laporan kasus ok

Upload: debbi-anggraini

Post on 18-Oct-2015

18 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

lapsus presus

TRANSCRIPT

  • 5/27/2018 Laporan Kasus Ok

    1/18

    1

    BAB I

    LAPORAN KASUS

    I. IDENTITAS PASIENNama : Sdr. N

    Umur : 21 tahun

    Jenis kelamin : Laki-laki

    Alamat : Kaponan, Pakis, magelang

    Diagnosis Pre-Op : Open fraktur os digitorum 2, 3, 4

    Tindakan Op : Pasang wire di digitorum 2, 3, 4

    Jenis anestesi : General anestesi

    Tanggal masuk : 8 Oktober 2012

    Tanggal Operasi : 9 Oktober 2012

    II. PEMERIKSAAN PRE-ANESTESIBB: 55kg TB : 160cm

    B1 (Brain)

    GCS : 15

    Riwayat operasi : -

    Riwayat Alergi obat : -

    B2 (Breath)

    Respiratory Rate : 22x/mnt

    T1-T8 : dbn

    Mallapati : 1

    B3 (Blood)

    Tekanan darah : 130/90 mmHg

    Nadi : 69x/mnt

    Hasil Lab : WBC 15,2

    Lym 14,3

    B4 (Bladder)

  • 5/27/2018 Laporan Kasus Ok

    2/18

    2

    DBN

    B5 (Bowel)

    Bising usus : 8x/mnt

    Nyeri tekan : -

    B6 (Bone)

    Open fraktur os digitorum II, III, IV

    Kesimpulan

    ASA PS 2

    Acc Anestesi:

    - Puasa 6 jam pre-op

    III.RENCANA ANESTESI1. Persiapan Anestesi :

    - Informed conse- Pasien puasa 6 jam pre-op- Infus RL 20tpm

    2. Jenis Anestesi : General Endo Trakeal Anestesi (GETA)3. Monitoring : tanda vital setiap 5 menit, kedalaman anestesi, perdarahan,

    dan cairan

    4. Perawatan pasca anestesi di Recoovery Room (RR)

    IV. TATALAKSANA ANESTESI1. Persiapan

    Persiapan Pasien

    a. Periksa persetujuan operasi dan identitas penderita.b. Pemeriksaan tanda-tanda vital :

    T : 134/87 mmHg N : 80 x/menit

    R : 20 X/menit S : 36,5 C

    c. Infus RL 24 tts/menit yang terpasang pada tangan kiri

  • 5/27/2018 Laporan Kasus Ok

    3/18

    3

    Persiapan obat

    a. Premedikasi : Midazolam, Petidinb. Induksi : Propofolc. Pelumpuh otot : Vecuronium bromide 4mgd. Maintenance : O2, N2O, dan sevofluranPersiapan Alat

    a. Scope : Stetoscopeb. Tube : Endotrakeal tubec. Airways : Guedeld. Tape : plestere. Introducer : Stiletf. Suction : penyedot lendir dan ludahg. Mesin anestesi

    2. Pelaksanaan Anestesia. Jam 11.50 pasien masuk kamar operasi, ditidurkan telentang di atas

    meja operasi, manset dan monitor dipasang.

    b. Jam 11.55 dilakukan premedikasi yaitu dengan pemberian Midazolam3mg, Petidin 50 g i.v

    c. Jam 11.58 dilakukan induksi dengan propofol 100 mg i.v. Setelahreflek bulu mata menghilang

    d. Pre-Oxigenasi : O2 6L/mnt dengan ventilasi tekanan positif selama3menit

    e. Fasilitas intubasi : vecorumium bromide 4mgf. Jam 12.01 Sesudah pasien rileks dilakukan intubasi dengan

    endotracheal tube no.7,5, kedalaman 22cm, kembangkan cuff, test

    masuk trakea dengan penekanan di sternum terdapat hembusan udara

    (+) fiksasi dengan plester. Hubungkan dengan mesin anestesi.

    Dengarkan dengan menggunakan stetoscope kesamaan hembusan

    udara dwi paru kanan dan kiri

    g. Pemeliharaan dengan mengalirkan O2 2 l/menit dan N2O 2 l/menit.Untuk maintenance digunakan Sevo 2 vol %

  • 5/27/2018 Laporan Kasus Ok

    4/18

    4

    h. Jam 12.05 ahli bedah dipersilakan memulai operasi, selama operasitanda vital, perdarahan dan saturasi O2 dimonitor tiap 5 menit.

    i. Jam 13.00 operasi selesaij. Jam 13.05 pasien sadar, ekstubasi, dan penderita dipindahkan ke ruang

    pulih sadar.

    Monitoring selama operasi.

    Jam Tensi Nadi Si02 Keterangan

    11.50 130/87 88 99 Terpasang infus RL 500cc20 tpm

    11.55 134/86 80 99 premedikasi :Midazolam 3mg I.V. dan

    Petidin 50 mg I.V

    12.00 114/62 95 99 Induksi Propofol 100 mg I.V,

    Vecorumium bromida 4 mg I.V, O26 L

    / menit dan intubasi.

    12.05 120/68 89 99 N20 : 02= 2 : 2 total flow 4 L / menit,

    Sevofluran 2 vol %. Operasi dimulai

    dan monitoring tanda tanda vital tiap

    5 menit.

    12.10 109/67 79 99

    12.15 105/50 78 99

    12.20 110/55 70 99 N2O di matikan

    12.25 110/58 67 99

    12.30 118/67 75 99

    12.35 128/75 76 99 RL 500cc 20tpm

    12.40 120/64 76 99

  • 5/27/2018 Laporan Kasus Ok

    5/18

    5

    12.45 129/68 74 99

    12.50 130/76 60 99

    12.55 110/75 85 99 Sevo di matikan

    13.00 115/70 68 99 Operasi selesai

    13.05 117/75 64 99 Ekstubasi

    3. Di Ruang Pemulihan- Jam 13.10 : pasien dipindahkan ke recovery room dalam keadaan

    setengah sadar, posisi terlentang, kepala di ekstensikan, diberikan O22

    liter/menit, dan tanda-tanda vital dimonitoring tiap 10 menit.

    - Jam 13.30 : pasien stabil baik, dipindahkan ke Bangsal Edelweise

    Monitoring Pasca Anestesi

    Jam Tensi Nadi RR Keterangan

    13.10 120/70 56 20 O22 L/menit, monitoring tanda vital

    13.20 120/70 64 20

    13.30 120/80 68 20 Aldrette scor 9, pasien pindah ke

    bangsal Edelweise

    4. Instruksi Pasca Anestesi

    a. Rawat pasien posisi terlentang, kontrol vital sign. Bila tensi turun dibawah 90/60 mmHg, infus dipercepat. Bila muntah, berikan

    Ondansetron 1 ampul. Bila kesakitan, berikan Ketorolac 1 ampul.

    b. Lain-lain-

    Antibiotik dari bagian Bedah Ortoped.

  • 5/27/2018 Laporan Kasus Ok

    6/18

    6

    - Analgetik dari bagian Anestesi : ketorolac 3x30mg, dan ketorolacdrip

    - Kontrol balance cairan.- Monitor vital sign.

  • 5/27/2018 Laporan Kasus Ok

    7/18

    7

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    General anestesi atau anestesi umum adalah tindakan meniadakan rasa sakit

    seluruh tubuh secara sentral disertai hilangnya kesadaran dan bersifat reversibel.

    Anestesia umum yang paling sempurna menghasilkan ketidaksadaraan, analgesia

    dan relaksasi otot tanpa menimbulkan resiko anestesi yang tidak diinginkan

    pasien.

    A. Persiapan pra-anestesiPersiapan pra anestesi sangat mempengaruhi keberhasilan anestesi dan

    pembedahan. Kunjungan pra anestesi harus dipersiapkan dengan baik, pada bedah

    elektif umumnya dilakukan 1-2 hari sebelumnya, sedangkan pada bedah darurat

    waktu yang tersedia lebih singkat. Adapun tujuan kunjungan pra anestesi adalah :

    1. Mempersiapkan mental dan fisik secara optimal.2. Merencanakan dan memilih tehnik serta obat obat anestesi yang sesuai

    dengan fisik dan kehendak pasien.

    3. Menentukan status fisik penderita dengan klasifikasi ASA ( AmericanSociety Anesthesiology ). Dimana klasifikasi ASA terdiri dari:

    a. ASA I, pasien normal sehat, kelainan bedah terlokalisir, tanpa disertaikelainan faali,biokimiawi,dan psikiatris.

    b. ASA II, pasien dengan gangguan sistemik ringan sampai dengan sedangsebagai akibat kelainan bedah atau proses patofisiologis.

    c. ASA III, pasien dengan gangguan sistemik berat sehingga aktivitas harianterbatas.

    d. ASA IV, pasien dengan gangguan sistemik berat yang mengancam jiwa,tidak selalu sembuh dengan operasi. Misal : insufisiensi fungsi organ,

    angina menetap.

    e. ASA V, pasien dengan kemungkinan hidup kecil. Tidak diharapkan hidupdalam 24 jam tanpa operasi / dengan operasi.

  • 5/27/2018 Laporan Kasus Ok

    8/18

    8

    Untuk operasi cito, ASA ditambah huruf E (Emergency) tanda darurat.

    PREMEDIKASI ANESTESI

    Premedikasi ringan banyak digunakan terutama untuk menenangkan

    pasien sebagai persiapan anestesia dan masa pulih setelah pembedahan singkat.

    Adapun tujuan dari premedikasi antara lain :

    1. Memberikan rasa nyaman bagi pasien.2. Membuat amnesia.3. Memberikan analgesia.4. Mencegah muntah.5. Memperlancar induksi.6. Mengurangi jumlah obatobat anestesika.7. Menekan reflekreflek yang tidak diinginkan.8. Mengurangi sekresi kelenjar saluran nafas.

    Obat premedikasi yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan masing-

    masing pasien karena kebutuhan masing-masing pasien berbeda. Pemberian

    premedikasi secara intramuskular dianjurkan 1 jam sebelum operasi, sedangkan

    untuk kasus darurat yang perlu tindakan cepat bisa diberikan secara intravena.

    Adapun obatobat yang sering digunakan sebagai premedikasi adalah :

    1. Golongan hipnotik sedatif : barbiturat, benzodiazepin, transquilizer.2. Analgetik narkotik : morfin, petidin, pentanil.3. Neuroleptik : droperidol, dehidrobenzoperidol.4. Anti kolinergik : Atropin, skopolamin.5. Vasodilator : nitrogliserin

    Obatobat premedikasi :

    1. MidazolamAdalah obat induksi tidur jangka pendek untuk premedikasi, induksi dan

    pemeliharaan anestesi. Dibandingkan dengan diazepam, midazolam bekerja

  • 5/27/2018 Laporan Kasus Ok

    9/18

    9

    cepat kerana transformasi metabolitnya cepat dan lama kerjanya singkat. Pada

    pasien orang tua dengan perubahan organik otak atau gangguan fungsi jantung

    dan pernafasan dosis yang diberikan harus hati-hati. Efek obat timbul dalam 2

    menit setelah penyuntikan. Dosis premedikasi dewasa 0,07-0,10 mg/kgBB,

    disesuaikan dengan umur dan keadaan pasien. Dosis lazim adalah 5mg. Efek

    sampingnya terjadi perubahan tekanan darah arteri, denyut nadi dan

    pernafasan umumnya hanya sedikit

    2. PetidinPetidin merupakan derivat fenil piperidin yang efek utamanya adalah

    depresi susunan saraf pusat. Gejala yang timbul antara lain adalah analgesia,

    sedasi, euforia dan efek sentral lainnya. Sebagai analgesia diperkirakan

    potensinya 80 kali morfin. Lamanya efek depresi napas lebih pendek

    dibanding meperidin. Dosis tinggi menimbulkan kekakuan pada otot lurik, ini

    dapat diantagonis oleh nalokson. Setelah pemberian sistemik, petidin akan

    menghilangkan reflek kornea akan tetapi diameter pupil dan refleknya tidak

    terpengaruh. Obat ini juga meningkatkan kepekaan alat keseimbangan

    sehingga dapat menimbulkan muntah muntah, pusing terutama pada

    penderita yang berobat jalan. Pada penderita rawat baring obat ini tidak

    mempengaruhi sistem kardiovaskular, tetapi pada penderita berobat jalan

    dapat timbul sinkop orthostatik karena terjadi hipotensi akibat vasodilatasi

    perifer karena pelepasan histamin.

    Petidin dimetabolisme dihati, sehingga pada penderita penyakit hati

    dosis harus dikurangi. Petidin tidak mengganggu kontraksi atau involusi

    uterus pasca persalinan dan tidak menambah frekuensi perdarahan pasca

    persalinan . Preparat oral tersedia dalam tablet 50 mg, untuk parenteral

    tersedia dalam bentuk ampul 50 mg per cc. Dosis dewasa adalah 50100 mg,

    disuntikkan secara SC atau IM. Bila diberikan secara IV efek analgetiknya

    tercapai dalam waktu 15 menit.

  • 5/27/2018 Laporan Kasus Ok

    10/18

    10

    A. InduksiInduksi merupakan saat dimasukkannya zat anestesi sampai

    tercapainya stadium pembedahan yang selanjutnya diteruskan dengan tahap

    pemeliharaan anestesi untuk mempertahankan atau memperdalam stadium

    anestesi setelah induksi. Pada kasus ini digunakan Propofol.

    Propofol adalah campuran 1% obat dalam air dan emulsi yang berisi

    10% soya bean oil, 1,2% phosphatide telur dan 2,25% glycerol. Pemberian

    intravena propofol (2 mg/kg BB) menginduksi anestesi secara cepat seperti

    tiopental. Setelah injeksi intravena secara cepat disalurkan ke otak, jantung,

    hati, dan ginjal. Rasa nyeri kadang-kadang terjadi di tempat suntikan, tetapi

    jarang disertai dengan plebitis atau trombosis. Anestesi dapat dipertahankan

    dengan infus propofol yang berkesinambungan dengan opiat, N2 dan atau

    anestesi inhalasi lain.

    Propofol menurunkan tekanan arteri sistemik kira-kira 80% teapi efek

    ini lebih disebabkan karena vasodilatsai perifer daripada penurunan curah

    jantung. Tekanan sismatik kembali normal dengan intubasi trakea.

    Propofol tidak menimbulkan aritmia atau iskemik otot jantung.

    Sesudah pemberian propofol IV terjadi depresi pernafasan sampai apnea

    selama 30 detik. Hal ini diperkuat dengan premediaksi dengan opiat.

    Propofol tidak merusak fungsi hati dan ginjal. Aliran darah ke otak,

    metabolisme otak dan tekanan intrakranial akan menurun. Tak jelas adanya

    interaksi dengan obat pelemas otot. Keuntungan propofol karena bekerja lebih

    cepat dari tiopental dan konfusi pasca operasi yang minimal. Terjadi mual,muntah dan sakit kepala mirip dengan tiopental.

  • 5/27/2018 Laporan Kasus Ok

    11/18

    11

    B. Pemeliharaan1. Sevofluran

    Sevofluran adalah halogenasi eter. Induksi dan pulih dari anestesi

    lebih cepat dibandingkan dengan isofluran. Baunya tidak menyengat dan

    tidak merangsang jalan nafas, sehingga digemari untuk induksi anestesia.

    Efek terhadap kardiovaskular cukup stabil, jarang menyebabkan

    aritmia. Efek terhadap sistem saraf pusat dan belum ada laporan toksik

    terhadap hepar. Setelah pemberian dihentikan sevofluran dengan cepat

    dikeluarkan oleh tubuh.

    2. Nitrous Oksida / Gas Gelak / N2OMerupakan gas yang tidak berwarna, berbau amis, dan tidak iritasi.

    Mempunyai sifat analgetik kuat tapi sifat anestesinyalemah, tetapi dapat

    melalui stadium induksi dengan cepat, karena gas ini tidak larut dalam

    darah. Gas ini tidak mempunyai relaksasi otot, oleh karena itu operasi

    abdomen dan ortopedi perlu tambahan dengan zat relaksasi otot. Depresi

    nafas terjadi pada masa pemulihan, hal ini terjadi kaena Nitrous Oksida

    mendesak oksigen dengan ruanganruangan tubuh. Hipoksia difusi dapat

    dicegah dengan pemberian oksigen konsentrasi tinggi beberapa menit

    sebelum anestesi selesai. Penggunaan biasanya dipakai perbandingan atau

    kombinasi dengan oksigen. Perbandingan N2O : O2adalah sebagai berikut

    60% : 40 % ; 70% : 30% atau 50% : 50%.

    C. Obat Pelumpuh Otot ( Muscle Relaxant )1.

    Succynil choline

    Merupakan pelumpuh otot depolarisasi dengan mula kerja cepat,

    sekitar 1 2 menit dan lama kerja singkat sekitar 3 5 menit sehingga

    obat ini sering digunakan dalam tindakan intubai trakea. Lama kerja dapat

    memanjang jika kadar enzim kolinesterase berkurang, misalnya pada

    penyakit hati parenkimal, kakeksia, anemia dan hipoproteinemia.

  • 5/27/2018 Laporan Kasus Ok

    12/18

    12

    Komplikasi dan efek samping dari obat ini adalah bradikardi,

    bradiaritma dan asistole, takikardi dan takiaritmia, peningkatan tekanan

    intra okuler, hiperkalemi dan nyeri otot fasikulasi.

    Obat ini tersedia dalam flacon berisi bubuk 100mg dan 500 mg.

    Pengenceran dengan garam fisiologis / aquabidest steril 5 atau 25 ml

    sehingga membentuk larutan 2% sebagai pelumpuh otot jangka pendek.

    Dosis untuk intubasi 12 mg / kgBB/IV.

    2. Atrakurium besilat (tracrium)

    Merupakan obat pelumpuh otot non depolarisasi yang mempunyai

    struktur benzilisoquinolin yang berasal dari tanaman leontice

    leontopetaltum. Beberapa keunggulan atrakurium dibandingkan dengan

    obat terdahulu antara lain adalah :

    Metabolisme terjadi dalam darah (plasma) terutama melalui suatureaksi kimia unik yang disebut reaksi kimia hoffman. Reaksi ini tidak

    bergantung pada fungsi hati dan ginjal.

    Tidak mempunyai efek kumulasi pada pemberian berulang. Tidak menyebabkan perubahan fungsi kardiovaskuler yang bermakna

    Mula dan lama kerja antrakurium bergantung pada dosis yang dipakai.

    Pada umumnya mulai kerja antrakium pada dosis intubasi adalah 2-3

    menit, sedang lama kerja antrakium dengan dosis relaksasi 15-35 menit.

    Pemulihan fungsi saraf otot dapat terjadi secara spontan (sesudah lama

    kerja obat berakhir) atau dibantu dengan pemberian antikolinesterase.

    Antrakurium dapat menjadi obat terpilih untuk pasien geriatrik atau pasien

    dengan penyakit jantung dan ginjal yang berat.

    Kemasan 1 ampul berisi 5 ml yang mengandung 50 mg atrakurium

    besilat. Stabilitas larutan sangat bergantung pada penyimpanan pada suhu

    dingin dan perlindungan terhadap penyinaran.

    Dosis intubasi : 0,50,6 mg/kgBB/iv

    Dosis relaksasi otot : 0,50,6 mg/kgBB/iv

  • 5/27/2018 Laporan Kasus Ok

    13/18

    13

    Dosis pemeliharaan : 0,10,2 mg/kgBB/ iv

    D. Intubasi TrakeaSuatu tindakan untuk memasukkan pipa khusus ke dalam trakea,

    sehingga jalan nafas bebas hambatan dan nafas mudah dikendalikan. Intubasi

    trakea bertujuan untuk :

    1. Mempermudah pemberian anestesi.2. Mempertahankan jalan nafas agar tetap bebas dan kelancaran pernafasan.3. Mencegah kemungkinan aspirasi lambung.4. Mempermudah penghisapan sekret trakheobronkial.5. Pemakaian ventilasi yang lama.6. Mengatasi obstruksi laring akut.

    E. Terapi CairanTerapi cairan perioperatif bertujuan untuk :

    1. Mencukupi kebutuhan cairan, elektrolit dan darah yang hilang selamaoperasi.

    2. Replacement dan dapat untuk tindakan emergency pemberian obat.Pemberian cairan operasi dibagi :

    1. Pra operasiDapat terjadi defisit cairan kaena kurang makan, puasa, muntah,

    penghisapan isi lambung, penumpukan cairan pada ruang ketiga seperti

    pada ileus obstruktif, perdarahan, luka bakar dan lain lain. Kebutuhan

    cairan untuk dewasa dalam 24 jam adalah 2 ml / kgBB / jam. Bila terjadi

    dehidrasi ringan 2% BB, sedang 5% BB, berat 7% BB. Setiap kenaikan

    suhu 10Celcius kebutuhan cairan bertambah 1015 %.

    2. Selama operasi

  • 5/27/2018 Laporan Kasus Ok

    14/18

    14

    Dapat terjadi kehilangan cairan karena proses operasi. Kebutuhan cairan

    pada dewasa untuk operasi :

    a. Ringan = 4 ml / kgBB / jam

    b. Sedang = 6 ml / kgBB / jam

    c. Berat = 8 ml / kg BB / jam

    Bila terjadi perdarahan selama operasi, dimana perdarahan kurang dari

    10% EBV maka cukup digantikan dengan cairan kristaloid sebanyak 3

    kali volume darah yang hilang. Apabila perdarahan lebih dari 10 % maka

    dapat dipertimbangkan pemberian plasma / koloid / dekstran dengan dosis

    12 kali darah yang hilang.

    3. Setelah operasiPemberian cairan pasca operasi ditentukan berdasarkan defisit cairan

    selama operasi ditambah kebutuhan seharihari pasien.

    F. PemulihanPasca anestesi dilakukan pemulihan dan perawatan pasca operasi dan

    anestesi yang biasanya dilakukan di ruang pulih sadar atau recovery room

    yaitu ruangan untuk observasi pasien pasca operasi atau anestesi. Ruang pulih

    sadar adalah batu loncatan sebelum pasien dipindahkan ke bangsal atau masih

    memerlukan perawatan intensif di ICU. Dengan demikian pasien pasca

    operasi atau anestesi dapat terhindar dari komplikasi yang disebabkan karena

    operasi atau pengaruh anestesinya.

  • 5/27/2018 Laporan Kasus Ok

    15/18

    15

    BAB III

    PEMBAHASAN

    3.1.Pre Operatif

    Persiapan pra operatif pada pasien ini meliputi persiapan alat, penilaian

    dan persiapan pasien, serta persiapan obat anestesi yang diperlukan. Penilaian dan

    persiapan pasien di antaranya meliputi :

    a. Penilaian klinis penanggulangan keadaan daruratb. Informasi

    1) Riwayat alergi obat, hipertensi, diabetes mellitus, operasisebelumnya, asma

    2) Riwayat keluarga (penyakit dan komplikasi anestesia)3) Menilai jalan nafas (gigi geligi, lidah, tonsil, tempuro-

    mandibula-joice, tumor, tiroid, tyro-mental-distance, trakea)

    Pada pasien ini di dapatkan nilai malllampati 1

    4) Menilai nadi, tekanan darah5) Makan minum terakhir (mencegah aspirasi isi lambung karena

    regurgitasi atau muntah pada saat anestesi)

    c. Persiapan informed concent, suatu persetujuan medis untukmendapatkan ijin dari pasien sendiri dan keluarga pasien untuk

    melakukan tindakan anestesi dan operasi, sebelumnya pasien. Setelah

    dilakukan pemeriksaan pada pasien, maka pasien termasuk dalam

    klasifikasi ASA II.

    3.2.Durante Operatif

    a. PremedikasiObat yang dipakai untuk pasien Midazolam 3 mcg, adalah obat anestesi

    umum golongan benzodiazepin. tujuan diberikan ini sebagai terapi

    premedikasi sedatif selain itu midazolam juga mengurangi rasa cemas

    dan amnesia retrograd. Obat ini dipilih karena efek kerja midazolam yang

    relatif cepat.

  • 5/27/2018 Laporan Kasus Ok

    16/18

    16

    Petidin 50mg adalah obat anestesi umum gilongan analgesik narkotik,

    opioid. Diberikan sebagai terapi premedikasi analgetik dan juga bisa

    untuk mengurangi rasa cemas

    b. InduksiDengan menggunakan Propofol 100mg untuk induksi keuntungannya

    memiliki efek analgesik, anti emetik, pemulihan yang lebih cepat

    dibandingkan dengan obat lainnyadan memiliki rasa nyaman ketika

    bangun. Efek sampingnya adalah depresi nafas.

    c. FasilitasVecorumium bromid 4mg, adalah obat pelumpuh otot jangka pendek.

    Untuk pemasangan ET untuk mengurangi cedera dan untuk memudahkan

    tindakan bedah dan ventilasi kendali.

    d. Pemasangan ETTTindakan memasukkan suatu lubang atau pipa melalui mulut

    atau melalui hidung, dengan sasaran jalan napas bagian atas atau

    trakea. Tujuan penggunaan ETT pada pasien ini :

    Menjaga patensi jalan napas karena durasi pembedahan diperkirakanlebih dari 60menit

    Mempermudah ventilasi positif dan oksigenasi Pencegahan terhadap aspirasi dan regurgitasi

    e. MaintenanceN2O dan O2dengan perbandingan 2l : 2l serta sevofluran 2vol%.

    N2O adalah anestetik inhalasi digunakan sebagai pembawa anestetik

    inhalasi lainnya. Pemberiannya tidak boleh terlalu lama karna akan

    mengakibatkan hipoksia.

    Sevofluran 2vol% adalah anestetik inhalasi baru yang memberikan

    induksi dan pemulihan yang lebih cepat.

    f. Terapi cairanPasien sudah tidak makan dan minum 10 jam, namun sudah di pelihara

    kekurangan cairannya dengan memberikan cairan infus selama di bangsal

  • 5/27/2018 Laporan Kasus Ok

    17/18

    17

    Untuk kebutuhan selama operasi berlangsung:

    BB = 55 kg

    a. Maintenance = 4 x 10kg = 40= 2 x 10kg = 20

    = 1 x 35kg = 35 total 95cc/jam

    b. Stress operasi = 2cc/kgBB/jam = 2 x 55 = 110 cc/jamc. Perdarahan = 20ccd. EBV = 70 cc/kgBB/jam = 70 x 55 = 3850 cc/jam

    Pemberian Cairan :

    Kebutuhan cairan selama operasi sedang 1 jam

    = perdarahan + maintenance + stress operasi

    = 20 + 95 + 110

    = 225 cc

    Cairan yang sudah diberikan

    1) Saat operasi = 500 cc

    3.1.Post operatif

    Setelah operasi selesai, pasien dibawa ke recovery room. Observasi post

    operasi dengan dilakukan pemantauan secara ketat meliputi vital sign (tekanan

    darah, nadi, suhu dan respirasi). Oksigen tetap diberikan 2-3 liter/menit.

    Dari hasil Aldrrete score di dapatkan

    Aldrete Score Point Nilai Pada Pasien

    Motorik 4 ekstermitas 2

    2 ekstremitas 1

    - 0

    Respirasi Spontan + batuk 2

    Nafas kurang 1

    - 0

    Sirkulasi Beda

  • 5/27/2018 Laporan Kasus Ok

    18/18

    18

    >50% 0

    Kesadaran Sadar penuh 2

    Ketika dipanggil 1

    - 0

    Kulit Kemerahan 2

    Pucat 1

    Sianosis 0

    Total 9

    Apabila total Aldrete score >8 pasien sudah dapat dipindah ke bangsal.

    Pada saat malam hari post operasi.

    B1 (Brain)

    GCS : 15

    B2 (Breath)

    Respiratory Rate : 23x/mnt

    B3 (Blood)

    Tekanan darah : 120/80 mmHg

    Nadi : 60x/mnt

    B4 (Bladder)

    DBN

    B5 (Bowel)

    Bising usus : 8x/mnt

    B6 (Bone)

    Wire terpasang pada digiti 2,3,4