laporan kasus ok
DESCRIPTION
lapsus presusTRANSCRIPT
-
5/27/2018 Laporan Kasus Ok
1/18
1
BAB I
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIENNama : Sdr. N
Umur : 21 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Kaponan, Pakis, magelang
Diagnosis Pre-Op : Open fraktur os digitorum 2, 3, 4
Tindakan Op : Pasang wire di digitorum 2, 3, 4
Jenis anestesi : General anestesi
Tanggal masuk : 8 Oktober 2012
Tanggal Operasi : 9 Oktober 2012
II. PEMERIKSAAN PRE-ANESTESIBB: 55kg TB : 160cm
B1 (Brain)
GCS : 15
Riwayat operasi : -
Riwayat Alergi obat : -
B2 (Breath)
Respiratory Rate : 22x/mnt
T1-T8 : dbn
Mallapati : 1
B3 (Blood)
Tekanan darah : 130/90 mmHg
Nadi : 69x/mnt
Hasil Lab : WBC 15,2
Lym 14,3
B4 (Bladder)
-
5/27/2018 Laporan Kasus Ok
2/18
2
DBN
B5 (Bowel)
Bising usus : 8x/mnt
Nyeri tekan : -
B6 (Bone)
Open fraktur os digitorum II, III, IV
Kesimpulan
ASA PS 2
Acc Anestesi:
- Puasa 6 jam pre-op
III.RENCANA ANESTESI1. Persiapan Anestesi :
- Informed conse- Pasien puasa 6 jam pre-op- Infus RL 20tpm
2. Jenis Anestesi : General Endo Trakeal Anestesi (GETA)3. Monitoring : tanda vital setiap 5 menit, kedalaman anestesi, perdarahan,
dan cairan
4. Perawatan pasca anestesi di Recoovery Room (RR)
IV. TATALAKSANA ANESTESI1. Persiapan
Persiapan Pasien
a. Periksa persetujuan operasi dan identitas penderita.b. Pemeriksaan tanda-tanda vital :
T : 134/87 mmHg N : 80 x/menit
R : 20 X/menit S : 36,5 C
c. Infus RL 24 tts/menit yang terpasang pada tangan kiri
-
5/27/2018 Laporan Kasus Ok
3/18
3
Persiapan obat
a. Premedikasi : Midazolam, Petidinb. Induksi : Propofolc. Pelumpuh otot : Vecuronium bromide 4mgd. Maintenance : O2, N2O, dan sevofluranPersiapan Alat
a. Scope : Stetoscopeb. Tube : Endotrakeal tubec. Airways : Guedeld. Tape : plestere. Introducer : Stiletf. Suction : penyedot lendir dan ludahg. Mesin anestesi
2. Pelaksanaan Anestesia. Jam 11.50 pasien masuk kamar operasi, ditidurkan telentang di atas
meja operasi, manset dan monitor dipasang.
b. Jam 11.55 dilakukan premedikasi yaitu dengan pemberian Midazolam3mg, Petidin 50 g i.v
c. Jam 11.58 dilakukan induksi dengan propofol 100 mg i.v. Setelahreflek bulu mata menghilang
d. Pre-Oxigenasi : O2 6L/mnt dengan ventilasi tekanan positif selama3menit
e. Fasilitas intubasi : vecorumium bromide 4mgf. Jam 12.01 Sesudah pasien rileks dilakukan intubasi dengan
endotracheal tube no.7,5, kedalaman 22cm, kembangkan cuff, test
masuk trakea dengan penekanan di sternum terdapat hembusan udara
(+) fiksasi dengan plester. Hubungkan dengan mesin anestesi.
Dengarkan dengan menggunakan stetoscope kesamaan hembusan
udara dwi paru kanan dan kiri
g. Pemeliharaan dengan mengalirkan O2 2 l/menit dan N2O 2 l/menit.Untuk maintenance digunakan Sevo 2 vol %
-
5/27/2018 Laporan Kasus Ok
4/18
4
h. Jam 12.05 ahli bedah dipersilakan memulai operasi, selama operasitanda vital, perdarahan dan saturasi O2 dimonitor tiap 5 menit.
i. Jam 13.00 operasi selesaij. Jam 13.05 pasien sadar, ekstubasi, dan penderita dipindahkan ke ruang
pulih sadar.
Monitoring selama operasi.
Jam Tensi Nadi Si02 Keterangan
11.50 130/87 88 99 Terpasang infus RL 500cc20 tpm
11.55 134/86 80 99 premedikasi :Midazolam 3mg I.V. dan
Petidin 50 mg I.V
12.00 114/62 95 99 Induksi Propofol 100 mg I.V,
Vecorumium bromida 4 mg I.V, O26 L
/ menit dan intubasi.
12.05 120/68 89 99 N20 : 02= 2 : 2 total flow 4 L / menit,
Sevofluran 2 vol %. Operasi dimulai
dan monitoring tanda tanda vital tiap
5 menit.
12.10 109/67 79 99
12.15 105/50 78 99
12.20 110/55 70 99 N2O di matikan
12.25 110/58 67 99
12.30 118/67 75 99
12.35 128/75 76 99 RL 500cc 20tpm
12.40 120/64 76 99
-
5/27/2018 Laporan Kasus Ok
5/18
5
12.45 129/68 74 99
12.50 130/76 60 99
12.55 110/75 85 99 Sevo di matikan
13.00 115/70 68 99 Operasi selesai
13.05 117/75 64 99 Ekstubasi
3. Di Ruang Pemulihan- Jam 13.10 : pasien dipindahkan ke recovery room dalam keadaan
setengah sadar, posisi terlentang, kepala di ekstensikan, diberikan O22
liter/menit, dan tanda-tanda vital dimonitoring tiap 10 menit.
- Jam 13.30 : pasien stabil baik, dipindahkan ke Bangsal Edelweise
Monitoring Pasca Anestesi
Jam Tensi Nadi RR Keterangan
13.10 120/70 56 20 O22 L/menit, monitoring tanda vital
13.20 120/70 64 20
13.30 120/80 68 20 Aldrette scor 9, pasien pindah ke
bangsal Edelweise
4. Instruksi Pasca Anestesi
a. Rawat pasien posisi terlentang, kontrol vital sign. Bila tensi turun dibawah 90/60 mmHg, infus dipercepat. Bila muntah, berikan
Ondansetron 1 ampul. Bila kesakitan, berikan Ketorolac 1 ampul.
b. Lain-lain-
Antibiotik dari bagian Bedah Ortoped.
-
5/27/2018 Laporan Kasus Ok
6/18
6
- Analgetik dari bagian Anestesi : ketorolac 3x30mg, dan ketorolacdrip
- Kontrol balance cairan.- Monitor vital sign.
-
5/27/2018 Laporan Kasus Ok
7/18
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
General anestesi atau anestesi umum adalah tindakan meniadakan rasa sakit
seluruh tubuh secara sentral disertai hilangnya kesadaran dan bersifat reversibel.
Anestesia umum yang paling sempurna menghasilkan ketidaksadaraan, analgesia
dan relaksasi otot tanpa menimbulkan resiko anestesi yang tidak diinginkan
pasien.
A. Persiapan pra-anestesiPersiapan pra anestesi sangat mempengaruhi keberhasilan anestesi dan
pembedahan. Kunjungan pra anestesi harus dipersiapkan dengan baik, pada bedah
elektif umumnya dilakukan 1-2 hari sebelumnya, sedangkan pada bedah darurat
waktu yang tersedia lebih singkat. Adapun tujuan kunjungan pra anestesi adalah :
1. Mempersiapkan mental dan fisik secara optimal.2. Merencanakan dan memilih tehnik serta obat obat anestesi yang sesuai
dengan fisik dan kehendak pasien.
3. Menentukan status fisik penderita dengan klasifikasi ASA ( AmericanSociety Anesthesiology ). Dimana klasifikasi ASA terdiri dari:
a. ASA I, pasien normal sehat, kelainan bedah terlokalisir, tanpa disertaikelainan faali,biokimiawi,dan psikiatris.
b. ASA II, pasien dengan gangguan sistemik ringan sampai dengan sedangsebagai akibat kelainan bedah atau proses patofisiologis.
c. ASA III, pasien dengan gangguan sistemik berat sehingga aktivitas harianterbatas.
d. ASA IV, pasien dengan gangguan sistemik berat yang mengancam jiwa,tidak selalu sembuh dengan operasi. Misal : insufisiensi fungsi organ,
angina menetap.
e. ASA V, pasien dengan kemungkinan hidup kecil. Tidak diharapkan hidupdalam 24 jam tanpa operasi / dengan operasi.
-
5/27/2018 Laporan Kasus Ok
8/18
8
Untuk operasi cito, ASA ditambah huruf E (Emergency) tanda darurat.
PREMEDIKASI ANESTESI
Premedikasi ringan banyak digunakan terutama untuk menenangkan
pasien sebagai persiapan anestesia dan masa pulih setelah pembedahan singkat.
Adapun tujuan dari premedikasi antara lain :
1. Memberikan rasa nyaman bagi pasien.2. Membuat amnesia.3. Memberikan analgesia.4. Mencegah muntah.5. Memperlancar induksi.6. Mengurangi jumlah obatobat anestesika.7. Menekan reflekreflek yang tidak diinginkan.8. Mengurangi sekresi kelenjar saluran nafas.
Obat premedikasi yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan masing-
masing pasien karena kebutuhan masing-masing pasien berbeda. Pemberian
premedikasi secara intramuskular dianjurkan 1 jam sebelum operasi, sedangkan
untuk kasus darurat yang perlu tindakan cepat bisa diberikan secara intravena.
Adapun obatobat yang sering digunakan sebagai premedikasi adalah :
1. Golongan hipnotik sedatif : barbiturat, benzodiazepin, transquilizer.2. Analgetik narkotik : morfin, petidin, pentanil.3. Neuroleptik : droperidol, dehidrobenzoperidol.4. Anti kolinergik : Atropin, skopolamin.5. Vasodilator : nitrogliserin
Obatobat premedikasi :
1. MidazolamAdalah obat induksi tidur jangka pendek untuk premedikasi, induksi dan
pemeliharaan anestesi. Dibandingkan dengan diazepam, midazolam bekerja
-
5/27/2018 Laporan Kasus Ok
9/18
9
cepat kerana transformasi metabolitnya cepat dan lama kerjanya singkat. Pada
pasien orang tua dengan perubahan organik otak atau gangguan fungsi jantung
dan pernafasan dosis yang diberikan harus hati-hati. Efek obat timbul dalam 2
menit setelah penyuntikan. Dosis premedikasi dewasa 0,07-0,10 mg/kgBB,
disesuaikan dengan umur dan keadaan pasien. Dosis lazim adalah 5mg. Efek
sampingnya terjadi perubahan tekanan darah arteri, denyut nadi dan
pernafasan umumnya hanya sedikit
2. PetidinPetidin merupakan derivat fenil piperidin yang efek utamanya adalah
depresi susunan saraf pusat. Gejala yang timbul antara lain adalah analgesia,
sedasi, euforia dan efek sentral lainnya. Sebagai analgesia diperkirakan
potensinya 80 kali morfin. Lamanya efek depresi napas lebih pendek
dibanding meperidin. Dosis tinggi menimbulkan kekakuan pada otot lurik, ini
dapat diantagonis oleh nalokson. Setelah pemberian sistemik, petidin akan
menghilangkan reflek kornea akan tetapi diameter pupil dan refleknya tidak
terpengaruh. Obat ini juga meningkatkan kepekaan alat keseimbangan
sehingga dapat menimbulkan muntah muntah, pusing terutama pada
penderita yang berobat jalan. Pada penderita rawat baring obat ini tidak
mempengaruhi sistem kardiovaskular, tetapi pada penderita berobat jalan
dapat timbul sinkop orthostatik karena terjadi hipotensi akibat vasodilatasi
perifer karena pelepasan histamin.
Petidin dimetabolisme dihati, sehingga pada penderita penyakit hati
dosis harus dikurangi. Petidin tidak mengganggu kontraksi atau involusi
uterus pasca persalinan dan tidak menambah frekuensi perdarahan pasca
persalinan . Preparat oral tersedia dalam tablet 50 mg, untuk parenteral
tersedia dalam bentuk ampul 50 mg per cc. Dosis dewasa adalah 50100 mg,
disuntikkan secara SC atau IM. Bila diberikan secara IV efek analgetiknya
tercapai dalam waktu 15 menit.
-
5/27/2018 Laporan Kasus Ok
10/18
10
A. InduksiInduksi merupakan saat dimasukkannya zat anestesi sampai
tercapainya stadium pembedahan yang selanjutnya diteruskan dengan tahap
pemeliharaan anestesi untuk mempertahankan atau memperdalam stadium
anestesi setelah induksi. Pada kasus ini digunakan Propofol.
Propofol adalah campuran 1% obat dalam air dan emulsi yang berisi
10% soya bean oil, 1,2% phosphatide telur dan 2,25% glycerol. Pemberian
intravena propofol (2 mg/kg BB) menginduksi anestesi secara cepat seperti
tiopental. Setelah injeksi intravena secara cepat disalurkan ke otak, jantung,
hati, dan ginjal. Rasa nyeri kadang-kadang terjadi di tempat suntikan, tetapi
jarang disertai dengan plebitis atau trombosis. Anestesi dapat dipertahankan
dengan infus propofol yang berkesinambungan dengan opiat, N2 dan atau
anestesi inhalasi lain.
Propofol menurunkan tekanan arteri sistemik kira-kira 80% teapi efek
ini lebih disebabkan karena vasodilatsai perifer daripada penurunan curah
jantung. Tekanan sismatik kembali normal dengan intubasi trakea.
Propofol tidak menimbulkan aritmia atau iskemik otot jantung.
Sesudah pemberian propofol IV terjadi depresi pernafasan sampai apnea
selama 30 detik. Hal ini diperkuat dengan premediaksi dengan opiat.
Propofol tidak merusak fungsi hati dan ginjal. Aliran darah ke otak,
metabolisme otak dan tekanan intrakranial akan menurun. Tak jelas adanya
interaksi dengan obat pelemas otot. Keuntungan propofol karena bekerja lebih
cepat dari tiopental dan konfusi pasca operasi yang minimal. Terjadi mual,muntah dan sakit kepala mirip dengan tiopental.
-
5/27/2018 Laporan Kasus Ok
11/18
11
B. Pemeliharaan1. Sevofluran
Sevofluran adalah halogenasi eter. Induksi dan pulih dari anestesi
lebih cepat dibandingkan dengan isofluran. Baunya tidak menyengat dan
tidak merangsang jalan nafas, sehingga digemari untuk induksi anestesia.
Efek terhadap kardiovaskular cukup stabil, jarang menyebabkan
aritmia. Efek terhadap sistem saraf pusat dan belum ada laporan toksik
terhadap hepar. Setelah pemberian dihentikan sevofluran dengan cepat
dikeluarkan oleh tubuh.
2. Nitrous Oksida / Gas Gelak / N2OMerupakan gas yang tidak berwarna, berbau amis, dan tidak iritasi.
Mempunyai sifat analgetik kuat tapi sifat anestesinyalemah, tetapi dapat
melalui stadium induksi dengan cepat, karena gas ini tidak larut dalam
darah. Gas ini tidak mempunyai relaksasi otot, oleh karena itu operasi
abdomen dan ortopedi perlu tambahan dengan zat relaksasi otot. Depresi
nafas terjadi pada masa pemulihan, hal ini terjadi kaena Nitrous Oksida
mendesak oksigen dengan ruanganruangan tubuh. Hipoksia difusi dapat
dicegah dengan pemberian oksigen konsentrasi tinggi beberapa menit
sebelum anestesi selesai. Penggunaan biasanya dipakai perbandingan atau
kombinasi dengan oksigen. Perbandingan N2O : O2adalah sebagai berikut
60% : 40 % ; 70% : 30% atau 50% : 50%.
C. Obat Pelumpuh Otot ( Muscle Relaxant )1.
Succynil choline
Merupakan pelumpuh otot depolarisasi dengan mula kerja cepat,
sekitar 1 2 menit dan lama kerja singkat sekitar 3 5 menit sehingga
obat ini sering digunakan dalam tindakan intubai trakea. Lama kerja dapat
memanjang jika kadar enzim kolinesterase berkurang, misalnya pada
penyakit hati parenkimal, kakeksia, anemia dan hipoproteinemia.
-
5/27/2018 Laporan Kasus Ok
12/18
12
Komplikasi dan efek samping dari obat ini adalah bradikardi,
bradiaritma dan asistole, takikardi dan takiaritmia, peningkatan tekanan
intra okuler, hiperkalemi dan nyeri otot fasikulasi.
Obat ini tersedia dalam flacon berisi bubuk 100mg dan 500 mg.
Pengenceran dengan garam fisiologis / aquabidest steril 5 atau 25 ml
sehingga membentuk larutan 2% sebagai pelumpuh otot jangka pendek.
Dosis untuk intubasi 12 mg / kgBB/IV.
2. Atrakurium besilat (tracrium)
Merupakan obat pelumpuh otot non depolarisasi yang mempunyai
struktur benzilisoquinolin yang berasal dari tanaman leontice
leontopetaltum. Beberapa keunggulan atrakurium dibandingkan dengan
obat terdahulu antara lain adalah :
Metabolisme terjadi dalam darah (plasma) terutama melalui suatureaksi kimia unik yang disebut reaksi kimia hoffman. Reaksi ini tidak
bergantung pada fungsi hati dan ginjal.
Tidak mempunyai efek kumulasi pada pemberian berulang. Tidak menyebabkan perubahan fungsi kardiovaskuler yang bermakna
Mula dan lama kerja antrakurium bergantung pada dosis yang dipakai.
Pada umumnya mulai kerja antrakium pada dosis intubasi adalah 2-3
menit, sedang lama kerja antrakium dengan dosis relaksasi 15-35 menit.
Pemulihan fungsi saraf otot dapat terjadi secara spontan (sesudah lama
kerja obat berakhir) atau dibantu dengan pemberian antikolinesterase.
Antrakurium dapat menjadi obat terpilih untuk pasien geriatrik atau pasien
dengan penyakit jantung dan ginjal yang berat.
Kemasan 1 ampul berisi 5 ml yang mengandung 50 mg atrakurium
besilat. Stabilitas larutan sangat bergantung pada penyimpanan pada suhu
dingin dan perlindungan terhadap penyinaran.
Dosis intubasi : 0,50,6 mg/kgBB/iv
Dosis relaksasi otot : 0,50,6 mg/kgBB/iv
-
5/27/2018 Laporan Kasus Ok
13/18
13
Dosis pemeliharaan : 0,10,2 mg/kgBB/ iv
D. Intubasi TrakeaSuatu tindakan untuk memasukkan pipa khusus ke dalam trakea,
sehingga jalan nafas bebas hambatan dan nafas mudah dikendalikan. Intubasi
trakea bertujuan untuk :
1. Mempermudah pemberian anestesi.2. Mempertahankan jalan nafas agar tetap bebas dan kelancaran pernafasan.3. Mencegah kemungkinan aspirasi lambung.4. Mempermudah penghisapan sekret trakheobronkial.5. Pemakaian ventilasi yang lama.6. Mengatasi obstruksi laring akut.
E. Terapi CairanTerapi cairan perioperatif bertujuan untuk :
1. Mencukupi kebutuhan cairan, elektrolit dan darah yang hilang selamaoperasi.
2. Replacement dan dapat untuk tindakan emergency pemberian obat.Pemberian cairan operasi dibagi :
1. Pra operasiDapat terjadi defisit cairan kaena kurang makan, puasa, muntah,
penghisapan isi lambung, penumpukan cairan pada ruang ketiga seperti
pada ileus obstruktif, perdarahan, luka bakar dan lain lain. Kebutuhan
cairan untuk dewasa dalam 24 jam adalah 2 ml / kgBB / jam. Bila terjadi
dehidrasi ringan 2% BB, sedang 5% BB, berat 7% BB. Setiap kenaikan
suhu 10Celcius kebutuhan cairan bertambah 1015 %.
2. Selama operasi
-
5/27/2018 Laporan Kasus Ok
14/18
14
Dapat terjadi kehilangan cairan karena proses operasi. Kebutuhan cairan
pada dewasa untuk operasi :
a. Ringan = 4 ml / kgBB / jam
b. Sedang = 6 ml / kgBB / jam
c. Berat = 8 ml / kg BB / jam
Bila terjadi perdarahan selama operasi, dimana perdarahan kurang dari
10% EBV maka cukup digantikan dengan cairan kristaloid sebanyak 3
kali volume darah yang hilang. Apabila perdarahan lebih dari 10 % maka
dapat dipertimbangkan pemberian plasma / koloid / dekstran dengan dosis
12 kali darah yang hilang.
3. Setelah operasiPemberian cairan pasca operasi ditentukan berdasarkan defisit cairan
selama operasi ditambah kebutuhan seharihari pasien.
F. PemulihanPasca anestesi dilakukan pemulihan dan perawatan pasca operasi dan
anestesi yang biasanya dilakukan di ruang pulih sadar atau recovery room
yaitu ruangan untuk observasi pasien pasca operasi atau anestesi. Ruang pulih
sadar adalah batu loncatan sebelum pasien dipindahkan ke bangsal atau masih
memerlukan perawatan intensif di ICU. Dengan demikian pasien pasca
operasi atau anestesi dapat terhindar dari komplikasi yang disebabkan karena
operasi atau pengaruh anestesinya.
-
5/27/2018 Laporan Kasus Ok
15/18
15
BAB III
PEMBAHASAN
3.1.Pre Operatif
Persiapan pra operatif pada pasien ini meliputi persiapan alat, penilaian
dan persiapan pasien, serta persiapan obat anestesi yang diperlukan. Penilaian dan
persiapan pasien di antaranya meliputi :
a. Penilaian klinis penanggulangan keadaan daruratb. Informasi
1) Riwayat alergi obat, hipertensi, diabetes mellitus, operasisebelumnya, asma
2) Riwayat keluarga (penyakit dan komplikasi anestesia)3) Menilai jalan nafas (gigi geligi, lidah, tonsil, tempuro-
mandibula-joice, tumor, tiroid, tyro-mental-distance, trakea)
Pada pasien ini di dapatkan nilai malllampati 1
4) Menilai nadi, tekanan darah5) Makan minum terakhir (mencegah aspirasi isi lambung karena
regurgitasi atau muntah pada saat anestesi)
c. Persiapan informed concent, suatu persetujuan medis untukmendapatkan ijin dari pasien sendiri dan keluarga pasien untuk
melakukan tindakan anestesi dan operasi, sebelumnya pasien. Setelah
dilakukan pemeriksaan pada pasien, maka pasien termasuk dalam
klasifikasi ASA II.
3.2.Durante Operatif
a. PremedikasiObat yang dipakai untuk pasien Midazolam 3 mcg, adalah obat anestesi
umum golongan benzodiazepin. tujuan diberikan ini sebagai terapi
premedikasi sedatif selain itu midazolam juga mengurangi rasa cemas
dan amnesia retrograd. Obat ini dipilih karena efek kerja midazolam yang
relatif cepat.
-
5/27/2018 Laporan Kasus Ok
16/18
16
Petidin 50mg adalah obat anestesi umum gilongan analgesik narkotik,
opioid. Diberikan sebagai terapi premedikasi analgetik dan juga bisa
untuk mengurangi rasa cemas
b. InduksiDengan menggunakan Propofol 100mg untuk induksi keuntungannya
memiliki efek analgesik, anti emetik, pemulihan yang lebih cepat
dibandingkan dengan obat lainnyadan memiliki rasa nyaman ketika
bangun. Efek sampingnya adalah depresi nafas.
c. FasilitasVecorumium bromid 4mg, adalah obat pelumpuh otot jangka pendek.
Untuk pemasangan ET untuk mengurangi cedera dan untuk memudahkan
tindakan bedah dan ventilasi kendali.
d. Pemasangan ETTTindakan memasukkan suatu lubang atau pipa melalui mulut
atau melalui hidung, dengan sasaran jalan napas bagian atas atau
trakea. Tujuan penggunaan ETT pada pasien ini :
Menjaga patensi jalan napas karena durasi pembedahan diperkirakanlebih dari 60menit
Mempermudah ventilasi positif dan oksigenasi Pencegahan terhadap aspirasi dan regurgitasi
e. MaintenanceN2O dan O2dengan perbandingan 2l : 2l serta sevofluran 2vol%.
N2O adalah anestetik inhalasi digunakan sebagai pembawa anestetik
inhalasi lainnya. Pemberiannya tidak boleh terlalu lama karna akan
mengakibatkan hipoksia.
Sevofluran 2vol% adalah anestetik inhalasi baru yang memberikan
induksi dan pemulihan yang lebih cepat.
f. Terapi cairanPasien sudah tidak makan dan minum 10 jam, namun sudah di pelihara
kekurangan cairannya dengan memberikan cairan infus selama di bangsal
-
5/27/2018 Laporan Kasus Ok
17/18
17
Untuk kebutuhan selama operasi berlangsung:
BB = 55 kg
a. Maintenance = 4 x 10kg = 40= 2 x 10kg = 20
= 1 x 35kg = 35 total 95cc/jam
b. Stress operasi = 2cc/kgBB/jam = 2 x 55 = 110 cc/jamc. Perdarahan = 20ccd. EBV = 70 cc/kgBB/jam = 70 x 55 = 3850 cc/jam
Pemberian Cairan :
Kebutuhan cairan selama operasi sedang 1 jam
= perdarahan + maintenance + stress operasi
= 20 + 95 + 110
= 225 cc
Cairan yang sudah diberikan
1) Saat operasi = 500 cc
3.1.Post operatif
Setelah operasi selesai, pasien dibawa ke recovery room. Observasi post
operasi dengan dilakukan pemantauan secara ketat meliputi vital sign (tekanan
darah, nadi, suhu dan respirasi). Oksigen tetap diberikan 2-3 liter/menit.
Dari hasil Aldrrete score di dapatkan
Aldrete Score Point Nilai Pada Pasien
Motorik 4 ekstermitas 2
2 ekstremitas 1
- 0
Respirasi Spontan + batuk 2
Nafas kurang 1
- 0
Sirkulasi Beda
-
5/27/2018 Laporan Kasus Ok
18/18
18
>50% 0
Kesadaran Sadar penuh 2
Ketika dipanggil 1
- 0
Kulit Kemerahan 2
Pucat 1
Sianosis 0
Total 9
Apabila total Aldrete score >8 pasien sudah dapat dipindah ke bangsal.
Pada saat malam hari post operasi.
B1 (Brain)
GCS : 15
B2 (Breath)
Respiratory Rate : 23x/mnt
B3 (Blood)
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 60x/mnt
B4 (Bladder)
DBN
B5 (Bowel)
Bising usus : 8x/mnt
B6 (Bone)
Wire terpasang pada digiti 2,3,4