laporan kasus - ira

42
Laboratorium Ilmu Kedokteran Jiwa Laporan Kasus Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman Gangguan Mental Perilaku Akibat Penggunaan Inhalan Oleh Ira Damayanti 0910015019 Pembimbing dr. H. Jaya Mualimin, Sp. KJ., M.Kes. Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik Laboratorium Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran

Upload: durian-arms

Post on 01-Feb-2016

63 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

ganja ganja

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Kasus - IRA

Laboratorium Ilmu Kedokteran Jiwa Laporan Kasus

Fakultas Kedokteran

Universitas Mulawarman

Gangguan Mental Perilaku Akibat Penggunaan Inhalan

Oleh

Ira Damayanti

0910015019

Pembimbing

dr. H. Jaya Mualimin, Sp. KJ., M.Kes.

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik

Laboratorium Ilmu Kedokteran Jiwa

Fakultas Kedokteran

Universitas Mulawarman

2015

Page 2: Laporan Kasus - IRA

Laboratorium Ilmu Kedokteran Jiwa Laporan Kasus

Fakultas Kedokteran

Universitas Mulawarman

Gangguan Mental Perilaku Akibat Penyalah Gunaan Zat Kanabinoid

Oleh

Ira Damayanti / 0910015019

Dipersentasikan pada tanggal 17 November 2015

Mengetahui,

Pembimbing

dr. H. Jaya Mualimin, Sp. KJ., M. Kes.

2

Page 3: Laporan Kasus - IRA

KASUS

Seorang laki-laki, umur 20 tahun, beralamat di Jalan M. Said Gang 6 No.47A Blok.E RT. 32

Samarinda , datang ke Poli Psikiatri di RSKD Atma Husada Mahakam Samarinda pada

tanggal 11 November 2015.

1. RIWAYAT PSIKIATRI

A. Identitas

Nama : Tn. SAP

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 25 tahun

Status Perkawinan : Belum Menikah

Agama : Islam

Pendidikan Terakhir : D3

Pekerjaan : Tidak Bekerja

Alamat : Jalan M. Said Gang 6 No.47A Blok.E RT. 32 Samarinda

Identitas Keluarga

Nama : Kastur Sugianto

Jenis Kelamin : Laki- laki

Status dengan pasien : Ayah

Alamat : Jl. M. Said Gg. 6 No. 47A Blok G RT 32 Samarinda

Status Psikiatri

Keluhan Utama : Meriang setelah memakai ganja

WAWANCARA

D : DM

P : Pasien

I : Ibu

D : Selamat siang ibu, bapak, saya dokter muda ira. (jabat tangan)

I : Iya, selamat siang.

3

Page 4: Laporan Kasus - IRA

D : Iya bu, ini dengan keluarga Tn. SAP ? ada yang bisa saya bantu Pak ?

I : Iya, saya Ibunya dok. Ini, anak saya dari tadi malam meriang, gelisah, dan nangis

terus dok. Ternyata anak saya memakai ganja dok.

D : mas, sebelumnya saya ingin bertanya. Sejak kapan mas memakai ganja ?

P : (pasien menangis tidak mau menjawab pertanyaan, dan mengihdari kontak visual)

I : Nak.. ayo ceritakan ke dokter, tidak papa nak, tadi dirumah katanya mau sembuh,

ayo cerita nak

P : .... (diam pasien tetap menangis)

D : Mas tidak papa, ayo ceritakan kepada saya, mas tidak perlu khawatir. Kami pihak

rumah sakit tidak akan menceritakan ini kepada orang lain, kami jamin rahasia mas

terjaga, hanya mas, orang tua mas, saya dan dokter yang mengetahui hal ini.

P : ………..(mulai tenang dan berhenti menangis)

D : Jadi sejak kapan mas memakai ganja ?

P : Saya tidak ingat tepatnya kapan dok, mungkin ± 2 bulan yang lalu

D : Dalam 2 bulan terakhir ini berapa kali mas memakai ganja?

P : 7 x dok, terakhir 2 hari yang lalu

D : Sebelumnya setelah menghisap ganja apakah mas merasakan keluhan yang sama

seperti ini?

P : Tidak dok, saya sudah lama tidak memakai ganja, kurang lebih 2 minggu yang lalu,

kemudian saya memakai lagi kemaren lusa. Nah baru ini saya merasakan seperti ini

dok.

D : Apa yang mas rasakan setelah menghisap ganja kemaren?

P : Saya meriang dok, seluruh tubuh terasa nyeri, gelisah, dan saya merasa takut dok

D : Merasa takut kenapa mas :

P : Ya saya takut ketahuan kalau saya memakai ganja, takut dimarahi kedua orang tua

saya, takut ditangkap polisi

D : Selain itu apa lagi yang mas rasakan? Mas ada mendengar bisikan-bisikan ?

P : Iya dok saya mendengar suara laki-laki memanggil-manggil nama saya terus,

padahal saat itu disekitar saya lagi tidak ada orang satupun.

D : Terus, apakah mas ada melihat bayangan-bayangan ?

P : Tidak Ada.

D : Bu, anaknya sudah makai berapa lama ?

I : Gatau ini dok awalnya kapan, anak saya ini memang pendiam kalau dirumah, dia

4

Page 5: Laporan Kasus - IRA

selalu pergi pagi dan pulang lagi malam dok, sejak 2 bulan terakhir ini semakin

parah dok, dia tidak pulang kalau tidak saya cari, tadi anak saya mengaku kalau

sudah sekitar ± 2 bulan memakai ganja. Sebelumnya anak saya tidak pernah seperti

ini dok.

D : Anaknya apakah ada bicara-bicara sendiri pak saat di rumah?

I : Tidak ada dok, dia hanya meriang, gelisah dan menangis terus.

D : Kemudian bu. Bisa ibu ceritakan bagaimana Tn.SAP ketika masih bayi ? apakah

lahir normal ?

I : Iya, dia lahir normal di bidan kampung.

D : Kemudian, apakah sewaktu hamil ada masalah bu?

I : Tidak ada dok. Hamilnya dulu tidak ada penyakit apa-apa. Saya juga hamilnya 9

bulan kok dok.

D : Kemudian, apakah dikasih ASI bu ?

I : Iya dong dok. Saya kasih ASI nya cuman 7 bulan aja. Habis itu saya kasih makan

nasi. Soalnya ASI saya gak keluar lagi

D : Lalu, apakah ada pernah kejang atau step bu ?

I : Ga pernah dok.. Tapi dia sering kena tipes dok.

D : Oh begitu ya bu. Terus apakah dulu anaknya sering mengompol pas usia 3 tahun ?

Anaknya jalan usia berapa ya bu ?

I : Oh, dia jarang ngompol dok. Dia kalo mau pipis selalu kasih kode kalo dia mau

pipis. Jadi saya bantu arahkan gitu lah dok. Kalo jalan kayaknya sih pas usia 1 tahun

gitu. Lupa-lupa ingat juga dok.

D : Lalu bu, pas masuk SD, anaknya sempat tinggal kelas ga bu ? trus kira-kira dia

sering berantem ga ?

I : Alhamdulillah, dia itu pintar dok. Selalu naik kelas. Ga pernah ada masalah di

sekolah. Ga pernah berantem juga, soalnya dia anaknya baik, pendiam, terus nurut

kalo saya kasih tau. Soalnya dia memang deket sama saya. Tapi setelah kuliah dia

jadi sering main dok

D : Terus bu, kalo pas SMP sama SMA gimana bu ? apakah ada masalah di sekolah ?

I : Wah, kalo itu tambahnya dok. Dia baik, ramah, temannya banyak, rajin solat sama

ngaji. Tetapi dia memang pendiam dok, dia jarang menceritakan masalahnya. Tetapi

setelah kuliah dia jadi suka jalan dok, tidak pernah dirumah.

D : Oh gitu ya bu ya. Jadi anaknya mulai berubah pas kuliah ya bu?

I : Iya dok. Tolong bantu saya dan anak saya dok, saya kasihan, anak saya ini

5

Page 6: Laporan Kasus - IRA

sebenarnya anak yang baik dok. Dia ingin sembuh, ingin berubah.

D : Iya bu, kami disini akan mengusahakan yang sebaik-baiknya bu. Ibu mungkin bisa

dibantu dengan doa dan terus memberikan motivasi kepada anaknya. Nah ibu,

mungkin cukup segini yang ingin saya tanyakan. Terima kasih ya bu sudah mau

memberikan waktu ibu.

I : Iya dok. Sama sama. Harusnya saya yang berterimakasih. Terimakasih banyak

dokter atas bantuannya.

D : Iya bu sama-sama

Riwayat penyakit sekarang

Autoanamnesis

Ketika dilakukan wawancara pasien menjawab pertanyaan namun sangat lambat,

pasien sedikit sekali melakukan kontak visual. Pasien mengaku menghisap ganja sejak ±2

bulan yang lalu. Dalam 2 bulan tersebut pasien mengaku menghisap ganja ± 7 kali, terakhir

pasien menghisap ganja 2 hari yang lalu kemudian pasien merasa sekujur tubuh nyeri,

meriang, gelisah dan merasa takut ketahuan menggunakan ganja oleh orang disekitarya.

Pasien mengaku mendengar bisikan-bisikan. Bisikan tersebut bersuara laki-laki dan

menyebut namanya berulang-ulang. Pasien menyangkal melihat bayangan-bayangan yang

tidak dilihat oleh orang lain. Saat datang pasien awalnya menangis, gelisah dan tidak berani

menceritakan mengenai keluhannya.

Heteroanamnesis

Menurut ibu pasien, pasien cenderung tertutup dan tidak mau menceritakan

masalahnya.Kepribadian ini memang sudah ada sejak masa remaja. Pasien selalu berangkat

sekolah atau kuliah pagi hari dan pulang malam hari dan langsug masuk kamar, sehingga

sedikit sekali kontak antara pasien dan keluraga dirumah, sehingga orang tua pasien tidak

menyadari bahwa pasien menggunakan ganja. Namun sejak 2 hari yang lalu pasien mulai

gelisah dan tidak bisa tidur serta mengaku mendengar bisikan-bisikan.

B. Riwayat Medis dan Psikiatrik yang lain

Gangguan mental dan emosi

Tidak ditemukannya riwayat gangguan mental dan emosi sebelumnya.

Gangguan psikosomatik

6

Page 7: Laporan Kasus - IRA

 

Tidak ditemukannya riwayat gangguan psikosomatik sebelumnya.

Kondisi medis

Berdasarkan pengakuan ibu pasien , ibu pasien mengaku bahwa anaknya sering

didiagnosa oleh dokter terkena penyakit typhoid dan sembuh ketika dilakukan

pengobatan oleh dokter. Pasien belum pernah dirawat di Rumah Sakit Khusus

Daerah Atma Husada Mahakam Samarinda.

Gangguan neurologi

Tidak ditemukannnya riwayat gangguan neurologis sebelumnya.

C. Riwayat Keluarga

Riwayat keluarga

Tidak ditemukannya anggota keluarga yang melakukan penyalahgunaan zat.

Pasien umur kurang 10 tahun

Saat itu pasien tinggal bersama kedua orang tuanya, memiliki keluarga yang

harmonis meskipun dengan kesederhanaan.

Pasien umur sekarang

Pasien saat ini tinggal dirumah dengan ibu, ayah, 3 kakak kandung, satu ipar, dan

keponakan.

Genogram

Keterangan gambar :

7

Page 8: Laporan Kasus - IRA

: Anggota keluarga laki-laki

: Anggota keluarga perempuan

: Pasien

D. Riwayat Pribadi

Masa anak-anak awal (0-3 tahun)

Ibu tidak memiliki riwayat kelainan pada saat hamil, pasien lahir pervaginam,

cukup bulan dan persalinan ditolong oleh bidan. Pada saat bayi, pasien makan dan

minum melalui ASI yang diberikan selama 7 bulan, lalu kemudian disapih. Pasien

mulai berjalan pada usia 1 tahun. Pasien sudah bisa buang air sendiri dengan

memberikan tanda bahwa ingin buang air. Tidak terdapat kelainan perilaku.

Masa kanak-kanak pertengahan (3-11 tahun)

Pada masa kanak-kanak, pasien merupakan anak yang taat dan patuh terhadap

orangtua. Pasien merupakan orang yang penyayang terutama pada ibunya. Tidak

terdapat kelainan perilaku dan kognitif pada masa kanak-kanak. Tetapi pasien

memang cenderung pendiam.

Masa kanak-kanak akhir (pubertas sampai remaja)

Pasien merupakan anak yang pendiam, tetapi pandai bergaul, baik, dan taat.

Pasien tidak memiliki masalah dalam hal prestasi sekolah. Pasien juga merupakan

anak yang aktif. Pasien merupakan anak yang rajin dan taat sholat serta mengaji.

Masa dewasa

Setelah lulus SMA, pasien melanjutkan kuliah di salah satu perguruan tinggi.

Semenjak kuliah pasien memang mempunyai banyak teman, pasien menjadi

jarang di rumah, pasien selalu pergi pagi dan pulang malam hari, tetapi 2 bulan

terakhir pasien tidak pulang kalau tidak dicari oleh ibu nya. Saat dirumah pasien

langsung masuk kamar, dan sibuk dengan hp nya saja, jadi jarang sekali

berkomunikasi dengan keluarga.

- Aktivitas sosial

Waktu SMA pasien sering mengikuti pengajian di lingkungan rumah, tetapi

setelah kuliah pasien jarang mengikuti kegiatan tersebut, tetapi di lingkungan

kampus pasien rutin mengikuti kegiatan atau acara di kampus.

- Seksualitas Dewasa

8

Page 9: Laporan Kasus - IRA

Orientasi seksual normal. Tetapi pasien belum pernah menjalin kasih dengan

wanita. Pasien belum memiliki keinginan untuk menikah.

- Riwayat Militer

Tidak pernah ikut pendidikan militer namun pasien pernah mempunyai keinginan

yang kuat untuk mendaftar pendidikan militer, pasien tidak pernah terlibat kasus

pidana maupun dipenjara.

2. STATUS MENTAL

A. Penampilan

Identifikasi pribadi

Kurang rapi, tidak kooperatif

Perilaku dan aktifitas psikomotor

Sedikit gelisah

B. Bicara

Bicara normal

C. Mood dan Afek

Mood labil, afek datar

D. Pikiran dan Persepsi

Bentuk pikiran

Gangguan bahasa (-), laju berpikir lambat, koheren

Isi pikiran

Indikasi suicide (-), waham (-)

Gangguan berpikir

Waham (-), flight of ideas (-)

Gangguan persepsi

Halusinasi auditorik (+), visual disangkal

Mimpi dan fantasi

Tidak ada

E. Sensori

Kesadaran : Atensi (↓), composmentis

Orientasi : Waktu, orang dan tempat baik

Konsentrasi & berhitung : sulit dievaluasi

Ingatan

Masa dahulu : normal

9

Page 10: Laporan Kasus - IRA

Masa kini : normal

Segera : normal

3. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS LEBIH LANJUT

A. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : kurang rapi, gelisah, kooperatif

Tekanan darah : 120/70 mmHg

Nadi : 88x/menit

Respirasi : 18 x/menit

Suhu : 36,6 0C

Keadaan gizi : cukup

Kulit : normal

Kepala : tidak terdapat trauma

Mata : anemis ( -/- ), ikterik ( -/- )

Hidung : tidak ada sekret berlebih

Telinga : tidak ada kelainan, tidak ada cairan atau sekret yang keluar

Mulut & tenggorokan : mukosa bibir agak kering

Leher : normal

Thoraks : normal

Jantung : S1S2 reguler

Paru-paru : vesikuler, ronki (-), wheezing (-)

Abdomen : datar, dalam batas normal

Hepar/Lien : normal

Bising usus : normal

Ekstremitas : akral hangat

B. Pemeriksaan Neurologi

Tidak dilakukan

C. Wawancara Diagnostik Psikiatrik Tambahan

Tidak dilakukan

D. Wawancara Dengan Anggota Keluarga, Teman, Tetangga, dan Pekerja Sosial

Pasien diantar oleh ibu dan Ayah pasien. Berdasarkan pengakuan Ibu Pasien, pasien

awalnya merupakan orang yang baik dan sopan kepada orang sekitar, tetapi pasien

memang cenderung pendiam. Pasien menjadi suka keluyuran semenjak kuliah. Orang

tau pasien baru mengetahui anaknya memakai ganja tadi malam.

10

Page 11: Laporan Kasus - IRA

E. Autoanamnesis

Ketika dilakukan wawancara pasien menjawab pertanyaan namun sangat lambat,

pasien sedikit sekali melakukan kontak visual. Pasien mengaku menghisap ganja

sejak ±2 bulan yang lalu. Dalam 2 bulan tersebut pasien mengaku menghisap ganja ±

7 kali, terakhir pasien menghisap ganja 2 hari yang lalu kemudian pasien merasa

sekujur tubuh nyeri, meriang, gelisah dan merasa takut ketahuan menggunakan ganja

oleh orang disekitarya. Pasien mengaku mendengar bisikan-bisikan. Bisikan tersebut

bersuara laki-laki dan menyebut namanya berulang-ulang. Pasien menyangkal melihat

bayangan-bayangan yang tidak dilihat oleh orang lain. Saat datang pasien awalnya

menangis, gelisah dan tidak berani menceritakan mengenai keluhannya.

F. Pemeriksaan Psikologi, Neurologi, dan Laboratorium

Tidak dilakukan pemeriksaan

4. RINGKASAN PENEMUAN

A. Pemeriksaan fisik dalam batas normal

B. Pemeriksaan psikis

Roman muka : Sedih, takut

Kontak : verbal (+), visual (↓) sering menghindar kontak visual

Orientasi : Orientasi ruang, waktu, dan personal baik

Perhatian : Atensi (↓)

Persepsi : halusinasi auditorik (+), halusinasi visual disangkal

Ingatan : Baik

Intelegensia : Lulus SMA

Pikiran : Lambat, koheren, waham (-), indikasi suicide (-)

Wawasan penyakit : insight (+)

Emosi : labil

Tingkah laku/bicara : tingkah laku normal, bicara lambat

5. DIAGNOSIS

A. Axis I : Gangguan mental perilaku akibat penggunaan kanabinoida

B. Axis II : Tidak ditemukan diagnosis pada axis ini

C. Axis III : Tidak ditemukan diagnosis pada axis ini

D. Axis IV : Tidak ditemukan diagnosis pada axis ini

E. Axis V : GAF 70-61 beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam

fungsi, secara umum masih baik.

11

Page 12: Laporan Kasus - IRA

6. PROGNOSIS

Dubia ad bonam jika:

Jika rutin dalam melakukan terapi dan dukungan keluarga untuk sering memperhatikan

dan memberikan perhatian kepada pasien

7. FORMULASI PSIKODINAMIK

Formulasi Diagnosis

Seorang laki-laki usia 20 tahun, beragama Islam, status belum menikah, tinggal di M.

Said Gg. 6 No. 47A Blok G RT 32 Samarinda. Datang ke Poli Umum RSJD Atma

Husada Samarinda pada hari Rabu 11 November 2015 pukul 12.20 WITA.

Pada proses autoanamnesis, pasien susah untuk diajak berkomunikasi karena pasien

gelisah dan menangis. Namun pada akhirnya pasien dapat menceritakan keluhannya

setelah disuruh tenang.

Pada pemeriksaan psikiatri, didapatkan penampilan cukup rapi, kurang kooperatif,

gelisah,kontak verbal dan visual (+), emosi labil, afek datar, orientasi (-), proses pikir

lambat, waham curiga (+), didapatkan halusinasi auditori dan ilusi, intelegensia cukup,

ADL dalam batas normal, psikomotor menurun.

Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan adanya kelainan pada pasien.

8. RENCANA TERAPI MENYELURUH

Psikofarmaka :

Risperidone 2 x 2 mg

12

Page 13: Laporan Kasus - IRA

TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN

Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan ganja adalah suatu gangguan jiwa

berupa penyimpangan perilaku yang berhubungan dengan pemakaian zat (dalam hal ini

adalah ganja) yang dapat mempengaruhi sususan saraf pusat secara kurang lebih teratur

sehingga menimbulkan gangguan fungsi sosial. 1

Ganja atau kanabis adalah singkatan untuk tanaman Cannabis sativa. Tanaman ini

rata-rata akan tumbuh 5-12 kaki tingginya tapi bahkan bisa juga mencapai 20 kaki. Seluruh

bagian tanaman ini mengandung kabinoid psikoaktif, yaitu delta 9 tetrahidrocannabinol

(THC). Istilah kanabis umumnya mengacu pada pucuk daun, bunga dan batang dari tanaman

yang dipotong, dikeringkan dan dicacah dan biasanya dibentuk menjadi rokok.1

Nama lain untuk tanaman kanabis adalah marijuana, grass weed, pot, tea, Mary Jane

dan produknya hemp, hasish, charas, bhang, ganja, dagga dan sinsemilla. Konsentrasi

tertinggi dari kanabinoid psikoaktif ditemukan pada puncak bunga dari kedua jenis tanaman

jantan dan betina.3

Ganja merupakan tanaman yang dapat tumbuh hampir di seluruh dunia. Hal ini dapat

dilihat dari adanya sebutan yang berbeda di satu negara dengan negara lainnya. Ketika

tanaman telah tumbuh dengan sempurna maka seluruh bagiannya mengandung zat psikoaktif

yang secara keseluruhan dikenal sebagai cannabinoids. Lebih dari 50 zat yang terkandung

dalam ganja, namun yang terpenting adalah delta-9 tetrahydrocannabinol (THC). Kandungan

THC akan tergantung pada bagian dari tumbuhan, kondisi lingkungan terutama iklim dimana

tanaman ganja tumbuh. Dalam perkembangannya dengan teknologi hidroponik dan pemilihan

tanaman ganja yang tepat dapat menghasilkan kandungan THC yang sangat tinggi (20-30%).2

Tanaman ini ditemukan hampir disetiap negara tropis. Bahkan beberapa negara

beriklim dingin pun sudah mulai membudidayakannya dalam rumah kaca.Di Indonesia, ganja

dibudidayakan secara ilegal di Provinsi Aceh. Biasanya ganja ditanam pada awal musim

penghujan, menjelang kemarau sudah bisa dipanen hasilnya.Hasil panen ganja berupa daun

beriut ranting dan bunga serta buahnya berupa biji-biji kecil. Campuran daun, ranting, bunga,

dan buah yang telah dikeringkan inilah yang biasa dilinting menjadi rokok mariyuana. Kalau

bunga betinanya diekstrak, akan dihasilkan damar pekat yang disebut hasyis.4

Menurut riset, mereka yang menghisap "skunk" - sejenis daun ganja yang berefek

kuat-memiliki kemungkinan tujuh kali lebih besar mengidap penyakit psikotik seperti

schizophrenia daripada mereka yang menghisap "ekstrak ganja" atau getah ganja.1

13

Page 14: Laporan Kasus - IRA

Ilmuwan dari institut psikiatri King’s College London mengatakan studi mereka kali

pertama yang mengamati skunk secara khusus, daripada mengamati daun ganja umumnya,

dan menemukan tingkat tretrahidrocannabinol atau THC, yang patut disalahkan sebagai efek

negatif obat-obatan pada kesehatan mental.3

II. EPIDEMIOLOGI

Berdasarkan National Surveys on Drug Use and Health (NSDUH) tahun 2003,

diperkirakan ada sekitar 90,8 juta orang dewasa (42,9%) berusia 18 tahun ataupun yang lebih

tua pernah mengkonsumsi ganja paling tidak satu kali semasa hidupnya. Diantara kelompok

ini, sekitar 2% menggunakan ganja sebelum berumur 12 tahun, sekitar 53% diantara 12 tahun

dan 17 tahun dan sekitar 45% setelah berumur 18 tahun.3

Penelitian epidemiologi yang dilakukan beberapa kali di Indonesia menunjukkan hasil

yang konsisten, yaitu penggunaan zat psikoaktif sebagian besar berusia 25 tahun, kebanyakan

tergolong poly drug-user, masih berstatus sebagai pelajar, sedangkan usia mulai

menggunakan semakin muda. Seratus pasiem pertama yang dirawat di rumah sakit

ketergantungan obat sejak tahun 1972 berusia 11-21 tahun. Survey terhadap 323 penghuni

enam panti rehabilitasi di Indonesia, Hilman (1986) menemukan umur mereka sekitar 13-15

tahun, 15,49% merokok tembakau, 32% minum alkohol, 27% mengisap ganja, 16%

menggunakan obat psikotropika, dan 6% menggunakan opioida.4

Di Indonesia, terdapat antara 2-3 juta orang yang pernah mengisap ganja. Pengguna

pemula ganja, terutama dikalangan anak usia muda, meningkat tajam selama 4-5 tahun

terakhir, karena ganja mudah diperoleh dimana – mana.1

III. JENIS-JENIS GANJA

Pada penelitian terakhir tentang ganja, ditemukan ada 3 (tiga) jenis tanaman ganja

yaitu Cannabis Sativa, Cannabis Indica, dan Cannabis Ruderalis. Ketiga jenis tanaman ganja

itu semuanya memiliki kandungan THC (Tetra Hydro Cannabinol) yang berbeda - beda

tingkat kadarnya untuk setiap jenisnya. Jenis Cannabis Indica mengandung THC paling

banyak, disusul jenis Cannabis Sativa, dan jenis Cannabis Ruderalis mengandung THC

paling sedikit. THC sendiri adalah zat psikoaktif yang berefek halusinasi dan ini terdapat

dalam keseluruhan pada bagian tanaman ganja, baik daunnya, rantingnya, ataupun bijinya.

Karena kandungan THC inilah, maka setiap orang yang menyalahgunakan ganja akan terkena

efek psikoaktif yang sangat membahayakan.1

14

Page 15: Laporan Kasus - IRA

Cara Pemakaian

Ganja biasanya diolah menjadi Mariyuana (Marijuana, istilah dari Meksiko) dan

Hasis (hashish, bahasa Arab)

Marijuana

Mariyuana dibuat dari tanaman ganja yang dikeringkan. Cara mengkonsumsinya

adalah dibakar dan dihisap mirip rokok tembakau3. Di Indonesia bahasa slang yang sering

dipergunakan untuk menyebut mariyuana adalah gele, cimeng atau baks. 3

Hasis

Hasis/ hashish/ hash dibuat dari olahan getah ganja yang diperoleh dari trichomes.

Trichomes adalah kelenjar berupa rambut-rambut halus keputihan yang muncul di permukaan

tanaman ini. Konsentrasi THC di dalam trichomes ini lebih tinggi dari pada di bagian lainnya.

Bentuk Hasis seperti pasta keras yang akan melunak bila dipanaskan. Cara mengkonsumsinya

beragam. Ada yang langsung membakar dan menghisapnya dalam lintingan kertas atau

mencampurkannya kedalam rokok tembakau, lintingan mariyuana ataubahan herbal lainnya.

Ada pula yang menghisapnya dengan pipa, bong, bubbler atau pavorizer. Selain dihisap ada

pula orang yang memakannya, secara langsung atau menjadikannya sebagai bahan pembuat

makanan. Hasis terlarut di dalam lemak sehingga biasanya dipakai dalam membuat makanan

yang mengandung lemak (minyak, mentega, butter dan lain-lain) seperti cake, brownies,

atau cookies dll.3

IV. PATOMEKANISME

Seperti yang disebutkan sebelumnya, komponen utama dari kanabis adalah Δ9-THC;

tetapi, tanaman kanabis mengandung lebih dari 400 zat kimia, yang kira-kira 60 buah

diantaranya secara kimiawi berhubungan dengan Δ9-THC. Pada manusia Δ9-THC secara

cepat dikonversi menjadi 11-hidroksi-Δ9-THC, suatu metabolit yang aktif di dalam sistem

saraf pusat.1

15

Page 16: Laporan Kasus - IRA

Saat ganja dihisap, dari paru-paru THC secara cepat akan masuk ke aliran darah lewat

pembuluh darah di paru-paru yang akan masuk ke jantung dan oleh jantung akan dipompa ke

seluruh tubuh. Dengan kata lain zat THC ini akan terbawa ke seluruh tubuh, termasuk ke otak

dan organ lainnya. (Sama halnya bila dimakan, dari usus THC akan diserap dan dibawa ke

dalam aliran darah dan mengalami proses yang sama).1

Di otak THC akan bereaksi dengan suatu reseptor (penerima) khusus, yang dijuluki

reseptor cannabinoid. Reseptor ini tidak sama penyebarannya dan jumlahnya di otak.

Berjumlah banyak pada daerah tertentu dan sedikit bahkan tidak ada pada beberapa

daerah otak yang lain sehingga THC ditangkap hanya di bagian-bagian otak tertentu.3

Konsentrasi tertinggi reseptor cannabinoid ditemukan di tiga wilayah otak: hippocampus,

cerebellum, dan ganglia basalis. Ketiga area ini otak bertanggung jawab untuk melakukan

fungsi tertentu. Ketika THC dalam ganja mengikat reseptor di hipokampus, serebelum atau

ganglia basalis maka fungsi dari masing-masing akan terganggu.1

Hippocampus terdapat di lobus temporal manusia dekat telinga. Hippocampus sangat

penting untuk memori jangka pendek, yang mangakibatkan kesulitan mengingat peristiwa

baru-baru setelah THC mengikat reseptor protein dalam hippocampus. Otak kecil

mengendalikan koordinasi dan ganglia basal pada tubuh memodifikasi gerakan tak terkendali

dan belajar melalui pengulangan atau dengan kata lain “membangun kebiasaan.” THC dalam

ganja menggangu cara kerja ganglia basal dan fungsi otak kecil, sehingga ganja mengubah

reaksi, koordinasi motorik dan keterampilan belajar.1

Gejala putus kanabis pada manusia adalah terbatas sampai peningkatan ringan dalam

iritabilitas, kegelisahan, insomnia, anoreksia, dan mual ringan; semua gejala tersebut

ditemukan hanya jika seseorang menghentikan kanabis dosis tinggi secara mendadak.3

V. DIAGNOSIS

Gambaran Klinis

Setiap batang rokok ganja mengandung THC sebanyak 5 – 20 mg. Jika ganja

digunakan sebagai rokok, efek euforia tampak dalam beberapa menit, mencapai puncak

dalam kira-kira 30 menit, dan berlangsung 2 sampai 4 jam, rasa takut akan mati, gelisah dan

hiperaktif. Kemudian menjadi lebih tenang, euforik, banyak bicara, merasa ringan pada

tungkai dan badan. Ia mulai banyak tertawa, walaupun tidak ada rangsangan lucu

sebelumnya.3

Dengan demikian mereka yang mengkonsumsi ganja akan memperlihatkan perubahan-

perubahan mental dan perilaku, sebagai berikut1:

16

Page 17: Laporan Kasus - IRA

a. Jantung berdebar-debar.

b. Euforia, yaitu rasa gembira tanpa sebab dan tidak wajar.

c. Halusinasi dan delusi.

Halusinasi adalah pengalaman panca indra tanpa adanya sumber stimulus (rangsangan)

yang menimbulkannya. Misalnya seseorang mendengar suara-suara padahal sumber

suara tersebut tidak ada, hal ini disebut sebagai halusinasi pendengaran. Demikian

juga halnya dengan halusinasi penglihatan, penciuman, rasa dan raba. Delusi adalah

suatu keyakinan yang tidak rasional, meskipun telah diberikan bukti-bukti bahwa

pikiran itu tidak rasional, namun yang bersangkutan tetap meyakininya. Misalnya yang

disebut dengan delusi paranoid, dimana yang bersangkutan yakin benar bahwa ada

orang yang akan berbuat jahat kepadanya, sekalipun dalam kenyataannya tidak ada

orang yang dimaksudkan.

d. Perasaan waktu berlalu dengan lambat, misalnya 10 menit bisa dirasakan seperti 1

(satu) jam lamanya.

e. Apatis. Yang bersangkutan bersikap acuh tak acuh, masa bodoh, tidak perduli terhadap

tugas atau fungsinya sebagai makhluk sosial, seringkali lebih senang menyendiri dan

melamun, tidak ada kemauan atau inisiatif dan hilangnya dorongan

semangat/kehendak.

f. Mata merah. Orang yang baru saja menghisap ganja ditandai dengan warna bola mata

yang memerah. Hal ini disebabkan karena pembuluh darah kapiler pada bola mata

mengalami pelebaran (dilatasi).

g. Nafsu makan bertambah, orang yang mengkonsumsi ganja nafsu makannya bertambah

karena ganja memiliki zat aktif tetra-hydrocannabinol (THC) merangsang pusat nafsu

makan di otak.

h. Mulut kering, orang yang mengkonsumsi ganja akan mengalami kekeringan pada

mulut (air liur berkurang), hal ini disebabkan THC mengganggu sistem syaraf otonom

yaitu syaraf yang mengatur kelenjar air liur.

i. Perilaku maladaptif, artinya yang bersangkutan tidak lagi mampu menyesuaikan diri

atau beradaptasi dengan keadaan secara wajar. Misalnya, yang bersangkutan

memperlihatkan ketakutan, kecurigaan (paranoid), gangguan menilai realitas,

gangguan dalam fungsi sosial dan pekerjaan. Perilaku maladaptif ini sering

menimbulkan konflik, pertengkaran, tindak kekerasan dan perilaku anti sosial lainnya

terhadap orang-orang di sekelilingnya.

17

Page 18: Laporan Kasus - IRA

j. Pemakaian ganja dalam waktu lama akan mengganggu fungsi paru-paru karena

menimbulkan peradangan atau menyebabkan timbulnya penyakit “anginapektoris”.

Ganja juga menimbulkan kematian sel-sel otak dan menjadi pencetus kanker. Produksi

leukosit (sel darah putih) menurun, sehingga kekebalan tubuh juga berkurang dan akan

menurunkan kadar beberapa hormon yang dapat menyebabkan rusaknya sperma laki-

laki, sementara bagi wanita akan menimbulkan gangguan haid bahkan meningkatkan

kemungkinan terjadinya keguguran pada ibu hamil.

Diagnosis gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan kanabis dapat ditegakkan

berdasarkan PPDGJ-III (Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia,

Edisi III) dan DSM-IV (diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth

Edition).3

Diagnostic and Statistical Manual of MentalDisorders edisi keempat (DSM-IV)

menuliskan gangguan berhubungan dengan kanabis tetapi mempunyai kriteria spesifik dalam

bagian gangguan berhubungan dengan kanabis hanya untuk intoksikasi kanabis. Kriteria

diagnostik untuk gangguan berhubungan dengan kanabis lainnya ditemukan di dalam bagian

DSM IV yang memusatkan pada gejala fenomenologi utama- sebagai contoh, gangguan

psikotik akibat kanabis, dengan waham, di dalam bagian DSM- IV tentang gangguan psikotik

akibat zat ini.1

1. Berdasarkan zat yang digunakan.

F10 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan alkohol

F11 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan opioid

F12 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan kanabinoida

F13 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan sedativa atau hipnotika

F14 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan kokain

F15Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan stimulansia lain termasuk

kafein

F16 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan halusinogen

F17 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan tembakau

F18 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan pelarut yang mudah menguap

F19Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat multipel dan penggunaan

zat psikoaktif lainnya.

2. Berdasarkan keadaan klinis.

18

Page 19: Laporan Kasus - IRA

F1x.0 Intoksikasi akut

.00 Tanpa komplikasi

.01 Dengan trauma atau cedera tubuh lainnya

.02 Dengan komplikasi medis lainnya.

.03 Dengan delirium

.04 Dengan distorsi persepsi

.05 Dengan koma

.06 Dengan konvulsi

.07 Intoksikasi patologis

F1x.1 Penggunaan yang merugikan (harmful use)

F1x.2 Sindrom ketergantungan

.20 Kini abstinen

.21 Kini abstinen tetapi dalam lingkungan terlindung

.22 Kini dalam pengawasan klinis dengan terapi pemeliharaan

atau dengan pengobatan zat pengganti

.23Kini abstinen, tetapi sedang dalam terapi dengan obat aversif

atau penyekat

.24 Kini sedang menggunakan zat

.25 Penggunaan berkelanjutan

.26 Penggunaan episodik

F1x.3 Keadaan putus zat

.30 Tanpa komplikasi

.31 Dengan konvulsi

F1x.4 Keadaan putus zat dengan delirium

.40 Dengan konvulsi

.41 Tanpa konvulsi

F1x.5 Gangguan psikotik

.50 Lir-skizofrenia (schizophrenia like)

.51 predominan waham

.52 Predominan halusinasi

.53 Predominan polimorfik

.54 Predominan gejala depresi

.55 Predominan gejala manik

19

Page 20: Laporan Kasus - IRA

.56 Campuran

F1x.6 Sindrom amnesik

F1x.7 Gangguan psikotik residual atau onset lambat

.70 Kilas balik

.71 Gangguan kepribadian atau perilaku

.72 Gangguan afektif residual

.73 Demensia

.74 Hendaya kognitif menetap lainnya

.75 Gangguan psikotik onset lambat

F1x.8 Gangguan mental dan perilaku lainnya

F1x.9 Gangguan mental dan perilaku YTT

Ketergantungan Kanabis dan Penyalahgunaan Kanabis

DSM-IV memasukkan diagnosis ketergantungan kanabis dan penyalahgunaan kanabis.

Data eksperimental dengan jelas menunjukkan toleransi terhadap banyak efek kanabis; tetapi,

data kurang mendukung adanya ketergantungan fisik. Ketergantungan psikologis pada

pemakaian kanabis terjadi pada pemakai jangka panjang.1

Intoksikasi Kanabis

Pengaruh subjektif dari intoksikasi kanabis bervariasi dari satu individu ke individu

yang lain, menetapkan pada tingginya variable farmakokinetik dosis cara pemberian, latar

belakang pengalaman dan harapan, dan kerentanan individu terhadap efek psikotis tertentu.1

DSM-IV meresmikan kriteria diagnostik untuk intoksikasi kanabis. Kriteriadiagnostik

menyebutkan bahwa diagnosis dapat diperkuat dengan kalimat ´dengan gangguan persepsi´.

Secara khas, intoksikasi dicirikan oleh periode awal “high” yang digambarkan sebagai

perasaan kesejahteraan dan kebahagiaan. Tanda dan gejala intoksikasi ini berupa euphoria

diikuti periode mengantuk atau sedasi. Intoksikasi kanabis sering kali meninggikan kepekaan

pemakai terhadap stimuli eksternal, mengungkapkan perincian yang baru, membuat warna-

warna tampak lebih terang dari pada sebelumnya dan perlambatan waktu secara subjektif.

Persepsi waktu berubah, pendegaran dan penglihatan terganggu. Efek subjektif dari

intoksikasi sering berupa reaksi disosiasi.1

Pada dosis tinggi, pemakai mungkin juga merasakan depersonalisasi dan derealisasi

serta bisa mempengaruhi tingkat kesadaran, dimana lebih jelas pengaruhnya terhadap

20

Page 21: Laporan Kasus - IRA

penilaian kognitif. Keterampilan motorik terganggu oleh pemakaian kanabis, dan gangguan

pada keterampilan motorik tetap ada setelah efek euforia dan subjektif telah menghilang.

Selama 8 sampai 12 jam setelah menggunakan kanabis, pemakai mengalami suatu gangguan

keterampilan motorik yang mengganggu operasi kendaraan bermotor dan mesin mesin berat

lainnya. Kanabis membangkitkan delirium organik toksis yang menetap lama

dikarakteristikkan sebagai kebingungan dengan proses fikir yang kacau, afek yang labil,

waham dan halusinasi pernah dilaporkan.1

Delirium Intoksikasi Kanabis

Delirium Intoksikasi Kanabis adalah suatu diagnosis DSM-IV. Delirium yang

berhubungan dengan intoksikasi kanabis ditandai oleh gangguan kognitif dan tugas kinerja

yang jelas. Bahkan dosis kecil kanabis menyebabkan gangguan daya ingat, waktu reaksi,

persepsi, koordinasi motorik, dan pemusatan perhatian. Dosis tinggi yang juga menggangu

tingkat kesadaran pemakai mempunyai efek nyata pada pengukuran kognitif tersebut.1

Gangguan Psikotik Akibat Kanabis

Gangguan Psikotik Akibat Kanabis adalah didiagnosis dengan adanya psikosis akibat

kanabis. Gangguan psikotik akibat kanabis jarang terjadi, tetapi ide paranoid sementara

adalah lebih sering. Dosis tinggi kanabis membangkitkan gejala psikotik singkat seperti

waham kejar atau halusinasi pendengaran dan penglihatan, khususnya orang dengan

gangguan psikiatrik yang mendasarinya. Psikosis yang jelas agak sering di negara-negara di

mana orang-orangnya mempunyai jalur untuk mendapatkan kanabis dengan potensi yang

tinggi.1

Penggunaan kanabis jarang disertai dengan pengalaman khayalan buruk, yang sering

kali menyertai intoksikasi halusinogen. Jika gangguan psikotik akibat kanabis memang

terjadi, keadaan ini mungkin berhubungan dengan gangguan kepribadian yang telah ada

sebelumnya pada orang yang terkena.1

Gangguan Kecemasan Akibat Kanabis

Gangguan Kecemasan Akibat Kanabis (cannabis-induced anxiety disorder) adalah

suatu diagnosis umum untuk intoksikasi kanabis akut, dimana banyak orang mengalami

keadaan kecemasan singkat yang sering kali dicetuskan oleh pikiran paranoid. Dalam

keadaan tersebut, serangan panik dapat diinduksi, didasarkan pada rasa takut yang tidak jelas

dan tidak terorganisir. Beberapa pengguna kanabis melaporkan pengalaman ada kalanya tidak

21

Page 22: Laporan Kasus - IRA

menyenangkan, paling banyak sering menggambarkan sebagai reaksi cemas dari intensitas

ringan sampai sedang.1

Tampaknya gejala kecemasan berhubungan dengan dosis dan merupakan efek

merugikan yang paling sering terhadap pemakaian sedang kanabis yang diisap seperti rokok.

Pemakai yang tidak berpengalaman lebih mungkin mengalami gejala kecemasan

dibandingkan pemakai yang berpengalaman.1

Gangguan Berhubungan Kanabis yang Tidak Ditentukan

DSM-IV tidak secara resmi mengenali gangguan mood akibat kanabis (cannabis

induced mood disorder); dengan demikian, gangguan tersebut diklasifikasikan sebagai

gangguan akibat berhubungan yang tidak ditentukan (NOS; not other-wise specified).1

Intoksikasi kanabis dapat disertai dengan gejala depresif, walaupun gejala tersebut

dapat mengarahkan pemakaian kanabis jangka panjang. Tetapi, hipomania, adalah gejala

yang sering pada intoksikasi kanabis.1

DSM-IV juga tidak secara resmi mengenali gangguan tidur akibat kanabis atau

disfungsi seksual akibat kanabis; dengan demikian, keduanya diklasifikasikan sebagai

gangguan berhubungan kanabis yang tidak ditentukan (NOS). Jika ditemukan gejala

gangguan tidur maupun gejala disfungsi seksual dan berhubungan dengan penggunaan

kanabis, gejala tersebut hampir selalu menghilang dalam beberapa hari atau satu minggu

setelah menghentikan pemakaian kanabis.1

Kilas balik (flash back). Kelainan persepsi yang menetap setelah penggunaan

kanabis tidak secara resmi diklasifikasikan di dalam DSM-IV, walaupun terdapat laporan

kasus orang yang mengalami sensasi berhubungan dengan intoksikasi kanabis setelah efek

jangka pendek dari substansi telah menghilang. Perdebatan tentang apakah flash back

berhubungan dengan penggunaan kanabis saja atau apakah berhubungan dengan penggunaan

bersama dengan halusinogen atau kanabis dicampur dengan phencyclidine (PCP).1

Sindrom Amotivasional. Sindrom berhubungan kanabis lain yang kontroversial

adalah sindrom amotivasional. Perdebatan adalah tentang apakah sindrom ini berhubungan

dengan penggunaan kanabis atau apakah mencerminkan sifat karakterologis pada

sekelompok orang, tidak tergantung pada penggunaan kanabis. Biasanya, sindrom

amotivasional telah dihubungkan dengan pemakaian kanabis jangka panjang dan berat dan

ditandai oleh ketidakmauan seseorang melakukan suatu tugas di sekolah, pada pekerjaan,

atau tiap situasi yang memerlukan pemusatan perhatian yang lama. 1

22

Page 23: Laporan Kasus - IRA

VI. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Pemeriksaan urin untuk kanabis dan zat lainnya telah umum pada beberapa keadaan

seperti program pengobatan dan tempat penempatan tenaga kerja. Kebanyakan laboratorium

menggunakan Enzym-Multiplied Immunoassay Technique (EMIT), meskipun Radio

Immunoassay (RIA) adalah yang paling sering digunakan. Kedua tes diatas relatif sensitif

dan tidak mahal. Membantu sebagai penyaringan (screening) awal karena jauh dari

sempurna. Perbandingan terbaru menunjukkan ketidaksesuaian pada positif palsu dan

negatif palsu meskipun penyaringan dan kondisi laboratorium dalam penerapan yang

terbaik.3

Untuk mengkonfirmasi tes, digunakan Chromatography-Mas Spectroscopy (GC-MS).

Kanabis dan metabolitnya dapat dideteksi di urin pada nilai cut off 100 ng/ml pada 42-72 jam

setelah efek psikologis menurun. Karena metabolit kanabinoid adalah larut lemak, menetap

di cairan tubuh dalam periode yang agak lama dan diekskresikan secara perlahan. Uji saring

untuk kanabinoid pada individu yang menggunakan kanabis secara ringan dapat memberikan

hasil positif untuk 7-10 hari dan pada pengguna kanabis berat dapat memberikan nilai positif

2-4 minggu.1

VII. PENATALAKSANAAN

Pengobatan pemakaian kanabis terletak pada prinsip yang sama dengan pengobatan

penyalahgunaan substansi lain abstinensia dan dukungan. Abstinensia dapat dicapai melalui

intervensi langsung, seperti perawatan di rumah sakit, atau melalui monitoring ketat atas

dasar rawat jalan dengan menggunakan skrining obat dalam urin, yang dapat mendeteksi

kanabis selama tiga hari sampai empat minggu setelah pemakaian. Dukungan dapat dicapai

dengan menggunakan psikoterapi individual, keluarga, dan kelompok. Pendidikan harus

merupakan inti untuk program abstinensia dan dukungan, karena pasien yang tidak mengerti

alasan intelektual untuk mengatasi masalah penyalahgunaan substansi menunjukkan sedikit

motivasi untuk berhenti. Untuk beberapa pasien suatu obat antiansietas mungkin berguna

untuk menghilangkan gejala putus zat jangka pendek. Untuk pasien lain penggunaan kanabis

mungkin berhubungan dengan gangguan depresi dasar yang mungkin berespons dengan

terapi antidepresan spesifik.4

Pada umumnya, intoksikasi pada penggunaan kanabis tidak memerlukan

farmakoterapi tetapi cukup dengan terapi suportif. Namun, jika muncul gejala anxietas berat,

maka dapat diberikan :4

23

Page 24: Laporan Kasus - IRA

- Lorazepam 1-2 mg oral

- Alprazolam 0,5-1 mg oral

- Chlordiazepoxide 10-50 mg oral

- Bila terdapat gejala psikotik yang menonjol, maka dapat diberikan Haloperidol 1-2 mg

oral, atau i.m ulangi selama 20-30 menit.

24

Page 25: Laporan Kasus - IRA

PEMBAHASAN

Pasien ini didiagnosa menggunakan diagnosa multiaxial. Pada pasien ini terdapat

diagnosa pada axis I, dan V. Pada axis I, pasien ini didiagnosa dengan Gangguan mental

perilaku akibat penggunaan kanabinoida.

A. Anamnesis

Teori Fakta

Gangguan mental dan perilaku

akibat penggunaan ganja adalah suatu

gangguan jiwa berupa penyimpangan

perilaku yang berhubungan dengan

pemakaian zat (dalam hal ini adalah

ganja) yang dapat mempengaruhi

sususan saraf pusat secara kurang lebih

teratur sehingga menimbulkan

gangguan fungsi sosial.

Penelitian epidemiologi yang

dilakukan beberapa kali di Indonesia

menunjukkan hasil yang konsisten,

yaitu penggunaan zat psikoaktif

sebagian besar berusia 25 tahun,

kebanyakan tergolong poly drug-user,

masih berstatus sebagai pelajar,

sedangkan usia mulai menggunakan

semakin muda

Pasien adalah seorang laki-laki usia

20 tahun, beragama Islam, status

belum menikah

Pasien mengaku menghisap ganja

sejak ±2 bulan yang lalu. Setelah

menghisap ganja 2 hari yang lalu

pasien merasa sekujur tubuh nyeri,

meriang, gelisah dan merasa takut

ketahuan menggunakan ganja oleh

orang disekitarya. Pasien mengaku

mendengar bisikan-bisikan dan ada

melihat suatu sosok. Bisikan

tersebut. Saat datang pasien

awalnya menangis, gelisah dan

tidak berani menceritakan mengenai

keluhannya.

Menurut ibu pasien, pasien

cenderung tertutup dan tidak mau

menceritakan masalahnya.

Kepribadian ini memang sudah ada

sejak masa remaja hingga saat ini

sehingga orang tua pasien tidak

menyadari bahwa pasien

menggunakan ganja. Namun sejak 2

hari yang lalu pasien mulai gelisah

25

Page 26: Laporan Kasus - IRA

dan tidak bisa tidur serta mengaku

melihat sosok dan mendengar

bisikan-bisikan.

B. Diagnosis

Teori Fakta

perubahan-perubahan mental dan

perilaku

a. Jantung berdebar-debar.

b. Euforia, yaitu rasa gembira

tanpa sebab dan tidak wajar.

c. Halusinasi dan delusi.

d. Perasaan waktu berlalu dengan

lambat,

e. Apatis.

f. Mata merah.

g. Nafsu makan bertambah,

h. Mulut kering,

i. Perilaku maladaptif

j. Pemakaian ganja dalam waktu

lama akan mengganggu fungsi

paru-paru

Uji saring untuk kanabinoid pada

individu yang menggunakan kanabis

secara ringan dapat memberikan hasil

positif untuk 7-10 hari dan pada

Pada pemeriksaan psikiatri,

didapatkan penampilan cukup rapi,

kurang kooperatif, gelisah,kontak

verbal dan visual (+), emosi labil,

afek datar, orientasi (-), proses pikir

lambat, waham curiga (+),

didapatkan halusinasi auditori dan

ilusi, intelegensia cukup, ADL

dalam batas normal, psikomotor

menurun.

Pada pemeriksaan fisik tidak

ditemukan adanya kelainan pada

pasien.

26

Page 27: Laporan Kasus - IRA

pengguna kanabis berat dapat

memberikan nilai positif 2-4 minggu.

C. Penatalaksanaan

Teori Fakta

Pengobatan pemakaian kanabis terletak

pada prinsip yang sama dengan

pengobatan penyalahgunaan substansi

lain abstinensia dan dukungan.

Pada umumnya, intoksikasi

pada penggunaan kanabis tidak

memerlukan farmakoterapi tetapi cukup

dengan terapi suportif. Namun, jika

muncul gejala anxietas berat, maka

dapat diberikan :

- Lorazepam 1-2 mg oral

- Alprazolam 0,5-1 mg oral

- Chlordiazepoxide 10-50 mg oral

Bila terdapat gejala psikotik yang

menonjol, maka dapat diberikan

Haloperidol 1-2 mg oral, atau i.m

ulangi selama 20-30 menit.

Psikofarmakologi:

Risperidone 2 x 2 mg

27

Page 28: Laporan Kasus - IRA

DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan, Sadock. 2010. Sinopsis Psikiatri. Ilmu Pengetahuan Psikiatri Klinis Edisi 10.

Alih bahasa: Widjaja Kusuma. Jawa Barat: Binarupa Aksara

2. Departemen Kesehatan RI. 1993. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa

di Indonesia (PPDGJ). Edisi ke III. Jakarta

3. Maslim, R. Buku Saku Diagnosis Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ III. Bagian Ilmu

Kedokteran Jiwa Unika Atmajaya: Jakarta. 2003

4. Maslim, R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik edisi ketiga. Bagian

ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.2007

28