laporan pendahuluan cap ok

29
1. Definisi Pneumonia adalah infeksi akut pada jaringan paru oleh mikroorganisme, merupakan infeksi saluran napas bagian bawah. Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh bakteri, yang terjadi secara primer atau sekunder setelah infeksi virus. (Elizabeth J. Corwin, 2009) Istilah pneumonia lazim dipakai bila peradangan terjadi oleh proses infeksi akut yang merupakan penyebabnya yang tersering, sedangkan istilah pneumonitis sering dipakai untuk proses non infeksi. (Aru W. Sudaya, dkk, 2009). Pneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru yang terdapat konsolidasi dan terjadi pengisian rongga alveoli oleh eksudat yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda-benda asing. Sedangkan menurut Betz dan Sowden (2002) pneumonia adalah inflamasi atau infeksi pada parenkim paru yang disebabkan oleh satu atau lebih agens berikut virus, bakteri, mikoplasma dan aspirasi substansi asing. Pneumonia atau radang paru-paru ialah inflamasi paru-paru yang disebabkan oleh bakteria, virus atau fungal (kulat). Ia juga dikenali sebagai pneumonitis, bronchopneumonia dan 'community-acquired pneumonia Secara klinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru yang disebabkan oleh

Upload: daenk-ahyar

Post on 06-Dec-2015

233 views

Category:

Documents


64 download

DESCRIPTION

CAP

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Pendahuluan CAP Ok

1. Definisi

Pneumonia adalah infeksi akut pada jaringan paru oleh

mikroorganisme, merupakan infeksi saluran napas bagian bawah.

Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh bakteri, yang terjadi

secara primer atau sekunder setelah infeksi virus. (Elizabeth J. Corwin,

2009)

Istilah pneumonia lazim dipakai bila peradangan terjadi oleh

proses infeksi akut yang merupakan penyebabnya yang tersering,

sedangkan istilah pneumonitis sering dipakai untuk proses non infeksi.

(Aru W. Sudaya, dkk, 2009).

Pneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru yang terdapat

konsolidasi dan terjadi pengisian rongga alveoli oleh eksudat yang

dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda-benda asing.

Sedangkan menurut Betz dan Sowden (2002) pneumonia adalah

inflamasi atau infeksi pada parenkim paru yang disebabkan oleh satu

atau lebih agens berikut virus, bakteri, mikoplasma dan aspirasi

substansi asing. Pneumonia atau radang paru-paru ialah inflamasi

paru-paru yang disebabkan oleh bakteria, virus atau fungal (kulat). Ia

juga dikenali sebagai pneumonitis, bronchopneumonia dan

'community-acquired pneumonia

Secara klinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan

paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur,

parasit). Pneumonia yang disebabkan oleh Mycobacterium

tuberculosis tidak termasuk. Sedangkan peradangan paru yang

disebabkan oleh nonmikroorganisme (bahan kimia, radiasi, aspirasi

bahan toksik, obat-obatan dan lain-lain) disebut pneumonitis (PDDI,

2003).

Berdasarkan tempat terjadinya pneumonia dibagi menjadi : CAP

(community-acquired pneumonia), pneumonia yang didapat di

masyarakat. dan HAP (hospital-acqiured pneumonia / nosocomial

pneumonia), pneumonia yang didapat di rumah sakit.

Page 2: Laporan Pendahuluan CAP Ok

2. Etiologi dan Faktor Resiko

Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam

mikroorganisme, yaitu bakteri, virus, jamur dan protozoa. Dari

kepustakaan CAP yang diderita oleh masyarakat luar negeri banyak

disebabkan bakteri Gram positif, sedangkan pneumonia di rumah sakit

banyak disebabkan bakteri Gram negatif sedangkan pneumonia

aspirasi banyak disebabkan oleh bakteri anaerob (PDPI, 2003).

Pneumonia bisa diakibatkan adanya perubahan keadaan pasien

seperti gangguan kekebalan dan penyakit kronik, polusi lingkungan,

dan penggunaan antibiotik yang tidak tepat hingga menimbulkan

perubahan karakteristik pada kuman. Etiologi pneumonia berbeda-

beda pada berbagai tipe dari pneumonia, dan hal ini berdampak

kepada obat yang akan di berikan. Mikroorganisme penyebab yang

tersering adalah bakteri, yang jenisnya berbeda antar Negara, antara

suatu daerah dengan daerah yang lain pada suatu Negara, maupun

bakteri yang berasal dari lingkungan rumah sakit ataupun dari

lingkungan luar. Karena itu perlu diketahui dengan baik pola kuman di

suatu tempat.

Pneumonia yang disebabkan oleh infeksi antara lain :

a. Bakteri

Agen penyebab pneumonia di bagi menjadi organisme gram-positif

atau gram-negatif seperti : Steptococcus pneumonia

(pneumokokus), Streptococcus piogenes, Staphylococcus aureus,

Klebsiela pneumoniae, Legionella, hemophilus influenzae.

b. Virus

Influenzae virus, Parainfluenzae virus, Respiratory, Syncytial

adenovirus, chicken-pox (cacar air), Rhinovirus, Sitomegalovirus,

Virus herves simpleks, Virus sinial pernapasan, hantavirus.

c. Fungi

Aspergilus, Fikomisetes, Blastomises dermatitidis, histoplasma

kapsulatum.

Page 3: Laporan Pendahuluan CAP Ok

Selain disebabkan oleh infeksi, pneumonia juga bisa di sebabkan

oleh bahan-bahan lain/non infeksi :

a. Pneumonia Lipid : Disebabkan karena aspirasi minyak mineral

b. Pneumonia Kimiawi : Inhalasi bahan-bahan organik dan anorganik

atau uap kimia seperti berillium

c. Extrinsik allergic alveolitis : Inhalasi bahan debu yang mengandung

alergen seperti spora aktinomisetes termofilik yang terdapat pada

ampas debu di pabrik gula

d. Pneumonia karena obat : Nitofurantoin, busulfan, metotreksat

e. Pneumonia karena radiasi

f. Pneumonia dengan penyebab tak jelas.

g. Pada bayi dan anak-anak penyebab yang paling sering adalah:

virus sinsisial pernafasan, Adenovirus,]virus parainfluenza, virus

influenza.

Data PDPI akhir-akhir ini laporan dari beberapa kota di

Indonesia menunjukkan bahwa bakteri yang ditemukan dari

pemeriksaan dahak penderita CAP adalah bakteri Gram negatif.

Berdasarkan laporan 5 tahun terakhir dari beberapa pusat paru di

Indonesia (Medan, Jakarta, Surabaya, Malang, dan Makasar) dengan

cara pengambilan bahan dan metode pemeriksaan mikrobiologi yang

berbeda didapatkan hasil pemeriksaan sputum sebagai berikut :

a. Klebsiella pneumoniae 45,18%

b. Streptococcus pneumoniae 14,04%

c. Streptococcus viridans 9,21%

d. Staphylococcus aureus 9%

e. Pseudomonas aeruginosa 8,56%

f. Steptococcus hemolyticus 7,89%

g. Enterobacter 5,26%

h. Pseudomonas spp 0,9%

Beberapa keadaan seperti malnutrisi, usia muda, kelengkapan

imunisasi, kepadatan hunian, defisiensi vitamin A, defisiensi Zn,

Page 4: Laporan Pendahuluan CAP Ok

paparan asap rokok secara pasif dan faktor lingkungan (polusi udara)

merupakan faktor resiko terjadinya pneumonia.

3. Patofisiologi

Dalam keadaan sehat pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan

mikroorganisme, keadaan ini disebabkan oleh adanya mekanisme

pertahanan paru. Terdapatnya bakteri di dalam paru merupakan

ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh, sehingga

mikroorganisme dapat berkembang biak dan berakibat timbulnya

infeksi penyakit.

Mikroorganisme masuk ke saluran nafas atas menyebabkan

reaksi imun dan mekanisme pertahanan terganggu kemudian

membentuk kolonisasi mikroorganisme sehingga terjadi inflamasi.

Selain itu toksin yang dikeluarkan bakteri dapat secara langsung

merusak sel-sel sistem pernafasan bawah, termasuk produksi

surfaktan alveolar II. Pneumonia bakteri mengakibatkan respon imun

dan inflamasi yang paling mencolok yang perjalanannya tergambar

jelas pada pneumonia pneumokokus (Corwin, 2008).

Fagositosis aksi limfosit dan respon imunohumoral terutama dari

Ig A. Sekresi enzim – enzim dari sel-sel yang melapisi trakeo-bronkial

yang bekerja sebagai antimikroba yang non spesifik. Bila pertahanan

tubuh tidak kuat maka mikroorganisme dapat melalui jalan nafas

sampai ke alveoli yang menyebabkan radang pada dinding alveoli dan

jaringan sekitarnya. Setelah itu mikroorganisme tiba di alveoli

membentuk suatu proses peradangan yang meliputi empat stadium,

yaitu :

a. Stadium I (4 – 12 jam pertama/kongesti) Disebut hiperemia,

mengacu pada respon peradangan permulaan yang berlangsung

pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan

peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat

infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator

peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan

Page 5: Laporan Pendahuluan CAP Ok

cedera jaringan. Mediator-mediator tersebut mencakup histamin

dan prostaglandin. Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur

komplemen. Komplemen bekerja sama dengan histamin dan

prostaglandin untuk melemaskan otot polos vaskuler paru dan

peningkatan permeabilitas kapiler paru. Hal ini mengakibatkan

perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstisium sehingga

terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus.

Penimbunan cairan di antara kapiler dan alveolus meningkatkan

jarak yang harus ditempuh oleh oksigen dan karbondioksida maka

perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh dan sering

mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin.

b. Stadium II (48 jam berikutnya) Disebut hepatisasi merah, terjadi

sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah, eksudat dan fibrin

yang dihasilkan oleh penjamu ( host ) sebagai bagian dari reaksi

peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh karena

adanya penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga warna

paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada

stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga

anak akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat

singkat, yaitu selama 48 jam.

c. Stadium III (3 – 8 hari) Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi

sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi daerah paru yang

terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh

daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel.

Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih

tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi

pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.

d. Stadium IV (7 – 11 hari) Disebut juga stadium resolusi yang terjadi

sewaktu respon imun dan peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin

dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh makrofag sehingga jaringan

kembali ke strukturnya semula.

Page 6: Laporan Pendahuluan CAP Ok

4. Manifestasi Klinis

Gejala dan tanda klinis pneumonia bervariasi tergantung

kuan penyebab, usia, status imunologis dan beratnya penyakit.

Manifestasi klinis beratt yaitu sesak dan sianosis. Gejala dan tanda

pneumonia dibedakan gejala non spesifik, pulmonal, pleural dan

ekstrapulmonal.

a. Gejala spesifik

1) Demam

2) Menggigil

3) Sefalgia

4) Gelisah

5) Gangguan Gastrointestinal seperti muntah, kembung, diare

atau sakit perut

b. Gejala pulmonal

1) Nafas cuping hidung

2) Takipnea, dispnea dan apnea

3) Menggunakan otot interkostal dan abdominal

4) Batuk

5) Wheezing

c. Gejala Pleura

Nyeri dada yang disebabkan oleh Streptococus pneumoniae

dan Staphylococus aureus

d. Gejala Ekstrapulmonal

1) Abses kulit atau jaringan lunak pada kasus pneumonia

karena Staphylococus aureus

2) Otitis media, konjuntivitis, sinusitis dapat ditemukan pada

kasus infeksi karena Streptococus pneumoniae atau H.

Influenza

5. Komplikasi

a. Efusi pleura

b. Empiema

Page 7: Laporan Pendahuluan CAP Ok

c. Pneumotoraks

d. Piopneumotoraks

e. Pneumatosel

f. Abses Paru

g. Sepsis

h. Gagal nafas

i. Ileus paralitik fungsional

6. Penatalaksanaan

Dalam hal mengobati penderita pneumonia perlu diperhatikan keadaan

klinisnya. Bila keadaan klinis baik dan tidak ada indikasi rawat dapat

diobati di rumah. Juga diperhatikan ada tidaknya faktor modifikasi yaitu

keadaan yang dapat meningkatkan risiko infeksi dengan

mikroorganisme patogen yang spesifik misalnya S. pneumoniae yang

resisten penisilin. Menurut ATS (2001), yang termasuk dalam faktor

modifikasis adalah:

a. Pneumokokus resisten terhadap penisilin

1) Umur lebih dari 65 tahun

2) Memakai obat-obat golongan P laktam selama tiga bulan

terakhir

3) Pecandu alkohol

4) Penyakit gangguan kekebalan

5) Penyakit penyerta yang multipel

b. Bakteri enterik Gram negatif

1) Penghuni rumah jompo

2) Mempunyai penyakit dasar kelainan jantung paru

3) Mempunyai kelainan penyakit yang multipel

4) Riwayat pengobatan antibiotik

c. Pseudomonas aeruginosa

1) Bronkiektasis

2) Pengobatan kortikosteroid > 10 mg/hari

3) Pengobatan antibiotik spektrum luas > 7 hari pada bulan terakhir

Page 8: Laporan Pendahuluan CAP Ok

4) Gizi kurang

Penatalaksanaan CAP dibagi menjadi:

a. Penderita rawat jalan

Pengobatan suportif / simptomatik

1) Istirahat di tempat tidur

2) Minum secukupnya untuk mengatasi dehidrasi

3) Bila panas tinggi perlu dikompres atau minum obat penurun

panas

4) Bila perlu dapat diberikan mukolitik dan ekspektoran

5) Pemberian antiblotik harus diberikan (sesuai bagan) kurang

dari 8 jam

b. Penderita rawat inap di ruang rawat biasa

Pengobatan suportif / simptomatik

1) Pemberian terapi oksigen

2) Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi kalori dan

elektrolit.

3) Pemberian obat simptomatik antara lain antipiretik, mukolitik

Pengobatan antibiotik harus diberikan (sesuai bagan) kurang

dari 8 jam.

c. Penderita rawat inap di Ruang Rawat Intensif

1) Pengobatan suportif / simptomatik

a) Pemberian terapi oksigen.

b) Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi kalori dan

elektrolit

c) Pemberian obat simptomatik antara lain antipiretik,

mukolitik.

2) Pengobatan antibiotik (sesuai bagan.) kurang dari 8 jam.

3) Bila ada indikasi penderita dipasang ventilator mekanik.

Page 9: Laporan Pendahuluan CAP Ok

7. Pemeriksaan Penunjang

a. Gambaran Radiologis

Foto thorax (PA/Lateral) yang merupakan pemeriksaan penunjang

utama untuk menegakkan diagnosis

b. Pemeriksaan Laboratorium

Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah

leukosit, biasanya lebih dari 10.000/ul kadang sampai 30.000/ul,

dan pada hitungan jenis leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta

terjadi peningkatan LED. Untuk pemeriksaan diagnosis etiologi

dibutuhkan pemeriksaan dahak, kultur darah dan serologi. Kultur

darah dapat positif pada 20-25 persen penderita yang tidak diobati.

Analisa gas darah menunjukkan hipoksemia dan hikarbia, pada

stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik (PDPI, 2003).

Page 10: Laporan Pendahuluan CAP Ok

8. Pathway

Page 11: Laporan Pendahuluan CAP Ok

9. Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

1) Aktivitas/istirahat

Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia

Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.

2) Sirkulasi

Gejala : riwayat adanya

Tanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat

3) Makanan/cairan

Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat

diabetes mellitus

Tanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk,

penampilan kakeksia (malnutrisi)

4) Neurosensori

Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza)

Tanda : perusakan mental (bingung)

5) Nyeri/kenyamanan

Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk),

imralgia, artralgia.

Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang

sakit untuk membatasi gerakan)

6) Pernafasan

Gejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas),

dispnea.

Tanda : - sputum: merah muda, berkarat

- perpusi: pekak datar area yang konsolidasi

- premikus: taksil dan vocal bertahap meningkat

dengan konsolidasi

- Bunyi nafas menurun

- Warna: pucat/sianosis bibir dan kuku

Page 12: Laporan Pendahuluan CAP Ok

7) Keamanan

Gejala : riwayat gangguan sistem imun misal: AIDS,

penggunaan steroid, demam.

Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar

8) Penyuluhan/pembelajaran

Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan

alkohol kronis

Tanda : DRG menunjukkan rerata lama dirawat 6 – 8 hari

Rencana pemulangan: bantuan dengan perawatan diri,

tugas pemeliharaan rumah

b. Diagnosis Keperawatan

1) Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi

trachea bronchial, pembentukan edema, peningkatan produksi

sputum.

2) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan Proses inflamasi

3) Resiko tinggi terhadap infeksi (penyebaran) berhubungan

dengan ketidakadekuatan pertahanan sekunder (adanya infeksi

penekanan imun), penyakit kronis, malnutrisi.

4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan

antara suplai dan kebutuhan oksigen.

5) Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi parenkim paru,

batuk menetap.

6) Takut/cemas berhubungan dengan : kesulitan bernapas

prosedur dan lingkungan tidak dikenal,] kurang terpajan,

kesalahan interpretasi.

c. Rencana Keperawatan

Bersihan jalan nafas, tak efektif, dapat berhubungan dengan :

inflamasi trakeabranchial, pembentukan edema, peningkatan

produksi sputum, nyeri fleuritik. Penurunan energi, kelemahan.

Tujuan : Menunjukkan prilaku mencapai bersihan jalan nafas,

menunjukkan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih, tak ada

dispnoe.

Page 13: Laporan Pendahuluan CAP Ok

Tindakan / intervensi :

o Mandiri

1) Auskultasi area paru, catat area penurunan/tak ada aliran

udara dan bunyi nafas, misalnya : krekels, mengi.

Rasional : Penurunan aliran udara terjadi pada area

konsolidasi dengan cairan, bunyi nafas bronchial ( normal

pada bronchus ) dapat juga terjadi pada area konsolidasi.

Krekels dan ronchi dan mengi terdengar pada inspirasi dan /

atau ekspirasi pada respon terhadap pengumpulan cairan,

secret kental dan spasme jalan nafas / obstruksi.

2) Bantu pasien latihan nafas sering. Tunjukkan / Bantu pasien

mempelajari melakukan batuk, missal menekan dada dan

batuk efektif sementara posisi duduk tinggi.

Rasional : Nafas dalam memudahkan ekspansi maksimum

paru-paru/jalan nafas lebih kecil. Batuk adalah mekanisme

pembersihan jalan nafas alami, membantu silia untuk

mempertahankan jalan nafas paten.

3) Pengisapan sesuai indikasi

Rasional : Merangsang batuk atau pembersihan jalan nafas

secara mekanik pada pasien yang tak mampu melakukan

karena batuk tak efektif atau penurunan tingkat kesadaran.

4) Berikan cairan sedikitnya 2500 ml ml/hari ( kecuali

kontraindikasi ). Tawarkan air hangat dari pada dingin.

Rasional : Cairan kususnya yang hangat memobilisasi dan

mengeluarkan sekret.

o Kolaborasi

1) Bantu mengawasi efek pengobatan

Rasional : Memudahkan pengenceran dan pembuangan

sekret.

2) Berikan obat sesuai indikasi, mukoliti, ekspentoran,

bronchodilator & analgesik

Page 14: Laporan Pendahuluan CAP Ok

Rasional : Alat untuk menurunkan spasme bronchus dengan

mobilisasi sekret. Analgesik untuk memperbaiki batuk

dengan menurunkan ketidaknyaman tapi harus digunakan

secara hati-hati karena dapat menekan pernafasan.

Pola Napas tidak efektif berhubungan dengan proses

Inflamasi.

Tujuan : Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan

dengan GDA dalam rentang normal dan tak ada gejala distress

pernafasan.

Tindakan / intervensi :

o Mandiri :

1) Kaji frekwensi, kedalaman dan kemudahan bernafas.

Rasional : manifestasi distress pernafasan tergantung pada

indikasi derajat keterlibatan paru dan status kesehatan

umum.

2) Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku, catat

adanya sianosis perifer ( kuku ) atau sianosis sentral.

Rasional : Sianosis kuku menunjukkan vasokontriksi atau

espon tubuh terhadap demam / menggigil.

3) Kaji status mental

Rasional : Gelisah, mudah terangsang, bingung dan

somnolen dapat menunjukkan hipoksemia / penurunan

oksigenasi serebral.

4) Awasi suhu tubuh sesuai indikasi

Rasional : Demam tinggi sangat meningkatkan kebutuhan

metabolik dan kebutuhan oksigen dan mengganggu

oksigenasi selular.

o Kolaborasi

1) Berikan terapi oksigen dengan benar.

Rasional : Tujuan terapi oksigen adalah mempertahankan

PaO2 di atas 60 mmHg. Oksigen diberikan dengan metode

yang memberikan pengiriman tepat dalam toleransi pasien.

Page 15: Laporan Pendahuluan CAP Ok

Infeksi, Risiko tinggi terhadap penyebaran, Kemungkinan

berhubungan dengan : ketidakadekuatan pertahanan utama

( penurunan kerja silia, perlengketan sekret pernafasan )., tidak

adekuatnya pertahanan sekunder, penyakit kronis, malnutrisi.

Tujuan : Mencapai waktu perbaikan infeksi berulang tanpa

komplikasi, mengidentifikasi intervensi untuk

mencegah/menurunkan risiko infeksi.

Tindakan / intervensi :

o Mandiri

1) Pantau tanda vital dengan ketat, khusus selama awal terapi.

Rasional : selama periode waktu ini, potensial komplikasi

fatal dapat terjadi.

2) Anjurkan pasien memperhatikan pengeluaran sekret dan

melaporkan perubahan warna, jumlah dan bau sekret.

Rasional : Pengeluaran sputum amat penting, perubahan

karakteristik sputum menunjukkan perbaikan pneumonia

atau terjadinya infeksi sekunder.

3) Tunjukkan / dorong tehnik mencuci tangan yang baik

Rasional : Efektif berarti menurunkan penyebaran /

tambahan infeksi

4) Ubah posisi dengan sering dan berikan pembuangan paru

yang baik

Rasional : meningkatkan pengeluaran, pembersihan infeksi.

5) Batasi pengunjung sesuai indikasi

Rasional : menurunkan pemajanan terhadap patogen infeksi

lain.

6) Lakukan isolasi pencegahan sesuai individual

Rasional : mencegah penyebaran / melindungi pasien dari

proses infeksi lain.

7) Dorong keseimbangan istirahat adekuat dengan aktifitas

sedang. Tingkatkan masukan nutrisi adekuat.

Page 16: Laporan Pendahuluan CAP Ok

Rasional : Memudahkan proses penyembuhan dan

meningkatkan tahanan alamiah.

o Kolaborasi :

1) Berikan antimikrobial sesuai indikasi dengan hasil kultur

sputum / darah, misalnya penicillin, eritromisin, tetrasiklin,

amikain, sepalosporin & amantadin.

Rasional : untuk membunuh kebanyakan microbial.

Komplikasi antiviral dan antijamur mungkin digunakan bila

pneumonia diakibatkan oleh organisme campuran.

Intoleransi aktifitas kemungkinan berhubungan dengan :

ktidak seimbangan anatar suplai dan kebutuhan oksigen,

kelemahan umum, kelelahan.

Tujuan : Melaporkan / menunjukkan peningkatan toleransi terhadap

aktivitas yang dapat diukur dengan tak adanya dispnoe, kelemahan

berlebihan dan tanda vital dalam rentang normal.

Tindakan / intervensi :

o Mandiri

1) Evaluasi respons pasien terhadap aktivitas.

Rasional : menetapkan kemampuan n/ kebutuhan pasien

dan memudahkan pilihan intervensi.

2) Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama

fase akut sesuai indikasi .

Rasional : menurunkan stress dan rangsangan berlebihan,

meningkatkan istirahat.

3) Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan

dan perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat.

Rasional : Tirah baring dipertahankan selama fase akut

untuk menurunkan kebutuhan metabolic, menghemat energi

untuk penyembuhan.

4) Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan /

atau tidur

Page 17: Laporan Pendahuluan CAP Ok

Rasional : Pasien mungkin nyaman dengan kepala lebih

tinggi.

Takut/cemas berhubungan dengan : kesulitan bernapas

prosedur dan lingkungan tidak dikenal, kurang terpajan,

kesalahan interpretasi.

Tujuan : Menyatakan pemahaman kondisi, proses penyakit, dan

pengobatan, melakukan perubahan pola hidup dan

berpartisipasi dalam program pengobatan.

Tindakan / intervensi :

1) Kaji fungsi normal paru, patologi kondisi

Rasional : Meningkatkan pemahaman situasi yang ada dan

penting menghu bungkan dengan program pengobatan.

2) Diskusikan aspek ketidakmampuan dari penyakit, lamanya

penyembuhan, dan harapan kesembuhan identifikasi

perawatan diri dan kebutuhan / sumber pemeliharaan rumah

Rasional : informasi dapat meningkatkan koping dan

menurunkan ansietas dan masalah berlebihan. Gejala

pernafasan mungkin lambat untuk membaik, dan kelemahan

dan kelelahan dapat menetap selama periode yang panjang.

3) Berikan informasi dalam bentuk tertulis dan / atau verbal

Rasional : Kelemahan dan depresi dapat mempengaruhi

kemampuan untuk mengasimilasi informasi / mengikuti

program medik.

4) Tekankan pentingnya melanjutkan batauk efektif / latihan

pernafasan.

Rasional : selama awal 6 – 8 minggui setelah pulang, pasien

beresiko besar untuk kambuh pneumonia.

5) Tekankan pentingnya melanjutkan terapi antibiotik selama

periode yang dianjurkan.

Rasional : Penghentian dini antibiotik dapat mengakibatkan

iritasi mukosa bronchus, dan menghambat makrofag,

Page 18: Laporan Pendahuluan CAP Ok

alveolar, mempengaruhi pertahanan alami tubuh melawan

infeksi.

Nyeri berhubungan dengan inflamasi parenkim varul, batuk

menetap

Intervensi:

1) Tentukan karakteristik nyeri, misal kejan, konstan ditusuk.

Rasional: nyeri dada biasanya ada dalam seberapa derajat

pada pneumonia, juga dapat timbul karena pneumonia seperti

perikarditis dan endokarditis.

2) Pantau tanda vital

Rasional: Perubahan FC jantung/TD menu bawa Pc mengalami

nyeri, khusus bila alasan lain tanda perubahan tanda vital telah

terlihat.

3) Berikan tindakan nyaman pijatan punggung, perubahan posisi,

musik tenang / berbincangan.

Rasional: tindakan non analgesik diberikan dengan sentuhan

lembut dapat menghilangkan ketidaknyamanan dan

memperbesar efek derajat analgesik.

4) Aturkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama

episode batuk.

Rasional: alat untuk mengontrol ketidaknyamanan dada

sementara meningkat keefektifan upaya batuk.

Kolaborasi

1) Berikan analgesik dan antitusik sesuai indikasi

Rasional: obat dapat digunakan untuk menekan batuk non

produktif atau menurunkan mukosa berlebihan meningkat

kenyamanan istirahat umum.

d. Implementasi

Dilakukan sesuai dengan rencana tindakan menjelaskan setiap

tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan pedoman atau

prosedur teknik yang telah ditentukan.

Page 19: Laporan Pendahuluan CAP Ok

e. Evaluasi

Kriteria keberhasilan: Berhasil, Tuliskan kriteria keberhasilannya

dan tindakan dihentikan. Tidak berhasil : Tuliskan mana yang

belum berhasil dan lanjutkan tindakan.

Page 20: Laporan Pendahuluan CAP Ok

Daftar Pustaka

Asih, Retno. (2006). Continuing Education Ilmu Kesehatan Anak XXXVI Kapita Selekta Ilmu Kesehatan Anak Kuliah Pneumonia.

Corwin, J. (2008). Buku Saku Patofisiologi, Ed.3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Djojodibroto, D. (2007). Respirologi (Respiratory Medicine). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Doenges, Marilynn, E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

PPDI. (2003). Pneumonia Komuniti Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan.

Wong L, Donna. (2004) . Pedoman klinis keperawatan pediatrik. Jakarta: EGC.