laporan modul 1 kelompok 7
DESCRIPTION
Laporan Prosman Kelompok 7TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab I ini akan dibahas mengenai latar belakang praktikum proses manufaktur, tujuan
praktikum proses manufaktur, manfaat praktikum proses manufaktur, batasan yang digunakan
dalam praktikum, dan asumsi praktikum.
1.1. Latar Belakang
Seiring kemajuan teknologi yang pesat dibidang industri, seorang sarjana teknik pada
suatu industri dituntut untuk dapat menguasai ilmu proses manufaktur. Ilmu ini mempelajari
cara pengoperasian mesin yang efektif dan efisien. Seorang sarjana teknik perlu memiliki
kemampuan yang baik untuk mengoperasikan mesin yang akan digunakan pada proses
manufaktur. Pada proses manufaktur akan ditemukan berbagai jenis mesin dengan cara
pengoprasian dan fungsi mesin yang berbeda-beda, salah satu contoh mesin pada proses
manufaktur adalah mesin bubut.
Mesin bubut merupakan salah satu mesin proses produksi yang dipakai untuk membentuk
benda kerja yang berbentuk silindris. Pada prosesnya benda kerja terlebih dahulu dipasang pada
chuck (pencekam) yang terpasang pada spindel mesin, kemudian spindel dan benda kerja
diputar dengan kecepatan sesuai perhitungan. Alat potong (pahat) yang dipakai untuk
membentuk benda kerja akan disayatkan pada benda kerja yang berputar. Umumnya pahat
bubut dalam keadaan diam, pada perkembangannya ada jenis mesin bubut yang berputar alat
potongnya, sedangkan benda kerjanya diam. Dalam kecepatan putar sesuai perhitungan, alat
potong akan mudah memotong benda kerja sehingga benda kerja mudah dibentuk sesuai yang
diinginkan. Dikatakan konvensional karena untuk membedakan dengan mesin-mesin yang
dikontrol dengan komputer (Computer Numerically Controlled) ataupun kontrol numerik
(Numerical Control) dan karena jenis mesin konvensional mutlak diperlukan keterampilan
manual dari operatornya.
Dengan mempelajari ilmu proses manufaktur pada praktikum sistem manufaktur modul I
ini diharapkan praktikan dapat menjadi seorang sarjana teknik yang dapat meningkatkan
pemahaman dalam pengoperasian mesin bubut. Kami juga berharap apa yang kami lakukan
dapat berguna sesuai kebutuhan masyarakat, baik merencanakan, memperbaiki, melaksanakan
dan mengendalikan suatu sistem kerja.
1.2 Tujuan
2
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Agar praktikan dapat mengenal dan memahami prinsip kerja dan fungsi dari mesin
bubut.
2. Agar praktikan dapat mengoperasikan dan mampu membuat benda kerja dengan mesin
bubut.
3. Agar praktikan dapat melakukan analisa terhadap proses permesinan dengan mesin
bubut.
1.3 Manfaat Praktikum
Manfaat dari praktikum ini adalah :
1. Setiap praktikan dapat mengenal dan memahami prinsip kerja dan fungsi dari mesin
bubut
2. Setiap praktikan dapat mengoperasikan dan mampu membuat benda kerja dengan
mesin bubut.
3. Setiap praktikan dapat melakukan analisa terhadap proses permesinan dengan mesin
bubut.
1.4 Batasan Praktikum
Batasan dari praktikum ini adalah :
1. Pengerjaan produk menggunakan mesin Bubut.
2. Pembuatan desain menggunakan AutoCAD.
3. Desain yang digunakan sudah disediakan oleh laboratorium.
4. Satuan dan dimensi yang digunakan dalam ukuran mm (milimeter).
1.5 Asumsi
Asumsi dari laporan ini adalah :
1. Material untuk memproduksi selalu tersedia dan memiliki kualitas yang baik.
2. Mesin bubut dalam keadaan baik dan selalu dapat digunakan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Pada bab II akan dibahas mengenai mesin bubut, fungsi mesin bubut, jenis-jenis mesin
bubut, bagian-bagian mesin bubut, pahat mesin bubut dan rumus perhitungan yang
digunakan.
2.1. Mesin Bubut
Mesin bubut merupakan salah satu mesin yang biasa digunakan dalam suatu industri
manufaktur. Mesin ini termasuk mesin konvensional dimana benda kerja yang berputar sesuai
spindle, lalu proses pemakanannya dengan menggerakan mata pahat. Mesin bubut digunakan
untuk benda yang simetris dan berbentuk silinder untuk proses pembuatan ulir, turning,
tapering untuk membuat poros bertingkat, silinder pejal, dan lain lain.
Gambar 2.2 Mesin Bubut
Sumber: Noel (2013)
Fungsi dari mesin bubut itu sendiri digunakan untuk mengubah bentuk, ukuran ataupun
struktur benda kerja dengan cara memotong benda kerja yang diputar. Prinsip kerja pada proses
turning atau lebih dikenal dengan proses bubut adalah proses penghilangan bagian dari benda
kerja untuk memperoleh bentuk tertentu. Di sini benda kerja akan diputar/rotasi dengan
kecepatan tertentu bersamaan dengan dilakukannya proses pemakanan oleh pahat yang
digerakkan secara translasi sejajar dengan sumbu putar dari benda kerja. Gerakan putar dari
benda kerja disebut gerak potong relatif dan gerakkan translasi dari pahat disebut gerak umpan
(feeding).
Prinsip mekanisme gerakan pada mesin bubut adalah konversi dari energi listrik menjadi
energi mekanik pada motor listrik kemudian ditransmisiskan ke mekanisme gerak mesin bubut.
Dalam prinsip kerja mesin bubut kita mengenal yang namanya Main Drive yaitu gerakan utama
4
berupa putaran motor listrik yang ditransmisikan melalui belt menuju gear box. Di dalam gear
box terdapat roda gigi yang berfungsi untuk mengatur transmisi putaran spindle, sehingga
menghasilkan putaran pada chuck dan Feed Drive yaitu gerakan pemotongan pahat terhadap
benda kerja.
Gambar 2.2 Prinsip Kerja Mesin Bubut
Sumber: heho lecture (2012)
Dengan mengatur perbandingan kecepatan rotasi benda kerja dan kecepatan translasi
pahat maka akan diperoleh berbagai macam ulir dengan ukuran kisar yang berbeda. Hal ini
dapat dilakukan dengan jalan menukar roda gigi translasi yang menghubungkan poros spindel
dengan poros ulir.
Roda gigi penukar disediakan secara khusus untuk memenuhi keperluan pembuatan ulir.
Jumlah gigi pada masing-masing roda gigi penukar bervariasi besarnya mulai dari jumlah 15
sampai dengan jumlah gigi maksimum 127. Roda gigi penukar dengan jumlah 127 mempunyai
kekhususan karena digunakan untuk konversi dari ulir metrik ke ulir inchi
2.2 Fungsi Mesin Bubut
Fungsi utama dari mesin bubut adalah untuk memegang dan memutar benda kerja untuk
melakukan operasi permesinan.Mesin bubut digunakan untuk menghasilkan diantara lain :
benda-benda putar
membuat ulir
pengeboran
meratakan permukaan benda putar
pembuatan tirus.
5
Berikut ada tiga cara dalam proses pembuatan tirus, yaitu:
a. Menggunakan eretan atas, dengan sudut yang besar, untuk tirus luar dan dalam tidak dapat
dilakukan dengan otomatis.
b. Menggeser tail stock bagian atas secara melintang, dapat dilakukan secara otomatis untuk
tirus luar dengan sudut kecil.
c. Menggunakan tap per attachment dengan sudut kecil untuk tirus luar dan dalam, cara ini
dapat dilakukan dengan otomatis.
2.3 Jenis- Jenis Mesin Bubut
Jenis mesin bubut berdasarkan ukurannya secara garis besar di bedakan menjadi:
1. Mesin Bubut Ringan
Mesin bubut ringan dapat diletakan di atas meja, dan mudah dipindahkan sesuai
dengan kebutuhan, Benda kerjanya berdimensi kecil. Jenis ini umumnya digunakan
untuk membubut benda-benda kecil dan biasanya dipergunakan untuk industri rumah
tangga (home industri). Panjangnya mesin umumnya tidak lebih dari 1200 mm.
Gambar 2.3 Mesin bubut ringan
Sumber : Al Fath (2013)
2. Mesin Bubut Sedang (Medium Lathe)
Jenis mesin bubut sedang dapat membubut diameter benda kerja sampai dengan 200
mm dan panjang sampai dengan 100 mm cocok untuk industri kecil atau bengkel-
bengkel perawatan dan pembuatan komponen.
6
Gambar 2.4 Mesin bubut sedang
Sumber : Galih Prasetyo (2013)
3. Mesin Bubut Standar (Standart Lathe)
Sebagai mesin bubut standar karena di samping memiliki komponen seperti pada
mesin ringan dan sedang juga telah dilengkapi berbagai kelengkapan tambahan yaitu
keran pendingin, lampu kerja, bak penampung beram dan rem untuk menghentikan
mesin dalam keadaan darurat
Gambar 2.5 Mesin bubut standar
Sumber : Galih Prasetyo (2013)
4. Mesin Bubut Meja Panjang (Long Bed Lathe)
Mesin ini termasuk mesin bubut industri yang digunakan untuk mengerjakan
pekerjaan-pekerjaan panjang dan besar, bahan roda gigi dan lainnya.
Gambar 2.6 Mesin bubut meja panjang
Sumber : Galih Prasetyo (2013)
7
Mesin bubut berdasarkan prinsip :
1. Mesin bubut centre lathe
Mesin bubut ini dirancang untuk berbagai macam bentuk dan yang paling umum
digunakan, cara kerjanya benda kerja dipegang (dicekam) pada poros spindle dengan
bantuan chuck yang memiliki rahang pada salah satu ujungnya, yaitu pada pusat
sumbu putarnya, sementara ujung lainnya dapat ditumpu dengan center lain.
Gambar 2.7 Mesin bubut Center lathe
Sumber : Noel (2013)
2. Mesin Bubut Sabuk
Poros spindel akan memutar benda kerja melalui piringan pembawa sehingga
memutar roda gigi yang digerakkan sabuk atau puli pada poros spindel. Melalui roda
gigi penghubung, putaran akan disampaikan ke roda gigi poros ulir. Oleh klem berulir,
putaran poros ulir tersebut diubah menjadi gerak translasi pada eretan yang membawa
pahat. Akibatnya pada benda kerja akan terjadi sayatan yang berbentuk ulir.
Gambar 2.8 Mesin bubut Sabuk
Sumber : Noel (2013)
3. Mesin bubut vertical turning and boring milling
Mesin ini bekerja secara otomatis, pada pembuatan benda kerja yang dibubut dari
tangan, pekerjaan yang tidak dilakukan secara otomatis hanyalah pemasangan batang-
8
batang yang baru dan menyalurkan produk-produk yang telah dikerjakan, oleh sebab
itu satu pekerja dapat mengawasi beberapa buah mesin otomatis dengan mudah
Gambar 2.9 Mesin bubut vertical turning and boring milling
Sumber : Noel (2013)
4. Mesin bubut facing lathe
Sebuah mesin bubut terutama digunakan untuk membubut benda kerja berbentuk
piringan yang besar. Benda-benda kerjanya dikencangkan dengan cakar-cakar yang
dapat disetting pada sebuah pelat penyeting yang besar, tidak terdapat kepala lepas.
Gambar 2.10 Mesin bubut facing lathe
Sumber : Galih Prasetyo (2013)
5. Mesin Bubut Turret
Mesin bubut turret mempunyai ciri khusus terutama menyesuaikan terhadap produksi.
“Ketrampilan pekerja” dibuat pada mesin ini sehingga memungkinkan bagi operator
yang tidak berpengalaman untuk memproduksi kembali suku cadang yang identik.
Kebalikannya, pembubut mesin memerlukan operator yang sangat terampil dan
mengambil waktu yang lebih lama untuk memproduksi kembali beberapa suku cadang
yang dimensinya sama.
Karakteristik utama dari mesin bubut jenis ini adalah bahwa pahat untuk operasi
berurutan dapat disetting dalam kesiagaan untuk penggunaaan dalam urutan yang
9
sesuai. Meskipun diperlukan keterampilan yang sangat tinggi untuk mengunci dan
mengatur pahat dengan tepat tapi satu kali sudah benar maka hanya sedikit
keterampilan untuk mengoperasikannya dan banyak suku cadang dapat diproduksi
sebelum pensettingan dilakukan atau diperlukan kembali.
Gambar 2.11 Mesin bubut turret
Sumber : Noel (2013)
2.4 Bagian-Bagian mesin bubut
Gambar 2.12 Bagian – bagian mesin bubut
Sumber : Sumber: Modul Praktikum Proses Manufaktur (2015)
1. Headstock
Kepala tetap dimana gear box dan quick change gear box dipasang . Headstock
dipasang pada landasan (bed) dan dilengkapi dengan motor, pulley, dan V-belt yang
menyuplai tenaga ke spindle pada kecepatan rotasi yang beragam.
Fungsi headstock antara lain:
1. Memegang dan memutar benda kerja
2. Memegang peralatan lain yang cocok dengan spindel
10
3. Sebagai ruang perubahan kecepatan
Bagian-bagian dari headstock:
a. Spindle
Fungsinya untuk memindahkan putaran ke benda kerja.
b. Chuck
Alat pengikat benda kerja dan sekaligus untuk menyetel benda kerja.
c. Transmisi
Alat pengatur kecepatan dan dapat mengatur roda-roda gigi yang saling
berhubungan.
2. Pitch Selector
Untuk memilih jarak pitch ulir yang diinginkan
3. On-Off/Emergency Button
Tombol untuk menyalakan dan mematikan mesin bubut
4. CW/CCW Spindle Switch
Untuk mengatur putaran spindle searah atau berlawanan arah jarum jam
5. Chuck Protector
Untuk melindungi pengguna dari geram yang dihasilkan benda kerja saat proses
pembubutan berlangsung.
6. Spindle
Berfungsi untuk memutar benda kerja
7. Chuck
Bagian untuk merekam dan memutar benda kerja
8. Tool Post
Bagian untuk memegang pahat mesin bubut
11
9. Carriage
Meja penggerak Pahat dan alat pemegang pahat untuk memberi tekanan pada benda
kerja.
Bagian-bagian carriage:
1. Sadel adalah bagian yang terpasang pada alas mesin dan dapat bergeser sepanjang rel
alas mesin.
2. Appron adalah bagian yang terpasang pada saddle dan di dalamnya terdapat gear, clutch
serta leaver atau menjalankan eretan secara manual atau otomatis.
3. (Cross slide) terpasang pada saddle dan bergerak melintang.
4. Penjepit Pahat (Tool post) berfungsi untuk memegang alat potong atau mata pahat.
5. Compound rest untuk melayani gerakan luncur yang dilakukan oleh alat potong dengan
sudut tertentu.
10. Carriage longitudinal feed handweel
Kontrol untuk menggerakkan carriage
11. Cross Slide Handwheel
Kontrol untuk menggerakkan cross slide
12. Split Nut Lever
Digunakan untuk menggerakkan split nut yang nantinya akan memutar lead screw
13. Compundrest handwheel
Kontrol untuk menggerakkan compound rest
14. Leadscrew
Poros berulir yang berfungsi untuk menggerakkan carriage saat melakukan penguliran
15. Tailstock
Kegunaan dari Tailstock adalah:
1.Sebagai tempat pemikul ujung benda kerja yang akan dibubut.
2. Sebagai tempat kedudukan bor pada waktu mengebor.
3. Sebagai tempat kedudukan penjepit bor.
4. menahan ujung benda kerja saat pembubutan
12
5. digunakan untuk memegang pahat
Bagian-bagian tailstock:
a. Handwheel:
Roda tangan untuk menggerakkan poros center pada tailstock.
b. Body:
Berfungsi sebagai badan penyangga tailstock.
c. Bed Lock:
Tuas untuk mengunci tailstock.
d. Barrel Lock:
Tuas untuk mengunci barrel.
e. Barrel:
Fungsinya sama dengan spindel pada headstock, bedanya barrel terletak pada
tailstock.
2.5 Pahat Bubut
Pahat bubut digunakan untuk memotong atau menyayat benda kerja, pahat
dijepit atau dipasang pada penjepit pahat (tool post).
Gambar 2.13 macam- macam pahat bubut
Sumber : Bhanu Cahya (2013)
Macam-macam pahat bubut antara lain :
1. Pahat alur
2. Pahat serong
3. Pahat potong
4. Pahat serong 45°
5. Pahat pisau kanan
6. Pahat lurus bulat
13
7. Pahat ulir luar
8. Pahat rata muka
9. Pahat rata bulat
Sifat-sifat Bahan Dasar Pahat Bubut :
1. Keras agar “cutting edge” dapat memotong benda kerja
2. Ulet agar sisi potong tidak mudah patah
3. Tahan panas agar ketajaman sisi potong / cutting edge tidak mudah aus atau rusak
4. Tahan lama agar menguntungkan secara ekonomis.
2.6 Rumus Perhitungan
Untuk menghitung berbagai macam proses yang kita lakukan pada mesin bubut digunakan
beberapa jenis rumus. Berikut ini adalah rumus-rumus penting yang digunakan untuk
menghitung berbagai parameter permesinan dari mesin bubut
2.6.1 Spindle Speed
Spindle kecepatan dalam revolusi per menit (RPM) untuk cutter dapat dihitung dari
persamaan:
𝑁 = 1000 𝑥 𝑣
𝜋 𝑥 𝐷0
N = kecepatan Spindle (rpm)
V = kecepatan pemotongan (m/min)
Do = diameter dalam (mm)
2.6.2 Depth of Cut
Kedalaman memotong secara langsung berkaitan dengan efisiensi proses
pemotongan. Semakin dalam memotong akan lebih cepat tingkat produksi. Namun, ia
masih tergantung pada kekuatan cutter dan material yang akan dipotong.
Untuk jenis tertentu pemotong, kisaran khas potong akan direkomendasikan oleh
pemasok
14
Namun demikian, perlu dicatat bahwa pemotongan yang lebih baik biasanya
berhubungan
dengan permukaan yang lebih baik menyelesaikan serta alat panjang kehidupan.
𝑑 = 𝐷0 − 𝐷𝑓
2
D = Depth of cut (mm)
𝐷0 = Diameter awal (mm)
𝐷𝑓 = Diameter akhir (mm)
2.6.3 Chamfering
tan 𝛼 = 𝐷1 − 𝐷2
2𝑘
2.6.4 Feed Rate
Feed rate (F) didefinisikan sebagai laju perjalanan dari benda kerja dalam mm /
menit. Namun, sebagian besar pemasok alat merekomendasikan sebagai gerakan per gigi
cutter (f). Jadi:
𝑓𝑟 = N f
f = Feed (mm/rev)
𝑓𝑟 = Feed rate (mm/min)
N = Rotational speed (rev/min)
2.6.5 Machining Time
2.6.5.1 Turning
𝑇𝑚 = 𝐿
𝑓𝑟 x i
2.6.5.2 Facing
𝑇𝑚 = 𝐷/2
𝑓𝑟 x i
15
𝑇𝑚 = Time machining (min) i = Jumlah pemakanan
L = Length (mm)
𝑓𝑟 = Feed rate (mm/min)
2.6.5.3 Material Removal Rate
MRR = v f d
v = Cutting speed (m/min)
MRR = Material removal rate (𝑚𝑚3/min)
f = feed (mm/rev)
16
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
Pada bab III akan dibahas mengenai alat dan bahan yang digunakan pada praktikum,
diagram alir praktikum dan prosedur praktikum.
3.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan praktikum yang digunakan :
1. Alumunium
Digunakan sebagai bahan praktikum
2. Jangka Sorong
Digunakan untuk mengukur dimensi benda kerja.
3. Kunci Chuck
Digunakan untuk mengencangkan chuck atau pencekam
4. Stopwatch
Digunakan untuk mengetahui waktu dalam proses pemakanan
5. Penanda
Digunakan untuk memberi tanda pada benda kerja
6. Kunci Ring
Digunakan untuk memasang/melepas pahat pada tool post.
7. Coolant
Digunakan untuk mendinginkan benda kerja dan pahat selama proses pemakanan.
8. APD (Alat Pelindung Diri)
Digunakan sebagai pelindung selama proses praktikum.
°
17
3.2 Diagram Alir Praktikum
18
3.3 Prosedur Praktikum
A. Sebelum proses pembubutan/persiapan
Berikut ini merupakan prosedur praktikum mesin bubut :
1. Mengecek mesin yang akan digunakan.
2. Siapkan desain, benda kerja, mesin, alat dan bahan yang dibutuhkan untuk proses
pengerjaan dengan mesin bubut.
3. Lakukan pengukuran dimensi benda kerja, beri tanda pada area pembubutan sesuai
dengan desain yang telah ditentukan.
4. Pasang benda kerja pada chuck mesin bubut.
5. Atur konfigurasi pada mesin bubut, pastikan konfigurasi mesin sesuai dengan yang
dibutuhkan.
6. Nyalakan mesin bubut.
7. Tentukan titik nol dari benda kerja dengan cara mendekatkan pahat sampai tepat
menyentuh atau menggores benda kerja.
8. Proses pembubutan dapat dilakukan sesuai desain benda kerja.
B. Selama Proses Pembubutan
1. Tentukan depth of cut dari pemakanan tiap potongan, sebaiknya tidak terlalu besar.
2. Lakukan proses pembubutan benda kerja.
3. Berikan coolant secara teratur pada benda kerja dan pahat.
4. Matikan mesin jika terjadi gangguan pada mesin selama proses pembubutan.
C. Setelah Proses Pembubutan
1. Jauhkan pahat dari benda kerja.
2. Matikan mesin.
3. Cek kesesuain benda dengan desain benda yang diinginkan (apabila belum selesai,
lakukan proses pemakanan ulang).
4. Bersihkan dan rapikan kembali alat dan mesin yang telah digunakan.
5. Selesai.
19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab IV berisi tentang data praktikum, perhitungan dan analisa yang terdiri dari
perhitungan aktual dan teoritis, dan analisis dan pembahasan yang terdiri dari permasalahan,
penyelesaian masalah, dan solusi.
4.1 Data Praktikum
Berikut tabel data ukuran benda kerja praktikum :
Tabel 1.1 Ukuran Panjang dan Diameter Benda Kerja
Diameter Awal Benda Kerja
Panjang (mm) 117 mm
Diameter (mm) 31.85 mm
Gambar 4.2.2 Benda Kerja Sebelum di Turning dan Chamfering
Sumber : Dokumentasi Pribadi (2015)
Berikut tabel data pengurangan diameter benda kerja :
Tabel 1.2 Pengurangan Diameter Benda Kerja
No. L (mm) Do (mm) Df (mm) d (mm) t (detik)
1. 64 31,85 30,85 1 152
2. 64 30,85 29,85 1 80
3. 64 29,85 28,85 1 87
4. 64 28,85 27,85 1 94
20
Tabel 1.2 Pengurangan Diameter Benda Kerja (tabel lanjutan)
Gambar 4.2.3 Benda Kerja Sesudah Pengurangan Diameter
Sumber : Dokumentasi Pribadi (2015)
Data Penirusan (Chamfering)
Tabel 1.3 Data Penirusan
No Do(mm) Df(mm) α (°) d(mm) t(detik)
1 15 13,5 30 1,5 52,16
2 13,5 12,5 30 1 63,94
5. 64 27,85 26,85 1 48
6. 64 26,85 25,85 1 76
7. 64 25,85 24,85 1 55
8 64 24,85 23,85 1 92
9. 64 23,85 22,35 1.5 93
10. 64 22,35 20,85 1.5 50
11. 64 20,85 19,35 1.5 57
12. 64 19,35 17,85 1.5 92
13. 64 17,85 16,35 1.5 65
14. 64 16,35 15,7 0.65 102
15. 64 15,7 15,2 0.7 96
21
Gambar 4.2.4 Benda Kerja Setelah di Turning dan Chamfering
Sumber : Dokumentasi Pribadi (2015)
4.2 Perhitungan
4.2.1 Data Aktual
1. Spindle speed
658 = 1000 𝑥 𝑣
𝜋 𝑥 𝐷˳
658 = 1000 𝑥 𝑣
3,14 𝑥 32
658 = 1000𝑣
100,48
1000𝑣 = 66115.84
𝑣 = 66.11584 m/min
Dimana :
N = Kecepatan Spindle (rpm)
V = Kecepatan pemotongan (m/min)
𝐷0 = Diameter dalam
2. Depth of Cut
𝑑 = 𝐷0 − 𝐷𝑓
2
𝑑 =32 − 14,9
2
𝑑 =17.1
2= 8,55 mm
Dimana :
d =Depth of Cut (mm)
𝐷0 = Diameter Awal (mm)
𝐷𝑓 = Diameter Akhir (mm)
22
3. Chamfering
tan 𝛼 = 𝐷1 − 𝐷₂
2 𝑘
tan 30 = 14,9 − 11,8
2 𝑘
0,57 = 3,1
2 𝑘
1,14𝑘 = 3,1
𝑘 = 2,71 mm
4. Machining Time
Turning
𝑇𝑚 = 𝐿
𝑓𝑟 𝑥 𝑖
20.65 = 64
𝑓𝑟 𝑥 15
20.65𝑓𝑟 = 960
𝑓𝑟 = 46.489 mm/min
Dimana :
fr = feed rate (mm/min)
L = length (mm/min)
Tm = waktu (menit)
5. Feed Rate
𝑓𝑟 = 𝑁. 𝑓
46.489 = 658. 𝑓
𝑓 = 0,0706mm/rev
Dimana:
fr = feed rate (mm/min)
L = length (mm/min)
Tm = waktu (menit)
f = feed (mm/rev)
N = Rotational speed (rev/min)
6. Material Removal Rate
𝑀𝑅𝑅 = 𝑣𝑓𝑑
23
𝑀𝑅𝑅 = 66.11584𝑥 0,0706 𝑥 8,55
𝑀𝑅𝑅 = 39,909 mm3/min
Dimana:
V = cutting speed (m/min)
F = feed (mm/rev)
D = depth of cut
4.2.2 Data Teoriris
Berikut ini adalah tabel dari ketetapan yang telah tertulis di buku DeGarmo:
Gambar 4.2.2 Data Teoritis
Sumber : Black Kohser Degarmo’s.2007.Materials Process Manufacturing 10th.Pdf.
Spindle speed
𝑁 = 1000 𝑥 𝑣
𝜋 𝑥 𝐷˳
𝑁 = 1000 𝑥 56
3,14 𝑥 32
𝑁 = 56000
100,48
𝑁 = 557.324 rpm
Dimana :
N = Kecepatan Spindle (rpm)
V = Kecepatan pemotongan (m/min)
24
𝐷0 = Diameter dalam
1. Depth of Cut
𝑑 = 𝐷0 − 𝐷𝑓
2
𝑑 =32 − 15
2
𝑑 =17
2= 8,5 mm
Dimana :
d =Depth of Cut (mm)
𝐷0 = Diameter Awal (mm)
𝐷𝑓 = Diameter Akhir (mm)
2. Chamfering
tan 𝛼 = 𝐷1 − 𝐷₂
2 𝑘
tan 30 = 15 − 10
2 𝑘
0,57 = 5
2 𝑘
1,14𝑘 = 5
𝑘 = 4,38 mm
3. Feed Rate
𝑓𝑟 = 𝑁. 𝑓
𝑓𝑟 = 559,949.0,18
𝑓𝑟 = 100,79 mm/min
Dimana:
fr = feed rate (mm/min)
L = length (mm/min)
Tm = waktu (menit)
f = feed (mm/rev)
N = Rotational speed (rev/min)
25
4. Machining Time
Turning
𝑇𝑚 = 𝐿
𝑓𝑟 𝑥 𝑖
𝑇𝑚 = 64
100,79 𝑥 15
𝑇𝑚 = 9.524 min
Dimana :
fr = feed rate (mm/min)
L = length (mm/min)
Tm = waktu (menit)
5. Material Removal Rate
𝑀𝑅𝑅 = 𝑣𝑓𝑑
𝑀𝑅𝑅 = 56𝑥 0,18 𝑥 8,5
𝑀𝑅𝑅 = 85.68mm3/min
Dimana:
V = cutting speed (m/min)
F = feed (mm/rev)
4.2.3 Perbandingan Data Aktual dengan Data Teoritis
Berikut merupakan perbandingan perhitungan antara data aktual dengan data teoritis :
Dalam melakukan praktikum mesin bubut dilakukan dua jenis perhitungan,
yaitu perhitungan dengan data teoritis dan data aktual. Data teoritis adalah data yang
bersumber dari para ahli yang telah melakukan penelitian sebelumnya sedangkan data
aktual adalah data yang kami peroleh dari hasil praktikum kami. Berikut merupakan
perbandingan analisis data antara data teorits dengan data aktual:
Tabel 1.4 Perbandingan Data Aktual dan Data Teoritis
Nama Data aktual Data teoritis
N(kecepatan spindle) 658 rpm 557.324 rpm
Tm(time machining) 20,65 menit 9,524 menit
MRR(material removal rate) 39,909 𝑚𝑚3/ min 85,68 𝑚𝑚3/ min
26
1. Menghitung N (Spindle speed)
Perhitungan secara aktual : 658 rpm
Perhitungan secara teoritis : 557,324rpm
Dari perbandingan diatas, dapat dilihat perbedaan yang terjadi. Hal tersebut dapat
terjadi karena transmisi energy mekanik dari motor listrik tidak sepenuhnya
ditransmisikan, sekitar 5-10% dari daya total hilang akibat gesekan atau slip yang
terjadi pada sistem mekanik. Untuk mengantisipasi hal itu, spindle speed saat
praktikum menjadi 658 agar mesin bisa bekerja dengan normal.
2. Menghitung feed rate turning
Perhitungan secara aktual : 46.489 mm/min
Perhitungan secara teoritis : 100,79 mm/min
Dari perbandingan diatas, dapat dilihat perbedaan yang terjadi. Hal tersebut terjadi
di karenakan nilai dari feed antara aktual dan teoritis berbeda.
3. Menghitung Tm turning
Perhitungan secara aktual : 20.65 menit
Perhitungan secara teoritis : 9.524 menit
Dari perbandingan diatas, dapat dilihat perbedaan yang terjadi. Faktor yang
mempengaruhi machining time berbeda ialah feed rate dari masing-masing data .
4. MRR turning
Perhitungan secara aktual : 39,909 𝑚𝑚3/ min
Perhitungan secara teoritis : 85,68 𝑚𝑚3/ min
Dari perbandingan diatas, dapat dilihat perbedaan yang terjadi. Hal tersebut terjadi
karena perbedaan dari Feed, Cuttung Speed, dan Depth of cut .
4.3 Analisis dan Pembahasan
Berdasarkan praktikum mesin bubut yang telah kami jalankan, kami telah
melakukan pengurangan diameter (turning) dan penirusan (chamfering) pada benda
kerja. Kami membubutnya dengan pedoman desain benda kerja yang telah kami buat.
Tetapi terdapat beberapa permasalahan yang masih harus diperbaiki lagi agar benda
kerja menjadi lebih sempurna dan sesuai dengan desain yang kami harapkan.
4.32 Permasalahan
Dalam proses praktikum yang telah dilakukan terdapat permasalahan yaitu
27
1. Permukaan benda kerja kasar
2. Tidak sesuai desain
3. Data aktual tidak sesuai dengan data teoritis
Gambar 4.2 Permukaan Benda Kerja Kasar dan Tidak Sesuai Desain
Sumber : Dokumentasi Pribadi
4.3.1 Penyebab Permasalahan
Dalam proses praktikum yang telah dilakukan terdapat penyebab permasalahan
yaitu :
1. Permukaan benda kasar dikarenakan saat melakukan proses pembubutan,
praktikan menggerakan carriage longitudinal feed terlalu cepat dan tidak
konstan. Hal ini mengakibatkan proses pemakanan tidak optimal karena
permukaan benda kerja tidak terkelupas secara sempurna. Sedangkan secara
teoritis dikarenakan Feed rate aktual lebih kecil dari Feed rate teoritis
sehingga pengelupasan tidak sempurna.
2. Benda kerja tidak sesuai desain dikarenakan saat melakukan proses
pembubutan, praktikan tidak melakukan proses pemakanan hingga titik yang
ditentukan sehingga benda kerja ridak sesuai desain.
3 . Untuk permasalahan data aktual tidak sesuai dengan data teoritis, dikarenakan
kecepatan spindle yang berbeda dan juga waktu proses pembubutan terlalu
lama sehingga mempengaruhi data yang lain
4.3.2 Solusi
1. Solusi untuk permukaan benda kasar adalah pada saat proses pembubutan,
praktikan harus menggerakan carriage longitudinal feed dengan konsistesi
1
2
28
yang baik dan jangan terlalu cepat atau terlalu lambat, sehingga permukaan
benda dapat terkelupas perlahan-lahan dengan baik.
2. Solusi untuk benda kerja tidak sesuai desain adalah praktikan harus
melakukan proses pemakanan hingga titik yang ditentukan, caranya adalah
menggunakan skala pada carriage longitudinal feed sehingga pahat berhenti
sesuai dengan titik yang ditentukan.
3. Solusi untuk permasalahan data aktual tidak sesuai dengan data teoritis
adalah waktu proses pembubutan sebaiknya dilakukan tidak terlalu lama
sehingga tidak mempengaruhi perhitungan data lainnya.
29
BAB V
PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan keseluruhan proses praktikum dan saran agar praktikum
selanjutnya dapat berjalan dengan baik
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan adalah suatu gagasan yang tercapai pada akhir pembicaraan (pokok
bahasan). Berikut ini akan dijelaskan kesimpulan-kesimpulan yang dapat diambil dari
bahasan-bahasan pada praktikum modul I :
1. Pada praktikum proses manufaktur kali ini, praktikan dapat mengenal dan memahami
prinsip kerja dan fungsi dari mesin bubut itu sendiri. Adapun prinsip kerja
mekanisme gerakan pada mesin bubut adalah merubah energi listrik menjadi
gerakan putar pada motor listrik kemudian ditransmisikan ke mekanisme gerak
mesin bubut. Prinsip kerja pada mesin bubut terbagi atas 2 macam : main drive
(gerakan utama pada mesin bubut berupa putaran motor listrik yang ditransmisikan
melalui belt menuju gear box) dan feed drive (gerakan pemakanan pahat pada benda
kerja). Sedangkan, fungsi dari mesin bubut adalah untuk memotong/menghilangkan
sebagian dari benda kerja dengan gerak berputar, sehingga pada akhirnya menjadi
benda/produk dapat dimanfaatkan sesuai dengan fungsinya.
2. Praktikan dapat mengoperasikan mesin bubut dengan langkah-langkah sebagai
berikut: diawali dengan mempersiapkan desain, alat, dan bahan, lalu dilakukan
pengukuran dimensi benda kerja, praktikan memasang benda kerja pada mesin
bubut, mengatur konfigurasi pada mesin bubut, kemudian menyalakan mesin bubut,
selanjutkan praktikan menentukan titik nol dari benda kerja, dan juga depth of cut
dari pemakanan, lalu proses pembubutan dapat dimulai. Proses pembubutan yang
pertama dilakukan adalah proses pemakanan benda kerja sampai mendapatkan
diameter yang diinginkan, kemudian langkah selanjutnya adalah membentuk sudut
pada ujung benda kerja dengan proses chamfering.
3. Setelah melakukan proses pembubutan, mahasiswa teknik industri tidak hanya dapat
mengenal dan mengoperasikan mesin bubut, namun juga dapat melakukan analisa
perhitungan terhadap proses permesinan dengan mesin bubut. Analisa perhitungan
30
pada mesin bubut dapat dilakukan dengan menggunakan 2 perhitungan, yaitu
perhitungan secara aktual dan perhitungan secara teoritis. 2 perhitungan tersebut
dilakukan untuk membandingkan antara perhitungan dari para ahli dengan hasil
optimal dan perhitungan secara aktual saat praktikum dilakukan. Hasil perbandingan
analisis perhitungan secara aktual dan perhitungan secara toritis pada praktikum
mesin bubut diperoleh N (spindle speed) secara aktual sebesar 658 rpm dan secara
teoritis sebesar 559,949 rpm, dimana semakin besar spindle speed nya, maka akan
diperoleh hasil yang halus, feed rate turning secara aktual sebesar 46,489 mm/min
dan secara teoritis sebesar 100,79 mm/min, dimana semakin besar feed rate maka
semakin banyak benda kerja yang dimakan, MRR (Material Removal Rate) secara
aktual sebesar 39,373 𝑚𝑚3/ min dan secara teoritis sebesar 84,924 𝑚𝑚3/ min ,TM
turning secara aktual sebesar 20,65 menit dan secara teoritis sebesar 9,524 menit
dimana perhitungan dari perbandingan diatas, dapat dilihat perbedaan yang terjadi.
Hal tersebut menunjukkan bahwa waktu yang dibutuhkan dalam pengerjaan pada
saat praktikum lebih lama dibandingkan perhitungan teoritis. Seharusnya waktu
yang diperlukan bisa lebih efisien lagi.
5.2 Saran
Adapun saran mengenai praktikum modul 1 yaitu sebagai berikut :
1. Di dalam modul praktikum dapat dijelaskan fungsi dan kerja tiap mesin dengan jelas,
agar tidak terjadi kesalahan pada praktikum.
2. Dalam modul praktikum menggunakan bahasa yang jelas dan mudah dipahami.
3. Praktikum Proses Manufaktur sudah berjalan dengan baik akan tetapi sebaiknya waktu
pengerjaan dalam praktikum dapat lebih diperpanjang.
4. Waktu untuk pengerjaan laporan dapat lebih diperpanjang.
5. Menambah fasilitas mesin yang ada agar dapat mengembangkan kemampuan dalam
bidang proses manufaktur untuk kedepannya.
6. Untuk praktikum – praktikum selanjutnya, diharapkan material yang digunakan tidak
6hanya alumunium, agar produk yang dikembangkan lebih beragam.°