ira yusma wardesi 2411.050

72
PENERAPAN MODEL ADVANCE ORGANIZER DISERTAI KUIS DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS XI SMK N 1 TILATANG KAMANG PROPOSAL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Metodologi Penelitian Oleh: Ira Yusma Wardesi NIM. 2411.050 Dosen Pembimbing: Imammuddin M.Pd PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN TARBIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

Upload: irwansyah-putra-ahmad

Post on 24-Oct-2015

18 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ira Yusma Wardesi 2411.050

PENERAPAN MODEL ADVANCE ORGANIZER DISERTAI KUIS DALAM

PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA

KELAS XI SMK N 1 TILATANG KAMANG

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Metodologi Penelitian

Oleh:

Ira Yusma Wardesi

NIM. 2411.050

Dosen Pembimbing:

Imammuddin M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN TARBIYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

SJECH M. DJAMIL DJAMBEK BUKITTINGGI

2013 M/1434 H

Page 2: Ira Yusma Wardesi 2411.050

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam setiap islam umatnya diwajibkan untuk menuntut ilmu dan Allah pun

memberikan penghargaan kepada umatnya yang beriman dan berilmu. Hal ini

sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Mujadalah ayat 11 yang artinya:

“Wahai orang-orang yang beriman apabila dikatakan kepadamu, berilah

kelapangan didalam majlis-majlis, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan

memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, berdirilah kamu maka

berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman

diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah maha

teliti apa yang kamu kerjakan.”1

Dari ayat diatas dijelaskan bahwa Allah akan meninggikan derajat orang-

orang yang beriman, dan orang mukmin yang memiliki pengetahuan, kemudian

melaksanakan apa yang telah diketahuinya itu berdasarkan ilmu yang dimiliki

sesuai dengan fungsi dan peranannya.

Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) memegang peranan penting dalam

perkembangan peradaban dan kehidupan manusia. Agar manusia dapat menguasai

IPTEK maka sangat diperlukan proses pendidikan yang berkualitas. Salah satu

cara untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan memperbaiki

pembelajaran di sekolah pada semua bidang studi.

1 Depertemen Agama, Al-Qur’an Tajwid Dilngkapi Asbabun Nuzul Inti Sari Ayat dan Hadist,2007

Page 3: Ira Yusma Wardesi 2411.050

Matematika sebagai salah satu disiplin ilmu juga merupakan dasar dari ilmu

pengetahuan serta sarana berfikir ilmiah, sangat berperan penting dalam

perkembangan disiplin ilmu pengetahuan lainnya dan kemajuan teknologi. Hal ini

dapat dilihat dari penerapan matematika pada berbagai disiplin ilmu serta

aplikasinya dalam berbagai pengembangan seperti bidang ekonomi, industri, dan

teknologi. Mengingat besarnya peranan matematika, maka matematika dijadikan

sebagai salah satu mata pelajaran wajib bagi pendidikan dasar sampai menengah.

Alasan perlunya matematika diajarkan kepada siswa yaitu karena:

1. Selalu digunakan dalam segala aspek kehidupan

2. Semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai

3. Dapat digunakan untuk mengajukan informasi dalam berbagai cara.

Matematika sebagai ratu atau ibunya ilmu dimaksudkan bahwa matematika

adalah sebagai sumber dari ilmu yang lain. Dengan perkataan lain banyak ilmu-

ilmu yang penemuan dan pengembangannya bergantung dari matematika.

Dari kedudukan matematika sebagai ratu ilmu pengetahuan seperti yang

telah diuraikan diatas, tersirat bahwa matematika itu sebagai suatu ilmu berfungsi

pula untuk melayani ilmu pengetahuan. Dengan perkataan lain, matematika

tumbuh dan berkembang untuk dirinya sendiri sebagai suatu ilmu, juga untuk

melayani kebutuhan ilmu pengetahuan dalam pengembangan dan operasionalnya.2

Karena itu pemerintah terus berusaha memperbaiki komponen-komponen

penunjang pendidikan seperti kualitas guru, siswa, sarana dan prasarana serta

2 Erman Suherman, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung:JICA Universitas Pendidikan Indonesia(UPI)) hal 28

Page 4: Ira Yusma Wardesi 2411.050

lingkungan pendidikan. Meskipun demikian usaha pemerintah untuk memajukan

pendidikan khususnya matematika belum membuahkan hasil yang memuaskan.

Hal ini terbukti dari hasil belajar matematika siswa yang belum sesuai

dengan yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat dari hasil ujian mid siswa kelas X1

semester 1 SMK N 1 Tilatang Kamang pada tahun ajaran 2013/2014, sebagai

berikut:

Tabel 1.1

Persentase Ketuntasan Belajar Matematika Siswa Kelas X1 Semester 1

SMK N 1 Tilatang Kamang Tahun Ajaran 2013/2014

Persentase Hasil

Belajar Siswa

XI 1

TGB(%)

XI 2

TITL(%)

Xl3

TKJ(%)

XI 4

TKR 1(%)

XI 5

TKR 2(%)

< 75 89 89,47 85 100 68

≥ 75 11 10,53 15 0 32

(sumber: guru matematika kelas XI SMK N I Tilatang Kamang)

Keterangan:

TGB = Teknik Gambar Bangunan

TITL = Teknik Instalasi Tenaga Listrik

TKJ = Teknik Komputer Jaringan

TKR 1 = Teknik Kendaraan Ringan

TKR 2 = Teknik kendaraan Ringan

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa SMK N 1 Tilatang

Kamang masih sangat rendah dan belum mencapai Kriteria ketuntasan minimal

Page 5: Ira Yusma Wardesi 2411.050

(KKM) yang diberikan oleh guru bidang studi matematika yaitu 75, dari sini

dapat disimpulkan bahwa banyak siswa mendapatkan nilai dibawah KKM yang

telah ditetapkan.

Seseorang dikatakan berhasil dalam belajar matematika jika ia mampu

memahami materi yang diajarkan dan dapat menyelesaikan soal dengan baik.

Secara garis besar keberhasilan hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor

yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Fakror internal adalah faktor yang

berasal dari dalam diri siswa itu sendiri seperti kesehatan fisik, kemampuan dasar,

perhatian, minat, bakat, kesiapan dalam belajar, motivasi dalam belajar dan

lainnya. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa

seperti lingkungan alam, lingkungan sosial, lingkungan budaya dan juga termasuk

kurikulum, guru, metode, sarana dan prasarana.

Secara internal, motivasi diri sangat berpengaruh dalam pembelajaran.

Motivasi belajar siswa dapat dilihat dari kesiapan siswa dalam mengikuti proses

pembelajaran, kesiapan itu berupa bekal materi sebelum materi disampaikan oleh

guru. Namun yang terlihat, siswa lebih sering tidak memiliki bekal materi yang

akan dipelajari. Sehingga dalam proses belajar mengajar mereka terbiasa

menerima dan terkesan tidak siap serta kurang berminat dalam belajar, sehingga

siswa kurang termotivasi dan kurang bersikap kritis dalam mempelajari bahan

pelajaran yang diberikan oleh guru. Ini terbukti setelah guru menjelaskan

pelajaran, dan menanyakan kembali tentang pelajaran yang telah dijelaskan masih

banyak siswa yang tidak mengerti dan tidak bisa menjawab pertanyaan yang

diberikan oleh guru. Dan ketika guru memberikan latihan, hanya beberapa orang

Page 6: Ira Yusma Wardesi 2411.050

saja yang mengerjakan latihan secara mandiri, sedangkan yang lainnya menunggu

jawaban dari temannya.

Berdasarkan hasil observasi penulis, ternyata karena siswa tidak membaca

dirumah, sehingga tidak memiliki bekal pelajaran sedikitpun dan hanya menunggu

penjelasan dari guru. Hal ini disebabkan siswa pada umumnya tidak memiliki

buku penunjang belajar matematika, baik itu berupa buku paket maupun buku

penunjang lainnya. Karena itu guru harus mengerti dengan situasi dan kondisi

siswanya, dan juga harus memahami apa yang dibutuhkan oleh siswanya.

Diantaranya dalam hal kemampuan dan kesiapan siswanya dalam belajar. Guru

harus dapat mengarahkan siswanya agar senantiasa bisa mengadakan pengaitan

antara materi yang akan dipelajari dengan materi terdahulu.

Menurut peneliti salah satu model pembelajaran yang dapat memotivasi

kesiapan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran adalah dengan

menggunakan model advance organizer (Pengaturan awal). Advance organizer

berisi tujuan pembelajaran, konsep-konsep atau pokok-pokok materi berupa

batasan yang akan dipelajari yang diberikan kepada siswa diawal atau sebelum

materi sesungguhnya diberikan, sehingga dapat menarik minat dan mendorong

kesiapan siswa untuk belajar.

Selain itu untuk menguji kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran maka

siswa akan diberikan kuis, yang mana soal-soal kuis diambil berdasarkan Advance

Organizer dan latihan yang telah diberikan. Hal ini bertujuan untuk memotivasi

agar mempelajari advance organizer dan mengikuti pelajaran dengan baik.

Page 7: Ira Yusma Wardesi 2411.050

Berdasarka uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang “Penerapan Model Advance Organizer Disertai Kuis Dalam

Pembelajaran Matematika Siswa Kelas XI SMK N 1 Tilatang Kamang

Tahun Ajaran 2013/2014

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat diidentifikasikan

permasalahan dalam pembelajaran matematika sebagai berikut:

1. Konsep dasar matematika yang kurang mantap pada siswa

2. Siswa kurang termotivasi dan kurang bersifat kritis dalam menerima bahan

pelajaran yang diberikan oleh guru

3. Siswa kurang mempersiapkan diri untuk membaca materi yang akan diajarkan

4. Siswa kesulitan dalam belajar dikarenakan buku sumber belajar yang terbatas

5. Hasil belajar siswa masih rendah

6. Sarana dan prasarana masih kurang lengkap.

C. Pembatasan Masalah

Mengingat keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang peneliti miliki,

maka masalah yang dibahas dalam penelitian ini dibatasi pada hasil belajar

matematika siswa kelas XI SMK N 1 Tilatang Kamang.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah maka permasalahan

dalam penelitian dirumuskan sebagai berikut :

“ Apakah hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan menggunakan model

Advance Organizer disertai kuis lebih baik dari yang tidak menggunakan model

Page 8: Ira Yusma Wardesi 2411.050

Advance Organizer disertai kuis pada siswa kelas XI SMK N 1 Tilatang

Kamang”.

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah hasil belajar matematika

antara siswa yang diajar dengan menggunakan model Advance Organizer

disertai kuis lebih baik dari yang tidak menggunakan model Advance Organizer

disertai kuis pada siswa kelas XI SMK N 1 Tilatang Kamang.

F. Kegunaan Penelitian

1. Masukan bagi penulis sebagai seorang calon guru dalam melaksanakan proses

pembelajaran nantinya terutama dengan menggunakan lembaran materi

prasyarat ini.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru dalam melaksanakan proses

pembelajaran sehingga dapat meningkatkan keefektifan siswa khususnya guru

matematika di SMK N 1 Tilatang Kamang.

3. Sebagai bahan acuan dan informasi bagi peneliti selanjutnya.

4. Bagi siswa dalam usaha meningkatkan pemahaman pelajaran khususnya

pelajaran matematika

Page 9: Ira Yusma Wardesi 2411.050

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Belajar dan Pembelajaran Matematika

1. Pengertian Belajar

Belajar dan pendidikan sering digunakan dalam satu rangkaian. Belajar

merupakan istilah kunci yang paling penting dalam setiap usaha pendidikan,

sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan. Belajar meliputi

tidak hanya mata pelajaran, tetapi juga penguasaan, kebiasaan, persepsi,

kesenangan, minat, penyesuaian sosial, bermacam-macam keterampilan, dan cita-

cita. 3

Sedangkan menurut Witherington dalam buku Educational Psychology

mengemukakan “Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang

menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan,

sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian”. 4

Jadi dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan

tingkah laku yang terjadi pada diri siswa terutama perubahan yang terjadi pada

kepribadiannya berupa sikap, kebiasaan, kepandaian, dan pengertian disaat

keadaan sesoarang itu tak menentu. Jadi disini guru seharusnya dapat memahami

keadaan siswanya, apakah siswanya sudah siap untuk menerima pelajaran atau

belum, dan guru harus bisa menciptakan suasana-suasana belajar yang diinginkan

siswanya.

3 Oemar Hamalik, Psikologi Belajar & Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009), hal. 454 Oemar Hamalik, Psikologi Pendidikan ……, hal. 84

Page 10: Ira Yusma Wardesi 2411.050

Menurut Sumadi Suryabrata terdapat tiga hal pokok yang terjadi dalam

belajar, yaitu :

1. Belajar itu membawa perubahan

2. Perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkan kecakapan baru

3. Perubahan itu terjadi karena usaha. 5

Perubahan-perubahan itu banyak berhubungan dengan orientasi kepribadian,

apakah kita senang atau tidak senang dalam proses belajar mengajar. Pendekatan

belajar merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi proses dan hasil

belajar siswa, oleh karena itu guru harus melaksanakan kegiatan pengajaran

sebaik mungkin sehubungan dengan tugasnya sebagai pendidik.

2. Pembelajaran Matematika

Proses pembelajaran adalah proses pendidikan dalam lingkup persekolahan,

sehingga arti dari proses pembelajaran adalah proses sosialisasi individu siswa

dengan lingkungan sekolah, seperti guru, sumber atau fasilitas dan teman sesama

siswa. Menurut Erman Suherman Pembelajaran adalah proses komunikasi

fungsional antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa, dalam rangka

perubahan sikap dan pola pikir yang akan menjadi kebiasaan bagi siswa yang

bersangkutan.6 Guru berperan sebagai komunikator, siswa sebagai komunikasikan

berisi pesan berupa ilmu pengetahuan.

Pembelajaran terjadi jika ada interaksi antara guru dan siswa, antara siswa

dengan siswa. Agar interaksi tercipta dengan baik maka guru harus menjalankan

fungsinya sebagai fasilitator.

5 Sumadi Suyabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2007), hal.2326 Erman suherman dkk,Strategi Pembelajaran MatematikaKotemporer,(Jakarta: Universitas Pendidikan Indonesia, 2001) hal 9

Page 11: Ira Yusma Wardesi 2411.050

Sedangkan Mengajar adalah suatu usaha yang dilakukan guru dalam

menciptakan kondisi belajar bagi siswa. Menurut Nana Sudjana mengajar adalah

mengatur dan mengorganisasikan lingkungan sekitar siswa sehingga dapat

mendorong dan menumbuhkan siswa melakukan kegiatan pembelajaran.7 Dari

pengertian diatas dapat dipahami bahwa mengajar merupakan proses yang

dilakukan guru untuk membelajarkan siswa. Jadi proses belajar mengajar

bertujuan menghasilkan perubahan tingkah laku.

Adapun karakteristik pembelajaran matematika disekolah tidak bisa terlepas

dari sifat-sifat matematika yang abstrak dan sifat perkembangan intelektual siswa

yang kita ajar. Oleh karena itu, kita perlu memperhatikan beberapa sifat atau

karakteristik pembelajaran matematika di sekolah. Menurut Erman Suherman dkk

karakteristik pembelajaran matematika yaitu:

a. Pembelajaran matematika adalah berjenjang (bertahap) yaitu dimulai dari hal

yang konkrit dilanjutkan ke abstrak, dari hal yang sederhana ke hal yang

kompleks. Atau bisa dikatakan dari konsep yang mudah menuju kekonsep yang

lebih sukar.

b. Pembelajaran matematika mengikuti metoda spiral. Dalam setiap

memperkenalkan konsep atau bahan yang baru perlu memperhatikan konsep

atau bahan yang telah dipelajari siswa sebelumnya. Bahan yang baru selalu

dikaitkan dengan bahan yang telah dipelajari dan sekaligus untuk

mengingatkannya kembali. Pengulangan konsep dalam bahan ajar dengan cara

memperluas dan memperdalam adalah perlu dalam pembelajaran matematika.

Metoda spiral bukanlah mengajarkan konsep hanya dengan pengulangan atau

7 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Belajar Mengajar, (Jakarta: Remaja Rosdakarya, 1995) hal 29

Page 12: Ira Yusma Wardesi 2411.050

perluasan saja tetapi harus ada peningkatan. Spiralnya harus spiral naik

bukanlah spiral datar.

c. Pembelajaran matematika menekankan pola pikir deduktif. Matematika adalah

ilmu deduktif, matematika tersusun secara deduktif aksiomatik. Namun

demikian kita harus dapat memilih pendekatan yang cocok dengan kondisi

anak didik yang kita ajar. Maka dalam proses pembelajaran matematika belum

seluruhnya menggunakan pendekatan deduktif tapi masih campur dengan

induktif. Sebagai contoh dalam pengenalan fungsi, tidak diawali oleh defenisi

fungsi tetapi diawali dengan memberikan contoh-contoh relasi yang

diantaranya ada yang merupakan fungsi. Sehingga dari pengamatan terhadap

contoh-contoh tersebut kelihatan bedanya antara relasi biasa dengan relasi yang

khusus yang disebut fungsi.

d. Pembelajaran matematika menganut sistem konsistensi. Kebenaran dalam

matematika sesuai dengan struktur deduktif aksiomatik. Kebenaran-kebenaran

dalam matematika pada dasarnya merupakan kebenaran konsistensi, tidak ada

pertentangan antara kebenaran suatu konsep dengan yang lainnya.

Menurut teori Gagne yang dikutip oleh Erman Suherman menyatakan

bahwa dalam pembelajaran matematika ada dua objek yang diperoleh siswa yaitu

objek langsung dan objek tidak langsung. Objek langsung berupa fakta,

keterampilan, konsep dan aturan. Objek tak langsung antara lain kemampuan

menyelidiki dan memecahkan masalah. Belajar mandiri dan mengetahui

bagaimana semestinya belajar.8

8 Erman Suherman, dkk, Stategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (jakarta universitas pendidikan indonesia), hal.33

Page 13: Ira Yusma Wardesi 2411.050

Berdasarkan teori diatas, pada saat belajar matematika siswa akan

menemukan beberapa fakta, keterampilan, konsep, dan aturan tertentu. untuk

dapat berinteraksi dengan keadaan tersebut siswa harus memiliki kemampuan

untuk menyelidiki, memecahkan masalah, belajar mandiri dan mengetahui

bagaimana cara belajar yang tepat.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai peranan

yang sangat penting dalam perkembangan ilmu lainnya (khususnya ilmu eksakta).

Sejalan dengan itu, pembelajaran matematika disekolah hendaknya juga

mengalami kemajuan. Salah satu ciri dari pembelajaran matematika masa kini

adalah penyajiannya didasarkan pada teori psikologi pembelajaran. Karena proses

pembelajaran adalah pembentukan diri siswa untuk menuju pada pembangunan

manusia seutuhnya.

Menurut Depdiknas tujuan pembelajaran matematika adalah:

a. Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan

b. Mengembangkan aktivitas kreatif

c. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah

d. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau

mengkomunikasikan gagasan.9

Berdasarkan tujuan pembelajaran matematika, dapat disimpulkan bahwa

matematika berfungsi mengembangkan kemampuan berhitung, mengukur,

menurunkan, dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam

kehidupan sehari-hari. Selain itu, matematika juga berfungsi mengembangkan

aktivitas, kemampuan mengkomunikasikan ide, dan pendapat dengan bahasa

9 Depdiknas, Materi Pelatihan Terintegrasi Matematika Buku 3(Jakarta hal 9)

Page 14: Ira Yusma Wardesi 2411.050

melalui model matematika berupa kalimat dan persamaan matematika, diagram,

grafik atau tabel.

Menurut Erman Suherman “Dalam pembelajaran matematika disekolah

guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi, pendekatan, metoda dan

teknik yamg melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik,

maipun sosial”. Pembelajaran matematika yang melibatkan siswa aktif adalah

pembelajaran yang dapat dialami siswa lebih bermakna.

Menurut Depdiknas pembelajaran akan lebih bermakna jika anak

“mengalami” apa yang dipelajarinya bukan “mengetahuinya”. Untuk itu perlu

digunakan suatu strategi yang tepat sehingga dapat melibatkan siswa secara

langsung dan siswa secara sadar belajar karena pembelajaran yang terjadi adalah

pembelajaran yang bermakna. hal ini akan membuat siswa lebih aktif sehingga

tujuan pembelajaran yang telah direncanakan dapat tercapai.

B. Perangkat Pembelajaran

“Perangkat pembelajaran adalah sekumpulan sumber belajar yang terdiri

dari materi ajar, lembar kegiatan peserta didik, rencana pembelajaran. instrument

tes hasil belajar, dan bahan ajar”. Slameto menyatakan bahwa: “Mengusahakan

alat belajar yang baik dan lengkap adalah perlu, agar dapat mengajar dengan baik

sehingga peserta didik dapat menerima pelajaran dengan baik”. Tentu saja hal ini

sudah menjadi tanggung jawab dari seorang guru dalam menyediakan alat belajar

atau dalam hal ini diistilahkan dengan perangkat pembelajaran.10

Degeng (1994) menjelaskan, terdapat beberapa kriteria yang harus

diperhatikan dalam merancang suatu perangkat pembelajaran yaitu:

a. Dapat membantu untuk kegiatan pembelajaran secara individu atau kelompok

10 Slameto, Belajar Dan Factor-Faktor Yang Mempengaruhinya. (Jakarta: rineka cipta) hal.68

Page 15: Ira Yusma Wardesi 2411.050

b. Dapat merespon secara maksimal

c. Memuat pesan secara potensial

d. Mampu memberikan kesempatan belajar yang diamati

e. Memerikan saran dan petunjuk serta informasi balikan tentang tingkat

kemajuan belajar yang dicapai peserta didik.

Langkah-langkah penyusunan perangkat pembelajaran menurut Degeng

(1994) diuraikan sebagai berikut:

1. Analisis Tujuan Dan Karakteristik Bidang Studi

Analisis tujuan dilakukan pada tahap awal kegiatan perancangan perangkat

pembelajaran. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui tujuan pembelajaran apa

yang diharapkan, dan mengetahui tujuan orientatif pembelajaran apakah fakta,

konsep, prosedur, ataukah prinsip.

2. Analisis sumber belajar

Langkah dilakukan bertujuan untuk mengetahui sumber belajar apa yang

tersedia dan dapat dipergunakan untuk menyampaikan isi pembelajaran. Dari

kegiatan ini diperoleh daftar sumber belajar yang dapat mendukung proses

pembelajaran.

3. Analisis karakteristik peserta didik

Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui ciri-ciri perseorangan peserta

didik, sehingga dapat dijadikan petunjuk dalam mempersiapkan strategi

pengelolaan pembelajaran.

4. Menetapkan tujuan belajar dan isi pembelajaran

Page 16: Ira Yusma Wardesi 2411.050

Dari kegiatan ini akan diperoleh daftar yang memuat rumusan tujuan belajar

dan tipe serta struktur isi perangkat pembelajaran yang akan dipelajari siswa untuk

mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan.

5. Menetapkan strategi pengorganisasian materi

Pemilihan strategi pengorganisasian pembelajaran sangat dipengaruhi oleh

tipe isi bidang studi yang dipelajari dan bagaimana struktur materi tersebut. Hasil

dari kegiatan ini adalah berupa penetapan model untuk mengorganisasikan isi

perangkat pembelajaran.

6. Menetapkan strategi penyampaian materi pembelajaran

Penetapan strategi penyampaian isi pembelajaran didasarkan pada analisis

sumber belajar yang telah dilakukan sebelumnya.

7. Menetapkan strategi pengelolaan pembelajaran

Penetapan strattegi pengelolaan pembelajaran yang akan digunakan sangat

tergantung pada hasil analisis karakteristik peserta didik yang telah dilakukan

sebelumnya. Dari kegiatan ini akan dihasilkan penetapan penjadwalan

penggunaan komponen strategi pengorganisasian dan penyampaian pembelajaran,

pengelolaan motivasi, pembuatan catatan tentang kemajuan belajar dan kontrol

belajar peserta didik.

8. Pengembangan prosedur pengukuran hasil belajar

Kegiatan ini mencakup pengukuran tingkat keefektifan, efisiensi dan daya

tarik pembelajaran, dan dilakukan dengan mengadakan pengamatan proses

pembelajaran dan test hasil belajar.

perangkat pembelajaran merupakan perangkat yang dirancang untuk

membantu peserta didik dalam memahami materi pelajaran dan menunjang

Page 17: Ira Yusma Wardesi 2411.050

pelaksanaaan pembelajaran yang menuntut keaktifan peserta didik sehingga

pembelajaran menjadi proses pembelajaran yang bermakna. oleh karena itu dalam

penelitian ini dirancang perangkat pembelajaran yaitu Advance Organizer kuis

dan rencana pembelajaran, agar dapat membantu peserta didik memahami

pelajaran dengan baik. Advance Organizer berisi tujuan pembelajaran, konsep-

konsep atau pokok-pokok materi berupa batasan yang akan dipelajari yang

diberikan kepada siswa diawal atau sebelum materi sesungguhnya diberikan.

Dengan adanya Advance Organizer ini juga membantu kemudahan bagi

guru untuk memahamkan materi baru kepada peserta didik. Dimana proses

pembelajaran berjalan tidak terpusat hanya pada guru tetapi peserta didik dapat

berperan aktif dalam membahas materi pelajaran baru dengan melakukan

pengaitan dengan materi yang telah dipelajarinya pada Advance Organizer.

C. Advance Organizer

Ada banyak model pembelajaran yang dikembangkan oleh para ahli

dibidang pendidikan, yang bertujuan untuk memperluas wawasan tentang

pembelajaran. Menurut Nasution suatu model mengajar ialah suatu rencana atau

suatu pola pendekatan yang digunakan untuk medesain pengajaran. Salah satu

diantara model-model mengajar itu adalah model Advance Organizer. Advance

Organizer yaitu organisator tertinggi yang bersifat utuh dan komprensif dari

sesuatu materi yang diajarkan.11 Maksudnya adalah penyajian lengkap kerangka

dari bahan yang diajarkan yang mengandung gagasan-gagasan yang bersifat

umum terinci.

Advance Organizer ini pertama kali diperkenalkan oleh David Ausubel yang

mengatakan bahwa salah satu yang membuat siswa belajar bermakna adalah

11 Noehi Nasution, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Depdikbud) hal 110.

Page 18: Ira Yusma Wardesi 2411.050

Advance Organizer. Pembelajaran matematika menurut pendapat Jeromo Brunner

dikutip oleh Suherman bahwa: “ Belajar matematika akan berhasil jika proses

pengajaran diarahkan pada konsep-konsep dan struktur yang termuat dalam

pokok bahasan yang diajarkan, diajarkan, disamping hubungan terkait antara

konsep-konsep dan struktur-struktur”.

Mengenai konsep dan struktur yang tercakup dalam bahan pelajaran yang

sedang dibicarakan, siswa akan memahami materi yang harus dikuasainya itu. Ini

menunjukkan bahwa materi yang mempunyai suatu pola atau struktur tertentu

akan lebih mudah dipahami dan diingat siswa.

Belajar bermakna menuntut kondisi kesiapan siswa untuk memahami dan

mengaitkan pada materi yang disajikan, bukan menghafal materi secara verbal

atau hanya kata-kata, Moedjono dan Moh Dimyati menjelaskan:

struktur berfikir siswa (susunan perilaku berfikir) sejalan dengan susunan

buku pengetahuan (isi kurikulum) dan bagaimana siswa mempelajari bahan

pengetahuan. oleh karena itu perilaku guru mengajar diharapkan sejalan dengan

perilaku siswa belajar. Agar strategi mengajar guru berhasil maka guru perlu

memusatkan perhatian pada kata belajar bermakna (meaningfull verbal learning)

model Advance Organizer memperkenalkan pentingnya strategi guru dalam

melakukan seleksi, mengorganisasikan dan mempresentasikan informasi baru.12

Model Advance Organizer ini merupakan pola belajar mengajar yang

dirancang untuk memperbaiki aktifitas prestasi perilaku belajar yang efesien

sehingga siswa dapat menyerap, mencerna dan mengingat pelajaran dengan baik.

Hal ini sejalan dengan pendapat Dahar (19989) bahwa:

12 Moedjono dan Moh Dimyati, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta,1991) hal 130

Page 19: Ira Yusma Wardesi 2411.050

Advance Organizer mengarahkan siswa kemateri yang akan mereka pelajari dan

menolong mereka untuk mengingat kembali informasi yang berhubungan dalam

membantu menanamkan pengetahuan baru.

Bentuk Advance Organizer berupa kerangka utama dari konsep, seperti

yang dikemukakan oleh Nasution bahwa:

“Advance Organizer berupa kerangka-kerangka dasar yang menjadi batang

tubuh materi yang akan dipresentasikan isinya, merupakan penjelasan, integritasi

dan interpretasi konsep-konsep dasar dengan struktur organisasi tertinggi dan

umum dari materi yang dipelajari”.13

Jadi Advance Organizer disusun berdasarkan konsep-konsep dasar,

generalisasi prinsip-prinsip dan hukum-hukum yang ada dalam disiplin ilmu dan

bukan kesimpulan bahan pelajaran. Kerangka ini berfungsi sebagai pengantar bagi

siswa dalam mempelajari materi pelajaran. Tugas guru adalah menyiapkan dan

mempresentasikan kegiatan utama, kemudian siswa berusaha menguasai ide atau

informasi itu.

Nasution menyatakan bahwa: agar tujuan dan penggunaan Advance

Organizer ini sesuai dengan yang telah ditetapkan maka langkah-langkah

pelaksanaan model Advance Organizer:

1. Penyajian Advance Organizer

a. Menjelaskan tujuan pembelajaran

b. Menyajikan secara amat singkat kerangka dasar Advance Organizer

c. Menjelaskan pengertian dari setiap konsep-konsep yang terdapat didalamnya.

13 Noehi Nasution, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: depdiknas, 1992) hal 121

Page 20: Ira Yusma Wardesi 2411.050

d. Merangsang kembali pengetahuan dan pengalaman siswa yang sudah ada dan

disesuaikan dengan kontak yang diajarkan dengan cara memberi contoh.

2. Eksplorasi lebih lanjut mengenai kerangka yang telah disampaikan menjadi

tugas belajar dan materi pengajaran esensi materi saja tidak cukup hanya

dijelaskan dengan defenisi, tetapi guru menerangkan lebih lanjut. guru dan

murid mengembangkan kerangka Advance Organizer menjadi materi yang

secara logis dapat dimengerti oleh murid terutama keterkaitan unsur-unsur

didalamnya.

3. Memperkuat struktur kognitif anak. pada fase ini lebih ditekankan pada

keaktifan siswa. siswa harus banyak mengambil inisiatif bertanya dan

menyajukan komentar. siswa dan guru banyak bertukaran dalam fase ini.

Siswa diharapkan dapat menggunakan prinsip-prinsip integrative untuk

menjawab dan menghubungkan materi yang sudah dipelajarinya dengan

materi baru. Siswa harus dapat berperan sebagai penangkap yang aktif dan

mampu berfikir aktif.14

Advance organizer disajikan dalam bentuk lembaran, maksudnya dalam

bentuk ini siswa lebih leluasa memahami materi yang akan dipelajari dirumah.

Dengan adanya Advance organizer berarti siswa diberi kesempatan untuk

mendapatkan pengertian tentang topik-topik dan konsep-konsep yang akan

dipelajari disekolah.

Bila siswa telah mempelajari di rumah, maka diharapkan siswa lebih aktif

dalam belajar dikelas dan materi dapat terkuasai dengan baik seperti pendapat

14 Noehi Nasution, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: depdiknas, 1992) hal 123

Page 21: Ira Yusma Wardesi 2411.050

Hudojo: Bahwa belajar seringkali dipengaruhi oleh kesadaran peserta didik akan

perlunya mempelajari bahan yang akan dipelajarinya.15

Ketika proses pembelajaran berlangsung, guru mengajarkan sesuai dengan

Advance organizer yang telah ada dan dipelajari oleh siswa, sehingga ada

kesinambungan materi yang telah dipelajari dirumah melalui Advance organizer

dengan materi yang akan diterangkan oleh guru selanjutnya. Kemudian siswa

akan berada dalam kindisi lebih siap untuk belajar dan sudah punya pengalaman.

Beberapa para ahli pendidikan telah menguji Advance organizer dalam

pendidikan. Degeng (1989) menyatakan bahwa, sebagian besar peneliti

menunjukkan Advance organizer memudahkan belajar sekaligus memperlihatkan

retensi:

1. Peneliti lain menemukan bahwa pengaruh Advance organizer terhadap belajar

dan retensi signifikan.

2. Beberapa siswa cendrung mendapat keuntungan lebih banyak dari Advance

organizer dari pada siswa lain. Siswa yang memiliki tingkat kecerdasan diatas

rata-rata lebih diuntungkan oleh Advance organizer.

Menurut Panen (2003) ada tiga hal yang dicapai dengan penggunaan

Advance organizer:

1. Advance organizer memberikan kerangka konseptual untuk belajar yang

bakal terjadi berikutnya.

2. Dapat menjadi penghubung antara informasi yang sudah dimiliki siswa saat

ini dengan informasi baru yang diterima atau dipelajari.

15 Herman Hudojo, Belajar Mengajar Matematika,(Jakarta: P2LPTK, 1998) hal 107

Page 22: Ira Yusma Wardesi 2411.050

3. Berfungsi sebagai jembatan penghubung antara struktur kognitif yang lama

dengan struktur kognitif yang baru.

Berdasarkan beberapa kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa model

Advance organizer ini merupakan semacam pertolongan mental dan disajikan

sebelum materi baru. Belajar yang seperti ini akan menciptakan transfer dari

konsep pelajaran secara bermakna.

Proses pembelajaran yang menggunakan Advance organizer ini memiliki

kelebihan-kelebihan diantaranya dapat meningkatkan motivasi siswa dan

menjadikan siswa bersikap kritis dalam mempelajari bahan pelajaran, sehingga

dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

C. Kuis

Kuis digunakan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik telah

menguasai materi yang telah dipelajari. Selain itu, kuis dapat digunakan untuk

memotivasi pesertaa didik dalam belajar, sebagaimana yang diungkapkan oleh

Herman (1998):

“Pemberian ulangan dalam bentuk kuis berguna untuk melihat tingkat

penguasaan peserta didik seluruh kelas terhadap materi yang diajarkan. Dengan

memberikan test tersebut diharapkan dapat menumbuhkan motivasi belajar

peserta didik, karena motivasi merupakan salah satu faktor yang bermanfaat

dalam proses belajar secara menyeluruh”.

Motivasi dalam belajar tidak saja merupakan suatu energi menggerakkan

paserta didik untuk belajar tetapi juga sebagai sesuatu yang mengarahkan aktivitas

peserta didik kepada tujuan belajar. Peserta didik yang termotivasi untuk belajar

Page 23: Ira Yusma Wardesi 2411.050

akan sangat tertarik dengan berbagai pekerjaan rumah, menunjukkan ketekunan

yang tinggi serta variasi aktivitas belajarnya pun lebih banyak.

Para ahli mengemukakan dua tipe motivasi yaitu motivasi intrinsik dan

ekstrinsik. Motivasi Intrinsik adalah keinginan bertindak yang disebabkan oleh

faktor yang murni berasal dari keinginan dari individu. Sedangkan Motivasi

Ektrinsik kegiatan bertingkah laku sebagai akibat dari adanya rangsangan dari

luar. Dalam proses belajar motivasi intrinsik mendorong peserta didik untuk

memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Namun secara ektrinsik harus tetap

diberikan karena dapat memancing timbulnya motivasi intrinsik. Banyak peserta

didik yang termotivasi secara ektrinsik dapat berhasil dengan baik seperti halnya

peserta didik yang termotivasi secara intrinsik. Salah satu cara untuk termotivasi

peserta didik secara ektrinsik adalah dengan memberikan test. Tipe test yang

diberikan tergantung pada maksud dan tujuan test tersebut. Suatu test dapat sangat

terbatas dan hanya meliputi satu atau dua topik saja. Test semacam ini biasa

disebut kuis. Suatu kuis dimaksudkan untuk mengetahui pengertian peserta didik

tentang satu atau dua buah konsep dan dapat mengecek pemahaman peserta didik

tentang pekerjaan rumah yang diberikan beberapa hari lalu.

Sujono (1988) mengemukakan: Ruang lingkup test dapat sangat terbatas,

hanya meliputi satu atau dua topik dan mungkin hanya berlangsung dalam waktu

singkat, mungkin lima atau sepuluh menit. Test semacam ini disebut kuis atau

ulangan, yang seringkali terdiri atas satu pertanyaan atau mungkin beberapa buah

pertanyaan sederhana.

Pemberian kuis pada peserta didik dapat digunakan sebagai salah satu cara

untuk mengatasi kelemahan dari metode tugas. Kuis adalah suatu test singkat

Page 24: Ira Yusma Wardesi 2411.050

yang dilaksanakan kira-kira 10 menit diawal atau diakhir proses belajar mengajar

dengan materi yang diajarkan. Kuis ini terdiri dari beberapa pertanyaan sederhana

yang berkenaan dengan materi yang dipelajari.

Menurut Sujono (1988) menyatakan bahwa: Kuis ini bertujuan meninjau

pengertian dan pemahaman peserta didik tentang konsep-konsep dari materi yang

akan dipelajari dan kegiatan belajar peserta didik akan dilaksanakan diluar jam

pelajaran disekolah atau mengecek pemahaman peserta didik tentang pekerjaan

rumah serta untuk menciptakan kondisi yang tepat dengan memulai suatu

pelajaran yang baru.

Pemberian ulangan dalam bentuk kuis berguna untuk melihat tingkat

penguasaan peserta didik terhadap materi yang telah diajarkan. Pemberian kuis

diharapkan dapat menimbulkan motivasi belajar peserta didik, karena motivasi

merupakan salah satu faktor yang bermanfaat dalam proses belajar secara

menyeluruh.

Bentuk soal kuis ini sangat membantu peserta didik untuk mencapai hasil

belajar yang baik, Sujono (1988) menyatakan bahwa: Kuis sering kali hanya

terdiri atas satu pertanyaan atau mungkin beberapa pertanyaan sederhana. Kuis

biasanya dirancang untuk mengukur pengertian peserta didik tentang topik yang

diajar beberapa hari yang lalu atau mungkin diberikan untuk mengetahui apakah

peserta didik mengerjakan pekerjaan rumahnya atau tidak. Dalam hal ini soal-soal

kuis hendaknya dibuat mirip sekali dengan soal-soal pekerjaan rumah yang telah

diberikan.

Kuis yang diberikan kepada peserta didik merupakan test yang memiliki

ruang lingkup yang sempit sebagaimana diungkapkan oleh Sujono (1988) bahwa:

Page 25: Ira Yusma Wardesi 2411.050

“Ruang lingkup tes itu sangat terbatas, tanpa meliputi satu atau dua topik dan

mungkin hanya berlangsung dalam waktu yang singkat”.

Berdasarkan pengertian tentang kuis, dapat disimpulkan bahwa kuis dapat

memotivasi peserta didik dan dapat dijadikan tolak ukur untuk melihat

keberhasilan peserta didik dalam memahami suatu materi pelajaran yang

bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik.

D. Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang biasa dilakukan

oleh guru disekolah yakni pembelajaran yang diberikan dengan menggunakan

metode ceramah dan latihan. Kegiatan guru meliputi kegiatan apersepsi, motivasi,

menerangkan materi didepan kelas secara langsung.

Dilanjutkan dengan pemberian contoh soal dan soal-soal kepada peserta

didik serta diakhiri dengan pemberian pekerjaan rumah.

Menurut Nasution (2000) pembelajaran konvensional memiliki ciri-ciri

sebagai berikut:

a. Tujuan tidak dirumuskan secara spesifik ke dalam kelakuan yang dapat

diukur.

b. Bahan pelajaran diberikan kepada kelompok atau kelas secara keseluruhan

tanpa memperhatikan peserta didik secara individual.

c. Bahan pelajaran umumnya berbentuk ceramah, kuliah, tugas tertulis dan

media lain menurut pertimbangan guru.

d. Berorientasi pada kegiatan guru dan mengutamakan kegiatan mengajar.

e. Peserta didik kebanyakan bersikap positif mendengar uraian guru.

f. Semua paserta didik harus belajar menurut kecepatan guru mengajar.

Page 26: Ira Yusma Wardesi 2411.050

g. Penguatan umum diberikan setelah dilakukan ulangan atau ujian.

h. Keberhasilan mengajar umumnya dinilai guru secara subjektif.

i. Pengajar umumnya sebagai penyebar dan penyalur informasi utama.

j. Peserta didik biasanya mengikuti beberapa test atau ulangan mengenai bahan

yang dipelajari dan berdasarkan angka hasil test atau ulangan mengenai bahan

yang dipelajari itulah nilai rapor diberikan..

Pada pembelajaran konvensional adalah pembelajaran langsung yang dalam

pelaksanaanya lebih banyak menggunakan metode ceramah. Pembelajaran

konvensional dibuat berdasarkan perbandingan dengan pendekatan kontekstual

yang terdapat dalam Depdiknas dengan ciri-ciri sebagai berikut:

a. Peserta didik belajar secara individual.

b. Peserta didik adalah penerima informasi secara pasif.

c. Pembelajaran tidak memperhatikan pengalaman peserta didik

d. Pembelajaran abstrak dan teoritis.

e. Penilaian hanya ditentukan oleh hsil test bukan penilaian pada proses

belajarnya.

Dalam pembelajaran konvensional guru secara berceramah membelajarkan

simbol-simbol matematika dengan penekanan pada pemberian informasi dan

latihan-latihan. Di samping itu pada pembelajaran konvensional guru sangat

bergantung pada metode ceramah, peserta didik pasif, jawaban yang benar

diterima, sedikit tanya jawab dan peserta didik mencatat dari papan tulis.

Pada pembelajaran konvensional dalam penelitian ini metode ceramah yang

dilaksanakan adalah oleh peneliti sendiri menerangkan pelajaran kemudian diberi

sebuah contoh soal dan mengerjakan kuis pada kelas eksperimen.

Page 27: Ira Yusma Wardesi 2411.050

E. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan sesuatu yang diperoleh, dikuasai atau merupakan

hasil dari adanya proses belajar. Hasil belajar dapat dijadikan sebagai tolak ukur

untuk mengetahui kebrhasilan peserta didik dalam menguasai suatu pelajaran.

Untuk mengetahui hasil belajar dapat dilakukan dengan kegiatan penilaian.

Penilaian pada hakikatnya adalah pengungkapan katakteristik peserta didik sejauh

mana peserta didik secara individual telah menguasai kompetensi dasar yang

diajarkan. Dengan menggunakan standar kompetensi, kompetensi dasar, materi

pokok, pengalaman belajar, indikator keberhasilan dan instrumen penilaian maka

hasil belajar peserta didik dapat dikembangkan. Teknik yang biasa digunakan

adalah memberikan ulangan atau ujian pada periode-periode tertentu baik secara

lisan maupun tulisan kemudian berdasarkan hasil ujian tersebut penilai berusaha

menentukan sejauh manakah peserta didik itu menguasai pelajarannya dengan

melihat apakah tujuan dari pembelajaran tercapai. Jadi hasil belajar yang

dimaksud adalah penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran. Hasil belajar

merupakan kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah mengalami proses

belajar. W.S Winkel (1995) mengatakan belajar adalah suatu aktivitas mental atau

psikis yang langsung dalam interaksi dengan lingkungan, yang menghasilkan

perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan, dan nilai sikap,

perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas.

Dari kutipan diatas dikatakan bahwa belajar menghasilkan perubahan.

Perubahan itulah yang disebut sebagai hasil belajar. Lebih jauh winkel

mengatakan bahwa perubahan itu dapat berupa hasil yang baru, dan dapat pula

berupa penyempurnaan terhadap hasil yang diperoleh.

Page 28: Ira Yusma Wardesi 2411.050

Hasil belajar terwujud dalam perubahan tingkah laku dari tidak tahu

menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Hal ini seperti yang

diungkapkan Arikunto (1999) yang mengatakan bahwa: “Tujuan penilaian hasil

belajar adalah untuk mengetahui apakah materi yang sudah diberikan sudah

dipahami oleh peserta didik dan apakah metode yang digunakan sudah tepat atau

belum.”

Perubahan yang didapat setelah pembelajaran ini berupa perubahan

pengetahuan, pengalaman, keterampilan, nilai dan sikap. Dengan kata lain ini

meliputi penguasaan terhadap ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor.

Sudjana menyatakan bahwa: “Hasil belajar peserta didik pada hakekatnya

adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil proses kegiatan belajar yang berisi

rumusan kemampuan dan tingkah laku yang diinginkan seperti yang tercakup

dalam tujuan pembelajaran”.16 Wina Sanjaya (2005) menyatakan bahwa: “Hasil

belajar merupakan gambaran kemampuan peserta didik dalam memenuhi suatu

tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam suatu kompetensi dasar”.

Hasil belajar yang dimaksud disini adalah hasil belajar yang diperoleh

peserta didik setelah mengalami proses pembelajaran dengan menggunakan

lembaran materi persyarat dan kuis. Hasil belajar dapat diungkapkan berupa angka

atau huruf yang menggambarkan tingkat penguasaan sistem terhadap apa yang

dipelajari.

Sesuai yang dituangkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pembelajaran

(KTSP) maka hasil dari pembelajaran matematika dikelas adalah tercapainya

sejumlah tujuan dalam pembelajaran matematika itu. Baik tidaknya hasil belajar

yang akan diperoleh peserta didik sangat ditentukan oleh bagaimana peserta didik

16 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Belajar Mengajar,(Jakarta: Remaja Rosdakarya, 1995) hal 2

Page 29: Ira Yusma Wardesi 2411.050

tersebut melakukan proses belajar. Dalam hasil ini dipengaruhi oleh bagaimana

guru menyajikan proses pembelajaran di kelas.

E. Kerangka Konseptual

Banyak hal yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, salah satu

diantaranya adalah kesiapan siswa untuk belajar. Kesiapan siswa untuk belajar

didukung oleh beberapa faktor. Diantaranya panduan mereka dalam pembelajaran

salah satunya adalah dengan menggunakan model Advance Organizer. Advance

Organizer merupakan kerangka dasar yang berisikan tujuan pembelajaran, materi

yang akan dipelajari, dan beberapa pertanyaan kepada siswa, diberikan sebelum

proses pembelajaran dimulai. Dengan adanya Advance Organizer diharapkan

siswa siap untuk belajar karena sudah membaca yang akan dipelajari dirumah

maupun sebelum pembelajaran dimulai.

Untuk memotivasi siswa agar membaca Advance Organizer yang diberikan

maka diawal pembelajaran siswa diberi kuis. Kuis tersebut berisi satu atau

beberapa pertanyaan sederhana yang diambil dari Advance Organizer.

Untuk melihat apakah siswa benar-benar memahami Advance Organizer

maka guru memberikan latihan setelah menerangkan materi, yang terdapat dalam

Advance Organizer. Gunanya adalah untuk memantapkan pengetahuan serta

menjadikan siswa lebih termotivasi belajar dan hasil belajar siswa lebih baik.

F. Penelitian yang relevan

Penelitian yang berhubungan dengan Advance Organizer dalam kegiatan

belajar mengajar telah dilakukan oleh beberapa orang peneliti, di antaranya adalah

penelitian yang dilakukan oleh Reni Oktaviana (2009) yang berjudul penggunaan

Advance Organizer dengan pengontrol tes dan pengaruhnya terhadap hasil belajar

Page 30: Ira Yusma Wardesi 2411.050

matematika siswa kelas X MAN Balai Selasa Kabupaten Pesisir Selatan Tahun

Pelajaran 2008/2009. Dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan

menggunakan Advance Organizer 59,52% siswa memperoleh ketuntasan klasikal,

sedangkan yang tidak menggunakan Advance Organizer 30,95% yang

memperoleh ketuntasan secara klasikal.

Dalam penelitiannya, Reni Oktaviani menggunakan pengontrol tes untuk

mengontrol kesiapan siswa setiap awal pelajaran. Sedangkan penelitian ini

menggunakan kuis yang soal-soalnya diambil dari Advance Organizer setiap awal

pertemuan dan Advance Organizer diberikan kepada siswa setiap kali pertemuan

agar dapat dibaca dirumah dan diulang kembali sebelum pembelajaran dimulai.

Sehingga siswa mempunyai konsep dasar ketika guru menjelaskan materi. Selain

itu untuk memotivasi siswa agar mempelajari Advance Organizer dirumah maka

diberikan kuis diawal dan diakhir pembelajaran.

G. Hipotesis

Sesuai dengan rumusan masalah di atas maka hipotesis dalam penelitian ini

adalah:” Hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan menggunakan model

Advance Organizer disertai kuis lebih baik dari yang tidak menggunakan model

Advance Organizer disertai kuis pada siswa kelas XI Tilatang Kamang tahun

ajaran 2013/2014”.

Page 31: Ira Yusma Wardesi 2411.050

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka

penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen adalah

penelitian yang subjeknya diberi perlakuan (treatment) lalu diukur akibat

Page 32: Ira Yusma Wardesi 2411.050

perlakuan pada diri subjek.17 Penelitian eksperimen yang digunakan adalah

penelitian pra eksperimen. Menurut Muri Yusuf, jenis penelitian ini pada

prinsipnya tidak dapat mengontrol validitas internal dan eksternal secara utuh

karena satu kelompok hanya dipelajari satu kali atau kalau menggunakan dua

kelompok di antara kedua kelompok itu tidak disamakan terlebih dahulu.18

Pada penelitian eksperimen ini tujuannya adalah untuk melakukan

perbandingan suatu akibat perlakuan tertentu dengan suatu perlakuan lain yang

berbeda atau dengan yang tanpa perlakuan. Penelitian ini menggunakan dua kelas,

yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen adalah

penggunaan Advance Organizer dan kuis dalam kegiatan pembelajaran,

sedangkan pada kelas kontrol digunakan pembelajaran konvensional. Pada akhir

penelitian ini, kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi test untuk melihat hasil

belajarnya.

Rancangan penelitian yang digunakan adalah The Static Group

Comparison: Randomized Control Group Only Design, seperti yang terlihat pada

tabel berikut:

Tabel 3.1 Rancangan penelitian The Static Group Comparison Design 19

Kelas Perlakuan Tes akhir

Kelas Experimen X T

Kelas Kontrol - T

17 Etta Mamang Sangadji dan Sopiah, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: ANDI, 2010), hal. 2218Muri Yusuf, Metode Penelitian: Dasar Penyelidikan Ilmiah, ( UNP, 1997), hal. 23519 Syamsuddin & Vismaia, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007) hal. 158

Page 33: Ira Yusma Wardesi 2411.050

Keterangan:

X = Pembelajaran Model Advance Organizer Disertai Kuis

T = Tes akhir

B. Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi menurut Arikunto adalah “keseluruhan subjek penelitian”.20

Populasi menurut Walpole adalah “keseluruhan pengamatan yang menjadi

perhatian kita”.21 Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMK N 1

Tilatang Kamang Bukittinggi yang terdaftar pada semester 1 Tahun Ajaran

2013/2014 yang terdiri atas 5 kelas. Adapun jumlah populasi dari penelitian ini

dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel

Jumlah Siswa Kelas X1.1 s/d X1.5 SMK N 1 Tilatang Kamang

Tahun Pelajaran 2013/2014

No Kelas Jumlah Siswa

1 X1(TGT) 19

2 X1(TITL) 20

3 X1(TKJ) 33

20 Suharsimi Arikunto,Prosedur Penelitian, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002) hal 10821 Ronald Walpole,Pengantar Statistik,(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama) hal 7

Page 34: Ira Yusma Wardesi 2411.050

4 X1(TKR 1) 26

5 X1(TKR 2) 24

Sumber : (guru matematika kelas XI SMK N I Tilatang Kamang)

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.22 Untuk

mendapatkan sampel yang representatif, penentuan sampel tersebut dilakukan

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Melakukan uji normalitas terhadap nilai ujian mid matematika semester 1

siswa kelas X1. Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah populasi

berdistribusi normal atau tidak. Uji ini dilakukan dengan menggunakan SPSS,

yaitu dilakukan dengan melihat kurva. Kenormalan kurva dapat dicari dengan

terlebih dahulu mencari Rasio Skewness dan Rasio Kurtosis.

b. Melakukan uji homogenitas variansi. Uji ini dilakukan menggunakan SPSS.

Uji homogenitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah populasi mempunyai

variansi yang homogen atau tidak.

c. Melihat analisis variansi untuk melihat kesamaan rata-rata populasi yaitu

dengan uji anova satu arah. Analisis ini juga dilakukan dengan SPSS. Untuk

mengetahui apakah populasi memiliki kesamaan rata-rata atau tidak.

d. Jika populasi berdistribusi normal dan homogen serta memiliki kesamaan

rata-rata maka pengambilan sampel dapat dilakukan secara acak. Dua kelas

yang terambil yaitu satu kelas ditetapkan sebagai kelas eksperimen dan kelas

yang terambil kedua yaitu kelas ditetapkan sebagai kelas kontrol.

C. Variabel dan data

22 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002) hal 109

Page 35: Ira Yusma Wardesi 2411.050

1. Variabel

Variabel adalah kondisi-kondisi, karakteristik-karakteristik atau atribut yang

dimanipulasi, dikontrol, diamati atau menjadi pusat perhatian peneliti.23 Variabel

dalam penelitian ini terdiri dari:

a. Variabel bebas yaitu perlakuan yang diberikan kepada kelompok eksperimen

yaitu: Advance Organizer dan kuis.

b. Variabel terikat yaitu hasil belajar matematika siswa setelah perlakuan

diberikan

2. Data

Data adalah hasil pencatatan peneliti, baik berupa fakta ataupun angka.24

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data

sekunder yaitu:

a. Data primer yaitu data yang langsung diambil dari sampel yang diteliti.

Dalam penelitian ini data primer yaitu data hasil belajar matematika siswa

kelas eksperimen dan kelas kontrol.

b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari orang lain. Dalam hal ini data

sekundernya adalah nilai ujian mid semester 1 kelas X1 dan data mengenai

jumlah siswa yang menjadi populasi dan sampel dalam penelitian ini.

3. Sumber data

a. Seluruh siswa kelas X1 sMK N 1 Tilatang Kamang Bukittinggi yang terpilih

sebagai sampel untuk memperoleh data primer.

b. Guru matematika kelas X1 SMK N 1 Tilatang Kamang Bukittinggi.

c. Wakil kurikulum SMK N 1 Tilatang Kamang.

23 Tatang yuli eko siswono, Penelitian Pendidikan Matematika, (surabaya: unesa university, 2010) hal 4424 Suharsimi arikunto, Prosedur Penelitian,( Jakarta: Rineka Cipta, 2002) hal 96

Page 36: Ira Yusma Wardesi 2411.050

D. Prosedur Penelitian

1. Tahap persiapan

Pada tahap persiapan ini peneliti mempersiapkan segala sesuatu yang

berhubungan dengan pelaksanaan penelitian yaitu:

a. Menetapkan jadwal penelitian.

b. Menentukan kelas kontrol dan kelas eksperimen.

c. Mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sesuai dengan

materi yang diajarkan.

d. Mempersiapkan Advance Organizer sesuai dengan materi yang akan

dipelajari siswa.

e. Mempersiapkan soal untuk kuis.

f. Mempersiapkan lembar untuk observasi.

g. Mempersiapkan observer.

h. Membuat kisi-kisi soal untuk tes akhir.

i. Mempersiapkan dan menyusun soal-soal tes akhir.

2. Tahap pelaksanaan

Penelitian dilaksanakan sebanyak 6 kali pertamuan, dan adapun

pengalokasian waktu setiap kali pertemuan adalah 2 x 45 menit. Perlakuan yang

diberikan pada kedua kelas sampel terdapat pada tabel berikut:

Tabel

Perlakuan yang diberikan pada kedua kelas sampel

No Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Pada kelas eksperimen siswa diberikan Pada kelas kontrol siswa tidak diberi

Page 37: Ira Yusma Wardesi 2411.050

1.

2.

Advance Organizer yang diberikan diawal

pertemuan dan setiap akhir pelaksanaan

pembelajaran.

Pendahuluan (20 menit)

a. Mempersiapkan siswa belajar

dengan menyuruh siswa

mengeluarkan Advance Organizer

yang telah diberikan sebelumnya.

b. Menyampaikan tujuan pembelajaran

(kompetensi dasar dan indikator

pencapaian hasil belajar).

c. Memotivasi siswa dengan

menyampaikan kegunaan materi

pelajaran dalam kehidupan nyata.

d. Melakukan apersepsi dengan

mengingatkan kembali materi-

materi relevan.

Kegiatan Inti (60 menit)

a. Eksplorasi :

Mempersentasikan materi

pelajaran sambil

mendiskusikannya dengan

siswa.

b. Elaborasi

Advance Organizer

Pendahuluan (15 menit)

a. Mempersiapkan siswa belajar

b. Menyampaikan tujuan

pembelajaran (kompetensi

dasar dan indikator

pencapaian hasil belajar).

c. Memotivasi siswa dengan

menyampaikan kegunaan

materi pelajaran dalam

kehidupan nyata.

d. Melakukan apersepsi dengan

mengingatkan kembali materi-

materi relevan.

Kegiatan inti (65 menit)

a. Eksplorasi

Mempersentasikan

materi pelajaran.

b. Elaborasi

Page 38: Ira Yusma Wardesi 2411.050

Meminta siswa untuk

mengerjakan latihan

c. Konfirmasi

Guru mengecek pemahaman

siswa dengan menugaskan

beberapa orang siswa untuk

menjelaskan jawaban latihan,

kemudian guru memberikan

umpan balik berupa

penghargaan atau penguatan

Guru memperbaiki konsep-

konsep yang kurang tepat dan

mengemukakan letak

kesalahannya.

Guru menanyakan secara

klasikal apa yang sudah atau

yang belum dipahami siswa.

Setelah itu guru memberikan

soal kuis yang berkaitan dengan

materi yang telah dipelajari.

Meminta siswa untuk

mengerjakan latihan.

c. Konfirmasi

Guru mengecek

pemahaman siswa

dengan menugaskan

beberapa orang siswa

untuk menjelaskan

jawaban latihan,

kemudian guru

memberikan umpan

balik berupa

penghargaan atau

penguatan.

Guru memperbaiki

konsep-konsep yang

kurang tepat dan

mengemukakan tepat

dan mengemukakan

letak kesalahannya.

Guru menanyakan

secara klasikal apa

yang sudah atau yang

belum dipahami siswa.

Page 39: Ira Yusma Wardesi 2411.050

Penutup (10 menit)

a. Guru bersama-sama siswa membuat

kerangka garis besar materi

(rangkuman)

b. Guru memberikan tugas rumah

dengan memilih soal-soal yang

berkaitan dengan materi.

Penutup (10 menit)

a. Guru bersama-sama siswa

membuat kesimpulan tentang

konsep yang telah dipelajari

b. Guru memberikan tugas

rumah dengan memilih soal-

soal yang berkaitan dengan

materi.

3. Tahap penyelesaian

Guru memberikan test pada kelas kontrol dan kelas eksperimen pada akhir

pembelajaran.

E. Instrumen penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuis dan tes hasil

belajar.

1. Lembar observasi

Sudijono (2006) observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan

keterangan yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan

secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran

pengamatan. Observasi sebagai alat evaluasi banyak digunakan untuk menilai

Page 40: Ira Yusma Wardesi 2411.050

tingkah laku individu atau terjadinya suatu kegiatan yang diamati, baik situasi

sebenarnya maupun situasi buatan. Penggunaan hasil observasi dimaksudkan

untuk melihat sejauh mana peningkatan aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran.

2. Advance Organizer

Advance Organizer ini sebagai alat untuk membantu siswa dalam

memahami materi pelajaran yang baru berupa bahan yang akan dipelajari siswa

dirumah sebelum melakukan proses pembelajaran di sekolah, dimana lembaran ini

dibagikan kepada siswa pada akhir pelajaran.

3. Kuis

Kuis yang diberikan bertujuan untuk melihat kesiapan siswa untuk

mengikuti proses pembelajaran matematika setiap pertemuan sebelum proses

pembelajaran dimulai yang diambil dari Advance Organizer. Soal kuis yang

diberikan berbentuk essay.

4. Test hasil belajar

Test digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, dan

kemampuan yang dimiliki oleh siswa. Test yang digunakan adalah test tertulis

dalam bentuk essay sebagai instrumen penelitian. Test yang dilakukan sesuai

dengan materi pelajaran yang diberikan selama penelitian. Untuk mendapatkan tes

yang baik dilakukan beberapa langkah berikut:

1. Membuat kisi-kisi test

2. Menyusun test berdasarkan kisi-kisi test

Page 41: Ira Yusma Wardesi 2411.050

3. Uji coba test. Sebelum test diberikan kepada siswa kelas sampel, terlebih

dahulu tes diuji pada kelas lain disekolah yang sama.

4. Analisis soal tes

Untuk mendapatkan kualitas soal yang baik maka dilakukan beberapa

langkah berikut:

1). Daya pembeda soal

Menurut arikunto” daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk

membedakan siswa berkemampuan tinggi dengan siswa yang

berkemampuan rendah”.25 Daya pembeda soal ditentukan dengan mencari

indeks pembeda soal. Untuk menghitung indeks pembeda soal essay,

dengan cara sebagai berikut:

a. Data diurut dari nilai tertinggi sampai nilai terendah

b. Kemudian diambil 27% dari kelompok yang mendapat nilai tinggi dan

27% dari kelompok yang mendapat nilai rendah

c. Hitung degress of freedom (df) dengan rumus:

df =(nt−1 )+( nr−1 )

nt= nr=27 % × N=n

d. Cari indeks pembeda soal dengan rumus:

I p=

M t−M r

√∑ Xt+∑ X r

2

2

n(n−1)

Keterangan:

I p=¿¿ indeks pembeda soal

M t=¿ ¿ rata-rata skor kelompok tinggi

25 Suharsimi arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Penelitian,(Jakarta: Bumi Aksara, 2001) hal 215

Page 42: Ira Yusma Wardesi 2411.050

M r=¿ ¿ rata-rata skor kelompok terendah

∑ X t2=¿jumlah kuadrat deviasi skor kelompok tinggi

∑ X r=¿2¿ jumlah kuadrat deviasi skor kelompok terendah

n=¿27% × N

N=¿banyak peserta tes

Suatu soal mempunyai daya pembeda yang berarti (signifikan) jika I p

dihitung ≥ I p tabel pada df yang telah ditentukan.26

2). Indeks kesukaran soal

Analisis kesukaran soal digunakan untuk mengetahui kemampuan

test dalam menyaring banyaknya peserta tes yang dapat mengerjakan tes

dengan benar. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau

tidak terlalu sukar. Untuk menentukan indeks kesukaran (I k) soal essay

dapat digunakan rumus yang dinyatakan oleh Prawironegoro adalah

sebagai berikut:

Ik=

D t+Dr

2mn×100%

Keterangan:

I k=¿¿ indeks kesukaran soal

Dt=¿¿jumlah skor dari kelompok tinggi

Dr=¿ ¿jumlah skor dari kelompok rendah

26 Pratikyo Prawironegoro, Evaluasi Hasil Belajar Khusus Analisis Soal Untuk Bidang Studi Matematika,(Jakarta: Pustaka Jaya, 1985) hal 11

Page 43: Ira Yusma Wardesi 2411.050

m=¿skor setiap soal jika benar

N=¿banyak peserta test

n=¿ 27% × N

Dengan kriteria:

I k<27 % = soal sukar

27 % ≤ I k ≤73 %=¿ soal sedang

I k=¿73 %=¿¿soal mudah

3). Validitas test

Suatu test dapat dikatakan valid apabila test tersebut dapat mengukur

apa yang hendak diukur. Menurut Prawironegoro suatu test dikatakan valid

apabila:

a. Bahan yang akan ditestkan harus sesuai dengan bahan pelajaran yang

telah diberikan.

b. Bahan test tersebut sesuai dengan kurikulum yang digunakan.

c. Bahan test sesuai dengan pengalaman belajar siawa.

Test yang akan dirancang harus sesuai dengan indikator

pembelajaran dan kisi-kisi soal yang dibuat.27

4). Klasifikasi soal

Klasifikasi soal atau item menurut Prawironegoro adalah:

a. item tetap dipakai jika I k signifikan

27 Pratikyo Prawironegoro, Evaluasi Hasil Belajar Khusus Analisis Soal Untuk Bidang Studi Matematika,(Jakarta: Pustaka Jaya, 1985) hal 7

Page 44: Ira Yusma Wardesi 2411.050

0% ¿ I k<100 %

b. item diperbaiki jika:

I p signifikan dan I k=0 %atau 100%

I ptidak signifikan dan 0% ¿ I k<100 %

c. item diganti jika I p tidak signifikan dan I k=0 % atau I k=100 %

5). Reliabilitas test

Reliabilitas test adalah suatu ukuran apakah test tesebut dapat

dipercaya. Suatu test dikatakan reliable apabila beberapa kali pengujian

menunjukkan hasil yang reliable sama. Untuk menentukan koefisien

reliabilitas digunakan rumus alpha yang dinyatakan oleh Arikunto yaitu:

r11=( nn−1 )(1−

∑ σ12

σ12 )

Keterangan:

r11=¿reliabilitas yang dicari

∑ σ12=¿jumlah variansi skor tiap-tiap item

σ 12=¿variansi total

n=¿jumlah butir soal

Dengan kriteria sebagai berikut:

0.80 ¿ r11<1.00 = reliabilitas tinggi sekali

0.60 ¿ r11<0.80 = reliabilitas tinggi

0.40 ¿ r11<0.60 = reliabilitas sedang

Page 45: Ira Yusma Wardesi 2411.050

0.20 ¿ r11<0.40 = reliabilitas rendah

0.00 ¿ r11<0.20 = reliabilitas sangat rendah28

F. Tehnik Analisis Data

Setelah data kelas sampel diperoleh, maka data ini dianalisis dengan

beberapa perhitungan statistika:

1. Lembar Observasi

Data aktivitas yang diperoleh melalui lembar observasi dianalisis dengan

menggunakan rumus persentase yang dikemukakan oleh Sudjana yaitu:

P= FN

× 100 %

Keterangan:

P=¿persentase aktivitas

F=¿frekuensi aktivitas yang dilakukan

N=¿jumlah siswa.29

Kriteria penilaian aktivitas belajar yang positif menurut Dimyati dan

Mudjiono adalah:

a. Jika persentase penilaian aktivitas adalah 1% - 25% aktivitas tergolong

sedikit sekali.

b. Jika persentase penilaian aktivitas adalah 26% - 50% maka aktivitas

tergolong sedikit.

c. Jika persentase penilaian aktivitas adalah 51% - 75% maka aktivitas

tergolong banyak.

28 Suharsimi arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001) hal 10629 Sudjana, Metode Statistik,(Bandung: Tarsito,2005) hal 130

Page 46: Ira Yusma Wardesi 2411.050

d. Jika persentase penilaian aktivitas adalah 76% - 100% maka aktivitas

tergolong banyak sekali.

2. Hasil Belajar

untuk kesimpulan maka dilaksanakan pengujian hipotesis secara statistik

yaitu uji_t. Untuk uji_t maka terlebih dahulu dilaksanakan uji normalitas dan

uji homogenitas variansi kedua kelompok data.

a. Uju Normalitas

Bertujuan untuk melihat apakah data sampel berdistribusi normal atau tidak.

Uji ini dilakukan dengan menggunakan SPSS. Data berdistribusi normal

jika nilai Probabilitas atau signifikan yang diperoleh lebih besar dari taraf

nyata (α ¿ = 0.05

b. Uji Homogenitas Variansi

Uji homogenitas variansi bertujuan untuk melihat apakah kedua kelompok

data mempunyai variansi yang homogen atau tidak. Uji ini dilakukan

dengan SPSS. Untuk melihat apakah homogen atau tidak adalah jika nilai

probabilitas atau signifikan yang diperoleh lebih besar dari taraf nyata (α) =

0,05.

c. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan untuk menentukan apakah hasil belajar matematika

siswa kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas kontrol. Sebagaimana

yang dikemukakan oleh Sudjana yaitu:

t=X1−X2

s√ 1n1

+ 1n2

dengan S2=(n1−1 ) S1

2+( n2−1 ) S22

n1+n2−2

Keterangan:

Page 47: Ira Yusma Wardesi 2411.050

X1 = nilai rata-rata kelas eksperimen

X2=¿nilai rata-rata kelas kontrol

n1=¿jumlah siswa kelas eksperimen

n2=¿ jumlah siswa kelas kontrol

S12=¿simpangan baku kelas eksperimen

S22=¿simpangan baku kelas kontrol

s=¿simpangan baku kedua kelas

Kriteria pengujian adalah terima Ho jika t <t(1−α ) dimana t(1−α ) didapat

dari daftar distribusi t dengan derajat kebebasan n1+n2−2 dan peluang uji

hipotesis ini bertujuan untuk membuktikan apakah hipotesis yang ditetapkan

memang benar atau tidak, maksudnya apakah hasil belajar siswa kelas

eksperimen lebih baik dari pada kelas kontrol.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Materi Pelatihan Terintegrasi Matematika

Buku 3. Jakarta.

Hudojo, Herman. 1998. Belajar Mengajar Matematika. Jakarta : P2LPTK.

Page 48: Ira Yusma Wardesi 2411.050

Mudjiono dan Moh. Dimyati. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Nasution, Noehi. 1992. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Depdikbud.

Prawironegoro, Praktiyo. 1985. Evaluasi Hasil Belajar Khusus Analisis soal Untuk

Bidang Studi Matematika. Jakarta : Fortuna.

Rusefendi, ET. 1984. Pengajaran Matematika Modern. Jakarta : Pustaka Jaya

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka

Cipta.

Sudjana, Nana. 1995. Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Jakarta : Remaja Rosdakarya.

Sudjana. 2005. Metode Statistik. Bandung : Tarsito

Suherman, Erman Dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kotemperor. Jakarta :

Universitas Pendidikan Indonesia.

Walpole, Ronald E. 1992. Pengantar Statistik Edisi ke-3. Jakarta : Gramedia Pustaka

Utama.