,.i ira ya

2
Qla'lam~~~CW ,. ~-~., . I Ira a ya ()(NoNuN PAD) ( kolom ?O<i) ( ) __ ~--!.~t • Senin o Se/asa o Rabu o Kamis o Jumat o Sebtu o Millggu -----,--------------_._-----------_._---- 1 2 3 4 5 6 ., B 9 10 11 12 13 14 15 17 18 19 20 21 22 23 ~25 26 27 28 29 30 ---------- ----------- OJan OPeb OMar OApr OMei OJ(I/1 OJu/ OAgs OSep .Okt ONov ODes OLEH YESMIL ANWAR S EMENfARA kalangan ber- pendapat, korupsi tidak dapat dilakukan secara individual. Diyakini, korupsi selalu melibatkan banyak pelaku dan merupakan hasil dari kerja sama berbagai pihak hing- ga pemerintah membuat tim pem- berantas mafia pengadilan. Dengan menggunakan istilah "mafia" terha- dap lembaga itu, secara tidak lang- sung diarahkan untuk memberantas -perilaku koruptif yang bersifat teror- ganisasi mirip organisasi mafia, Ber- operasi dalam suatu bentuk kerja sa- ma yang langsung maupun tidak langsung dijajaran penegak hukum di pengadilan. Padahal, dalam kenyataan tindak pidana korupsi dapat saja dilakukan oleh satu orang pelaku. Misalnya, seo- rang bendahara (kasir) di sebuah kan- tor pemerintah maupun nonpemerin- tah yang menggelapkan uang negara yang sedang dikelolanya (Pasal 8, 9, 10 DUNo. 31/1999, tentang Pember- antasan Tindak Pidana Korupsi). Se- cara terperinci, dalam DU Pemberan- tasan Korupsi diuraikan mengenai subjek,jenis perbuatan dan akibat dari korupsi. Secara umum subjekoya setiap orang yang memperkaya diri sendiri, orang lain, korporasi dengan menyalahgunakan kewenangan, ke- sempatan atau sarana karenaja- batanjkedudukan (Pasal 3). Sementara secara lebih khusus, subjek pelaku korupsi adalah pega- wai negeri sipil (PNS), penyelenggara negara, penegak hukum termasuk di dalamnya advokad (Pasal 5, 6, 11,12, 13). Untuk PNS dan penyelenggara negara dan orang-orang selain PNS, biasanya bentuk perbuatannya ada- lah penggelapan uang, surat berharga , (Pasal 8) serta pemalsuan, penghi- langan dokumen (Pasal o, 10). Ko- rupsi juga diatur dalam beberapa DU lain, misalnya dalam DU No. 8 Ta- hun 2010, tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pen- cucian Uang. Akibatnya, korupsi me- rugikan keuangan negara/perekono- mian negara sehingga bangsa dan ne- gara terpuruk. Perlu pula diketengah- kan, inti dari tindak pidana korupsi adalah perbuatan suap menyuap dan penggelapan dana publik. Tak dapat dimungkiri; di Indonesia korupsi yang dilakukan secara "berje- maah" sedang menjadi tren. Korupsi berjemaah dilakukan oleh para bi- rokrat maupun anggota legislatifbe- kerja sama dengan pengusaha mau- pun korporasi dalam mengelola sua- tu projek. Dalam tulisan ini hendak dikemukakan mengenai "sosok" pelaku korupsi yang merupakan ma- nusia berpendidikan dan berstatus sosial tinggi. Dalam pengamatan pe- nulis, para koruptor umumnya ber- pendidikan sarjana. Untuk itu, pe- nulis ingin melihat keberadaan para koruptor sebagai pelaku kejahatan. Dalam literatur mereka biasanya dikategorikan sebagai penjahat kerah putih (white collar crime) tersebut. Ungkapan white collar crime (WCC)pertama kali dikemukakan oleh kriminolog bemama Edwin H. Sutherland dalam pidatonya di depan I American SosiologicalSocietytahun 1939. Kejahatan itu dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kedudu- kan sosial tinggi dan terhormat. Da- lam pekerjaannya, Sutherland me- ngatakan, wee lebih jahat dari dikta- tor (Italia) Musollini. Perumusan itu merombak teori tentang perilaku kri- minal yang secara tradisional menga- takan kejahatan dilakukan oleh orang miskin (blue collar crime). wee, yang diperkenalkan oleh Sutherland, tiga puluh delapan tahun sebelumnya sudah dilansir oleh Prof. Henderson yang pada waktu itu mengajar di University of Chicago. la telah ba- nyak berbicara tentang educated criminals. Adapun yang dimaksud- kan dengan educated criminal ada- lah wee atau kejahatan kerah putih. Pemikiran Henderson dalam kon- sep white collar lebih banyak dipe- ngaruhi oleh pemikiran atau paham yang religius. Yang menarik dari su- dut pandang Henderson, pendidikan yang seharusnya menjadi dasar ba- ngunan moral yang kokoh, ternyata membukajalan untuk menjadijalan- nya keJahatan, bahkan kejahatan yang sangat besar (kolosal). Tidaklah mengherankan kalau para penjahat terpelajar itu bertopeng sebagai manusia-manusia terhormat. Politisipengusaha Pada 1907 terbit sebuah buku yang berjudul Sin and society; an analysis of latterday inquity, ditulis oleh se- orang dosen (Edward Alswort Ross, Universitas Standford), membahas seputar wee. Kajian Ross lebih me- ngetengahkan aspek moral. Dalam pandangan Ross, wee adalah perbu- atan ilegal dari para pelaku bisnis/- pengusaha dan tokoh politik serta birokrat. Ross menyebut para pelaku itu sebagai corporate executive yang melakukan kejahatan sebagai crimi- noloid, yakni orang-orang (theperpe- trator) yang menikmati kekebalan atas dosa-dosanya. Di sini para poli- tikus/birokrat/pengusaha merupa- kan aktor intelektual yang melakukan K1i P j tl 9H 11ID asUn pad 20 11 -.-.-------.---.-.---------- .. ------.- 1

Upload: others

Post on 20-Nov-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ,.I Ira ya

Qla'lam~~~CW,. • ~-~., .

I Ira a ya ()(NoNuN PAD)

( kolom?O<i) ( )__ ~--!.~t c·

• Senin o Se/asa o Rabu o Kamis o Jumat o Sebtu o Millggu-----,--------------_._-----------_._----1 2 3 4 5 6

., B 9 10 11 12 13 14 1517 18 19 20 21 22 23 ~25 26 27 28 29 30

---------- -----------OJan OPeb OMar OApr OMei OJ(I/1 OJu/ OAgs OSep .Okt ONov ODes

OLEH YESMIL ANWAR

SEMENfARA kalangan ber-pendapat, korupsi tidak dapatdilakukan secara individual.

Diyakini, korupsi selalu melibatkanbanyak pelaku dan merupakan hasildari kerja sama berbagai pihak hing-ga pemerintah membuat tim pem-berantas mafia pengadilan. Denganmenggunakan istilah "mafia" terha-dap lembaga itu, secara tidak lang-sung diarahkan untuk memberantas-perilaku koruptif yang bersifat teror-ganisasi mirip organisasi mafia, Ber-operasi dalam suatu bentuk kerja sa-ma yang langsung maupun tidaklangsung di jajaran penegak hukumdi pengadilan.Padahal, dalam kenyataan tindak

pidana korupsi dapat saja dilakukanoleh satu orang pelaku. Misalnya, seo-rang bendahara (kasir) di sebuah kan-tor pemerintah maupun nonpemerin-tah yang menggelapkan uang negarayang sedang dikelolanya (Pasal 8, 9,10 DUNo. 31/1999, tentang Pember-antasan Tindak Pidana Korupsi). Se-cara terperinci, dalam DU Pemberan-tasan Korupsi diuraikan mengenaisubjek, jenis perbuatan dan akibatdari korupsi. Secara umum subjekoyasetiap orang yang memperkaya dirisendiri, orang lain, korporasi denganmenyalahgunakan kewenangan, ke-sempatan atau sarana karenaja-batanjkedudukan (Pasal 3).Sementara secara lebih khusus,

subjek pelaku korupsi adalah pega-wai negeri sipil (PNS), penyelenggaranegara, penegak hukum termasuk didalamnya advokad (Pasal 5, 6, 11,12,13). Untuk PNS dan penyelenggaranegara dan orang-orang selain PNS,biasanya bentuk perbuatannya ada-lah penggelapan uang, surat berharga, (Pasal 8) serta pemalsuan, penghi-langan dokumen (Pasal o, 10). Ko-rupsi juga diatur dalam beberapa DUlain, misalnya dalam DUNo. 8 Ta-hun 2010, tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pen-cucian Uang. Akibatnya, korupsi me-rugikan keuangan negara/perekono-mian negara sehingga bangsa dan ne-gara terpuruk. Perlu pula diketengah-kan, inti dari tindak pidana korupsiadalah perbuatan suap menyuap danpenggelapan dana publik.Tak dapat dimungkiri; di Indonesia

korupsi yang dilakukan secara "berje-maah" sedang menjadi tren. Korupsiberjemaah dilakukan oleh para bi-rokrat maupun anggota legislatifbe-kerja sama dengan pengusaha mau-pun korporasi dalam mengelola sua-tu projek. Dalam tulisan ini hendakdikemukakan mengenai "sosok"

pelaku korupsi yang merupakan ma-nusia berpendidikan dan berstatussosial tinggi. Dalam pengamatan pe-nulis, para koruptor umumnya ber-pendidikan sarjana. Untuk itu, pe-nulis ingin melihat keberadaan parakoruptor sebagai pelaku kejahatan.Dalam literatur mereka biasanyadikategorikan sebagai penjahat kerahputih (white collar crime) tersebut.

Ungkapan white collar crime(WCC)pertama kali dikemukakanoleh kriminolog bemama Edwin H.Sutherland dalam pidatonya di depan IAmerican Sosiological Society tahun1939. Kejahatan itu dilakukan olehorang-orang yang memiliki kedudu-kan sosial tinggi dan terhormat. Da-lam pekerjaannya, Sutherland me-ngatakan, wee lebih jahat dari dikta-tor (Italia) Musollini. Perumusan itumerombak teori tentang perilaku kri-minal yang secara tradisional menga-takan kejahatan dilakukan oleh orangmiskin (blue collar crime). wee,yang diperkenalkan oleh Sutherland,tiga puluh delapan tahun sebelumnyasudah dilansir oleh Prof. Hendersonyang pada waktu itu mengajar diUniversity of Chicago. la telah ba-nyak berbicara tentang educatedcriminals. Adapun yang dimaksud-kan dengan educated criminal ada-lah wee atau kejahatan kerah putih.Pemikiran Henderson dalam kon-

sep white collar lebih banyak dipe-ngaruhi oleh pemikiran atau pahamyang religius. Yangmenarik dari su-dut pandang Henderson, pendidikanyang seharusnya menjadi dasar ba-ngunan moral yang kokoh, ternyatamembukajalan untuk menjadijalan-nya keJahatan, bahkan kejahatanyang sangat besar (kolosal). Tidaklahmengherankan kalau para penjahatterpelajar itu bertopeng sebagaimanusia-manusia terhormat.PolitisipengusahaPada 1907 terbit sebuah buku yang

berjudul Sin and society; an analysisof latterday inquity, ditulis oleh se-orang dosen (Edward Alswort Ross,Universitas Standford), membahasseputar wee. Kajian Ross lebih me-ngetengahkan aspek moral. Dalampandangan Ross,wee adalah perbu-atan ilegal dari para pelaku bisnis/-pengusaha dan tokoh politik sertabirokrat. Ross menyebut para pelakuitu sebagai corporate executive yangmelakukan kejahatan sebagai crimi-noloid, yakni orang-orang (the perpe-trator) yang menikmati kekebalanatas dosa-dosanya. Di sini para poli-tikus/birokrat/pengusaha merupa-kan aktor intelektual yang melakukan

K 1iP j tl 9 H 11ID a sUn pad 2 0 1 1 -.-.-------.---.-.---------- ..------.-

1

Page 2: ,.I Ira ya

kejahatan penyalahgunaan hak danwewenang. Misalnya, melakukansuap menyuap dan penggelapan danapublik.Menurut dia, kata kunci crimi-

noloid bukan insting setan (evil im-pulse) tetapi moral insensibility, yaituorang-orang yang bebal terhadapmoral (muka badak). Konsep mukabadak akan menjadi lebih berbahayabila dilakukan oleh pengusaha yangmenjadi politisi sehingga kejahatan-nya menjadi sangat tersamar. ~mentara kajian Sutherland lebihmenekankan pada perspektif akade-mis yang bertalian dengan kejahatankorporasi.Menurut Sutherland, ada dua hal

yang menjadi tujuan pengungkapan-nya tentang wee, yakni white collarcriminality is real criminality. Dika-takan real criminality (kejahatanyang sesungguhnya) karena perbuat-annya melanggar hukum positif.Hukum positif adalah adanya pelang-garan terhadap hukum administrasi,seperti merekayasa prosedur, meng-ubah atau memalsukan surat-suratpenting dan dokumen negara seperti

yang dilakukan oleh politikus, birok-rat yang bekerja sama dengan pe-ngusaha.Sutherland mengatakan, yang me-

langgar hukum bukan saja merekayang tergolong rakyat keeil, tetapimereka dari kelompok atas, yangkaya, yang kedudukan sosialnya ter-pandang, dan yang dipandang hor-mat, juga melakukan kejahatan. Adaperbedaannya dengan lower classcriminality, yaitu penjahat yang me-lakukan pelanggaran terhadap hu-kum pidana dan yang diselesaikanatau diadili oleh suatu sistem peradi-lan pidana, seperti kasus pencurianbiasa, perampokan dan pemerasanyang biasa disebut dengan blue collarcrime.Jawaban dari pertanyaan apakah

wee merupakan kejahatan? weeadalah truly crime dan memangwee benar-benar terjadi (ada). Sia-pakah pelaku dari wee itu? Pelakudari kejahatan ini di antaranya ada-lah kaum terpelajar dan berkedu-dukan sosial, mereka pun dipandangterhormat dalam masyarakat dan pe-keIjaannya untuk melakukan keja-

hatan. Tipe wee antara lain, pe~~a-pan, korupsi dan keeurangan p?litik(bribery, corruption, andpolztlcalfraud), kejahatan seeuritas dalamperdagangan (securitas relatedcrime) seperti kasus Bank Century,Melinda Dee.Contoh lainnya, manipulasi ke-

bankrutan bank/perusahaan (bank-ruptyfraud), KKN (frauds againtthe government), keeurangan terha-dap konsumen (consumer fraud) dankeeurangan asuransi (insurancefraud), serta insi~er relat~dfrc:-ud.Semua bentuk kejahatan itu dilaku-kan oleh mereka yang berstatus sosialtinggi yang dalam praktik kejahatan-nya dapat menggunak~ k?rporasl,bekerja sama, maupun individual.Jadi kesimpulannya, pertama wee

sebuah istilah yang sangat baru da-lam lapangan kriminologi, untukmelihat kejahatan di luar keiahatanyang tertuang men:rrut alir~ ~-nologi klasik, yakni sebuah istilah un-tuk menggambarkan betapa kom-pleksnya kejahatan itu. ~e~uah p~no-lakan terhadap aliran krirninologitradisional yang mengatakan, keja-

hatan hanya dilakukan oleh orangmiskin atau orang biasa. Pada intinyawee adalah kejahatan yang dilaku-kan oleh orang pintar, terhormat, se-cara sembunyi-sembunyi. Kejahatan-nva sulit untuk dilihat (low visibility)1·lfena selalu tertutup oleh kegiatanpekerjaan yang normal dan rutin.Dapat dikatakan, wee adalah se-

buah makna terdalam untuk menga-takan kekuasaan itu adalah saranauntuk berbuat jahat, bahwa pakairapih dan bagus, berdasi,jas, adalahsarana bagaimana menciptakan du-nia kejahatan yang terselubung danterorganisir. Kedua, korupsi meru-pakan suatu kejahatan yang berhu-bungan dengan wee. Pelakunya adayang dapat bertindak seorang diriataupun berjemaah, Contohnya, da-lam kasus Nazaruddin, BendaharaUmum Partai Demokrat maupun ko-rupsi di Kementerian Transmigrasidan KetenagakeIjaan yang menghe-bohkan. Namun, tentu saja dalamnegara hukumasas equality beforethe law dan presumption of inno-cence tidaklah dapat dikesampingkanbegitu saja.***