laporan konsul ok

96
24 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai peningkatan derajat hidup sehat bagi setiap penduduk merupakan hakekat pembangunan kesehatan yang termuat didalam Sistem KesehatanNasionaldengan tujuanagar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Agar tujuan tersebut dapat tercapai secara op diperlukan partisipasi aktif dariseluruh anggotamasyarakat bersama petugas kesehatan. Kesehatan yang optimal bagi setiap indiidu, kel kelompok, dan masyarakat merupakan tujuan dari keperawatan, khususnya keperawatan komunitas. Keperawatankomunitassebagaisuatu bidang keperawatan yang merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat !publ health" dengan dukungan peran sertamasyarakat secaraaktif serta mengutamakan pelayanan promotif dan preentif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan rehabilitatif secara menyelur dan terpadu yang ditujukan kepada indiidu, keluarga, kelompok masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses keperawatan !n process" untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal, sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan !#ubarak, $%%&". Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan keperawatan yang bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontinue, dan berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah kesehatan klien, keluarga, kelompok serta masyarakat melalui langkah'langkah seperti pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan, implementasi, dan ealuasi keperawatan !(ahyudi, $%)%". Pendekatantinggi, yang digunakandalam perawatankesehatan komunitas adalah P*+ yang merupakan pelayanan kesehatan pokok yang berdasarkan pada metoda dan teknologi praktis, ilmiah dan so

Upload: antox-moelatte

Post on 05-Oct-2015

249 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Laporan Konsul Ok

TRANSCRIPT

115

BAB 1PENDAHULUANA. Latar belakang

Penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai peningkatan derajat hidup sehat bagi setiap penduduk adalah merupakan hakekat pembangunan kesehatan yang termuat didalam Sistem Kesehatan Nasional dengan tujuan agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Agar tujuan tersebut dapat tercapai secara optimal, diperlukan partisipasi aktif dari seluruh anggota masyarakat bersama petugas kesehatan. Kesehatan yang optimal bagi setiap individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat merupakan tujuan dari keperawatan, khususnya keperawatan komunitas.Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat (public health) dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif serta mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok serta masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses keperawatan (nursing process) untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal, sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan (Mubarak, 2006). Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan keperawatan yang bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontinue, dan berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah kesehatan klien, keluarga, kelompok serta masyarakat melalui langkah-langkah seperti pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan (Wahyudi, 2010).Pendekatan tinggi, yang digunakan dalam perawatan kesehatan komunitas adalah PHC yang merupakan pelayanan kesehatan pokok yang berdasarkan pada metoda dan teknologi praktis, ilmiah dan sosial yang dapat diterima secara umum baik oleh individu, keluarga maupun masyarakat yang merupakan sasaran perawatan kesehatan komunitas. Diharapkan melalui kegiatan Public Health Care (PHC) sasaran tersebut dapat berpartisipasi secara penuh dengan menggunakan biaya yang dapat terjangkau oleh masyarakat dan negara. Keterlibatan peran serta masyarakat sangat diperlukan, dimana individu, keluarga, dan masyarakat bertanggung jawab atas kesehatannya sendiri dengan berperan sebagai pelaku kegiatan dalam upaya peningkatan kesehatannya berdasarkan asas kebersamaan dan kemandirian. Bantuan yang diberikan karena ketidaktahuan, ketidakmampuan dan ketidakmauan dengan menggunakan potensi / sumber daya yang ada di lingkungan untuk memandirikan masyarakat, sehingga pengembangan wilayah setempat merupakan bentuk pengorganisasian yang dapat digunakan.

Untuk mewujudkan upaya tersebut Departemen Kesehatan RI menetapkan visi pembangunan kesehatan yaitu Masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat. Strategi yang dikembangkan adalah menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat dengan memfasilitasi percepatan dan pencapaian derajat kesehatan setinggi-tingginya bagi seluruh penduduk dengan mengembangkan kesiapsiagaan di tingkat desa.Hasil Windshield survey 10 februari 2015 didapatkan hasil karakteristik wilayah desa durian dusun sela berupa dataran rendah yang merupakan daerah pedesaan. Gambaran geografis desa durian dusun sela adalah berupa perumahan tidak berdekatan dengan banyak tanaman dapat tumbuh dan menghasilkan. Hasil pengolahan data yang berasal dari wawancara dan observasi didapatkan data perumahan warga desa durian dusun sela termasuk bangunan semi permanen dan lantainya papan, jarak antara rumah cukup jauh > 1 meter. Lingkungan warga desa durian dusun sela sebagian besar rumah warga memiliki halaman. Pusat pelayanan terdapat puskesmas, puskesmas pembantu, polindes, team penimbang dan angka penyakit tertinggi yaitu gatal-gatal dan ispa.Berdasarkan hasil data tersebut perlu adanya perawatan kesehatan masyarakat. Perawatan kesehatan masyarakat diterapkan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan populasi dimana prakteknya tersebut bersifat umum dan komprehensif yang ditujukan pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang memiliki kontribusi bagi kesehatan, pendidikan kesehatan dan manajemen serta koordinasi dan kontinuitas pelayanan holistik. Masalah kesehatan masyarakat dapat bermula dari perilaku individu, keluarga, kelompok dan masyarakat diantaranya berkaitan dengan masalah kesehatan lingkungan, kesehatan ibu anak, kesehatan remaja serta kesehatan lanjut usia (lansia), maupun pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan yang masih sangat rendah seperti pemeriksaan kesehatan, kehamilan, imunisasi, posyandu dan lain sebagainya.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Ilmu Kesehatan STIK MUHAMMADIYAH PONTIANAK melaksanakan pengambilan data Keperawatan Komunitas di Wilayah Dusun Sela Desa Durian Kecamatan Ambawang dengan menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatan keluarga dan pendekatan masyarakat, dalam rangka melakukan pembinaan, mengatasi masalah kesehatan serta meningkatkan derajat kesehatan yang optimal secara mandiri, dimana dalam pelaksanaan praktek asuhan keperawatan komunitas menggunakan pendekatan proses keperawatan komunitas yang diawali dari pengkajian dengan cara mengumpulkan data, analisa, menentukan diagnosa atau permasalahan dan menyusun rencana sesuai peramasalahan yang ditemukan.B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Menerapkan asuhan keperawatan kesehatan komunitas di Dusun Sela Desa Durian Kecamatan Ambawang melalui pendekatan proses keperawatan.

2. Tujuan Khusus

a. Bersama masyarakat mengidentifikasi karakteristik geografis dan demografis Dusun Sela Desa Durian Kecamatan Ambawang

b. Bersama masyarakat mengidentifikasi kebutuhan dan atau masalah kesehatan komunitas di Desa Durian Dusun Sela Kecamatan Ambawang

c. Bersama masyarakat merencanakan asuhan keperawatan kesehatan komunitas di Desa Durian Dusun Sela Kecamatan Ambawang

C. Manfaat

Diharapkan dengan adanya kegiatan pembangunan kesehatan masyarakat desa dalam asuhan keperawatan komunitas di Desa Durian Dusun Sela dapat bermanfaat bagi :

1. Mahasiswa

Memberikan asuhan keperawatan kesehatan komunitas melalui pendekatan proses keperawatan

2. Masyarakat

a. Menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan

b. Dapat membantu masyarakat guna mengerti gambaran status kesehatan dan menyadari permasalahan kesehatan yang ada serta memiliki kemauan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.

3. Puskesmas

Diharapkan dapat memberikan sumbangan/masukan berupa informasi tentang kondisi kesehatan masyarakat yang termasuk dalam wilayah kerja puskesmas guna membantu program kesehatan pada masyarakat.BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Keperawatan Komunitas 1. Definisi Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang mempunyai persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan kelompok khusus dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan nilai yang telah melembaga (Sumijatun dkk, 2006). Misalnya di dalam kesehatan di kenal kelompok ibu hamil, kelompok ibu menyusui, kelompok anak balita, kelompok lansia, kelompok masyarakat dalam suatu wilayah desa binaan dan lain sebagainya. Sedangkan dalam kelompok masyarakat ada masyarakat petani, masyarakat pedagang, masyarakat pekerja, masyarakat terasing dan sebagainya (Mubarak, 2006).

Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat (public health) dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif serta mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok serta masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses keperawatan (nursing process) untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal, sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan (Mubarak, 2006).

Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan keperawatan yang bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu, dan berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah kesehatan klien, keluarga, kelompok serta masyarakat melalui langkah-langkah seperti pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan (Wahyudi, 2010).2. Tujuan dan Fungsi Keperawatan Komunitas a. Tujuan keperawatan komunitas

Tujuan proses keperawatan dalam komunitas adalah untuk pencegahan dan peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya sebagai berikut :

1) Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap individu, keluarga, dan keluarga dan kelompok dalam konteks komunitas.

2) Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (health general community) dengan mempertimbangkan permasalahan atau isu kesehatan masyarakat yang dapat memengaruhi keluarga, individu, dan kelompok.

Selanjutnya, secara spesifik diharapkan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat mempunyai kemampuan untuk:

1) Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami;

2) Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah tersebut;

3) Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan;

4) Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi;

5) Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka hadapi, yang akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara mandiri (self care).

b. Fungsi keperawatan komunitas

1) Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan masalah klien melalui asuhan keperawatan.

2) Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai dengan kebutuhannya dibidang kesehatan.

3) Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan masalah, komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran serta masyarakat.

4) Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan penanganan dan pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat mempercepat proses penyembuhan (Mubarak, 2006). 3. Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas Strategi intervensi keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:

a. Proses kelompok (group process)

Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit, tentunya setelah belajar dari pengalaman sebelumnya, selain faktor pendidikan/pengetahuan individu, media masa, Televisi, penyuluhan yang dilakukan petugas kesehatan dan sebagainya. Begitu juga dengan masalah kesehatan di lingkungan sekitar masyarakat, tentunya gambaran penyakit yang paling sering mereka temukan sebelumnya sangat mempengaruhi upaya penangan atau pencegahan penyakit yang mereka lakukan. Jika masyarakat sadar bahwa penangan yang bersifat individual tidak akan mampu mencegah, apalagi memberantas penyakit tertentu, maka mereka telah melakukan pemecahan-pemecahan masalah kesehatan melalui proses kelompok.

b. Pendidikan Kesehatan (Health Promotion) Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis, dimana perubahan tersebut bukan hanya sekedar proses transfer materi/teori dari seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat prosedur. Akan tetapi, perubahan tersebut terjadi adanya kesadaran dari dalam diri individu, kelompok atau masyarakat sendiri. Sedangkan tujuan dari pendidikan kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 maupun WHO yaitu meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan; baik fisik, mental dan sosialnya; sehingga produktif secara ekonomi maupun secara sosial. c. Kerjasama (Partnership)

Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam lingkungan masyarakat jika tidak ditangani dengan baik akan menjadi ancaman bagi lingkungan masyarakat luas. Oleh karena itu, kerja sama sangat dibutuhkan dalam upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan komunitas melalui upaya ini berbagai persoalan di dalam lingkungan masyarakat akan dapat diatasi dengan lebih cepat. 4. Pusat Kesehatan Komunitas Penyelenggaraan pelayanan kesehatan komunitas dapat dilakukan di:

a. Sekolah atau Kampus

Pelayanan keperawatan yang diselenggarakan meliputi pendidikan pencegahan penyakit, peningkatan derajat kesehatan dan pendidikan seks. Selain itu perawata yang bekerja di sekolah dapat memberikan perawatan untuk peserta didik pada kasus penyakit akut yang bukan kasus kedaruratan misalnya penyakit influensa, batuk dan lain sebagai. Perawat juga dapat memberikan rujukan pada peserta didik dan keluarganya bila dibutuhkan perawatan kesehatan yang lebih spesifik.

b. Lingkungan kesehatan kerja

Beberapa perusahaan besar memberikan pelayanan kesehatan bagi pekerjanya yang berlokasi di gedung perusahaan tersebut. Asuhan keperawatan di tempat ini meliputi lima bidang. Perawata menjalankan program yang bertujuan untuk:

1) Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja dengan mengurangi jumlah kejadian kecelakaan kerja

2) Menurunkan risiko penyakit akibat kerja

3) Mengurangi transmisi penyakit menular anatar pekerja

4) Memberikan program peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, dan pendidikan kesehatan.

5) Mengintervensi kasus-kasus lanjutan non kedaruratan dan memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan (Mubarak, 2006).

c. Lembaga perawatan kesehatan di rumah

Klien sering kali membutuhkan asuhan keperawatan khusus yang dapat diberikan secara efisien di rumah. Perawat di bidang komunitas juga dapat memberikan perawatan kesehatan di rumah misalnya: perawata melakukan kunjungan rumah, hospice care, home care dll. Perawat yang bekerja di rumah harus memiliki kemampuan mendidik, fleksibel, berkemampuan, kreatif dan percaya diri, sekaligus memiliki kemampuan klinik yang kompeten.

d. Lingkungan kesehatan kerja lain

Terdapat sejumlah tempat lain dimana perawat juga dapat bekerja dan memiliki peran serta tanggungjawab yang bervariasi. Seorang perawat dapat mendirikan praktek sendiri, bekerja sama dengan perawata lain, bekerja di bidang pendididkan , penelitian, di wilayah binaan, puskesmas dan lain sebagainya. Selain itu, dimanapun lingkungan tempat kerjanya, perawat ditantang untuk memberikan perawatan yang berkualitas (Mubarak, 2006).

5. Bentuk Bentuk Pendekatan dan Partisipasi Masyarakata. PosyanduPos pelayanan terpadu atau yang lebih dikenal dengan posyandu. Secara sederhana dapat diartikan sebagai pusat kegiatan dimana masyarakat dapat sekaligus memperoleh pelayanan KB dan Kesehatan. Selain itu posyandu juga dapat diartikan sebagai wahana kegiatan keterpaduan KB dan kesehatan ditingkat kelurahan atau desa, yang melakukan kegiatan-kegiatan seperti: (1) kesehatan ibu dan anak, (2) KB, (3) imunisasi, (4) peningkatan gizi, (5) penanggulangan diare, (6) sanitasi dasar, (7) penyediaan obat esensial (Zulkifli, 2003).

Pelayanan yang diberikan di posyandu bersifat terpadu, hal ini bertujuan untuk memberikan kemudahan dan keuntungan bagi masyarakat karena di posyandu tersebut masyarakat dapat memperolah pelayanan lengkap pada waktu dan tempat yang sama. Posyandu dipandang sangat bermanfaat bagi masyarakat namun keberadaannya di masyarakat kurang berjalan dengan baik, oleh karena itu pemerintah mengadakan revitalisasi posyandu. Revitalisasi posyandu merupakan upaya pemberdayaan posyandu untuk mengurangi dampak dari krisis ekonomi terhadap penurunan status gizi dan kesehatan ibu dan anak. Kegiatan ini juga bertujuan untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam menunjang upaya mempertahankan dan meningkatkan status gizi serta kesehatan ibu dan anak melalui peningkatan kemampuan kader, manajemen dan fungsi posyandu (Zulkifli, 2003).

Tujuan pokok penyelenggaraan Posyandu adalah untuk : (1) mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak, (2) meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR, (3) mempercepat penerimaan NKKBS, (4) meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan kegiatan lain yang menunjang peningkatan kemampuan hidup sehat, (5) pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan pada penduduk berdasarkan letak geografi, (6) meningkatkan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka alih teknologi untuk swakelola usaha kesehatan masyarakat.

Menurut (Nasru effendi, 2000) untuk menjalankan kegiatan Posyandu dilakukan dengan system 5 meja, yaitu:

1) Meja I

a) Pendaftaran

b) Pencacatan bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui, dan PUS (Pasangan Usia Subur)

2) Meja II

a) Penimbangan Balita dan ibu hamil

3) Meja III

a) Pengisian KMS

4) Meja IV

a) Diketahui BB anak yang naik/tidak naik, ibu hamil dengan resiko tinggi, PUS yang belum mengikuti KB

b) Penyuluhan kesehatan

c) Pelayanan PMT, oralit, Vit. A, Tablet zat besi, Pil ulangan, Kondom

5) Meja V

a) Pemberian iminisasi

b) Pemeriksaan Kehamilan

c) Pemeriksaan kesehatan dan pengobatan

d) Pelayanan kontrasepsi IUD, suntikan.

Peserta Posyandu mendapat pelayanan meliputi :

1) Kesehatan ibu dan anak :

a) Pemberian pil tambah darah (ibu hamil)

b) Pemberian vitamin A dosis tinggi ( bulan vitamin A pada bulan Februarii dan Agustus)

c) PMT

d) Imunisasi

e) Penimbangan balita rutin perbulan sebagai pemantau kesehatan balita melalui pertambahan berat badan setiap bulan. Keberhasilan program terlihat melalui grafik pada kartu KMS setiap bulan.

2) Keluarga berencana, pembagian Pil KB dan Kondom.

3) Pemberian Oralit dan pengobatan.

4) Penyuluhan kesehatan lingkungan dan penyuluhan pribadi sesuai permasalahan dilaksanakan oleh kader PKK melalui meja IV dengan materi dasar dari KMS baita dan ibu hamil. Keberhasilan Posyandu tergambar melalui cakupan SKDN

Menurut (Nasrul effendi, 2000), untuk meja I sampai meja IV dilaksanakan oleh kader kesehatan dan untuk meja V dilaksanakan oleh petugas kesehatan seperti dokter, bidan, perawat, juru imunisasi. Tetapi dilapangan yang kita temukan dari meja 1 sampai meja 5 dilakukan oleh semua perawat puskesmas, hanya di beberapa posyandu yang kader kesehatannya berperan aktif. Pendidikan dan pelatihan kader selama ini hanya sebatas wacana saja di masyarakat. Kader seharusnya lebih aktif berpatisipasi dalam kegiatan Posyandu. Keadaan seperti ini masih perlu perhatian khusus untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.6. Model Konseptual Dalam Keperawatan Komunitas Model adalah sebuah gambaran deskriptif dari sebuah praktik yang bermutu yang mewakili sesuatu yang nyata atau gambaran yang mendekati kenyataan dari konsep. Model praktik keperawatan didasarkan pada isi dari sebuah teori dan konsep praktik (Riehl & Roy, 1980 dalam Sumijatun, 2006).

Salah satu model keperawatan kesehatan komunitas yaitu Model Health Care System (Betty Neuman, 1972). Model konsep ini merupakan model konsep yang menggambarkan aktivitas keperawatan, yang ditujukan kepada penekanan penurunan stress dengan cara memperkuat garis pertahanan diri, baik yang bersifat fleksibel, normal, maupun resisten dengan sasaran pelayanan adalah komunitas (Mubarak & Chayatin, 2009).

Menurut Sumijatun (2006) teori Neuman berpijak pada metaparadigma keperawatan yang terdiri dari yang terdiri dari klien, lingkungan, kesehatan dan keperawatan.Asumsi Betty Neuman tentang empat konsep utama yang terkait dengan keperawatan komunitas adalah:

a. Manusia, merupakan suatu sistem terbuka yang selalu mencari keseimbangan dari harmoni dan merupakan suatu kesatuan dari variabel yang utuh, yaitu: fisiologi, psikologi, sosiokultural, perkembangan dan spiritual,

b. Lingkungan, meliputi semua faktor internal dan eksternal atau pengaruh-pengaruh dari sekitar atau sistem klien.

c. Sehat, merupakan kondisi terbebas dari gangguan pemenuhan kebutuhan. Sehat merupakan keseimbangan yang dinamis sebagai dampak dari keberhasilan menghindari atau mengatasi stresor.

Model ini menganalisi interaksi anatara empat variabel yang menunjang keperawatan komunitas, yaitu aspek fisik atau fisiologis, aspek psikologis, aspek sosial dan kultural, serta aspek spiritual.

Sehat menurut Neuman adalah suatu keseimbangan bio, psiko, cultural dan spiritual pada tiga garis pertahanan klien, yaitu garis pertahanan fleksibel, normal dan resisten. Sehat dapat diklasifikasikan dalam delapan tahapan, yaitu:

a. Normally well, yaitu sehat secara psikologis, medis dan social

b. Pessimistic, yaitu bersikap atau berpandangan tidak mengandung harapan baik (misalnya khawatir sakit, ragu akan kesehatannya, dan lain-lain)

c. Socially ill, yaitu secara psikologis dan medis baik, tetapi kurang mampu secara social, baik ekonomi maupun interaksi social dengan masyarakat

d. Hypochondriacal, yaitu penyakit bersedih hati dan kesedihan tanpa alasan

e. Medically ill, yaitu sakit secara medis yang dapat diperiksa dan diukur

f. Martyr, yaitu orang yang rela menderita atau meninggal dari pada menyerah karena mempertahankan agama/kepercayaan. Dalam kesehatan, seseorang yang tidak memperdulikan kesehatannya, dia tetap berjuang untuk kesehatan/keselamatan orang lain

g. Optimistic, yaitu meskipun secara medis dan social sakit, tetapi mempunyai harapan baik. Keadaan ini sering kali sangat membantu dalam penyembuhan sakit medisnya.

h. Seriously ill, yaitu benar-benar sakit, baik secara psikologis, medis dan sosial

7. Hubungan Konsep Keperawatan Komunitas Dengan Pelayanan Kesehatan UtamaKeperawatan komunitas adalah suatu dalam keperawatan yang merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta aktif masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat dengan menekankan kepada peningkatan peran serta masyarakat dalam melakukan upaya promotif dan perventif dengan tidak melupakan tindakan kuratif dan rehabilitatif sehingga diharapkan masyarakat mampu mengenal, mengambil keputusan dalam memelihara kesehatannya (Mubarak, 2009).Selain menjadi subjek, masyarakat juga menjadi objek yaitu sebagai klien yang menjadi sasaran dari keperawatan kesehatan komunitas terdiri dari individu dan masyarakat. Berdasarkan pada model pendekatan totalitas individu dari Neuman (1972 dalam Anderson, 2006) untuk melihat masalah pasien, model komunitas sebagai klien dikembangkan untuk menggambarkan batasan keperawatan kesehatan masyarakat sebagai sintesis kesehatan masyarakat dan keperawatan. Model tersebut telah diganti namanya menjadi model komunitas sebagai mitra, untuk menekankan filosofi pelayanan kesehatan primer yang menjadi landasannya.

Secara lebih rinci dijabarkan sebagai berikut :

a. Tingkat individu

Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu tersebut mempunyai masalah kesehatan maka perawat akan memberikan asuhan keperawatan pada individu tersebut. Pelayanan pada tingkat individu dapat dilaksanakan pada rumah atau puskesmas, meliputi penderita yang memerlukan pelayanan tindak lanjut yang tidak mungkin dilakukan asuhan keperawatan di rumah dan perlu kepuskesmas, penderita resiko tinggi seperti penderita penyakit demam darah dan diare. Kemudian individu yang memerlukan pengawasan dan perawatan berkelanjutan seperti ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan balita. b. Tingkat keluarga

Keperawatan kesehatan komunitas melalui pendekatan keperawatan keluarga memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga yang mempunyai masalah kesehatan terutama keluarga dengan resiko tinggi diantaranya keluarga dengan sosial ekonomi rendah dan keluarga yang anggota keluarganya menderita penyakit menular dan kronis. Hal ini dikarenakan keluarga merupakan unit utama masyarakat dan lembaga yang menyakut kehidupan masyarakat. Dalam pelaksanaannya, keluarga tetap juaga berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan anggotanya. c. Tingkat komunitas

Keperawatan kesehatan komunitas di tingkat masyarakat dilakukan dalam lingkup kecil sampai dengan lingkup yang luas didalam suatu wilayah kerja puskesmas. Pelayanan ditingkat masyarakat dibatasi oleh wilayah atau masyarakat yang mempunyai ciri-ciri tertentu misalnya kebudayaan, pekerjaan, pendidikan dan sebagainya

Asuhan keperawatan komunitas diberikan dengan memandang komunitas sebagai klien dengan strategi intervensi keperawatan komunitas yang mencakup tiga aspek yaitu primer, sekunder dan tertier melalui proses individu dan kelompok dengan kerja sama lintas sektoral dan lintas program.

Pelayanan yang diberikan oleh keperawatan komunitas mencakup kesehatan komunitas yang luas dan berfokus pada pencegahan yang terdiri dari tiga tingkat yaitu:

1) Pencegahan primer

Pelayanan pencegahan primer ditunjukkan kepada penghentian penyakit sebelum terjadi karena itu pencegahan primer mencakup peningkatan derajat kesehatan secara umum dan perlindungan spesifik. Promosi kesehatan secara umum mencakup pendidikan kesehatan baik pada individu maupun kelompok. Pencegahan primer juga mencakup tindakan spesifik yang melindungi individu melawan agen-agen spesifik misalnya tindakan perlindungan yang paling umum yaitu memberikan imunisasi pada bayi, anak balita dan ibu hamil, penyuluhan gizi bayi dan balita.

2) Pencegahan sekunder

Pelayanan pencegahan sekunder dibuat untuk menditeksi penyakit lebih awal dengan mengobati secara tepat. Kegiatan-kegiatan yang mengurangi faktor resiko dikalifikasikansebagai pencegahan sekunder misalnya memotivasi keluarga untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu dan puskesmas.

3) Pencegahan tertier

Yang mencakup pembatasan kecacatan kelemahan pada seseorang dengan stadium dini dan rehabilitasi pada orang yang mengalami kecacatan agar dapat secara optimal berfungsi sesuai dengan kemampuannya, misalnya mengajarkan latihan fisik pada penderita patah tulang.

Selanjutnya agar dapat memberikan arahan pelaksanaan kegiatan, berikut ini diuraikan falsafah keperawatan komunitas dan pengorganisasian masyarakat (Mubarak, 2009): a. Falsafah Keperawatan Kesehatan KomunitasKeperawatan kesehatan komunitas merupakan pelayanan yang memberikan perhatian terhadap pengaruh lingkungan (bio-psiko-sosio-kultural-spiritual) terhadap kesehatan masyarakat dan memberikan prioritas pada strategi pada pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan. Falsafah yang melandasi yang mengacu pada paradigma keperawatan secar umum dengan empat komponen dasar yaitu; manusia, kesehatan, lingkungan dan keperawatan.

b. Pengorganisasian masyarakat

Tiga model pengorganisasian masyarakat meliputi peran serta masyarakat (localiti developmen), perencanaan sosial melalui birokrasi pemerintah (social developmant) dan aksi sosial berdasarkan kejadian saat itu (social action) (Mubarak, 2009).

Pelaksanaan pengorganisasian masyarakat dilakukan melalui tahapan-tahapan berikut:

1) Tahap persiapan

Dilakukan dengan memilih area atau daerah yang menjadi prioritas, menentukan cara untuk berhubungan dengan masyarakat , mempelajari dan bekerjasama dengan masyarakat.

2) Tahap pengorganisasian

Dengan persiapan pembentukan kelompok dan penyesuaian dengan pola yang ada dimasyarakat dengan pembentukan kelompok kerja kesehatan.

3) Tahap pendidikan dan pelatihan

Melalui kegiatan-kegiatan pertemuan teratur dengan kelompok masyarakat melalui pengkajian, membuat pelayanan keperawatan langsung pada individu, keluarga dan masyarakat.

4) Tahap formasi kepemimpinan

Memberikan dukungan latihan dan mengembangkan keterampialan yang mengikuti perencanaan, pengorganisasian, pergerakan dan pengawasan kegiatan pendidikan kesehatan.

5) Tahap koordinasi

Kerjasama dengan sektor terkait dalam upaya memandirikan masyarakat

6) Tahap akhirSuverpisi bertahap dan diakhiri dengan evaluasi dan pemberian umpan balik dan masing-masing evaluasi untuk perbaikan untuk kegiatan kelompok kesehatan kerja selanjutnya. 8. Proses Pelaksanaan Keperawatan Komunitas Keperawatan komunitas merupakan suatu bidang khusus keperawatan yang merupakan gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu sosial yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang diberikan kepada individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit (mempunyai masalah kesehatan/keperawatan), secara komprehensif melalui upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif dengan melibatkan peran serta aktif masyarakat secara terorganisir bersama tim kesehatan lainnya untuk dapat mengenal masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi serta memecahkan masalah-masalah yang mereka miliki dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan sesuai dengan hidup sehat sehingga dapat meningkatkan fungsi kehidupan dan derajat kesehatan seoptimal mungkin dan dapat diharapkan dapat mandiri dalam memelihara kesehatannya (Chayatin, 2009). Menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra kerja dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan kesehatan. Pelayanan keperawatan profesional yang merupakan perpaduan antara konsep kesehatan masyarakat dan konsep keperawatan yang ditujukan pada seluruh masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi (Efendi, 2009).

Keperawatan komunitas merupakan Pelaksanaan keperawatan komunitas dilakukan melalui beberapa fase yang tercakup dalam proses keperawatan komunitas dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang dinamis. Fase-fase pada proses keperawatan komunitas secara langsung melibatkan komunitas sebagai klien yang dimulai dengan pembuatan kontrak/partner ship dan meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi (Efendi, 2009).

Asuhan keperawatan yang diberikan kepada komunitas atau kelompok adalah (Mubarak, 2005):

1. Pengkajian merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan sistematis terhadap mesyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga atau kelompok yang menyangkut permasalah pada fisiologis, psikologis, sosial ekonomi, maupun spiritual dapan ditentukan.

a. Pengumpulan Data

Hal yang perlu dikaji pada komunitas atau kelompok antara lain :

1) Inti (Core) meliputi : Data demografi kelompok atau komunitas yang terdiri atas usia yang beresiko, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, agama, nilai-nilai, keyakinan, serta riwayat timbulnya kelompok atau komunitas.

2) Mengkaji 8 subsistem yang mempengaruhi komunitas, antara lain:

a. Perumahan, bagaimana penerangannya, sirkulasi, bagaimana kepadatannya karena dapat menjadi stresor bagi penduduk

b. Pendidikan komunitas, apakah ada sarana pendidikan yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat

c. Keamanan dan keselamatan, bagaimana keselamatan dan keamanan tempat tinggal, apakah masyarakat merasa nyaman atau tidak, apakag sering mengalami stres akibat keamanan dan keselamatan yang tidak terjamin

d. Kualiti dan kebijakan pemerintah terkait kesehatan, apakah cukup menunjang, sehingga memudahkan masyarakat mendapatkan pelayanan di berbagai bidang termasuk kesehatan

e. Pelayanan kesehatan yang tesedia, untuk diteksi dini atau memantau gangguan yang terjadi

f. Pelayanan kesehatan yang tersedia, untuk melakukan deteksi dini dan merawat atau memantau gangguan yang terjadi

g. Sistem komunikasi, serta komunikasi apa saja yang dapat dimanfaatkan masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan yang terkait dengan gangguan penyakit

h. Sistem ekonomi, tingkat sosial ekonomi masyarakat secara keseluruhan, apakah pendapatan yang terima sesuai dengan Upah Minimum Registrasi (UMR) atau sebaliknya

i. Rekreasi, apakah tersedia sarana rekreasi, kapan saja dibuka, apakah biayanya dapat dijangkau masyarakat

b. Jenis Data

Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subjektif dan data objektif (Mubarak, 2005):

1) Data Subjektif

Yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang dirasakan oleh individu, keluarga, kelompok, dan komunitas, yang diungkapkan secara langsung melalui lisan.

2) Data Objektif

Data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan, pengamatan dan pengukuran

c. Sumber Data

1) Data primer

Data yang dikumpulkan oleh pengkaji dari individu,keluarga, kelompok, masyarakat berdasarkan hasil pemeriksaan atau pengkajian.

2) Data sekunder

Data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat dipercaya, misalnya: kelurahan, catatan riwayat kesehatan pasien atau medical record.

3) Cara Pengumpulan Data

a. Wawancara yaitu: kegiatan timbale balik berupa Tanya jawab

b. Pengamatan yaitu: melakukan observasi dengan panca indra

c. Pemeriksaan fisik: melakukan pemeriksaan pada tubuh individu 4) Pengelolaan Data

a. Klasifikasi data atau kategorisasi data

b. Perhitungan presentase cakupan dengan menggunakan telly

c. Tabulasi data

d. Interpretasi data

5) Analisa Data

Kemampuan untuk mengkaitkan data dan menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat diketahui tentang kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh masyarakat apakah itu masalah kesehatan atau masalah keperawatan.

6) Penentuan Masalah atau Perumusan Masalah Kesehatan

Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan dan masalah keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat sehingga dapat dirumuskan masalah kesehatan. 7) Prioritas Masalah

Prioritas masalah dapat ditentukan berdasarkan hierarki kebutuhan Abraham H Maslow:

Keadaan yang mengancam kehidupan

Keadaan yang mengancam kesehatan

Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan

2. Diagnosa Keperawatan Kesehatan Diagnosis keperawatan ialah respon individu pada masalah kesehatan baik yang actual maupun potensial. Diagnose keperawatan komunitas akan memeberikan gambaran tentang masalah dan status kesehatan masyarakat baik yang nyata dan yang mungkin terjadi. Diagnosa ditegakkan berdasarkan tingkat rekreasi komunitas terhadap stresor yang ada. Selanjutnya dirumuskan dalam tiga komponen, yaitu problem/masalah (P), etiology atau penyebab (E), dan symptom atau manifestasi/data penunjang (S) (Mubarak, 2005).

a. Problem : merupakan kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang seharusnya terjadi.

b. Etiologi : penyebab masalah kesehatan atau keperawatan yang dapat memeberikan arah terhadap intervensi keperawatan.

c. Symptom : tanda atau gejala yang tampak menunjang masalah yang terjadi. 3. Perencanaan keperawatan merupakan penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis keprawatan yang sudah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien. Perencanaan intervensi yang dapat dilakukan berkaitan dengan diagnosa keperawatan komunitas yang muncul diatas adalah (Mubarak, 2005):

a. Lakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit

b. Lakukan demonstrasi ketrampilan cara menangani penyakit

c. Lakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan penyakit

d. Lakukan kerja sama dengan ahli gizi dalam mennetukan diet yang tepat

e. Lakukan olahraga secara rutin

f. Lakukan kerja sama dengan pemerintah atau aparat setempat untuk memperbaiki lingkungan komunitas

g. Lakukan rujukan ke rumah sakit bila diperlukan 4. Pelaksanaan/Implementasi Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan yang telah disusun. Dalam pelaksanaannya tindakan asuhen keperawatan harus bekerjasama dengan angoota tim kesehatan lain dalam hal melibatkan pihak puskesmas, bidan desa, dan anggota masyarakat (Mubarak, 2005). Perawat bertanggung jawab dalam melaksanakan tindakan yang telah direncanakan yang bersifat (Efendi, 2009), yaitu:

a. Bantuan untuk mengatasi masalah gangguan penyakit

b. Mempertahankan kondisi yang seimbang dalam hal ini perilaku hidup sehat dan melaksanakan upaya peningkatan kesehatan

c. Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah gangguan penyakit

d. Advocat komunitas yang sekaligus memfasilitasi terpenuhinya kebutuhan komunitas

5. Penilaian/Evaluasi Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan antara proses dengan dengan pedoman atau rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan tingkat kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan masyarakat komunitas dengan tujuan yang sudah ditentukan atau dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2005). Adapun tindakan dalam melakukan evaluasi adalah:

a. Menilai respon verbal dan nonverbal komunitas setelah dilakukan intervensi

b. Menilai kemajuan oleh komunitas setelah dilakukan intervensi keperawatan

c. Mencatat adanya kasus baru yang dirujuk ke rumah sakit

BAB III

APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITASDalam rangka menerapkan ilmu tentang keperawatan komunitas kami sebagai mahasiswa STIK Muhammadiyah Pontianak melaksanakan praktik keperawatan komunitas yang mencakup komunitas dan keluarga di RW 001 RT 01, 02, 03, 04, Desa Durian Dusun Sela Kecamatan Sungai Ambawang Kabupaten Kubu Raya.

Adapun tahap kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaannya terdiri dari pengkajian, menganalisa data, menentukan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Namun sebelumnya dilakukan persiapan terlebih dahulu.

A. Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan kelompok melaksanakan kegiatan sebagai berikut:

1. Pemberitahuan kepada Kepala Desa Durian Dusun Sela Kecamatan Sungai Ambawang Kabupaten Kubu Raya untuk meminta izin praktik mahasiswa kepada warga.2. Memperkenalkan diri dan menyampaikan tujuan kedatangan mahasiswa kepada Kepala Desa dan perwakilan RT serta mendiskusikan masalah kesehatan yang diketahui Ketua RT.

3. Survey tempat bersama ketua RT 01, 02, 03, dan 04 (Desa Durian Dusun Sela Kecamatan Sungai Ambawang Kabupaten Kubu Raya)

4. Berdiskusi dengan Ketua RT 01, 02, 03 dan 04 mengenai segala sesuatu yang dibutuhkan selama praktik dimana Kepala Desa selaku perwakilan yang diserahkan tanggung jawab membantu mahasiswa.5. Mempersiapkan panitia pelaksanan praktik mahasiswa bersama mahasiswa S1 Reguler 2015 yang akan praktik.

B. Tahap Pengkajian

Pada tahap pengkajian ini, kelompok mengumpulkan data dengan menggunakan:

1. Winshield survey yaitu melakukan observasi secara umum terhadap keadaan kesehatan lingkungan yang ada di wilayah RT 01, 02, 03, 04, / RW 01 Desa Durian Dusun Sela Kecamatan Sungai Ambawang Kabupaten Kubu Raya.

2. Melakukan wawancara langsung dengan tokoh masyarakat dan tokoh agama di Dusun Desa Durian Dusun Sela Kecamatan Sungai Ambawang Kabupaten Kubu Raya RT 01, 02, 03, 04 / RW 01 Desa Durian Dusun Sela Kecamatan Sungai Ambawang Kabupaten Kubu Raya.3. Melakukan wawancara langsung dengan pihak Puskesmas Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya.

4. Kuesioner yang berisi pertanyaan pertanyaan yang diajukan kepada masyarakat yang harus di jawab sesuai dengan kondisi yang ada.

Setelah semua data terkumpul pada tanggal 09 Februari 2015, kemudian dilakukan tabulasi data pada tanggal 13-15 Februari 2015. Selanjutnya hasil tersebut digambarkan dalam bentuk grafik yang tertera sebagai berikut :

GRAFIK 3.1 PERSENTASE JENIS KELAMIN PADA WARGA DESA DURIAN DUSUN SELA FEBRUARI 2015

ANALISA DATA : Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan jenis kelamin perempuan 49% dan laki-laki 51%GRAFIK 3.2 PERSENTASE AGAMA PADA WARGA DESA DURIAN DUSUN SELA FEBRUARI 2015

ANALISA DATA : Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan data Agama islam 98%, Khatolik 1% dan Budha 1%GRAFIK 3.3 PERSENTASE PENDIDIKAN PADA WARGA DESA DURIAN DUSUN SELA FEBRUARI 2015

ANALISA DATA : Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan data pendidikan warga yang SD 43%, SMP 21%, SMA 17%, S1 2% dan tidak sekolah 17%.GRAFIK 3.4 PERSENTASE PEKERJAAN KEPALA KELUARGA PADA WARGA DESA DURIAN DUSUN SELA FEBRUARI 2015

ANALISA DATA: Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan data Pekerjaan KK sebagai PNS 4%, Swasta 36%, Buruh 26%, Petani 32%, Tidak Bekerja 1%, dan pensiunan 1%.GRAFIK 3.5 PERSENTASE SUKU BANGSA PADA WARGA DESA DURIAN DUSUN SELA FEBRUARI 2015

ANALISA DATA : Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan data suku bangsa Melayu 8%, Jawa 21%, Madura 63%, Dayak 1%, Bugis 4%, Sunda 2%, Cina 1%, dan Batak 1%.GRAFIK 3.6 PERSENTASE PENGHASILAN KEPALA KELUARGA PADA WARGA DESA DURIAN DUSUN SELA FEBRUARI 2015

ANALISA DATA : Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan data Penghasilan < Rp.1.560.000 sebanyak 47%, > Rp.1.560.000 sebanyak 53%GRAFIK 3.7 PERSENTASE KELUARGA MENABUNG PADA WARGA DUSUN SELA DESA DURIAN FEBRUARI 2015

ANALISA DATA : Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan data keluarga menabung 41%%, dan tidak menabung sebanyak 59%GRAFIK 3.8 PERSENTASE STATUS KEPEMILIKAN RUMAH PADA WARGA DUSUN SELA DESA DURIAN FEBRUARI 2015

ANALISA DATA : Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan data status kepemilikan rumah sewa 1%, numpang 14%, milik sendiri 85%.GRAFIK 3.9 PERSENTASE TIPE RUMAH YANG DIMILIKI WARGA DUDUN SELA DESA DURIAN FEBRUARI 2015

ANALISA DATA : Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan data tipe rumah permanen 55%, semi permanent 27%, tidak permanen 18 %GRAFIK 3.10 PERSENTASE PENGGUNAAN LANTAI PADA WARGA DUSUN SELA DESA DURIAN FEBRUARI 2015

ANALISA DATA : Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan data penggunaan lantai tanah 3%, papan 40%, tegel 35%, semen 35%GRAFIK 3.11 PERSENTASE JENDELA DI SETIAP RUMAH PADA WARGA DUSUN SELA DESA DURIAN FEBRUARI 2015

ANALISA DATA : Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan data penggunaan jendela di setiap rumah ya 97%, tidak 3%.GRAFIK 3.12 PERSENTASE JENDELA YANG DIBUKA SETIAP HARI PADA WARGA DUSUN SELA DESA DURIAN FEBRUARI 2015

ANALISA DATA: Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan jendela yang dibuka setiap hari 83%, tidak dibuka 17%.GRAFIK 3.13 PERSENTASE PENCAHAYAAN DALAM RUMAH DISIANG HARI PADA WARGA DUSUN SELA DESA DURIAN

FEBRUARI 2015

ANALISA DATA: Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan pencahayaan dalam rumah disiang hari yaitu terang 91%, remang-remang 8%, gelap 1%GRAFIK 3.14 PERSENTASE JARAK RUMAH DENGAN TETANGGA PADA WARGA DUSUN SELA DESA DURIANFEBRUARI 2015

ANALISA DATA: Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan jarak rumah dengan tetangga yaitu bersatu 4%, dekat 79%, terpisah 17%.GRAFIK 3.15 PERSENTASE SUMBER AIR UNTUK MASAK DAN MINUM PADA WARGA DUSUN SELA DESA DURIANFEBRUARI 2015

ANALISA DATA: Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan sumber air untuk masak dan minum yaitu sumur 5%, air galon 3%, air hujan 92%GRAFIK 3.16 PERSENTASE AIR MINUM DIMASAK ATAU TIDAK PADA WARGA DUSUN SELA DESA DURIAN FEBRUARI 2015

ANALISA DATA: Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan air minum dimasak atau tidak yaitu dimasak 90%, tidak dimasak 10%.GRAFIK 3.17 PERSENTASE SUMBER AIR MANDI/MENCUCI PADA WARGA DUSUN SELA DESA DURIAN

ANALISA DATA: Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan sumber air mandi/mencuci yaitu sumur 76%, air hujan 24%.GRAFIK 3.18 PERSENTASE JARAK SUMBER AIR DENGAN SEPTI TANK PADA WARGA DUSUN SELA DESA DURIANFEBRUARI 2015

ANALISA DATA: Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan jarak sumber air dengan septi tank yaitu 10m sebanyak 39%.GRAFIK 3.19 PERSENTASE TEMPAT PENAMPUNGAN AIR PADA WARGA DUSUN SELA DESA DURIAN FEBRUARI 2015

ANALISA DATA: Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan data tempat penampungan air yaitu bak 15%, gentong 82%, ember 3%GRAFIK 3.20 PERSENTASE KONDISI TEMPAT PENAMPUNGAN AIR PADA WARGA DUSUN SELA DESA DURIAN FEBRUARI 2015

ANALISA DATA: Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan kondisi tempat penampungan air yaitu terbuka 24%, tertutup 76%GRAFIK 3.21 PERSENTASE KONDISI AIR DALAM PENAMPUNGAN PADA WARGA DUSUN SELA DESA DURIAN PADA FEBRUARI 2015

Analisa Data: Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan kondisi air dalam penampungan 78% tidak berwarna/tidak berasa, 14% berwarna, 6% berbau, dan 2% berasa.

GRAFIK 3.22 PERSENTASE JENTIK DALAM PENAMPUNGAN PADA WARGA DUSUN SELA DESA DURIAN PADA FEBRUARI 2015

Analisa Data: Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan adanya jentik dalam penampungan air 71% tidak ada jentik dan hanya 29% yang ada.

GRAFIK 3.23 PERSENTASE DIMANA KELUARGA MEMBUANG SAMPAH PADA WARGA DUSUN SELA DESA DURIAN PADA FEBRUARI 2015

Analisa Data: Berdasarkan hasil pengkajian dimana keluarga membuang sampah, didapatkan 88% keluarga membuang sampah dengan cara dibakar 88%, ditimbun 9%, membuang disembarangan tempat 3%, dan ada 0% keluarga yang membuang sampah disungai.

GRAFIK 3.24 PERSENTASE PENAMPUNGAN SAMPAH SEMENTARA PADA WARGA DUSUN SELA DESA DURIAN PADA FEBRUARI 2015

Analisa Data: Berdasarkan hasil pengkajian penampungan sampah sementara, didapatkan 86% keluarga mempunyai tempat pembuangan sampah sementara, sedangkan yang tidak mempunyai tempat penampungan dan dibiarkan berserakan ada 14%.

GRAFIK 3.25 PERSENTASE KEADAAN TEMPAT PENAMPUNGAN SEMENTARA PADA WARGA DUSUN SELA DESA DURIAN PADA FEBRUARI 2015

Analisa Data: Berdasarkan hasil pengkajian keadaan tempat penampungan sampah sementara, didapatkan 81% dalam keadaannya terbuka, dan 19% tertutup.

GRAFIK 3.26 PERSENTASE JARAK PENAMPUNGAN SEMENTARA DENGAN RUMAH PADA WARGA DUSUN SELA DESA DURIAN PADA FEBRUARI 2015

Analisa Data: Berdasarkan hasil pengkajian jarak tempat pembuangan dengan rumah keluarga, didapatkan 68% jaraknya dekat (5M).

GRAFIK 3.27 PERSENTASE KEBIASAAN KELUARGA BAB DAN BAK PADA WARGA DUSUN SELA DESA DURIAN FEBRUARI 2015

Analisa Data: Berdasarkan hasil pengkajian jenis jamban/WC yang digunakan untuk BAB dan BAK, didapatkan 97% dijamban/WC, 2% disembarangan tempat, dan 1% disungai.

GRAFIK 3.28 PERSENTASE JENIS JAMBAN KELUARGA BAB DAN BAK PADA WARGA DUSUN SELA DESA DURIAN PADA FEBRUARI 2015

Analisa Data: Berdasarkan hasil pengkajian jenis jamban yang digunakan untuk BAB dan BAK, didapatkan 81% menggunakan leher angsa, 14% dengan plengsengan, dan 5% dengan cemplung.

GRAFIK 3.29 PERSENTASE PEMBUANGAN AIR LIMBAH WARGA DUSUN SELA DESA DURIAN PADA FEBRUARI 2015

Analisa Data: Berdasarkan hasil pengkajian pembuangan air limbah, didapatkan 67% pembuang di got, 28% dengan resapan, dan 5% di sembarangan tempat.

GRAFIK 3.30 PERSENTASE KONDISI DARI SALURAN PEMBUANGAN WARGA DUSUN SELA DESA DURIAN PADA FEBRUARI 2015

Analisa Data: Berdasarkan hasil pengkajian kondisi saluran pembuangan air limbah, didapatkan 93% dalam kondisi yang lancar, dan hanya 7% yang tersumbat/tergenang.GRAFIK 3.31 PERSENTASE KEPEMILIKAN KANDANG TERNAK PADA WARGA DUSUN SELA DESA DURIAN PADA FEBRUARI 2015

Analisa Data: Berdasarkan hasil pengkajian kepemilikan kandang ternak, didapatkan 63% tidak memiliki kandang ternak dan 37% memiliki ternak.

GRAFIK 3.32 PERSENTASE LETAK KANDANG TERNAK WARGA DUSUN SELA DESA DURIAN PADA FEBRUARI 2015

Analisa Data: Berdasarkan hasil pengkajian keluarga yang mempunyai kandang ternak, didapatkan 99% letaknya ada diluar rumah dan 1% didalam rumah.

GRAFIK 3.33 PERSENTASE KONDISI DARI KANDANG TERNAK WARGA DUSUN SELA DESA DURIAN PADA FEBRUARI 2015

Analisa Data: Berdasarkan hasil pengkajian kondisi kandang ternak, didapatkan 81% kondisinya terawat, sedangkan yang tidak terawat hanya 19%.GRAFIK 3.34 PERSENTASE SARANA KESEHATAN TERDEKAT WARGA DUSUN SELA DESA DURIAN PADA FEBRUARI 2015

Analisa Data: Berdasarkan hasil pengkajian keluarga sarana kesehatan terdekat keluarga didapatkan puskesmas 67% , 27% dokter/perawat/bidan, 4% rumah sakit dan 2% di balai pengobatan.

GRAFIK 3.35 PERSENTASE KELUARGA MINTA TOLONG SAAT SAKIT WARGA DUSUN SELA DESA DURIAN PADA FEBRUARI 2015

Analisa Data: Berdasarkan hasil pengkajian keluarga kebiasaan keluarga minta tolong saat sakit didapatkan puskesmas 47% , 17% perawat, 17% bidan, 15% dokter praktek dan 4% di rumah sakit.GRAFIK 3.36 PERSENTASE KELUARGA MINTA TOLONG SAAT SAKIT WARGA DUSUN SELA DESA DURIAN PADA FEBRUARI 2015

Analisa Data: Berdasarkan hasil pengkajian kebiasaan keluarga sebelum kepelayanan kesehatan didapatkan beli obat bebas 91% , 5% jamu dan 4% menggunakan tanaman obat.GRAFIK 3.37 PERSENTASE KELUARGA MINTA TOLONG SAAT SAKIT WARGA DUSUN SELA DESA DURIAN PADA FEBRUARI 2015

Analisa Data: Berdasarkan hasil pengkajian kebiasaan keluarga sebelum kepelayanan kesehatan sumber pendanaan kesehatan keluarga didapatkan tidak ada 66% , ASTEK/ASKES/BPJS 17%, tabungan 12%, JPS/ASKES MASKIN 4% dan 1% dana sehat.GRAFIK 3.38 PERSENTASE SARANA TRANSPORTASI KE PELAYANAN KSESHATAN WARGA DUSUN SELA DESA DURIAN PADA FEBRUARI 2015

Analisa Data: Berdasarkan hasil pengkajian sarana transportasi ke pelayanan kesehatan keluarga didapatkan kendaraan pribadi 95%, 3% jalan kaki dan 2% angkot.GRAFIK 3.39 PERSENTASE SARANA TRANSPORTASI KE PELAYANAN KSESHATAN WARGA DUSUN SELA DESA DURIAN PADA FEBRUARI 2015

Analisa Data: Berdasarkan hasil pengkajian jarak rumah dengan sarana kesehatan keluarga didapatkan 36% >5 Km, 31% 2-5 Km, 27% 1-2 Km dan 6% < Km

GRAFIK 3.40 PERSENTASE PENYAKIT YANG PALING SERING DIDERITA KELUARGA DALAM 6 BULAN TERAKHIR KESESHATAN WARGA DUSUN SELA DESA DURIAN PADA FEBRUARI 2015

Analisa Data: Berdasarkan hasil pengkajian Penyakit yang paling sering diderita keluarga dalam 6 bulan terakhir keluarga didapatkan 59% batuk, 18% gatal-gatal, 15% asma, 7% thypoid dan 1% TBC.GRAFIK 3.41 PERSENTASE PASANGAN USIA SUBUR DIDALAM KELUARGA PADA WARGA DUSUN SELA DESA DURIAN FEBRUARI 2015

ANALISA DATA : Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan data warga yang memiliki pasangan usia subur didalm anggota keluarga sebanyak 44 % dan yang tidak memiliki pasangan usia subur sebanyak 56%

GRAFIK 3.42 PERSENTASE PASANGAN USIA SUBUR YANG MENGGUNAKAN AKSEPTOR KB PADA WARGA DUSUN SELA DESA DURIAN FEBRUARI 2015

ANALISA DATA: Berdasarkan hasil pengkajian pasangan usia subur yang menggunakan akseptor KB sebanyak 69%, dan yang tidak menggunakan akseptor KB sebanyak 31%.GRAFIK 3.43 PERSENTASE PENGGUNAAN JENIS KONSTRASEPSI YANG DIPAKAI PADA WARGA DUSUN SELA DESA DURIAN FEBRUARI 2015

ANALISA DATA: Berdasarkan hasil pengkajian pasangan usia subur yang menggunakan kontrasepsi jenis suntik sebanyak 74%, Pil sebanyak 24% dan Vasektomi sebanyak 2%.GRAFIK 3.44 PERSENTASE ALASAN PASANGAN USIA SUBUR YANG TIDAK MENGGUNAKAN KONTRASEPSI PADA WARGA DUSUN SELA DESA DURIAN FEBRUARI 2015

ANALISA DATA: Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan alasan pasangan usia subur yang tidak menggunakan kontrasepsi dengan alas an dilarang suami sebanyak 21%, agama sebanyak 6%, dan tidak tahu sebanyak 73%.GRAFIK 3.45 PERSENTASE IBU HAMIL PADA WARGA DUSUN SELA DESA DURIAN FEBRUARI 2015

ANALISA DATA: Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan persentase ibu hamil didalm keluarga sebanyak 6%, dan tidak hamil 94%.

GRAFIK 3.46 PERSENTASE USIA KEHAMILAN PADA WARGA DUSUN SELA DESA DURIAN FEBRUARI 2015

ANALISA DATA: Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan sebanyak 14% usia kehamilan pada trimester III (7-9 bulan), sebanyak 43% usia kehamilan trimester II (4-6 bulan), dan sebanyak 43% usia kehamilan trimester I (0-3 bulan).

GRAFIK 3.47 PERSENTASE KEHAMILAN PADA WARGA DUSUN SELA DESA DURIAN FEBRUARI 2015

ANALISA DATA: Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan sebanyak 22% kehamilan ke-1 (pertama), sebanyak 57% kehamilan ke-2 (kedua) dan sebanyak 21% kehamilan ke-3 (ketiga).GRAFIK 3.48 PERSENTASE USIA IBU HAMIL PADA WARGA DUSUN SELA DESA DURIAN FEBRUARI 2015

ANALISA DATA: Berdasarkan hasil pengkajian didapat sebanyak 7% usia ibu hamil 35 tahun.GRAFIK 3.49 PERSENTASE IBU HAMIL YANG MEMERIKSAKAN KEHAMILANNYA PADA WARGA DUSUN SELA DESA DURIAN FEBRUARI 2015

ANALISA DATA: Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan sebanyak 14% ibu hamil tidak memeriksakan kehamilannya dan sebanyak 86% ibu hamil memeriksakan kehamilannya.GRAFIK 3.50 PERSENTASE PEMERIKSAAN KEHAMILAN PADA WARGA DUSUN SELA DESA DURIAN FEBRUARI 2015

ANALISA DATA: Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan sebanyak 25% ibu hamil memeriksakan kehamilannya 2x, sebanyak 42% ibu hamil memeriksakan kehamilannya 3x, dan sebanyak 33% ibu hamil memeriksakan kehamilannya 4x.GRAFIK 3.51 PERSENTASE ALASAN IBUNHAMIL YANG TIDAK MEMERIKSAKAN KEHAMILANNYA PADA WARGA DUSUN SELA DESA DURIAN FEBRUARI 2015

ANALISA DATA: Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan sebanyak 50% alasan ibu hamil tidak memeriksakan kehamilannya karena tidak sempat dan sebanyak 50% juga ibu hamil yang tidak memeriksakan kehamilannya dikarenakan tidak tahu.GRAFIK 3.52 PERSENTASE IBU HAMIL YANG MENDAPATKAN IMUNISASI TT PADA WARGA DUSUN SELA DESA DURIAN FEBRUARI 2015

ANALISA DATA: Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan sebanyak 71% ibu hamil tidak mendapatkan imunisasi TT, dan sebanyak 29% ibu hamil mendapatkan imunisasi TT.GRAFIK 3.53 PERSENTASE IBU HAMIL YANG MENDAPATKAN IMUNISASI TT LENGKAP ATAU TIDAK PADA WARGA DUSUN SELA DESA DURIAN FEBRUARI 2015

ANALISA DATA: Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan sebanyak 50% ibu hamil mendapatkan imunisasi TT lengkap (2x), dan sebanyak 50% ibu hamil yang tidak lengkap mendapatkan imunisasi TT (1x).GRAFIK 3.54 PERSENTASE KELUHAN YANG DIRASAKAN IBU HAMIL PADA WARGA DUSUN SELA DESA DURIAN FEBRUARI 2015

ANALISA DATA: Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan keluhan yang dirasakan ibu hamil sebanyak 22% lemah, letih lesu, pusing sebanyak 14%, Mual muntah sebanyak 57%, dan bengkak dikaki atau tempat lain sebanyak 7%.

GRAFIK 3.55 PERSENTASE IBU MENETEKI PADA WARGA DUSUN SELA DESA DURIAN FEBRUARI 2015

ANALISA DATA: Berdasarkan hasil pengkajian sebanyak 69% tidak ada ibu meneteki, dan sebanyak 31% ada ibu meneteki.GRAFIK 3.56 PERSENTASE IBU MENETEKI BAYINYA PADA WARGA DUSUN SELA DESA DURIAN FEBRUARI 2015

ANALISA DATA: Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan 3% ibu tidak meneteki anaknya, dan 97% ibu meneteki anaknya.GRAFIK 3.57 PERSENTASE LAMAYA IBU MENYUSUI PADA WARGA DUSUN SELA DESA DURIAN FEBRUARI 2015

ANALISA DATA: Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan sebanyak 39% ibu menyusui 6 bulan.

GRAFIK 3.58 PERSENTASE ALASAN IBU TIDKA MENYUSUI PADA WARGA DUSUN SELA DESA DURIAN FEBRUARI 2015

ANALISA DATA: Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan sebanyak 100% alasan ibu tidak menyusui anaknya karena pekerjaan.GRAFIK 3.59 PERSENTASE ANGGOTA KELUARGA YANG BERUSIA BALITA PADA WARGA DUSUN SELA DESA DURIAN FEBRUARI 2015

ANALISA DATA: Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan sebanyak 55% anggota keluarga berusia balita, dan sebanyak 45% anggota keluarga tidak berusia balita.GRAFIK 3.60 PERSENTASE BALITA YANG DIBAWA KE POSYANDU PADA WARGA DUSUN SELA DESA DURIAN FEBRUARI 2015

ANALISA DATA: Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan sebanyak 32% balita tidak dibawa keposyandu, dan sebanyak 68% balita dibawa keposyandu.

GRAFIK 3.61 PERSENTE ALASANYA BALITA YANG TIDAK DIBAWA KE POSYANDU PADA WARGA DUSUN SELA DESA DURIAN FEBRUARI 2015

ANALISA DATA : Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan sebanyak 51% alasan balita tidak dibawa keposyandu adalah jauh, dan sebanyak 49% alasan balita tidak dibawa keposyandu adalah tidak ada waktu.GRAFIK 3.62 PERSENTASE IMUNISASI ANAK PADA WARGA DUSUN SELA DESA DURIAN FEBRUARI 2015

ANALISA DATA: Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan anak yang diimunisasi sebanyak 66% dan 34% tidak diimunisasi.GRAFIK 3.63 PERSENTASE JENIS IMUNISASI YANG DIDAPATKAN PADA WARGA DUSUN SELA DESA DURIAN FEBRUARI 2015

ANALISA DATA: Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan jenis imunisasi yang didapatkan antara lain: 25% polio, 22% BCG, 20% DPT, 18% hepatitis, dan 15% campak.GRAFIK 3.64 PERSENTASE ALASAN TIDAK DIIMUNISASI PADA WARGA DUSUN SELA DESA DURIAN FEBRUARI 2015

ANALISA DATA: Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan alasan tidak diimunisasi sebanyak 59% karena waktu dan 41% karena tidak tahu.GRAFIK 3.65 PERSENTASE KEPEMILIKAN KMS PADA WARGA DUSUN SELA DESA DURIAN FEBRUARI 2015

ANALISA DATA: Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan sebanyak 85% warga memiliki KMS dan 15% tidak memiliki KMS.GRAFIK 3.66 PERSENTASE HASIL PENIMBANGAN DI KMS PADA WARGA DUSUN SELA DESA DURIAN FEBRUARI 2015

ANALISA DATA: Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan sebanyak 93% hasil penimbangan di KMS berada di daerah garis hijau dan 7% berada diatas garis hijau.GRAFIK 3.67 PERSENTASE JUMLAH REMAJA DALAM KELUARGA PADA WARGA DUSUN SELA DESA DURIAN FEBRUARI 2015

ANALISA DATA: Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan sebanyak 49% keluarga memiliki remaja dan 51% tidak memiliki remaja.GRAFIK 3.68 PERSENTASE USIA REMAJA PADA WARGA DUSUN SELA DESA DURIAN FEBRUARI 2015

ANALISA DATA: Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan sebanyak 51% remaja berusia 12-15 tahun dan 49% remaja berusia 16-19 tahun.

GRAFIK 3.69 PERSENTASE PENDIDIKAN REMAJA PADA WARGA DUSUN SELA DESA DURIAN FEBRUARI 2015

ANALISA DATA: Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan sebanyak 45% remaja berada pada tingkat SMP, 30% remaja berada pada tingkat SD, 24% remaja berada pada tingkat SMA dan 1% remaja berada pada tingkat perguruan tinggi.GRAFIK 3.70 PERSENTASE KEGIATAN REMAJA DILUAR RUMAH PADA WARGA DUSUN SELA DESA DURIAN FEBRUARI 2015

ANALISA DATA: Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan sebanyak 51% remaja mengikuti kegiatan keagamaan, 39% remaja mengikuti kegiatan olahraga dan 10% remaja mengikuti kegiatan karang taruna.

GRAFIK 3.71 PERSENTASE KEGIATAN REMAJA DI LUAR RUMAH PADA WARGA DUSUN SELA DESA DURIAN FEBRUARI 2015

ANALISA DATA : Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan 50% remaja suka degar music dan nonton tv, 24% remaja ikut kegiatan keagamaan , 20% remaja berolahraga, dan 6% remaja suka rekreasi.GRAFIK 3.72 PERSENTASE KEBIASAAN REMAJA PADA WARGA DUSUN SELA DESA DURIAN FEBRUARI 2015

ANALISA DATA : Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan 100% remaja punya kebiasaan merokok. GRAFIK 3.73 PERSENTASE KELUARGA YANG MEMPUNYAI ANGGOTA USIA LANJUT PADA WARGA DUSUN SELA DESA DURIAN FEBRUARI 2015

ANALISA DATA : Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan data 68% keluarga tidak mempunyai usia lanjut, dan 32 % keluarga mempunyai usia lanjut.GRAFIK 3.74 PERSENTASE LANSIA YANG MEMILIKI KELUHAN PENYAKIT PADA WARGA DUSUN SELA DESA DURIAN FEBRUARI 2015

ANALISA DATA : Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan data 83% lansia memiliki keluhan penyakit, dan 17% lansia tidak memiliki keluhan penyakit.

GRAFIK 3.75 PERSENTASE JENIS PENYAKIT YANG DIMILIKI LANSIA PADA WARGA DUSUN SELA DESA DURIAN FEBRUARI 2015

ANALIS DATA : Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan data 36% lansia menderita Rematik Artritis, 27% menderita hipertensi, 11% menderita penyakit kulit, 11% menderita jantung, 7% menderita asma, 4% menderita penyakit katarak, 2% menderita penyakit TBC, 1% menderita liver,dan 1% menderita penyakit kencing manis.GRAFIK 3.76 PERSENTASE UPAYA YANG TELAH DILAKUKAN OLEH PADA WARGA DUSUN SELA DESA DURIAN FEBRUARI 2015

ANALISA DATA : Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan data 63% berobat kesarana kesehatan, 28% diobati sendiri, dan 9% berobat ke non medis (dukun).

GRAFIK 3.77 PERSENTASE PENGGUNAAN WAKTU SENGGANG PADA LANSIA PADA WARGA DUSUN SELA DESA DURIAN FEBRUARI 2015

ANALISA DATA : Berdasarkan hasil pengkajian 75% lansia berkebun/pekerjaan rumah, 17% lansia senam, dan 8% lansia jalan-jalan. GRAFIK 3.78 PERSENTASE POSYANDU YANG TERDAPAT PADA DAERAH TEMPAT TINGGAL LANSIA PADA WARGA DUSUN SELA DESA DURIAN FEBRUARI 2015

ANALISA DATA : Berdasarkan hasil pengkajian tentang alasan tidak ikut KB didapatkan data lainnya (hamil) 100%GRAFIK 3.79 PERSENTASE LANSIA YANG MENGIKUTI POSYANDU YANG TERDAPAT PADA DAERAH TEMPAT TINGGAL LANSIA PADA WARGA DUSUN SELA DESA DURIAN FEBRUARI 2015

ANALISA DATA : Berdasarkan hasil pengkajian tentang lansia yang mengikuti posyandu didapatkan data lansia yang mengikuti posyandu 56% dan yang tidak mengikuti posyandu lansia 44%. GRAFIK 3.80 PERSENTASE ALASAN LANSIA YANG TIDAK MENGIKUTI POSYANDU YANG TERDAPAT PADA DAERAH TEMPAT TINGGAL LANSIA PADA WARGA DUSUN SELA DESA DURIAN FEBRUARI 2015

ANALISA DATA : Berdasarkan hasil pengkajian tentang alasan lansia yang tidak mengikuti posyandu didapatkan data lansia yang tidak tahu 53% dan tidak mau 47%1. Analisa Data

Tabel 3.1 Analisa Data

NO

DATAMASALAH KEPERAWATAN

1.a. Penyakit yang diderita 6 bulan terakhir

ISPA = 59% Gatal-gatal = 18%

Typoid = 7% Asma = 15% TBC = 1%b. Sampah rumah tangga

Dibuang disungai = 3%

Dibuang sembarangan = 2%

Ditimbun = 9%

Dibakar = 86%

c. Kondisi tempat penampungan sampah

terbuka 81%

tertutup 19%.

d. Jarak tempat pembuangan sampah dengan rumah Dekat (5 m) 32%.

e. Sistem pembuangan air limbah

Got 67%,

Resapan 28%

sembarang tempat 5%.

f. Ventilasi Memiliki jendela = 97%

Tidak memiliki jendela = 3%g. Sumber air MCK

menggunakan sumur gali 76%,

air hujan 24%.h. Kondisi air

berwarna 14%,

tidak berwarna/tidak berasa 78%, berasa 2% berbau 6%.

i. Kondisi penampungan air

tertutup 76%

terbuka 24%.

j. Tempat penampungan air

terdapat jentik-jentik 29%

tidak ada jentik-jentik 71%

Data Observasi

Dari hasil observasi didapatkan data bahwa lingkungan di wilayah RW 001 Dusun Sela, sampah basah dan kering berada pada satu tempat dan dibuang pada tempat pembuangan yang terbuka,

Sebagian besar warga RW 001 Dusun Sela membuang sampah rumah tangga dengan cara dibakar di belakang rumah. Pada saat pengkajian, wilayah RW 01 Dusun Sela sedang musim hujan, sehingga terdapat banyak genangan air pada jalan, tanah, serta barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan.

Wilayah RW 001 Dusun Sela terdapat parit yang airnya berwarna coklat.

Data Wawancara

Dari hasil wawancara antara Mahasiswa dengan masyarakat saat pokjakes didapatkan data bahwa satu bulan yang lalu terdapat kejadian ISPA, GATAL-GATAL, TYPOID, ASMA, TBC dilingkungan wilayah RW 001 Dusun Sela.

Dari hasil wawancara antara Mahasiswa dengan masyarakat saat pokjakes didapatkan data bahwa Posyandu Balita aktif setiap bulan dan kader Posyandu berjumlah 3 orang.

Resiko terjadinya peningkatan penyakit akibat lingkungan yang tidak sehat ( ISPA, GATAL-GATAL, TYPOID, ASMA, TBC ) di RW 001 Dusun Sela, Desa Durian berhubungan dengan kurangnya pengetahuan warga tentang lingkungan sehat.

2a. Warga yang mempunyai lansia

Ya : 32%

Tidak : 68%

b. Lansia yang mempunyai keluhan penyakit

Ya : 83%

Tidak : 17%

c. Penyakit yang diderita lansia

Darah tinggi = 27%

Reumatik = 36% Asma = 7%

Penyakit kulit = 11% Katarak = 4%

Kencing manis/DM = 1%

TBC = 2%

d. Upaya kesehatan jika mempunyai keluhan penyakit

Ke sarana kesehatan=63% Diobati sendiri = 28%

Ke non medis (dukun)= 9%e. Penggunaan waktu senggang Berkebun 75% Jalan-jalan 8% Senam 17%f. Posyandu lansia tidak ada 56% ada 44%g. lansia yang mengikuti posyandu tidak 44% ya 56%h. alasan lansia tidak mengikuti posyandu tidak tahu: 53% tidak mau: 47%Data Observasi

Dari hasil observasi didapatkan data bahwa di wilayah RW 01 Dusun sela banyak terdapat lansia dimana setelah dilakukan pengkajian didapatkan banyak lansia yang menderita rematik Dari hasil observasi didapatkan data bahwa di wilayah RW 001 Dusun Sela terdapat kegiatan pengajian dan arisan tetapi tidak semua yang hadir adalah lansia Dari hasil observasi didapatkan data bahwa di wilayah RW 001 Dusun Sela tidak pernah diadakan pemeriksaan kesehatan rutin untuk lansia dan senam khusus lansia.Data Wawancara

Berdasarkan hasil pertemuan pertama saat pokjakes, warga mengatakan banyak terdapat usia lanjut di wilayah RW 001 Dusun Sela. Masalah kesehatan yang sering dialami oleh lansia antara lain reumatik dan hipertensi.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak Puskesmas Ambawang, dikatakan bahwa penyakit hipertensi merupakan penyakit nomor 3 terbesar di wilayah puskesmas.

Berdasarkan hasil pertemuan pertama saat pokjakes, warga mengatakan bahwa dulu terdapat posyandu lansia, namun dikarenakan jarak tempat posyandu jauh dari tempat tinggal sehingga kegiatan posyandu lansia

Resiko terjadinya Penurunan derajat kesehatan lansia di RW 001 Dusun Sela, Desa Durian berhubungan dengan proses penuaan.

3.

4.

IBU HAMIL

a. Apakah ibu hamil ? Tidak hamil : 94% Hamill : 6%b. Bila ya,umur kehamilan berapa bulan? Umur 7-9 bulan : 14 % Umur 0-3 bulan : 43% Umur 4-6 bulan : 43%. c. Bila ya, kehamilan yang keberapa ? Kehamilan pertama 22% Kehamilan yang kedua 57% Kehamilan yang ketiga 21%d. Berapa usia ibu hamil sekarang?

Usia