakkan tangan dan kakinya
yang sebelah kanan.
Lama keluhan : -
Kualitas keluhan : -
Faktor pencetus : rokok dan kopi
Faktor pemberat :
Diagnosa medis : stroke
c) Riwayat kesehatan saat ini
Klien mengeluh tidak bisa menggerakkan tangan dan kaki yang sebelah kanan
d) Riwayat kesehatan dulu
-
e) Riwayat keluarga
-
f) Pengkajian fisik
Kaji keadaan umum, BB, dan TTV
g) Pemeriksaan head to toe
h) Pemeriksaan penunjang
2. Analisa data
Ds/Do Etiologi Masalah
Ds : tangan dan kaki
kanan tidak bisa
digerakkan
Do: -
Faktor resiko (rokok, alcohol,
kopi) Arterosklerosis,
hiperkoagulasi, artesis
Thrombosis serebral
Pembuluh darah oklusi
iskemik jaringan otak
edema dan kongesti jaringan
sekitar stroke Defisit
neurologis Infark serebral
Resiko ketidakefektifan
perfusi jaringan otak
Ds : tangan dan kaki
kanan tidak bisa
digerakkan
Do : -
Faktor resiko (rokok, alcohol,
kopi) Katup jantung rusak,
miokard, infark, fibrilasi,
endocarditis Penyumbatan
pembuluh darah otak oleh
bekuan darah, lemak dan
udara Emboli serebral
stroke Defisit neurologis
Kehilangan kontrol volunter
Hemiplagi dan hemiparesis
Gangguan mobilitas fisik
Kelemahan fisik
Ds : tangan dan kaki
kanan tidak bisa
digerakkan
Do : -
Faktor resiko (rokok, alcohol,
kopi) Katup jantung rusak,
miokard, infark, fibrilasi,
endocarditis Penyumbatan
pembuluh darah otak oleh
bekuan darah, lemak dan
udara Emboli serebral
stroke Defisit neurologis
Kehilangan kontrol volunter
Hemiplagi dan hemiparesis
Kelemahan fisik gangguan
mobilitas fisik
Defisit perawatan diri
3. Diagnosa keperawatan
Gangguan mobilitas fisik
Defisit perawatan diri
Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
4. Intervensi
No Diagnosa Tujuan + KH Intervensi Rasional
1 Gangguan mobilitas
fisik
Tujuan : mobilitas kembali
normal
KH :
1. Mempertahankan posisi
dan fungsi tubuh
1. Kaji kemampuan
fungsional otot,
Klasifikasi dengan
skala 0-4
2. Rubah posisi tiap 2
1. untuk
membantu
pemilihan
intervensi
2. menurunkan
2. Mempertahankan
kekuatan otot dan fungsi
area yang sakit serta
kompensasi bagian tubuh
yang lain.
3. Menunjukan perilaku
aktivitas yang lebih baik
misalnya berjalan.
jam, ( supinasi,
sidelying ) terutama
pada bagian yang sakit
3. Mulai ROM.
Aktif/pasif untuk
semua ekstremitas
4. Tempatkan bantal
di bawah aksila
sampai lengan bawah
5. Pertahankan kaki
pada posisi netral
dengan trochanter
6. Bantu pasien duduk
jika tanda-tanda vital
stabil, kecuali pada
stroke haemorhagic
7. ajarkan klien untuk
membantu melatih sisi
yang sakit dengan
ektremitas yang sehat.
8. kolaborasi dengan
ahli therapi fisik,
untuk latihan aktif,
latihan dengan alat
bantu dan ambulasi
pasien.
resiko iskemia
jaringan injury
3. Meminimalkan
atropi otot,
4. Mencegah
abduksi bahu dan
fleksi siku
5. Mencegah
terjadinya rotasi
eksternal pinggul
6. membantu
memelihara
ekstremitas pada
posisi fungsional
7. mengoptimalkan
bagian yang sehat
dan melatih
kemandirian klien
8. mencari
intervensi terbaik
untuk klien
2.
2 Defisit perawatan
diri
Tujuan :
KH : ADL terpenuhi
1. klien mampu melakukan
aktifitas sesuai kemampuan
seprti
makan,minum,toileting,
jalan, dsb.
2. klien mampu
memposisikan dirinya.
1. Kaji kemampuan
dan tingkat
penurunan dalam
skala 0-4 untuk
melakukan ADL.
2. Hindari apa yang
tidak dapat dilakukan
pasien dan bantu bila
perlu.
3. Kaji kemmampuan
komunikasi untuk Bak
4. Beri kesempatan
untuk menolong diri
seperti menggunakan
kombinasi pisau
garpu, sikat dengan
pegangan panjang,
ekstensi untuk
berpijak pada lantai
atau ke toilet, kursi
untuk mandi.
1. Membantu
dalam
mengantisipasi dan
merencanakan
pertemuan
kebutuhan
individual.
2. untuk mencegah
frustasi dan harga
diri klien.
3. membantu bak
klien
4. melatih
kemandirian klien
5. Untuk
mengembangkan
therapi dan
melelngkapi
5. .Konsul ke dokter
therapi okupasi
kebutuhan khusus.
3.
3 Resiko
ketidakefektifan
perfusi jaringan
otak
Tujuan : resiko
ketidakefektifan perfusi
jaringan otak terkontrol
KH :
1.Mempertahankan/
meningkatkan tingkat
kesadaran, kognitif, dan
fungsi motorik sensorik
2. Menunjukan kestabilan
tanda-tanda vital dan tidak
adanya peningkatan TIK.
3. Menunjukan
berkurangnya
kerusakan/defisit.
1. kaji faktor
penyebab gangguan
yang berhubungan
dengan situasi klien
2. Monitor vital sign
3. Evaluasi pupil,
amati ukuran,
ketajaman dan reaksi
terhadap cahaya
4. Pertahankan
istirahat di tempat
tidur, beri lingkungan
yang tenang, batasai
pengunjung dan
aktivitas sesuai
dengan indikasi.
5. kolaborasi dalam
pemberian
antikoagulan seperti,
warfarin sodium,
heparin, antiplatelets
agen atau
dypridamole
(kontraindikasi pada
penderita hipertensi).
1. menentukan
intervensi yang
tepat
2. mencegah
komplikasi sedini
mungkin
3. mengontrol
kenormalan otak
4. menjaga
kestabilan dan
kenyamanan klien
5. meningkatkan
aliran darah ke
otak.
BAB III
RINGKASAN
Stroke adalah sindrom atau sekumpulan gejala klinis yang terjadi dan berkembang
dengan cepat akibat gangguan fungsi otak fokal maupun global
Klasifikasi stroke berdasarkan patologisnya, terdiri dari stroke iskemik dan stroke
hemoragik.
Klasifikasi stroke berdasarkan waktunya, terdiri dari TIA, stroke involusi, stroke
komplit.
Kasus stroke baru terjadi pada 100 sampai 300 orang per 100.000 penduduk per
tahun. Stroke merupakan pembunuh nomor tiga setelah penyakit jantung dan
kanker, namun merupakan penyebab kecacatan nomor satu.
Faktor risiko stroke dapat dibagi menjadi dua, yaitu factor yang dapat diubah, dan
factor yang tidak dapat diubah. Faktor yang tidak dapat diubah diantaranya: usia,
jenis kelamin, ras, hereditas. Faktor yang dapat diubah diantaranya: DM, hipertensi,
penyakit jantung dan obesitas.
Manifestasi umumnya adalah tulisan tiba-tiba menjadi jelek dan tidak karuan,
tangan sering kali tidak menuruti “perintah”, benda yang di pegang dengan
sendirinya terlepas tanpa disadari, sering gagal memasukkan kancing baju, kalau
makan selalu berceceran, dan sebagainya.
Pemeriksaan yang dilakukan terdiri dari anamnesa, pemeriksaan laboratorium, dan
pencitraan.
Penatalaksanaan umum diantaranya posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat,
posisi miring jika muntah dan boleh dimulai mobilisasi bertahap jika hemodinamika
stabil, bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat, bila perlu
diberikan oksigen sesuai kebutuhan, tanda-tanda vital diusahakan stabil dan bed
rest
Referensi
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC
Pinzon, Rizaldy. 2010. Awas Stroke. Yogyakarta: Penerbit ANDI
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Saraf.
Jakarta : Salemba Medika
Batticaca, Fransisca B. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Pernafasan. Jakarta : Salemba Medika
Herdman, Heather. 2012. Nanda Nursing Diagnosis. Jakarta : EGC
Dochterman, Joanne Mc Closkey. 2008. Nursing Intervention Classification. USA : Mosby
Moorhead, Sue. 2008. Nursing Outcome Classification. USA : Mosby
Price, Sylvia dkk. 2012. Pathofisiology : Konsep Klinis dan Proses- Proses Penyakit.
Jakarta: EGC
Wardoyo, AB. 2009. Stroke. Jogjakarta : Universitas Pembangunan Nasional
Miciga, Adam. 2009. Stroke Iskemik. www.unimus.ac.id
Sutrisno. 2009. Stroke. www.usu.ac.id
Brashers, Valentina L. 2008. Aplikasi Klinis Patofisiologi Jakarta : EGC
Dewanto, George,dkk. 2009. Diagnosis dan Tata Laksana Penyakit Saraf. Jakarta : EGC
Ginsberg, Lionel. 2008. Lecture Notes Neurologi. Jakarta : Erlangga Medical Series
Mahendra, B, dkk. 2005. Atasi Stroke dengan Tanaman Obat. Jakarta : Penerbit Swadaya
Sutrisno, Alfred. 2007. Stroke ?? You must Know Before You Get It !. Jakarta : GM